Вы находитесь на странице: 1из 3

SUMBER-SUMBER KEBIJAKAN A.

Sumber-Sumber Memungkinkan Tentang Kebijakan Salah satu problem dasar yang dihadapi oleh pembuat kebijakan adalah mengetahui sumber-sumber dari mana kebijakan dapat diambil. Pembuat kebijakan tidak ingin diklaim sebagai orang yang sewenang-wenang bertindak; dia akan memilih dianggap sebagai orang yang terbuka (demokratsi) dan tak berat sebelah. Banyak sumber-sumber yang memungkinkan tentang kebijakan diambil; tujuan-tujuan umum pendidikan, standar-standar pendidikan, pendapat-pendapat publik, dan kajian-kajian futuristik. . !ilsafat "ebijakan, dari sudut pandang ini, tidak harus dipisahkan tetapi menjadi suatu kesatuan yang lebih luas dan lebih sistematis. !ilsafat memberikan suatu kerangka yang berfikir yang sistematis dan menjadikan kebijakan #epat untuk diambil. Salah satu alasan mengapa ada hubungan antara filsafat dan kebijakan adalah bahwa filsafat bukan merupakan suatu sistem deduktif. $engan demikian, tidak mungkin membuat suatu kesimpulan dari sautu filsafat umum seperangkat kebijakan-kebijakan atau parktek-praktek pedidikan. "arena filsafat bukan merupakan sistem isomorfis yang menyajikan jawaban yang berbeda untuk seperangkat pertanyaanpertanyaan umum. %. &eori 'ubungan yang mungkin ada di antara teori dan praktek telah banyak diuji oleh sejumlah pendidik. (ni bisa menjadi bukti instruktif untuk menguji problematika dari tori ke praktek karena problematika pendidikan se#ara analog bergerak dari teori ke kebijakan. )ika teori-teori dan prinsip-prinsip dipahami oleh pendidik, maka pendidik dapat berjalan dengan mengikuti peraturan-peraturan se#ara

benar dan bertindak atau perilaku dengan pijakan pada suatu pengertian tentang teori. !ungsi utama dari teori adalah sebagai rambu untuk memobilisir pendidik untuk meninggalkan #ara-#ara (langkah-langkah) mengikuti peraturan se#ara mekanistik (tanpa reser*e), sehingga tingkat pengamatan dan pemahaman pendidik semakin luas dan kadar pengalamannya pun lebih luas pula, berisi dengan makna yang lebih besar. +. Sains )ika kita memasukan perilaku pendidikan pada perspektif ilmuilmu sosial dan sains seperti ilmu fisika atau biologi, maka akan terlihat pada perspektif pertama bahwa ada #elah besar kemungkinan bagi pembuat kebijakan. Sedangkan sains, karena status mereka dan juga kemampuan mereka untuk membenarkan pernyataan-pernyataan pengetahuan, maka mereka menganggap hanya ada salah satu sumber bagi pengembangan kebijakan. &erdapat sejumlah #ara bahwa pendekatan ilmiah dan sains dapat digunakan dalam mengambil kebijakan. Salah satunya adalah dengan sur*ei-sur*ei ilmiah tentang kebijakan-kebijakan yang telah dilaksanakan agar dapat die*aluasi hasilnya dan menentukan personil dan orang-orang yang terpengaruh oleh kebijakan tersebut bereaksi terhadap kebijakan tersebut (umpan balik). Sains juga digunakan sebagai sumber kebijakan sebagai bentuk #ara langsung dalam men#ari kebijakan-kebijakan lainnya. 'al ini bisa dilakukan dengan mengunakan satu *arian atau lebih tentang metode ilmiah yang digunakan dalam mengadakan sur*ai dan menge*aluasi operasional kebijakan yang merupakan fungsi dari analisis kebijakan. ,. Sistem-Sistem -ilai "arena kebijakan pada dasarnya bersifat normatif, agaknya ada kesenderungan bahwa sistem nilai merupakan suatu sumber utama bagi pengembangan kebijakan. -amun perlu ada #akupan yang spesifik tentang

istilah sistem nilai. .ntuk tujuan analisa, kajian tentang nilai dapat dibagi dalam beberapa *arian,; moral, estetika, dan nilai yang bermanfaat. "ajian tentang nilai moral mempunyai pembagian kajian-kajian; empiris, etika normatif, dan metaetika. "ajian empiris dilakukan untuk menentukan keper#ayaan moral dari satu populasi, ketimpanganketimpangan antara keper#ayaan yang dianut dengan praktek yang dilakukan, perbedaan antar budaya dalam nilai moral, hubungan moralitas dengan hukum dan adat-istiadat pada suatu masyarakat, pengembangan antara konsep moral pada peserta didik, dan masalah-masalah lainnya. /tika normatif berhubungan dengan tingkah laku yang benar. /tika normatif diartikan bahwa suatu sistem etika dimana manusia itu hodup, misalkan tentang sistem nilai kantian, platois. Sebaliknya, metaetika berkenaan dengan makna tentang istilah-istilah dan bagaimana istilahistilah tersebut digunakan dalam diskursus sehari-hari; hal ini juga digunakan untuk membedakan hal-hal yang bersifat moral dan amoral, untuk menentukan bagaiman pertimbangan etis dapat dianalisis, dan untuk menyelidiki atau melakukan inkuari ke dalam penalaran logika dan moral. -ilai estetika berkenaan seni, objek seni dan standar keindahan. (ni semua berhubungan dengan rasa dan keputusan dalam seni, serta juga dalam mengembangkan teori tentang masalah keindahan. -ilai yang bermanfaat berkenaan dengan kebaikan, nilai, atau manfaat komperatif tentang suatu proses, pelaksanaan, atau produk di dalam konteks sosial.

Вам также может понравиться