Вы находитесь на странице: 1из 8

1.

Pendahuluan

1.1 Ulasan Jurnal Jurnal yang akan direview ini diambil dari kumpulan jurnal internasional dari Springer Science+Business Media B.V 2012 published online: 17 Juni 2012 dengan judul: Stakeholders Views of South Koreas Higher Education Internationalization Policy Pandangan para Stakeholder terhadap Kebijakan Internasionalisasi Pendidikan Tinggi di Korea Selatan. Jurnal ini merupakan hasil penelitian yang dilakukan oleh Young Ha Cho Kyung Hee University) dan John D. Palmer (Colgate University). Jurnal ini mengemukakan hasil penelitian mengenai bagaimana pandangan para stakeholder mengenai arah, proses, dan hasil kebijakan internasionalisasi pendidikan tinggi di Korea Selatan. Stakeholder yang diteliti disini adalah individu atau kelompok yang melibatkan ahli pendidikan tinggi, pengusaha, mahasiswa, staf akademik dan administrasi, manajer kelembagaan, calon mahasiswa dan orang tua, serta sponsor dari lembaga swasta. Penelitian ini dianggap perlu untuk dilaksanakan karena isu internasionalisasi merupakan salah satu dampak globalisasi dunia, tidak hanya dalam bidang teknologi informasi tetapi juga dalam bidang pendidikan. Globalisasi ini menuntut pemerintah Korea untuk secara terus menerus mengembangkan dan menerapkan kebijakan internasionalisasi dengan tujuan utama membangun Korea sebagai pusat akademik pendidikan tinggi di Asia Timur. Temuan, yang dihasilkan adalah para stakeholder merasa bahwa kebijakan internasionalisasi pemerintah sampai saat ini telah memberikan kontribusi terhadap internasionalisasi pendidikan tinggi Korea Selatan pada umumnya dalam hal pertumbuhan kuantitatif, yaitu dengan adanya peningkatan jumlah dosen dan mahasiswa asing, pembelajaran menggunakan Bahasa Inggris (EMI), dan publikasi jurnal ilmiah internasional. Namun pandangan para stakeholder mengisyaratkan bahwa pemerintah harus mempertimbangkan kualitas dan identitas lembaga pendidikan tinggi Korea Selatan pada saat merancang dan menerapkan kebijakan internasionalisasi. Mereka berpendapat bahwa pertumbuhan kuantitatif harus disertai dengan pertumbuhan kualitatif. 1.2 Alasan Pemilihan Jurnal Saya memiliki beberapa alasan memilih jurnal ini untuk direview. Pertama, menurut saya, isu internasionalisasi pendidikan tinggi sebagai salah satu dampak globalisasi dalam bidang pendidikan penting untuk dikaji karena kebijakan

Review Jurnal | 1

internasionalisasi pendidikan tinggi bisa menjadi pisau bermata dua. Di satu sisi, hal tersebut membuat pendidikan semakin maju, karena adanya tuntutan peningkatan mutu pendidikan secara kontinu, agar setara dengan kualitas pendidikan skala internasional, namun di sisi lain bisa melukai seandainya tidak dipakai secara hati-hati. Kedua, Internasionalisasi pendidikan tinggi menjadi salah satu tantangan yang mau tidak mau, siap atau tidak siap harus dihadapi. Di tengah keadaan dunia yang sedemikian meng-global dan interconnected dalam aspek ekonomi, sosial, politik dan budaya, maka pendidikan Indonesia menghadapi dua tantangan sekaligus yakni tantangan lokal-nasional (berupa akses dan pemerataan, sumber daya manusia, kurikulum dan proses penyelenggaraan pembelajaran, evaluasi dan mutu hasil pendidikan hingga persoalan lingkungan dan sarana prasarana pendidikan) yang belum juga dapat dibenahi secara maksimal dan tantangan global yang sudah menghadang. Ketiga, kebijakan internasionalisasi pendidikan tinggi ini masih menjadi isu hangat yang diperbincangkan. Lebih-lebih, ketika kebijakan internasionalisasi pendidikan tinggi masih pada tahap Rancangan UU, sebelum ditetapkannya UU Nomor 12 tahun 2012 pada bulan Agustus 2012 lalu. Pihak yang pro beralasan pendidikan tinggi khususnya perguruan tinggi-perguruan tinggi Indonesia perlu terus menjadikan mutu/kualitas pendidikan sebagai target utama agar mampu menjadi universitas kelas dunia. Sementara itu, pihak yang kontra mengkhawatirkan adanya internasionalisasi pendidikan ini dapat memberikan celah neoliberalisasi bagi pendidikan tinggi Indonesia, karena dengan adanya kebijakan ini maka lembaga penyelenggara pendidikan di negara lain dapat menyelenggarakan pembelajarannya di Indonesia maupun bekerja sama dengan lembaga pendidikan tinggi Indonesia untuk menyelenggarakan pembelajaran. Keempat, kita perlu mempersiapkan SDM Indonesia yang berkualitas dan tanggap dengan berbagai keadaan, mampu sejajar dalam pergaulan global dengan tetap mengedepankan nilai-nilai budaya yang telah dimiliki. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan kebijakan internasionalisasi pendidikan tanpa mengesampingkan efek negatifnya. Kelima, dalam jurnal ini, memang secara khusus hanya dibahas mengenai persepsi para stakeholder pendidikan tinggi di Korea Selatan, namun dari kajian penelitian ini kita dapat mempelajari, membandingkan maupun mengambil manfaat dan pelajaran dari apa yang disampaikan. Kita perlu belajar dari Korea yang notabene jauh lebih maju dalam bidang pendidikan dibandingkan dengan negara kita.

Review Jurnal | 2

2. Review 2.1 Analisis Teoritis Kajian mengenai kebijakan internasionalisasi ini, saya awali dengan sejarah awal pengembangan sistem pendidikan tinggi di Korea Selatan (Korsel). Pengembangan sistem pendidikan tinggi mulai dikembangkan di Asia Timur khususnya Korea Selatan pada awal tahun 1990-an. Pengembangan ini dilakukan sebagai usaha melakukan reorganisasi dalam rangka merespon globalisasi. Pengembangan yang dilakukan adalah mengubah beberapa rencana kebijakan internasionalisasi seperti: tujuan, perizinan, akreditasi, pendanaan, kurikulum, pengajaran, penelitian, dan regulasi dengan tujuan membuat universitasnya termasuk jajaran universitas kelas dunia (Knight, 2004;Teichler, 2004). Langkah yang diambil Korsel pada saat itu adalah dengan melonggarkan ijin pendirian universitas dan mengeluarkan kebijakan mengenai kuota mahasiswa dengan tujuan mengintensifkan daya saing perguruan tinggi Korea Selatan. Korea Selatan menyadari bahwa secara kuantitas maupun kualitas pendidikan tingginya masih kurang kompetitif dibandingkan negara-negara barat. Khususnya dalam hal publikasi ilmiah. Selain itu berdasarkan laporan London Times tentang peringkat universitas-universitas di dunia tahun 2010, hanya empat universitas Korea Selatan yang berada pada peringkat 200 besar. Dengan memperhatikan hal ini, pemerintah Korea menerapkan kebijakan internasionalisasi dan berobsesi untuk menjadikan Korea Selatan sebagai acuan bagi negara-negara Asia Timur. Jika dibandingkan dengan Indonesia, perguruan tinggi di negara kita bahkan tidak masuk dalam rangking 500 besar dunia. Untuk Asia, beberapa universitas ternama Indonesia berada dalam rangking 100 besar. Artinya, Korea dengan prestasinya seperti itu terus secara kontinu mencapai target-targetnya dalam bidang pendidikan. Sebagai bangsa yang besar tentunya kita pun terus berupaya dan tetap optimis serta berpikiran positif atas kebijakan internasionalisai pendidikan tinggi. Lebih lanjut, sehubungan dengan target di atas, Pimpinan Departemen Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Teknologi (MEST) Korea, Ju-Ho Lee (2005) menuntut pemerintah harus serius merenungkan dan mengelola peningkatan jumlah

profesor/pengajar dan mahasiswa asing, peningkatan penggunaan bahasa Inggris dalam pembelajaran (EMI), tuntutan kepada pengajar untuk mempublikasikan jurnal ilmiah dalam bahasa Inggris, dan pengembangan fisik infrastruktur untuk mendorong pertukaran internasional.

Review Jurnal | 3

Dengan memperhatikan pembahasan dalam jurnal ini, saya menfokuskan persepsi para stakeholder Korea mengenai kebijakan internasionalisasi adalah sebagai berikut: a. Pemerintah Korsel cenderung mendefinisikan kebijakan internasionalisasi dalam tujuan secara kuantitatif (misalnya, jumlah dosen dan mahasiswa asing, pembelajaran berbahasa Inggris, dan publikasi jurnal internasional). b. Pemerintah lebih mendukung universitas-universitas ternama dalam hal keuangan dan investasi politik pemerintah. Sehingga, menyebabkan kebijakan internasionalisasi menjadi tidak merata dalam hal kesempatan bagi semua universitas. c. Dalam menetapkan menciptakan standar global pendidikan tinggi Korsel, kebijakan internasionalisasi yang diambil lebih Amerika daripada budayanya. d. Hubungan yang seharusnya dilakukan pemerintah perlu menitikberatkan pada kerjasama bukan persaingan. 2.2 Analisis Normatif Menurut saya, aspek normatif atau nilai-nilai yang penting untuk diperhatikan dalam internasionalisasi pendidikan tinggi adalah nilai kebudayaan. Dengan menjunjung tinggi nilai kebudayaan, pendidikan kita tetap dapat menawarkan kearifan lokal dalam pergaulan internasional sekaligus menangkal ancaman liberalisme pendidikan. Dalam jurnal ini, para stakeholder Korea Selatan menganggap bahwa potensi budaya perlu dikembangkan dalam pendidikan tinggi Korea karena hal ini dapat mengantisipasi kebijakan internasionalisasi yang mengacu pada Amerikanisasi. Pendidikan tinggi Korea Selatan perlu kekhasan dengan mempromosikan keunikan dan integrasi multikultural budaya Korea. Bahkan, sebagian stakeholder menganggap jauh lebih baik menggunakan bahasa Korea sebagai media bahasa untuk pendidikan tinggi Korsel. Lebih ekstrim lagi, mereka menganggap menggunakan bahasa Inggris dan bukan bahasa sendiri merupakan tragedi. Alasannya, sebuah universitas yang menyediakan banyak perkuliahan dalam bahasa Inggris belum tentu akan terlihat lebih baik. Faktanya bahwa universitas-universitas tersebut justru kehilangan banyak aspek lain yang sangat penting bagi pendidikan tinggi Korea Selatan. Hal ini menjadi masukan berarti bagi bangsa Indonesia, mengingat Indonesia lebih kaya akan keunikan dan kebudayaan. Internasionalisasi pendidikan tinggi tidak lantas menjadi hambatan dalam memajukan nilai-nilai budaya bangsa Indonesia dalam pergaulan internasional. Bahkan dapat menjadi kekuatan bagi pendidikan tinggi Indonesia jika kearifan lokal tetap dipertahankan. Menjadi harapan kita bersama, bahwa mahasiswa asing
Review Jurnal | 4

atau siapapun di kemudian hari, menjadi tertarik belajar di Indonesia karena Indonesia menyajikan pembelajaran yang berkualitas yang syarat akan nilai-nilai budaya. Hal di atas, seharusnya mendasari perguruan tinggi-perguruan tinggi dalam menjalankan kebijakan internasionalisasinya. Yaitu, kebijakan internasionalisasi yang tidak sekedar mengcopy-paste kebijakan dari negara lain, tetapi kebijakan yang tetap mengindonesia dengan mempertahankan nilai-nilai budaya. Universitas Negeri Semarang merupakan salah satu universitas yang mulai mengembangkan nilai-nilai budaya daerah sebagai kekuatannya dengan memprakarsai diri sebagai universitas konservasi. 2.3 Analisis Kritis Dalam era globalisasi saat ini, Indonesia tidak bisa memisahkan diri dari gelombang perubahan, kerja sama regional dan internasional di hampir semua bidang, tidak terkecuali dalam bidang pendidikan. Secara kesiapan dapat dikatakan bahwa kita belum sepenuhnya siap. Saat ini, fokus pemerintah adalah masih pada pembenahan masalah pendidikan tingkat lokal-nasional yang cukup rumit. Namun kita tidak dapat mengelak dari arus perubahan ini. Oleh karena itulah, kita harus menghadapinya dengan filter budaya yang kita miliki. Begitupun dalam menyikapi kebijakan internasionalisasi pendidikan. Para stakeholder pendidikan termasuk masyarakat perlu lebih bijaksana dalam menyikapi dan menerapkan kebijakan ini. Disinilah peran pendidikan dalam arti luas untuk mempersiapkan dan mengondisikan manusia Indonesia dalam upaya menghadapi berbagai tantangan global. Internasionalisasi pendidikan tidak selalu berkonotasi negatif. Ada hikmah yang dapat diambil. Saya katakan hikmah, karena pada dasarnya kebijakan ini dapat lebih memacu pendidikan kita ke arah peningkatan mutu/kualitas SDM Indonesia maupun peningkatan mutu secara global. Peningkatan mutu inilah yang harus menjadi prioritas semua pemangku kepentingan dalam bidang pendidikan. Karena dengan menghasilkan manusia Indonesia yang berkualitas dalam kapasitas akademik dan moral, maka secara berangsur-angsur kemajuan masyarakat akan tumbuh dan berkembang. Tentunya, kekhawatiran-kekhawatiran mengenai liberalisasi pendidikan menjadi kehati-hatian bersama dalam menyikapi dan menerapkan kebijakan pendidikan secara umum dan kebijakan internasionalisasi pendidikan pada khususnya. Wajar kekhawatiran ini muncul karena sebagai salah satu negara yang ikut dalam penanda-tanganan kesepakatan GATS (General Agreement Trade in Services), yaitu perjanjian di bawah WTO (World Trade Organization) yang mengatur perjanjian umum
Review Jurnal | 5

untuk semua sektor jasa, mau tidak mau Indonesia harus membuka dan meliberalisasi bidang pendidikan kepada penyedia jasa dari luar negeri. Hal ini ditandai pada muncul sekolah-sekolah internasional atau sekolah-sekolah plus yang menamakan diri sekolah internasional, bahkan ada sekolah yang merupakan franchise dari sekolah-sekolah luar negeri. Di lingkungan pendidikan tinggi sendiri, baik pendidikan tinggi swasta maupun pendidikan tinggi negeri, telah membuka kelas-kelas internasional atau pemberian kuliah dalam bahasa inggris atau program-program dual bekerja sama dengan pendidikan tinggi luar negeri. Padahal saat itu belum ada kebijakan secara khusus yang mengatur internasionalisasi pendidikan. Adanya program-program tersebutlah yang dapat

memberikan celah neoliberalisme bagi pemilik modal besar untuk membangun lembaga pendidikannya yang berorientasi pada keuntungan semata. Sehingga pendidikan menjadi mahal untuk diperoleh. Hal inilah yang dapat mencederai idealisme suatu perguruan tinggi sebagai benteng penjaga nilai-nilai kemanusiaan Indonesia. Di Indonesia sendiri, kebijakan internasionalisasi pendidikan tinggi diatur dalam UU Nomor 12 Tahun 2012, yang baru ditetapkan pada bulan Agustus 2012 lalu dalam pasal 50 tentang Kerjasama Internasional Pendidikan Tinggi. Pasal 50 ayat 1, menyatakan bahwa Kerja sama internasional Pendidikan Tinggi merupakan proses interaksi dalam pengintegrasian dimensi internasional ke dalam kegiatan akademik untuk berperan dalam pergaulan internasional tanpa kehilangan nilai-nilai keindonesiaan. Sehingga, pada dasarnya, pasal ini adalah harapan akan pembentukan masyarakat intelektual yang mandiri, pembukaan wawasan pada mahasiswa sebagai bagian dari masyarakat internasional dan pemajuan nilai-nilai dan budaya bangsa Indonesia dalam pergaulan internasional. Mengingat fakta di lapangan bahwa persaingan semakin ketat, pasar kerja terbuka luas, dunia global begitu dinamis dan tuntutan kompetensi yang tinggi maka harapan yang dikandung dalam UU di atas menuntut perguruan tinggi untuk menghasilkan lulusan SDM Indonesia yang berkualitas, berkarakter dan bisa go international. Seperti apa yang telah dibahas di atas bahwa laju globalisasi yang memunculkan kebijakan internasionalisasi pendidikan memang harus dihadapi dengan bijaksana. Tanpa mengesampingkan efek negatif dari internasionalisasi ini, perlu adanya upaya pengelolaan pendidikan pendidikan tinggi Indonesia yang tepat. Otonomi lembaga pendidikan tinggi, bisa menjadi salah satu solusinya. Dengan otonomi, diharapkan lembaga pendidikan tinggi mampu melakukan terobosan-terobosan manajerial, mampu menciptakan inovasi-inovasi bagi internal kampus yang akan berimplikasi pada pengembangan masyarakat pada

Review Jurnal | 6

umumnya. Dalam penerapannya, semua itu perlu perencanaan yang matang dan memperhatikan komponen penting yang seperti tujuan, organisasi, SDM, pendanaan dan kerangka waktu. Pendidikan dasar/menengah pun mempunyai andil dalam sistem ini, karena pada dasarnya merupakan input dari pendidikan tinggi. Pada pendidikan dasar/menengah inti dari suatu sistem pembelajaran adalah guru yang profesional. Selanjutnya proses belajar mengajar yang ditunjang oleh alat bantu pembelajaran yang memadai hendaknya diubah dari proses menuangkan informasi menjadi proses yang meningkatkan kreativitas dan inovasi peserta didik. Akhirnya di dalam upaya reformasi besar-besaran tersebut kita tetap berpijak di bumi Indonesia sehingga di dalam memberikan jawaban yang positif terhadap arus globalisasi perlu disadari pentingnya menjaga identitas bangsa Indonesia khususnya dalam bahasa dan budayanya. Nilai Partisipasi : 85 Semarang, 17 Desember 2012

Nurwahidah

Daftar Pustaka Amrullah, Niko. 2011. Internasionalisasi Pendidikan Tinggi, tanya kenapa?. http://dipo science.com/artikel/read/internasionalisasi-pendidikan-tinggi-tanya-kenapa-kritikterhadap-ruu-pendidikan-tinggi/. Diakses pada tanggal 11 Desember 2012 Tilaar, H.A.R. 2012. Kaleidoskop Pendidikan Nasional-Pendidikan Nasional Bertaraf Internasional, Suatu Tinjauan Kritis. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara ___________. 2009. Kekuasaan dan Pendidikan, Manajemen Pendidikan Nasional dalam Pusaran Kekuasaan. Jakarta: Rineka Cipta. Tribun News. Terbit 30 November 2012. Produk China akan Lebih Agresif Serbu Pasar Indonesia. http://www.tribunnews.com/2012/11/30/produk-china-akan-lebih-agresifserbu-pasar-ri. diakses pada tanggal 11 Desember 2012 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi

Review Jurnal | 7

DAFTAR ISI

Halaman Judul Daftar Isi I.

....................................................................................................

i ii 1 1 1 3 3 4 5 7

................................................................................................................ .................................................................................................... ........................................................................................ ............................................................................

Pendahuluan

1.1 Ulasan Jurnal

1.2 Alasan Pemilihan Jurnal II. Review

................................................................................................................ ........................................................................................ ........................................................................................ ........................................................................................

2.1 Analisis Teoritis 2.2 Analisis Normatif 2.3 Analisis Kritis Daftar Pustaka Lampiran Jurnal Asli

....................................................................................................

Review Jurnal | 8

Вам также может понравиться