Вы находитесь на странице: 1из 3

My First Flight Hi readers, apa kabar semuanya?

Kali ini andiluz mau ngeshare tentang pengalaman saya naik pesawat untuk pertama kali. Jadi, ceritanya begini... Hari sabtu tanggal 21 Desember 2013, saya mencari kereta malam ekonomi ac untuk jurusan surabaya-jakarta sekitar pukul 2 siang untuk keberangkatan tanggal 24 Desember 2013. Saya mencarinya secara online di situs langganan saya yaitu tiket.com. Namun, yang saya dapat ternyata kursi penuh baik kereta malam Gaya Baru keberangkatan Surabaya Gubeng atau kereta malam Kertajaya/Kertajaya tambahan. Memang hal ini sudah saya prediksikan, sebab tiket kerta yang saya ingin beli merupakan pemberangkatan hot peak. Mata saya pun melirik ke arah kereta bisnis dan eksekutif, dan hasilnya memang ada yang menawarkan masih ada kursi namun harganya tidak masuk akal, yaitu diatas Rp560.000,00. Okey, ludah pun saya telan. Tidak tahu ada wangsit apa, saya coba mencari tiket kereta di situs kaskus.co.id dengan kata kunci tiket surabaya. Hasilnya saya menemukan tiket pesawat Citilink keberangkatan tanggal 24 Desember 2013 (tanggal yang saya inginkan). Tiket pesawat ini merupakan atas nama orang lain yang membatalkan penerbangannya karena ada urusan yang mendadak, sehingga tiket pun dijual lewat kaskus ketimbang hangus (re: tiket citilink, kalau sudah dibeli tidak bisa dicancel). Singkat kata tawar-menawar saya mendapatkan tiket pesawat yang dadakan ini seharga Rp250.000,00. Nah, hari H pun datang. Setelah menyelesaikan pekerjaan saya di Petrokimia Gresik, saya meminta izin kepada atasan saya untuk izin pulang sekitar jam 2. Jam segitu, saya pilih karena menurut teman-teman kantor dan internet, naik pesawat itu saya harus check in maksimal 2 jam sebelum keberangkatan. Jam 2 lebih-lebih dari kantor diantar oleh mas Wahyu (rekan senior kantor) ke terminal Bunder Gresik untuk naik bus Damri ke Juanda. Syukur, bis Damri sesuai dengan jadwal saya yaitu berangkat jam 3 dan waktu perjalanan menurut internet yaitu 90 menit (jadi, pikir saya estimasi sampe jam setengah lima dan check in masih dapat dilakukan). Jam 3 tepat, saya berangkat ke Juanda. Perjalanan pun diiringi dengan sedikit kemacetan di beberapa spot. Akhirnya jam set 5 saya tiba di Juanda International Airport, dan pembayaran ongkos Damri (Rp35.000,00) dilakukan oleh pak supir sebelum masuk gerbang bandara. Karena referensi bandara, kebanyakan merupakan bandara Soekarno-Hatta maka saya langsung tanya ke penumpang lain, Apakah keberangkatan setiap pesawat itu berada di terminal yang berbeda-beda (spesifik)? dan ternyata untuk bandara Juanda tidak, hanya dibagi dalam keberangkatan luar negri dan domestik. Turunlah jam 4 lewat 15 dari bis Juanda dan saya pun langsung ke toilet untuk ganti baju seragam (niatnya) namun diurungkan karena toilet amatlah padat. Kemudian saya keliling dulu hingga berujung di gate kedatangan domestik yak sudah saya balik arah. Sampailan saya dipintu keberangkatan domestik, saya masih bingung disitu tentang penukaran e-ticket saya dengan boarding pass. Ketemulah saya dengan loket Citilink (Saya berpikir, disitulah tempat penukaran tiketnya) di Juanda dan yang saya lihat penumpang yang membeli tiket disitu hanya memperoleh lembaran tiket yang mirip dengan saya. Kemudian, saya lihat juga setelah orang tersebut mendapatkan tiket, dia langsung masuk untuk check in. Wah ternyata, penukaran tiketnya berarti bukan disitu. Dengan nekad dan deg-degan saya pun masuk ke ruang check in. Dan pihak keamanan bandara pun menerima saya hahhaha. Setelah itu saya masuk ke pemeriksaan metal detektor, Alhamdulillah lolos padahal saya masih banyak dosa xixixi.. Nah, didalam itulah tempat check-in pun

berada, saya pun langsung kesana. Antriannya tidak terlalu panjang. Nah, disitu saya harus bayar airport tax sebesar Rp40.000,00. Saya dapet tempat duduk 18F (saya berharap tempat duduknya bersampingan dengan jendela). Setelah dapet boarding pass saya langsung ke waiting room nomer 7 sesuai petunjuk boarding pass-nya. Nah, untuk ke waiting room di lantai diatas check-in ada dua pilihan mau naik ekskalator atau tangga. Saya pilih tangga, karena tidak ada kemacettan disitu... hahaha orang-orang pada melihat ke saya karena sangking cepetnya saya menaklukan tangga tersebut (dua tangga, satu langkah cuy). Saya langsung munuju waiting room nomer 7, namun ternyata pintunya belum di buka. Jadilah saya menunggu diluar. Setelah pukul 17.45 saya pun masuk ke waiting room. Disitu saya di periksa lagi tentang keaslian boarding pass dan ktp nya. Sambil menuggu di waiting room saya foto-foto lah (prinsip foto-foto terserah strangers mau bilang apa tentang kita, yang penting kita sopan toh mereka besok juga sudah lupa) nah jam 18.15.. pesawat malam saya dari surabaya ke jakarta (mirip yaah kayak lagunya elfi sukaesih) siap untuk mengangkut kami. Dan kami pun diharap untuk masuk kabin pesawat. Untungnya nomer tempat duduk saya diatas 16, jadi saya harus turun dari loron dan lewat pintu belakang, disitu saya bisa lihat banyak pesawat parkir dan foto-foto laah. Naiklah saya dalam kabin pesawat dengan seragam SMK saya ini hehehe bangga aja gitu.. Kemudian saya cari tempat duduk saya, nah ketemulah tempat duduknya dan ternyata apa yang saya inginkan tercapai yaitu penerbangan pertama samping jendela cuuy. Gak hanya samping jendela, tetapi bersebelahan juga dengan sayapnya. Pukul 18.35 (delay 5 menit) pesawat saya terbang. Dan di samping saya, adalah orang yang suka terbang (rezeki sekali). Nah, saya cerita bahwa ini adalah penerbangan pertama saya dan menjelaskan juga bahwa saya adalah anak pkl di Petrokimia Gresik berasal dari SMAK Bogor. Bapaknya pun sangat bersimpati terhadap saya, karena bapaknya itu bilang bahwa sekolah saya itu merupakan salah satu sekolah yang dulu ingin anaknya masuk tetapi nasib berkata lain. Singkat kata, saya diajarkan ilmu-ilmu untuk naik pesawat. Pertama saya harus memakai Self belt yang benar, terus handphone mati atau mode terbang. Tetapi, bapak itu bilang bahwa lebih baik saya mematikan handphone, karena kalo menyalakan walaupun dalam mode terbang.. nanti penumpang lain merasa terprovokasi. Bapak itu bercerita bahwa oknum orang Indonesia kalau naik pesawat amatlah kampungan yaitu suka menyalakan handphone di pesawat, padahal itu sangat berbahaya. Nah, saya diceritakan proses pesawat itu terbang. Saat ingin take off, saya melihat pesawat-pesawat antri ingin terbang lucu sekali. Terus, mengamati juga gerakan sayap seperti burung elang yang terbang kencang tapi ketika ada mangsa ada tehnik tertentu yang dilakukan untuk memperlambatnya. Di dalam pesawat saya merasa pesawat ini berjalan lambat, tetapi anehnya cepat sekali sampai. Kata bapak itu, kecepatan itu aslinya sebesar 900 Km/Jam dan kita tidak merasakannya. Diatas pesawat saya merasakan kuping saya sakit, dan lagi lagi bapak itu memberikan solusi yaitu dengan menelan ludah atau menutup hidung dang kuping lalu menghembuskan napas. Pesawat pun mau landing, dan saya pun juga diajak untuk selalu melihat jendela karena ada pertunjukkan seru pesawat yang ingin landing dan take off. Jam 20.05 saya tiba di bandara Soekarno-Hatta, terus saya bertanya ke bapak itu dimana halte bis damri. Bapaknya pun bilang, kalu mau dapet tempat duduk yang enak, saya harus naik shelter ke terminal 2F disitu bis masih dalam keadaan kosong. Tapi, kalau mau cepat keluar gate kedatangan lurus belok kiri sudah ada bisnya kok cuman bisa jadi bisnya masih ada tempat atau sudah penuh. Bapaknya pun mengajak saya kalau mau ikut bapaknya saja, tetapi bapaknya harus ambil bagasi terlebih dahulu sedangkan saya tidak ada bagasi tertentu.

Singkat cerita inilah perjalanan saya menumpang pesawat terbang pertama kalinya bersama Citilink Airlines.

Вам также может понравиться