Вы находитесь на странице: 1из 12

KOORDINASI SETTING PROTEKSI LAMBUYA 1

GANGGUAN BLACKOUT AKIBAT KESALAHAN


KOORDINASI PROTEKSI
DI SISTEM LAMBUYA
Ricky Cahya Andrian

arrester97@yahoo.com

Abstrak

Sistem Lambuya memiliki rekord gangguan blackout yang cukup besar. Hal ini
disebabkan selain belum meiliki relay UFR yang akan mentripkan feeder secara
otomatis jika mesin lepas dari sistem secara tiba-tiba, juga terjadi kesalahan
koordinasi proteksi, di mana gangguan feeder yang terjadi di luar sering
mentripkan PMT mesin. Solusi yang disarankan adalah setting waktu untuk PMT
mesin dinaikkan di atas setting waktu pangkalnya dan untuk gangguan GFR
instantaneousnya diblok. Untuk ujung feeder yang sering terjadi gangguan dengan
Zf besar, sebaiknya disetting instantaneous sehingga beban mesin tidak hunting
karena dianggap sebagai beban besar.

Kata Kunci : blackout, koordinasi proteksi, instantaneous

1. LATAR BELAKANG MASALAH


1.1. Sampling Laporan Gangguan Blackout Sistem Lambuya
– Minggu, 2 Desember 2007 pukul 18.00
– Jumat, 7 Desember 2007 pukul 15.00
– Kamis, 20 Desember 2007 pukul 15.39 penyebab : gangguan arah VCB
Tumpas
– Jumat, 21 Desember 2007 pukul 13.41 penyebab : PMT Kopling Perusda lepas
– Selasa, 1 Januari 2008 pukul 13.25
– Rabu, 2 Januari 2008 pukul 12.20 dan 13.35

Sistem Lambuya belum dilengkapi relay UFR yang berfungsi melepas feeder jika
terjadi gangguan pembangkit yang lepas dari sistem. Settingan relay UFR ini
berdasarkan settingan frekuensi sistem. Karena jika pembangkit trip, maka secara
alamiah, frekuensi sistem pasti akan turun sebesar kekuatan sistem tersebut
(Hz/kW).
KOORDINASI SETTING PROTEKSI LAMBUYA 2

Gambar 1. Sistem Lambuya

Sistem Lambuya disupply dari dua kepemilikan pembangkit yaitu PLN Lambuya
dibawahi oleh PLTD Wuawua dan Perusda. Sehingga segala sesutau yang dilakukan
di site pembangkit ini harus melibatkan PLTD Wuawua dan Perusda itu sendiri. Saat
ini Sistem Lambuya diperpanjang sampai LBS Lambangi untuk mengurangi defisit
Sistem Kendari. Pada kondisi normal, Sistem Lambuya hanya sampai di LBS Camat.
KOORDINASI SETTING PROTEKSI LAMBUYA 3

: rawan gangguan

Gambar 2. Sistem Lambuya dalam kondisi normal (belum diperpanjang sampai


Lambangi)

Dari gambar 2 di atas, daerah-daerah di Sistem Lambuya yang tergolong rawan


terjadi gangguan akibat pohon, ranting, binatang dan lain sebagainya. Menurut
laporan gangguan, jika terjadi gangguan di daerah ini, maka proteksi dari Recloser
atau VCB dan PMT akan tembus ke mesin sehingga trip dan menyebabkan Sistem
Blackout. Sehingga yang harus diperbaiki ada 2 hal yaitu :

1. Perampalan diperketat
2. Setting Proteksi di Sistem Lambuya dan mesin juga harus diperbaiki

Hal ini harus menjadi perhatian karena kondisi blackout yang sering terjadi dapat
menyebabkan kerusakan mesin yang lebih parah. Jika ada mesin gangguan, maka
Sistem akan menjadi lebih defisit. Karena saat ini, Sistem Lambuya sudah
mengalami defisit sebesar 1.5 MW tiap malam.
KOORDINASI SETTING PROTEKSI LAMBUYA 4

Tabel 1. Neraca Daya Sistem Lambuya

Unit Daya Mampu Keterangan


Salur (KW)
PLN 1 850
PLN 2 850
Perusda 1 850
Perusda 2 0 Gangguan PMT Incoming
Perusda 3 850
Perusda 4 850
TOTAL 4.250
PEMBANGKIT
BEBAN PUNCAK 5.800 Diperpanjang sampai
Lambangi
PADAM 1.550

Setting GFR

GFR = 50A
1600 kVA Definite t = 0.1s
1600 kVA
50/5
Perusda 4 G
GFR = 50A
1600 kVADefinite t = 0.1s
50/5
Perusda 3 G 250/5 GFR = 50A
Definite t = 0.2s
1600 kVA
1600 kVA
50/5
Perusda 2 G GFR = 50A
1600 kVA Definite t = 0.1s
1600 kVA
50/5 400/5
Perusda 1 G
GFR = 50A Instant=12A
1600 kVA Definite t = 0.1s GFR = 10A
Instant = 15A Inverse TMS = 0.008
GFR = 25A
1530 kVA
1530 kVA Definite t = 0.1s Raterate Instant = 15A
150/5 50/5 100/5 Abuki
PLN 1 G 200/5
100/5
GFR = 10A
Definite t = 0.2s
SK 88 SPAJ 140c
Unaaha
GFR = 30A
2500 kVA GFR = 10A
150/5 50/5 Inverse TMS = 0.05

G
100/5 Definite t = 0.2s
PLN 2 Tumpas Instant = 20A
GFR = 25A t = 0.05s
SK 88 Mutaha
1530 kVA Definite t = 0.1s
50/5
SPAJ 140c GFR = 10A
Inverse TMS = 0.05

Gambar 3. Setting GFR di Sistem Lambuya dan Mesin

Tabel 2. Arus Hubung Singkat

Lokasi 1 fasa – tanah (Ampere) 3 fasa (balanced fault)


(Ampere)
VCB Tumpas 170 A 280 A
KOORDINASI SETTING PROTEKSI LAMBUYA 5

VCB Abuki 180 A 250 A


Recloser Raterate 60 A 80 A
Mutaha 210 A 290 A
Unaaha 510 A 620 A
Raterate 110 A 160 A
2. ISI DAN PEMBAHASAN MASALAH

Setting OCR

OCR = 45A
1600 kVA Definite t = 0.2s
1600 kVA
50/5
Perusda 4 G
OCR = 45A
1600 kVADefinite t = 0.2s
50/5
Perusda 3 G 250/5 OCR = 225A
Definite t = 0.1s
1600 kVA
1600 kVA
50/5
Perusda 2 G OCR = 45A
1600 kVA Definite t = 0.2s
1600 kVA
50/5 400/5
Perusda 1 G Instant = 41.7A
OCR = 55A
1600 kVA Definite t = 0.2s OCR = 40A
OCR = 150A Instant = 60A Inverse TMS = 0.008
inverse TMS = 0.25 OCR = 45A
1530 kVA
1530 kVA Definite t = 0.2s Raterate Instant = 50A
150/5 50/5 Instant = 100A 100/5 Abuki
PLN 1 G t = 0.15s
200/5
100/5
OCR = 30A
Definite t = 0.2s
SK 88 SPAJ 140c
Unaaha
OCR = 150A
2500 kVA OCR = 50A
150/5 50/5 Inverse TMS = 0.05

G
100/5 Definite t = 0.5s
PLN 2 Tumpas Instant = 100A
SK 88 OCR = 45A
Mutaha
1530 kVA Definite t = 0.2s
OCR = 150A 50/5
SPAJ 140c OCR = 37.5A
inverse TMS = 0.3 Instant = 100A Inverse TMS = 0.05
t = 0.15s

Gambar 4. Setting OCR di Sistem Lambuya

Analisis Gangguan GFR ( 1 fasa – tanah)

Case 1 : Lokasi gangguan di atas recloser raterate, indikasi GFR


KOORDINASI SETTING PROTEKSI LAMBUYA 6

t = 0.2 s
PERUSDA

G t = 0.03 s
Raterate
R
t = 0 s (instant) << 0.1 s
G I hs = 60 A
PLN GFR
t = 0.1 s

Kesimpulan : PMT pangkal raterate akan trip lebih dulu (mesin aman)

Case 2 : Lokasi gangguan antara pangkal raterate dan recloser raterate,


indikasi GFR

t = 0.2 s
PERUSDA
t = 0 s (instant) << 0.1 s
G
Raterate
R

G
PLN
I hs = 110 A
t = 0.1 s GFR

Kesimpulan : PMT pangkal raterate akan trip lebih dulu (mesin aman)

Case 3 : Lokasi gangguan di atas VCB Tumpas (feeder Unaaha), indikasi


GFR
KOORDINASI SETTING PROTEKSI LAMBUYA 7

t = 0.2 s
PERUSDA

G Abuki
Unaaha

t = 0.198 s
G
PLN Tumpas
t = 0.1 s
I hs = 110 A
t = 0.2 s GFR

Kesimpulan : PMT incoming mesin PLN akan trip lebih dulu (t = 0.1 s) dibandingkan
VCB Tumpas (t=0.2 s) atau PMT pangkal Unaaha (t=0.198 s). Sehingga blackout
kemungkinan besar akan terjadi apalagi ditambah tidak adanya relay UFR.

Case 4 : Lokasi gangguan antara pangkal Unaaha dan GH Unaaha, indikasi


GFR

t = 0.2 s
PERUSDA

G Abuki
Unaaha

t = 0.12 s
G
PLN Tumpas
t = 0.1 s
I hs = 510 A
GFR
KOORDINASI SETTING PROTEKSI LAMBUYA 8

Kesimpulan : PMT incoming mesin PLN akan trip lebih dulu (t = 0.1 s) dibandingkan
PMT pangkal Unaaha (t=0.198 s). Sehingga blackout kemungkinan besar akan
terjadi apalagi ditambah tidak adanya relay UFR.

Case 5 : Lokasi gangguan di atas VCB Abuki, indikasi GFR

t = 0.2 s
PERUSDA

G Abuki
Unaaha

t = 0.19 s
G t = 0.2 s I hs = 180 A
GFR
PLN
t = 0.1 s
Tumpas

Kesimpulan : PMT incoming mesin PLN akan trip lebih dulu (t = 0.1 s) dibandingkan
VCB Abuki (t=0.2 s) dan PMT pangkal Unaaha (t=0.19 s). Sehingga blackout
kemungkinan besar akan terjadi apalagi ditambah tidak adanya relay UFR.

Case 6 : Lokasi gangguan di Feeder Mutaha, indikasi GFR

t = 0.2 s
PERUSDA

G
Mutaha

t = 0.111 s
G I hs = 210 A
GFR
PLN
t = 0.1 s

Kesimpulan : PMT incoming mesin PLN akan trip lebih dulu (t = 0.1 s) dibandingkan
PMT Mutaha (t=0.111 s). Sehingga blackout kemungkinan besar akan terjadi
apalagi ditambah tidak adanya relay UFR.
KOORDINASI SETTING PROTEKSI LAMBUYA 9

Analisis Gangguan 3 Fasa

Case 1 : Lokasi gangguan di atas recloser raterate, indikasi OCR

PERUSDA
t = 0.1 s

G t = 0.08 s
Raterate
R
t = 0 s (instant) << 0.1 s
G I hs = 80 A
PLN OCR
t = 0.2 s

Kesimpulan : PMT pangkal raterate akan trip lebih dulu (mesin aman)

Case 2 : Lokasi gangguan antara pangkal raterate dan recloser raterate,


indikasi OCR

PERUSDA
t = 0.1 s
t = 0 s (instant) << 0.1 s
G
Raterate
R

G
PLN
I hs = 160 A
t = 0.2 s OCR

Kesimpulan : PMT pangkal raterate akan trip lebih dulu (mesin aman)
KOORDINASI SETTING PROTEKSI LAMBUYA 10

Case 3 : Lokasi gangguan di atas VCB Tumpas (feeder Unaaha), indikasi


OCR

t = 0.1 s
PERUSDA

G Abuki
Unaaha

t = 0.557 s
G
PLN Tumpas
t = 0.2 s
I hs = 280 A
t = 0.5 s OCR

Kesimpulan : PMT coupling mesin Perusda akan trip lebih dulu (t = 0.1 s)
dibandingkan VCB Tumpas (t=0.5 s) atau pangkal PMT Unaaha (t=0.557 s).
Sehingga blackout kemungkinan besar akan terjadi apalagi ditambah tidak adanya
relay UFR.

Case 4 : Lokasi gangguan antara pangkal Unaaha dan GH Unaaha, indikasi


OCR
KOORDINASI SETTING PROTEKSI LAMBUYA 11

t = 0.1 s
PERUSDA

G Abuki
Unaaha

t = 0.243 s
G
PLN Tumpas
t = 0.2 s
I hs = 620 A
OCR

Kesimpulan : PMT coupling mesin Perusda akan trip lebih dulu (t = 0.1 s)
dibandingkan PMT Unaaha (t=0.243 s). Sehingga blackout kemungkinan besar akan
terjadi apalagi ditambah tidak adanya relay UFR.

Case 5 : Lokasi gangguan di atas VCB Abuki, indikasi OCR

t = 0.1 s
PERUSDA

G Abuki
Unaaha t = 0.2 s

t = 0.68 s
G I hs = 250 A
OCR
PLN Tumpas
t = 0.2 s

Kesimpulan : PMT coupling mesin Perusda akan trip lebih dulu (t = 0.1 s)
dibandingkan VCB Abuki (t=0.2s) atau pangkal PMT Unaaha (t=0.68 s). Sehingga
blackout kemungkinan besar akan terjadi apalagi ditambah tidak adanya relay UFR.

Case 6 : Lokasi gangguan di Feeder Mutaha, indikasi OCR


KOORDINASI SETTING PROTEKSI LAMBUYA 12

t = 0.1 s
PERUSDA

G
Mutaha

t = 0.16 s
G I hs = 290 A
OCR
PLN
t = 0.2 s

Kesimpulan : PMT coupling mesin Perusda akan trip lebih dulu (t = 0.1 s)
dibandingkan PMT Mutaha (t=0.16 s). Sehingga blackout kemungkinan besar akan
terjadi apalagi ditambah tidak adanya relay UFR.

3. KESIMPULAN DAN SARAN

1. Untuk setting gangguan GFR disarankan jenis definite agar mudah


dikoordinasikan antara ujung feeder sampai dengan PMT mesin dengan
margin 0.3 s
2. Untuk setting GFR instantantenous sebaiknya diblok
3. Untuk setting gangguan OCR disarankan jenis standard inverse (SI) dengan
margin 0.3 s dan dikombinasikan dengan instantaneous
4. Setting waktu trip untuk GFR dan OCR untuk PMT mesin sebaiknya dinaikkan
sebesar 0.3 dari setting waktu pangkal feeder
5. Untuk ujung feeder sebaiknya disetting instantaneous untuk gangguan OCR
untuk melokalisir gangguan secara cepat sehingga tidak membuat beban
mesin hunting karena dianggap sebagai beban normal

1. REFERENSI

Protective Relays, Theory and Practise, Volume one, AR Van Warrington

Pelatihan Proteksi Sistem Distribusi, PLN Persero Udiklat Makassar

2. PROFILE PENULIS

Ricky Cahya Andrian, NIP : 7905009F, dilahirkan di Jakarta tanggal 3 Mei 1979. Menamatkan
S1 di Institut Teknologi Bandung (ITB) subjur Aroes Koeat pada tahun 2002. Bergabung
dengan PLN pada tahun 2004 dan ditugaskan di PLN AP2B Sistem Sulsel di Makassar.
Kemudian ditugaskan di Tragi Parepare dan Tragi Sidrap pada tahun 2005. Pada tahun 2006
ditugaskan untuk mengepalai subunit Pengatur Beban Kendari di Kendari Sulawesi Tenggara
sampai dengan saat ini.

Вам также может понравиться