Вы находитесь на странице: 1из 3

Logika Pria Vs Perasaan Wanita

Kategori: Kabar Anda - Dibaca: 1403 kali | Komentar: 4 Kamis, 05 Januari 2012 - 00:12:46 WIB

Dalam hal apapun yang orang lakukan, misal saat berkomunikasi, saat menghadapi masalah, saat mengambil keputusan, menjalin hubungan (baik relasi kerja, pertemanan atau hubungan asamara), wanita selalu dikaitkan dengan perasaan dan pria dengan logika. Ada yang bilang kalau pakai logika, melukai perasaan, kalau pakai perasaan dipermainkan logika. Gimana ya kira-kira? Kenapa bisa begitu? Ketika mendapat masalah wanita cenderung melampiaskan perasaannya dan emosinya kepada orang lain dengan cara curhat. Sedangkan pria lebih cenderung memendamnnya dan mencari cara untuk melupakannya. Hal terebut dikarenakan pria cenderung berpikir menggunakan otak sebelah kiri (logika) sedangkan perempuan menggunakan otak sebelah kanan (perasaan). Penjelasan Psikologis Para ahli psikologi membedakan pria dan wanita dari otaknya. Otak manusia terdiri dari dua bagian, yaitu sisi yang kanan dengan sisi yang kiri. Setiap sisi bertanggung jawab untuk fungsi yang berbeda. Dalam otak wanita, lebih banyak serat penghubung dan serat ini lebih besar dibanding yang terdapat pada otak pria. Hal ini membuat wanita memiliki kecenderungan lebih besar untuk menggunakan kedua sisi otak secara bersamaan. Sehingga wanita lebih pandai berbicara, open minded juga lebih pandai menjalin hubungan atau berinteraksi dengan individu lain. Tetapi, wanita cenderung menggunakan emosi ketika memproses informasi dan saat berkomunikasi. Tidak mengherankan bukan, kalau wanita bisa melakukan dua pekerjaan sekaligus seperti berbelanja di tukang sayur sambil bergosip ria atau memasak sambil menelepon.

Sebaliknya, pria memiliki kecenderungan lebih banyak menggunakan sisi kiri otaknya. Dengan demikian, mereka lebih banyak menggunakan logika dan pemikiran rasional. Pria juga cenderung mempunyai koordinasi mata-tangan yang lebih baik, hal ini sangat membantu di saat berolahraga dan melakukan kegiatan mekanis ataupun membaca peta. Jika pria sedang melakukan satu aktifitas, maka pria tidak akan bisa konsentrasi terhadap hal lainnya. Berbeda dengan wanita, mereka bisa mencampur semua pemikirannya dalam satu waktu, sehingga emosi, logika, percintaan, dan komunikasi bercampur menjadi satu. Sejak lahir bayi laki-laki umumnya lebih tertarik pada benda-benda, sedangkan bayi perempuan cenderung pada wajah manusia. Menanggapi teori tentang perbedaan pria dan wanita di atas, Yati Utoyo Lubis, psikolog dari Universitas Indonesia, mengatakan, Ada penelitian yang mengatakan bahwa perbedaan-perbedaan itu kini dianggap lebih cenderung stereotype atau klise. Menurut dosen Fakultas Psikologi UI ini, karena pada kenyataannya sikap atau pola pikir seseorang, baik pria maupun wanita, sangat bergantung pada latar belakang di mana dan bagaimana seseorang dibesarkan. Yang harus dipahami juga adalah manusia berkembang sesuai pola asuh yang ia terima. Seorang wanita yang dibesarkan di lingkungan yang terbiasa mengutamakan logika dibanding emosi, maka kemungkinan besar ia akan tumbuh dengan cara berpikir seperti itu. Demikian juga pria. Bila ia dibesarkan di lingkungan atau budaya yang lebih mengutamakan emosi dan perasaaan, maka ia pun akan lebih mengedepankan perasaan daripada logika. Pendeknya, saya percaya bahwa budaya, kebiasaan, ataupun pola asuh, akan sangat mempengaruhi kepribadian seseorang, ungkap Yati. Menggunakan teknik neuroimaging, Richard Haier dari The University of California, Irvine led, dan kolega yang lain dari The University of New Mexico menemukan bahwa gray matter pria memiliki setidaknya 6,5x ukuran yang lebih banyak dari pada wanita. Sedangkan wanita setidaknya memiliki white matter 10x lebih banyak dibandingkan pria. Di dalam otak manusia, gray matter berfungsi sebagai pusat pemroses/penganalisis informasi, sedangkan white matter bekerja menghubungkan pusat-pusat informasi/analisis. Mereka menyatakan bahwa pria bercenderungan menggunakan gray matter dan wanita cenderung menggunakan white matter dalam berfikir dan bertidak. Ditemukan pula 4x kecenderungan wanita menggunakan lobus hemisfer kanan dalam berfikir dibandingkan pria. Salah satu tahapan (tahap ketiga) dalam mengukur sebuah Teori Kepribadian atau yang biasa dikenal sebagai MBTI (Myers-Briggs Type Indicator) yaitu Thinking vs Feeling memiliki pengertian :

Orang berkarakter Thinking biasanya lebih cenderung menggunakan logika dalam menghadapi suatu masalah. Mereka lebih dipengaruhi oleh kepala ketimbang hati. Mereka juga cenderung impersonal dan objektif. Orang berkarakter Thinking umumnya lebih suka memberikan kritik daripada pujian kepada orang lain. Inilah yang membuat mereka dipandang dingin oleh orang-orang karena analitis.

Sedangkan orang berkarakter Feeling adalah orang yang cenderung menggunakan perasaan dalam menghadapi suatu masalah. Mereka lebih dipengaruhi oleh hati ketimbang kepala. Biasanya, dalam menilai orang mereka cenderung subyektif. Daripada memberikan kritik, mereka lebih suka memberi pujian pada orang. Mereka sering dianggap lembut karena tidak mau melukai perasaan orang lain.

Вам также может понравиться