Вы находитесь на странице: 1из 3

Tidak Mengakui Dosa (Yesaya 59:2) Hasil survei pada 217 orang umat Gereja St.

Petrus & Paulus Babadan, untuk mengetahui berapa kali umat mengaku dosa dalam setahun dan bagaimana perasaan mereka. Hasil menunjukkan bahwa yang pernah mengaku dosa jauh lebih banyak (83% : 17%). Lalu, bagaimana perasaan mereka yang mengaku dosa? Jumlah yang selalu gelisah (36 %) dan yang sering merasa gelisah (29%) yang kadangkadang gelisah (19%) dan jarang merasa gelisah (3%). Bagaimana dengan mereka yang tidak pernah mengaku dosa? Apakah juga gelisah? Yang merasa selalu gelisah dan yang sering gelisah karena tidak mengaku dosa 36 %. Sedangkan yang kadangkadang gelisah, sangat jarang gelisah, dan tidak pernah gelisah, sebanyak 66 %. Apakah ini bisa dimaknai bahwa karena hanya kadang-kadang gelisah, atau sangat jarang atau tidak pernah gelisah, maka itu menjelaskan mengapa tidak mengaku dosa?. Alkitab menjelaskan bahwa dosa bukan hanya soal kegelisahan hati, melainkan penghalang hubungan kita dengan Tuhan. Kita gelisah atau tidak; dosa menyebabkan Tuhan menyembunyikan wajahNya. Akuilah dosa-dosa, karena Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan. (1 Yoh 1:9)

Rasa Bersalah (Matius 7:21-23) Rasa bersalah merupakan suara tuduhan atas kegagalan menjadi, mencapai atau melakukan sesuatu. Rasa bersalah bisa dimunculkan dari luar ataupun dalam diri karena gagal mencapai standar yang kita tetapkan atau ditetapkan. Rasa bersalah bukanlah gangguan jiwa; rasa bersalah adalah salah satu bahan yang menghasilkan gangguan jiwa. Dari rasa bersalah yang berlebihan muncullah masalah-masalah neurotik seperti gangguan obsesif-kompulsif, depresi, dan kecemasan. Mungkin bagi sebagian dari kita, rasa bersalah tidaklah sampai menciptakan gangguan neurotik tetapi bagi yang lainnya, rasa bersalah cukup mengganggu kehidupan kita. Kita merasa lumpuh, tidak berani bertindak, takut keliru, dan akhirnya tidak memaksimalkan potensi diri. Penyandang rasa bersalah yang berlebihan identik dengan penyandang cacat; keduanya terbatasi dalam pengaktualisasian diri. Rasa bersalah memaksa kita menoleh ke belakang dan kadang itu perlu kita lakukan. Namun, setelahnya, kita harus kembali menghadap ke depan. Mengapa? karena masih ada hidup dengan Tuhan! Orang yang hidup sekarang namun di bawah penghakiman masa lalu adalah orang yang dirantai. Orang yang hidup sekarang di bawah janji masa depan adalah orang yang merdeka. Tuhan sendiri pernah berjanji, dan kamu akan mengetahui kebenaran dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.; (Yohanes 8:32) Jadi, silakan menengok ke belakang, asal tidak berjalan ke belakang. Tentu saja, hal diatas hanya bisa terjadi semasa hidup kita. Ada rasa bersalah yang tidak mungkin diperbaiki! Karena pada saat itu, di depan kita hanyalah penghakiman. Kata yang yang tepat melukiskan rasa bersalah yang demikian itu adalah sudah terlambat atau nasi sudah jadi bubur atau tidak ada yang bisa dibuat. Kabar baiknya, Saudara tidak perlu mengalami itu semua. Karena solusinya sudah tersedia. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya, ia mempunyai hidup yang kekal dan ia akan mendapat pengampunan dosa oleh karena nama-Nya. (Yohanes 6:47 & Kisah Para Rasul 10:43)

Merasa Terhukum (Mazmur 32:3-5) Untuk mengetahui seberapa parah tingkat depresi seseorang, Aaron T. Beck mengembangkan Inventori untuk mengukurnya. Disebut sebagai Beck Depression Inventory (BDI). Adapun inventori ini mengandung 21 gejala dan tingkah laku, yaitu: 1. Sedih, 2.Pesimistis, 3. Rasa Kegagalan, 4. Ketidakpuasan, 5. Rasa bersalah, 6. Rasa Terhukum, 7. Tidak Suka Terhadap Diri, 8. Menyalahkan Diri sendiri, 9. Keinginan untuk bunuh diri, 10. Berteriak Tiba-tiba, 11. Lekas Marah, 12. Mundur dari kehidupan sosial, 13. Keragu-raguan, 14. Citra tubuh yang keliru, 15. Hambatan kerja, 16. Gangguan tidur, 17.Kecenderungan mudah lelah, 18. Hilang selera makan, 19. Turun/ naik berat badan, 20. Postur tubuh tertentu, 21. Kehilangan hasrat seksual. Dalam bacaan hari ini, kita mendapati Raja Daud dalam keadaan depresi. Dalam kesadarannya, Daud mengatakan bahwa sumber depresinya adalah Selama aku berdiam diri artinya dosa & pelanggarannya tidak diakui dihadapan Tuhan, maka dosanyalah menyebabkan depresi: lesu dan mengeluh sepanjang hari, siang malam tertekan. Namun pengalaman Daud juga membuktikan bahwa ketika dosa dan pelanggaranya diampuni, dia merasa terbebas! Dosaku kuberitahukan kepada-Mu dan kesalahanku tidaklah kusembunyikan; aku berkata: "Aku akan mengaku kepada TUHAN pelanggaranpelanggaranku," dan Engkau mengampuni kesalahan karena dosaku. Mengapa harus mengalami depresi? Temukan solusinya, Mazmur 32:10 Banyak kesakitan diderita orang fasik, tetapi orang percaya kepada TUHAN dikelilingi-Nya dengan kasih setia. Percaya & bereskan dosa & pelanggaranmu pada Tuhan dan sesama!

Merasa Tidak Layak (1 Yohanes 3:20-21) Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo mengaku keberatan saat akan dianugerahi gelar Doktor Honoris Causa oleh Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) Solo. Mantan Wali Kota Solo tersebut mengaku dirinya belum layak menerima gelar tersebut. "Buat saya berat itu. Saya ini orang bodoh kayak gini. Berat lho, jangan sampai kita mendapatkan sesuatu yang sebenarnya kita belum layak. Saya pikir-pikir dulu, ini berat," ujar Jokowi kepada wartawan, usai berorasi di UMS Solo, Sabtu (26/10). Rasa bersalah, rasa terhukum dan berdosa adalah alasan-alasan yang sering membuat seseorang merasa tidak layak. Sering perasaan belum layak pada diri kita menyebabkan kita berusaha untuk hidup lebih baik dan lebih baik lagi. Dan kita sama-sama tahu, biasanya usaha terbaik kita untuk menjadi lebih baik tidak pernah tahan lama. Kita gagal dan bahkan merasa tidak layak. Perasaan tidak layak juga membuat seseorang merasa tertuduh. Iya kan, sudah aku bilang, kamu memang orang yang lemah dan seterusnya. Perasaan ini biasanya menyebabkan seseorang akan menolak untuk terlibat dalam pelayanan-pelayanan rohani lebih jauh atau bahkan menghindari dari persekutuan-persekutuan orang percaya. Ini adalah tipuan si Iblis! Yang Allah harapkan dari perasaan tidak layak ini adalah pengakuan atas kegagalan kita dan ketidak mampuan kita menolong diri sendiri! Allah tidak mengharapkan usaha-usaha terbaik, melainkan yang Ia harapkan agar kita hidup di dalam Dia tinggal di dalam Dia.

Tidak Percaya (Ibrani 3:12-19) Tujuan utama kitab Ibrani adalah supaya orang-orang percaya tidak mengingkari iman kepada Kristus. Penulis Ibrani mengingatkan bahwa: Karena kita telah beroleh bagian di dalam Kristus, asal saja kita teguh berpegang sampai kepada akhirnya pada keyakinan iman kita yang semula. (3:14) Sepertinya Penulis Ibrani tahu bahwa sudah ada orangorang percaya yang tidak sanggup mempertahankan imannya. Mereka yang tidak meneruskan imannya, mengejar sesuatu yang mereka anggap berharga. Sesuatu yang AKAN mereka terima. (sengaja saya tulis dengan huruf besar kata AKAN nya) Padahal didalam iman kita sekarang, KITA TELAH BEROLEH bagian didalam Kristus. Ada pepatah tua berkata: Mengharapkan burung terbang tinggi, punai di tangan dilepaskan, yang artinya mengharapkan keuntungan yang besar yang belum pasti, yang sudah dimiliki dibuang-buang / disia-siakan, sehingga akhirnya tidak punya apa-apa. Itulah kondisi orang yang tidak lagi percaya kepada Kristus. Namun bukan itu saja, kita juga menghadapi masalah yang lebih serius. Wahyu Wahyu 2121:8 menyaksikan bahwa: orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang keji, orang-orang pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang; inilah kematian yang kedua." Itulah sebabnya Penulis Ibrani mengatakan Sebab itu janganlah kamu melepaskan kepercayaanmu, karena besar upah yang menantinya. (Ibrani 10:35

Hubungan yang rusak dengan orang lain (1 Yohanes 4:20) Kitab Kejadian merupakan bukti tertua, bahwa hubungan dengan sesama bisa rusak. Suami-Istri bisa saling menyalahkan, Adik-Kakak bisa saling curiga dan membunuh. Ada pameo anak muda sekarang: cinta terkadang memang menyakitkan, tapi aku tidak akan jera bahkan yang kita cintai sekalipun dapat menyakitkan kita dan merusak hubungan itu. Mata hati kita menilai bahwa rusaknya hubungan sesama disebabkan oleh masalah-masalah hubungan antar pribadi. Namun Allah melihat lebih jauh dari itu. Diagnosa Alkitab, kerusakan hubungan antar manusia lebih disebabkan oleh tidak benarnya hubungan manusia dengan Tuhan. Dengan menggunakan prinsip logika/ matematika, rasul Yohanes berkata, Jika mengasihi Allah + membenci sesama = pendusta karena tidak mengasihi sesama = tidak mengasihi Allah. Dan kalimat-kalimat itu di ditulis dalam bentuk present tense, yang berarti bahwa kebenaran itu bersifat selalu benar. Jadi rumus hubungan itu bersifat kekal atau mutlak. Bagaimana bila dari pihak kita mau mengasihi tetapi dari pihak lain tidak. Bukankah hubungan masih tetap rusak? Benar, namun ada perbedaan besar disana. Dengan salah satu pihak mengasihi Tuhan, maka pihak itu akan lebih dekat kepada Tuhan. Dan karena lebih dekat kepada Tuhan maka pihak itu dapat melihat masalah hubungan ini dalam perspektif Tuhan. Dengan kondisi demikian rusaknya hubungan lebih mungkin dipulihkan. Lebih-lebih bila kedua pihak sama-sama mengasihi Tuhan, maka keduanya lebih dekat Tuhan dan kedua pihak lebih bisa melihat masalah hubungan ini dalam perspektif Tuhan. Solusi Tuhan untuk rusaknya hubungan adalah mengasihi: tidak menghakimi, mengampuni, berdamai, membangun. Bandingkan solusi manusia terhadap rusaknya hubungan! Bercerai, Balas Dendam, Tuntut-Menuntut, atau untuk kebaikan semua, hubungan itu putus saja.

Вам также может понравиться