Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Sesuai dengan Tujuan Pekerjaan yang telah disebutkan di Kerangka Acuan Kerja (TOR), maupun di bab pendahuluan, adalah memberikan Bantuan Teknis kepada Pemerintah Daerah dalam: 1. 2. 3. 4. 5. 6. Penyempurnaan/Peninjauan langsung ke Penyusunan). Penyempurnaan/Peninjauan Kembali RTRW Kabupaten Agam (Selanjutnya langsung ke Penyusunan). Penyempurnaan/Peninjauan Kembali RTRW Kabupaten Inderagiri Hilir (Selanjutnya langsung ke Penyusunan). Penyusunan RTRW Kota Pariaman. Penyusunan RDTR Kota Inderalaya. Penyusunan RDTR Kawasan Rempang-Galang. Kembali RTRW Propinsi Bengkulu (Selanjutnya
Untuk selanjutnya dalam pengerjaan bantuan teknis ini uraian metodologi pelaksanaan pekerjaan ini akan diuraikan dalam 4 pokok bahasan, sesuai dengan sifat masingmasing perencanaan yaitu: 1. Metodologi Peninjauan Kembali/Penyusunan RTRW Propinsi Bengkulu. 2. Metodologi Peninjauan Kembali/Penyusunan RTRW Kabupaten Agam dan Kabupaten Inderagiri Hilir. 3. Metodologi Penyusunan RTRW Kota Pariaman. 4. Metodologi Penyusunan RDTR Kota Inderalaya dan Kawasan Rempang Galang.
III-1
3.1
Metodologi
RTRW
Propinsi Bengkulu
Pada dasarnya, metodologi Peninjauan Kembali dan
Penyusunan RTRW Propinsi Bengkulu terdiri atas beberapa tahapan, yaitu 1) Kajian terhadap keabsahan RTRW, 2) Kajian kepentingan peninjauan kembali RTRW, 3) Penentuan tipologi peninjauan kembali RTRW, 4) Perumusan peninjauan kembali RTRW dan 5) Penyusunan RTRW. Yang membedakan keduanya adalah kedalaman materi yang dikaji. 1. Kajian Terhadap Keabsahan RTRW Kajian ini ditujukan untuk mengevaluasi keabsahan
produk RTRW, baik dalam hal kelengkapan dan keabsahan data, metoda dan hasil analisis, perumusan konsep dan strategi, produk rencana tata ruang, maupun prosedur penyusunan. Evaluasi dilakukan dengan menggunakan metodologi
analisis komparatif antara aspek dalam produk RTRW, dengan ketentuan mengikuti penilaian yang telah diatur dalam Pedoman Peninjauan Kembali RTRW Propinsi (Departemen Kimpraswil, 2002). Analisis komparatif yang dimaksud disini adalah bahwa komparasi yang dilakukan tidak hanya membandingkan lanjut Dengan antara aspek yang ada atau ini dengan ketentuan penilaian, namun jika memungkinkan dianalisis lebih penyebab demikian, perbedaan dari evaluasi perubahannya.
diharapkan didapat keluaran berupa aspek-aspek apa saja yang tidak sesuai dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan sebagai masukan dalam penentuan tipologi peninjauan kembali seperti apa yang dibutuhkan.
III-2
TIPE A
4
PERUMUSAN PENINJAUAN KEMBALI
1. Penambahan komponen rencana Perbaikan sebagian komponen rencana Perumusan kembali kebijakan dan strategi Peninjauan kembali total
3
PENENTUAN TIPOLOGI PENINJAUAN KEMBALI
2. 3. 4.
III-3
Pengumpulan data dan Informasi pengumpulan informasi/data & peta - data & peta kebijakan pengembangan - data & peta kondisi sosek - data & peta SDA - data & peta penggunaan lahan - data kelembagaan - data fisik dasar - data regional
Analisis RTRW Propinsi - analisis kebijakan & strategi pengembangan prop - analisis aregional - analsisi ekonomi & sektor unggulan - analisis SDM - analisis SDA - analsisi sistem permukiman - analisis penggunaan lahan - analisis kelembagaan - analisis fisik dasar - analisis peran serta masyarakat
Penyusunan Rancangan Rencana - konsep pengembangan pengelolaan kawasan lindung & kawasan budidaya - konsep & strategi pengembangan kawasan pedesaan, kawasan perkotaan dan kawasan tertentu - konsep & strategi pengembangan kawasan permukiman, kehutanan, pertanian, pertambangan, perindustrian, pariwisata dan kawasan lainnya - konsep & strategi pengembangan sistem prasarana wilayah - konsep & strategi pengembangan kawasan yang diprioritaskan - konsep & strategi kebijakan tata guna tanah
Rencana RTRW Propinsi - arahan struktur dan pola pemanfaatan ruang - arahan pengelolan kawasan lindung dan kawasan budidaya - arahan konsep & strategi pengembangan kawasan pedesaan, kawasan perkotaan dan kawasan tertentu - konsep & strategi pengembangan kawasan permukiman, kehutanan, pertanian, pertambangan, perindustrian, pariwisata dan kawasan lainnya - konsep & strategi pengembangan sistem prasarana wilayah - konsep & strategi pengembangan kawasan di i i k
III-4
1. Data kebijakan pembangunan daerah, seperti kesimpulan PROPEDA, informasi arahan RTRWN, informasi arahan RTRW Pulau, RTRW
Propinsi, serta data perekonomian nasional. sektoral pembangunan di propinsi
2. Data karakteristik ekonomi, meliputi data PDRB Propinsi, produksi sektoral Propinsi, APBD Propinsi (5 tahun terakhir), serta investasi 3. Data kependudukan/demografi, meliputi data jumlah penduduk selama 5 tahun terakhir, kepadatan penduduk, tingkat pertumbuhan
penduduk, dan penduduk berdasarkan lapangan pekerjaan, yang dirinci menurut kota/kecamatan.
4. Data sumberdaya buatan, meliputi data sarana ekonomi, sarana sosial, sarana dan prasarana transportasi, yang dirinci per
kabupaten/kecamatan, serta prasarana pengairan, sistem jaringan listrik, dan sistem telekomunikasi.
5. Data sumberdaya alam, meliputi peta dan data penggunaan tanah, hidrologi/sumberdaya air, topografi, geologi/sumberdaya mineral,
kesesuaian lahan kegiatan budidaya, tataguna hutan, jenis tanah, dan iklim. 2 Berdasarkan metoda analisis Dinyatakan lengkap jika sekurang-kurangnya mencakup analisis sebagai berikut: dan
1. Analisis kedudukan propinsi dalam perwilayahan nasional dan pulau serta propinsi, serta hubungannya dengan propinsi lain, meliputi:
-
2. 3. 4. 5. 6.
sistem jaringan transportasi nasional, pulau, propinsi arahan kebijakan RTRWN, RTRW pulau, rencana strategi pengembangan wilayah regional, dll sistem perkotaan nasional, pulau, dan regional fungsi dan peran propinsi dalam lingkup nasional, pulau, dan propinsi berdasarkan aspek ekonomi, transportasi, dan pencapaian pembangunan nasional secara umum. sektor-sektor unggulan di propinsi Analisis demografi, untuk melihat profil dan perkembangan penduduk, meliputi analisis tingkat perkembangan, pergerakan penduduk antar dan dalam kabupaten, distribusi/kepadatan penduduk berdasarkan kecamatan, struktur pekerjaan penduduk dirinci berdasarkan kabupaten/kecamatan, dan tingkat partisipasi angkatan kerja. Analisis ekonomi wilayah, untuk melihat profil dan perkembangan ekonomi propinsi, seperti struktur ekonomi propinsi, terutama menyangkut keterkaitan antarsektor dan sektor unggulan, pertumbuhan ekonomi, pergerakan barang dan jasa, pola persebaran ekonomi dalam propinsi dan keterkaitannya, serta potensi investasi. Analisis fisik dan daya dukung lingkungan, meliputi analisis kendala fisik pengembangan kawasan budidaya (rawan gempa, banjir, longsor), lokasi dan kapasitas sumberdaya alam (air, tanah, hutan, dan mineral), serta kesesuaian lahan bagi pertanian pangan, perkebunan, dan kehutanan. Analisis sarana dan prasarana, meliputi analisis kondisi, jenis, dan jumlah sarana sosial, ekonomi, transportasi, pengairan, listrik, dan telekomunikasi. Analisis struktur dan pola ruang, untuk melihat kecenderungan perkembangan struktur dan pola, yang meliputi pola sebaran penduduk,
III-5
No
7. Analisis potensi dan kondisi SDA, SD buatan, dan SDM, yang dinyatakan lengkap apabila terdapat kesimpulan potensi sumberdaya alam
yang ada, kemungkinan perkembangannya, dan keterbatasan pengembangannya.
8. Analisis keuangan dan kemampuan pembangunan daerah, mencakup analisis jumlah dan proporsi biaya pembangunan propinsi PAD dan
subsidi dari pemerintah pusat/propinsi, dan sumber-sumber pembiayaan lainnya (swasta, BLN, dll). 3 Berdasarkan Dinyatakan lengkap jika mencakup: konsep dan strategi 1. Rumusan permasalahan pembangunan propinsi dan keterkaitannya dengan permasalahan pemanfaatan ruang 2. Rumusan konsep dan strategi pengembangan tata ruang wilayah propinsi 3. Penjabaran konsep dan strategi pengembangan tata ruang wilayah propinsi, meliputi strategi pengelolaan kawasan lindung dan budidaya; kawasan perdesaan, perkotaan, dan tertentu; kawasan produksi dan permukiman, serta sistem pusat permukiman perkotaan dan perdesaan; pengembangan sarana dan prasarana wilayah; pengembangan kawasan prioritas; serta penatagunaan tanah, air, udara, dan sumberdaya alam lainnya. Berdasarkan Dinyatakan lengkap jika mencakup: produk rencana 1. Arahan pengelolaan kawasan lindung dan budidaya 2. Arahan pengelolaan kawasan perdesaan, perkotaan, dan tertentu tata ruang 3. Arahan pengembangan kawasan budidaya, meliputi kawasan permukiman, kehutanan, pertanian, pertambangan, industri, dan lainnya. 4. Arahan struktur tata ruang, meliputi arahan pengembangan sistem pusat permukiman (perkotaan dan perdesaan), sistem jaringan jalan, sistem transportasi lainnya, sistem jaringan energi/listrik, pengairan, telekomunikasi, air baku. 5. Arahan pengembangan kawasan prioritas. 6. Pedoman pengendalian pemanfaatan ruang wilayah, meliputi kebijakan tata guna tanah, air, lahan, udara, dan sumberdaya alam lainnya. Berdasarkan proses penyusunan Dinyatakan lengkap jika: 1. Disusun berdasarkan pedoman teknis penyusunan yang berlaku. 2. Melibatkan tim teknis tata ruang propinsi serta pihak lain yang terkait (masyarakat dan pakar). 3. Melalui suatu proses konsensus dan musyawarah dalam mengalokasikan ruang sesuai dengan arahan rencana tata ruang yang lebih tinggi. 4. Disepakati oleh DPRD.
Sumber: Pedoman Peninjauan Kembali RTRW Propinsi (Departemen Kimpraswil, 2002), Kepmen Kimpraswil No. 327/KPTS/M/2002 Keterangan : Penggunaan ketentuan ini akan disesuaikan dengan ketersediaan data dan informasi
III-6
Untuk melakukan kajian ini, maka data yang diperlukan adalah Dokumen RTRW, baik Buku Fakta Analisis, maupun Buku Rencana. Dokumen ini diperoleh dengan melakukan survai instansional terkait, dalam hal ini Pemerintah Propinsi atau Badan Perencanaan dan Pengembangan Daerah (Bappeda) Propinsi. 2. Kajian Kepentingan Peninjauan Kembali RTRW Kajian ini bertujuan untuk mengidentifikasi seberapa besar penyimpangan arahan yang digariskan dalam RTRW sebagai masukan penentuan dilakukan. identifikasi eksternal, dalam Untuk 2) perlunya itu, peninjauan kembali akan ini kembali yang mencakup dan dan akan 1) 3) tipologi terhadap peninjauan kajian adanya
perubahan
faktor-faktor
identifikasi
besaran
simpangan,
eksternal dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh informasi menyangkut indikasi adanya perubahan akibat pengaruh dari berbagai faktor eksternal, seperti : peraturan dan rujukan yang baru kebijakan pemerintah yang baru, baik di tingkat pusat, daerah, maupun sektoral adanya perubahan-perubahan dinamis akibat kebijakan dan pertumbuhan ekonomi, seperti perubahan fungsi kota, dan adanya struktur investasi properti skala besar dan serta pembangunan infrastruktur yang mempengaruhi pola pengembangan wilayah, dibangunnya pusat-pusat pelayanan baru adanya paradigma baru dalam pembangunan dan atau penataan ruang Identifikasi ini dilakukan dengan metodologi deskriptif analisis, artinya tidak hanya menjabarkan fakta adanya faktor eksternal yang ada, tapi juga menganalisi lebih lanjut mengenai dampak faktor tersebut terutama terhadap penataan ruang wilayah.
III-7
Dari kajian ini diharapkan dapat diperoleh informasi mengenai kebijakan dan perubahan kondisi internal di wilayah propinsi yang dampaknya secara signifikan mempengaruhi arahan pemanfaatan ruang yang telah ada. Sementara, identifikasi besaran simpangan dilakukan
untuk memperkirakan seberapa besar penyimpangan yang terjadi, antara arahan kebijakan yang dirumuskan dalam RTRW dengan wujud struktural pemanfaatan ruang yang ada kenyataannya. Penyimpangan hal ini dapat berupa maupun penyimpangan dalam pemanfaatan
pengendalian pemanfaatan. Masing-masing penyimpangan memiliki kriteria tersendiri. Identifikasi ini dilakukan dengan metodologi deskriptif analisis kuantitatif, dimana penyimpangan akan dibandingkan dengan total aspek yang dikaji (dalam hal ini aspek terkait dengan kriteria penyimpangan seperti yang dijabarkan dalam Box 1), diwujudkan dalam bentuk persentase (%). Untuk melakukan kedua identifikasi tersebut dibutuhkan dukungan data dan informasi, yang diperoleh melalui: a. Diskusi lintas sektoral yang melibatkan seluruh dinas atau instansi teknis terkait dengan pengembangan wilayah. yang Diskusi dilakukan dengan maksud untuk bertukar informasi mengenai isu-isu permasalahan ada, terutama menyangkut ruang wilayah, pelaksanaan konfirmasi kebijakan pemanfaatan
kebijakan-kebijakan yang telah dikeluarkan dalam rangka pengembangan wilayah, dll. b. Pengumpulan yang seluruh dokumen-dokumen mempengaruhi kebijakan kebijakan dianggap dapat
penataan ruang yang digariskan dalam RTRW, baik di tingkat nasional maupun daerah. c. Kondisi penggunaan ruang atau tutupan saat ini.
III-8
- Box 1 Tidak menyimpang jika: Pemanfaatan ruang Benar-benar menjadi acuan pelaksanaan pembangunan, artinya menjadi dokumen resmi dalam Rakorbang Daerah dan didudukkan sejajar dengan Peraturan Daerah lainnya. Struktur dan pola pemanfaatan ruang benar-benar sesuai dengan arahan dalam RTRW Telah ditetapkan dan disahkan menjadi PERDA dan didiseminasikan ke setiap sektor. Menjadi acuan sektor dalam menyusun rencana, pembiayaan, dan tahapan program pembangunan serta telah menjadi acuan dalam pelaksanaan penyusunan rencana tata ruang hirarki di bawahnya. Tidak menimbulkan konflik antarsektor atau tumpangtindih alokasi kegiatan sektor. Pemanfaatan ruang atas dasar RTRW tidak menimbulkan dampak yang bermasalah di masyarakat. Tidak ada pengaduan masyarakat yang menginformasikan ketidaksesuaian RTRW dengan kenyataan di lapangan. Telah memiliki sistem informasi pemantauan dan pelaporan yang handal, cepat, dan informatif. Telah dilakukan mekanisme perijinan yang sesuai berdasarkan RTRWP dalam menentukan lokasi kegiatan. Telah dilakukan evaluasi pelaksanaan program-program pembangunan, implementasi ruang, serta perijinan pemanfaatan ruang. Telah dilakukan evaluasi terhadap kenyataan di lapangan akibat terjadinya terjadinya faktor eksternal (perubahan kebijakan dan rujukan) Diterapkan instrumen baru, seperti perangkat insentfi, agar selalu sesuai dengan arahan RTRWP Diterapkan denda/sangsi bagi yang melanggar arahan dalam RTRW
Lebih lanjut, hasil kedua identifikasi tersebut menjadi input/masukan dalam mengidentifikasi perlunya peninjauan kembali terhadap RTRW Propinsi Bengkulu. Peninjauan kembali akan dibutuhkan apabila salah satu kriteria terpenuhi, apakah terdapat perubahan kebijakan skala besar. 3. Penentuan Tipologi Peninjauan Kembali RTRW Kajian ini bertujuan untuk mengklasifikasikan tipologi peninjauan kembali seperti apa yang dibutuhkan oleh RTRW Propinsi RTRW Bengkulu dan berdasarkan pertimbangan peninjauan keabsahan tingkat keperluan besar, terdapat faktor internal yang belum dipertimbangkan, atau terjadi penyimpangan yang cukup
kembali yang tergambar dari adanya perubahan faktor eksternal dan adanya penyimpangan. Terdapat 8 tipologi peninjauan kembali dengan
karakteristik dan kebutuhan peninjauan kembali yang berbeda, meliputi (Pedoman Peninjauan Kembali RTRW Kabupaten, Departemen Kimpraswil, 2002):
Penjabaran RTRW Propinsi (Bantuan Teknis) Pada Kabupaten/Kota di Wilayah Barat III-9
Tipologi A, dimana RTRW sah, terjadi simpangan kecil, dan tidak terdapat perubahan faktor eksternal. Tipologi B, dimana RTRW sah, terjadi simpangan kecil, namun terjadi perubahan signifikan pada faktor-faktor eksternal berpengaruh terhadap kinerja RTRWP.