Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
FO-UGM-BI-07-13
LAPORAN PRAKTIKUM INSTRUMENTASI PENGENALAN ALAT, MIKROTOM, OPTI LAB, DAN PEMBUATAN PREPARAT
NAMA DOSEN
LABORATORIUM STRUKTUR PERKEMBANGAN TUMBUHAN FAKULTAS BIOLOGI UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2013
FO-UGM-BI-07-13
I.
Tujuan Praktikum 1. Mahasiswa dapat mengetahui nama dan fungsi alat-alat yang ada di dalam laboratorium struktur perkembangan tumbuhan. 2. Mahasiswa dapat mengetahui cara membuat preparat tumbuhan. 3. Mahasiswa dapat mengetahui cara kerja mikrotom dalam pembuatan preparat dan penggunaan optilab untuk keperluan pengamatan.
II.
Dasar Teori
2.1 Jenis Preparat Mikroteknik secara umum dikenal sebagai teknik pembuatan preparat mikroskopis, menganalisis, dan juga melakukan mikrometri sebagai bagian dari proses penelitian histologi. Preparat tumbuhan dibuat dengan beberapa jenis tergantung dari tujuan penggunaan preparat tersebut. Jenis tersebut yaitu preparat segar, preparat semi permanen, dan preparat permanen. 1. Preparat segar Preparat segar digunakan untuk mengamati jaringan dalam kondisi hidup. Salah satu contoh penggunaannya adalah pengamatan pergerakan kloroplas pada Hydrilla sp. Preparat segar menggunakan media akuades sehingga hanya dapat digunakan dalam waktu singkat. Setiap pengamatan menggunakan preparat segar dianjurkan untuk membuat preparat baru terlebih dahulu.
2.
Preparat semi permanen Preparat semi permanen dapat bertahan lebih lama dari pada preparat segar. Preparat ini menggunakan media gliserin. Menurut Susandarini (2004) gliserin memiliki indeks refraksi 1,4 dan baik digunakan untuk preparat semi permanen.
FO-UGM-BI-07-13
3.
Preparat permanen Media yang digunakan pada preparat permanen adalah balsam kanada. Adds et.al (2001) menjelaskan penggunaan balsam kanada memiliki keuntungan yaitu pengeringan lebih cepat dan tidak berubah warna dalam waktu lama. Preparat permanen yang diproduksi dengan cara ini dapat disimpan dalam waktu lama tanpa penurunan kualitas.
2.2 Metode Pembuatan Preparat Selain jenis-jenis preparat berdasarkan umur pemakaiannya, membuat preparat juga dapat dilakukan dengan beberapa metode. Hal ini dilakukan berdasarkan tujuan pengamatan dari preparat yang akan dibuat. Metode tersebut yaitu antara lain metode paraffin, metode squash, metode asetolisis, metode maserasi, dan metode whole mount. Metode paraffin digunakan untuk pembuatan preparat yang memiliki tekstur lunak seperti daun, bunga, dan pucuk tumbuhan. Dengan di embedding pada paraffin, jaringan yang lunak akan menjadi lebih mudah untuk di iris. Selain metode paraffin dikenal juga metode squash. Metode ini digunakan untuk mengamati mitosis yang biasanya menggunakan akar tumbuhan. Metode asetolisis digunakan saat membuat preparat serbuk sari ( pollen) dan spora. Metode ini menggunakan campuran asam asetat glasial dan asam sulfat pekat dengan perbandingan 9:1. Dengan direndam pada campuran tersebut, dinding sel pollen menjadi lisis. Sebelum diamati menggunakan mikroskop, objek di berikan minyak silikon (Preston, 1963). Metode maserasi digunakan dengan prinsip membusukkan beberapa bagian jaringan tertentu, Dengan cara ini, jaringan yang diamati akan tetap utuh dan lebih jelas. Metode ini memiliki tiga variasi cara yaitu metode Jeffery, metode Harlow, dan metode Schultze (Bendre dan Kumar, 2009). Membuat preparat dengan metode whole mount akan menghasilkan objek preparat berada dalam keadaan utuh. Kondisi tersebut memungkinkan 2
FO-UGM-BI-07-13
pengamatan struktur utuh dari suatu organisme dan objek akan terlihat dengan jelas ketika diamati menggunakan mikroskop. Struktur yang dapat diamati menggunakan metode whole mount ini adalah struktur reproduksi maupun struktur vegetatif pada suatu organisme. Objek preparat tumbuhan yang dapat dibuat sengan metode ini adalah tumbuhan kecil yang dapat di tempatkan dalam kaca objek. Objek tersebut di mounting dengan asam laktat 85% (Youssef dan Dugan, 2000).
2.3
Mikrotom Mikrotom adalah alat yang digunakan untuk memotong spesimen. Alat ini
digunakan untuk membuat preparat jaringan. Hasil preparat yang baik tergantung pada pengetahuan yang mendalam tentang peralatan dan pengalaman praktis. Mikrotom dapat mempuat potongan specimen dengan ketebalan yang paling umum digunakan yaitu 5-10m (Majrit, 2008). Kebanyakan proses pembuatan preparat menggunakan mikrotom
dilakukan pada blok jaringan yang ditanam pada parafin. Mekanisme kerja mikrotom adalah obyek (blok parafin) bergerak maju dengan jarak yang telah ditentukan sampai bersentuhan dengan pisau pemotong. Spesimen bergerak secara vertikal melewati permukaan pisau sehingga menghasilkan irisan tipis jaringan (Bancroft et al., 2008). Berdasarkan prinsip kerjanya mikrotom terdiri dari beberapa jenis, diantaranya: 1. Mikrotom Tangan (Hand microtome) Mikrotom tangan merupakan bentuk paling dasar. Bentuknya
menyerupai penggulung benang, dan memiliki satu lubang tempat memasukkan dan mengunci objek (dalam fiksatif) yang akan diiris. Setelah objek dimasukkan ke dalam lubanmg mikrotom, pengirisan dilakukan dengan silet atau pisau tajam. Irisan dengan ketebalan 150250m dapat dipotong dengan menggunakan alat ini (Hayat, 1981). 3
FO-UGM-BI-07-13
Selain itu, alat ini dapat juga digunakan untuk mengiris jaringan yang bertekstur keras.
2. Mikrotom Putar (Rotary Microtome) Mekanisme dasar mikrotom putar menggunakan roda yang dapat diputar 360o. Spesimen bergerak vertikal melewati permukaan pisau pemotong dan kembali ke posisi awal. Mikrotom putar memiliki beberapa model yaitu: manual, semi otomatis, dan otomatis. Keuntungan penggunaan mikrotom ini yaitu: kemampuan untuk memotong tipis spesimen, dan dapat digunakan pada semua jenis jaringan (Mailhiot, 2005 dalam Bancroft et al., 2008).
3. Mikrotom geser (Sliding microtome) Pada mikrotom ini bagian yang bergerak pada saat pengirisan sampel adalah pisaunya. Sampel diletakkan pada bagian yang terkunci, lalu pisau yang digerakkan akan mengiris objek dengan ketebalan yang ditentukan. Mikrotom ini digunakan untuk sampel yang bertekstur keras atau pada sampel yang di embedding dalam celloidin (Bancroft et al., 2008).
2.4 Mikroskop cahaya Keingintahuan akan benda-benda kecil yang mikroskopis, mendorong ditemukannya mikroskop. Mikroskop yang pertama kali ditemukan dan dikembangkan adalah mikroskop cahaya. Dalam mikroskop cahaya, cahaya tampak diteruskan melalui spesimen dan kemudian melalui lensa kaca. Lensa ini merefraksikan cahaya sedemikian rupa sehingga citra spesimen diperbesar ketika diproyeksikan ke mata atau ke kamera. Tiga parameter penting dalam teknik penggunaan mikroskop adalah perbesaran, resolusi dan kontras. Perbesaran adalah rasio ukuran citra objek 4
FO-UGM-BI-07-13
dengan ukuran objek sebenarnya. Mikroskop cahaya dapat memperbesar secara efektif 1000 kali ukuran objek sebenarnya. Dengan perbesaran lebih tinggi lagi akan membuat detail benda tidak lagi terlihat jelas. Resolusi adalah ukuran kejelasan citra; jarak minimum yang dapat memisahkan dua titik sehingga masih dapat dibedakan sebagai dua titik. Parameter ketiga adalah kontras, ini didefinisikan sebagai kemampuan menonjolkan perbedaan bagian dari sampel. Sehingga bagian-bagian sel dapat lebih jelas dibedakan (Reece et. al., 2011).
III.
Metode
3.1 Waktu dan Tempat Waktu dan tempat pelaksanaan praktikum yaitu : Hari, tanggal : Selasa, 3 Desember 2013 Pukul Tempat : 09.00 sampai selesai : Laboratorium Struktur Perkembangan Tumbuhan
Universitas Gadjah Mada 3.2 Alat Pada praktikum kali ini dijelaskan cara penggunaan alat-alat yang digunakan pada laboratorium struktur perkembangan tumbuhan. Antara lain: 1. Hot plate 2. Kaca objek dan Kaca penutup 3. Mikroskop 4. Mikrotom 5. Optilab 6. Oven 7. Pengasah Pisau Mikrotom 8. Pisau Silet
FO-UGM-BI-07-13
3.3 Bahan Selain penggunaan alat, digunakan juga beberapa bahan-bahan, antara lain: 1. Alkohol 2. Balsam Kanada 3. Fast Green 4. Parafin 5. Safranin 6. Xilol
3.4 Prosedur Kerja Berikut dijelaskan prosedur kerja pembuatan preparat: Preparat Segar 1. Diteteskan akuades di tengah kaca objek bersih. 2. Diambil bagian tumbuhan yang akan diamati, bila jaringan terlalu besar gunakan pisau silet untuk mengirisnya 3. Ditempatkan objek pengamatan ke dalam akuades pada kaca objek. 4. Ditempatkan kaca penutup secara perlahan menyentuh akuades pada kaca objek dengan membentuk sudut 60 derajat lalu dijatuhkan dengan hati-hati hingga objek tertutup.
Preparat Semi Permanen 1. Dipotong bahan dengan menggunakan sliding microtome, 2. Ditampung irisan dalam petridish yang berisi akuades, 3. Diambil irisan lalu letakkan diatas kaca objek 4. Dibubuhi dengan gliserin, ditutup dengan gelas penutup.
FO-UGM-BI-07-13
Preparat Permanen Tanpa Embedding Hari ke I: Fiksasi: Dipakai larutan Alkohol 70% Pengirisan: Dibuat irisan-irisan melintang atau membujur dengan menggunakan Sliding microtome dengan ketebalan 20-30m (mikronmeter). Irisan ditampung dalam petridish yang diberi Alkohol 70%. Pewarnaan: Dengan menggunakan Safranin 1 % dalam Alkohol 70% selama 24 jam.
Hari ke II: Safranin dibuang lalu diganti berturut-turut dengan : Alkohol 70% ............................................................. 10 menit Alkohol 80% ............................................................. 10 menit Alkohol 95% ............................................................. 10 menit Alkohol 100% ........................................................... 10 menit Alkohol 100% ........................................................... 10 menit Alkohol/xilol 3:1 ........................................................ 10 menit Alkohol / xilol 1:1 ...................................................... 10 menit Alkohol / xilol 1:3 ...................................................... 10 menit Xilol .......................................................................... 10 menit Xilol .......................................................................... 10 menit
Penutupan: Irisan diatur diatas gelas benda ditutup dengan gelas penutup dengan pemberian Balsam Kanada terlebih dahulu. Preparat dikeringkan dikeringkan diatas hot plate dengan temperature 45C hingga Balsam Kanada kering.
Pemberian nama: Disebelahah kiri gelas penutup dilekatkan etiket dan diberi keterangan: nama spesies, organ, penampang.
FO-UGM-BI-07-13
Preparat Permanen dengan Embedding pada Paraffin Hari ke I: Fiksasi: Dipakai larutan FAA : Formalin ................................................................... 5 bagian Asam asetat glasial .................................................. 5 bagian Alkohol 70% ............................................................. 90 bagian Diamkan selama 24 jam.
Hari ke II: Pencucian dan dehidrasi: Fiksatif dibuang lalu diganti berturut-turut dengan : Alkohol 70% ............................................................. 30 menit Alkohol 80% ............................................................. 30 menit Alkohol 95% ............................................................. 30 menit Alkohol 100% ........................................................... 30 menit Alkohol 100% ........................................................... 30 menit Dealkoholisasi: Alkohol / xilol 3:1 ...................................................... 30 menit Alkohol /xilol 1:1 ....................................................... 30 menit Alkohol/xilol 1:3 ........................................................ 30 menit Xilol .......................................................................... 30 menit Xilol .......................................................................... 30 menit Campuran Xilol/paraffin 1:9 dengan temperature 57C selama 24 jam
Hari ke III :Infiltrasi: Campuran xilol/paraffin dibuang diganti dengan paraffin murni. Temperatur tetap 57C selama 24 jam.
Hari ke IV: Penyelubungan: Parafin dibuang diganti dengan paraffin murni yang baru. Setelah 1 jam dibuat blok.
FO-UGM-BI-07-13
Hari ke V: Pengirisan: Dibuat irisan-irisan dengan menggunakan rotary microtome dengan ketebalan 6-12m (mikronmeter). Perekatan: Irisan direkatkan pada gelas benda dengan campuran Gliserin : Albumin yang dibubuhi air, kemudian gelas benda ditaruh diatas Hot plate dengan temperature 45C sampai pita paraffin merenggang.
Hari ke VI: Pewarnaan : dengan safranin 1% dalam Alkohol 70% dan fast green 1% dalam Alkohol 95%. Berturut-turut gelas benda dimasukkan dalam : Xilol .......................................................................... 3 menit Xilol .......................................................................... 3 menit Alkohol / xilol 1:3 ...................................................... 3 menit Alkohol / xilol 1:1 ...................................................... 3 menit Alkohol / xilol 3:1 ...................................................... 3 menit Alkohol 100% ........................................................... 3 menit Alkohol 100% ........................................................... 3 menit Alkohol 95% ............................................................. 3 menit Alkohol 80% ............................................................. 3 menit Alkohol 70% ............................................................. 3 menit Safranin 1% dalam Alkohol 70% .............................. 1 jam Alkohol 70% ............................................................. 1 menit Alkohol 80% ............................................................. 1 menit Alkohol 95% ............................................................. 1 menit Alkohol 100% ........................................................... 1 menit Alkohol 100% ........................................................... 1 menit Alkohol / xilol 3:1 ...................................................... 1 menit Alkohol / xilol 1:1 ...................................................... 1 menit Alkohol / xilol 1:3 ...................................................... 1 menit 9
FO-UGM-BI-07-13
Penutupan: Irisan ditutup dengan gelas penutup dengan pemberian Balsam Kanada terlebih dahulu. Preparat dikeringkan diatas Hot plate dengan temperature 45C hingga Balsam Kanada kering.
Pemberian nama: Disebelah kiri gelas penutup dilekatkan etiket dan diberi keterangan: nama spesies, organ, penampang.
IV.
4.1 Deskripsi Laboratorium Laboratorium Struktur dan Perkembangan Tumbuhan Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada merupakan sebuah laboratorium yang digunakan untuk melakukan berbagai akitivitas yang berkaitan dengan percobaan maupun kegiatan-kegiatan penelitian. Dalam menjalankan fungsinya, laboratorium ini didukung dengan perangkat peralatan, bahan-bahan, mekanisme termasuk tata cara penggunaan alat, dan organisasi pengelolaannya. Laboratorium ini dipimpin oleh Bapak Dr. E. Suharyanto, M.S, M.Sc, Ph.D., dan dibantu oleh staff dosen lainnya yaitu Prof. (Emeritus) Dr. Issirep Sumardi, Prof. Dr. L. Hartanto Nugroho, M.Agr., Dr. Maryani, M.Sc., Drs. Sutikno, S.U., dan Dra. Siti Susanti, M.S. serta asisten dan seorang laboran. Laboratorium ini juga aktif melakukan berbagai kegiatan penelitian. Penelitian yang dilakukan pada laboratorium ini meliputi beberapa bidang dalam ilmu botani. Bidang penelitian tersebut yaitu morfologi, anatomi, embriologi, mikroteknik, palinologi, organologi, metabolik sekunder, kultur jaringan, dan beberapa tema di bidang fisiologi. Ruangan yang terdapat di dalam laboratorium
10
FO-UGM-BI-07-13
ini meliputi ruang kuliah dan praktikum, ruang penelitian, ruang pembuatan preparat, ruang kultur jaringan, dan ruang asisten.
4.2
Instrumentasi Alat dan Bahan Pada praktikum instrumentasi ini, dijelaskan beberapa alat yang biasa
digunakan dalam praktikum maupun penelitian pada laboratorium struktur perkembangan tumbuhan. Setiap alat memiliki fungsi dan spesifikasi masingmasing, sehingga dalam penggunaannya menyesuaikan dengan kebutuhan peneliti. Selanjutnya akan dijelaskan beberapa alat yang terdapat dalam laboratorium struktur perkembangan tumbuhan. 1. Hot plate Dalam pembuatan preparat, hot plate digunakan untuk mengeringkan preparat. Preparat yang telah diletakkan di kaca objek, di beri gliserin atau kanada balsam (tergantung jenis preparat). Setelah diberi gliserin atau kanada balsam, preparat diletakkan di atas hot plate (Gambar 1) dengan suhu sekitar 45oC. Penggunaan hot plate ini akan menghemat waktu pengeringan preparat, sehingga proses pembuatan preparat menjadi lebih cepat.
Gambar 1. Hot plate
11
FO-UGM-BI-07-13
2. Kaca objek dan kaca penutup Kaca objek (object glass) dan kaca penutup (cover glass) sangat umum digunakan dalam pembuatan preparat. Kaca ini berfungsi sebagai tempat meletakkan irisan-irisan preparat. Untuk menjaga agar kaca penutup tetap melekat dengan kaca objek pada preparat biasa digunakan gliserin atau kanada balsam. Pada Gambar 2 terlihat
tempat meletakkan preparat yang telah di iris menggunakan mikrotom dengan metode paraffin.
membantu mengamati benda yang berukuran mikroskopis. Salah satunya adalah sel tumbuhan. Mikroskop dipakai untuk mengamati preparat yang telah dibuat sehingga dapat digambar, diukur, maupun difoto. Pada tumbuhan laboratorium terdapat struktur
perkembangan
mikroskop
Sumber
cahaya
pada
mikroskop
tersebut telah menggunakan lampu LED yang menghasilkan cahaya berwarna putih, sehingga objek yang diamati menjadi lebih jelas.
12
FO-UGM-BI-07-13
4. Mikrotom Terdapat dua jenis mikrotom di laboratorium struktur perkembangan tumbuhan. Mikrotom
tersebut adalah mikrotom geser (Gambar 4) dan mikrotom putar (Gambar 5). Penggunaan dua jenis mikrotom ini dibedakan berdasarkan sampel yang akan diiris. Mikrotom geser digunakan untuk sampel yang teksturnya keras dan tidak perlu di embedding dalam paraffin. Mikrotom
Gambar 4. Mikrotom geser (sliding microtome)
putar untuk
digunakan
maupun lunak. Untuk penggunaan mikrotom putar, objek biasanya di embedding dalam paraffin. Pada mikrotom putar, objek yang akan diiris diletakkan di bidang yang terkunci namun akan bergerak naik turun seiring dengan putaran roda putar mikrotom. Pisau pada mikrotom putar tidak dapat digerakkan.
Gambar 5. Mikrotom putar (rotary microtome)
5. Optilab Secara fisik, optilab (Gambar 6) merupakan kamera dengan resolusi 5 megapixel yang dihubungkan ke komputer/laptop melalui port USB. Optilab dipasangkan dengan mikroskop sebagai pengganti lensa okuler (Gambar 7). Oleh
Gambar 6. Optilab
karena itu, optilab juga memiliki perbesaran yang sama dengan lensa okuler pada umumnya yaitu
13
FO-UGM-BI-07-13
10X. Optilab adalah salah satu alat bantu untuk menayangkan bidang pengamatan mikroskop melalui komputer/laptop. Dengan dihubungkannya bidang pengamatan mikroskop ke
komputer/laptop, hasil pengamatan tersebut juga dapat disimpan sebagai gambar atau video, dan juga dapat ditayangkan melalui infocus proyektor. Sebagai upaya modernisasi perangkat mikroskop, penggunaan optilab sangat berperan positif termasuk dalam dunia pendidikan.. Penggunaan optilab
meningkatkan efisiensi mikroskop, karena tidak diperlukan banyak mikroskop untuk pengamatan objek. Selain itu, dengan ditampilkannya hasil pengamatan ke layar, peserta didik dapat mengamati objek yang sama dalam waktu bersamaan. Hal ini dapat menghindari kesalahan persepsi peserta didik dalam mendeskripsikan objek amatan yang
Gambar 7. Penggunaan Optilab pada mikroskop
dilihatnya.
(Gambar 8) sebelum digunakan sebagai media embedding jaringan lunak pada pembuatan
preparat permanen. Dalam proses pencairan paraffin digunakan suhu antara 58-60oC. Hal ini dilakukan untuk menjaga paraffin agar tidak mendidih.
Gambar 8. Proses pemanasan paraffin
Setelah
cair,
maka
paraffin siap
14
FO-UGM-BI-07-13
7. Pengasah Pisau Mikrotom Pisau yang digunakan pada mikrotom harus tajam agar menghasilkan irisan preparat yang sesuai dengan ketebalan yang diinginkan. Untuk
menjaga kerajaman pisau ini, beberapa jenis mikrotom mengharuskan pisaunya untuk diasah kembali menggunakan alat pengasah (Gambar
Gambar 9. Alat pengasah pisau mikrotom
9). Namun ada juga mikrotom yang menggunakan pisau sekali pakai seperti pisau cutter.
menggunakan pisau silet (Gambar 10) untuk mengiris preparat. Namun, ketebalan irisan bisa tidak seragam bila dibandingkan dengan menggunakan mikrotom.
Selain alat-alat yang telah dipaparkan di atas, dalam praktikum maupun penelitian di laboratorium struktur perkembangan tumbuhan juga digunakan beberapa bahan. Penggunaan bahan-bahan ini berbeda-beda tergantung proses penelitian dan keperluan peneliti. Selanjutnya akan dijelaskan beberapa bahanbahan yang umum digunakan di laboratorium ini.
1. Alkohol Pada proses pembuatan preparat dibutuhkan alkohol bertingkat dengan konsentrasi 70%, 80%, 95%, dan 100%. Alkohol digunakan untuk tujuan dehindasi sel yang akan dibuat preparat permanen. Selain itu, alkohol juga digunakan sebagai pelarut zat warna (safranin dan fast green). 15
FO-UGM-BI-07-13
pengamatan ke kaca objek. Penggunaan balsam kanada biasanya pada preparat permanen. Adds et.al (2001) menjelaskan penggunaan balsam kanada memiliki
keuntungan yaitu pengeringan lebih cepat dan tidak berubah warna dalam waktu lama.
3. Fast Green Penggunaan pewarna fast green adalah sebagai pewarna kehijauan pada preparat. Pada pembuatan preparat permanen tumbuhan pewarnaan dengan fast green dilakukan dengan mencampurkan fast green pada fase perendaman preparat dengan alkohol 95%. Hal ini dilakukan karena fast green merupakan pewarna yang larut dalam alkohol (Anonim, 2003).
4. Paraffin Paraffin digunakan sebagai media embedding jaringan lunak, sebelum diiris dengan mikrotom. Paraffin dalam suhu kamar berbentuk padatan (Gambar 12), sehingga sebelum digunakan
paraffin harus dicairkan terlebih dahulu dalam oven bersuhu 58-60oC. Dengan suhu tersebut, paraffin telah cair namun tidak sampai mendidih. Cochran
Gambar 12. Paraffin
(2004) menjelaskan, parafin digunakan karena dapat menempel pada jaringan yang akan diiris,
16
FO-UGM-BI-07-13
paraffin lalu ditempatkan pada skaca objek dan dibiarkan kering. Selanjutnya, parafin akan dihapus dengan xylene (xylol) atau pelarut lain.
5. Safranin Safranin merupakan salah satu pewarna preparat. Warna yang muncul dengan pemberian safranin adalah merah. Safranin dapat larut dengan air maupun alkohol.
6. Xylol Preparat yang telah di embedding pada paraffin selanjutnya perlu dibersihkan agar struktur preparat dapat terlihat jelas. Salah satu pelarut yang digunakan untuk membersihkan paraffin adalah xylol (Gambar 13). Sass (1951) menjelaskan, dipilihnya xylol sebagai pelarut adalah karena biaya yang tidak mahal, dan xylol juga tidak beracun. Terdapat pelarut lain yang juga dapat digunakan seperti chloroform, namun chloroform
Gambar 13. Xylol
4.3 Pengamatan Preparat Menggunakan Mikroskop dan Optilab Pada proses pengamatan preparat, praktikan mengamati preparat segar dan preparat permanen. Preparat segar yang diamati adalah daun Rhoe discolor dan daun Hydrilla sp. Pada sampel Rhoe discolor (Gambar 14) terlihat adanya stomata. Hasil amatan ini di ambil menggunakan optilab, sehingga
memungkinkan untuk diberikan keterangan ukuran sel. Dari Gambar 14 terlihat ukuran sisi panjang stomata tersebut adalah 43,1m. Fitur pengukuran ini sangat memudahkan dalam proses pengamatan, sehingga pengamat dapat dengan mudah mengetahui berapa ukuran sel yang sedang diamatinya. Stomata merupakan modifikasi dari epidermis.Stomata merupakan jalur pertukaran O2 dengan CO2 dan juga merupakan jalur utama keluarnya air dari 17
FO-UGM-BI-07-13
permukaan daun. Walaupun luas permukaan stomata hanya 1-2% luas permukaan daun, namun bagian permukaan daun yang lain dilapisi oleh kutikula berlilin yang membatasi keluarnya air dari permukaan daun. Setiap stomata diapit oleh sepasang sel penjaga yang mengatur membuka dan menutupnya stomata melalui perubahan tekanan turgor (Reece, 2011).
Pengamatan preparat segar berikutnya adalah daun Hydrilla sp. Dari hasil pengamatan terlihat sangat jelas kloroplas pada daun tersebut. Warna hijau yang
Kloroplas
Dinding sel
18
FO-UGM-BI-07-13
terlihat pada objek pengamatan merupakan kloroplas. Pada saat pengamatan menggunakan optilab, terlihat pergerakan kloroplas pada daun Hydrilla sp.Hal ini terjadi karena daun tersebut masih aktif melakukan fotosintesis. Pengamatan berikutnya menggunakan preparat permanen yang telah tersedia di laboratorium struktur perkembangan tumbuhan. Preparat yang digunakan adalah akar, batang, dan daun Zea mays (Gambar 16). Pada pengamatan menggunakan preparat ini, bagian-bagian penyusunnya sangat jelas terlihat. Hal ini didukung dengan ketebalan preparat yang sama, sehingga memungkinkan pengamatan dapat dilakukan dengan baik. Pengirisan sampel menggunakan mikrotom akan menghasilkan preparat yang tipis dan merata. Selain itu, preparat juga diberi warna sehingga perbedaan antar sel dapat terlihat jelas.
(a)
(b)
(c)
Gambar 15. Preparat Zea mays: (a) akar, (b) batang, (c) daun
19
FO-UGM-BI-07-13
V.
Penutup
5.1 Simpulan Dari praktikum instrumentasi di laboratorium struktur perkembangan tumbuhan ini dapat disimpulkan: 1. Bidang penelitian yang dilaksanakan di laboratorium struktur perkembangan tumbuhan yaitu morfologi, anatomi, embriologi, mikroteknik, palinologi, organologi, metabolik sekunder, kultur jaringan, dan beberapa tema di bidang fisiologi tumbuhan. 2. Pemahaman tentang penggunaan alat dan bahan sangat penting untuk menunjang keberhasilan penelitian. 3. Preparat yang biasa digunakan ada tiga jenis yaitu preparat segar, preparat semi permanen, dan preparat permanen 4. Mikrotom yang digunakan di laboratorium struktur perkembangan tumbuhan adalah mikrotom putar (untuk preparat yang di embedding dalam paraffin) dan mikrotom geser (untuk preparat yang bertekstur keras. 5. Penggunaan optilab sangat membantu dalam proses pembelajaran. Efisiensi penggunaan mikroskop juga meningkat.
5.2 Saran Mengingat pentingnya keterampilan membuat prepatar yang baik, maka perlu adanya praktik pembuatan preparat semi permanen maupun permanen. Selain itu, dalam penggunaan optilab jumlah unit yang terbatas membuat praktikan kurang mendalami pemahaman cara penggunaannya.
20
FO-UGM-BI-07-13
Daftar Rujukan Adds, J., Larkcom, E., Miller, R., Sutton R., 2001. Tools, Techniques and Assessment in Biology - A Course Guide for Students and Teachers. Cheltenham: Nelson Thornes, Ltd. Anonim, 2003. Food Chemical Codex, 5th Edition. Washington: The National Academies Press.
Bancroft, J., Suvarna, K., Layton, C., 2008. Theory and practice of histological techniques. 7th edition. Philadelphia: Churchill Livingstone Elsevier.
Bendre, M. A., Kumar, A., 2009. Text Book of Practical Botany 1. New Delhi: Rastogi Publications.
Cochran, P. E., 2004. Laboratory Manual for Comparative Veterinary: Anatomy and Physiologi. Toronto: Thomson Learning, Inc.
Hayat, M. A., 1981. Fixation for Electron Microscopy. New York: Academic Press, Inc.
Majrit, B., 2008. Manual of Histology, General Anatomy, Embryology and Genetics. Calcutta: Academic Publishers.
Preston, R. D., 1963. Advances in Botanical Research, Vol. 1. London: Academic Press, Inc.
Reece, J. B., Urry, L. A., Cain, M. L., Wasserman, S. A., Minorsky, P. V., Jackson, R. B., 2011. Campbell Biology Ninth Edition. San Francisco: Pearson Education, Inc. 21
FO-UGM-BI-07-13
Sass, J. E., 1951. Botanical Microtechnique. Iowa: The Iowa State College Press.
Susandarini, R., 2004. Diakses 7 Desember 2013. Teknik Preparasi Serbuk Sari dan Pengamatan Preparat Serbuk Sari. http://elisa1.ugm.ac.id/
chapter_view.php?BIO3107.Paleobotani&320
Youssef, N. N., Dugan, F. M., 2000. Location of an Endophytic Neotyphodium sp. within Various Leaf Tissues of Wild Barley (Hordeum brevisubulatum subsp. violaceum). Plant Genetic Resources Newsletter. No. 124. p.17-19
22