Вы находитесь на странице: 1из 241

No shadow without light, No success without struggle.

ii

BANON AGUNG WIJAYA

From A Shadow
Penerbit

iii

From A Shadow Oleh: Banon Agung Wijaya Copyright 2014 by Banon Agung Wijaya

Penerbit CABINTHEORIES www.cabintheories.blogspot.com bawstory90@gmail.com

Desain Sampul: Hari Abriyoko

Diterbitkan melalui: www.nulisbuku.com


iv

thanks to
Allah SWT atas inspirasi yang terus mengalir di otak saya, sehingga bisa menetaskan novel ini. Kak Funy, Adhi Mursyid, Utari Widri, Risda, Devicia yang sudah bersedia membantu saya dalam pembuatan review cerita. Mas Yoko yang membuat cover novel ini jadi lebih cakep dari penulisnya. Teruntuk Khusus Beby Chaesara Anadila, Ratu Vienny Fitriliya, Althea Callista yang sudah menjadi inspirasi cerita dalam novel ini. Dan semua sahabat, teman dan rekan yang selalu meyakinkan bahwa tulisan ini berharga.
Banon Agung Wijaya
v

vi

Prolog

esekali hati ini bermimpi, impian yang terlihat mustahil oleh logika. Namun tidak dengan bocah

yang lahir dari keluarga broken home ini, sebut saja Caesar Wijaya. Teriakan-teriakan amarah yang terus

terlontar dari mulut kedua orang tuanya sudah tersimpan di dalam telinganya saat masih berumur 2 tahun. Ketidakpahaman hanya bisa membuatnya menangis dan membuat keadaan semakin parah. Tangisan itu perlahanlahan mereda setelah seorang kakak perempuan muncul di hadapannya. Bianda Komala Wijaya, sosok kakak yang memiliki selisih umur 4 tahun dengan Caesar itu selalu berusaha memberikan gurauan untuk adiknya. Seolah lupa akan bentakan-bentakan yang baru saja Caesar dengar, senyuman bahkan tawa kecil tampak jelas hinggap menghiasi raut wajahnya yang masih polos. Waktu terus berjalan, saat itu Caesar genap berumur 3 tahun. Sepi, tak ada lagi teriakan-teriakan
1

amarah itu terdengar dalam telinganya seiring terpisahnya dua sosok pahlawan yang telah berhasil menghadirkannya untuk merasakan udara di dunia. CERAI! kata terakhir yang Caesar dengar tanpa ia pahami. Kini Caesar tumbuh menjadi seseorang yang memiliki berbagai kepribadian. Berbanding terbalik dengan Bianda, ia sangat cerdas dalam bidang akademik. Hal itulah yang membuat Caesar menjadi bahan perbandingan otak oleh mamanya. Walaupun begitu, Bianda tetaplah Bianda. Sosok kakak yang selalu ikut mendorong adiknya untuk mencapai semua yang menjadi impian adiknya sendiri. Namun, kehidupan orang tua mereka sudah tidak saling menyentuh. Caesar memilih tinggal dengan papanya di Bandung dan sebaliknya dengan Bianda yang memilih dengan mamanya yang tetap tinggal di Semarang. Berbagai kepribadian yang Caesar miliki, ternyata hanya untuk menutupi karakter aslinya yang mungkin tidak perlu untuk publik ketahui. Kadang ia bersifat kekanak-kanakan dan kadang juga ia bisa menjadi pendiam. Itu ia lakukan seolah-olah untuk menghipnotis
2

teman-temannya yang hanya mengetahui sisi luarnya. Dengan itu, Caesar memiliki daya yang cepat untuk memahami sifat orang lain, sehingga ia selalu tepat dalam memilah-milah teman. Mulai sejak TK, Caesar sudah memiliki banyak teman dengan kemampuan bergaulnya yang cukup unik itu. Apapun yang Caesar lakukan itu lebih dari cukup untuk benar-benar menutupi karakter aslinya. Dibalik semua itu, Caesar adalah sosok manusia yang sangat dewasa, ia sangat pandai dalam mengontrol emosinya. Kedewasaan itu terlapisi lagi dengan sifat pendiamnya. Ia diam bukan berarti tidak tahu apa-apa di sekitarnya, Caesar tahu dan paham namun ia lebih memilih untuk menghindari kegaduhan. Caesar bukan benci perdebatan namun ia menganggap pencarian solusi lebih utama dibanding membicarakan masalah. Caesar memang diam, namun sebenarnya ia pun jengah. Caesar tahu namun tidak ingin ribut. Ia paham namun tidak ingin menggurui. Caesar memang diam, ia punya solusi namun tidak mencari publikasi. Caesar berkontribusi namun tidak dengan sok aksi. YA! Caesar diam karena ia memilih untuk diam, ia diam bukan berarti tak pernah berpikir,
3

bukan karena tidak peduli. Caesar diam karena menurutnya itu lebih baik. Menjajali berbagai macam teman bahkan sahabat sudah menjadi hal biasanya bagi Caesar. Namun, dengan urusan percintaan di masa remaja, baru-baru ini ia mulai merasakannya. Hati yang berdebar-debar, darah deras mengalir dan tubuhnya yang kian bergetar saat

berhadapan dengan seseorang teman satu kelasnya saat ia masih SMP di Bandung. Beby Chaesara Anadila, itulah sosok wanita yang tiba-tiba hadir dalam kehidupan Caesar dan berhasil membekukan hatinya. Senyumannya yang manis itu selalu membuat waktu terasa begitu cepat apabila sedang berdua dengannya. Hingga kini Caesar duduk di kelas 3 SMP, hampir tiga tahun mereka satu kelas. Tidak bisa dipungkiri, perasaannya kepada Beby kini semakin menjadi-jadi. Lantas mengapa Caesar tidak berniat untuk menyatakan perasaanya kepada Beby? Bukannya tidak berniat, melainkan ia tahu dan sangat kenal karakter Beby. Wanita ini cukup dewasa, sehingga memaksa Caesar untuk menunggu waktu yang tepat.
4

I (SATU)
5

itik-titik hujan menghiasi jendela ruang kelas, pelangi yang samar-samar akan hilang seperti memberikan senyuman terakhir pada hari itu. Bel istirahat berbunyi, jemarinya yang beberapa jam tadi

bercumbu dengan bolpoin, kini mengalihkan gerakannya ke dalam tas dan mulai meraih sebuah laptop. Seperti biasa, laptop berwarna hitam itu tidak pernah absen berada di atas meja Caesar saat istirahat. Wifi kelaspun menjadi santapan sehari-hari Caesar saat teman-temannya

memanjakan perutnya di kantin sekolah. Bukan, bukan tugas yang dicarinya, melainkan sosial media yang mungkin sudah ada dalam template otak Caesar. Entah apa yang membuat Caesar betah membolak-balikan scroll mouse ke atas dan ke bawah. Matanya seakan-akan seperti binatang buas yang sedang mengintai mangsanya. Hingga bel masuk berbunyi, Caesar yang tidak menemukan hal menarik selama istirahat tadi langsung menutup laptopnya dan mengembalikan ke dalam tasnya.

Pelajaran Bahasa Perancis. Caesar sudah tidak mengacuhkan pelajaran yang penulisannya berbeda dengan cara mengucapkannya ini. Sulit untuk mencerna pelajaran yang terlalu membosankan ini. Dengan raut wajah yang sudah merindukan rumah, Caesar mengambil secarik kertas kosong dalam kolong mejanya. Tatapan kosong Caesar ke arah kertas itu sesekali membentuk wajah sosok wanita, jemarinya mulai bercumbu dengan bolpoin kembali. Tanpa disadari, Caesar menggambar sosok wanita dalam kekosongan tadi. Gambar itu menarik perhatian Triyan, teman sebangku Caesar. Eh, lagi ngapain sih? tanya Triyan penasaran. Ha? Caesar melongo, terkejut. Eh enggak kok, coret-coret aja. Triyan masih tidak percaya dan semakin

penasaran, ia merebut kertas itu dari tangan Caesar. Terus ini gambar apa? Oh ini, mungkin bidadari dalam dimensi paralelku, jelas Caesar, nyengir.
7

Triyan tersenyum geli. Yaelah mblo, sadar woi sadar! Cewek di dunia tinggal milih, masih aja cari dari dimensi lain, ejeknya kemudian. Kalo di dunia bidadari cuma ada satu kayaknya, kata Caesar yang terlontar dari mulutnya tiba-tiba. Wih, normal juga akhirnya! Siapa? Beby? Triyan tertawa geli, meledek kembali. Ah, ngawur Hayooo ngaku aja deh Caesar nyengir malu, Udah ah udah, nggak usah di bahas! Tuh, kyaaaa Eh udah lu diem aja deh, sela Caesar. Tapi kan Beby ngliatin mulu tuh. Kya kya

Eh pada ngributin apa sih? Heboh amat dari tadi, sela Ginsa yang duduk di belakang Caesar dan Triyan. Ini loh Gin, Caesar suka Sialan! Diem aja woi, bisik Caesar yang memotong perkataan dan menutup mulut Triyan. Masalah cowok, Gin! jelas Caesar kepada Ginsa. Iya deh iya jangan salah tingkah gitu ah, Sar! ejek Triyan sambil menampar kecil pipi Caesar. Ah kalian emang pasangan gay, absurd, sahut Ginsa. Whatever Toss dulu, Sar! Ih najis, nggak mau, Yan! Dibilang gay maumau aja sih lu, ucap Caesar dengan wajah jijik. Ah kamu, biasanya gimana sih, Mas Boy? canda Triyan sambil mencolek pipi Caesar layaknya banci. Suasana bosan itu berbalik penuh canda dan tawa tak terkecuali dengan Ginsa. Waktu terasa semakin cepat
9

dimakan obrolan tak jelas itu. Hingga mereka tak menyadari pelajaran Bahasa Perancis sekaligus pelajaran terakhir telah usai. Pulang. Guru Bahasa Perancis sudah meninggalkan kelas. Semua penghuni kelas pun beranjak dari tempat duduknya, napas lega akhir pekan mulai terasa. Tuh, Beby mau pulang samperin gih! ujar Triyan sambil mendorong Caesar. Caesar berjalan mendekati Beby, Beby Eh Caesar, ada apa? Nanti malem kamu kosong nggak? tanya Caesar. Kalo iya, main yuk! ajaknya kemudian. Eh ayok! Kebetulan lagi nggak ada kerjaan nih, jawab Beby. Caesar melompat dan terbang kegirangan dalam hati. YESSS! Yes?
10

Eh enggak, ya udah entar malem aku jemput kamu ya, ujar Caesar. Ciyeeee kayaknya ada yang mau kencan nih! seru Ginsa, menyela. Udah Gin, nggak usah cemburu kamu kencan sama aku aja, sahut Triyan yang juga ikut menyela. Iya ayok, gay! Nggak ada gay yang mau kencan sama cewek kalik, ucap Triyan, ketus. Sekali gay tetap gay! ejek Ginsa, melet. Udah pernah dicium anak bunglon? Aku cium nih lama-lama, canda Triyan. Beby tertawa geli. Bunglon-nya gay dong! sahutnya kemudian. Iya bener, Beb! tambah Ginsa.

11

Gila semua! sahut Caesar, tersenyum geli. Eh gimana kalo entar malem mainnya barengan biar rame gitu, ucapnya kemudian. Bisa jadi! sahut Triyan dan Ginsa bersamaan. Ciyeeee nyautnya sama, jodoh! celetuk Beby. Kalo aku jodohnya siapa ya? gumam Caesar sambil tersenyum melihat ke atas. Jodohnya Beby aja gimana? sahut Triyan kembali. Ehjodohnya kamu aja gimana? tanya Caesar yang berbalik menirukan gaya Triyan saat menirukan banci. Udah mulai deh! Pasangan gay berserakan, sahut Ginsa. Mereka berempat tertawa geli. Yaudah pulang yok, entar malem kamu-kamu dandan yang cantik ya? ucap Triyan menunjuk Ginsa dan
12

Beby. Kalo nggak cantik, aku karungin buang ke laut, canda Triyan kemudian. Bandung ada laut ya? tanya Caesar tertawa sinis. Udah bunglon, gay, bloon lagi! sahut Ginsa. Tapi kamu suka kan? tanya Triyan yang semakin menggila. Udah-udah, entar malem kumpulnya di rumah Beby aja ya, ujar Caesar. Yap! Eh Sar, kayaknya aku lagi krisis bensin deh, ucap Triyan, nyengir. Yaelah bro, bilang aja mau nebeng! Iya deh iya, sahut Caesar. Aihhh, Mas Boy baik deh, celetuk Triyan dengan kembali menirukan gaya banci. PFFFFFTTTTTTT!!

13

Matahari telah kembali ke peraduan, bumi berganti rupa menjadi hitam pekat ditelan kegelapan malam. Gemerlap bintang berserakan dan berkedip-kedip di langit. Seperti hati Caesar yang sedang terbang kesana kemari tak berarah. Terbayang-bayang senyuman Beby di kepalanya. Caesar menancapkan gas mobilnya menuju rumah Triyan. Lampu menerangi seluruh penjuru jalan malam ini dan berhasil membuat Caesar tersenyum bebas.

Tangannya seakan-akan terhipnotis untuk membuka jendela mobilnya. Suara nyanyian pemusik jalanan, deretan bangunan dan orang-orang yang berlalu lalang bagaikan lukisan tiga dimensi yang menghiasi hatinya malam ini. Tak terasa rumah Triyan sudah di depan matanya. Terlihat sosok pria dengan kemeja putih dan rambut sedikit klimis berdiri di depan pagar. Triyan.

14

Caesar

menyodorkan

kepala

keluar

jendela

mobilnya. Eh, malem-malem ada sales mangkal! ejeknya kemudian. Tai ah tai, cepetan berangkat! sahut Triyan sambil masuk ke dalam mobil Caesar. Aiiihhh, mau ketemu Ginsa aja abis minyak rambut berapa botol itu? ejek Caesar kembali. Minyak jelantah, Sar! jawab Triyan, kesal. Caesar menancapkan gas mobilnya kembali, kali ini menuju rumah Beby. Canda tawanya dengan Triyan tak henti-hentinya terlontar sepanjang perjalanan. Seperti hanya melangkahkan kaki, tak terasa sampai di rumah Beby. Nampak Ginsa telah sampai lebih dulu. Ciyeeee, bunglon gay rapi banget! Mau

dimakamin dimana nih? celetuk Ginsa. Nah kan, Yan! tambah Caesar. Dimakamin di hatimu aja deh, Gin! sahut Triyan, nyengir.
15

Eh ngomong-ngomong Beby mana, Gin? tanya Caesar sambil menengok sekelilingnya. Itu tadi katanya lagi ada telepon. Kenapa? Udah nggak sabar nih yeeee. ujar Ginsa. Triyan menunjuk seseorang yang berjalan

mendekat. Nah itu Beby! Halo kalian! seru Beby. Udah lama ya nunggunya? Maaf ya barusan ada telepon penting, tambahnya kemudian. Nggak kok, telepon dari siapa, Beb? tanya Triyan penasaran. Weitsss, bab beb bab beb enak aja lu sahut Caesar menyela. Triyan mendengus kesal. Lah kan emang namanya Beby, nyeeeeet! Nggak boleh nggak boleh! Mulai sekarang manggilnya Dila aja biar enak didengernya, sahut Caesar kembali.
16

Siapa lu? Security-nya Beby! Katanya Dila? Oh iya lupa, security-nya Dila! PFFFFTTTTTTT!! Beby menghela napas. Udah, stop! Tadi itu telepon dari Jepang Hah Jepang? sela Triyan. Dengerin dulu! Jadi gini, katanya aku kepilih buat audisi masuk JKT48, jelas Beby. JKT48? Makanan apa itu? Kantin sekolah jual nggak? celetuk Triyan. Kalo dari telepon tadi, JKT48 itu punya basis idol group yang mau dibentuk sama produser sekaligus pencipta lagu terkenal di Jepang, jelas Beby kembali. Ginsa menatap Beby dengan kening yang mengerut. Idol group? Bedanya sama girlband?
17

Beby tersenyum. Beda banget, JKT48 itu batu lompatan buat ngembangin bakat kita. Jadi, mereka cari cewek-cewek yang mau belajar dan bisa berkomitmen. Ya udah nggak ada salahnya mencoba, Dil! sahut Caesar menyemangati. Nggak yakin kuat sama golden rules-nya, Sar! Separah apa sih? Banyak larangan deh pokoknya, pacaran aja dilarang. Waduh! Hancur Sar hancur! celetuk kembali terlontar dari mulut Triyan. Ssstttdiem aja deh, lu! bisik Caesar. Terus kenapa kalo dilarang pacaran? Masa depan kan lebih penting, Dil! tambahnya untuk menyemangati Beby. Beby menatap ke atas, mengerutkan kening. Iya juga sih, ya udah deh aku usahain.

18

Nah, gitu dong! sahut Ginsa sambil menepuk bahu Beby. Kita mau kemana sekarang? tanyanya kemudian. Aku lagi pengen lihat pemandangan malam Bandung dari atas, usul Beby. Pas! Ke Bukit Moko aja yuk, aku ada villa di situ, tambah Caesar. Oh yang kamu ceritain ada rumah pohonnya itu, Sar? tanya Triyan. Nah iya bener banget, ujar Caesar kembali. Asik! Ayo berangkat! seru Ginsa. Berangkat. Kata terakhir di rumah Beby sebelum Caesar mulai menancapkan gas mobilnya kembali. Seluruh jendela mobil terbuka. Angin malam kebebasan menerjang tubuh empat sekawan ini. Canda tawa terus tetap menghiasi sepanjang perjalanan mereka, seakan dunia hanya milik mereka berempat. Villa megah milik Caesar sudah terlihat oleh mata. Tiba-tiba Caesar menginjak rem mobilnya.
19

Loh kok berhenti? tanya Beby. Jagung bakar!!! seru Caesar. Tiga pasang mata yang semula menatap Caesar, kini mengalihkan pandangannya keluar mobil dan mendapati seorang penjual jagung bakar. Dengan cekatan Triyan keluar mobil mendekati penjual jagung bakar itu, Caesar, Beby dan Ginsa mengekor. Jagung bakar menjadi bumbu penyedap suasana malam ini. Melihat villa yang berdiri kokoh di depan mata, langkah kaki Triyan melambat. Dengan menggelenggelengkan kepalanya seakan menginjak istana yang bisa membuatnya lepas dari semua masalah dalam kehidupan. Namun, sesuatu yang lebih sederhana berhasil

membutakan matanya. Rumah mungil yang bertengger di pohon itu membuatnya seperti hidup kembali. Triyan berlari mendekat, menginjak anak tangga hingga bisa melihat bebas suasana malam Bandung dari atas rumah pohon. Matanya berkaca-kaca, melongo. Beby, Ginsa! Kalian udah berapa lama tinggal di Bandung? tanya Triyan, berseru.
20

Dari lahir mungkin, ujar Beby. Yap! Kenapa? tambah Ginsa. Triyan tersenyum bebas. Belasan tahun tinggal di Bandung, mungkin hari ini pertama kalinya kalian akan lihat surganya Bandung! Kedua tangannya menunjuk ke depan. Disini! tambahnya. Dengan penasaran, Beby dan Ginsa bergegas untuk menyusul Triyan ke atas diikuti Caesar dari belakang. Mereka berempat pun kini sudah menginjakkan kaki bersama di atas rumah pohon itu. Sebuah gitar klasik tertata rapi di dalamnya. Buku-buku yang berjejeran di dalam lemari kayu menjadikan nuansa klasik dalam ruangan mungil ini lebih terasa. Beby berjalan-jalan dan sesekali menyentuh perabot-perabot bernuansa klasik ini. Tangannya mulai meraih secarik kertas yang tergeletak di atas meja. FROM A SHADOW satu-satunya tulisan di dalam kertas tersebut yang membuatnya bertanya-tanya dalam hati. Itu tulisanku, ucap Caesar dari belakang.
21

Beby sedikit kaget. Apa artinya? Entah, tiba-tiba aja tanganku gerak sendiri buat nulis itu, jelas Caesar. Aneh, kenapa harus berawal dari bayangan? tanya Beby. Caesar tersenyum. Mungkin semua keberhasilan berasal dari hal kecil. Terus? Bayangan adalah sesuatu yang kecil dan kadang tidak terlihat, kita butuh cahaya untuk bisa melihatnya lebih jelas. Hubungannya sama keberhasilan? Cahaya bagaikan keringat dan air mata saat kita berusaha meraih mimpi yang bahkan bakal bisa membuahkan keberhasilan. Beby menatap mata Caesar, keduanya saling bertatapan sekarang. Mulutnya perlahan-lahan mengem22

bang dan menghasilkan sebuah senyuman bersama. Hingga akhirnya mereka tak sanggup menahan tawanya. Temen-temen sini! seru Ginsa dari luar. Ada apa, Gin? tanya Triyan mendekat. Ginsa menunjuk ke atas. Coba lihat bintang di sana, mereka selalu bersama. Romantis banget ya, sela Beby. Yap! Apa kita bisa selamanya bersama seperti bintang-bintang itu? tanya Ginsa lirih. Gin, setiap pertemuan pasti ada perpisahan. Tapi, perpisahan sebelum kematian ada bukan untuk selamanya, ujar Triyan. Bener banget, hanya maut yang bisa membuat selamanya kita berpisah, tambah Beby. Aku cuma nggak pengen pisah sama kalian aja, aku berharap kita bisa selalu bersama-sama kayak sekarang ini, ujar Ginsa kembali dengan meneteskan air mata.
23

Nggak bisa, Gin! Kita semua punya keperluan hidup masing-masing. Cepat atau lambat keadaan akan memaksa kita untuk berpisah, tegas Caesar. Udahlah Gin, pisah nggak berarti lupa satu sama lain kan? ujar Beby menenangkan Ginsa. Iya bener tuh, aku janji deh suatu hari nanti kita bisa kumpul disini lagi, tambah Caesar. Senyum dulu gih! tambahnya kembali dengan mengusap air mata Ginsa. Caesar berjalan masuk ke dalam dan kembali keluar dengan membawa pensil dan beberapa lembar kertas kecil. Gini aja deh, coba tulis disini ajakan kalian buat ke rumah pohon ini lagi, suruh Caesar. Buat apa, Sar? tanya Triyan menyela. Simpen kertas itu. Besok kalo kita udah benerbener pisah dan pengen kumpul lagi kesini, kirim aja kertas itu ke salah satu orang di antara kita, tambah Caesar.
24

Beby menatap Caesar dengan mengerutkan keningnya. Kamu yakin ini bakal berhasil? Caesar menghela napas. Aku yakin, asalkan kertas ini bener-bener kamu simpen di tempat yang bahkan lebih aman dari hati kalian. Seketika, tiga remaja yang semula hanya menatap Caesar dengan penuh kekhawatiran terdiam tak

menjawab. Kini, raut wajahnya berubah dengan senyuman tanda kepercayaan bahwa kelak akan bertemu kembali. Malam ini menjadi malam yang sangat panjang untuk empat sekawan itu. Segala suka dan duka tumpah di malam ini. Air mata, senyuman hingga tawa memenuhi isi rumah mungil di atas pohon yang mungkin akan menjadi sejarah persahabatan mereka kelak. Kini, rumah mungil di atas pohon sudah menjadi saksi biksu semua kisah persahabatan yang terlahir dari sebuah bayangan. Semua luka yang ada telah terkubur di dalamnya, melebur dan berubah menjadi senjata untuk bisa lebih dewasa.
25

II (DUA)
26

Bulan demi bulan berganti. Suasana dingin di tengah malam menusuk tubuh Caesar. Ia terbangun dari dunia mimpinya. Matanya perlahan-lahan terbuka. Tak terlihat apa-apa, gelap. Ternyata listrik di rumahnya mati. Caesar beranjak dari tempat tidurnya dan mendekati meja belajar. Di dalam kegelapan, tangannya meraba-raba hingga meraih sebuah lampu emergency. Cukup untuk penerangan. Ia tak langsung kembali ke tempat tidur melainkan membuka satu per satu buku pelajaran di atas meja belajarnya, mengingat pagi hari nanti adalah hari terakhirnya mengikuti kegiatan di sekolah. Dengusan napasnya terdengar jelas setelah tangannya meraih buku Bahasa Perancis. Caesar hanya membolak-balik buku itu. Ia terdiam saat mendapati gambaran hasil tatapan kosongnya dulu. Senyuman mengembang di bibirnya dengan hati yang terus bertanya-tanya, Siapa sosok wanita di dalam kertas ini? Cukup lama Caesar memandangi gambar itu, matanya sudah mulai terasa berat, namun ia tetap tidak beranjak dari meja belajarnya. Alhasil, kepalanya

tergeletak di atas meja belajar dengan mata yang memaksa


27

untuk menutup kembali. Ketiduran. Suara alarm handphone dengan volume maksimal berhasil menusuk gendang telinga Caesar. Lagi-lagi mimpinya terpenggal. Kepala yang semula tergeletak di atas meja belajar seolah bergerak seperti kaki yang tertusuk duri dengan refleks yang cukup cepat. Caesar beranjak dari meja belajarnya. Tubuhnya terdorong untuk membuka jendela kamar. Udara pagi menyeruak dari tiraitirai langit. Sang fajar yang sudah nampak di ufuk timur memancarkan sinarnya dengan anggun. Suara berkokok pun sudah mulai bersaut-sautan. Seketika terdiam. Caesar menghela napas kejutan mengingat pengumuman kelulusan hari ini. Ingatan itu cukup membuat pikirannya berserakan. Denyut jantung terasa semakin cepat. Ia bergegas untuk mempersiapkan diri pergi ke sekolah menghadapi kenyataan. Senam jantung. Butuh waktu setengah jam, semua sudah siap. Mengayuh sepeda menuju sekolah. Dila!!! seru Caesar, melihat Beby berjalan kaki. Beby menoleh dengan wajah sedikit cemberut. Caesar mengayuh sepedanya mendekati Beby.
28

ayam

Kok jalan kaki? tanya Caesar. Ban sepedaku bocor Sar, barusan aku titipin bengkel sepeda, ujar Beby tambah manyun. Yaudah nggak usah cemberut gitu, entar tambah jenong lho, ejek Caesar, tertawa. Beby ngeledek Tuh tuh, lihat ayam di sana, pada ngetawain kamu tuh, denger nggak? Senyum gih! ujar Caesar menunjuk sekumpulan ayam. Beby menoleh. Senyuman bahkan tawa kecil mengembang di wajahnya. Itu emang ayam ketawa Sar, gila kamu! Ciye ciye nah gitu dong senyum, sini bonceng aku aja! Beby tersenyum kembali dan langsung duduk di bagian belakang sepeda Caesar dengan memangku tas ransel berwana coklat. Perjalanan yang masih cukup jauh memancing obrolan antara mereka berdua. tambah cemberut. Ih kamu malah

29

Dil, kamu deg-degan nggak sih? tanya Caesar dengan mengayuh sepedanya. Deg-degan banget, Sar! Aku takut sama

pengumuman nanti, sahut Beby. Oh Kamu nggak deg-degan? Caesar hanya mengangguk. Andai kamu tahu, aku deg-degan banget boncengin bidadari, gumam Caesar dalam hati. Gerbang sekolah yang terbuka lebar memberikan senyuman untuk satu langkah menuju impian yang masih tergantung jauh. Murid-murid berkerumun di depan papan pengumuman. Berdesak-desakan untuk mencari serangkai nama di antara ratusan nama murid lain dalam kertas yang menempel rapi di papan pengumuman. Sudah tertera jelas, nama Caesar, Triyan, Beby dan Ginsa dinyatakan lulus. Teriakan histeris dan loncatan-loncatan girang menunjukkan kelegaan dalam hati mereka. Berhasil melalui satu langkah lagi menuju cita-cita.

30

Malam ini malam special. Acara perpisahan dengan tema The Last Couple mengundang perhatian seluruh murid. Tak terkecuali dengan empat sekawan ini. Dengan tema pasangan terakhir, sudah pasti Caesar memilih Beby dan sebaliknya Triyan memilih Ginsa. Semua ini seperti nyata, sudah menjadi harapan Caesar dan Triyan kelak. Acara yang sangat meriah, canda tawa dan tangis haru bercampur aduk mengingat memori-memori yang tak terlupakan tiga tahun silam. Hingga di penghujung acara, tiba-tiba Triyan memberanikan diri untuk membuktikan kepada Ginsa bahwa dirinya bukan gay. Gin, kamu suka boneka teddy bear? tanya Triyan gemeteran. Suka banget, lucu tau. Nih aku bawain buat kamu, ucap Triyan dengan menyodorkan boneka itu kepada Ginsa. Ih. ini lucu banget, Yan! seru Ginsa.
31

Iya aku tau ini lucu, tapi lebih lucu mana sama yang di belakangnya? Maksudnya? Coba baca aja tulisan di belakangnya.

Gin, sebenernya selama ini aku suka sama kamu Kamu mau nggak jadi teddy bear-ku?

- Triyan -

Senyuman dan anggukan kepala Ginsa setelah membaca pesan kecil di belakang boneka itu

menunjukkan perasaan yang sama dengan Triyan. Aku nyatain! Triyan sudah nggak gay lagi! seru Ginsa dengan maksud bahwa Triyan sudah punya pasangan lawan jenis dan tidak pantas lagi untuk disebut gay.

32

Seruan Ginsa menarik perhatian orang-orang di sekitarnya, tak terkecuali dengan kedua sahabatnya. Terkejut. Ciye ciye., sela Beby. Aku terharu, tambah Caesar. Aum aum kalian kapan nyusul? celetuk Triyan yang membuat Caesar salah tingkah. Salah tingkah itu menjadi awal Caesar untuk memberanikan melakukan seperti yang dilakukan Triyan. Menurutnya, sekarang ini waktu yang tepat. Caesar mengajak Beby mencari minum. Dil, aku mau ngomong sesuatu nih sama kamu, ucap Caesar menahan laju Beby. Beby terhenti. Iya ngomong aja Ehm, sebenernya aku Eh tunggu bentar, ada telepon! sahut Beby memotong kata-kata Caesar setelah handphone-nya bordering. Ia berjalan sedikit menjauhi Caesar untuk mengangkat panggilan tersebut.
33

Tiba-tiba, Beby berlari dan serontak tidak sengaja langsung memeluk Caesar. Beby bergegas melepaskan pelukan itu setelah sadar kalau ternyata ia memeluk Caesar. Eh, maaf banget nggak sengaja Nggak masalah, ujar Caesar, santai. Kok keliatannya seneng gitu, ada apa? tanyanya kemudian. Aku lolos audisi JKT48, Sar. Aaaaaaaaa.. seneng banget! jawab Beby cukup histeris. Wih beneran? Wah selamat ya! sahut Caesar memberi selamat. Bener kan, usaha keras pasti ada hasilnya, nggak bakal sia-sia deh, tambahnya. Iya bener Sar, makasih banget udah

nyemangatin, balas Beby. Oh iya, tadi kamu mau ngomong apaan? tanya Beby penasaran. "Ehmm...Eng... gak... kok, jawab Caesar terbatabata. Cuma mau bilang nanti kalau udah pisah, jangan lupa sama aku ya, apalagi kalau nanti kamu jadi member JKT48," jawabnya kemudian, berubah pikiran yang semula ingin menyatakan perasaan pada Beby menjadi
34

down setelah mengetahui Beby lolos audisi JKT48, karena dalam idol grup tersebut ada golden rules dilarang untuk berpacaran. "Iya, aku janji nggak akan ngelupain kamu. Oh iya, kemarin aku iseng buat sketsa wajah anak-anak sekelas. Nah, ini aku bawa sketsa wajahmu. Maaf kalo jelek, tapi mungkin bisa jadi kenang-kenangan," ucap Beby sambil memberikan hasil karyanya pada Caesar.

35

36

Wah! Kalo ini mah nggak pantes dikatain jelek woi, makasih banget ya. Maaf belum bisa kasih apa-apa buat kamu, tapi aku janji suatu hari nanti aku akan berusaha buatin sketsa wajahmu," ucap Caesar. Beby tertawa. Iya, nyantai aja kalik Eh, udah malem nih pulang yuk!" ajak Beby kemudian. Dengan cekatan, Caesar melirik jam tangannya. Jam sudah menunjukkan pukul 22.13. Caesar langsung mengantar Beby pulang ke rumahnya. Malam tanpa senyuman bulan dan kedipan bintang mewakili perasaan Caesar saat ini. Perasaan bangga tapi kecewa bercampur aduk di dalam hatinya. Bangga karena seseorang yang sangat ia cintai hampir bisa meraih mimpinya. Kecewa karena belum dapat

memilikinya dan akan berpisah jauh dengan orang itu. Senyuman palsu selalu mengembang saat Caesar bertatapan dengan Beby. Perjalanan terasa sepi. Tak ada canda dan tawa seperti biasa. Hal ini memaksa Beby untuk memulai pembicaraan. Sar kok diem? tanya Beby.
37

Caesar tetap terdiam. Beby mendengus sedikit kesal.Woi, Saaarrrr!! serunya kemudian. Caesar tersadar dari lamunannya. Eh iya ada apa? Nyetir kok melamun sih? tanya Beby kembali. Nggak, lagi bayangin aja kalo kamu bener-bener jadi member JKT48, jelasnya dengan senyuman palsu yang mengembang kembali. Ah kamu ini, ya udah doain aja ya, ujar Beby. Caesar hanya mengangguk, tersenyum. Oh ya, entar jadinya mau ngelanjutin sekolah dimana kamu? tanya Beby kemudian. Caesar menatap mata Beby. Kayaknya aku balik Semarang bareng Triyan, Ginsa juga, Dil. Kamu? tanyanya balik. Yaaaaahh! Nggak ketemu lagi dong, bakal kangen kamu Sar, keluh Beby. Tergantung sih, kalo bener-bener jadi member JKT48 aku homeschooling di
38

Jakarta, jelasnya kemudian. Caesar mencengkeram tangan Beby dengan erat. Aku yakin kok, besok kita bakal ketemu lagi. Inget kataku dulu nggak? Kita bakal kumpul lagi di rumah pohon kelak Asalkan kamu masih nyimpen kertas ajakan itu. Iya Sar, inget banget. Kertas itu bakal aku simpen di tempat yang lebih aman dari hati, sahut Beby. Caesar tertawa kecil. Itu kan kata-kataku? Lagu Hari Untukmu milik Rocket Rockers dan canda tawa persahabatan berlomba-lomba memenuhi setiap sisi mobil Caesar. Di akhir lagu, Caesar mematikan mesin mobilnya di tepi jalan. Loh kok berhenti? tanya Beby kebingungan. Nggak cuma mau ngomong sesuatu aja buat kamu, jelas Caesar dengan raut wajah yang cukup serius. Silahkan Caesar menatap tajam mata Beby. Kamu tahu arti impian? tanyanya kemudian.
39

Sesuatu yang ingin diraih, sahut Beby singkat. Oke, coba lihat kedai kopi disana! Caesar menunjuk kedai kopi di sebrang jalan. Sekarang, mimpiku ada disana. Beby melongo kebingungan. Maksudnya? Mimpi kecilku, membawakan kamu bunga edelweiss yang ada di dalam kedai itu, jelas Caesar. Beby masih tetap tidak paham maksud Caesar. Tunggu disini! Caesar keluar dari mobilnya, berjalan menuju kedai kopi sepi pengunjung itu. Tak butuh waktu yang lama, Caesar keluar dengan membawa sesuatu yang dijanjikannya tadi. Ini maksudnya apa sih? Caesar tersenyum. Mungkin ini semua terlihat konyol di matamu. Yap, thats true! sela Beby.

40

Nggak sadar ya? Barusan kamu menyaksikan seseorang yang berjuang meraih mimpi kecilnya, ujar Caesar dengan tetap mengembangkan senyumannya. Mimpi kecil? Dengerin aku, bunga edelweiss di tanganku ini dijual mahal sama pemiliknya, tapi aku berhasil bawain buat kamu tanpa ngeluarin uang sepeser pun, jelas Caesar. Gimana caranya? Gimana caranya itu nggak penting, yang penting sekarang kamu harus tau kalau semua mimpi sekecil apapun harus diperjuangin. Dan yang paling penting, jangan takut melangkah buat meraihnya, jelas Caesar panjang lebar. Kening Beby yang mengerut dan anggukan kepalanya menunjukkan bahwa ia mulai mencerna perkataan Caesar. Mungkin ada kalanya kamu terjatuh, tapi berusalah menjadikan luka itu sebagai senjata untuk lebih dewasa, tambah Caesar.
41

Hingga akhirnya Beby benar-benar tahu apa maksud ini semua. Ternyata, semua yang baru saja Caesar lakukan hanya untuk memberi motivasi terakhir sebelum mereka berpisah. Stop, I know what your mean! Sebelumnya makasih banget buat semua ini, sahut Beby menyela. Caesar yang masih menatap Beby hanya

tersenyum dan mengangguk. Kalo boleh jujur, kamu teman paling spesial, Sar. Seumur hidup baru kali ini nemu cowok yang punya karakter luar biasa dan sekarang dia ada tepat di depanku, ujar Beby memuji. Kita sama-sama berjuang buat meraih dan menyatukan mimpi kita kelak di rumah pohon, tambahnya kemudian. Caesar terdiam mendengar pujian Beby. Ia hanya mengacungkan jari kelingkingnya di depan Beby. Mengerti apa maksudnya, Beby pun langsung mengaitkan jari kelingkingnya ke jari kelingking Caesar dengan arti sebuah perjanjian antara mereka berdua. Senyuman mereka berdua seakan-akan menjadi kekuatan Caesar untuk menghidupkan kembali mesin mobilnya. Malam
42

yang spesial dengan seseorang spesial berakhir di depan rumah Beby.

Hari demi hari pun berganti, audisi demi audisi pun dilalui oleh Beby dengan penuh semangat. Hingga akhirnya final audisi pun tiba. "Beby, tetep semangat ya! Inget kata-kataku, jangan takut buat melangkah. Aku bakal terus ada di belakang buat mendukungmu," ucap Caesar lewat telepon. "Makasih banget, Sar! Aku janji nggak bakal ngecewain kamu, aku janji bisa lolos di final audisi ini," jawab Beby. Ehm sebenernya aku cuma takut kamu ngelupain aku saat namamu udah dikenal banyak orang nanti, ucap Caesar kembali. "Sar, coba ambil sketsa wajahmu buatanku itu! suruh Beby.

43

Caesar pun bergegas mengambil gambar yang diletakkan satu wadah dengan barang-barang yang sangat berharga baginya. Udah Coba lihat, di gambar itu kamu selalu tersenyum. Kenapa? Karena gambar itu tahu bagaimana perasaan seseorang yang menggambarnya. Aku harap kamu bisa seperti itu, Sar!" jelas Beby yang berhasil membuat Caesar tersenyum lega.

44

III (TIGA)
45

aesar sudah bisa menghembuskan napas lega sekarang. Libur panjang akhir semester sudah menanti di depan mata. Memori akan bilangan

aljabar dan rumus-rumus lainnya tertimbun rapi di dalam otaknya. Cuci otak. Secangkir coklat panas menemani pagi hari yang cukup cerah ini. Sebuah gazebo kayu di halaman rumah menjadi tempat memanjakan diri. SLURRRRPPPP! Seduhan untuk yang kesekian kalinya, lirikan matanya mendapati sebuah kertas bertuliskan FROM A SHADOW terselip di celah-celah kayu. Kertas yang ia bawa kembali dari rumah pohon waktu itu. Lagi-lagi tatapan kosong Caesar membentuk sesuatu. Kini bukan bayangan manusia melainkan bayangan akan kata-kata yang terangkai sederhana namun penuh akan makna. Terdiam dan memandang kosong ke atas cukup lama, tiba-tiba terdengar langkah seseorang mendekat. Caesar, lagi ngapain dek? tanya papanya dengan suara berat khas yang mengalir dari pita suaranya. Caesar menoleh, menghela napas dan tersenyum.

46

Lagi bosen aja di dalem rumah, Pa! jawab Caesar. Papa kok rapi banget? tanyanya kemudian. Kamu libur berapa minggu? tanya papanya balik. Dua minggu, Pa! "Mau nggak ikut Papa ke Jakarta seminggu? Serius, Pa? Lah mau berapa rius lagi? Udah cepet packing dulu gih! Caesar beranjak dan melompat kegirangan dari gazebo. WHOAAAHH, JAKARTA IM COMING!!! Kebosanan berbalik menjadi kebebasan. Dengan terampil, tangannya mulai meraih beberapa pakaian dari dalam lemarinya. Tak butuh waktu lama, Caesar siap untuk meluncur untuk merasakan udara ibukota. Matanya tak lepas dari pemandangan di luar jendela mobilnya. Seakan-akan seperti menyapu setiap sudut jalan yang dilaluinya. Emang ya, dari kecil sampai sekarang kamu nggak berubah, ucap Papa tiba-tiba.
47

Kening Caesar mengerut. Nggak berubah? Iya, selalu melongo kalau lihat jalan. Caesar tertawa kecil. Sebenernya ke Jakarta mau ngapain sih, Pa? tanyanya, mengalihkan pembicaraan. Jadi gini, Papa ada urusan sama temen kerja Papa. Nah, kebetulan kamu libur panjang kalo di rumah sendirian kasihan, ya udah Papa mau ajak kamu jalanjalan sekalian, jelas Papa. Mau kan? Kalo nggak mau, turun aja! candanya kemudian. Oh gitu, Papa aja yang turun! balas Caesar, tertawa. Terus entar kita tinggal dimana, Pa? Di apartemen temen Papa Oh kirain di musholla, celetuk Caesar kembali tertawa. Papanya hanya terdiam ketus. Nggak lucu nggak lucu, ujarnya membalas. Laju mobil sejajar dengan rasa kantuk Caesar saat ini. Rintik hujan yang mulai membasahi jalan, seperti
48

membawa

memori-memori

persahabatan

di

setiap

tetesnya. Kembali, tatapan kosong Caesar keluar jendela menghadirkan rangkaian kata-kata itu lagi. Dengan cekatan, tangannya meraih pensil dan secarik kertas di atas dashboard mobilnya. Ia mengeluarkan bayangan itu dari otaknya menjadi tulisan. Dan benar, satu paragraf yang ia tulis seperti sebuah prolog dalam cerita. Perlahanlahan bayangan itu kosong dan hilang. Seiring dengan hilangnya bayangan itu, tanpa sadar Caesar memejamkan matanya yang sudah menahan rasa kantuk beberapa waktu tadi.

Tepat di belakang gedung yang menjulang tinggi dengan 22 lantai itu, deru suara mobilnya perlahan-lahan hilang. Papa mematikan mesin mobil yang baru saja ia parkirkan di sebelah mobil Jeep berwarna coklat. Caesar ayo bangun, dek! seru Papa sambil menepuk pipi Caesar. Caesar hanya mengolet tanpa membuka mata.
49

Dek bangun dek udah sampai Jakarta!!! Terkejut, mata Caesar langsung terbuka lebar. Ia mendapati gedung bertingkat di depan matanya. Beberapa kali ia mengucek matanya. Melongo. Ini beneran udah di Jakarta, Pa? Bukan ini di Hawaii ya iyalah Jakarta, ayo cepet bangun gih! Maksudnya ini tempat apa, Pa? Oh, ini apartemen temen Papa yang udah Papa certain tadi. Hmm. bentar, Pa, kok perasaan cepet banget ya? Cepet gimana? Kamu aja tidur udah 2 jam, ngiler lagi tuh, sahut Papa sambil menunjuk mulut Caesar. Caesar mengusap mulutnya, ternyata kering. Ih enggak, Pa., ujar Caesar sedikit kesal dan membuat Papanya tertawa. Langkah malas Caesar memaksa untuk keluar dari mobil dan mendorong untuk masuk ke dalam lobby
50

apartemen mengikuti papanya. Matanya yang masih cukup berat lebih sering mendapati orang-orang dari negara lain khususnya dari Arab yang berlalu lalang di sekitar lobby. Tiba-tiba Papa menghentikan langkah kakinya, tangannya merogoh kantong mulai dan mengeluarkan

handphone-nya.

Jemarinya

menyentuh layar,

memasukkan serangkaian nomor, call. Terdengar dari percakapannya, Papa sedang menelpon seseorang untuk menjemputnya di lobby ini. Tak butuh waktu lama setelah Papa mengakhiri komunikasi tadi, terlihat dari kejauhan seseorang

berpawakan tinggi dan cukup kekar dengan rambut hitam bergelombang, tersenyum dan mendekat ke arah Papa. Melihat dari raut wajahnya, perkiraan Caesar, pria ini berusia seperti papanya, di tengah empat puluhan. Hahaha Halo apa kabar Pak Rio? sapa pria itu sambil menjulurkan tangan ke Papa. Selalu sehat! Tambah kekar aja sekarang? balas Papa sambil menyambut uluran tangan tadi, bersalaman.
51

Biar nggak ada yang berani macem-macem sama anakku, Pak! canda pria itu. Ayo langsung ke dalam aja, ajaknya kemudian. Papa mengikuti arah pria itu berjalan. Setelah berbincang-bincang di dalam lift, Caesar mulai tahu siapa pria yang terlihat akrab dengan papanya itu. Ternyata pria itu adalah teman lama Papa saat di Semarang, bernama Pak Reyhan. Pak Reyhan memiliki satu anak perempuan dan ia sudah lama ditinggal istrinya meninggal dunia. Lift terbuka, sampai lantai tujuan. Tiga pengguna lift tadi belok ke kiri, berjalan sembilan langkah dan terhenti di depan ruangan milik Pak Reyhan. Ruangan yang cukup luas untuk dua penghuni dan cukup rapi untuk seorang pria. Setelah duduk beberapa menit di sofa, terdengar sayup-sayup suara dentingan piano yang beralun dengan nada-nada yang merdu. Hmm jadi ini yang namanya Caesar, kelas berapa? tanya Pak Reyhan. Iya, baru lulus SMP kemarin, jawab Caesar tersenyum.
52

Loh berarti sama kayak anak saya dong? tanya Pak Reyhan kembali. Sini, ajaknya kemudian sambil menggeret tangan Caesar. Tubuh Caesar tergeret mendekati arah suara dentingan piano tadi beralun. Semakin jelas nada-nada yang bersatu menjadi sebuah alunan musik yang menyejukkan hati. Kembali terhenti di depan ruangan. Saat tangan Pak Reyhan mulai membuka pintu, seketika suara dentingan piano itu berhenti. Terlihat sosok wanita berambut hitam lurus sebahu dengan jemarinya yang menghentikan sentuhan dengan tuts piano. Itu dia.., ucap Pak Reyhan sambil menunjuk wanita itu. Namanya Althea Callista, tambahnya kemudian. Caesar terdiam, jantungnya berdebar-debar cukup kencang. Pertemuan yang cukup mengejutkan antara Caesar dengan Althea ternyata bukan pertemuan pertama kalinya. Mereka berdua sudah pernah bertemu

sebelumnya, bahkan bersahabat. Iya, Althea adalah sahabat lama Caesar saat TK yang pindah ke Jakarta karena mamanya meninggal saat itu.
53

Perlahan-lahan Althea mendekati Caesar dengan wajah yang masih tidak percaya. Kamu beneran Caesar yang dulu sering

boncengin aku pulang sekolah itu kan? tanya Althea menatap tajam mata Caesar. Caesar terdiam sejenak, memandangi Althea yang dulu ia kenal masih sama-sama bersuara anak kecil kini tumbuh menjadi sosok wanita yang sangat cantik. Pertanyaan singkat Althea seakan-akan mengembalikan memori Caesar dua belas tahun lalu. Namun, sebagai seorang lelaki, Caesar masih kuat menahan rasa harunya saat itu. Menahan dengan senyuman. Iya Al, aku Caesar Wijaya dulu kita sering beli es krim di depan sekolah, jawab Caesar. Aku kangen kamu, Al! ucapnya kemudian. Mendengar jawaban pasti dari Caesar, betapa terkejutnya Althea bahkan bibirnya menjadi beku

mengiringi air mata haru yang berlinangan tanpa komando hingga membasahi pipinya. Inget juga nggak, waktu ngumpulin stick es krim-nya, terus dikubur di bawah
54

pohon di belakang sekolah? tanya Althea kembali hingga membuat memori-memori itu berdatangan kembali. Caesar mengangguk dan tersenyum menahan air matanya yang sudah hampir keluar. Ssssttttt iya aku inget semua, Al., ucapnya kemudian dengan tegar sambil mengusap air mata Althea. Andai aja waktu itu bisa terulang lagi.., katakata yang terlontar dari mulut seorang sahabat kecilnya ini selalu memaksa Caesar untuk lebih tegar. Caesar melirik ke arah Pak Reyhan. Papa Althea itu memberikan kode dengan senyuman dan anggukan. Caesar tahu apa yang harus ia lakukan, ia tersenyum kembali, untuk menenangkan sahabatnya itu. Kalo kamu mau, sekarang bisa kok, ucap Caesar. Kebetulan di gudang ada sepeda, di kulkas juga ada es krim tuh! sela Pak Reyhan. Seketika kening Althea mengerut setelah

mendengar pernyataan dari papanya. Papa?


55

Sudahlah, Al, Papa juga pernah muda. Ah Papa Suasana haru yang semula memenuhi satu petak ruangan ini telah tergusur oleh candaan Pak Reyhan, canda tawa pun pecah. Yaudah ayo, Al! seru Caesar. Dengan cekatan dan wajah kegirangan, Althea bergegas mengeluarkan sepedanya dari dalam gudang. Dibawah mentari senja, Caesar mengayuh sepeda dengan bobot juataan memori masa lalu di dalam setiap putaran roda. Nostalgia. Senyuman terpancar jelas dari wajah Althea, seakan-akan ia telah menemukan kembali pangerannya yang telah lama hilang. Dalam otaknya hanya ada kenangan masa lalunya yang terulang kembali saat ini. Caesar terus mengayuh sepeda itu ke arah pohon besar yang berada di taman, belakang apartemen. Tibatiba ia menatap ke depan dengan tatapan kosong. Terdiam hingga menghentikan laju sepeda. Ia pernah merasakan hal yang sama seperti ini. De Javu. Bukan dengan Althea, Caesar teringat kembali di saat berangkat sekolah sebelum
56

pengumuman kelulusan. Lagi dan lagi, kini bayangan Beby Chesara Anadila seperti muncul tepat di depannya. Kenangan lain bercampur aduk di dalam otaknya. Sar, kok berhenti? Serontak Caesar tersadar dari lamunannya. Ha? kemudian. Althea tersenyum. Hayo lagi ngalamunin apa? Beneran nggak ngapa-ngapain, cuma kangen aja kalo lihat pohon segede itu, sahutnya untuk mengalihkan perhatian. Kalo dulu, kita mesti makan es krim bareng di bawah pohon segede itu, tambahnya. Yaelah Sar, ya udah kesana aja lagian aku kan juga bawa es krim, ajak Althea. Caesar tersenyum, badannya mulai tegak, kakinya juga mulai mengayuh kembali sepeda putih itu hingga di bawah pohon yang cukup besar tujuannya. Kembali, jutaan memori masa lalunya meledak. Di tengah canda melongo. Nggak kok, ucapnya

57

tawa kedua pasangan sahabat ini, tiba-tiba Althea memeluk Caesar. Sar, dari dulu sampai sekarang, cuma kamu yang bisa bikin aku tertawa lebar kayak gini, ucap Althea yang masih erat memeluk sahabat kecilnya itu. Kamu nggak berubah ya, Sar, tambahnya dengan perlahan-lahan melepaskan pelukan itu. Caesar menatap tajam mata Althea, kedua tangannya memegang erat bahu Althea. Lihat aku, Al, ucap Caesar yang terlihat serius. Althea manggut-manggut. Aku manusia biasa, bukan Power Rangers yang bisa berubah, candanya dengan perlahan-lahan

melepaskan bahu Althea. Suasana cair kembali dengan candaan itu, keduanya cekikikan. Dengan bahu yang masih terguncang, mereka berdua memakan es krim bersama hingga senja menyapa dan hujan rintik-rintik pun yang mengakhirinya.

58

Malam ini rasanya berbeda, jauh lebih indah dari malam-malam lainnya. Kembali Caesar dan Althea mengenang masa lalunya. Kali ini mereka berdua memandangi langit penuh bintang berkedip riang, seakanakan bintang itu tersenyum melihat mereka duduk berdua. Eh lihat itu Caesar, ada bintang jatuh!" teriak Althea sambil menunjuk ke arah bintang itu semakin menghilang. Caesar merogoh kantongnya dan meraih sesuatu. Wuih iya-iya, aku juga lihat, Al!" sahutnya. Ternyata Caesar mengambil secarik kertas kosong yang tergambar sosok perempuan hasil tatapan kosongnya saat di sekolah waktu itu. "Ngapain kamu, Caesar? Itu gambar siapa?" tanya Althea penasaran. "Gini, kan katanya kalo ada bintang jatuh apa yang kita harapkan bisa terkabul kan? Nah, aku pengen
59

ketemu sama orang yang ada di gambar ini, Al," jelas Caesar. Terus itu gambar siapa? Aku juga nggak tau, makanya itu aku pengen ketemu sama orang di gambar ini, Al. Kok bisa gitu sih? Gini ceritanya waktu itu pas pelajaran Bahasa Perancis ngebosenin banget kan tuh ya, nah aku ngambil kertas, terus coret-coret nggak jelas eh malah jadi gambar kayak gini Oh gitu, ya udah semoga orangnya ada di dunia ini, ucap Althea, tersenyum. Kamu nggak ngeharapin sesuatu, Al? "Ehm... kalo aku berharap persahabatan kita bisa sampai selamanya," kata Althea tersenyum kembali dengan mata berkaca-kaca. Mendengar perkataan itu Caesar langsung meraih jari kelingking Althea dan mengaitkannya ke jari kelingkingnya erat-erat.
60

"Al, tatap mataku inget kata-kataku ini! Setiap ada pertemuan pasti ada perpisahan, tapi entah kapan. Aku selalu berdoa untukmu, kita akan bisa selalu bersama merintis hari esok menuju cita-cita dan harapan kita, melewati goresan takdir berdua, kamu dan aku. Karena kamu adalah sahabatku dan inilah janjiku, aku akan selalu mencoba ada untukmu walau hanya dalam mimpi, kamu tak akan pernah terhapus dalam kenanganku, karena kamu terindah. Aku bangga punya sahabat sepertimu, Al." Suasana haru kembali datang malam ini, tapi Caesar tak ingin terus larut dalam suasana itu. Ia berjalan dan mengambil sebuah gitar yang tergeletak di sebelah pintu. Mungkin ia akan menghilangkan suasana hari itu dengan menyanyikan lagu. Dan benar, Caesar memetik gitarnya, menyanyikan lagu Ipang Sahabat Kecil, Althea pun berhasil terhipnotis untuk ikut menyanyi bersama.

61

Baru saja berakhir hujan di sore ini Menyisakan keajaiban, kilauan indahnya pelangi Tak pernah terlewatkan dan tetap mengaguminya Kesempatan seperti ini tak akan bisa di beli Bersamamu kuhabiskan waktu, senang bisa mengenal dirimu Rasanya semua begitu sempurna, sayang untuk mengakhirinya Melawan keterbatasan walau sedikit kemungkinan Tak akan menyerah untuk hadapi hingga sedih tak mau datang lagi. Bersamamu kuhabiskan waktu, senang bisa mengenal dirimu Rasanya semua begitu sempurna, sayang untuk mengakhirinya Janganlah berganti, janganlah berganti, janganlah berganti Tetaplah seperti ini Janganlah berganti, janganlah berganti, janganlah berganti Tetaplah seperti ini

62

Hari kedua di Jakarta. Pagi yang cerah, di antara kicau burung dan nyanyian hari-hari, Caesar memandangi kertas yang tergambar sosok wanita itu. Rasa penasaran selalu menghantuinya, ia selalu bertanya-tanya kepada dirinya senidiri siapakah sosok wanita yang ada di kertas itu. Tiba-tiba ada suara orang lari dari kejauhan dan terus mendekati Caesar. Halo Caesar, seru Althea mengagetkan Caesar dengan menepuk bahunya. Tubuh Caesar terguncang. Eh kamu, Al pagi-pagi udah ngagetin aja, ucapnya kemudian. Althea menggembungkan pipinya, manyun. Ya maaf Caesar tersenyum, jemarinya sedikit mencubit gemas dagu sahabatnya itu. Ya udah nggak usah cemberut gitu kali, jelek tau, ucapnya kembali, masih tersenyum gemas.

63

Tanpa kata, Althea menjulurkan tangannya dan menunjukkan secarik kertas bertuliskan FROM A SHADOW kepada Caesar. Kepala Caesar miring, mendekati kertas itu, alisnya naik. Eh ini kok sahut Caesar sebelum katakatanya terputus oleh selaan Althea. Iya, ini aku nemu di depan kamarmu tadi, jelas Althea. Punyamu? tanyanya kemudian. Ehm iya Boleh aku nebak artinya? Caesar tersenyum, manggut-manggut. Berawal dari bayangan, Althea menatap langit-langit, berpikir keras. Dua juta rupiah!!! seru Caesar, bercanda. Belom, Sar Itu udah bener kok artinya Aku kan bukan nebak artinya, maksudnya tadi mau nebak maknanya, sela Althea. Hmm menurutku itu maknanya, semua hal yang nyata berawal dari
64

bayangan yang maya, bener nggak sih? jelas dan tanyanya kemudian dengan tertawa kecil. Mendengar perkataan Althea, Caesar tercengang. Hatinya spontan bertanya-tanya. Mengapa Althea bisa tahu makna tulisannya? Padahal selama ini nggak pernah ada seorang pun yang tahu sebelum Caesar yang memberi tahunya sendiri. Apa Althea bisa membaca pikiran orang lain? Itu mustahil, ia hanya manusia biasa. Lantas, kenapa dia bisa? Cukup lama Caesar terdiam hingga Althea menggadangkan tangannya di depan wajah Caesar. Eh, Caesar mulai tersadar dari lamunannya. Kok kamu bisa tahu maknanya, Al? tanyanya penasaran. Kamu suka nulis ya? Althea membalikan pertanyaan. Caesar menggaruk kepalanya. Nggak tau tapi aku bingung, akhir-akhir ini aku jadi sering melamun, terus kadang tanganku serasa gerak sendiri nulis sesuatu nggak jelas kayak gitu, Al.
65

Kok bisa gitu? Entah Bentar, aku mau cerita, ucap Althea, menelan ludah. Dulusebelum aku bisa main piano, aku sempet suka nulis. Nah, gejalanya seperti yang kayak kamu lakuin tadi, akhirnya aku bisa memaknai sebuah rangkaian kata yang nggak jelas itu. jelasnya. Jadi, maksudmu aku seorang penulis? tanya Caesar kembali. Belom! tegas Althea. Kamu bisa disebut seorang penulis, kalau kamu udah bisa nerbitin buku kamu, jelasnya kembali. Caesar tidak menjawab dan hanya memandangi Althea dengan wajah yang tidak paham. Yap, mungkin kamu masih bingung, boleh aku ngelanjutin tulisanmu ini satu paragraf lagi? tanya Althea meminta izin. Caesar menganggukkan kepala yang berarti ia mengizinkan Althea. Tak butuh waktu lama seperti

66

mengerjakan soal, Althea yang sudah mahir dalam merangkai kata sudah menuliskan satu paragraf itu.

67

Tulisan Althea membuat Caesar kembali tercengang, ternyata sahabat kecilnya memiliki pemikiran dasar yang dewasa. Hal itu membuatnya mengerti bahwa kedewasaan seseorang tak bisa dihitung dari umur. Apa yang harus aku lakuin, Al? tanya Caesar tiba-tiba. Althea menghela napas kembali dan menjelaskan. Kalau kamu ingin membuat satu buku, lanjutin ceritamu setelah paragraf yang aku buat ini, Hmm siap kapten! tegas Caesar, seakan-akan melaksanakan perintah atasannya. Tapi inget, harus fokus dan konsisten di ceritamu itu, jangan cuma jadi moody-writer, jelas Althea kembali, memberikan masukan. Caesar tersenyum sumringah, bahkan ia

mengangkat tangan kanannya ke depan dahinyahormat layaknya anak buah terhadap pemimpinnya. Hal itu membuat Althea tertawa hingga melayangkan tamparan kecilnya di pipi Caesar. Caesar mengusap pipinya.
68

Kok nampar sih? Aku sayang kamu, Sar! selarik kata ini membuat ruangan menjadi sunyi seketika. Matanya saling memandang seakan-akan bertanya apa maksud kata itu. Althea langsung mengalihkan pembicaraan dengan menggeret Caesar hingga ke samping meja belajarnya. Althea menulis sesuatu di dalam secarik kertas.

Apa maksudnya? tanya Caesar, melongo. Althea tersenyum lega, perkataan keceplosan tadi sudah teralihkan.

69

NggakCuma ntar semisal kamu udah punya buku sendiri, aku berharap tulisan ini nempel jelas di pembatas bukunyakalo nggak keberatan sih, jelasnya kemudian. Itu sih gampang, Al, emang artinya apa sih? tanya Caesar penasaran. Althea terlihat salah tingkah ketika mencari arti tulisan itu, tapi akhirnya ia mendapatkan ide untuk beralasan kembali. Itu itu nggak ada artinya, sahutnya terbatabata. Ya anggep aja itu tanda tanganku tapi berupa gituan lah pokoknya, jelasnya dengan lagak aneh. Iya deh iya, apa sih yang nggak buat kamu, ujar Caesar sambil mencubit pipi Althea, gemas. Tangan yang semula menempel pipi Althea, dengan cepat mengalihkan gerakannya saat handphonenya berderingmerogoh kantong dan mengeluarkannya. Pada layar, tertera jelas panggilan masuk dari TriyanAccept. Halo, ada apa vrooh? sapa Caesar.
70

Posisi lagi di Jakarta, kan? tanya Triyan Caesar menanya balik. Kok tau? Triyan mendengus kesal. Yaelah, rumah aja sebelahan, gimana nggak bisa tahu, peaaaa. Ini aku juga lagi di Jakarta soalnya, jelasnya kemudian. Ngapain, jangan-jangan kangen nih? canda Caesar. Anjirrrr, entar malem gue certain lah pokoknya lo kudu bisa keluar ke QQ Kopitiam FX, gue tunggu! ujar Triyan, menyuruh bahkan memaksa. Haha sialan baru berapa hari di Jakarta udah pake lo-gue, oke sip dah! ejek Caesar sekaligus menyetujui ajakan paksa Triyan. Mendengar perstujuan dari mulut Caesar, tanpa membalas satu kata pun, Triyan langsung memutuskan panggilan tersebut. Sudah biasa, Caesar paham apabila temannya itu sudah mematikan panggilan, berarti lagi krisis pulsa. Cukup mengerti.

71

Siapa, Sar? tanya Althea yang mendengarkan percakapan tadi. Temen dari Semarang, kebetulan juga lagi main di Jakarta, jawab Caesar. Oh iya, entar malem bisa nganterin ke QQ Kopitiam FX nggak, Al?Sekalian nongkrong gitu, tanyanya kemudian. Ya udah berangkat aja sih, lagian aku juga pengen keluar, jelas Althea menyetujui.

Pukul 19.30, Caesar masih asyik memainkan game dalam PSP-nya. Berkali-kali ia merubah posisi duduknya dan berkali-kali raut wajahnya berganti. Kadang terlihat saat bahagia saat sukses menyelesaikan misi game-nya dan terlihat marah dengan dahi yang mengerut jika gagal. Hebat sekalibenda mati bisa mengendalikan emosi manusia. Matanya yang dari tadi hanya memandangi layar empat inci itu, kini mendapati Althea dengan sweater Navajo-nya sedang berjalan menuju
72

Caesar dan menjulurkan tangan, memberikan kontak mobil. Buat apa? tanya Caesar seperti orang bego. Buat mas kawin, celetuk Althea. Hadeeeeeh, katanya tadi suruh nganterin ke QQ Kopitiam? tanyanya kemudian, sedikit kesal. Oh iya, bloon jadi lupa sendiri gini, bentar ya aku ganti baju dulu! sahut Caesar sambil berlari menuju kamar. Mengenakan pakaian santaikaos biru dongker dengan tulisan berwarna kuning keemasan silence is better than bullshitdan celana pendek casual berwarna cokelat, Caesar keluar dari kamarnya. Mengambil kontak mobil dari tangan Althea, mereka berdua langsung menuju QQ Kopitiam di FX Sudirman Mall dengan Honda Civic merah milik Althea. Di tengah perjalanandi dalam mobil, Althea sempat bertanya pada Caesar tentang gambar sosok wanita misterius itu. Sar, aku boleh tanya sesuatu?
73

Boleh aja lah, tanya apa Al? "Dari kemarin, aku selalu lihat kamu memandangi sosok wanita yang kamu gambar di kertas itu, kenapa?" tanya Althea. "Entahlah Al, aku juga bingung," jawab Caesar singkat. Althea menghela napas. "Kenapa nggak kamu buang aja? Lagian itu cuma gambaran aja, takutnya kamu malah terobsesi," tanyanya kemudian. "Rasanya berat, Al. Gambar itu seakan-akan nyata dan bayangan itu selalu ada dalam otakku, andaikan" "Iya udah nggak usah dibahas lagi, aku tau perasaanmu kok, simpen aja gambar itu," sahut Althea yang memotong perkataan Caesar. Kayaknya perkataanmu tadi ada benernya, Al, ujar Caesar. Kamu mau nggak nyimpen gambar ini? Biar aku bisa ngelupainnya pelan-pelan, tapi jangan dibuang loh, mohon Caesar.

74

Oke, Sar! Nyantai aja kali Akhirnya, beberapa menit setelah berbincangbincang di dalam mobil, mereka pun sampai tujuannya yaitu di FX Sudirman Mall. Tidak menunggu lama, keduanya langsung menuju QQ Kopitiam di lantai dasar. QQ Kopitiam sudah di depan mata. Terlihat seseorang pria mengenakan kemeja bermotif jangkar duduk di sudut Coffee Shop ituTriyan, ia dating lebih awal. Mereka pun langsung menghampirinya. Woy! seru Caesar menepuk bahu Triyan dari belakang. Anjirrrr lu ngagetin aja, ucap Triyan setelah tubuhnya terguncang, sedikit kaget. Caesar hanya tertawa dan langsung duduk di kursi yang berada di depan Triyan, Althea mengikutinya. Melihat Althea, Triyan melongo kebingungan seperti melihat mahkluk asing dari planet lain. Caesar menepuk pipi Triyan berulang kali Ngapain melongo gitu? Kenalin nih, temenku

75

Triyan langsung menjulurkan tangannya dan tetap melongo seakan-akan Althea menghipnotisnya. Althea menyambut dan membalas juluran tangan Triyan. Cukup lama mereka berdua bersalaman tak lepas. Inget yang di Semarang woy! seru Caesar. Triyan menelan ludah. Tiba-tiba Althea berdiri. Hmm bentar ya, aku mau ke toilet, ucap Althea dan langsung bergegas menuju toilet di lantai 4. Althea sudah tak terlihat dari dalam coffee shop itu. Triyan pun langsung tersadar dari hipnotis tidak jelas tadi, lalu mendekat ke Caesar. Itu siapa, Sar? Cantik ameeeetttt! tanya Triyan. Kan aku udah bilang tadi itu temenku, jawab Caesar. Ginsa kan juga cantik? tanyanya kemudian yang bermaksud memancing. Triyan kembali menelan ludah. Hmm Sar Sebenernya aku udah putus sama Ginsa, jelas Triyan terbata-bata.
76

Caesar

terkejut,

tubuhnya

terguncang

saat

mendengar perkataan Triyan yang baru saja dilontarkan. Alhasil, tak sengaja Caesar merobek daftar menu yang berada dalam gengamannya. Hah?!!! serunya kemudian, terkejut. Bentar, aku jelasin duluaku putus baik-baik kok, nggak ada masalah. Semua udah dipikirin matangmatang. Ginsa juga udah paham, kalau sahabat jadi pacar entar ending-nya malah nggak bener. Jadi sebenernya kita cuma break aja, nunggu waktu yang pas, udah gitu aja sih, jelas Triyan panjang lebar. Syukurlah, sahut Caesar singkat dengan mengelus dadanya. Mbak mbak., seru Caesar kemudian memanggil pelayan coffe shop itu. Pelayan tersebut pun mendekat. Iya, ada yang bisa saya bantu? Pesen kopi susu panas satu, lemon tea satu ya, mbak! ujar Caesar memesan secangkir kopi sekaligus mengembalikan daftar menu. Maaf mbak agak robek, ini tadi kelakuan temenku abis putus sama pacarnya, nggak
77

tega ngerobek fotonya malah daftar menu yang jadi pelampiasan, maafin ya mbak? ujarnya kemudian dengan menunjuk Triyan yang tidak tahu apa-apa dan

menertawakannya. Ih apa sih lu? Nggak mbak, dia tukang fitnah Hati-hati dimodusin lho mbak, bentar lagi mau culik mbaknya kan lu? Triyan membalas fitnah. Hahanjirrr nggak mungkin, parah! sahut Caesar cekikikan. Pelayan itu terlihat tersenyum menahan tawanya. Oke, tunggu bentar ya, ujarnya sebelum melayani pesanan Caesar. Sar, gue mau tanya, emang lo nggak kangen sama Beby? Caesar menghela napas panjang. Kalo kangen mah udah pasti, Yan, tapi aku berusaha buat ngelupain dia sementara, aku nggak mau ngehalangin mimpinya. Aku udah janji sama dia, Yan, jawab Caesar, menjelaskan.

78

Iya sih, gue suka gaya lo, bro! Emang bisa tahan? celetuk Triyan sekaligus bertanya. Kalo nggak tahan, pasti udah aku samperin lah mumpung sedeket ini, theater-nya aja di atas sinidi lantai empat, jelas Caesar kembali. Oh iya, malah baru nyadar gue, ucap Triyan dengan tertawa kecil. Di sisi lain ada Althea yang sedang menuju toilet yang berada di lantai empat itu. Awalnya, ia berniat untuk naik escalator, tetapi setelah melihat lift terbuka, tanpa pikir panjang ia langsung memasukinya. Saat lift berada pada lantai dua, pintu lift terbuka. Terlihat gadis seperti berseragam SMA berparas manis memasuki lift itu. Iya, hanya ada mereka berdua di dalam lift. Althea terlihat cuek dan tidak menghiraukannya. Tiba-tiba handphone-nya bergetar, ia langsung merogoh kantongnya. Handphone itu satu kantong dengan kertas yang tergambar sosok wanita buatan Caesar itu. Tanpa disadari, kertas itu pun jatuh dari kantongnya saat lift terbuka di lantai empat. Althea meninggalkan lift itu
79

sambil membuka pesan dari Caesar yang berisikan kalau ia memesankan minuman untuknya. Setelah dari toilet, Althea kembali ke QQ Kopitiam. Lemon Teaminuman favorit Althea sudah tersedia di depan matanya. Althea bahagia, ternyata Caesar masih ingat minuman favoritnya sejak TK dulu. Satu jam berlalu, mereka telah berbincangbincang cukup lama. Perbincangan yang membuat Triyan dan Althea lebih mengenal satu sama lain. Hingga akhirnya, Althea mengajak Caesar pulang. Ia berpikir sudah larut malam untuk seorang wanita berada di luar tempat tinggal. Malam itu ditutup dengan canda tawa dalam perbincangan yang selalu hadir di saat Caesar dan Triyan bertemu. Seperti biasa.

Hari ketiga di Jakarta. Awan pagi menyelimuti langit ibukota. Cahaya sang mentari pun hanya terlihat samar-samar. Jemari Althea menari di atas tuts-tuts piano klasik miliknya.
80

Denting piano yang mengalun anggun memenuhi setiap sudut ruangan tertutup di sebelah Timur ruang keluarga, Althea sering menyebutnya Dream Room ruangan yang menyimpan jutaan mimpi Althea di dalamnya. Seketika alunan nada-nada piano itu terhenti oleh suara yang sayup-sayup terdengar dari luar ruangan itu. Pak Rio, mau kemana? tanya Pak Reyhan setelah melihat papa Caesar berjalan tergesa-gesa keluar dari kamarnya. Mau beliin si Caesar obat, Pak, jawab Pak Rio, menghentikan langkahnya. Pak Reyhan menutup korannya, merubah posisi duduknya, tegap.Loh, Caesar sakit? tanyanya kembali. Iya, kelihatannya demam tadi Mendengar perkataan dari Pak Reyhan itu, Althea bergegas keluar dari kamarnya dan menghampiri Caesar. Dan benar, Caesar terbaring lemah di tempat tidurnya, wajahnya pucat. Ia terlihat menggigil walaupun selimut tebal sudah menutupi tubuhnya.

81

Ya ampun, Sar, kenapa? tanya Althea penasaran sekaligus khawatir. Dengan pura-pura kuat, Caesar menoleh ke arah Althea, tersenyum dan menggelengkan kepalanya dengan maksud bahwa ia baik-baik saja. Namun, Caesar tidak dapat menyembunyikan lagi wajahnya yang semakin pucat. Hal itu menarik Althea untuk mendekatinya, ia menjulurkan sahabatnya itu. Panastidak mungkin jika Caesar baik-baik saja, dia pasti hanya berpura-pura kuat di hadapanku, mungkin Caesar tak ingin merepotkanku, pikir Althea dari dalam hati. Tunggu bentar, Sar! ucapnya kemudian sambil bergegas keluar dari kamar Caesar. Beberapa menit kemudian, Althea kembali dengan menenteng baskom kecil berisi air hangat dan washlap berwarna biru muda yang menggantung di tepi baskom. Althea bermaksud ingin menurunkan panas Caesar dengan mengompresnya. Melihat perlakuan Althea terhadapnya, Caesar tercengang. Baru kali ini ia mengenal wanita yang tangan kanannya menyentuh kening

82

sangat perhatian dengannya bahkan melebihi perhatian dari mamanya dulu. Caesar memegang erat telapak tangan Althea yang sedang menjamahi keningnya. Makasih banget, Al, ucapnya kemudian dengan suara berat. Tiba-tiba seseorang masuk tanpa mengetuk pintu, ternyata Pak Rio. Ini obatnya, dek! ucap Pak Rio dengan menunjukkan obat yang baru saja ia beli untuk anaknya. Ini obat penurun panas, ini sakit kepala, yang ini antibiotik, semuanya diminum 3 kali sehari habis makan ya! Sekarang kamu makan dulu gih, biar bisa minum obat, ucap serta suruhnya kemudian, menjelaskan dan menunjukkan satu per satu obat sekaligus dosis yang harus diminum Caesar. Biar aku yang nyuapin, Om, sahut Althea, menyela. Lagi-lagi perkataan Althea membuat Caesar tercengang hingga ia sempat berpikir, ada apa dengan Althea? Caesar tidak pernah merasa member apapun
83

kepadanya bahkan menyelamatkan hidupnya. Lantas mengapa Althea terlihat seperti ingin berbalas budi. Pemikiran itu seketika terhapus, Caesar mendapatkan alasan yang positif. Ia berpikir, mungkin itulah yang namanya persahabatan, selalu ada dalam keadaan apapun hingga bisa merasakan apa yang bisa dirasakan

sahabatnya. Dan mungkin Althea sedang merasakan sakit seperti yang dirasakan Caesar saat itu, sehingga Althea berusaha untuk memberikan perhatian lebih untuk sahabatnya itu. Tetap saja, Caesar tidak ingin merepotkan orang lain meskipun itu sahabatnya sendiri. Sebelum Althea bergegas untuk mengambil makanan untuknya, Caesar menarik sahabatnya tersebut. Nggak usah, Al, aku bisa sendiri Althea mencoba melepaskannya, namun

genggaman Caesar cukup erat, ia pun menghela napas. Sar, aku tahu kamu orang yang kuat, aku tahu kamu bisa mandiri, tapi kali ini keadaanmu bener-bener drop, kamu harus cukup istirahat. Tenang aja, aku nggak ngerasa direpotin sama sekali kok, aku cuma pengen kamu bisa
84

cepet sembuh, aku nggak mau lihat kamu sakit-sakitan gini, Sar. Aku tahu, kamu ke Jakarta buat liburan, buat seneng-seneng, bukan buat ngerasain sakit kayak gini. Aku mohon kali ini biar aku yang nyuapin kamu, ujar Althea panjang lebar hingga membuat Caesar melepaskan tangannya dan membiarkan sahabatnya untuk melakukan yang terbaik. Suap demi suap hingga akhirnya Caesar berhasil menghabiskan buburnya ditambah tiga butir obat dengan bantuan tangan sahabatnya. Althea pun mendengus lega. Sekarang kamu istirahat yang cukup, semoga cepet sembuh ya, ucap Althea lirih dengan merapikan tempat tidur sahabatnya, Caesar hanya membalas dengan anggukan lemahnya. Althea langsung meninggalkan Caesar untuk beristirahat. Saat keluar dari kamar Caesar, Althea mendapati Pak Rio sedang duduk santai di teras dengan secangkir kopi menemaninya. Althea mendekati,

menanyakan sesuatu. Om., sapa Althea santun.


85

Dengan cekatan, Pak Rio sedikit menyeruput kopi panasnya dan meletakkan kembali ke meja di sampingnya. Mengalihkan kepalanya, menoleh ke arah suara Althea menyapanya. Eh iya, ada apa, dek? balasnya kemudian. Cuma mau tanya aja, Om, ucap Althea sedikit menghela napas. Kalo boleh tahu, Caesar suka lagu yang kayak gimana ya, Om? tanyanya kemudian. Dia sih universal, asalkan kedengaran enak di telinganya, pasti dia suka. Tapi, akhir-akhir ini dia lagi suka sama apa itu namanya? Je Ka Te Jakarta Empat Delapan atau apa gitulah, pokonya ada empat delapannya, jelas Pak Rio. Kenapa? tanyanya kemudian. Oh JKT48 nggak apa-apa sih, Om, tanya aja, hahahaha., sahutnya cengengesan. Ah kamu ini, sama aja kayak Caesar, kalo ditanyain jawabnya gitu Jodoh mungkin, Om! Ups, celetuknya dengan menutup mulut, malu. Hal itu membuat Pak Rio tertawa hingga akhirnya suara tawa keduanya pecah dan
86

berlomba-lomba dengan suara gemercik hujan pagi itu. Seketika suara tawa itu terhenti dengan sepotong pertanyaan yang dilontarkan dari mulut Pak Rio yang mengejutkan Althea. Kamu suka sama Caesar? tanya Pak Rio tersebut, terang-terangan. Setelah beberapa detik terdiam dan berkali-kali menelan ludah, Althea memberanikan diri untuk mulai menjawab pertanyaan itu. Ehmm hmm aku aku jawabnya terbata-bata sebelum Pak Rio menyelanya. Senyuman Pak Rio mengembang setelah melihat Althea yang salah tingkah itu. Tanpa jawaban, Pak Rio sudah bisa menebak perasaan hati Althea dari bahasa tubuhnya. Tiba-tiba, tangan Pak Rio menepuk pelan bahu Althea. Sabar ya dek, kamu kenal Caesar kan? Tahu gimana karakternya kan? Dia emang gitu, tapi tenang aja, dia kelihatan cuek, padahal sebenernya dia itu perhatian. Om tahu, dia sering berpura-pura nggak peka sama orang
87

lain dan nggak mau ikut campur urusan orang lain dan kadang jadi pendiam seketika. Tapi asalkan kamu tahu, diamnya Caesar itu bukan berarti nggak tau apa-apa, dia menguji kesabaran orang lain, kadang dia lebih tau dari kita yang lebih banyak bicara. Nah, dari situlah dia bisa tahu bahkan memahami karakter orang lain tanpa harus mengenal orang itu lebih dalam. Makanya dia nggak pernah salah dalam memilih teman, jadi kamu harus ekstra sabar, gitu aja sih, ucap Pak Rio menjelaskan karakter anaknya kepada Althea. Iya bener, Om, lama-lama aku juga ngerasain itu sendiri, ucap Althea, beberapa kali menganggukkan kepalanya dan melihat ke atas seperti sedang berpikir. Perbincangan yang cukup memakan waktu itu membuat keduanya bisa mengenal satu sama lain. Dari balik jendela, Pak Reyhan mengintip anaknya yang terlihat bahagia saat bercanda dengan Pak Rio, hati papa Althea itu ikut merasakan kebahagiaan anak tunggalnya tersebut. Jelas saja, anaknya yang jarang sekali tersenyum dan sulit sekali dalam bersosialisasi, dapat berbalik 360.

88

Pak Rio dan Caesar lah orang yang bisa menaklukan Althea dari karakternya itu selain papanya sendiri.

Hujan hari itu tak kunjung berhenti, awet seperti penyakit yang sedang menggerogoti tubuh Caesar yang semakin menjadi-jadi, suhu tubuhnya meningkat. Namun, Caesar tetaplah Caesar, seperti apapun keadaanya, ia tetap stay strong bahkan ia tak ingin diam saja dengan selalu mencari kesibukan. Tubuhnya yang lemah perlahan-lahan melata menuju tepi kasur. Hanya ingin meraih gitar di samping kasurnya saja, rasanya seperti memanjat pohon kelapa yang menjulang tinggi, berat sekali. Belum sampai tangannya untuk meraih gitar itu, tiba-tiba seseorang mengetuk pintu kamarnya. Masuk aja! seru Caesar, mempersilahkan. Terlihat Althea masuk dan ingin cepat-cepat mendekati Caesar seperti ingin menunjukkan sesuatu.

89

Tangan kirinya menggengam iPod putih miliknya dengan headset yang menancap di atasnya. Halo, Sar! Lagi ngapain? tanya Althea basabasi. Sebenernya mau main gitar sih, jawab Caesar dengan suara yang masih lemahnya. Althea mendengus kesal. Ya ampun, Sar, kamu nggak boleh banyak gerak, sebelum bener-bener fit, ucapnya kemudian. Ya maaf Althea tersenyum ringan, Ya udah, lain kali nggak boleh diulangin lho, ucapnya. Ini aku punya lagu bagus, dengerin ya, tambahnya sambil menempelkan headset ke kedua telinga Caesar. Terdengar sebuah lagu yang tak asing di telinga Caesar. Namun, seseorang telah membuat lagu itu berbeda dengan dentingan piano yang khas dan suara anggunnya. Lagu Temodemo no Namida milik JKT48 berhasil memaksa Caesar menahan air matanya.

90


Hujan rintik-rintik yang mulai turun, aku pun menutup layar kisah ini.. Bagai menurunkan layar warna perak, itulah cinta pertama diriku.. Ku terus menunggu. di jalan yang kedua, ku ingin panggil namun ku tak bisa. Saat kulihat kebawah, bunga ajisai pun menangis.

Walau ku sangat ingin bertemu, walau ku menyukaimu.. Kau jalan berlalu di depan mataku. Walaupun jadi begini, aku tetap melihatmu dari tempat ini. Walau ku sangat ingin bertemu, walau ku menyukaimu, Kau bahkan tidak menoleh ke arahku. Walaupun kupakai payung, pipiku pun tetap basah. Diri ini tak berdaya, Temodemo no namida Di jalan yang penuh kesedihan ini, aku berjalan seorang diri. Dalam hati ini, diriku tersesat rasa sayang tak seorang pun tahu.. Bunga ajisai yang suka akan hujan., .memejamkan mata di hari cerah Mendung yang jauh di sana, apakah kau yang memikirkannya?
91

Walau sesedih apa pun juga, walaupun tak bisa juga, biarkan aku tetap menjadi gadis Ku tak akan melupakan jejak langkah kenangan. bertemu denganmu Walau sesedih apa pun juga, walaipun tak bisa juga,.. Suatu hari ku pasti kan teringat.. Walaupun harapan aku tidak juga terwujudkan.. Ku kan terus bersinar, Temo demo no koi yo. Walau ku sangat ingin bertemu, walau ku menyukaimu, Kau jalan berlalu di depan mataku. Aku tetap melihatmu dari tempat ini.. Walau ku sangat ingin bertemu, walau ku menyukaimu.. Kau bahkan tidak menoleh ke arahku Walaupun kupakai paying, pipiku pun tetap basah. Diri ini tak berdaya, Temodemo no namida

Setelah lagu itu selesai, Caesar melepaskan headset di telinganya, matanya terlihat berkaca-kaca. Dan setelah sempat terdiam sejenak, tiba-tiba ia mengubah

92

posisi badannya yang semula tiduran, perlahan-lahan bangun dari kasurnya dan serontak memeluk erat Althea. Tuhan hebat ya, Al? Udah nyiptain malaikat mungil yang rela buang-buang suara indahnya, cuma buat ngehibur mahkluk parasit, kata Caesar masih dalam pelukan Althea. Mendengar kata-kata itu, Althea melepaskan pelukan Caesar. Tangannya memegang erat kedua tangan Caesar hingga matanya pun menatap tajam mata sahabatnya itu. Caesar, dengerin aku, mungkin dia berpikir dirinya hanya parasit, tapi dia nggak pernah tahu kalau ternyata malaikat mungil itu menganggapnya sebagai mukjizat yang diturunkan Tuhan untuknya, balas Althea. Kali ini, perkataan Althea benar-benar membuat hati Caesar menjadi lemah, hingga air matanya memaksa untuk keluar, menetes membasahi pipi. Aku sayang kamu, Al, ucap Caesar yang tibatiba terlontar mantap dari mulutnya dan berhasil membuat tubuh sahabatnya terguncang, tercengang mendengarnya.
93

Althea yang sempat salah tingkah, kini sudah menata rapi hati dan pikirannya. Namun, tubuhnya tertarik untuk kembali memeluk Caesar dan mulutnya pun tak sengaja berani mengucap balasan untuk sahabatnya. Maaf kalo aku plagiat, soalnya aku cuma bisa meniru kata-katamu tadiaku juga sayang kamu, sahabat kecilku, bisik Althea, lirih.

Hari keempat di Jakarta. Malam yang dingin disertai rintik hujan membuat suasana malam itu semakin dicekam oleh kesunyian, hawa dingin mulai menyeruak dari balik kisi-kisi jendela tempat dimana Caesar duduk. Malam ini serasa berbeda dengan malam kemarin. Malam yang kelam ini melengkapi hati Althea yang sedang gelisah. Althea yang daritadi mondarmandir menarik perhatian Caesar yang sedang asyik membaca novel.

94

Malam yang dingin disertai rintik hujan membuat suasana malam itu semakin dicekam oleh kesunyian, hawa dingin mulai menyeruak dari balik kisi-kisi jendela tempat dimana Caesar duduk. Malam ini serasa berbeda dengan malam kemarin. Malam yang kelam ini melengkapi hati Althea yang sedang gelisah. Althea yang daritadi mondarmandir menarik perhatian Caesar yang sedang asyik membaca novel. "Eh, kamu kenapa, Al? Perasaan dari tadi mondarmandir mulu, cari apa sih?" tanya Caesar. "Eh... ehm... kamu tau kertas itu nggak?" sahut Althea berbalik tanya. Kertas apa sih? Kertas yang kamu titipin ke aku, Sar! Loh bukannya kemarin langsung kamu masukin kantong ya? Althea tampak lesu. "Iya, tapi udah aku cari-cari dari tadi nggak ada, Sar.."

95

"Coba inget-inget dulu, kemarin kamu kemana aja?" tanya Caesar. Aku cuma ke toilet, ujar Althea. Atau janganjangan.., gumamnya kemudian. "Jangan-jangan apa, Al?" tanya Caesar, menyela. Kertas itu jatuh di lift, Sar! seru Althea. "Serius? Ada orang di lift selain kamu nggak? tanya Caesar. Siapa tau dia nyimpen kertas itu," tambahnya. "Seingetku ada cewek pake seragam kayak seragam SMA, aku sempet liat namanya kalo nggak salah Beby Chaesara Anadila," jelas Althea. Tiga kata terakhir yang terlontar dari bibir Althea adalah sebuah nama seseorang yang dulu dekat dengan tubuh Caesar dan baru saja menghilang dari otaknya. Kini nama dan memori-memori itu datang kembali. Mata Caesar nampak berbinar-binar mendengar nama itu menusuk gendang telinganya. "Apaaaa?!! Bener itu namanya?" tanya Caesar memastikan.
96

Iya kayaknya, emang kenapa, Sar? "Eh.. ehmm.. dia dia itu member JKT48, Al!" sahut Caesar. Dia sahabatku, Al, gumamnya dari dalam hati, berniat untuk merahasiakan persahabatannya dengan Beby. Althea semakin kebingungan."Hah? Gila, terus gimana Sar?" tanyanya kemudian. "Oh, aku ada ide!" sahut Caesar. Caesar langsung membeberkan idenya itu ke Althea. Akhirnya Althea memutuskan bertanggung jawab membantu Caesar untuk mencari kertas itu yang diyakininya berada di tangan salah satu member JKT48 yaitu Beby. Salah satu cara untuk bertemu dengan Beby yaitu dengan menonton theater JKT48. Tanpa pikir panjang, mereka berdua memesan tiket untuk schedule theater JKT48 yang diadakan 3 hari lagi. Mereka berharap, setidaknya mereka bisa masuk pada tiket general agar tidak waiting list karena keadaan yang Caesar belum sembuh total.

97

Hari kelima tidak ada yang spesial karena keadaan Caesar yang masih butuh cukup istirahat , hingga sekarang memasuki hari keenam di Jakarta. Tangis gerimis dari awan yang menaungi kota Jakarta jatuh satu-satu. Suasana itu melengkapi hati Caesar yang sedang gelisah menunggu pengumuman undian tiket Theater JKT48 tepat pukul 12.00 siang hari itu. Sepuluh menit lagi jarum pendek pada jam tepat menunjukan pukul 12.00, Caesar yang tidak sabar langsung membuka laptopnya dan stay di official website JKT48. Refresh dan refresh, itulah tombol harapannya. Caesar terus berharap agar ia menang undian. "Caesar coba lihat!" seru Althea sambil menunjukkan laptopnya pada Caesar. "Alhamdulillah kamu menang undian, Al. Semoga aku juga ya," sahut Caesar penuh harapan. "Coba refresh sekali lagi, siapa tau...." "Ah... pupus sudah semua harapanku Al, kata Caesar memotong perkataan Althea sambil menundukan kepala, ia kalah undian tiket.
98

"Sabar Sar, kamu nggak boleh putus asa dulu, masih ada aku," sahut Althea menenangkan Caesar. "Kamu nggak boleh sendirian, Al!" sahut Caesar. Aku harus jaga kamu, oke aku waiting list, tambahnya kemudian. Tapi Tenang, Al, aku kuat kok, ucap Caesar meyakinkan sahabatnya. Ya udah deh, kalo itu maumu Aku janji, aku bakal bantu kamu sampai kertas itu kembali di tanganmu lagi, Sar, ujar Althea, tersenyum yakin.

Hari terakhir di Jakarta, perjuangan baru saja dimulai. Waiting list, harapan terakhir Caesar untuk mendapatkan kertasnya. Caesar rela berdiri 8 jam dalam keadaan yang belum benar-benar pulih, asalkan ia dapat masuk Theater JKT48 dan mendapatkan kertas itu. Wajahnya pucat, tubuhnya seperti tidak berdaya lagi,
99

hanya kertas itulah yang bisa memacu hingga ia dapat berdiri selama itu. Bingo dimulai. Althea yang memenangkan undian Theater JKT48 langsung antri di depan pintu masuk theater. Tiba-tiba terjadi keributan di area waiting list. Seseorang terlihat tergeletak pingsan di lantai, ternyata Caesar. Althea panik. Tapi, melihat Caesar sudah banyak yang membantu, Althea sedikit lega dan tetap ingin masuk, karena ia ingin menepati janjinya kepada Caesar untuk membantu mendapatkan kertas itu. Althea masuk pada bingo ketiga. Show theater sudah dimulai, Althea masih saja gelisah dengan keadaan Caesar. Althea bingung apa yang harus ia lakukan untuk mendapatkan kertas itu. Althea pun ingat, besok Caesar sudah pulang ke Semarang, tidak mungkin Caesar bisa mendapatkan kertasnya lagi apabila Althea tidak melakukan sesuatu. Hingga di akhir show, Althea berniat untuk mengatakan apa yang terjadi sebenarnya saat sesi handshake nanti.

100

Dan benar, sesi handshake dimulai, Althea sudah berada di depan Beby, tiba-tiba "Beby namaku Althea, maaf kalo kelakuanku ini kelihatan norak, tapi aku cuma mau ngomong kalo di luar sana ada seseorang yang jauh-jauh cuma ingin ketemu sama kamu. Sekarang orang itu lagi pingsan gara-gara WL yang nggak manusiawi itu. Dia bukan fans, tapi ada alasan tertentu buat ketemu kamu. Dia mau pulang ke Semarang besok!" teriak Althea yang membuat seluruh orang di dalam theater mengalihkan pandangan ke dirinya saat itu. Sesi handshake terhenti sejenak, Woi maju woi, jangan norak gitu dong!!! teriak beberapa Fans JKT48 dari belakang Althea, namun Althea tetap berhenti dan mengucapkan perkataan itu lagi untuk Beby. Security pun langsung menariknya keluar dan menulis namanya dalam blacklist Theater JKT48, ia tidak boleh menonton theater itu lagi selama setahun. Althea meneteskan air matanya, karena ia mengira usahanya saat itu sudah gagal. Tiba-tiba seseorang datang menghampiri Althea yang sedang diurus security tadi. Ternyata Beby, seseorang yang Althea cari itu rela meninggalkan sesi
101

handshake demi masalah itu karena ia tahu siapa seseorang yang Althea maksud. Lepasin dia pak, dia nggak salah, ujar Beby sambil berjalan mendekat. Tapi dia Mohon lepasin dia pak, biar aku yang

ngurusin., mohon Beby dengan tegas. Hingga akhirnya security membebaskan Althea. "Makasih ya, maaf banget aku udah ganggu, aku cuma pengen..." "Ssssssttt. udah nggak masalah, aku tau kok apa yang kamu maksud. Dimana temenmu sekarang?" tanya Beby menyela, gelisah. Althea menolehkan kepala beberapa kali melihat sekitarnya. Dia dia tadi dia pingsan disini, tapi sekarang Mendengar perkataan Althea yang terbata-bata, Beby langsung mengalihkan fokusnya, mendekati security tadi.
102

Maaf Pak, tadi ada cowok yang pingsan disini, sekarang dimana ya? tanya Beby. Oh yang badannya tinggi, rambutnya lurus lebat, hidungnya mancung itu? tanya balik security itu. Beby melongo, tatapannya kosong. Caesar, gumamnya. Iya bener, sekarang dia dimana, Pak? tanyanya kemudian. Ehm kalau nggak salah, tadi papanya jemput disini, katanya mau balik ke Semarang, jelas security tadi. Apa?!! seru Althea yang mendengar perkataan security itu. Anter aku ke Caesar, sekarang! suruh Beby tiba-tiba sambil menarik tangan Althea. Tanpa pikir panjang, Althea bergegas menuju mobilnya dan mengantarkan Beby ke apartemen-nya. Althea sangat yakin, Caesar masih ada disana. Saat dalam perjalanan menuju apartemen, Althea sadar akan sesuatu yang diucapkan Beby saat di FX Sudirman Mall tadi. Hal

103

itu membuat Althea memulai percakapan di dalam mobilnya. Percakapan yang cukup mengejutkan. Beb, Al, sapa mereka bersamaan, kebetulan setelah terdiam. Eh, iya, kamu dulu deh yang ngomong ucap Beby mengalah. Ehm aku baru sadar, kalo tadi kamu ngucap nama temenku, kamu kenal? tanya Althea. Beby mengangguk dan tersenyum. Dia sahabatku waktu SMP, Al, jawab Beby. Kalo nggak ada dia, mungkin sekarang aku bukan siapa-siapa, dia orang yang berharga di hidupku, Al, makanya aku berani ninggalin sesi handshake tadi demi dia, jelasnya. Oh iya, kamu sendiri? tanya Beby kemudian. Sahabat kecilnya, jawab Althea. Sama kayak kamu, mungkin hidupku monoton tanpanya, dia hebat ya, Beb? tambahnya kemudian. Sahabat kecil? Oh jadi kamu yang namanya Althea Callista itu? Caesar pernah cerita tentang kamu,

104

katanya kamu itu seseorang yang punya karakter introvert, sahut Beby. Apa itu introvert? Orang yang pendiam dan lebih suka bergelut dengan dunia, pemikiran atau batinnya sendiri. Bukan berarti mereka tidak bisa memberi perhatian bagi sekelilingnya, tapi 'dunianya' jauh lebih menyenangkan dan lebih bisa mnghargainya, jelas Beby. Althea hanya manggut-manggut memahami

penjelasan Beby itu. Jadi dia ngerasa beruntung punya sahabat kayak kamu, soalnya menurut Caesar orang introvert itu biasanya orang yang loyal dalam persahabatan, mereka selalu menganggap suatu persahabatan harus seumur hidup, tambah Beby kembali menjelaskan. Perbincangan itu terus berlanjut hingga akhirnya Althea mengerti arti dari introvert dan apa hubungannya dengan dirinya. Dengan itu, mereka berdua bisa saling dekat sampai mengerti satu sama lain. Mereka harus membayarnya dengan waktu, tak terasa sudah sampai di
105

depan apartemen Althea. Tak lama, terlihat sebuah mobil keluar meninggalkan apartemen. "Itu mobil Caesar!" teriak Althea sambil

menunjuk ke arah dimana mobil Caesar berjalan. "Cepet kejar, Al!" seru Beby. Althea langsung membanting stir dan

menghadang mobil Caesar yang sedang berjalan pelanpelan itu. Ia bergegas keluar mobilnya dan menuju mobil Caesar yang sedang dikendarai papa Caesar. Beby pun mengekornya. Kini mereka sudah berada tepat di depan mobil Caesar. Belum sempat menjalankan niat Althea untuk meminta izin kepada Pak Rio, papa Caesar itu sudah membuka jendela mobilnya. Mau ketemu Caesar? Masuk aja, tuh di belakang, ucap papa Caesar. Makasih Om, maaf kalo nggak sopan, sahut Althea, Pak Rio hanya membalas dengan senyuman dan anggukan kepala. Althea langsung membuka pintu belakang mobil dan mendapati Caesar yang terbaring lemah walaupun
106

sudah sadar. Melihat Althea di depannya, Caesar berusaha bangun untuk keluar dari mobil. Udah udah, Sar, kamu masih drop, duduk aja disitu, ucap Althea sambil menahan Caesar agar tidak terlalu memaksakan keadaannya. Coba lihat, siapa yang aku bawa? Aku udah nepatin janjiku sekarang, tambahnya kemudian. Caesar sangat terkejut hingga menarik napasnya dalam-dalam, hanya bisa terdiam menahan kejutan dari sahabatnya itu. Halo kamu, maaf ya udah ganggu, aku cuma mau ngembaliin kertas ini, ucap Beby sambil memberikan kertas milik Caesar itu. Waktu itu kertas ini jatuh dari saku celana temenmu. Aku nggak sempat manggil, soalnya kalah cepet sama jalannya temenmu, jelasnya kemudian sambil berkaca-kaca dan berusaha untuk stay strong di hadapan manusia yang bisa membuatnya menjadi seperti sekarang ini. Caesar masih terdiam, tubuhnya kaku. Ia

memandangi wajah Beby cukup lama, seperti ada sesuatu


107

dengan wajah sahabatnya itu. Hingga akhirnya ia berhasil memecahkan misteri dalam hidupnya selama ini. Mungkin aku udah nggak butuh kertas itu lagi, ucap Caesar tiba-tiba. Ha? reaksi yang sama antara Beby dan Althea setelah mendengar ucapan Caesar tadi, melongo dan mengerutkan keningnya. Beberapa hari yang lalu, aku pikir kertas itu hilang sia-sia, tapi ternyata kertas itu udah ada di tangan orang yang tepat, jelas Caesar, namun Beby dan Althea masih tak paham dengan penjelasan itu. Aku udah nemuin siapa gambar wanita di kertas ini dan bayangan yang selalu hinggap di otakku, itu kamu, Dila! ucap Caesar, tangannya menjamah pipi Beby. Kamu inget sketsa yang kamu gambar buat aku? Masih inget kalo aku dulu pernah janji mau gantian gambar sketsa buat kamu? Aku udah bisa nepatinnya sekarang, ini buat kamu jelasnya kembali sambil memberikan kertas itu kembali pada Beby.

108

Aku inget banget Sar, dulu aku juga janji nggak bakal ngelupain kamu, Sar! Ternyata kamu masih seperti Caesar yang dulu aku kenal. ucap Beby sambil meneteskan air mata haru. Melihat Beby yang menangis
109

haru, Caesar langsung mengusap air mata sahabatnya tersebut. Gimana dengan golden rules? tanya Caesar tiba-tiba. Tenang, Sar, golden rules nggak punya hak buat selamanya mengekang member, aku juga punya kehidupanku sendiri, jawab Beby, tegas. Caesar sudah merasa cukup untuk Beby, kini ia sadar ini semua tidak akan terjadi tanpa sahabat kecilnya, Althea. Hal itulah yang membuat Caesar mengalihkan perhatiannya untuk Althea. "Althea, aku nggak tau harus bales apa buat perjuanganmu, makasih banget udah ngerti aku selama ini, kamu sahabat kecil yang harus tumbuh bareng sampai besar nanti, aku janji!" ucap Caesar. Sama seperti Beby, Althea hanya bisa meneteskan air matanya dan membuat Caesar mengusap air mata kedua kalinya untuk orang yang berbeda. Malam itu rasanya seperti skenario, semuanya tidak bisa dipikir dengan logika. Saatnya Caesar untuk pulang ke Semarang
110

dan meninggalkan kedua sahabatnya kembali. Di tengah perjalanan pulang ke Semarang, papa Caesar terlihat sangat mengantuk. Ia melihat jam tangannya ternyata sudah hampir jam 12, kecepatan mobilnya pun terus menaik. Seribu kendaraan disalipnya, sejuta pepohonan dilaluinya. Jalan tol yang hanya lurus tak asing lagi baginya. Itu yang membuatnya berani untuk menambah kecepatan mobilnya yang sedang Ia

kemudikan. Saat itu rem mobil yang ia injak tak dapat berfungsi, hingga akhirnya setir mobilnya pun tak dapat ia kendalikan. Pak Rio melihat sebuah jurang yang sebentar lagi akan ia lewati dan mungkin sangatlah berbahaya. Jurang itu adalah jurang kematian, suara itu terdengar di telinganya tetapi pada saat itu hanya ada dirinya & Caesar yang sedang menulis sesuatu. Dan sebuah truk yang membawa banyak angkutan itu terlihat secara tiba-tiba di pengkolan jalan yang bertepatan di atas jurang itu. Papa Caesar mencoba menginjak rem mobil itu, tetapi mengapa ini? Mungkin rem mobilnya blong dan pada saat itu ia sedang membawa mobilnya dengan
111

kecepatan yang sangat tinggi. Dan pada akhirnya, Aaaaaaaaaaaaaaaa!!! teriaknya. Mobilnya terguling ke jurang itu. Berbondong-bondong orang terjun ke tempat kejadian untuk menolongnya. Tetapi, apa daya... Tuhan sudah merindukan Papa Caesar, namun belum

menginginkan Caesar. Sehingga, Caesar selamat dari kecelakaan itu namun ia ditinggal oleh sosok ayah yang sangat ia cintai untuk selamanya. Hal itu juga memaksa Caesar untuk tinggal serumah dengan mama dan kakaknya sekarang.

112

IV
(EMPAT)

113

ari demi hari, bulan demi bulan berganti hingga 2 tahun terlewati. Kini Caesar sudah menginjak kelas 3 SMA. Tetap di Semarang, namun tinggal bersama

mama dan kakaknya, tanpa sang papa. Itulah yang membuat kehidupan dan karakternya berubah, berbeda dengan ia yang dulu hanya serumah dengan papanya. KRRRIIIINNNNNGGGGGG!!!! Bel pulang sekolah berbunyi, suara riuh gembira mewarnai setiap ruang kelas. Murid-murid beranjak dari kursi dan meja belajarnya, satu per satu keluar meninggalkan kelas. Kecuali dengan Caesar, ia malah masih berdiam diri di tempatnya. Sibuk dengan kertas di atas meja dan pensil yang ia genggam. Di sudut lain, ada Neza teman sekelas sekaligus tetangga sebelah rumah Caesar, yang sedang berjalan akan meninggalkan kelas. Tiba-tiba langkahnya terhenti saat melewati samping Caesar yang menarik perhatiannya. Ngapain, jons? tanya Neza dengan logat Jawa. Tubuh Caesar terguncang, terkejut, melihat Neza yang tiba-tiba muncul di sampingnya. Ehm enggak
114

kok, lagi males pulang aja, lagian di rumah kayak neraka, jawabnya kemudian. Hah? melongo. Yaps! Aku kan selalu salah kalau di rumah, you know lah, sahut Caesar dengan wajah lesu. Oh, yaudah sabar aja Sar, aku percaya mamamu kayak gitu pasti juga pengen kamu jadi yang terbaik juga kok, ujar Neza memberi semangat pada Caesar sambil menepuk pelan bahu temannya itu. Hmm thanks banget, Nez! sahut Caesar dengan tersenyum dan menganggukan kepala. Neza hanya membalas dengan anggukan, Neraka? tanya Neza kebingungan,

senyuman dan alisnya yang bergerak ke atas dengan cepat. Matanya yang mendapati tangan Caesar yang sedang menggenggam pensil, membuatnya ingat kembali bahwa itulah yang menghentikan langkahnya dan mengalihkan perhatiannya. Lagi nulis apasih itu, Sar? tanya Neza sambil beberapa kali melirik kertas di atas meja Caesar.
115

Siapa yang nulis? tanya Caesar balik, sambil menutupi kertas itu. Terus, kalo nggak nulis, itu ngapain? tanya Neza kembali mendesak, penasaran. Enggak kok, cuma coret-coret aja, jawab Caesar. Coret-coret kok terusan? tanya Neza sekali lagi semakin mendesak. Oh biasalah, kalo lagi nggak ada kerjaan, aku suka coret-coret nggak penting gini kok, jelas Caesar. Neza kembali mengangguk, mulutnya membentuk huruf O, seakan-akan ia percaya apa yang Caesar katakan, padahal matanya masih mencuri lirikan ke kertas itu dan masih penasaran dengan isinya. Yaudah bermaksud pulang yuk, Nez! ajak Caesar sebelum

mengalihkan

perhatian

Neza

temannya itu lebih penasaran lagi dan terus kembali untuk mendesak dirinya. Ehm oke deh, ayo! sahut Neza, mengakhiri perbincangan di dalam kelas saat itu.
116

HOME HELL HOME. Itulah kata-kata yang selalu ada di otak Caesar, setiap kali ia akan menginjakan kaki di rumahnya. Sudah terbukti, belum ada sepuluh langkah kakinya melangkah di rumah, Caesar sudah mendapat omelan dari mamanya. "Ya ampun Sar... darimana aja kamu?!! Harusnya pulang sekolah udah daritadi, mama nggak mau kamu jadi cowok jalanan!" seru mama Caesar, mengomel seperti biasa. Caesar hanya diam dan tidak menggubris omelan yang kesekian kalinya dilayangkan oleh mamanya itu. Ia terus melangkah menuju kamarnya. "Jawab Sar, darimana aja kamu?!! Jangan diem aja!" Caesar tetap diam, ia langsung masuk dan mengunci pintu kamarnya. Di dalam kamar, seperti biasa Caesar hanya bisa meneteskan air matanya. Ia mulai merasa tidak kuat dengan perlakuan mamanya itu. Dalam setiap tetesan air mata itu, selalu ada bayangan papanya yang sudah tiada. Kadang Caesar berpikir bodoh ingin menyusul papanya itu di surga.
117

Malam harinya, seperti biasa tradisi yang ada dalam keluarga tersebut, makam malam bersama. Lagi dan lagi mama Caesar melontarkan omelan untuk anak bungsunya itu, kali ini membanding-bandingkan dengan kakaknya, Bianda. "Caesar! Kenapa kamu diam saja?!!" bentak mamanya. Mendengar bentakan-bentakan itu, Bianda yang berada di samping Caesar mulai memberanikan diri untuk menenangkan mamanya, ia tak tega melihat adiknya terusterusan menjadi kambing hitam. "Udahlah, Ma! Jangan bicara kasar seperti itu, kasihan Caesar. Dia pasti punya usaha sendiri, Ma!" sahut Bianda yang sudah mulai tidak tega tersebut. "Usahanya sangat lamban, nggak kayak kamu, Bi! Setiap ditanya selalu diam saja, entah apa yang dia pikirkan," ujar mamanya. "Bianda ingin menjadi dokter sejak SD dan sekarang impiannya sudah terwujud. Caesar
118

kamu harusnya sudah mulai berpikir tentang masa depanmu," tambahnya kembali mendesak Caesar. Bisa tidak? tanyanya kemudian, membentak. Caesar yang sudah mulai tidak tahan dengan perkataan mamanya, langsung meletakkan sendok yang ia pegang, kemudian beranjak meninggalkan meja makan dan berlari menuju kamar. "Mama keterlaluan!" bentak Bianda sambil berusaha mengejar adiknya TOK! TOK! TOK!!! "Dek, ini kakak... maafin kakak ya? Gara-gara kakak..." "Udah cukup kak, kakak nggak salah, aku yang emang nggak berguna... nggak ada untungnya aku hidup kak, bisanya cuma nyusahin!" sahut Caesar memotong perkataan Bianda. "Dek, kamu jangan bilang gitu... kakak mau cerita, kakak boleh masuk?" tanya Bianda. Nggak usah kak, aku nggak pantes lagi disini, mungkin ini waktunya orang nggak berguna kayak aku ini
119

udah nggak ada di dunia lagi... Maafin Caesar kalo selama ini ada salah sama kakak...," ujar Caesar. "Dek kamu mau ngapain sih?" tanya Bianda yang mulai curiga. "Jaga mama baik-baik ya kak...," ujar Caesar kembali. BRAAAAAKKKKKK!!! Bianda mendobrak pintu kamar Caesar, ia sangat terkejut melihat adiknya sedang menggenggam silet. Dengan sigap, Bianda langsung berlari dan langsung memegang kedua tangan Caesar. "Sar... apa-apaan kamu ini? Nggak ada gunanya kamu ngelakuin kayak gini! Aku kakakmu, aku nggak suka punya adik yang mudah putus asa kayak gini!" bentak Bianda. "Lepasin kak! Biarin Caesar mati, orang bodoh kayak Caesar udah nggak pantes hidup di dunia lagi kak!" ujar Caesar sambil menangis. Bianda berhasil mengambil silet dari tangan Caesar.
120

PLAAAAAKKK!! Telapak tangan Bianda melayang di pipi Caesar. "Lihat kakak dek! Dulu mama udah ngelahirin kamu sampai bisa sebesar ini, kenapa kamu sia-siain gitu aja? Harusnya kamu buktiin sama mama kalo kamu bisa meraih sesuatu yang besar. Sesuatu yang besar nggak harus dari bidang akademik dek, kakak janji bakal bantu usaha yang kamu lakukan sebisa kakak! jelas Bianda. Andaikan papa masih ada, kak. Papa nggak kayak mama, papa selalu sayang Caesar, sahut Caesar, air matanya bertambah deras membasahi pipi. Terima kenyataan, dek! Papa udah nggak ada, udah nggak bisa kembali lagi. Sekarang yang ada mama, coba kamu pikir, kalau mama udah nggak sayang sama kita, sekarang mungkin kita nggak ada disini, mama kayak gitu juga gara-gara sayang sama kamu, dek! jelas Bianda, menasehati adiknya kembali. Caesar menundukkan kepalanya, kecewa. Maafin Caesar kak, Caesar janji nggak akan ngulangin lagi, ujar Caesar kemudian yang masih menangis dan serontak
121

memeluk erat kakaknya itu. Dari situlah Bianda mulai memiliki kewajiban untuk membantu usaha adiknya, walaupun secara diamdiam. Adik nya pun mulai terbiasa dengan bentakanbentakan dari mamanya. Ia menjadikan semua itu untuk motivasi agar bisa membuktikan kesuksesan bukan hanya dari bidang akademik saja.

Seperti merpati yang terbang jauh dan pasti kembali lagi ke sarangnya, melontarkan sebuah janji, entah kapan pun itu kita harus menepatinya. Kini, Bianda bagaikan merpati itu. Ia harus berusaha kembali ke sarangnya, menepati sepatah kata perjanjian dengan adiknya. Berpikir dan terus berpikir, apa yang harus ia lakukan saat itu. Hingga akhirnya, ide itu muncul. Otaknya mengatakan, dirinya harus selalu memantau Caesar dimana pun itu. Untuk itu, ia harus meminta bantuan dengan salah satu teman dekat Caesar saat ini, yang juga menjadi tetangga sebelah rumahnya, Neza.
122

Inilah waktu yang tepat untuk menjelaskan semuanya pada Neza. Tanpa berpikir lama, Bianda langsung bergegas menuju rumah tetangganya itu. Kebetulan sekali, Neza sedang berada di halaman rumahnya saat itu. Melihat Bianda di depan pagar, Neza berlari untuk membukakan pintu dan segera mempersilahkan masuk. Loh mbak, kok tumben pagi-pagi kesini? tanya Neza, memulai perbincangan. Hmm aku boleh minta bantuanmu nggak, Nez? jawab Bianda. Bantuan apa to, mbak? Kok kayaknya serius banget? Masuk ke dalem dulu aja yok, mbak! ajak Neza menggeret tangan Bianda. Bianda sudah berada di dalam rumah Neza. Sepi. Cuma ada Neza dan pembantunya di dalamnya. Orang tua Neza sedang dinas di luar kota. Bianda memanfaatkan hal itu, ia menjelaskan panjang lebar apa yang sebenarnya terjadi dan apa yang ia inginkan pada tetangganya itu. Tak memakan waktu lama, Neza perlahan mulai paham. Hingga akhirnya
123

Gimana Nez, kamu bisa bantu aku? tanya Bianda, inti perbincangan tersebut. Oh, kalau itu sih gampang, mbak. Tapi emang sih, akhir-akhir ini Caesar suka aneh sendiri, ujar Neza. Nah itu! sahut Bianda, tubuhnya lebih mendekat ke Neza, seakan-akan mendapatkan kode rahasia. Aneh gimana, Nez? tanyanya kemudian. Mau minum nggak, mbak? tanya Neza dengan wajah polosnya. Bianda mendengus sedikit kesal, tangannya menahan Neza yang akan berdiri. Ah kamu baru seruserunya malah ngelawak, ujarnya kemudian. Masih dalam wajah polosnya. Nggak ngelawak mbak, kan cuma nawarin minum, siapa tahu Mbak Bianda haus tapi nggak berani bilang sama aku, gitu. Soalnya, kalo dehidrasi nanti bisa pingsan, aku juga yang salah, mbak, jelas Neza, membuat Bianda geleng-geleng kepala. Yaelah, nggak gitu juga kali, Nez Nggak usah repot-repot, aku bentar aja kok, entar malah kelamaan
124

buatin minumnya, ujar Bianda, menolak. Neza tersenyum polos. Nggak lama mbak, nggak buat kok, cuma ambil aqua di sebelah Mbak Bianda aja itu loh, ujarnya kemudian, sambil menunjuk beberapa aqua gelas yang sudah tertata rapi di atas meja tepat di samping Bianda. Bianda terdiam beberapa detik, melongo melihat aqua tersebut. PFFFTTTTTTT!!!! Kenapa nggak bilang dari tadi, aku bisa ngambil sendiri kalo gitu, Nez., sahutnya semakin kesal. Tetangga macam apa kamu ini, cantik-cantik agak berserakan gitu otaknya??!!! uj arnya kemudian dari dalam hati, batinnya gemas. Neza malah tertawa geli, membuat Bianda semakin gemas dengannya. Udah-udah, Nez, cukup! seru Bianda sambil menutupi mulut Neza seakan-akan sandera. Fokus lagi, tadi Caesar aneh gimana sih? tanyanya kemudian, kembali ke topik. Neza pun mulai menghentikan tawanya dan fokus pada topik awal pembicaraan. Jadi gini lho, akhir-akhir ini aku sering banget lihat Caesar bawa pensil sama kertas,
125

entah itu buat apa. Setiap aku tanyain, katanya cuma buat coret-coretan aja gitu, mbak, jelasnya kemudian. Kepala Bianda yang semula sejajar dengan kepala Neza, kini perlahan naik sambil manggut-manggut. Wajah dan tatapannya pun mengarah ke atas langit-langit seakanakan memperoleh pencerahan. Mungkin ini yang nama nya kode, gumamnya kemudian, tetap menatap ke atas. Wih kode. Mbak Bianda kayak detektif! celetuk Neza, membuat hilang fokus kembali. Aissshhhh kalo gregetan lama-lama kamu tak makan lho, Nez! sahut Bianda, semakin gemas dengan tetangganya yang absurd itu. Oooohhhhh jadi dari tadi itu, Mbak Bianda laper to? Bilang to, mbak! Mau makan apa? ujar dan tanya Neza dengan polosnya, bisa dikatakan sedikit bego. Enggak, Nez, Enggaaaaaak!!! seru Bianda. Lama-lama aku bisa overdosis disini, ya udah aku pulang dulu, Nez! Entar kalo aku butuh bantuanmu, tak kabarin aja ya, ujarnya kemudian sambil bergegas meninggalkan rumah Neza.
126

Loh mbak, nggak jadi makan? tanya Neza kembali, tanpa jawaban.

Misi pertama, mencari tahu apa isi kertas milik Caesar. Hari Senin, hari yang cukup panjang di sekolah. Bianda masih bersekongkol dengan Neza, layaknya matamata yang sedang menyelidiki sebuah rahasia. Ponsel selalu siaga dalam genggaman Bianda. Terlihat, Caesar baru saja pergi ke sekolah dengan skutermatik-nya. Neza menyusul dari belakang, masih dalam keadaan normal. Ia tidak boleh membuat Caesar curiga dengan gerakgeriknya, harus berhati-hati. Kimia menjadi pembuka pelajaran pagi itu, dilanjutkan oleh seni rupa satu jam pelajaran sebelum istirahat pertama. Seni rupa, pelajaran yang bisa menjadi bahan untuk mengembangkan rasa kebanggaan dalam menciptakan ungkapan pikiran dan perasaan. Itu hal yang wajar. Namun, jika guru dalam bidang itu tidak bisa menyampaikan materi dengan baik bahkan monoton, pelajaran tersebut bisa berbalik menjadi pelajaran yang
127

sangat membosankan. Seperti guru yang sedang berdiri di depan murid-murid dalam kelas itu. Menyampaikan materi tanpa memiliki kemampuan untuk berinteraksi dengan muridnya, seakan-akan hanya berbicara dengan papan tulis. Tak heran semua murid tidak fokus dalam pelajaran itu sehingga mereka mengerjakan hal lain yang lebih penting baginya, tak jarang hanya mengobrol dengan teman lainnya membuat suasana kelas yang semula sunyi saat pelajaran kimia menjadi ramai tanpa teguran guru sekali pun. Caesar pun mulai ikut memperlihatkan

gerakannya. Seperti biasa, pensil dalam genggaman. Namun, yang membedakan dari biasanya yaitu dengan adanya buku tulis, lebih tepatnya binder di atas mejanya. Karena biasanya hanya ada secarik kertas yang terlihat di atas meja, mungkin kali ini ia benar-benar ingin serius untuk membuktikan kepada mamanya bahwa ia juga memiliki bakatnya sendiri. Sekarang saatnya Neza yang duduk tepat di belakang Caesar melakukan aksinya. Ia menarik pelan kursinya, hingga mendapatkan posisi yang nyaman untuk
128

mengintip apa yang Caesar tulis saat itu. Ia berhasil melihat sekilas tulisan temannya itu. Hampir satu binder penuh dengan huruf latin dari tangan Caesar. Neza mencoba hal lain. Ia meraih ponselnya, ternyata Neza mencoba untuk merekam secara diam-diam dari belakang. Smartphone dengan kamera 13 megapixels, berhasil merekam semua itu dengan kualitas tinggi dan jernih. Video berdurasi 9 menit itu menjadi senjata awal untuk memecahkan rahasia yang selalu Caesar tutupi sampai sekarang ini. Misi pertama Neza selesai. Kini, ia tinggal memberikan video itu pada Bianda dan melakukan misi selanjutnya dari Bianda esok hari. Kembali, Bianda sudah berada di rumah Neza lagi untuk melihat video itu. Serius. Eh coba pause dulu, Nez! ucap Bianda, menyuruh Neza untuk menghentikan sejenak video itu pada menit pertama. Coba deh baca, itu tulisan apa? tanya Bianda kemudian. Oh itu kan tulisannya Caesar, mbak? tanya balik Neza, pertanyaaan polos seperti biasa yang bisa membuat kesal orang lain.
129

Bianda mendengus dan mencoba untuk menahan kesalnya. Ah susah ngomong sama kamu, ucapnya. Iya tau itu tulisannya Caesar, tapi bacanya apa, Nezaaaaa?? tanyanya kemudian dengan wajah gemas Owalah bentar aku baca dulu ya mbak, sahut Neza sambil membaca tulisan dalam video itu. FFR..FROMASHHSHADOW......., FROM A SHADOW! ejanya kemudian hingga bisa membaca judul dalam tulisan itu. Neza hanya dapat membaca judulnya saja, tulisan lainnya tidak dapat terlihat jelas. Mungkin hanya beberapa kata saja. Bianda pun menyuruhnya untuk melanjutkan video itu. Hingga pada pertengahan video, terpampang jelas nama Beby Chaesara Anadila dalam tulisan itu. Otomatis Bianda mencari informasi tentang nama itu melalui internet, hingga akhirnya ia mengetahui Beby adalah salah satu member JKT48. Otaknya mulai menghubung-hubungkan satu sama lain. Menemukan suatu hipotesis, Caesar hanya ingin membuat sebuah cerita yang terinspirasi dari idolanya. Dalam sudut pandang lain, hati Bianda bertanya-tanya, Apa itu semua yang akan ia
130

buktikan kepada mama? Cuma itu? Hatinya juga menjawab pertanyaan itu sendiri, Nggak mungkin, pasti dibalik itu semua ada hal yang lebih besar yang disembunyikan oleh Caesar. Kode demi kode keluar dari satu video tersebut. Mentari senja saat itu pun mulai samar-samar akan hilang. Bianda memutuskan untuk memberikan misi selanjutnya pada Neza saat itu juga. Nez, siap misi selanjutnya? Gimana dulu, mbak? Gampang kok, kamu cuma cari karakter lain aja yang ditulis Caesar di bindernya, gimana bisa nggak? Oke jika Tuhan merestui, siap komandan! Persetujuan dari Neza menutup perbincangan keduanya hari itu. Di dalam rumah sendiri, Caesar belum berani memperlihatkan gerakannya untuk menulis itu semua secara terbuka. Ia hanya melakukannya di kamar, itu pun pada waktu tertentu. Sehingga, kakaknya tidak bisa mengamatinya sendiri untuk saat ini. Kalaupun bisa, salah
131

satu caranya Bianda harus masuk ke kamar Caesar. Padahal, Caesar jarang sekali keluar kamar saat di rumah. Namun, Bianda yakin suatu saat nanti ia bisa melakukannya sendiri untuk mewujudkan impian adiknya itu.

Misi kedua di hari selanjutnya. Seperti apa yang Bianda perintahkan, Neza harus mencari karakter lain selain Beby di dalam cerita milik Caesar. Kali ini, Neza harus benar-benar berhati-hati. Satu-satunya cara untuk bisa menjalankan misi ini yaitu dengan mengambil binder Caesar. Maka dari itu, Neza harus mencari waktu yang tepat untuk mengambilnya. Kebetulan, olahraga mengisi jam kedua pelajaran pada hari ini. Neza berencana mengambil kertas itu di tengah pelajaran olahraga. Saatnya bersiap untuk melakukan aksinya. Hangatnya sinar mentari pagi itu menembus kulit hingga menusuk tulang murid-murid di lapangan. Seperti perjanjian guru minggu lalu, olahraga kali ini adalah
132

penilaian lompat jangkit. Tak perlu waktu lama, setelah pemanasan semua murid langsung menyiapkan diri untuk itu. Guru pembimbing memutuskan agar murid

perempuan dahulu yang melakukan penilaian. Neza memanfaatkan hal itu, ia memberanikan diri untuk melakukan pertama. Semua itu demi keberhasilan misi hari ini. HOPSTEPJUMP!!! Neza berhasil melakukannya dengan tehnik yang tepat, hingga ia mendapatkan nilai yang cukup memuaskan. Lega. Sudah tidak ada lagi beban pikiran saat itu, bebas. Saatnya untuk melakukan misi kedua, ia bergegas kembali ke kelasnya. Tas dengan dominasi warna coklat tua, menjadi arah fokus matanya saat itu. Ia mendekati tas itu bahkan tangannya menjamah ke dalamnya. Hingga akhirnya, Neza berhasil meraih binder dengan cover berbalut motif etnis Navajo milik Caesar. Apa yang Neza cari hari ini, sudah berada di tangannya. Mengingat perintah Bianda, Neza langsung mencari karakter lain dalam cerita di binder tersebut. Setelah cukup memakan waktu untuk membaca sebagian
133

isinya, akhirnya Neza menemukan nama lain di dalamnya, Triyan dan Ginsa. Misi hari itu berhasil, ia mengembalikan binder itu seperti semula pada tempatnya. Semua berjalan normal kembali. Seperti hari kemarin, sore harinya Bianda sudah berada di rumah Neza. Saatnya Neza untuk menjelaskan apa saja yang ia dapatkan di sekolah tadi. Gimana Nez, berhasil nggak? tanya Bianda memulai perbincangan, serius. Ternyata, Tuhan mengizinkan mbak! Disitu ada dua nama lagi, Triyan sama Ginsa, jelas Neza. Oh iya, aku juga sempet baca sebagian ceritanya lho mbak, tambahnya kemudian. Nah bagus, gimana intinya? Neza menghela napas. Jadi gini, dulu Caesar itu pernah punya temen namanya Beby. Nah, dia sempet mau nyatain perasaannya sama Beby, tapi waktu itu Beby lagi audisi JKT48, jelasnya, berhenti sejenak. Terus, terus?

134

JKT48 kan katanya nggak boleh pacaran kan ya? Nah, jadi gitu lah ceritanya Caesar ngerelain Beby buat jadi member JKT48 dulu, tambah Neza. Hubungannya sama Triyan, Ginsa apaan dong? tanya Bianda kembali, penasaran. Oh iya lupa ceritain, jadi Caesar, Triyan, Ginsa sama Beby itu empat sekawan dulunya, jelas Neza kembali. Kayaknya ini cerita nyata deh mbak, soalnya di wallpaper HP-nya Caesar ada foto mereka berempat. Dulu aku sempet tanya sama Caesar nya langsung sih, katanya itu temen-temen lamanya gitu mbak, tambahnya

kemudian, memberi informasi baru. Informasi baru berhasil menghasilkan hipotesis baru dalam pikiran Bianda. Kali ini, ia menyimpulkan bahwa adiknya ingin membuat novel yang terinspirasi dari pengalaman nyatanya. Cukup jitu apa yang Bianda perkirakan, sedikit lagi memecahkan rahasia milik adiknya selama ini. Bianda menghela napas. Jadi, selama ini Caesar pengen jadi seorang penulis, ucapnya dalam lamunan, menatap langit-langit. Oke! Sekarang tinggal cari dimana
135

Triyan sama Ginsa itu, dari mereka kita bisa lebih banyak dapet informasi, Nez, tambahnya kemudian setelah sadar dari lamunan. Bentar mbak, aku baru inget kayaknya aku punya temen les, namanya Ginsa juga, sela Neza. Coba cari tahu dulu, bener dia atau enggak? Kamu les hari apa? tanya Bianda dengan wajah optimisnya. Besok Kamis, mbak! Nah kamu tahu kan, harus ngapain? Tahu sih mbak, tapi. Tapi apalagi? Tapi kalo cewek bicara serius sama cewek lain itu, kelihatan lesbian nggak ya, mbak? tanya Neza dengan polosnya. Mendengar pertanyaan Neza, Bianda tidak

sanggup lagi menahan tawanya, hingga akhirnya tawanya pun pecah. Peaaaaa banget, setiap hari kamu dikasih makan apa sih? Kalo serius gitu bisa kelihatan lesbian,
136

terus dari kemarin kita ngapain aja, Nezaaaaaaa? ujarnya kemudian yang masih tertawa geli. Melihat Bianda yang tertawa terpingkal-terpingkal itu, Neza bukannya ikut tertawa malah duduk menjauh dari Bianda dengan wajah sedikit takut. Loh, kamu kenapa ke situ? tanya Bianda yang melihat Neza menjauh darinya. MBAK BIANDA LESBI!!!!

Parkiran motor yang tertata rapi dengan pohonpohon besar yang berjajar di setiap tepinya, membuat pandangan sekolah menjadi nyaman. Matahari yang sudah mulai menuju ke arah Barat, tetap memancarkan teriknya. Satu per satu murid berdatangan menuju motornya masing-masing. Dengan langkah lesu dan otak yang sudah butuh istirahat, mereka menancapkan gas motornya untuk pulang ke rumah. Namun, tak semua murid langsung meninggalkan sekolah. Seperti skutermatik berwarna biru

137

di ujung parkiran, belum terlihat sosok pemiliknya hingga hampir satu jam setelah bel pulang sekolah. Suasana sekolah mulai sepi. Terlihat sosok wanita dengan rambut panjang yang terkucir ponytail dan membopong tas ransel putih sedang berjalan menuju skutermatiknya, ternyata Neza. Ia sengaja untuk tidak langsung meninggalkan sekolah. Sudah rutin seperti hari Kamis biasanya, Neza tidak langsung pulang ke rumah melainkan menuju bimbingan belajar di dekat sekolahnya. Fisika dan Bahasa Indonesia menjadi santapannya hari ini di tempat les itu. Neza baru saja ingat, ternyata ada santapan pelengkap untuk hari ini yaitu misi selanjutnya dari Bianda. Ruang les sudah terlihat hampir penuh.

Beruntung, Neza belum terlambat untuk mengikuti pelajaran Fisika yang baru saja dimulai. Sebelum memilih tempat duduk, matanya memandangi sekitar mencari orang yang ia perkirakan teman Caesar itu, Ginsa. Nah itu, ucapnya dari dalam hati setelah menemukan Ginsa yang kebetulan juga ada tempat duduk kosong di sebelahnya. Tanpa berpikir lama, Neza
138

mendekati dan langsung duduk tepat di sebelah Ginsa. Namun, saat itulah ia bingung apa yang harus ia lakukan. Hingga akhirnya, ia memutuskan untuk berbicara pada Ginsa saat istirahat les dan mengikuti pelajaran fisika terlebih dahulu. Satu jam sudah Neza lalui bersama pelajaran fisika. Otaknya mulai penuh dengan rumus-rumus, saatnya istirahat dan menjalankan misi. Terlihat Ginsa sedang merapikan buku-buku fisikanya, inilah waktu yang tepat bagi Neza. Tidak berpikir lama, Neza pun mendekati Ginsa yang berada tepat di sebelahnya itu. Ginsa.., sapa Neza. Ginsa menoleh Eh iya, ada apa? tanyanya kemudian dengan memberi senyuman. Kamu kenal Caesar? tanya balik Neza tanpa basa-basi, to the point. Ginsa pun terkejut mendengar nama itu.

Caesar Caesar Wijaya? tanya Ginsa memastikan.

139

Dia sahabatku, ada apa sama Caesar? tambahnya bertanya dengan wajah khawatir. Hingga akhirnya, Neza pun menceritakan

semuanya pada Ginsa apa yang sebenarnya terjadi. Tanpa butuh waktu yang lama, Ginsa langsung paham. Tak hanya itu, Neza pun berhasil membuat Ginsa menceritakan masa lalunya secara detail. Tak luput dari tiga temannya, Caesar, Triyan dan Beby. Mulai detik itulah semua rahasia yang Bianda cari selama ini sudah Neza pecahkan. Sangat lega. Matahari sudah tak terlihat, saatnya pulang. Napas lega yang Neza hembuskan dalam perjalanan seakan-akan dapat mempersingkat waktu. Tak terasa, rumahnya sudah berada di depan mata. Dan sudah ia tebak sebelumnya, Bianda sudah hadir di depan beranda rumahnya. Neza menghela napas, saatnya menceritakan semua yang Ginsa katakan tanpa mengurangi satu kata pun pada Bianda. Misi hari ini yang mungkin menjadi misi terakhirnya berhasil. Kini, saatnya Bianda melakukan sendiri. Saat itu juga, Bianda dipaksa untuk memutar otaknya, berpikir keras. Bianda mulai mengerti apa yang
140

dilakukan adiknya selama ini. Caesar yang dulu sama sekali tidak suka dengan yang namanya menulis, kini telah berbalik 360 karena member JKT48 tersebut. Tapi akhirakhir ini, Caesar juga sering menyobek kertas dalam bindernya dan membuangnya di samapah kamarnya. Mungkin Caesar berpikir itu semua akan sia-sia dan tidak mungkin lagi dibaca oleh Beby. Bianda berencana mengumpulkan tulisan-tulisan yang Caesar buat itu dan menjadikannya sesuatu yang besar bahkan berguna untuk adiknya.

Waktu terus berjalan, tumpukan kertas di kamar Caesar pun juga mulai menggunung. Sedangkan satu bulan mendatang, Bianda sudah harus mengambil S2 di Jerman. Itu yang mamanya inginkan. Hal itu yang membuat Bianda harus cepat-cepat mewujudkan mimpi adiknya. Ia tidak tega meninggalkan di rumah tanpa dirinya, takut hal yang seperti dulu terulang kembali. Hari ini Caesar pulang sore, setelah kemarin ia mendaftar les di sebuah bimbingan belajar. Inilah saat
141

yang tepat untuk memasuki kamar Caesar. Bianda merogoh dan mengeluarkan semua kertas dalam sampah itu. Satu per satu kertas ia baca, namun terlihat mustahil Bianda bisa melakukan semua itu sendirian. Sebuah niat awal yang manis tidak akan menjadi pahit apabila bertujuan untuk kebaikan. Usaha keras selama ini, tidak akan terbuang sia-sia apabila doa mendampingi setiap satu tetes keringatnya. Bianda tetaplah Bianda, apapun akan ia lakukan demi seorang adiknya. Tanpa lelah, ia terus membaca kertas itu walaupun berjam-jam lamanya. Di situ pula ia berjanji dalam dirinya sendiri, tidak akan meninggalkan kamar Caesar sebelum berhasil menjalankan misi terberatnya hari itu. Tidak makan dan minum, wajahnya sudah mulai pucat, keringatnya masih terus bercucuran. Sudah sembilan jam ia berkutat dengan kertas-kertas itu, masih ada yang tersisa dan belum ia baca. Tak hanya membaca saja, Bianda juga harus memahami cerita yang Caesar tulis agar bisa mengurutkan alur cerita tersebut.

142

Satu jam kembali berlalu, kali ini Bianda sudah berhasil membaca semua kertas itu. Butuh waktu lagi untuk mengurutkan cerita itu, padahal sekitar satu jam lagi Caesar sudah sampai di rumah. Dengan kekuatan daya ingatnya yang di atas rata-rata, menjadikan ia mudah memahami cerita itu. Akhirnya, ia memutuskan untuk mengingat semua inti, kutipan dan ciri khas dari tulisan adiknya. Namun dengan itu, ia juga harus mengetikkannya kembali pada hari itu juga, apabila ingin mendapatkan hasil yang maksimal dengan kekuatan daya ingatnya. Dari kejauhan terdengar langkah kaki berjalan menaiki anak tangga, ternyata Caesar yang baru saja pulang dan langsung menuju kamarnya. Bianda yang terlihat sangat pucat, keluar dari kamar adiknya tepat waktu bahkan ia juga sudah mengembalikan kertas itu pada tempatnya semula. Loh kak, kok tumben nggak keluar? tanya Caesar yang berpapasan dengan Bianda saat berjalan menuruni anak tangga. Bianda hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya. Wajah pucatnya membuat Caesar curiga,
143

hingga ia mengekor kakaknya dari belakang. Benar, beberapa menit kemudian Bianda yang sudah sangat lemah itu jatuh pingsan. Beruntungnya, Caesar berhasil menangkapnya dari belakang hingga kakaknya pun jatuh tepat di pelukannya. Kegelapan, perlahan-lahan dan samar-samar

cahaya berhasil menembus dinding hitam pekat itu. Sleep Paralyzekelumpuhan tidur yang merujuk pada keadaan ketidakmampuan bergerak ketika sedang tidur ataupun ketika bangun tidur. Rasanya sesak napas seperti dicekik, dada sesak, badan tidak bisa bergerak dan sulit bersuara. Wajar saja, Bianda masih dalam keadaan stress dan fisik yang sedang kelelahan. Otaknya sudah siap untuk bekerja kembali setelah pingsan, namun tubuhnya masih belum siap untuk melakukan itu semua. Hal itulah yang menyebabkan apa yang Bianda rasakan selama beberapa detik tadi. Setelah sadar, matanya langsung terbelalak, tubuhnya terguncang. Melihat kakaknya yang baru saja sadar, Caesar langsung mengambilkan Bianda makanan. Suap demi suap sambil memberikan pertanyaan tentang
144

apa yang sebenarnya terjadi pada kakaknya, namun Bianda tetap tenang dengan jawaban sedikit berbohongnya. Caesar pun percaya begitu saja. Hingga Bianda melahap suapan terakhir dari adiknya. Tubuhnya sudah lebih memiliki daya daripada sebelumnya. Caesar berdiri, menyuruh kakaknya untuk tetap istirahat, lalu ia meninggalkan kamar Bianda. Sebagai sosok perempuan yang memiliki komitmen besar untuk melakukan niatnya, Bianda nekad untuk mengetik semua cerita milik adiknya saat itu juga. Padahal, sebenarnya tubuhnya belum siap untuk melakukan itu semua. Namun, ia berpikir apabila menundanya esok hari pasti hasilnya akan kurang maksimal, daya ingatnya berkurang. LEMBUUUURRRRRRRR!!! Jarum pendek jam terus berpindah menunjuk angka yang berbeda. Bianda masih terus mengeluarkan isi otaknya menjadi sebuah kata-kata khas milik adiknya. Paragraf demi paragraf tertulis di lembar kerja Microsoft Word-nya, hingga terhenti setelah rasa kantuknya tak tertahan lagi. Tertidur.
145

Paginya saat terbangun kembali, Bianda dikejutkan dengan sesuatu di depannya, di dalam laptopnya. What the., gumamnya dengan mata yang terbalalak, melongo. Masih tetap terkejut dan baru sadar bahwa ia sudah menyelesaikan semuanya sebelum tertidur. Page: 213 of 213 tertulis jelas di sisi kiri bawah lembar kerjanya. Senyum leganya mengembang saat melihat ending cerita yang memiliki alur menarik dengan ciri khas tersendiri dalam penyampaian kalimatnya. Namun, ia lebih terkejut dengan otak dan semangat adiknya untuk melakukan semua itu. Tidak ada penulis yang menulis ceritanya tanpa mencintai karakter di dalamnya, semuanya dengan hati. FILESAVE ASFROM A SHADOWSAVE.

Semua berjalan normal kembali, hingga hari dimana Bianda harus pergi ke Jerman untuk melanjutkan pendidikannya pun tiba.
146

Pagi-pagi sekali, Bianda sudah menuju ke bandara, ia belum sempat berpamitan dengan Caesar. Akhirnya, setelah sampai di bandara ia memutuskan untuk menelpon adiknya itu untuk berpamitan. Halo, ada apa kak? sapa Caesar mengawali percakapan dalam ponsel. Dek, kakak pergi ke Jerman dulu ya, maaf nggak sempet pamit sama kamu, soalnya kamu tidur pules banget tadi, jelas Bianda. Kakak yakin setelah ini kamu jadi orang hebat, tambahnya kemudian, pernyataan yang terlontar secara tiba-tiba dan terdengar aneh. Maksudnya kak? tanya Caesar penasaran. Udah..kamu berangkat sekolah gih, buktiin kalau kamu diam tapi ternyata kamu orang yang punya bakat, kakak pergi dulu ya, jangan lupa jaga mama baik-baik! sahut Bianda membuat adiknya semakin penasaran. Hmm iyadeh kak, hati-hati ya disana, seringsering juga kasih kabar! Jangan jadi warga negara sana ya kak, entar Kak Bianda lupa sama aku, ucap Caesar.

147

Bianda tertawa geli, Ya enggaklah, Sar, sahutnya. Kamu juga, kalau udah jadi orang besar jangan lupa sama yang kecil-kecil, soalnya nggak ada yang kelihatan besar kalau nggak ada yang kecil, tambahnya kemudian, seperti ngelantur. Caesar yang semakin kebingungan dan tidak paham apa yang kakaknya katakana pun hanya menjawab singkat, Oke siap komandan! Jawaban singkat Caesar, mengakhiri perbincangan itu. Ia pun segera bergegas berangkat ke sekolahnya. Gerbang sekolah sudah terlihat di depan mata. Hari ini rasanya berbeda, tidak seperti biasanya. Banyak teman-teman yang menyapa Caesar dengan senyuman kagum, ia mulai tak paham apa yang terjadi pada hari ini, mencurigakan. Tatapan orang-orang di sekitarnya tak jarang menuju padanya, seperti ada yang aneh pada diri Caesar. Ia tetap meneruskan langkahnya hingga sampai di depan kelasnya, tiba-tiba.. Caesar kamu harus tanggung jawab, aku nangis lho semalem!! seru salah satu teman Caesar sambil mendekati Caesar.
148

Belum sempat mengeluarkan satu kata dalam mulutnya, Bangke! hebat kamu, Sar! seru teman lainnya. Lagi dan lagi hingga beberapa teman

mengerumuninya, jawaban ada pada seseorang yang sedang berlari mendekati kerumunan itu sambil menggenggam sebuah novel. Caesaaaaar aku juga udah beli novelmu lho, bagus banget! seru orang itu, membuat detak jantung Caesar seakan berhenti sesaat. Hah? Buku apa ini? Aku nggak, ucap Caesar, terpenggal mendengar nada pesan ponselnya berbunyi, dengan cekatan ia merogoh sakunya dan meraih ponsel itu, menjauh dari kerumunan.

149

---------------------------------------------------------------------From. Bianda Komala Wijaya ---------------------------------------------------------------------Halo adekku tercinta! Gimana? Udah jadi orang hebat belum? Hehehehe Maafin kakak ya, kakak suka ambilin coret-coretan di sampah kamarmu :p Kamu jago banget sih nulisnya, jadinya kakak ngumpulin semua itu & kakak jadiin novel, eh ternyata ada penerbit yang mau sama tulisan ituyaudah pas! :D Kakak udah nepatin janji kakak lho! Jangan salahin kakak doang, si Neza juga ikut-ikutan bantu kakak :p Oh iyaBeby itu siapa hayooo? Kok tulisanmu isinya Beby semua? Ciyeee ciyeeee :p Udah ya kakak mau bobok di pesawat dulu, ngantuk Adek kecil sekolah dulu biar pinter (nulis), HAHAHAHAHA! :* :* :* ---------------------------------------------------------------------150

Beby itu sosok wanita yang pernah hadir dalam dunia nyataku, namun ia memilih untuk tinggal di dimensi paralel bersamaku sekarang, gumam Caesar sambil meneteskan air mata. Baru saja sadar, Bianda mengatakan adanya

orang lain yang membantunya melakukan semua ini. Caesar langsung mengusap air matanya, berlari mencari orang ituNeza. Ternyata, tak perlu mencari, Neza sudah menunggunya di dalam kelas. Caesar mendekat, tanpa basa-basi ia memeluk temannya itu. Makasih banget, Nez ternyata selama ini kamu ngerti aku, aku nggak tau harus ngelakuin apa buat bales jasamu ini, bisik Caesar dalam pelukan. Nggak perlu bales, Sar kata Kak Bianda, kalo kamu terkenal nanti, kamu harus tetep jadi Caesar yang dulu aja, gitu, sahut Bianda lirih. Mulai saat itulah Caesar menjadi penulis muda terkenal, bahkan bukunya sudah dibaca oleh seluruh member JKT48 khususnya Beby. Selain itu, ia juga telah berhasil menunjukkan pada mamanya kalau sukses tidak hanya dalam bidang akademi saja.
151

Hari demi hari berganti. "Caesar, ini ada kiriman surat buat kamu!" teriak Mamanya dari teras. "Surat dari siapa, Ma?" tanya Caesar. "Nggak tau, ini buka aja." suruh Mama. Tanpa berpikir lama, Caesar pun membuka surat yang dilapisi amplop merah hati itu. Ternyata, surat itu dari SMP Caesar di Bandung yang akan mengadakan reuni angkatannya besok lusa. Caesar membaca surat itu semakin ke bawah. Dan suatu hal yang membuat Caesar terkejut saat ia membaca tulisan "Present: JKT48". Entah mengapa yang ada dalam pikirannya saat itu hanyalah Beby. Malam harinya Caesar langsung packing untuk pergi ke Bandung esoknya.

Acara yang ditunggu-tunggu pun dimulai. Satu per satu panitia memberi sambutan meriah saat itu. Setelah sambutan selesai dilanjutkan perform pertama dari

152

JKT48. Mata Caesar hanya tertuju pada Beby, dia semakin terlihat dewasa dan bersinar. Perform pertama pun selesai. Jam demi jam berlalu. "Semakin malam ya? Sekarang saatnya buat menunjukkan karya kalian! Boleh berupa puisi, nyanyian atau apapun. Yang berani langsung angkat tangan ya... Dibatasi hanya 5 orang!" ucap pembawa acara tersebut. Semula, Caesar berpikir ingin berpuisi dan didedikasikan untuk Beby. Karena terlalu lama berpikir, 5 orang pun sudah terpilih tidak termasuk Caesar. Caesar kecewa, ia sangat ingin menunjukkan kepada Beby bahwa ia masih menunggunya. Hingga akhirnya, saat karya terakhir selesai dan JKT48 sudah siap untuk perform terakhirnya, Caesar memberontak naik ke panggung. Tapi saat itu juga, Caesar ditarik untuk turun panggung oleh security. Tiba-tiba... "Lepaskan dia, Pak! Biarkan saja dia melakukannya...," ucap Beby yang tiba-tiba ada di belakang Caesar. Caesar pun terkejut, ia tidak menyangka Beby masih mengingatnya. Hingga akhirnya, Caesar diizinkan untuk membawakan sebuah puisi di atas panggung itu.
153

Terlihat Beby menyemangati Caesar, tanpa ada persiapan apapun, kata demi kata terlontarkan dari mulut Caesar tanpa ia sadari dan membuatnya meneteskan air mata kembali untuk sahabatnya itu.

Sesekali hati ini bermimpi Impian yang terlihat mustahil oleh logika Dari sudut pandang orang yang berpikir realistis, Mungkin impian itu hanya sebatas mimpi saat kita tidur Tapi bagiku berbeda, Seperti malam ini, mimpi itu nyata Mimpi itu mendorongku hingga sampai ke atas panggung ini Panggung yang bisa menyatukan pandangan mata kita, Untuk melihat lurus ke depan dalam fokus yang sama Mimpi itu juga sedang menggerakkan mulutku untuk berbicara saat ini Hingga mimpi itu memaksa kalian untuk mengenalnya Kalian pasti bertanya-tanya, Apa maksud dari perkataanku tadi?

154

Disini aku akan mengajak kalian untuk bisa mengalahkan mimpi itu

Aku berisik ya? Iya aku tahu itu, mungkin sudah dari dulu Dulu, dimana aku mengenal sosok malaikat tanpa sayap dengan senyum indahnya Tapi itu dulu, Sekarang kita sudah terpisahkan oleh jarak Buat ketemu aja butuh perjuangan, Apalagi memandanginya seperti saat dulu

Malam ini cerah ya? Iya aku tahu itu, secerah hatiku saat ini Karena malaikat itu sekarang ada di sekitar sini Aku tahu, sekarang malaikat itu sedang medengarku Tapi aku juga tahu, kenapa ia tak menghampiriku Karena malaikat itu punya peraturan emas Mungkin kalau peraturan itu nggak ada, Sekarang kalian bisa melihat malaikat itu di sampingku Tapi sayangnya, Emas yang melilit di peraturan itu terlalu berharga
155

Aku nggak kecewa kok, Aku cuma mau bilang, Dimana pun kamu berada, bayanganmu selalu menghantui pikiranku Maaf aku sudah pernah mengisi satu karakter dalam duniamu Aku masih menunggumu kembali ke rumah mungil di atas pohon itu, Dan sekarang aku masih berusaha mengalahkan mimpi itu, Terima kasih sudah mendengarku saat ini, Terima kasih sudah menjadi inspirasi hidupku, Terima kasih kamu,

Beby Chaesara Anadila."

Hati Caesar bertanya-tanya setelah ia berhasil merangkai kata-kata seperti itu, darimana kata itu berasal, apa ini semua yang dinamakan kata hati? Tanya itu pun tak terjawab, setelah seseorang berjalan mendekatinya dari belakang. Beby melangkahkan kakinya perlahan-lahan
156

mendekati sahabatnya, mengangkat mic yang ia genggam hingga tepat di depan mulutnya, mengeluarkan suaranya. Sebuah lagu Kimi Ni Au Tabi Koi Wo Suru dari JKT48, ia lantunkan sendiri di atas panggung, tak segan ia sesekali memeluk tubuh Caesar tanpa

memikirkan bahwa dirinya masih sebagai seorang idola saat itu.

Di reuni itu, setelah sekian lama Kau duduk di sebelahku Yang benar, yang paling ingin kutemui Cinta yang tak berbalas itu Kau memanjangkan rambut Dan menjadi dewasa Dirimu sangat bersinar Dua kali jatuh cinta Di lubuk hatiku yang dalam Waktu tertidur pun membuka mata Ah.. Ketika engkau tersenyum
157

Hatiku menjadi sakit Aku tak mampu berkata Setelah upacara kelulusan usai Kita tinggal di ruang kelas "Selalu, selalu menjadi teman ya" Kita semua mengikat janji Dirimu yang terkunci Di dalam kenangan Sekarang bangkit kembali Dua kali jatuh cinta Sama seperti sebelumnya Debar yang nostalgik kembali terasa Ah.. Setiap bertemu denganmu Aku akan jatuh cinta Sampai berapa kalipun Dua kali jatuh cinta Di lubuk hatiku yang dalam Waktu tertidur pun membuka mata Ah.. Ketika engkau tersenyum Hatiku menjadi sakit Aku tak mampu berkata

158

Pelukan

terakhir

Beby

untuk

sahabatnya

mengiringi lirik terakhir lagu itu. Seperti menonton film ber-genre romance, teman-teman yang berada di bawah hanya bisa melongo melihatnya. Sebagian teman-teman yang sudah mengerti kisah mereka sebelumnya, ikut meneteskan air matanya. Tak ada satu pun teman-teman yang menganggap aturan arti cinta dari JKT48 baru saja dilanggar oleh seorang Beby Chaesara Anadila. Bahkan, riuh tepuk tangan berlomba-lomba memberikan semangat untuk sepasang sahabat yang pernah mengisi sekolahnya dulu. Seorang penulis muda dan member JKT48 menjadi cerita tersendiri pada reuni malam ini. Di sudut lain, juga terlihat sepasang sahabat yang bergenggaman erat dan memberikan senyuman seakan mengisyaratkan mereka juga salah satu karakter yang berada di dalam cerita di atas panggung itu. Triyan dan Ginsa masih memegang janjinya untuk tidak berpacaran sebelum waktu yang tepat tiba.

159

V (LIMA)
160

Waktu tetap masih terus berjalan, hingga Caesar dinyatakan lulus dari SMA-nya. Liburan kali ini sangat menyiksa bagi seorang Caesar Wijaya. Monoton. Setiap pagi dia hanya berkutat dengan laptopnya dan mencari informasi terbaru dari idol group favoritnya, JKT48. Dia selalu berandai-andai apabila dia tinggal di Jakarta mungkin tak akan semonoton seperti saat ini. "Long Distance Idoling" itulah yang selalu ada dalam pikirannya dan membuatnya terus berharap untuk pindah ke Jakarta agar bisa selalu dekat dengan idolanya bahkan sahabatnya itu. Langit pun terlihat mulai gelap. Rintik-rintik hujan mengiringi tibanya senja di hari itu. Secangkir susu coklat panas menjadi sahabat Caesar di hari yang sangat monoton itu. Tangannya mulai meraih laptop hitam di atas meja belajarnya. Dengan sigap, ia juga meraih headsetnya dan langsung menancapkan ke laptopnya tersebut. AKB48 - After Rain, play! Suara lagu itu berlomba-lomba memenuhi telinga Caesar dengan volume yang keras. Hujan pun semakin deras, Caesar masih saja berkutat dengan laptopnya. Kali ini ia membuka twitter161

nya. Scroll mouse berkali-kali dimainkannya. Dia mulai merasa bosan, tapi dia dikejutkan dengan suatu getaran di saku celananya. Ternyata ia mendapatkan SMS dari Triyan. Inti dari SMS itu, Triyan menyuruh Caesar untuk membuka link yang baru saja dikirimkannya sekarang juga. Rasa penasaran itu semakin menjadi-jadi di otak Caesar. Dengan cekatan ia langsung mengetikkan link tersebut ke dalam address bar di browser-nya.

Loading.........

"Beby Chaesara Anadila Dikabarkan Akan Graduate Dari JKT48"

Tulisan itu membuat seluruh tubuh Caesar seakanakan kaku tak bisa bergerak. Detak jantungnya semakin cepat. Beby adalah sahabat berwujud oshimen Caesar sejak ia mengenal JKT48. Pantas saja tulisan tadi menjadikan Caesar tak berdaya seperi itu.

162

"Nggak mungkin! Beby nggak mungkin grad, dia perempuan kuat!" gumam Caesar sambil meraih HP-nya untuk menelpon Triyan. "Halo, gimana Sar udah di buka link-nya?" tanya Triyan dalam ponsel. "Bullshit! Ini semua belum fix kan?" "Hmm... aku sih... entar aja bahasnya, jam sembilan malem kita ketemuan di kafe biasa!" "Ah! Okelah....aku tunggu jangan molor!"

Jam menunjukkan pukul 20.45, hujan pun tak kunjung reda. Itu tak menjadi masalah untuk Caesar. Ia langsung menancapkan gas mobilnya untuk menuju sebuah kafe tempat nongkrong favorit Caesar dan temantemannya. Tepat pukul 21.00, Caesar tiba di kafe itu. Tak lama kemudian, terlihat sosok pria mendekat Caesar. Itu Triyan. Tanpa basa-basi ia langsung membahas tentang rumor graduate Beby.

163

"Udah, Sar! Nyantai dulu ini masih rumor...," ucap Triyan yang berusaha menenangkan Caesar. "Nyantai gimana? Dia sahabat kita, Yan!

Dulu...waktu Ochi grad juga sebelumnya ada rumor kayak gini dan akhirnya dia fix grad." "Hmm...yaudah ntar liat dulu tweet terbaru dari Beby. Coba kamu aktifin mobile notification di HP-mu biar ntar kalo Beby nge-tweet langsung ada

pemberitahuannya." "Oke udah, aku takut kalo dia beneran grad," ucap Caesar dengan wajah lesu. Tiba-tiba Caesar dikejutkan dengan notifikasi di HP-nya. Ternyata benar, Beby menyatakan akan

meninggalkan JKT48 di dalam waktu dekat ini. "Anjiiiiirrrrrr!! Ini apa-apaan? Aku kudu gimana sekarang?" "Udahlah kamu tenang dulu, lagian dulu Ghaida hampir grad dan akhirnya nggak jadi, itu semua gara-gara semangat dari fans. Daripada kamu marah-marah nggak jelas gitu mendingan kamu ngelakuin sesuatu biar Beby
164

nggak jadi grad," ucap Triyan yang kembali menenangkan Caesar.

"Hmm...aku ada ide, aku nggak mau tau gimana caranya besok kamu antar aku ke sebuah gunung atau hutan yang ada bunga edelweis-nya!" "What? Mau ngapain? Gila kamu!" "Udah anterin aja... aku gamau Beby grad!" "Hmmm... O... o.... okelahh... kalau kamu nggak sahabatku aku nggak bakal mau nganterin kamu, Sar! Ada hutan di dekat sini, tapi lumayan berbahaya. Kamu beneran mau?" "Terpaksa mau, demi Beby!"

Pagi

ini

sangat

dingin,

cuaca

berawan

menyelimuti langit biru di atas sana. Pagi itu juga, Caesar siap untuk menghampiri Triyan dan menuju hutan yang dijanjikannya. Tepat pukul 06.15 Caesar sampai di depan
165

rumah Triyan dan terlihat Triyan pun sudah siap untuk mengantarkannya ke hutan tersebut. "Ini serius, Sar?" tanya Triyan sambil mengendalikan setir mobil Caesar. "Iyalah.... Empat puluh delapan ribu rius

malahan!" jawab Caesar, bercanda. "Gila, emang kamu mau ngapain sih?" tanya Triyan kembali. Caesar menghela napas. "Rencananya, aku mau ngeliatin ke Beby perjuangan kita buat mendapatkan bunga edelweis di hutan itu. Nah, karena itu aku bawa handycam buat ngrekam gimana prosesnya. Kalo kita berhasil, entar kita langsung meluncur ke Jakarta buat ngasih rekaman, bunga edelweis dan sedikit fanletter yang aku buat tadi malam sebagai gift buat Beby. Harapanku ini bisa menyadarkan Beby bahwa fans juga berjuang untuk men-support idolanya, semoga dia mengerti itu." jelasnya kemudian secara detail. Setelah lama mereka ngobrol di dalam mobil, hutan yang menjadi tempat tujuannya pun mulai terlihat.
166

Mereka memakirkan mobilnya di rumah orang sekitar hutan tersebut. "Maaf, Pak... kita boleh nitip mobil disini?" tanya Triyan dengan pemilik rumah. "Siapa kalian? Mau kemana?" pemilik rumah itu membalik bertanya. "Hmm... saya Triyan, ini temen saya Caesar. Kita mau cari bunga edelweis di hutan itu buat penelitian," ucap Triyan sedikit berbohong. "Oh ya, silahkan! Tapi hati-hati ya, hutan itu berbahaya, banyak orang masuk hutan itu dan tidak bisa keluar lagi," ucap pemilik rumah itu. "Iya... pasti Pak, kita bisa jaga diri kok! Lagian temen saya ini di SMA ikut ekstrakurikuler pecinta alam!" sahut Caesar. "Hussss....!!!" sahut Triyan sambil menginjak kaki Caesar. "Yaudah... selamat berpetualang!" ucap pemilik rumah kembali.

167

Dengan sigap, Caesar langsung menurunkan peralatan-peralatan yang akan ia gunakan saat berada di hutan itu. Ia berpikir semuanya sudah lengkap dan ini saatnya memulai perjuangannya. Handycam dengan tali yang terbelit di tangan Triyan, selalu fokus pada apa yang dilakukan Caesar. Berjam-jam mereka tidak menemukan bunga yang diinginkannya. Matahari pun mulai terbenam, Caesar masih terus keras kepala untuk melanjutkan pencarian bunga itu. "Sar, gimana kalo kita istirahat dulu, buat tenda dulu disini gitu?" tanya Triyan yang sudah merasa sedikit kelelahan. Caesar melirik jam tangannya. "Aduh,

nanggung,Yan... Kita nggak punya banyak waktu," ucapnya kemudian. Triyan mengerutkan dahinya. Nanggung

gimana? Ini udah jam sepuluh lebih, Sar! bentak Triyan kemudian yang merasa sudah terlalu malam untuk melanjutkan perjalanan.
168

Mendengar bentakan Triyan, Caesar sedikit kaget hingga menundukkan kepalanya. "Emm... iya... iyadeh Yan, maaf... kita istirahat & buat tenda dulu disini," jawabnya agak ketakutan dengan bentakan Triyan tadi, hingga akhirnya keduanya memutuskan untuk beristirahat dan melanjutkan pencarian esok hari. Pukul 04.45 Caesar mulai terbangun dan pikirannya tetap masih mengarah ke bunga edelweis. Akhirnya, Caesar membangunkan Triyan untuk melanjutkan perjalanan mencari bunga tersebut. Masih seperti hari kemarin, berjam-jam mereka mencari tak ada hasilnya. Senja pun mulai tiba kembali. Triyan mulai putus asa, ia menghentikan langkahnya sambil menurunkan handycam yang daritadi merekam Caesar. "Sar, semua ini sia-sia, kita nggak akan nemuin bunga itu," ucapnya tiba-tiba. Mendengar pernyataan dari temannya itu, kening Caesar mengerut. "Kamu kenapa sih, kalo nggak mau ikut aku cari bunga itu ngomong aja?" tanyanya kesal. "Hmm bukan gitu, bunga edelweis semakin langka, mungkin di hutan ini udah nggak ada lagi...."
169

Caesar mendengus semakin kesal. "Aku yakin masih ada bunga itu disini! Kalo nggak niat, kamu pulang aja Yan, tunggu aku di rumah nanti!" bentaknya kemudian. "Sar, stok makanan kita udah habis! balas Triyan dengan bentakan bernada lebih tinggi. Kamu kenapa sih? Semenjak Beby jadi member JKT48 malah jadi keras kepala gitu! Kemana kamu yang dulu?" tanyanya kemudian dengan nada yang masih cukup tinggi. "Hah? Aku yang dulu? Dulu aku manja, you know? Semenjak Beby masuk JKT48, aku bisa lebih tau arti perjuangan! Aku keras kepala? Iya, aku seperti itu karena aku nggak akan menyerah untuk sesuatu yang belum tercapai! Aku berusaha untuk tetap melangkah di jalan yang aku pilih!" bentak Caesar kembali seolah-olah tak ingin kalah, namun kali ini ia meneteskan air mata di depan sahabatnya dan membuat Triyan terdiam membisu. Di tengah bentakan-bentakan itu, Caesar dikejutkan oleh sesuatu di sebrang sungai dalam hutan itu. Bunga yang ia cari-cari akhirnya ada tepat di depan matanya. Namun, ia harus menyebrangi sungai yang luas itu.
170

Walaupun gelap, dalam dan arusnya deras, Caesar tetap bertekad untuk menyebranginya seakan-akan ia memiliki ratusan nyawa. Melihat Caesar berjalan mendekati sungai, Triyan juga melihat bunga itu, ia pun juga mengerti apa yang akan Caesar lakukan saat itu. "Sar, itu aliran sungainya deras banget, kamu beneran gila apa gimana sih? Aku sahabatmu, aku nggak mau kamu kenapa-kenapa!" seru Triyan, cemas. Caesar pun menoleh ke arah Triyan, menatapnya tajam, penuh keseriusan. "Yan, aku tau kamu sahabat terbaikku. Tunggu aku di sini, kita bisa berjalan sejauh ini, jadi aku yakin aku bisa kembali, terus berangkat ke Jakarta bareng-bareng besok. Kita berjuang bersama-sama ya," ucap Caesar dengan memberikan senyuman pada sahabatnya seakan ia yakin usahanya kali ini akan berhasil. " Tapi, Sar., bantah Triyan terpenggal. Udah percaya sama aku, janji! sela Caesar menjulurkan kelingkingnya ke arah sahabatnya itu.
171

Kali ini giliran Triyan yang tak kuasa menahan air mata khawatirnya. Hingga akhirnya ia mengangkat tangan kanannya, kelingkingnya menyambut janji Caesar,

anggukan kepalanya menandakan kepercayaan pada sahabatnya itu. Dengan keberanian dan ketenangannya, Caesar langsung menyebrangi sungai itu. Akhirnya, terlihat di sebrang sungai Caesar berhasil mengambil bunga itu dan memasukannya ke kantong plastik. Saatnya Caesar kembali untuk bertemu sahabatnya lagi. Namun, saat ia menyebrang untuk kembali, aliran sungai terasa semakin deras. Caesar memutuskan untuk melemparkan bunga itu dulu ke Triyan. Sedikit lagi ia berhasil kembali. Tibatiba... KRRAAAKKKK!!!! Kaki Caesar menginjak sebuah batu yang licin dan membuatnya terjatuh. Triyan yang sedang merekam dengan handycam panik, ia langsung bergerak untuk menyelamatkan sahabatnya. Tapi... sia-sia sudah, Caesar hanyut terbawa aliran sungai itu dan hilang. Sudah
172

terlambat, seperti mimpi buruk dalam tidur yang terlihat mustahil, semuanya berakhir dengan hal yang tidak berguna. Hanya ada sesal yang ada di dalam hati Triyan sekarang. "CAESAAAAAAAAAARRRRRR!!!" Triyan tak tau harus berbuat apa, ia berlari menuju jalan keluar hutan itu. Akhirnya, ia berhasil keluar hutan itu dan meminta bantuan warga sekitar untuk mencari Caesar. Keluarga Caesar pun sudah datang di tempat kejadian perkara. Tetap saja, Caesar tidak ditemukan. Kembali Triyan hanya bisa menyesali itu semua. Berhari-hari Triyan berada dalam keadaan duka, tak beda jauh dengan Ginsa yang juga sudah mengetahui berita itu. Rasanya hanya ingin memutar waktu karena baginya sahabat memiliki arti yang teramat penting dalam kehidupan ini. Sahabat akan selalu hadir di tiap kehidupan kita, ia dapat menghibur kita dikala kita sedih, membuat kita tertawa, setia menemani dimasa-masa suka maupun duka, dan selalu sabar dalam menyertai kehidupan kita. Sahabat tidak akan pernah mencelakakan dan memanfaatkan kita, ia tak kenal pamrih dan waktu dalam
173

menolong, ia akan melakukan sesuatu disaat kita membutuhkannya tanpa meminta sesenpun imbalan, balas jasa, bahkan ucapan terima kasih. Kita dapat menemukan banyak karakter untuk dijadikan sahabat, tetapi dalam menemukan sahabat tidak semudah yang kita bayangkan, tidak cukup dengan perkenalan yang singkat atau memerlukan waktu yang lama dalam kita menilai seseorang untuk menjadi sahabat, karena sahabat akan hadir dengan sendirinya tanpa kita sadari dan dalam kurun waktu yang tidak dapat kita tentukan. Hingga pada suatu hari, Triyan berniat untuk mewujudkan mimpi sahabatnya. Tak perlu waktu lama, ia menancapkan gas mobilnya dan langsung meluncur ke Jakarta.

Gift untuk Beby sudah siap. Triyan menitipkannya ke security dan memohon untuk dikirimkan ke Beby

174

sekarang juga. Saat itu Beby sedang istirahat untuk latihan terakhir sebelum melakukan theater show terakhirnya. "Beby, ini ada kiriman buat kamu," ucap security. "Oh ya, makasih Pak!" jawab Beby. Melihat gift itu, Kinal sang kapten JKT48 pun mendekati Beby. "Beb, ini kan terakhir kali kamu ada di JKT48, nah coba buka dong gift-gift dari fans kamu, mungkin bisa buat kamu semangat," ucapnya kemudian, tegas. "Iya...ayo lainnya. "Iya deh iya..." jawab Beby. Hingga akhirnya, Beby membuka gift pertamanya yang ada di tangan. Itu gift dari Caesar. Beby sangat penasaran, kenapa di depan terlulis nama "Alm. Caesar Wijaya"? Setelah dibuka, Beby dikejutkan oleh bendabenda di dalamnya. Bunga edelweiss, sebuah handycam dan sebuah kertas kecil. Kertas itu berisi tulisan dari tangan Caesar sebelum meninggal. dibuka!!" seru member-member

175

176

Beby sedikit tercengang dengan surat itu, tidak paham dengan sahabatnya. Rasa penasaran itu seakan menghipnotisnya, dengan sigap tangannya meraih

handycam di dalam paket gift dari Caesar. Tanpa basabasi, Beby langsung memutar video di dalamnya. Video yang tidak seharusnya ia tonton, video yang membuat seluruh tubuhnya terasa kaku, ketidakpercayaan masih meracuni pikirannya. Mustahil, Caesar bukan tipikal orang yang semudah itu untuk melakukan hal yang tidak berguna. Namun, setelah video itu berkali-kali ia putar, rasa mustahil ia perlahan-lahan luntur. Air mata kehilangan membasahi pipinya. Seperti mimpi, ia merasa bersalah dengan sahabatnya itu. Loh Beb, kamu kenapa? tanya Shania, teman dekat Beby di JKT48 setelah melihat air mata bebi berlinangan. Beby belum bisa menghentikan derasnya air mata itu, belum bisa menahan rasa sakitnya saat itu. Ia benarbenar sudah kehilangan sahabat yang sudah berperan dalam hidupnya sekarang. Tanpa jawaban, ia memberikan paket gift dalam genggamannya kepada teman dekatnya
177

itu. Dengan rasa penasaran, Shania pun ikut membaca hingga memutar video itu. Member-member lainnya mengekor. Selesai membaca dan menonton paket gift dari Caesar, semuanya terdiam membisu seketika. Beberpa dari mereka tak kuasa menahan air matanya. Shania yang berada di depan Beby, langsung memeluk temannya itu. Air matanya berlomba-lomba untuk berjatuhan, member lainnya kembali mengekor, hingga satu petak ruangan latihan saat itu terpenuhi oleh kesedihan. Semua member mengerumuni Beby, satu per sayu bergantian memberikan pelukan untuknya. Semuanya bisa merasakan kesedihan itu. Beby menceritakan kisahnya dengan Caesar kepada semua member setelah acara reuninya dulu. Tak heran apabila semuanya bisa merasakan apa yang dirasakan Beby saat itu. Hingga akhirnya pada pelukan terakhir dari Viny, member JKT48 generasi kedua ini menatap Beby seperti ada sesuatu yang ingin ia sampaikan. Lama ia terdiam menatap Beby, namun tidak ada satu kata pun yang terucap dari mulutnya.

178

Andaikan waktu itu Caesar tahu, kalau aku nitipin sesuatu ke papanya ucap Beby dalam keheningan di antara tetes air mata, ia juga menyesali kepergian papa Caesar, ternyata ia pernah menitipkan sesuatu untuk Caesar padanya sebelum kecelakaan yang dulu

menimpanya. Kertas yang berisi satu kalimat singkat, namun sudah cukup menjelaskan semua perasaan Beby untuk sahabatnya selama ini.

Temen-temen panggilnya tiba-tiba, masih di antara air mata, hingga menjadi pusat perhatian, semua yang ada di dalam ruangan itu menoleh ke arahnya. Aku mutusin buat nggak graduate hari ini, aku pengen berjuang lebih lama lagi bareng kalian semua, sekaligus mewujudkan mimpi Caesar, ucapnya kemudian,

179

membuat detik itu juga adalah detik sejarah bagi semua hati yang mendengar perkataan itu.

BEBY CHAESARA ANADILA DIKABARKAN BATAL GRADUATE DARI JKT48

180

epilog
Rumah mungil di atas pohon, kini menjadi saksi bisu pertemuan kembali sebuah persahabatan yang memiliki jutaan memori tak terlupakan. Suatu luka yang begitu menyayat, menjadikan mereka lebih dewasa. Caesar Wijaya memang sudah tidak bersama mereka lagi, namun kenangan tentang dirinya masih tersimpan rapi di dalam hati mereka. Sahabat sempurna, tidak akan ada yang bisa menggantikan Caesar sampai kapan pun. Kini, Beby, Triyan dan Ginsa sudah berhasil mengejar mimpinya. Beby yang sukses bersama JKT48, di sisi lain ada Triyan dan Ginsa yang selalu bersama di sebuah perguruan tinggi impian mereka berdua. Hingga suatu hari, Caesar seperti hidup kembali seakan-akan mengingatkan ketiga sahabatnya tentang rumah kecil di atas pohon itu. Surat ajakan kecil yang
181

mereka buat saat pertama menjamah rumah itu menjadi perantaranya. Hari itu dimana ketiganya kosong, tidak ada satu pekerjaan yang mengikatnya. Entah inisiatif atau mungkin ikatan persahabatan, dengan ajaibnya surat itu seperti menjalankan mereka untuk bertemu kembali pada rumah dimana mimpi-mimpi mereka gantungkan di dalamnya. Udah siap? tanya Triyan yang sudah akan me nancapkan gas mobilnya ke Bandung bersama orang yang ia cintai, anggukan Ginsa menjadi awal perjalanan mereka. Di sisi lain, ada Beby yang juga bersiap di dalam mobilnya, selain pulang ke rumahnya, ia pergi ke Bandung sekalian sekaligus untuk mendatangi rumah kecil di atas pohon itu, didampingi sopirnya.

Villa yang dulu seperti istana megah, kini seperti rumah kosong yang pernah terjadi pembunuhan di
182

dalamnya. Tidak ada yang merawat. Triyan dan Ginsa yang sudah sampai di depannya, seperti sudah tidak memiliki rasa takut. Caesar ada di dalam rumah itu, tinggal di sini untuk menunggu sahabat-sahabatnya, pikir mereka berdua. Setelah berlama-lama memandangi keadaan

sekitar, pohon yang masih berdiri kokoh dari dulu sampai sekarang menjadi pehatian mereka. Triyan mendekati, Ginsa mengekor. Terlihat kayu yang masih kuat seperti dulu menampung mereka berempat, meyakinkan Triyan untuk naik ke atasnya. Ginsa masih mengekor, percaya dengan Triyan. Saat kaki Triyan sudah berada di anak tangga terakhir, matanya sudah bisa melihat keadaan ruangan di dalam rumah pohon itu. Tidak terawat, hingga banyak sekali laba-laba yang membuat sarangnya di situ. Namun, walaupun tidak terawat, semua barang klasik milik Caesar masih tertata rapi di dalamnya. Mereka berdua sudah mulai bisa merasakan kenangan itu. Kenangan dimana pertama kali mereka berdiri di atas rumah itu bersama-sama untuk melihat Kota Bandung dari atas. Senyuman keduanya sama-sama
183

mengembang. Hingga akahirnya, Ginsa bergerak untuk membersihkan rumah pohon itu, giliran Triyan yang mengekor. Gin, aku turun dulu bentar ya, ada yang ketinggalan di mobil, ucap Triyan di sela-sela saat keduanya sibuk membersihkan rumah itu, setelah ada sesuatu yang menarik Triyan untuk turun kebawah. Lagi-lagi tanpa jawaban, anggukan Ginsa menjadi awal langkah Triyan. Ia turun meninggalkan Ginsa, kemudian tak lama dating kembali dengan membawa ekspresi wajah yang berbeda dari sebelumnya. Kenapa sih, Yan, kok senyum-senyum gitu? tanya Ginsa, Triyan masih dengan senyumannya, tak menjawab satu kata pun. Woi, jangan kayk orang kesambet gitu dong! bentaknya kemudian. Bentakan itu berhasil memaksa Triyan untuk mengeluarkan perkataannya. Emhh aku ada sesuatu buat kamu, ucapnya kemudian. Apa? Teddy Bear lagi? Kamu buang-buang uang aja, udah tiga belas boneka kayak gitu kamu kasih ke aku,
184

cuma beda warna aja, Yan Enggak Gin, kali ini beda, percaya deh sama aku, sela Triyan. Beda apanya? Sekarang yang aku bawa boneka Teddy Bear-nya besar, jelas Triyan sambil meraih sesuatu dari anak tangga rumah pohon itu. Ini Teddy Bear-nya Caesar, Gin! Taraaaaa! serunya kemudian, ternyata seorang Beby Chaesara Anadila sudah berada tepat di atas rumah pohon kenangan mereka. Ginsa sempat tidak percaya, kini sahabatnya yang sudah terkenal masih ingat akan persahabatannya selama ini. Arrrrrggggghhhhh Beby, kamu oshimen aku!!! teriak Ginsa kegirangan dan serontak memeluk sahabatnya yang sudah bertahun-tahun hanya bisa melihatnya di televisi sebagai idola. Air mata haru kembali memenuhi satu petak ruangan di dalam rumah pohon ini. Setelah membutuhkan waktu cukup lama, untuk berbincang-bincang mengenang masa lalunya, Triyan teringat pada sesuatu.
185

Gin, ngomong-ngomong kamu kok cepet banget ya bersihinnya tadi? tanya Triyan Mungkin gara-gara terlalu semangat, Yan jawab Ginsa. Atau mungkin ketakutan di atas sendirian? tambah Beby, menyeletuk. Ah oshiku sekarang suka bercanda, nih, Yaelah Gin, jangan gitu dong manggilnya, aku kan masih Beby yang dulu ingusan, nggak berubah kok, jelas Beby, merendah. Perkataan itu membuat mata Triyan dan Ginsa saling bertatapan. Kamu berubah banget, kamu jadi lebih cantik sekarang, ucap Ginsa, memuji sahabatnya. Iyalah semua juga gitu, Gin, kalo dibandingin dulu kan belum bisa dandan, sahut Beby. Tapi Ginsa bener lho, kamu masih buat kita berdua nggak percaya nggak percaya, auramu sudah aura idola sekarang, tambah Triyan, menyela. Andaikan Caesar ada di sini ya, tambahnya kembali, mengingat-

186

kan pada luka yang semestinya tidak harus ada dalam cerita persahabatannya. Semuanya terdiam, pikirannya mulai membayangkan kenangan Caesar yang masih membekas di hatinya masing-masing. Air mata pun keluar bersama beberapa kenangan yang berhasil mereka ingat saat itu. Masih terdiam, hingga tiba-tiba dari bawah terdengar suara langkah kaki menaiki anak tangga. Keajaiban sepertinya memang sudah sengaja terkumpul untuk hari itu. Seorang Althea Callista juga hadir di hari itu, hingga membuat ketiga orang tadi sangat tercengang. Ini mustahil, mungkin Caesar memang sudah mengajak kita semua yang pernah mengisi hidupnya untuk berkumpul di atas sini. Halo, sapa Althea, sedikit canggung. Althea? Kamu kok, ucap Beby terpenggal. Triyan tersenyum, ia manusia yang paling tenang dengan kedatangan Althea dibanding dengan Beby dan Ginsa. Aku yang ngajak dia kesini, Caesar yang menyuruhku, jelasnya singkat, namun sudah bisa di187

pahami oleh kedua temannya, Althea pun menunjukkan kertas yang bertuliskan alamat rumah ini berada. Kertas itu dari Caesar yang dititipkan Triyan saat berada di hutan. Caesar sempat menjelaskan semuanya tentang Althea. kepada Triyan saat bermalam di hutan. Saat itu juga, Althea bergabung dengan mereka bertiga. Masa lalu dan proses mengejar mimpi mereka masing-masing menjadi topik perbincangan mereka berempat. Namun lama-lama perbincangan itu kembali menuju pada Caesar. Andaikan Caesar ada di sini ya, ucap Triyan membuka topik tentang kenangannya bersama sahabat terhebatnya itu. Sekarang, nggak pernah akan ada lagi orang yang bisa menjadikan aku lebih dewasa, sekarang aku harus bisa mandiri tanpanya, tambahnya kemudian. Kalo boleh jujur, sebenernya selama ini cuma Caesar yang setia jadi temen curhatku setiap ada masalah sama kamu, Yan, ucap Ginsa, ikut masuk dalam topik perbincangan itu.

188

Andaikan Caesar tahu, kalau sebenernya dari dulu aku juga udah punya perasaan yang nggak beda jauh kayak dia, aku sayang dia, tambah Beby. Kita sama, dari TK cuma Caesar yang bisa membuat aku tersenyum lepas selain papaku, Althea ikut menambahi. Pembatas novel pertama Caesar, ada kenangan sendiri di hatiku, A.C.C.W itu sebenernya singkatan dari Althea Cinta Caesar Wijaya, entahlah mungkin Caesar tidak tahu hal itu sampai sekarang, tambahnya kembali, menjelaskan arti pembatas novel yang Caesar tulis, ternyata berawal dari Althea. Caesar tahu itu kok, dia udah jelasin ke aku lewat surat bareng sama gift novel itu buat aku, ucap Beby. Perkataan Beby itu memakan waktu yang relatif sedikit untuk membuat Althea tercengang. Suara langkah kaki menaikki anak tangga yang menjadi penyebabnya. Kali ini seseorang yang tidak memiliki hubungan dengan Caesar berdiri tepat di depan mereka berempat. VINY???!!!

189

Seorang Ratu Vienny Fitriliya, member JKT48 generasi kedua itu membuat Triyan, Ginsa, Beby dan Althea sangat terkejut. Maaf, aku juga mendapat surat ajakan itu sama seperti kalian semua, sebenernya aku juga nggak tahu kenapa Caesar menyuruhku buat kesini

190

191

Bayangan itu datang kembali, mimpi yang samarsamar selalu mengahantui setiap tidur malamnya. Saat terbangun bayangan itu seperti terlihat jelas di depan matanya walaupun hanya beberapa detik. Entah ilusi mata atau apalah, itu selalu terjadi beberapa minggu terakhir ini. Darriel Agatha Wijaya, bocah berpawakan tinggi, berkulit sawo matang, berambut lurus dan berkacamata. Sejak berumur 3 tahun, Darriel sudah tinggal bersama neneknya. Ia ditinggal Mama, Papa dan adiknya saat kecelakaan pesawat beberapa tahun silam. Hal itu yang selalu membuatnya kesepian dan menjadi seseorang yang sangat pendiam. Namun, sejak berumur 13 tahun ia bermimpi untuk menjadi penulis novel. Darriel tak pernah absen mengunjungi perpustakaan di ujung kota. Tanpa adanya bakat, ia selalu mencari referensi buku di perpustakaan itu. Namun, tak ada satupun inspirasi dan materi yang ia miliki selama 2 tahun lebih itu. Hingga akhirnya perpustakaan itupun dikabarkan akan tutup. Matahari sudah berada di ufuk barat. Darriel berniat untuk meminjam bahkan membeli satu buku lagi untuk yang terakhir kalinya di perpustakaan itu.
192

"Maaf dek, perpustakaan ini mau tutup," ujar seorang kakek penjaga perpustakaan itu. "Aduh, kek... padahal saya pengen beli satu buku terakhir di perpustakaan ini, saya siap bayar mahal, kek!" sahut Darriel. "Hmm... bukunya udah dipaketin semua jadi nggak ada satu buku yang tersisa, tapi kalau kamu mau... ada satu buku favorit kakek dari perpustakaan ini..." "Nah itu buku apa ya kek?" sahut Darriel memotong pembicaraan kakek itu. "Gini... jadi ceritanya tiga tahun yang lalu ada seseorang penulis muda yang ngasih bukunya kesini, kakek baca-baca ceritanya nggak kayak seorang 16 tahun yang nulis, dia penulis hebat... kamu mau?" tanya kakek itu. "Mau banget, kek!" Dengan sigap, kakek itupun meraih suatu buku yang ia simpan di dalam lemarinya. "FROM A SHADOW" tulisan yang tampak jelas di cover buku tersebut membuat Darriel penasaran dengan isi buku itu.
193

"Hmm yaudah ini buat kamu nggak usah bayar, simpen aja, rawat baik-baik ya," ujar kakek tersebut sambil memberikan buku itu kepada Darriel. "Makasih banget, kek!" kegirangan. Tanpa berpikir lama, Darriel yang masih sahut Darriel dengan

kegirangan mendapatkan buku itu langsung menancapkan gas mobilnya dan bergegas pulang ke rumah. Darriel tak sabar membaca buku yang ia dapatkan dari kakek tadi. Namun dalam perjalanan ke rumah, secara tiba-tiba ban mobilnya bocor, untungnya di sebrang jalan ada bengkel. Ia langsung banting stir menuju bengkel itu. Sambil menunggu ban mobilnya ditambal, Darriel membuka buku yang terbungkus warna krem itu. Pertama kali dibuka, ia dikejutkan dengan sepucuk kertas dengan tulisan

"Welcome to my parallel dimensions, clear your logic!". Darriel tidak paham apa arti dari tulisan itu, yang ia pikirkan hanyalah suatu kata mutiara dari penulis buku itu. Ia membalik selembar halaman dan terlihat di atas dengan judul "Behind You", baru selesai membaca judul tersebut tangan Darriel terasa sangat berat hingga akhirnya buku
194

itu terlepas dari genggaman eratnya. Tiba-tiba dari belakang, seseorang yang cukup tua dan tidak dikenal berpenampilan tak beraturan seperti orang gila menepuk bahu Darriel. "Bayangan dalam dunia paralel itu nyata...," ujar orang misterius itu dengan lirih dan langsung berjalan meninggalkan Darriel. Ia tak paham apa maksud orang itu, Darriel hanya berpikir bahwa ia baru saja mendengar kata-kata yang sama persis dengan apa yang dibacanya dalam buku tadi. Hal itu membuat Darriel memalingkan wajahnya ke arah dimana buku itu terjatuh dari tangannya. Ia kembali dikejutkan oleh buku itu dengan posisi tertutup dan sepucuk kertas yang menyinggung tentang "dimensi paralel" itu keluar di atas cover. Darriel mulai curiga dengan buku itu. Tangan kanannya meraih handphone yang berada di kantongnya. Dengan cekatan, ia langsung menyentuh menu internet dan mengetikkan kata "dimensi paralel" ke dalam address bar.

195

"Dimensi yang menghadirkan realitas maya dan berjalan sejajar dengan realitas kita."

Kata-kata itu membuat Darriel bertanya-tanya dalam hatinya, ia meyakini buku itu datang dari dunia lain. Setelah beberapa menit, ban mobilnya sudah selesai diperbaiki. Ia langsung bergegas menuju rumah untuk menyelidiki kasus ini. Satu jam lebih akhirnya Darriel sampai di rumah. Ia berlari menuju kamarnya dengan membawa buku tadi. Tanpa berpikir lama, ia menekan tombol power pada komputernya. Saat itu juga, ia menyelidiki darimana buku itu berasal melalui internet. Ternyata, buku itu ditulis oleh penulis mudaCaesar Wijaya yang tiga tahun yang lalu hilang terseret derasnya arus sungai di dalam hutan. Hal itu membuat Darriel mengerti apa arti dimensi paralel yang ditulis dalam buku itu. Ia mencoba kembali membuka halaman dimana terdapat judul "Behind You" ditulis. Tangannya tidak terasa berat lagi saat

membacanya, namun tiba-tiba...


196

PYAAARRRRRR!!! Lampu di kamar Darriel pecah. Di dalam kegelapan, ia langsung mengambil lampu emergency di sebelah meja belajarnya. Lampu itu cukup menerangi ruangan kamarnya. Saat ia akan kembali duduk dan melanjutkan untuk membaca buku tadi, lagi-lagi Darriel dikejutkan dengan hal aneh. Pintu lemari di kamarnya terbuka, namun hal itu tidak membuatnya takut. Ia mendekati lemari itu secara perlahan-lahan, tangannya mulai meraih ujung pintu lemari dan membukanya hingga lebar. Seketika seluruh tubuh Darriel dingin dan kaku ketika melihat boneka dengan posisi duduk dan membawa amplop misterius di dalam lemarinya. Boneka dan amplop misterius itu membut Darriel penasaran, sehingga ia bergegas mengambilnya dan berlari keluar kamarnya. Tangan dan jemarinya yang masih gemetar itu membuka dan meraih kertas di dalam amplop misterius tadi. Kode apa lagi ini? Lagi dan lagi, melihat tulisan dalam kertas itu Darriel merasa di teror oleh mahkluk dari alam lain.

197

"Hapus semua logika dalam otakmu!" tulisan dalam surat misterius itu Namun hal itu tak membuat keberaniannya luntur, Darriel melakukan apa yang ditulis dalam kertas itu. Ia berniat melakukan hal yang tak tahu apa yang harus ia lakukan sekarang. Menghapus logika dan mempercayai bahwa semua hal bisa terjadi di dunia ini, yang akhirnya Darriel lakukan. Hingga akhirnya dengan perlahan ia dapat membaca isi cerita di bawah judul "Behind You" tadi. Ternyata, selama hidupnya seorang Caesar Wijaya menulis tentang sosok wanita yang ingin ia jaga dan selalu berada di belakangnya untuk mendorong agar bisa meraih apa yang wanita itu lakukan. Dalam buku itu, sosok wanita yang dimaksudkan adalah Beby Chaesara Anadila. Cerita pertama terselesaikan. Jemarinya mulai membalik lagi halaman berikutnya, kini tulisan baru terlihat jelas di depan matanya, "Find Yourself!". "Apa lagi yang harus aku lakukan?" gumam Darriel. Bola matanya mulai melirik ke bawah judul itu. Hal itu terjadi kembali, tangannya terasa berat dan buku
198

dalam genggaman eratnya terlepas hingga terjatuh dalam keadaan seperti saat di bengkel mobil. Darriel sudah mulai tertekan dengan teror ini. Ia mengambil buku dan boneka itu, mengemasnya ke dalam kotak. Saat itu juga, buku dan boneka yang terkemas kotak dalam genggaman tangannya ia lemparkan ke sungai kecil di sebrang rumahnya. Malam yang kelam, seperti tak nyata. Seakanakan semua khayalan datang menyerang Darriel malam ini. Mulai detik itu, Darriel ingin melupakan semua yang baru saja terjadi. Memori-memori itu dianggapnya tak pernah hadir dalam hidupnya. Dan hari esok pun sangat ditunggunya saat ini, ia ingin cepat merasakan kenyataan kembali. Saatnya tidur. Roh Darriel melayang-layang dan perlahan-lahan menginjak dunia mimpi. Dunia mimpi kali ini bisa dikatakan aneh. Petang, hanya warna hitam, kegelapan yang ia lihat. Sesekali muncul bayangan yang berjalan begitu cepat dalam kegelapan. Waktu terus berjalan, hingga akhirnya mata ilusi dalam roh Darriel melihat cahaya terang di ujung kegelapan itu. Darriel mencoba berlari mendekati dan meraihnya, namun semakin ia
199

mendekati cahaya itu semakin menjauh. Hal itu tak membuatnya putus asa, Darriel tetap berusaha untuk bisa sedekat mungkin dengan cahaya yang selalu menjauh darinya itu. Tiba-tiba... WOOOSSSSHHHH!! Ia seperti jatuh ke dalam jurang kegelapan tanpa dasar. Saat itu ia masih dalam keadaan tidur. Rohnya belum kembali ke dalam tubuhnya, namun otaknya sudah bisa merasakan dunia nyata. Hingga ia memberontak untuk bangun. Seakan-akan tubuhnya tertindih oleh sesuatu yang besar dan membuatnya tak bisa bergerak bahkan bernapas. Kejadian itu hanya terjadi beberapa detik, jam menunjukkan pukul 03.13. Darriel terus memberontak, hal itu membuat ia terjatuh dari kasurnya saat ia berhasil kembali ke dunia nyataSleep Paralyze. Perlahan-lahan matanya terbuka menghadap kolong tempat tidurnya. Saat sepenuhnya sadar, ia dikejutkan dengan boneka yang ia buang di sungai tadi malam. Boneka itu kembali menerornya dengan amplop dan surat misterius.

200

"Bunga itu... ada dalam lemarimu!" tulisan dalam surat misterius itu. "Oke, oke! Kali ini aku memenuhi permintaanmu. Tapi tolong siapa pun kamu, jangan ganggu aku terlalu lama. Aku ingin hidup bebas kembali!" ucap Darriel sedikit teriak dengan wajah yang cukup kesal. Darriel bergegas membuka lemarinya, tampak setangkai bunga edelweis berlumuran darah tergeletak di ujung lemarinya. Ia memberanikan diri untuk menjulurkan tangan dan meraih bunga itu. Saat jemarinya mulai menyentuh bunga itu, terdengar gebrakan dari jendela kamar yang semula tertutup menjadi terbuka lebar. Terlihat samar-samar coretan darah di kaca jendela itu yang bertuliskan, "Kemarilah, lihat aku!". Tulisan itu seolah-olah seperti menghipnotis Darriel, ia berjalan ke arah jendela itu. Mula-mula, matanya melirik ke salah satu sudaut taman di luar kamarnya. Hanya kegelapan yang ia lihat hingga ia mengalihkan pandangannya perlahanlahan. Sampai di sudut lainnya, ia dikejutkan oleh bocah kecil berwajah pucat dengan kaki berlumuran darah. Seketika bocah itu menoleh dan tersenyum ke arah Darriel
201

sambil menunjukkan sebuah kertas dengan tulisan "Seseorang di belakangmu..." Dengan cekatan Darriel mengalihkan pandangan dan menutup jendelanya. Saat ia akan membalikkan badannya dan menoleh ke belakang, telapak tangan yang cukup besar menutupi kedua mata Darriel dengan sangat erat. Darriel pun memberontak. "Woy, siapa kamu?!!" teriak Darriel "Tenanglah, lakukan semua hal yang menurutmu aneh itu, kamu akan mendapatkan apa yang kamu inginkan kelak!" jawab mahkluk misterius itu dengan suara serak dan cukup berat seperti raksasa dalam dongeng Timun Mas. Tiba-tiba, obat bius seperti disuntikkan ke dalam tubuh Darriel hingga ia tak sadarkan diri. "Iel bangun... kamu kenapa? Sadar Iel!" seru nenek Darriel yang berusaha menyadarkan Darriel. "Hah? Dimana raksasa itu?" tanya Darriel ketakutan saat sadarkan diri. "Hahahaha... kamu udah gede masih nglindur aja." celetuk neneknya sambil tertawa geli.
202

"Yaelah... beneran nek, barusan ada raksasa disini!" sahut Darriel. "Dasar bocah, udah ayo bangun bersihin kamarmu!" suruh neneknya. Darriel mendengus kesal. Celetuk neneknya tadi seakan-akan menganggap perkataanya seperti cerita dongeng anak kecil. Dengan langkah kesal, ia

membersihkan kamarnya. Saat tangannya mulai menarik bantal, sedikit demi sedikit menjadi tampak jelas di depan matanya, boneka itu datang lagi dengan amplop misterius yang sama dan isi surat yang selalu berbeda. "Keluarlah, kamu akan menemui seseorang wanita mengenakan kaos bercorak bunga, berjaket coklat dan bertopi. Berikanlah bunga edelweis itu kepadanya dan akan kukirimkan lagi hingga 13 bunga untuk hari-hari selanjutnya. Dan jangan pernah menyinggung tentang hal aneh selama ini atau kamu akan merasakan akibatnya!" tulisan dalam surat misterius itu. Dengan cekatan namun terpaksa, Darriel mengambil bunga edelweis itu dan berlari keluar rumah.
203

Wanita itu benar-benar ada di depan rumahnya, perlahanlahan Darriel mendekatinya. Darriel terdiam sejenak. Saat Darriel mendekat dan terdiam, wanita itu menolah ke arahnya. Dahinya mengkerut, kepalanya perlahan-lahan miring menatap Darriel. "Emm... ada apa kak?" tanya wanita itu. "Eh.. ehmm.. nggak apa-apa kok, kenalin aku Darriel Agatha Wijaya, panggil aja Iel," sahut Darriel dengan menjulurkan tangannya. Mendengar perkataan Darriel, wanita itu merasa ada sesuatu dengan nama itu. Tiba-tiba kepalanya menjadi terasa pusing. Namun ia tetap menahannya. "Oh... Aku Viny!" sahut Viny yang tangan kirinya menahan kepalanya dan tangan kanannya menyambut juluran tangan Darriel tadi. Secara tiba-tiba dan entah mengapa, Darriel langsung mengetahui apa yang Viny rasakan saat itu. "Kamu kenapa? Pusing? Mampir ke rumahku dulu aja..." Viny menghela napas, ia terlihat berusaha untuk kuat. "Enggak deh, makasih... aku mau pulang aja..."
204

Saat Viny membalikkan badan untuk meninggalkan tempat itu, tiba-tiba tangan Darriel seperti mencengkeram tangannya untuk menahannya sejenak. "Ini buat kamu...," Darriel memberikan bunga edelweis itu. "Eh... ini kan..." "Ini apa?" tanya Darriel memotong perkataan Viny. "Ehm... bukan, ya udah aku mau pulang...," Viny menjauhi Darriel dengan membawa bunga itu menuju rumahnya. Hal itu terus terjadi hingga 12 hari ke depan. Setiap malam, Darriel selalu dihantui dengan mimpi yang sama. Bayangan dalam dimensi paralel itu seakan-akan berubah menjadi boneka dalam dunia nyata. Entah apa maksud dari bunga itu dan apa hubungannya dengan Viny. Setiap pertemuan mereka, tak beda jauh dengan pertemuan pertama. Mereka selalu sedikit melakukan percakapan disertai kepala Viny yang pusing secara tibatiba setiap menatap Darriel. Namun, dengan pertemuan
205

berkali-kali itu, Darriel mulai tertarik dengan Viny. Ia merasa ada yang berbeda dari Viny dengan wanita-wanita lain. "Iel, aku...," wajah Viny terlihat pucat di hari terakhir, ia sudah tidak kuat lagi dengan kepalanya, hingga akhirnya ia jatuh pingsan. Darriel yang melihat kejadian tersebut, bergegas menggotong Viny ke dalam rumahnya dan membaringkan di atas sofa di ruang keluarga. "Iel... itu siapa?" tanya neneknya. "Eh nenek... ini temenku namanya Viny, tadi tibatiba dia pingsan," sahut Darriel "Pingsan? Duh... ya udah cepetan kamu buatin teh anget gih, biar nenek yang urus temenmu ini," jawab neneknya setelah terkejut mendengar seseorang pingsan di rumahnya. Tanpa berpikir lama, Darriel bergegas menuju dapur untuk membuatkan Viny teh hangat. Saat kakinya sudah mulai menginjak lantai dapur, lagi-lagi boneka itu datang dengan misi misterius lain kembali.
206

"Ikatlah rambut wanita itu...," tulisan dalam surat misterius itu kali ini. "Ah shit! Oke oke okeeeeee!!!" teriak Darriel yang sangat kesal itu. "Iel... ada apa?" seru neneknya dari dalam ruang keluarga yang baru saja mendengar teriakan Darriel itu. "Nggak nek....," sahut Darriel. "Mana teh angetnya?" seru neneknya kembali. "Iya ini nek... gimana nek, Viny udah siuman?" tanya Darriel, mendekati dan memberikan teh buatnnya ke neneknya itu. "Tunggu aja bentar lagi, mungkin dia cuma kecapekan," jawab neneknya. "Hmm... atau mungkin dia gerah, coba ikat rambutnya nek..." Dengan terampil, tangan neneknya mengikat rambut Viny. Tiba-tiba sang nenek dikejutkan dengan tanda lahir di belakang leher Viny. "Ratu..........," ucap neneknya lirih.
207

Mendengar satu kata aneh dari neneknya, kening Darriel mengerut. "Apa nek? Siapa Ratu?" tanyanya kemudian, penasaran. Neneknya menghela napas. "Bukan siapa-

siapa...Viny kelihatan cantik kayak ratu di kerajaan kalau rambutnya diikat kayak gini." Ditengah pembicaraan mereka, tiba-tiba... "Dimana aku?" tanya Viny yang baru saja sadar. "Tenang dulu... kamu barusan pingsan, sekarang kamu ada di rumahku. Oh ya, kenalin ini nenekku...," ujar Darriel. Dengan keadaan pengumpulan nyawa, Viny menoleh lemah ke arah nenek Dariel. "Maaf nek udah ngrepotin gini...," ucapnya kemudian. Mata neneknya berkaca-kaca menatap Viny. "Nggak apa-apa kok. Lagian gara-gara kamu, Darriel jadi punya temen sekarang, sering-sering main kesini aja..." Jarum pendek jam terus berjalan, Viny dan Darriel berbincang-bincang, bertukar nomor dan sempat curhat

208

cukup lamasesaat setelah neneknya pergi meninggalkan mereka berdua. "Iel... tadi nenekmu bilang, gara-gara aku kamu jadi punya temen sekarang... emang kamu nggak punya temen?" ucap Viny dengan wajah yang sedikit canggung untuk menanyakan pertanyaan yang baru saja ia lontarkan. "Ehmm... aku nggak tau apa artinya temen Vin, aku udah terbiasa hidup sendiri." "Iel... denger aku ya, manusia itu mahkluk yang lemah, mereka nggak bisa hidup sendiri... mereka pasti bakal membutuhkan seseorang suatu hari nanti. Nah, orang yang bisa deket sama kamu itu cuma temen... "Aku masih punya nenek yang deket sama aku...," sahut Darriel memotong kata Viny. "Dengerin dulu, nggak selamanya kamu bisa hidup sama nenekmu, nggak selamanya nenekmu akan bisa terus di sampingmu. Kamu butuh temen, Iel...Temen itu seseorang yang selalu berdiri untuk membantu kita...," ujar Viny kembali.

209

"Entah ya Vin... dari dulu sampai sekarang, baru ini bisa sedeket ini sama cewek... baru kamu yang bisa," ujar Darriel "Kenapa?" "Aku minder aja Vin... apalagi kalo cewek itu cewek yang terkenal gitu, mentang-mentang temennya banyak bisa sombong kayak gitu..." Sekarang Viny tahu, Darriel adalah tipikal cowok yang selalu minder kalau bertemu dengan lawan jenis, apalagi kalau seseorang itu cukup terkenal, Darriel tidak akan pernah melirik pun orang itu. Dan ternyata, Viny adalah wanita pertama yang bisa sedekat ini dengannya. Hal itu membuat mereka semakin dekat hingga lupa waktu. "Iel... sekarang jam berapa?" tanya Viny. "Jam sebelas lebih, Vin....," jawab Darriel sambil melirik jam tangannya. "Aduh...," keluh Viny sambil menepuk dahinya. "Kenapa Vin?" tanya Darriel penasaran.

210

"Ada sesuatu penting banget nih, aku pulang dulu ya... tolong pamitin nenekmu, maaf udah ngrepotin...," sahut Viny dengan cepat-cepat meninggalkan rumah Darriel tanpa mendengar ucapan balasan dari Darriel.

Enam hari berlalu, tak ada kabar apa pun dari Viny. "Nek, menurut nenek Viny kemana ya? Udah enam hari dia nggak kesini lagi, malah nggak pernah keliatan," tanya Darriel. "Mungkin dia sibuk sama kuliahnya...," jawab santai dari nenek. "Masa iya selama hampir seminggu nggak ada waktu kosong sekalipun?" tanya Darriel kembali. "Hmm... emang kenapa sih? Jangan bilang kalau kamu suka sama Viny....," tanya neneknya balik. "Kalau iya, emang kenapa nek?" sahut Darriel.

211

"Ehmm... menurut nenek lebih baik kalian temenan dulu aja deh, masih banyak mimpi yang harus kalian raih...," celetuk neneknya. "Ah nenek..." Neneknya tertawa ringan. "Yaudah kalo kangen, telpon aja gih!" Jemari Darriel mulai menyentuh layar HP-nya, contact-Viny-call... Hingga akhirnya Viny mengangkat panggilan dari Darriel. Viny meminta maaf pada Darriel, ia mengaku sibuk dengan kuliahnya dan jarang memegang HP-nya akhir-akhir ini. Sebagai tanda permohonan maaf, Viny mengajak Darriel ke kafe langganannya malam itu juga. Darriel terlihat sangat kegirangan mendengar ajakan Viny itu. Ia langsung menancapkan gas mobilnya menuju kafe itu. "Eh Iel... maaf ya telat, udah lama nunggunya?" "Nggak kok, aku juga barusan nyampek. Oh iya, kamu ngajak kesini ngapain?"

212

"Sebagai tanda permintaan maafku, kamu boleh curhat malam ini sepuasmu, aku bakal dengerin," ujar Viny. "Hmm...curhat apa ya? Kalau tanya sesuatu aja sama kamu gimana?" tanya Darriel. "Tanya apaan?" "Hmm... menurut kamu pacaran itu buat apasih?" tanya Darriel yang membuat Viny terkejut mendengarnya. "Ya mana aku tau, aku aja belom pernah ngrasain...," jawab Viny. "Beneran?" "Iya...." "Kamu mau nggak jadi pacarku?" pertanyaan Darriel yang membuat Viny hampir pingsan kembali. "Nggak lucu ah candaanmu...," Viny dibuat salah tingkah dengan pertanyaan Darriel tadi. "Aku serius, Vin!" "Ehmm... Aku... aku... Maaf Iel, bukannya aku nggak mau, tapi lebih baik kita temenan kayak gini dulu
213

aja, menurutku pacaran cuma indah di awalnya aja," ujar Viny. "Hmm... oke lupain, aku kayak anak kecil ya? Maaf, tapi aku takut kalau suatu hari nanti kamu ngelupain aku...," sahut Darriel. "Nggak Darriel, aku nggak bakal ngelupain kamu... kamu udah aku anggep kayak kakak sendiri. Jujur aja aku nggak mau pacaran, itu juga gara-gara aku takut kehilangan kamu sebagai temen kalau semisal putus nanti," ujar Viny

Rumus-rumus fisika tampak jelas tertulis di papan tulis. Seluruh penghuni kelas mulai memaksa otaknya untuk meladeni rumus-rumus itu. Namun tidak termasuk Darriel, otaknya tidak fokus, matanya melihat ke atas dengan pandangan semu serta senyuman yang tak hentihenti itu. Kata-kata yang Viny lontarkan saat di kafe, membuatnya seakan-akan terhipnotis.

214

"Eh lo kesambet ya, daritadi senyum-senyum sendiri...," tanya Arga teman sebangku Darriel. "Lagi kasmaran, Ga...," bisik Darriel. "Eh gue nggak salah denger nih? Seorang Darriel Agatha Wijaya, lagi jatuh cinta? Sama siapa?" tanya Arga kembali. "Sama dia, Ga...," Darriel menunjukkan foto Viny. "Ahahanjirrr... elo mah delusi!" sahut Arga sambil menjenggungkan kepala Darriel. "Delusi apaan sih?" tanya Darriel kebingungan. "Ini namanya Viny kan? Ini member JKT48 nyeeeet!" jelas Arga yang tidak terima sebagai wota. "Nggak... nggak mungkin!" sahut Darriel dengan menggeleng-gelengkan kepala. "Oke... oke... gini aja, besok ikut aku nonton perform JKT48 di theater, biar tambah delusi..." ujar Arga. "Tai ah sama delusi, aku kenal deket sama Viny....," sahut Darriel kembali.
215

"Tai ah sama sok kenal, besok buktiin aja...," ucap Arga sebagai wotaFans
JKT48 garis keras, menantang.

Tiga hari berlalu, mereka berdua sama-sama mendapatkan verif. Dan benar, dalam panggung itu tampak jelas wajah Viny ditambah member-call fans yang menyorakkan nama Viny. Benar! Ternyata, selama ini Viny berbohong kepada Darriel. Viny sering sekali sibuk bukan untuk masalah kuliah, ia sibuk oleh latihan dan theater. Selain itu, Viny tidak mau menerima Darriel juga dikarenakan golden rules dalam idol group tersebut. Sesi handshake pun tiba... "Thanks... udah bohong...," ujar Darriel dengan wajah kecewa saat bersalaman dengan Viny. "Iel... aku...," sahut Viny yang ia potong sendiri karena ia menyadari saat itu masih banyak fans yang ada disitu.

216

Bulan demi bulan berganti, tak ada lagi terror dari boneka misterius itu. Kini Darriel mulai melupakan Viny. Ia tak lagi percaya dengan arti cinta dan persahabatan. Ia menganggapnya hanya sebuah hubungan maya yang penuh dengan kebohongan. Selasa malam. Darriel berniat melanjutkan hobi lamanya, menulis novel. Sedikit demi sedikit materi ia dapatkan malam itu. Ia membuka-buka buku referensi dalam lemarinya. Hingga akhirnya, ia menemukan buku "FROM A SHADOW" kembali. Hal itu membuatnya seperti dihantui hal-hal aneh seperti dulu. Ia teringat saat ia gagal membaca cerita di bawah judul "Find Yourself!" waktu itu. Kini ia mencobanya kembali dan ternyata ia berhasil. Cerita itu menceritakan bahwa kadang sahabat bisa menjadi cinta. Namun, cinta untuk sahabat berbeda dengan cinta untuk pacar. Cinta untuk sahabat akan selamanya ada, sedangkan cinta untuk pacar hanya ada di awal saja. Hanya keegoisan yang bisa merusak keduanya, namun hanya sahabatlah yang bisa menerimamu kembali. Karena sahabat adalah seseorang yang mau menunjukkan
217

di mana letak kesalahanmu, bukan seseorang yang membicarakanmu di belakang dan membiarkanmu tetap dengan kesalahan yang kamu perbuat tanpa tahu apa yang salah. "Iel... kamu udah tidur?" seru neneknya dari luar kamar Darriel. "Belum nek..." "Nenek boleh masuk? Nenek mau cerita..." "Boleh nek, masuk aja nggak di kunci kok pintunya." Tidak ada angin dan hujan, tiba-tiba nenek Darriel bercerita menyinggung Mama, Papa dan adik Darriel yang meninggal karena kecelakaan pesawat beberapa tahun yang lahu, saat Darriel berumur 2 tahun. Neneknya berkaca-kaca dan sempat terdiam sejenak. "Adikmu masih hidup, Iel...," ujar neneknya. "Apa?!! Nggak... nggak mungkin, kenapa dia nggak balik? Dimana dia sekarang?" tanya Darriel yang juga mulai meneteskan air mata.

218

"Kamu inget tanda lahir di belakang leher Viny? Itu sama persis sama tanda lahir adikmu, Ratu....." "Jadi maksud nenek, sebenernya Viny itu..." "Iya bener, Iel... dia hilang ingatan...," sahut neneknya yang memotong perkataan Darriel. "Aku harus gimana nek? Aku sayang Viny, cuma dia yang bisa buat aku tersenyum...," tanya Darriel. "Satu-satunya cara, kamu harus ngembaliin ingatannya pelan-pelan, dulu dia suka sama boneka ini... mungkin ini bisa membantu," jelas neneknya sambil memberikan boneka pandaboneka yang dulu tidak pernah absen pada pelukan Viny. Mulai saat itulah Darriel mencoba untuk

berhubungan kembali oleh Viny. Hingga akhirnya, hubungan mereka kembali membaik. Dan sejak itulah Darriel terus mencoba mengembalikan ingatan-ingatan adiknya itu dengan menyinggung hal-hal yang pernah Viny lakukan sebelum hilang ingatan. Hingga suatu hari... "Vin... aku boleh tanya sesuatu?" "Tanya apa?"
219

"Kamu pernah naik pesawat?" Viny mulai mengingat. "Hmm... kayaknya sih pernah, tapi udah lupa kapan. Kenapa?" "Nggak takut gitu, kalau semisal pesawatnya jatuh?" tanya Darriel semakin menekan. Viny pun mulai merasakan pusing, ia menekan kepalanya dan mencoba untuk kuat. "Ehmm... nggak... tau... Iel," jawab Viny dengan kata-kata yang sudah terpatah-patah. "Oh... kamu pernah punya boneka kayak gini?" tekanan terus diberikan Darriel dengan menunjukkan boneka kesayangan Viny dulu. "Bo...ne..kkkk...," ujar Viny terbata-bata, sudah tak tahan lagi dengan kepalanya. Hingga akhirnya ia jatuh pingsan. Tak butuh waktu yang lama, Viny perlahan-lahan kembali sadar. Tiba-tiba... "Nenek... kakak...," ucap Viny dan serontak memeluk nenek dan kakaknya itu.
220

Akhirnya Viny ingat dengan memori-memori itu. Hal itulah yang membuat papa dan mama angkat Viny merelakannya untuk hidup kembali dengan saudara kandungnya itu. Semenjak itulah mereka hidup bersamasama dengan bahagia. Selain pertemuan antara adik dan kakak yang sudah lama terpisah, saat itu juga terungkap tentang boneka misterius yang selalu meneror Darriel selama ini. "Vin... aku boleh tanya sama kamu?" "Boleh... tapi please jangan buat aku pingsan lagi kak...," ujar Viny dengan bercanda. Darriel tertawa ringan. "Enggaklah... bunga edelweis apa kabar?" "Baik-baik aja, Iel... sekarang dia udah di tangan temenku, Beby. "Hah? Beby? Bukannya dia sahabat seorang penulis muda yang meninggal itu?" tanya Darriel. "Nah... kok kakak bisa tau?" tanya Viny balik. "Aku punya bukunya, Vin..."
221

"Kamu punya buku itu... jadi selama ini kamu juga kenal sama boneka Caesar Wijaya?" "Boneka Caesar Wijaya?" "Iya... boneka yang selalu meneror semua orang yang berhasil membaca buku itu. Caesar Wijaya tak bisa lagi hidup di dunia ini, tapi boneka itu dimanfaatkannya untuk perantara. "Jadi boneka itu milik Caesar? Jadi selama ini kamu juga..." "Iya bener...t api aku udah terbiasa sama terror itu, aku tau Caesar nggak mau kehilangan sahabatnya. Satusatunya cara memberi kabar untuk Beby bahwa ia baikbaik aja di dalam dunia lain, hanya dengan memberikan gift melalui boneka itu," jelas Viny. Di tengah pembicaraan itu, tiba-tiba... "Tok... Tok... Tok!!!" Terdengar seseorang mengetuk pintu rumah Darriel. Mereka berdua bergegas keluar rumah, tak ada tanda-tanda manusia berada di sekitarnya. Saat keempat mata dua orang itu melihat ke bawah, kejutan terakhir ada
222

di depan kakinya. Boneka itu datang kembali. Kali ini, boneka itu tidak hanya membawa surat misterius, boneka itu juga membawa 5 box dengan masing-masing nomor di atasnya. "Buka box itu, sesuai dengan nomor!" tulisan dalam surat misterius itu. Darriel membuka box nomor 1. Nampak dengan jelas, terdapat surat dan buku di dalamnya.

"Pekerjaan yang sulit dicapai, akan menghasilkan sesuatu yang sulit juga untuk dilupakkan. Selamat bertemu adikmu kembali, semoga bahagia selamanya." -Caesar Wijaya-

Setelah membuka surat itu, Darriel meraih buku dengan cover bertuliskan "THE SHADOW'S TERROR". Ia dikejutkan dengan namanya yang tercantum di dalam buku itu sebagai author dan Caesar Wijaya sebagai editor.
223

Selain itu, cerita yang ditulis dalam buku itu sama persis dengan kisah Darriel selama ini. Ternyata, seorang Caesar Wijaya membuatkan novel yang Darriel impikan sejak bertahun-tahun silam. Kali ini box nomor 2, giliran Viny yang membukanya.

"Katakanlah kejujuran walaupun itu pahit rasanya. Selamat bertemu kakakmu kembali, semoga bahagia selamanya." -Caesar Wijaya-

Box nomor 3, mereka mencoba membuka bersama-sama, tiba-tiba... "Tunggu, itu buat aku...," seru seorang wanita yang tiba-tiba masuk ke dalam rumah mereka. "Althea....," sahut Viny dengan sangat terkejut seorang Althea Callista, teman Caesar sejak TK berada di depannya saat itu.
224

"Iya Vin, aku sama seperti kalian, boneka itu menyuruhku membuka box nomor 3 itu...," jelas Althea dengan mulai membuka box tersebut.

"Sahabat selalu ada untukmu ketika kamu memiliki masalah. Bahkan memberikan saran yang bodoh hanya untuk melihatmu tertawa. Sahabat sejati dapat menunjukkan bahwa hidup tak seburuk yang kamu pikirkan dan masalahmu tak sebesar yang kamu takutkan. Thanks for everything Althea Callista, I'll miss you!" -Caesar Wijaya-

Box nomor 4. Seseorang datang lagi. Kali ini, seseorang yang sangat dicintai oleh Caesar Wijaya. Yang mungkin menjadi tokoh hidup dalam semua cerita ini. Beby
225

Chaesara Anadila berada di depan mata Darriel, Viny dan Althea. Sangat tercengang, seperti skenario. "Sekarang giliranku...," ucap Beby. Terlihat sepucuk surat dan suatu sketsa gambar.

"Aku masih disini untuk menunggumu, aku akan tetap menjadi CAESAR untukmu walaupun hanya dalam dimensi paralel. Jangan takut buat melangkah, aku akan terus mendukungmu disini. Tetaplah menjadi Beby Chaesara Anadila yang aku kenal dulu." -Caesar Wijaya-

Box

terakhir,

mereka

berempat

membuka

bersama-sama. Lirik lagu JKT48 Kelinci Pertama.

226

Suatu hari di dalam hutan ditemukan Lubang yang berlanjut terus entah kemana Di depan kegelapan teman disekitarku Hanya terdiam mengintip tanpa bergerak Entah mengapa dada ini bergetar Ku kan jadi pertama yang berlari Aku tidak takut pada luka dan sakit Apa yang terjadi ku tak kan gentar Pergi untuk mencari impian milikku Ayo jadi kelinci yang pertama Daripada berbicara sok tahu tentang Hal yang asing bagimu ayo mandi lumpur Di malam sendirian bintang kan jadi teman Tinggalkanlah jejak langkah diri sendiri Walaupun jadi sekhawatir apapun Ku berlari lebih dari siapapun Setiap terluka jadi makin dewasa Air mata mengalir dada terasa sakit
227

Meski begitu ku tetap takkan menyerah Ayo jadi kelinci yang pertama Siapapun pastilah dapat merasakan Bahwa dirinya hidup saat darahnya mengalir Jangan sia-siakan nyawamu Aku tidak takut pada luka dan sakit Apa yang terjadi ku tak kan gentar Pergi untuk mencari impian milikku Meskipun ada yang menghalangi untuk sampai ke tujuan

Hari itu, sejarah dalam kisah persahabatan yang berawal dari rumah mungil di atas pohon terukir kembali. Pertemuan mengejutkan antara beberapa tokoh dalam kisah itu kembali terjadi. Namun, ada satu karakter baru yang tiba-tiba muncul dalam ceritanyaDarriel Agatha Wijaya. Kata demi kata, mereka yang lebih mengetahui titik awal kisah ini, menjelaskan secara runtut kepada Darriel. Hal itu memaksa bayangan-bayangan dalam otak
228

Darriel ikut terjun untuk merasakan suka duka masa persahabatan itu. Dari situlah ia mulai memahami arti teman, seperti yang pernah dikatakan Viny dulu. Teman akan menjadi batu yang kokoh untuk menahan diri kita saat terjatuh. Berbagai topik sudah menjadi bahan perbincangan mereka berempat sembari mengenang masa-masa indahnya dulu, sekaligus lebih mengenal Darriel sebagai karakter baru dalam kelompok itu. Jadi, selama ini mahkluk dari alam lain itu benerbener punya kehidupan yang sejajar sama kehidupan kita ya? tanya Darriel sembari mengingat kejadian-kejadian aneh yang sudah ia lalui beberapa minggu yang lalu. Impossible is nothing! sahut Althea. Yeps, kita berempat cuma manusia yang punya keterbatasan, walaupun nggak kelihatan, kita tetep harus percaya sama ciptaan Tuhan, tambah Beby, diikuti dengan anggukan kepala Viny di sampingnya. Kalian emang bener, ucap seorang pria dari luar pagar, orang asing yang ternyata daritadi mendengarkan
229

perbincangan di dalam ruang teras. Tapi, semua yang kalian rasain kemarin bukan ulah Caesar Wijaya, tambah pria itu sembari membuka pagar, menampakkan wajahnya. Ternyata Triyan. Ada apa lagi hari ini? Sungguh penuh dengan kejutan. Selang beberapa detik dari ucapan terakhir Triyan, terlihat di belakangnya terdapat dua orang wanita yang mengekor Ginsa yang sudah kembali berhubungan dalam status pacaran dengan Triyan dan seseorang yang telah berjasa dalam pembuatan novel FROM A SHADOWNeza. Triyan? Ginsa? ucap Beby sangat tercengang melihat sahabat-sahabatnya juga hadir hari itu, tak jarang matanya melirik ke arah Neza yang terlihat asing. Ginsa mengembangkan senyumannya, terlihat tenang seakan-akan mereka yang membuat skenario pada hari itu. Dalam senyumannya tersimpan sesuatu hal yang harus dijelaskan saat itu juga. Kenalin ini Neza, dia salah satu orang yang udah pernah bantu Caesar dalam pembuatan novelnya, ucap Ginsa sambil mendekati empat orang tadi dan menarik Neza agar ikut mendekat.
230

Halo aku Neza! sapa Neza sambil menjulurkan tangannya , masih seperti dulu dengan kepolosan yang menjadi ciri khasnya. Dengan sigap, empat orang tadi menyambut juluran tangan Neza. Di tengah waktu yang termakan oleh perkenalan itu, Viny sempat mengoreksi perkataan Ginsa tadi. Gin, tadi kamu bilang kalo Neza salah satu orang yang udah bantu Caesar dulu, berarti ada yang lain gitu? tanyanya sebagai hasil koreksi. Belum sempat mendapatkan jawaban dari Ginsa, Yeps bener banget! Ada orang lain selain Neza Kak Bianda, kakaknya Caesar, sahut Triyan menjawab pertanyaan dari Viny yang seharusnya untuk Ginsa, namun itu tidak akan menjadi masalah, yang terpenting adalah jawaban. Jadi gini, dulu sebelum pindah ke Jerman buat ngambil S2, Kak Bianda punya janji sama Caesar buat bantu mewujudkan mimpi adiknya itu. Nah novel itulah yang jadi mimpi nyata dari seorang Caesar Wijaya, tambah Neza, menjelaskan sebagai orang yang lebih paham tentang kisah itu.
231

Ginsa menepuk pelan bahu Neza. Langsung aja jelasin maksud kedatangan kita kesini aja, Nez, ucapnya kemudian. Oh iya kita kesini disuruh Kak Bianda buat ngasih ini ke kalian, ucap Neza kembali sambil memberikan ponselnya yang sudah stay dalam sebuah media sosial, sepotong percakapan antara dirinya dengan Bianda terpampang jelas di depan keempat orang tadi.

Bianda: Jadi gitu ceritanya, bantu aku Nez! ------------------------Neza: Oh, aku harus gimana kak? ------------------------Bianda: Tolong kasih ini ke mereka

232

Sebelumnya saya mau minta maaf buat kalian semua, maaf yang sebesar-besarnya dari dalam hati saya. Saya mau mengaku kalau akhir-akhir ini saya yang sudah buat hidup kalian dipenuhi kejadian-kejadian aneh, Itu semua bukan ulah Caesar, saya yang sudah membayar orang untuk memberikan kekuatan dalam novel yang kalian baca. Sebenernya, semua itu nggak nyata, saat kalian membaca novel itu kalian seperti dibawa ke dalam dimensi parallel dan melakukan perjalanan astral, logika kalian terhapus, namun sebenernya kalian dalam keadaan tertidur atau pingsan, bahkan bisa sleepwalking. Semua itu saya lakukan atas dasar mimpi-mimpi yang akhir-akhir ini menemani tidur saya, selalu ada Caesar dan perintah-perintahnya yang seakan-akan harus saya lakukan dalam kejadian nyata. Namun, kejadian antara Darriel dan Viny itulah yang membuat saya tidak yakin kalau Caesar tidak ikut bermain dalam skenario ini, Tapi saya tetap mengambil sisi positifnya, Everything can happen, when God did it! -------------------------

The End
233

234

Pemuda berkulit sawo matang ini lahir hampir 17 tahun yang lalu sebagai manusia berkarakter introvert. Seorang pelajar yang jarang serius dalam pelajaran. Kadang bisa menjadi pendiam apabila kamu belum mengenalnya, dan bisa berbalik 360o apabila sudah mengenalnya lebih dekat. Hobinya fotografi dan menulis. Baginya, menulis adalah tempat dimana ia terjun ke dalam dunia kedua yang dibuatnya sendiri. From a Shadow adalah novel pertamanya. Email: bawstory90@gmail.com Twitter: @cabintheories Blog: www.cabintheories.blogspot.com
235

Вам также может понравиться