Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
KU
Pasien datang ke RS karena penurunan kesadaran yang disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas. Penurunan kesadaran terjadi setelah pasien menabrak mobil. Penurunan kesadaran berlangsung kurang lebih 30menit -1 jam, kemudian pasien sadar tapi masih terlihat menggigau, pasien mengalami sakit kepala, muntah, terdapat luka sobek di kepala kiri, kemerahan di telinga, mata kanan dan kiri, dan juga
Pasien menyangkal keluar cairan bening dari telinga dan hidung, Pasien merupakan rujukan dari RS sekarwangi
Pemeriksaan fisik
Keadaan Umum : Tampak sakit berat Kesadaran : Samnolen GCS : 10 Tanda Vital Tekanan darah Respirasi Nadi Suhu : ; 100/70mmHg : 22x/menit :84x/menit :36,4C
Kepala
Mata : Konjungtiva tidak anemis, Sklera ikterik -/-, Pupil isokor +/+ Leher: Pembesaran KGB (-), JVP tidak meningkat
Thorax : Bentuk dan gerak simetris, retraksi (-) batas jantung normal, sonor, VBS kiri=kanan, ronkhi -/-, wheezing -/-, BJ normal Abdomen : Datar, lembut Hepar dan lien tidak teraba BU(+) N. Ekstremitas Atas & Bawah: CTR <2 dtk, akral hangat
Status Lokalis
Mata Kiri Hematom Kepala kiri vulnus laseratum Battle sign kanan
Tinjauan Pustaka
CEDERA KEPALA
Trauma merupakan penyebab kematian ke-4 dari seluruh populasi & 50% kematian diakibatkan oleh cedera kepala. Definisi Menurut Brain Injury Assosiation of America cedera kepala adalah suatu kerusakan pada kepala, bukan bersifat kongenital ataupun degeneratif, tetapi disebabkan oleh serangan/benturan fisik dari luar, yang dapat mengurangi atau mengubah kesadaran yang mana menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif dan fungsi fisik.
Anatomi
ekspresi bicara
Lobus parietalis : fungsi sensorik dan orientasi ruang Lobus temporalis : fungsi memori
Batang otak :
Midbrain dan pons : fungsi kesadaran dan kewaspadaan Medula oblongata : pusat vital kardiorespiratorik
Arteri yang mensuplai dura mater: anterior meningeal arteries in the anterior cranial fossa; the middle and accessory meningeal arteries in the middle cranial fossa; the posterior meningeal artery and other meningeal branches in the posterior cranial fossa.
Klasifikasi
1. Mekanisme Cedera Kepala
Cedera kepala tumpul Kecelakaan lalu lintas, jatuh atau pukulan benda tumpul. Cedera tembus Disebabkan oleh luka tembak ataupun tusukan.
2. Beratnya Cedera
Glasgow Coma Scale (GCS), Penilaian ini dilakukan terhadap respon motorik (1-6), respon verbal (1-5) dan buka mata (1-4). Pengelompokkan berdasarkan beratnya cedera kepala:
GCS 3- 8 sebagai cedera kepala berat. GCS 9-13 sebagai cedera kepala sedang. GCS 14-15 sebagai cedera kepala ringan.
Glasgow Coma Scale Respon Membuka Mata (E) Buka mata spontan Buka mata bila dipanggil/rangsangan suara Buka mata bila dirangsang nyeri Tak ada reaksi dengan rangsangan apapun Respon Verbal (V) Komunikasi verbal baik, jawaban tepat 5 4 3 2 1
Nilai
4
3 2 1
6 5 4 3 2
2. Lesi Intrakranial
1. Fokal a. Perdarahan epidural b. Perdarahan subdural c. kontusio (Intraserebral) 2. Difus a. Komosio ringan b. Komosio berat c. Komosio klasik d. Cedera akson difus
Perdarahan Epidural
0,5% dari seluruh penderita cedera kepala, 9% dari penderita yang dalam keadaan koma Sering terletak di area temporal atau temporo parietal.
Interval lucid dapat terjadi pada kerusakan parenkimal yang minimal. Interval ini menggambarkan waktu yang lalu antara ketidak sadaran yang pertama diderita karena trauma dan dimulainya kekacauan pada diencephalic karena herniasi transtentorial. Panjang dari interval lucid yang pendek memungkinkan adanya perdarahan yang dimungkinkan berasal dari arteri.
2. Hemiparesis Gangguan neurologis biasanya collateral hemipareis, tergantung dari efek pembesaran massa pada daerah corticispinal. 3. Anisokor pupil Yaitu pupil ipsilateral melebar. Pada perjalananya, pelebaran pupil akan mencapai maksimal dan reaksi cahaya yang pada permulaan masih positif akan menjadi negatif. kesadaran menurun sampai koma, pupil kontralateral juga mengalami pelebaran sampai akhirnya kedua pupil tidak menunjukkan reaksi
Perdarahan Subdural
30% dari cedera kepala berat Sering terjadi akibat robeknya vena-vena yang terletak antara korteks serebri & sinus venous tempat vena tadi bermuara, atau akibat laserasi pembuluh darah arteri pada permukaan otak.
2.
Ruptur vena jembatan ( "Bridging vein") yaitu vena yang berjalan dari ruangan subaraknoid atau korteks serebri melintasi ruangan subdural dan bermuara di dalam sinus venosus dura mater. 2. Robekan pembuluh darah kortikal, subaraknoid, atau araknoid
Klasifikasi SDH
Perdarahan akut Gejala yang timbul segera hingga 2 hari setelah trauma.Biasanya terjadi pada cedera kepala yang cukup berat. Perdarahan sub akut Berkembang dalam beberapa hari biasanya sekitar 2 - 14 hari sesudah trauma, didapati campuran dari bekuan darah dan cairan darah.
Perdarahan kronik Biasanya terjadi setelah 14 hari setelah trauma bahkan bisa lebih. Perdarahan kronik gejalanya bisa muncul dalam waktu bermingguminggu ataupun bulan setelah trauma yang ringan atau trauma yang tidak jelas, bahkan hanya terbentur ringan saja bisa mengakibatkan perdarahan subdural apabila pasien juga mengalami gangguan vaskular atau gangguan pembekuan darah
Intracranial Hematom
Adalah perdarahan yang terjadi didalam jaringan otak. Klasifikasi intraserebral hematom menurut letaknya ; 1. Hematom supra tentoral. 2. Hematom serbeller. 3. Hematom pons-batang otak.
Pendarahan kontusio
Jarang terjadi. Biasanya di lobus frontal & temporal
Komosio ringan
Kesadaran tidak terganggu tapi terjadi disfungsi neurologis yang bersifat sementara Keadaan : bingung, disorientasi tanpa amnesia Bisa pulih kembali tanpa gejala sisa
Komosio berat
Keadaan bingung disertai amnesia retrogrde dan antegrade (keadaan amnesia pada peristiwa2 sebelum dan sesudah cedera
Komosio klasik
Melibatkan penurunan atau hilangnya kesadaran Hilangnya kesadaran biasanya reversibel dan pasien kembali sadar < 6 jam disertai defisit neurologis ,mis : kesuliatan mengigat, mual, anosmia, depresi
Definisi : Penderita sadar dan berorientasi (GCS 14-15) Riwayat : - Nama, umur, jenis kelamin, ras, pekerjaan - Waktu cedera - Tingkat kewaspadaan - Mekanisme cedera - Tidak sadar segera setelah cedera - Amnesia : retrograde, antegrade
- Kejang
Pemeriksaan ronsen vertebra servikal dan lainnya ssuaii indikasi Pemeriksaan kadar alcohol darah dan zattoksik dalam tubuh Pemeriksaan CT scan kepala sangat ideal pada setiap penderita cedera kepala ringan, kecuali bila memang sama sekali asimtomatik dan pemeriksaan neurologis normal
Dipulangkan dari RS : - tidak memenuhi kriteria rawat - diskusikan kemungkinan kembali ke RS bila memburuk dan berikan lembar observasi - Jadwalkan untuk kontrol ulang dipoliklinik setelah 1 minggu
-Rhinorea-otorea
Instruksi bagi penderita cedera kepala diluar RS Kami telah memeriksa dan ternyata tidak ditemukan indikasi bahwa cedera kepala anda serius. Namun gejala-gejala baru dan komplikasi yang tidak terduga dapat muncul dalam beberapa jam atau beberapa hari setelh cedera 24 jam pertama adalah waktu yang kritis dan anda harus tinggal bersama keluarga atau kerabat dekat anda sedikitnya dalam waktu itu. Bila kelak timbul gejalagejala berikut seperti tertera dibawah ini maka and harus segera menghubungi dokter anda atau kembali ke RS. 1.Mengantuk berat atau sulit di bangunkan (penderita harus dibangunkan setiap 2 jam selama periode tidur)
6. 7. 8.
Kelemahan atau rasa baalpada lengan atau tungkai Bingung atau perubahan tingkah laku Salah satu pupil mata lebih besar dari yang lain, gerakan-gerakan aneh bola mata, melihat dobel atau gangguan penglihatan lainnya. Denyut nadi yang sangat lambat atau sangat cepat, atau pola nafas yang tidak biasa. Bila timbul pembengkakan pada tempat cedera, letakkan kantung es diatas selembar kain/ handuk pada kulit tempat cedera. Bila pembengkakan semakin hebat walau telah dibantu dengan kantung es, segera hubugin RS. Anda boleh makan dan minum seperti biasa namun tidak diperbolekan minum mnuman yang mengandung alcohol sedikitnya 3 hari setelah cedera.
9.
10.
11.
12.
Jangan minum obat tidur atau obat penghilang nyeri yang lebih kuat dari acetaminophen sedikitnya 24 jam setelah cedera. Jangan minum obat yang mengandung aspirin.
Bila kondisi memburuk (10%) Bila penderita tidak mampu melakukan perintah-perintah lagi, segera lakukan pemeriksaan ct-scan ulang dan penatalaksanaan sesuai protokol cedera kepala berat
Kontrol di poliklinik
PENATALAKSANAAN AWAL
ABCDE Secondary Survey dan riwayat AMPLE Reevaluasi neurologis:
Respon buka mata Respon motorik Respon verbal Reaksi cahaya pupil Refleks okulosefalik (Dolls eyes) Refleks okulovestibular
Obat-obatan:
Manitol Hiperventilasi sedang Antikonvulsan
PRIMARY SURVEY
Penderita cedera kepala berat dengan hipotensi mempunyai mortalitas 2 kali lebih banyak daripada penderita tanpa hipotensi. Hipoksia + hipotensi = mortalitas mencapai 75%. Airway dan Breathing
Pada cedera kepala sering terjadi henti nafas sementara. Intubasi endotrakeal Tindakan hiperventilasi harus dilakukan secara hatihati, pCO2 harus dipertahankan antara 25-35 mmHg.
Sirkulasi
Hipotensi biasanya disebabkan olek cedera otak, gangguan medulla oblongata, atau karena kehilangan darah yang cukup berat. Lakukan pemberian cairan untuk mengganti volume yang hilang.
SECONDARY SURVEY
Penderita dengan cedera kepala sering disertai cedera multipel. Dalam satu penelitian penderita cedera kepala, lebih dari 50% disertai cedera sistemik mayor. Head-to-toe examination
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
Ukuran Pupil
Dilatasi unilateral
Interpretasi
Paresis CN III akibat kompresi sekunder herniasi tentorial
Dilatasi bilateral
Lambat/(-)
Dilatasi ekual
unilateral
Konstriksi bilateral
Konstriksi unilateral
Positif
PROSEDUR DIAGNOSIS
CT scan Angiografi
Terapi medikamentosa
Prinsip dasar : sel saraf diberikan suasana yang optimal untuk pemulihan maka diharapkan dapat berfungsi secara normal kembali. A. Cairan Intravena resusitasi penderita agar tetap normovolemia Jangan berikan cairan hipotonik cairan yang dianjurkan untuk resusitasi adalah larutan Ringers Lactate atau NaCl fisiologis.
B. Hiperventilasi Hiperventilasi bekerja dengan menurunkan PCO2 dan menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah otak. Penurunan volume intra kranial ini akan menurunkan
C. Manitol Konsentrasi cairan 20%. Dosis yang biasanya dipakai adalah 1 gram/ kgBB diberikan secara intravena. Indikasi yang jelas penggunaan manitol adalah pada penderita koma yang semula reaksi cahaya pupilnya normal tetapi kemudian timbul dilatasi pupil dengan atau tanpa hemiparesis. D. Furosemid Obat ini diberikan bersama manitol untuk
E. Barbiturat bermanfaat untuk menurunkan TIK yang refrakter terhadap obat atau prosedur yang biasa. Namun obat ini tidak boleh diberikan bila terdapat hipotensi, karena barbiturat dapat menurunkan tekanan darah, sehingga barbiturat tidak boleh diberikan pada fase akut resusitasi. F. Antikonvulsan kejang pasca trauma terjadi pada 5% penderita yang dirawat di RS dengan cedera kepala tertutup, dan 15% pada cedera kepala berat. Hal tersebut menjadi dasar penganjuran penggunaan antikonvolsan seperti phenobarbital, phenitoin, diazepam atau lorazepam, sebagai
Penatalaksanaan Pembedahan
A. Luka Kulit Kepala
Perdarahan dari laserasi kulit kepala yang dalam dapat dihentikan dengan penekanan lokal langsung, kauterisasi, atau ligasi pembuluh besar, kemudian dilakukan penjahitan luka. Hal penting
yang harus dilakukan adalah inspeksi secara cermat untuk
C. Lesi-lesi intrakranial Bila terjadi suatu masa di intra kranial perlu dilakukan tindakan operatif. Biasanya pada hematoma dengan fasilitas RS yang kurang memadai dan tidak ada dokter ahli bedah syaraf, perlu dilakukan trepanasi darurat (emergency burr holes). Tujuan trepanasi darurat itu adalah untuk mencegah kematian dengan mengeluarkan hematoma intrakranial.
Dapat dilakukan CT scan untuk mengetahui secara tepat lokasi dari hematoma ataupun lesi lainnya.
Terima Kasih