Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
|
.
|
\
|
n
x xi
.(1)
...(2)
.........(3)
X
SAID ADI FIRDAUS 3
(
=
T
T
In In Yt
1
TL
TR
PR |
.
|
\
|
=
1
1 1
Keterangan :
Sx = Standar deviation
Xi = Curah hujan periode ulang T tahun (mm)
= Curah hujan maksimum rata-rata
n = Banyaknya data
4. Tentukan reduced standard deviation, dengan rumus :
Sn =
1
2
___
|
.
|
\
|
n
Yn Yn
Keterangan :
Sn = Reduced standard deviation
Yn = Reduced mean
= Reduced mean rata-rata (hubungan dengan banyaknya data)
n = Banyaknya data
5. Tentukan reduce variate, dengan rumus :
Keterangan :
Yt = Reduce variate
T = Periode ulang hujan
6. Perhitungan resiko hidrologi (PR)
Keterangan :
PR = Resiko hidrologi
TR = Periode ulang
TL = Umur tambang
7. Perhitungan Reduced Variate Factor (k)
k
t-n
n
Keterangan:
k = Reduced variate factor
Y
n
= Reduced mean
Yt = Reduced variate
.........(4)
........(5)
...........(7)
Yn
X
...........(6)
SAID ADI FIRDAUS 4
Sn = Reduced standar deviation
8. Tentukan curah hujan rencana, dengan rumus :
t
+ (k x Sx)
Keterangan :
Xt = Curah hujan rencana
\
|
=
t
R
I
Keterangan :
R
24
= Curah hujan maksimum harian (mm/hari)
t = Lamanya hujan (jam)
I = Intensitas hujan (mm/jam)
Tabel 1
Hubungan Antara Derajat Curah Hujan dan Intensitas Hujan
Derajat Hujan
Intensitas Hujan
(mm/menit)
Kondisi
Hujan lemah 0,02 0,05 Tanah basah semua
Hujan normal 0,05 0,25 Bunyi hujan terdengar
Hujan deras 0,25 1,00
Air tergenang diseluruh permukaan
dan terdengar bunyi dari genangan
Hujan sangat deras > 1,00
Hujan seperti ditumpahkan,
saluran pengairan meluap
2.4. Daerah Tangkapan Hujan (Catchment Area)
Catchment area adalah merupakan suatu areal atau daerah tangkapan
hujan dimana batas wilayah tangkapannya ditentukan dari titik-titik elevasi tertinggi
sehingga akhirnya merupakan suatu polygon tertutup yang polanya disesuaikan
dengan kondisi topografi, dengan mengikuti kecenderungan arah gerak air.
Dengan pembatasan catchment area maka diperkirakan setiap debit hujan
yang tertangkap akan terkonsentrasi pada elevasi terendah pada catchment area
tersebut. Pembatasan catchment area biasanya dilakukan pada peta topografi, dan
untuk perencanaan sistem penyaliran dianjurkan dengan menggunakan peta
rencana penambangan dan peta situasi tambang.
2.5. Koefisien limpasan (C)
Koefisien limpasan merupakan parameter yang menggambarkan hubungan
curah hujan dan limpasan, yaitu memperkirakan jumlah air hujan yang mengalir
menjadi limpasan langsung dipermukaan. Jenis material pada area penambangan
berpengaruh terhadap kondisi penyerapan air limpasan, karena untuk setiap jenis
..............(9)
SAID ADI FIRDAUS 6
dan kondisi material yang berbeda memiliki koefisien materialnya masing-masing.
Koefisien limpasan dipengaruhi oleh faktor-faktor tutupan tanah, kemiringan dan
lamanya hujan. Besarnya koefisien limpasan terlihat pada Tabel 2 berikut.
Tabel 2
Koefisien Limpasan
Kemiringan Kondisi Daerah Pengaliran
Koefisien
Limpasan
< 3 %
(datar)
Sawah, Rawa 0,2
Hutan, Perkebunan 0,3
Perumahan 0,4
3 % - 15 %
(sedang)
Hutan, Perkebunan 0,4
Perumahan 0,5
Semak-semak agak jarang 0,6
Lahan terbuka 0,7
> 15 %
(curam)
Hutan 0,6
Perumahan 0,7
Semak-semak agak jarang 0,8
Lahan terbuka daerah tambang 0,9
2.6. Air Limpasan Permukaan (Run Off Water)
Air limpasan permukaan (Run Off Water) adalah air hujan yang mengalir di
atas permukaan tanah. Air limpasan ini secara garis besar dipengaruhi oleh elemen-
elemen meteorologi yang diwakili oleh curah hujan, dan elemen-elemen daerah
pengaliran yang menyatakan sifat fisik dari daerah pengaliran.
Untuk memperkirakan debit air limpasan digunakan rumus rasional, yaitu :
Q = 0,278. C . I .A
Keterangan :
Q = Debit air limpasan maksimum (m
3
/detik)
C = Koefisien limpasan
I = Intensitas curah hujan (mm/jam)
A = Luas daerah tangkapan hujan (km
2
)
.......... (10)
SAID ADI FIRDAUS 7
3. Saluran penyaliran
Beberapa lubang paritan dibuat pada area penambangan guna menampung
aliran limpasan (run off), sehingga tidak mengganggu pekerjaan penambangan.
Beberapa macam bentuk saluran penirisan dapat dibuat guna melakukan pekerjaan
penirisan, tetapi yang sederhana dan umum digunakan adalah saluran dengan
bentuk trapesium, dengan kemiringan sisinya 1:1 (45
o
).
Bentuk saluran trapesium sering digunakan karena murah, efisien, mudah
dalam pembuatannya, dan stabilitas kemiringan dindingnya dapat disesuaikan
menurut keadaan daerah.
Gambar 1
Penampang Saluran Bentuk Trapesium
Kemiringan dinding saluran ( m ) = 1/tan o
Panjang bawah ( b ) = 2 {(1 + m
2
)
0,5
m}
Jari-jari hidrolis ( R ) = 0,5 . d
Panjang atas (B) = b + 2m . d
Panjang sisi luar saluran (a) = d/sin o
Luas penampang saluran ( A ) = (b + m.d).d
Untuk menentukan debit air saluran digunakan persamaan Manning
sebagai berikut :
Q = 1/n x R
2/3
x S
1/2
x A
Keterangan:
v = Kecepatan aliran (m/detik)
Q = Debit air saluran (m
3
/detik)
........ (11)
... (16)
........ (17)
.............. (14)
... (12)
........ (15)
.........(13)
SAID ADI FIRDAUS 8
n = Koefisien kekasaran Manning (Tabel 3)
R = Jari-jari hidrolis ( m )
S = Kemiringan memanjang saluran ( % )
A = Luas penampang saluran ( m
2
)
Tabel 3
Koefisien Kekasaran Manning
4. Sumuran (Sump)
Sump (sumuran) merupakan kolam penampungan air yang dibuat untuk
menampung air limpasan, yang dibuat sementara sebelum air itu dipompakan, serta
dapat berfungsi sebagai pengendap lumpur. Pengaliran air dari sump dilakukan
dengan cara pemompaan atau dialirkan kembali melalui saluran pelimpah. Tata
letak sump akan dipengaruhi oleh sistem drainase tambang yang disesuaikan
dengan geografis dari daerah tambang dan kestabilan lereng tambang.
Gambar 2
Penampang Melintang Profil Trapesium
SAID ADI FIRDAUS 9
Untuk menghitung volume air yang dapat ditampung sump dapat
menggunakan rumus luas trapesium dikalikan lebar sump sebagai berikut :
Volume Sump = (
2
1
x (t + b) x d) x L
Keterangan :
t = panjang permukaan sump (m)
b = panjang dasar sump (m)
d = kedalaman sump (m)
L = lebar permukaan sump (m)
5. Sistem Pemompaan
5.1. Head Total Pompa
Dalam pemompaan dikenal istilah julang (head), yaitu energi yang
diperlukan untuk mengalirkan sejumlah air pada kondisi tertentu. Semakin besar
debit air yang dipompa, maka head juga akan semakin besar.
Head ini tidak tergantung dari berat jenis media, dengan kata lain sebuah
pompa sentrifugal dapat menimbulkan head yang sama untuk jenis cairan. Tetapi
berat jenis media akan menyebabkan tekanan pada pompa tersebut. Head total
pompa untuk mengalirkan sejumlah air seperti yang direncanakan dapat ditentukan
dari kondisi instalasi yang akan dilayani oleh pompa tersebut, sehingga head total
pompa dapat dituliskan sebagai berikut :
v f p s
h h h h H + + + =
Keterangan :
H = Head total pompa (m)
h
s
= Head statis pompa (m)
h
p
= Head belokan pompa (m)
h
f
= Head gesekan pompa (m)
H
v
= Head kecepatan (m),
...... (18)
.......... (19)
SAID ADI FIRDAUS 10
Perhitungan berbagai julang pada pemompaan :
a) Head statis (h
s
)
Head statis adalah kehilangan energi yang disebabkan oleh perbedaan tinggi
antara tempat penampungan dan tempat pembuangan.
1 2
h h h
s
=
keterangan :
h
1
= Elevasi sisi isap (m)
h
2
= Elevasi sisi keluar (m)
b) Head belokan (h
p
)
|
|
.
|
\
|
=
g
V
f h
p
2
2
Keterangan :
f = Koefisien kerugian pada belokan
5 , 0 5 , 3
90 2
847 , 1 131 , 0
|
.
|
\
|
(
(
|
.
|
\
|
+ =
u
x
R
D
f
V = Kecepatan aliran dalam pipa (m/detik)
g = Kecepatan gravitasi bumi (m/detik
2
)
= Sudut belokan pipa
R = Jari-jari lengkung belokan (m)
c) Head gesekan (h
f
)
Head gesekan adalah kehilangan akibat gesekan air yang melalui pipa dan
dinding pipa
|
|
.
|
\
|
=
Dg
LV
f h
f
2
2
............ (20)
............. (21)
.......... (22)
.......... (23)
.......... (24)
SAID ADI FIRDAUS 11
keterangan :
f = Koefisien gesek (tanpa satuan)
V = Kecepatan aliran dalam pipa (m/detik)
L = Panjang pipa (m)
D = Diameter pipa (m)
g = Kecepatan gravitasi bumi (m/detik
2
)
Angka koefisien gesekan f dicari dengan menggunakan persamaan:
k
D
f
7 , 3
log 2
1
=
Keterangan :
k = Koefisien kekasaran pipa (Tabel 4)
D = Diameter dalam pipa (m)
d) Velocity Head (H
v
)
18
2
a p D g
vt
=
2. Zona Pengendapan
Tempat dimana partikel akan mengendap, material padatan disini akan
mengalami proses pengendapan disepanjang kolam pengendapan.
3. Zona Endapan Lumpur
Tempat dimana partikel padatan dalam cairan mengalami sedimentasi dan
terkumpul pada bagian bawah saluran pengendap.
4. Zona Keluaran
Tempat keluarnya buangan cairan yangt relatif bersih, zona ini terletak pada
akhir saluran.
6.1. Kecepatan Pengendapan
Kecepatan padatan tersuspensi tergantung pada diameter partikel dalam
padatan yang lolos keluar dari kolam pengendapan, sehingga kecepatan
pengendapan dapat dihitung dengan menggunakan rumus Stokes, yaitu :
Dimana :
V = kecepatan pengendapan partikel (m/detik)
g = percepatan gravitasi (m/detik
2
)
p = berat jenis partikel padatan
a = berat jenis air (kg/m
3
)
= kekentalan dinamik air (kg/mdetik)
D = diameter partikel padatan (m)
6.2. Perhitungan Presentase Pengendapan
Perhitungan Presentase pengendapan ini bertujuan untuk mengetahui
apakah kolam pengendapan yang akan dibuat dapat berfungsi untuk
mengendapkan partikel padatan yang terkandung dalam air limpasan tambang.
Debit padatan yang terkandung dalam lumpur pada kolam pengendapan
dapat dihitung dengan persamaan di bawah ini.
Q
Solid
(Qs) = Qair x % TSS
............. (28)
......... (29)
SAID ADI FIRDAUS 16
Dimana :
Qs = Debit Solid (m
3
/detik)
Qair = Debit air (m
3
/detik)
%TSS = Nilai Total Suspended Solid (%), (1 %TSS = 10.000 mg/liter)
Waktu yang dibutuhkan oleh partikel untuk mengendap dengan kecepatan
(m/detik) dan kedalaman (m) adalah :
tv
h
Dimana :
tv = waktu pengendapan partikel (menit)
V = kecepatan pengendapan partikel (m/detik)
h = kedalaman settling pond (m)
Luas permukaan kolam pengendapan dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan sebagai berikut :
Dimana :
A = Luas permukaan kolam pengendapan (m
2
)
t = Panjang atas kolam pengendapan (m)
L = Lebar atas kolam pengendapan (m)
Jika:
Dimana :
Vh = kecepatan mendatar partikel (m/detik)
Q
total
= debit aliran yang masuk ke settling pond (m
3
/detik)
A = luas permukaan settling pond (m
2
)
Maka waktu yang dibutuhkan partikel untuk keluar dari settling pond adalah :
th
vh
.............. (30)
.............. (32)
.......... (33)
A = t x L ........... (31)
SAID ADI FIRDAUS 17
Dimana :
th = waktu yang dibutuhkan air keluar (detik)
P = Panjang kolam pengendapan (m)
Vh = kecepatan mendatar partikel (m/detik)
Dalam proses pengendapan ini partikel mampu mengendap dengan baik jika
tv tidak lebih besar dari th. Sebab, jika waktu yang dibutuhkan air keluar lebih kecil
dari waktu pengendapan partikel maka proses pengendapan berlangsung tidak baik
dan menyebabkan settling pond tidak dapat menampung debit air yang masuk ke
settling pond tersebut, diakibatkan settling pond tersebut terisi oleh lumpur.
Untuk menghitung presentase pengendapan maka digunakan persamaan :
Dimana :
th = waktu yang dibutuhkan air keluar (detik)
tv = waktu pengendapan partikel (detik)
Dari perumusan di atas, dapat disimpulkan bahwa semakin besar ukuran
partikel maka semakin cepat proses pengendapan serta semakin besar pula
presentase partikel yang berhasil diendapkan.
6.3. Waktu pengerukan settling pond (maintenance)
Pada setiap settling pond perlu dilakukan penanganan (maintenance) untuk
mengurangi pendangkalan akibat lumpur yang terbawa dari sump. Hal ini dilakukan
agar settling pond tersebut masih dapat menampung debit air dan lumpur yang
masuk sebelum dikeruk selama interval waktu tertentu.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penanganan settling pond yaitu
besarnya nilai Total Suspended Solid (TSS) dan volume padatan yang berhubungan
dengan kecepatan pengendapan, debit aliran pompa yang melalui settling pond
tersebut, dan dimensi settling pond.
Untuk menghitung kapan waktu pengerukan (maintenance) digunakan
persamaan :
% pengendapan =
........ (34)
..... (35)
Volume settling pond
Volume total padatan yang berhasil diendapkan
T =