Вы находитесь на странице: 1из 10

1

DAMPAK ANGKUTAN SEDIMEN SEJAJAR PANTAI PADA PERUBAHAN GARIS PANTAI DI


SEKITAR KOTA SINGKIL
Oleh :
Hubbirra
NIM. 0809200060025

Komisi Pembimbing :
1. Dr. Eng. Syamsidik, ST, MSc.
2. Dr.Ir. Eldina Fatimah, MSc.,M.Eng.

ABSTRAK
Menanggapi kebutuhan perkembangan kota dan pertumbuhan penduduk, infrastruktur dan pemukiman
penduduk dibangun pada kawasan pantai. Bertolak belakang dengan hal tersebut, kasus abrasi pantai di
Provinsi Aceh terus terjadi. Abrasi pantai merupakan dampak dari pergerakan sedimen terutama dalam arah
sejajar pantai. Data analisis jangka pendek dan menengah mengenai perubahan garis pantai masih jarang.
Tujuan dari penelitian ini adalah menginvestigasi dampak dari angkutan sedimen sejajar pantai pada
perubahan garis pantai. Penelitian ini dilakukan di Pantai sekitar Kota Singkil Kabupaten Aceh Singkil. Pantai
Sekitar Kota Singkil merupakan daerah rentan terhadap abrasi dan akresi yang sering dilaporkan Aceh
Disaster information and Data (DiBA). Pantai sekitar Kota Singkil memiliki tiga sumber sedimen aktif dan
dominan, yaitu muara Sungai Singkil, Muara Sungai Ujung Bawang dan Muara Laguna Anak Laut. Dalam
penelitian ini, komponen laju angkutan sedimen diinvestigasi dengan cara pengukuran data bathymetry,
perbandingan garis pantai terkini dengan peta dasar, dan menghitung laju potensial angkutan sedimen
berdasarkan kejadian alami. Hipotesis dari penelitian ini adalah terjadinya perubahan dalam waktu tertentu
pada laju angkutan sedimen dan atau ada faktor lain yang menyebabkan perubahan garis pantai. Untuk
peramalan tinggi gelombang, penelitian ini menggunakan data angin dari Badan Meteorologi dan Geofisika di
Bandara Cut Nyak Dien Kabupaten Nagan Raya. Penelusuran garis pantai digunakan untuk mengukur situasi
garis pantai terkini. Analisis sumber sedimen dasar di sekitar pantai dilakukan dengan mengambil sampel
sedimen dasar pada enam lokasi yang berbeda. Pada empat lokasi, sedimen dominan berasal dari sedimen
sungai. Sementara pada dua lokasi lain, relatif tidak ada pengaruh dari sedimen sungai. Program arcGIS
digunakan dalam proses pemetaan perubahan garis pantai. Penelitian ini menunjukkan laju potensial angkutan
sedimen sejajar pantai 127.717,20 m
3
/tahun menuju arah timur. Total luas erosi 231.256,21 m
2
dan akresi
218.529,90 m
2
.

Kata Kunci: perubahan garis pantai, laju angkutan sedimen,erosi, akresi.






















2

PENDAHULUAN

Perubahan garis pantai salah satunya
merupakan dampak dari pergerakan sedimen terutama
pergerakan sedimen sejajar pantai (longshore sediment
transport). Pergerakan sedimen dipengaruhi oleh
aktivitas gelombang, arus, pasang surut, dan angin.
Pantai-pantai di Aceh rentan terhadap pergerakan
sedimen yang memberi dampak pada mundurnya garis
pantai (abrasi), majunya garis pantai (akresi) dan
pendangkalan muara sungai. Pergerakan sedimen
memberikan dampak terhadap perubahan
geomorfologi, ketidakstabilan ekologi, kerusakan
bangunan di sekitar pantai dan pendangkalan muara
sungai.
Tujuan dari penelitian ini adalah
menginvestigasi dampak dari angkutan sedimen
sejajar pantai pada perubahan garis pantai. Dalam
penelitian ini, komponen laju angkutan sedimen
diinvestigasi. Hipotesisnya adalah terjadinya
perubahan dalam waktu tertentu pada laju angkutan
sedimen dan atau ada faktor penurunan tanah yang
menyebabkan erosi atau akresi.
Untuk mengetahui perubahan garis pantai
sampai dengan kondisi terkini dilakukan pengumpulan
data sekunder berupa data angin, peta topografi, peta
bathymetry, data pasang surut, dan sampel sedimen
dasar. Pengambilan data primer dilakukan dengan
pengukuran lapangan berupa pengukuran bathymetry,
penelusuran garis pantai menggunakan GPS, dan di
beberapa titik lokasi diambil sampel sedimen.
Selanjutnya dilakukan pengolahan data dan
menganalisis data tersebut.
Dalam penelitian ini penulis membatasi
peninjauan terhadap permasalahan pantai di sekitar
Kota Singkil yang meliputi :
1. Perhitungan laju potensi angkutan sedimen
sejajar pantai akibat dari aktivitas
gelombang, terutama angin pembentuk
gelombang (peramalan gelombang dari data
angin, karena tidak adanya data gelombang);
2. Analisis perpindahan sedimen (sediment
transport rates) dan perubahan elevasi
kedalaman laut sekitar pantai Kota singkil
dengan membandingkan peta bathymetry
pengukuran tahun sebelumnya dengan
pengukuran terkini pada lokasi tertentu;
3. Analisis perubahan garis pantai dengan
membandingkan peta dasar terhadap
penelusuran garis pantai, peta bathymetry dan
topografi terkini yang dibantu dengan
program ArcGIS;
4. Dan analisis sumber sedimen berdasarkan
sampel sedimen dasar yang mempengaruhi
geomorfologi pantai.


TINJAUAN KEPUSTAKAAN
Perubahan garis pantai lebih diakibatkan oleh
erosi pantai dan efek dari hempasan gelombang di
bibir pantai dibandingkan akibat arus. Kombinasi
hempasan gelombang dan arus pada bibir pantai
mempengaruhi pergerakan sedimen yang mengubah
garis pantai. Pada proses jangka panjang akan terjadi
perubahan morfologi pantai, dimana terjadi
pergerakan dan perpindahan material oleh gelombang
dan arus pada daerah pantai. Pasokan pasir yang
berada di sepanjang pantai berpotensi lebih, seimbang,
atau kurang tergantung dari imbangan pasokan pasir.
Pasokan pasir akan seimbang untuk daerah tertentu
jika jumlah pasir yang berpindah dari lokasi tersebut
sama dengan jumlah pasir yang datang (Ali 2007).
Konsep perhitungan perubahan garis pantai
bahwa pantai akan mempertahankan bentuk rata-rata
yang menjadi ciri khas tertentu, bahagian dari
perubahan garis pantai yang ekstrim disebabkan oleh
badai. Sebagai contoh, garis lengkung pantai akan
tetap landai dalam jangka panjang, pantai curam tetap
akan curam dalam jangka panjang. Terjadinya
perubahan musim gelombang yang menyebabkan
posisi dari garis pantai berpindah ke arah pantai dan
ke arah laut selalu dalam suatu siklus, dengan
perubahan kelandaian dan kelandaian rata-rata dari
profil, penyimpangan rata-rata kemiringan profil
pantai yang aktif relatif kecil (Reeve et al. 2008 : 220).
Kombinasi gelombang pecah di laut dangkal
dengan arus dari arah vertikal dan horizontal
menyebabkan pindahnya sedimen. Perpindahan
sedimen menyebabkan perubahan morfologi pantai
berupa perubahan kedalaman dan garis pantai. Dalam
jangka waktu tertentu terjadi perpindahan sedimen
sejajar pantai sebanyak ratusan sampai dengan ribuan
meter kubik pasir di sepanjang pantai. Perpindahan
sedimen ini sangat penting dalam perubahan
morfologi pantai, dan dapat dihitung berapa besar
volume sedimen yang tergerus, tersedimentasi atau
masih tetap. Dengan mengetahui laju angkutan
sedimen sejajar pantai sangat penting dalam
perencanaan bangunan pantai (Rosati et al. 2002 : III-
2-1).
Untuk menghitung sedimen yang hilang, laju
potensial angkutan sedimen sepanjang pantai pada
studi ini menggunakan Metode Komar & Inman
(Aagard 2004) :
l l
P Q 778 , 0 =

(2.1)


( ) ( )
l
s
l
l
P
n g
I
Q

=
1
(2.2)

Hubungan I
l
dengan P
l
dihitung berdasarkan
root-mean-square (rms)tinggi gelombang saat pecah
(H
b,rms
). Koefisien K didefenisikan berdasarkan
penggunaan rms gelombang pecah H
b,rms
. The Shore
Protection Manual (1984) memberikan koefesien

3

K
SPM sig
= 0,39 berdasarkan perhitungan yang
menggunakan tinggi gelombang signifikan. Nilai
koefisien SPM untuk tinggi gelombang rms H
b rms

adalah K
SPM rms
= 0,92. Pada awalnya nilai koefisien K
rms
adalah dengan menggunakan koefisien K Komar
dan Inman (1970); K
k&i rms
= 0,778. Nilai K inilah
yang sering dipakai dalam laju potensial angkutan
sedimen sejajar pantai dengan asumsi bahwa:

h
b
= H
b,rms
/0.28 (2.3)

dimana:
h
b
= Kedalaman laut pada posisi gelombang
pecah (m);

Sehingga volume angkutan sedimen permukaan
air dangkal menjadi :

Q
l
= 0,602 H
b,rms
5/2
sin ( 2
b
o ) ( m
3
/dt) (2.4)

Catatan data gelombang tidak tersedia di sekitar
lokasi penelitian. Konsekuensinya, tinggi gelombang
di atas permukan dihitung dengan menggunakan SMB
shallow water wave prediction model US Army Corps
of Engineers (Agaard 2004) dan data angin.
Menghitung volume potensial sedimen transpor dan
refraksi gelombang dengan menggunakan teori
gelombang linier, persamaan (2.4) menjadi :

Q
l
= 0,106H
s
5/2
sin
0
o cos
0
o ( m
3
/dt) (2.5)

dimana:
H
s
= Tinggi gelombang signifikan (m);
0
o = Sudut kejadian gelombang laut dalam.
b
o = Sudut gelombang pecah.
Q
l
= Angkutan sedimen sepanjang pantai
(m
3
/dt);
s
= Massa jenis sedimen (=2.650 kg/m
3
) ;
n = in-place porosity (=0,4)
P
l
= Komponen fluks energi gelombang
sepanjang pantai pada saat pecah
(Nm/d/m);

Angin yang berhembus di atas permukaan air
akan memindahkan energinya ke air. Kecepatan angin
akan menimbulkan tegangan pada permukaan laut,
sehingga permukaan air yang semula tenang akan
terganggu dan timbul riak gelombang kecil di atas
permukaan air. Apabila kecepatan angin bertambah,
riak tersebut menjadi semakin besar, dan apabila angin
berhembus terus akhirnya akan terbentuk gelombang.
Semakin lama dan semakin kuat angin berhembus,
semakin besar gelombang yang terbentuk (Triatmodjo
1999 : 149).

Peramalan tinggi gelombang menggunakan persamaan
US Army Corps of Engineers, (Agaard 2004) :

(
(
(
(
(
(

(
(

|
|
.
|

\
|
|
|
.
|

\
|
(
(

|
|
.
|

\
|
=
4
3
2
1
4
3
2
2
2 2
530 , 0 tanh
00565 , 0
tanh 530 , 0 tanh 283 , 0
A
A
A A
s
U
gh
U
gF
U
gh
U
gH

(2.6)
dimana:
U
A
= Kecepatan angin (m/dt);
h = Kedalaman air (m);
F = Jarak seret gelombang /fetch (m).

Jumlah data angin diolah dan disajikan dalam
bentuk ringkasan atau diagram yang disebut mawar
angin (wind rose). Penyajian data tersebut dapat
diberikan dalam bentuk bulanan, tahunan atau untuk
beberapa tahun pencatatan. Dengan mawar angin
tersebut maka karakteristik angin dapat dibaca dengan
cepat. Dengan menghitung energi dan arah angin
dominan pada mawar angin yang mempengaruhi laju
angkutan sedimen. Untuk mengkoreksi data dan arah
angin tahunan maka energi angin dihitung:

( )

=
=
s m u
n u
A a direction
f U E
/ max
3
2
1
(2.7)

dimana:
a
= Massa jenis udara (=1,25 kg/m
3
);
f = Frekuensi angin.

Fetch efektif dihitung:

+
=
=
0
0
45
45
2
cos ) (
19
1
o
o o F F
e
(2.8)

Berdasarkan Saville (Agaard 2004) F( o )
dihitung 5 derajat interval dari peta Bahari. Fetch
dibatasi dengan 4 m kedalaman kontur dan durasi
angin 6 jam atau sebaliknya. Batas durasi fetch
dihitung

A e
A
e
U x F
gU
F
t
4
3
2
lim
10 84 , 1 9 , 65 = = (2.9)

dimana:
t
lim
= 6 jam;
U
A
= Kecepatan angin (m/dt);
Fe = Jarak seret gelombang efektif (m).
Berdasarkan persamaan (2.5), (2.6), dan (2.7),
potensial laju angkutan sedimen menjadi:

4

Grafik peramalan gelombang
Panjang Fetch (Km)
F
a
k
t
o
r

t
a
g
a
n
a
g
a
n

A
n
g
i
n

U
a

(
m
/
d
t
)
1 1.5 2 3 4 5 6 7 8 9 10 15 20 30 40 50 60 7080 90100 150 200 300 400 500600700 800 900 1000
5
6
7
8
9
10
12
14
16
18
20
22
24
26
28
30
32
34
36
38
40
42
45
50
0
.1
m
0
.1
5
m
0
.2
m
0
.2
5
m
0
.3
m
0
.4
m
0
.5
m
0
.6
m
0
.7
m
0
.8
m
0
.9
m
1
.0
m
1
.2
5
m
1
.5
m
1
.7
5
m
2
m
2
.5
m
3
m
3
.5
m
4
m
5
m
6
m
7
m
9
m
8
m
2
0
m 1
7
.5
m 1
5
m 1
4
m 1
3
m 1
2
m 1
1
m 1
0
m
1
.4
d
1
.6
d
1
.8
d
2
d
2
.2
d
2
.4
d
2
.6
d
2
.8
d
3
d
3
.5
d
4
d
4
.5
d
5
d
5
.5
d
6
d
7
d
8
d
9
d
1
0
d
1
1
d
1
2
d
1
3
d
1
4
d
1
5
d
1
6
d
1
7
d
1
8
d
1
9
d
2
0
d
2
1
d
2
2
d
2
0
m
n
t
3
0
m
n
t
4
0
m
n
t
5
0
m
n
t
1
ja
m
1
ja
m
2
ja
m 3
ja
m
4
ja
m
5
ja
m
6
ja
m
7
ja
m
8
ja
m
9
ja
m
1
0
ja
m
1
2
ja
m 1
4
ja
m
1
6
ja
m
1
8
ja
m
2
4
ja
m
3
0
ja
m
2
0
ja
m
K
o
n
d
is
i M
a
k
s
im
u
m
Tinggi signifikan
Periode
Durasi minimum
2m
7d
4jam
( ) ( )

=
=
0
0
20
5
0 0
2
5
cos sin 33566
n s
m
s
m
U
s l
f H Q
o
o
o o
(2.10)
Angkutan sedimen yang terjadi dihitung
sesuai dengan arah gelombang datang dan arah angin.
Perhitungan potensial laju angkutan sedimen bersih
adalah:
( ) ( )
( )
( ) ( )
( )
B l BD l S l TG l l
Q Q Q Q Q + + = A

(2.11)
dimana:
= Total angkutan sedimen sejajar pantai
(m
3
/thn);

Q
l (TG
) =

Angkutan sedimen sejajar pantai arah
Tenggara (m
3
/thn);
Q
l (S)
=

Angkutan sedimen sejajar pantai arah
Selatan (m
3
/thn);
Q
l (BD)
= Angkutan sedimen sejajar pantai arah
Barat Daya (m
3
/thn);
Q
l (B
) = Angkutan sedimen sejajar pantai arah
Barat (m
3
/thn).
Pemilihan perumusan untuk peramalan tinggi
dan periode gelombang harus memperhatikan kondisi
di lapangan, sehingga hasil dari pendekatan hitungan
secara empiris bisa logis dan sesuai dengan kondisi
yang ada. Perumusan berdasarkan kondisi fetch
limited digunakan bila pantai tertutup oleh penghalang
(pulau atau teluk). Sedangkan perumusan berdasarkan
kondisi fully Developed sea didapat durasi gelombang
yang sangat besar, maka harus dikoreksi terhadap
nomogram dari Shore Protection Manual agar sesuai
dengan kondisi lapangan.
Berdasarkan pada kecepatan angin, lama
hembus angin dan fetch, dilakukan peramalan
gelombang dengan dengan menggunakan grafik pada
Gambar 1. Dari grafik tersebut apabila panjang fetch,
faktor tegangan angin dan durasi diketahui maka
tinggi dan periode gelombang signifikan dapat
dihitung. Setelah panjang fetch efektif didapat, maka
untuk menghitung tinggi gelombang dipakai
perumusan SMB (SverdrupMunk-Bretschneider)
seperti yang tampak di Tabel 2.1. dengan catatan
satuan yang dipakai adalah satuan SI dengan g = 9,8
m/dt
2
.













Gambar 1. Nomogram Peramalan Gelombang
(Triatmodjo 1999)

Pengambilan sampel sedimen dasar
digunakan untuk mengidentifikasi sumber sedimen
tersebut berasal. Posisi pengambilan sedimen diambil
di tiga tempat yaitu pada lokasi sebelum, saat dan
sesudah gelombang pecah. Lokasi pengambilan
sampel sedimen yaitu pada pantai yang memiliki
muara dan pantai diperkirakan rawan abrasi
berdasarkan bentuk morfologi pantai. Berdasarkan
alasan pemilihan lokasi terdapat muara yang aktif ,
dianalisis apakah ada pengaruh gradasi butiran
terhadap perubahan garis pantai. Sampel sedimen
dasar yang diambil dari lokasi tersebut dibawa ke
laboratorium untuk diteliti gradasi butirannya.
Analisis gradasi butiran mengacu pada U.S.
Standard Sieve Size Analysis. Dari masing-masing
sampel tersebut akan terlihat persentase lolos 50% dan
90% berdasarkan jenis saringan dan ukuran butiran.
Ukuran butiran yang banyak lolos pada saringan yang
kecil (nomor 40-200) berarti sumber sedimen tersebut
berasal dari sedimen sungai. Ukuran butiran yang
banyak lolos pada saringan 4-40 berarti sedimen
tersebut tidak ada pengaruh dari sedimen sungai
(Rosati 2001 : III-1-6).

Lokasi Penelitian

Pantai sekitar Kota Singkil Kabupaten Aceh
Singkil dipilih sebagai lokasi studi penelitian
perubahan garis pantai yang merupakan dampak dari
angkutan sedimen sejajar pantai, seperti yang
disajikan pada Gambar 3.1. Lokasi ini memiliki ciri
morfologi pantai dengan memiliki tiga muara sungai
aktif yang berhadapan langsung dengan Samudera
Hindia. Sungai terbesar adalah Sungai Singkil dengan
panjang 70 km. Hulu sungai ini terletak di
Kabupaten Aceh Tenggara. Panjang Sungai Ujung
Bawang 10 km dan Laguna Anak Laut 14 km.















Gambar 2. Lokasi Pantai Sekitar Singkil (TDMRC
UNSYIAH 2010)

METODE PENELITIAN

Pengumpulan data yang akan dilakukan meliputi
data angin, data pasang surut, peta topografi, peta
l
Q A
F
a
k
t
o
r

T
e
g
a
n
g
a
n

A
n
g
i
n

U
A

(
m
/
d
t
)


5

bathymetry dan citra satelit Pantai sekitar Kota
Singkil. Data pendukung lainnya akan diambil dari
penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya.
Pengukuran lapangan yang merupakan data
primer, dilakukan untuk memperoleh data yang lebih
lengkap. Data yang dikumpulkan melalui pengukuran
lapangan ini adalah data bathymetry, garis pantai,
pasang surut, dan pengambilan sampel sedimen dasar.

Gambar 3. Skema Grid Pengukuran
Pengukuran bathymetry di lokasi ini dilakukan
dengan membagi daerah pengukuran menjadi grid-
grid. Grid-grid tersebut merupakan pembagian garis
ukur yang relatif sejajar dengan garis pantai (marine
tie-line) dan garis tegak lurus pantai (dune-tie-line).
Bidang pengukuran akan dibagi atas 12 marine-tie-
line (Mi) dengan jarak satu sama lain 250 meter dan
74 dune-tie-line (Di) dengan jarak yang sama. Dengan
demikian luas daerah pengukuran bathymetry adalah
sekitar 3000 meter x 18.500 meter. Skema grid
pengukuran dapat dilihat pada Gambar 3.2.
Pengukuran bathymetry menggunakan GPSmap 188C
Sounder. Pengukuran garis pantai dilakukan dengan
pemetaan topografi menggunakan theodolite merk
Sokkia. Daerah yang dilakukan pemetaan topografi
sepanjang 6 km dari titik S2 (Muara Pelabuhan Rakyat
Pulau Sarok) sampai dengan pelabuhan ferry.
Penelusuran garis pantai dilakukan dari titik S2
Sampai dengan titik S6 (Gosong Telaga Utara).
Penelusuran garis pantai menggunakan GPS merk
Garmin. Pengukuran pasang surut dilakukan di
Pelabuhan Rakyat Pulau Sarok menggunakan papan
ukur. Pengukuran tinggi pasang surut dilakukan
selama 15 (lima belas) hari. Waktu pengamatan per 30
(tiga puluh) menit dalam waktu 24 (dua puluh empat)
jam. Lokasi pengambilan sedimen S1 berada di dekat
muara Sungai Singkil (Ujung Raya), S2 di Muara
Pelabuhan Rakyat Pulau Sarok, S3 di Muara Sungai
Ujung Bawang, S4 di Muara Alami Laguna Anak
Laut, S5 di Ujung Bawang Timur dan S6 di Gosong
Telaga Utara.
Analisis Dampak Angkutan Sedimen Sejajar
Pantai
Di lokasi penelitian tidak tercatat data tinggi
gelombang, maka digunakan data angin yang terdapat
dekat lokasi tersebut. Data angin terdekat dari lokasi
penelitian adalah data angin dari Badan Meteorologi
dan Geofisika di Bandara Cut Nyak Dien Kabupaten
Nagan Raya tahun 1990 sampai dengan tahun 2006.
Data angin tersebut diasumsikan sama dengan lokasi
penelitian, sehingga bisa digunakan untuk perhitungan
laju potensial angkutan sedimen sejajar pantai.
Analisis angkutan sedimen pantai digunakan
untuk mengevaluasi sedimen yang masuk dan keluar
dari Sekitar Pantai Kota Singkil. Dengan analisis ini
dapat diperkirakan apakah pantai tersebut mengalami
erosi atau akresi. Dalam perhitungan angkutan
sedimen yang masuk dan keluar dari suatu kawasan
laut menggunakan metoda grid.
Analisis perubahan garis pantai dapat digunakan
untuk mengevaluasi suatu pantai yang mengalami
akresi atau erosi. Akresi dan erosi yang terjadi disertai
dengan maju dan mundurnya garis pantai. Perubahan
garis pantai tersebut dapat diprediksi dengan
membandingkan hasil penelusuran garis pantai
menggunakan GPS terhadap peta dasar. Perubahan
profil pantai dipengaruhi oleh angkutan sedimen tegak
lurus pantai.
Analisis gradasi butiran digunakan untuk
mengevaluasi sumber sedimen yang ada di Sekitar
Pantai Kota Singkil. Penentuan titik lokasi ini
berdasarkan bentuk geomorfologi pantai berupa muara
sungai, teluk dan tanjung. Alasan pengambilan titik
lokasi ini karena lokasi tersebut memiliki potensi
terjadinya aktivitas perpindahan sedimen yang
dinamis. Perpindahan sedimen yang terjadi bisa
mengakibatkan erosi maupun akresi.

HASIL

Data angin Pantai Sekitar Kota Singkil
menggunakan data angin dari Badan Meteorologi dan
Geofisika di Bandara Cut Nyak Dien Kabupaten
Nagan Raya. Data angin yang digunakan dari tahun
1990 sampai dengan tahun 2006, dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 1 Frekuensi kejadian Angin di Pantai Sekitar
Singkil tahun 1990 2006
KECEP
ATAN
ANGIN

(Knot)
ARAH ANGIN %
U TL T
T
G
S BD B BL
Tota
l
0 -10
6.
98
1.
56
6.
19
0.
52
20.
26
9.6
6
21.
73
3.
07
69.9
7
10 -13
0.
96
0.
56
0.
88
0.
10
3.5
3
4.5
9
5.8
3
1.
00
17.4
6
13 -16
0.
50
0.
16
0.
60
0.
08
1.5
8
1.1
0
2.1
4
0.
48
6.65
16 -21
0.
36
0.
22
0.
50
0.
10
0.9
2
0.5
8
0.8
2
0.
24
3.75
21 - 27
0.
08
0.
14
0.
34
0.
02
0.3
4
0.3
4
0.6
8
0.
22
2.16
Total
8.
88
2.
65
8.
52
0.
82
26.
64
16.
28
31.
21
5.
01
100.
00
Sumber : Stasiun BMG Bandara Cut Nyak Dien 1990
2006


6


Gambar 4. Grafik Mawar Angin Kota Singkil tahun
1990 - 2006
Data di atas kemudian digambarkan dalam
bentuk grafik mawar angin (Gambar 4.). Dari grafik
tersebut terlihat bahwa arah angin dominan adalah dari
arah Barat dengan persentase 31,21 %. Persentase
kejadian angin dengan kecepatan 0 10 knot sebesar
69,97 %.
Tabel 2 Frekuensi Kejadian Angin di Pantai Sekitar
Singkil Pada Bulan Januari sampai dengan
Juni tahun 1990 2006.
KECEPA
TAN
ANGIN
(Knot)
ARAH ANGIN %
U TL T TG S BD B BL Total
0 -10
6.7
6
1.5
5
5.5
8
0.2
4
28.
47
9.5
1
20.
20
2.6
2 74.92
10 -13
0.9
7
0.5
7
0.7
1
0.0
7
3.2
9
4.4
7
4.6
7
0.5
4 15.29
13 - 16
0.5
0
0.1
3
0.4
4
0.0
3
1.2
8
0.9
4
1.7
1
0.2
7 5.31
16 - 21
0.3
0
0.1
3
0.3
0
0.0
3
0.7
7
0.4
4
0.8
4
0.1
7 2.99
21 - 27
0.0
0
0.0
7
0.2
0
0.0
0
0.2
7
0.3
0
0.6
1
0.0
3 1.48
Total
8.5
4
2.4
5
7.2
3
0.3
7
34.
08
15.
66
28.
03
3.6
3
100.0
00
Sumber : Sumber : Stasiun BMG Bandara Cut Nyak
Dien 1990 2006
Data di atas kemudian digambarkan dalam
bentuk grafik mawar angin (Gambar 5) dari grafik
tersebut terlihat bahwa arah angin dominan adalah dari
arah Selatan dengan persentase 34,08. Persentase
kejadian angin dengan kecepatan 0 10 knot sebesar
74,92 % .

Gambar 5. Grafik Mawar Angin Kota Singkil Pada
Bulan Januari sampai dengan Juni tahun 1990 2006
Tabel 3 Frekuensi kejadian Angin di Pantai Sekitar
Singkil Pada Bulan Juli sampai dengan
Desember tahun 1990 2006.
KEC.
ANGIN
( KNOT )
ARAH ANGIN %
U TL T TG S BD B BL Total
0-10
7.5
5
1.3
0
6.1
7
0.7
3
22.
21
7.6
2
21.
87
2.8
7
70.32
10-13
0.8
0
0.4
2
0.8
8
0.1
1
3.1
4
3.6
8
5.9
4
1.3
0
16.28
13-16
0.4
2
0.1
5
0.6
5
0.1
1
1.6
9
1.0
3
2.3
4
0.6
1
7.01
16-21
0.3
4
0.2
7
0.6
1
0.1
5
1.0
0
0.6
1
0.6
5
0.2
7
3.91
21 - 27
0.1
5
0.1
9
0.4
2
0.0
4
0.3
8
0.3
1
0.6
1
0.3
8
2.49
Total
9.2
7
2.3
4
8.7
3
1.1
5
28.
42
13.
25
31.
41
5.4
4
100.0
00
Sumber : Stasiun BMG Bandara Cut Nyak Dien 1990
2006
Data di atas kemudian digambarkan dalam
bentuk grafik mawar angin (Gambar 6) dari grafik
tersebut terlihat bahwa arah angin dominan adalah dari
arah Barat dengan persentase 31,41%. Kejadian angin
dengan kecepatan 0 10 knot sebesar 70,32 %.


Gambar 6. Grafik Mawar Angin Kota Singkil Pada
Bulan Juli sampai dengan Desember
tahun 1990 2006
Analisis Gelombang

Kondisi wilayah perairan di Sekitar Kota Singkil,
secara keseluruhan adalah laut terbuka menghadap
Samudera Indonesia. Karakteristik pantai-pantai Barat
Sumatera adalah pengaruh angin musim yaitu angin
musim Barat dan Selatan yang menyebabkan
gelombang laut tinggi. Akibat perbedaan tinggi dan
frekuensi kejadiannya menyebabkan adanya
pergerakan sedimen yang dominan kesatu arah
tertentu. Pada musim angin Selatan arah gelombang
dominan menuju Utara. Pada musim angin Barat arah
gelombang dominan menuju Timur.
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut dapat
dilihat, bahwa tinggi gelombang terbesar terjadi pada
keadaan fully developed sea yaitu sebesar 6,83 m
sementara periode yang terjadi adalah 13,77 detik,
kejadian tersebut terjadi pada kecepatan angin >21
knot dengan frekuensi kejadian 2,16 %.
Dari hasil koreksi menggunakan nomogram
dari SPM yang disajikan pada Gambar 4.5, diperoleh
tinggi gelombang signifikan (Hs) 4,25 m, periode = 11
detik. Durasi minimum yang terjadi adalah 10 jam
10-13
13-16
16-21
21-27
69,97%
T
B
D
T
G
9
%
6
%
3
%
9
%
6
%
3
%
6%
B
L
T
L
6%
3%
9%
3%
9%
B
S
U
T
B
D
T
G
B
L
T
L
B
S
U
10-13
13-16
16-21
21-27
74,92%
9
%
6
%
3
%
9
%
6
%
3
%
6%
6%
3%
9%
3%
9%
T
B
D
T
G
B
L
T
L
B
S
U
10-13
13-16
16-21
21-27
70,32%
9
%
6
%
3
%
9
%
6
%
3
%
6%
6%
3%
9%
3%
9%

7

untuk tegangan angin berkecepatan >21 knot, dan
fetch terbesar berasal dari arah Barat sebesar 216,99
km. Tinggi gelombang yang digunakan untuk
perhitungan laju potensial angkutan sedimen sejajar
pantai yang dihitung berdasarkan fetch limited,
dianggap logis setelah dikoreksi dengan nomogram
dari SPM.

Analisis Potensial Laju Angkutan Sedimen Sejajar
Pantai
Analisis potensial laju angkutan sedimen
sejajar pantai di Pantai Sekitar Kota Singkil dihitung
berdasarkan kondisi alami. Hal ini dimaksudkan untuk
mendapatkan gambaran tentang besar dan arah
sedimentasi pada kondisi alami. Dari analisis,
diperoleh bahwa sedimentasi pantai didominasi oleh
angkutan sedimen sejajar pantai. Rumus Komar Inman
dipakai untuk menghitung besar dan arah angkutan
sedimen sejajar pantai di Sekitar Kota Singkil.
Setelah memperoleh frekuensi kejadian
angin, mawar angin, fetch, tinggi signifikan, periode
gelombang dan waktu dari pembangkitan gelombang
dari data angin, maka dilakukan perhitungan potensial
laju angkutan sedimen sejajar pantai. Arah gelombang
datang dari arah Tenggara, Selatan, Barat Daya dan
Barat. Dengan sudut gelombang datang (
0
o )
terhadap garis normal pantai Sekitar Kota Singkil dari
arah Tenggara adalah 18
0
, dari arah Selatan adalah
63
0
, dari arah Barat Daya 108
0
dan dari arah Barat
158
0
, masing-masing

dapat dilihat pada Tabel 3.4 dan
5. Arah angin yang lain tidak dimasukkan karena tidak
adanya fetch sebagai pembangkit gelombang.

Tabel 4. Laju Potensial Angkutan Sedimen Sejajar
Pantai Tahunan
ARAH 0
Angkutan
Sedimen
Angkutan
Sedimen Keterang
an
ANGIN (
o
) m
3
/16thn m
3
/thn
Tenggara 18 -48,650.33 -3,040.65
Barat
Laut
Selatan 63 433,529.17 27,095.57 Utara
Barat
Daya
10
8
490,242.74 30,640.17
Timur
Laut
Barat
15
8
1,938,111.24 121,131.95 Timur
Ql 2,043,475.13 127,717.20 Timur
Hasil analisis sedimen tersebut menunjukkan
bahwa dalam waktu enam belas tahun, laju angkutan
sedimen sejajar pantai sebesar 2.043.475,13 m
3
. Arah
dominan sedimen menuju ke arah Timur. Potensial
laju angkutan sedimen sejajar pantai tahunan sebesar
127.717,20 m
3
. Sesuai dengan kondisi dilapangan
terjadi kemunduran garis pantai dan pendangkalan
muara Anak Laut.

Tabel 5. Laju Potensial Angkutan Sedimen Sejajar
Pantai Bulan Januari Juni
ARAH 0
Angkutan
Sedimen
Angkutan
Sedimen
Keterang
an
ANGIN (
o
) m
3
/16thn m
3
/thn
Tenggara 18 -18,139.87 -1,133.74
Barat
Laut
Selatan 63 422,225.49 26,389.09 Utara
Barat
Daya
10
8
450,538.45 28,158.65
Timur
Laut
Barat
15
8
1,669,944.31 104,371.52 Timur
Ql -1,716,397.14 -107,274.82 Timur
Perhitungan laju potensial sedimen sejajar
berdasarkan musim kejadian angin yang terjadi pada
Pantai Sekitar Kota Singkil, dimana frekuensi kejadian
angin dominan berasal dari angin Selatan sebesar
34.08%. Nilai negatif menunjukkan bahwa angin
Barat menghasilkan angkutan sedimen yang lebih
besar. Hasil analisa sedimen tersebut menunjukkan
bahwa laju angkutan sedimen sejajar pantai ke arah
Timur sebesar 107.274,82 m
3
/tahun.
Tabel 6 Potensial Laju Angkutan Sedimen Sejajar
Pantai Bulan Juli - Desember
ARAH
0
Angkutan
Sedimen
Angkutan
Sedimen
Keterang
an
ANGIN
(
o
) m
3
/16thn m
3
/thn
Tenggara 18 -72,290.45 -4,518.15
Barat
Laut
Selatan 63 446,777.67 27,923.60 Utara
Barat
Daya
10
8
423,389.17 26,461.82
Timur
Laut
Barat
15
8
1,908,187.03 119,261.69 Timur
Ql 1,957,088.98 122,318.06 Timur
Frekuensi kejadian angin dominan berasal dari
angin Barat sebesar 31.41%. Hasil analisa sedimen
tersebut menunjukkan bahwa laju angkutan sedimen
sejajar pantai ke arah Timur sebesar 122.318,06
m
3
/tahun. Hal ini sesuai dengan kondisi dilapangan
yang terjadi kemunduran pantai dan penutupan Muara
Anak Laut.
Dari hasil selisih pengukuran bathymetry tahun
2011 dengan pengukuran bathymetry 2006 akan
menghasilkan nilai positif (+) dan negatif (-). Nilai
positif (+) merepresentasikan telah terjadi deposisi
sedimen atau penambahan pasokan sedimen yang
masuk ke dalam grid. Sedangkan nilai negatif (-)
merepresentasikan erosi atau penggerusan sedimen
yang keluar dari grid tersebut.


8



Gambar 7. Perbandingan Kedalaman Laut Kota
Singkil Profil D1
Perbandingan kedalaman laut pada Gambar
4.9 menunjukkan bahwa pada profil tegak lurus Laut
Kota Singkil mengalami deposisi sedimen bernilai
positif. Pada profil tersebut mengalami surplus
sedimen atau telah terjadi penambahan pasokan
sedimen.

Gambar 8. Perbandingan Kedalaman Laut Kota
Singkil Profil D12
Perbandingan kedalaman laut pada profil D12
menunjukkan adanya perubahan kedalaman yang
signifikan, dimana pada profil tersebut deposisi
sedimen bernilai negatif.

Gambar 9. Perbandingan Kedalaman Laut Kota
Singkil Profil D44
Perbandingankedalaman laut pada profil D44
menunjukkan adanya deposisi sedimen bernilai positif
dan negatif.


Gambar 10. Lokasi Perubahan Garis Pantai Hasil
overlaying Data Traking GPS terhadap
Peta Dasar menggunakan Program
ArcGIS
Pantai Pulau Sarok pada titik tertentu
mengalami akresi dan erosi. Lokasi pantai mengalami
akresi digambarkan dengan warna biru. Lokasi pantai
yang mengalami erosi digambarkan dengan warna
hijau. Pada pantai yang memiliki bangunan pelindung
pantai terjadi akresi sepanjang bangunan tersebut.
Lokasi pelabuhan lama terletak pada semenanjung
kecil yang tererosi dimana telah terjadi penurunan
tanah . Pantai yang tererosi berada pada lokasi yang
sebahagian sudah ada bangunan pelindung pantai dan
sebahagian bangunan pelindung pantai tergerus
gelombang yang disajikan pada Gambar 4.13.
Muara laguna Anak Laut mengalami akresi, sehingga
mulut muara tertutup penuh sedimen. Akresi pada
mulut muara alami ini menjadi permasalahan, karena
muara ini merupakan akses keluar dan masuk
perahunelayan ke Laguna Anak Laut.
Berdasarkan perubahan garis pantai, secara
keseluruhan luas akresi pada pantai sekitar Pulau
Sarok adalah 54,827.33 m
2
, pantai Danau Anak Laut
159.435,68 m
2
dan Gosong Telaga 4.258,07 m
2
. Luas
erosi pada Pantai sekitar Pulau sarok adalah
104,110.06 m
2
, Pantai Anak Laut 35.412,22 m
2
dan
Pantai Gosong Telaga 91.733,93 m
2
.



Gambar 4.13. Lokasi Perubahan Garis Pantai Pulau
Sarok
Dengan adanya permasalahan akresi pada
muara sungai alami, maka pemerintah Kabupaten
Aceh Singkil membuat muara sungai buatan pada
0.0
25
0.0
50
0.0
75
0.0
1,0
00.
0
1,2
50.
0
1,5
00.
0
1,7
50.
0
2,0
00.
0
2,2
50.
0
2,5
00.
0
2,7
50.
0
3,0
00.
0
3,2
50.
0
Tahun 2011 0.0 -0.4-0.8-1.1-1.5-1.9-1.8-2.0-3.4-4.1-3.8-4.3-4.8-3.9
Tahun 2006 0.0 -1.3-1.6-1.3-2.9-3.1-3.3-3.4-3.6-3.7-3.8-4.0-5.1-6.0
MWL 0.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.00
-7.0
-6.0
-5.0
-4.0
-3.0
-2.0
-1.0
0.0
E
l
e
v
a
s
i

(
m
)

PROFIL D1
0.
0
23
0.
0
48
0.
0
73
0.
0
98
0.
0
1,
23
0.
0
1,
48
0.
0
1,
73
0.
0
1,
98
0.
0
2,
23
0.
0
2,
48
0.
0
2,
73
0.
0
2,
98
0.
0
3,
23
0.
0
Tahun 2011 0.0 -1. -2. -2. -7. -7. -9. -10 -8. -9. -10 -9. -5. -4.
Tahun 2006 0.0 -0. -0. -0. -1. -3. -3. -3. -3. -3. -2. -2. -2. -3.
MWL 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
-12.0
-10.0
-8.0
-6.0
-4.0
-2.0
0.0
E
l
e
v
a
s
i

(
m
)

PROFIL D12
0.
00
13
6.
00
38
6.
00
63
6.
00
88
6.
00
1,
13
6.
00
1,
38
6.
00
1,
63
6.
00
1,
88
6.
00
2,
13
6.
00
2,
38
6.
00
2,
63
6.
00
2,
88
6.
00
3,
13
6.
00
Tahun 2011 0. -1 -4 -7 -4 -5 -5 -6 -9 -9 -1 -1 -1 -1
Tahun 2006 0. -1 -4 -6 -7 -9 -9 -9 -9 -9 -9 -9 -1 -1
MWL 0. 0. 0. 0. 0. 0. 0. 0. 0. 0. 0. 0. 0. 0.
-14.00
-12.00
-10.00
-8.00
-6.00
-4.00
-2.00
0.00
E
l
e
v
a
s
i

(
m
)

PROFIL D44
Skala 1 : 60.000
U
Akresi
Pel.
Ferry
Lama
Erosi
Erosi
Akresi
Skala 1 : 30.000
U
Garis pantai tahun 2006
Garis pantai tahun 2011

9

bagian Timur muara alami. Muara buatan Laguna
Anak Laut dan Pantai Gosong Telaga mengalami erosi
yang signifikan. Secara umum perubahan garis pantai
ini tidak berpengaruh terhadap geomorfologi pantai
seperti terlihat pada Gambar 4.17.

Gambar 11. Lokasi Perubahan Garis Pantai Danau
Anak Laut dan Pantai Gosong Telaga
Dari enam lokasi pengambilan sampel
sedimen, empat lokasi sumber sedimen dominan
berasal dari sedimen sungai bisa dilihat pada Gambar
4.16. Perubahan geomorfologi pantai di Sekitar Kota
Singkil dipengaruhi oleh sedimen sungai yang relatif
ringan atau diebut juga dengan sedimen melayang
(suspended sediment) dengan D
50
berkisar antara 0,14
0,30 mm. Semakin halus sedimen, maka semakin
besar pergerakan sedimen di pantai tersebut. Secara
visual, air laut di Kawasan Pantai Sekitar Kota Singkil
berwarna keruh. Pantai Sekitar Kota Singkil memiliki
tiga sungai aktif, dimana sungai terbesar yaitu Sungai
Singkil yang bermuara di Ujung Raya, Sungai Ujung
Bawang dan Laguna Anak Laut.

Tabel 7 Analisis Gradasi Butiran Sedimen pada 6
(enam) Lokasi di Pantai Sekitar Kota Singkil.
No.
Lok
asi
Kod
e
Lok
asi
Nama Lokasi
D50(m
m)
D90
(mm)
% Lolos
Saringan
Sumber Asal
No. # 40 - #
200
Sedimen
Dominan
S1 49 Pulau Sarok 0.19 0.21 84.07 Sungai
S2 54
Pulau Sarok
Timur
0.20 0.55 62.38 Sungai
S3 51
Kuala Ujung
Bawang
0.23 0.37 70.80 Sungai
S4 50
Muara Anak
Laut Lama
0.30 0.41 30.74 Laut
S5 53
Ujung Bawang
Timur
0.26 0.37 47.46 Laut
S6 56 Gosong Telaga 0.14 0.24 95.34 Sungai
Pasokan sedimen Sungai Singkil sangat
dominan dengan 84,07% lolos saringan no. #40 -
#200. Sesuai dengan kondisi lapangan, morfologi
pantai terjadi akresi dan pendangkalan di sekitaran
muara sungai. Pasokan sedimen Sungai Ujung
Bawang sebesar 70,80% lolos saringan no. #40 - #
200. Pantai Gosong Telaga memiliki sedimen yang
dominan berasal dari sedimen sungai. Besaran
persentase sedimen yang lolos saringan no. #40 - #200
adalah 95.34 %. Pantai Gosong Telaga memiliki
sungai yang sama dengan Laguna Anak Laut. Lokasi
pengambilan sedimen yang tidak pada muara sungai
yaitu pada lokasi Pantai Pulau Sarok Timur, Muara
Laguna Anak Laut lama dan Pantai Ujung Bawang
Timur.
Sedimen Pantai Pulau Sarok Timur berasal dari
sedimen Sungai Singkil yang dibawa gelombang.
Persentase sedimen lolos saringan no. #40 - #200
adalah 62,38%. Posisi dari pantai ini berupa teluk dan
menjadi jalur masuk ke pelabuhan rakyat. Pada lokasi
pantai ini telah terjadi penurunan tanah pasca gempa
Nias tahun 2005.
Sedimen dominan pada Muara Anak Laut
Lama berasal dari sedimen laut itu sendiri dengan
30,74% sedimen yang lolos saringan no. #40 - #200.
Hal ini berarti masih ada pengaruh sungai yang berada
di dekat lokasi ini. Sama halnya dengan sedimen
Ujung Bawang Timur dengan 47,46% sedimen yang
lolos saringan no. #40 - #200. Secara umum sedimen
Pantai Sekitar Kota Singkil dipengaruhi oleh sedimen
sungai. Dampak dari sedimen sungai ini
mempengaruhi laju angkutan sedimen sejajar pantai,
sehingga perubahan geomorfologi Pantai Sekitar Kota
Singkil berubah dengan dinamis.
PEMBAHASAN
Penentuan peramalan tinggi gelombang
menggunakan data angin pada lokasi penelitian secara
umum didominasi dari arah Barat dengan frekuensi
kejadian sebesar 31,21 %. Frekuensi kejadian angin di
Pantai Sekitar Singkil pada bulan Januari sampai
dengan Juni tahun 1990 2006, angin dominan adalah
dari angin Selatan dengan persentase 34,08 %.
Frekuensi kejadian angin di Pantai Sekitar Singkil
pada bulan Juli sampai dengan Desember tahun 1990
2006, angin dominan adalah dari arah Barat dengan
persentase 31,41 %. Tinggi gelombang signifikan (Hs)
0,96 meter sampai dengan 3,95 meter dengan arah
dominan dari arah barat.
Laju potensial angkutan sedimen sejajar pantai
127.717,20 m
3
/tahun menuju ke arah Timur.
Perpindahan sedimen di kawasan laut mempengaruhi
masuk dan keluarnya sedimen pada kawasan pantai
yang diteliti. Gradasi butiran sedimen pantai
menunjukkan bahwa pasokan sedimen pada kawasan
pantai tersebut berasal dari sungai atau dari kawasan
laut itu sendiri.
Dari rangkaian penelitian yang sudah dilakukan
akan memperkuat fakta bahwa Pantai sekitar Kota
Singkil sangat dipengaruhi oleh faktor angin,
gelombang, pasang surut,arus dan sumber asal
sedimen. Perbandingan antara laju potensial angkutan
sedimen sejajar pantai terhadap perpindahan sedimen
dan perubahan garis pantai memiliki kesamaan dengan
kondisi lapangan. Perbandingan luas akresi dan erosi
pada Pantai Sekitar Kota Singkil dapat dilihat pada
tabel 8.




Muara buatan
Skala 1 : 30.000
U
Garis pantai tahun 2006
Garis pantai tahun 2011

10

Tabel 8. Perbandingan Luas Area Akresi dan Erosi
Pantai Sekitar Kota Singkil

PANTAI
TOTAL

PULAU
SAROK
ANAK LAUT
GOSONG
TELAGA

(m
2
) (m
2
) (m
2
) (m
2
)
AKR
ESI
54,827.33 159,435.50 4,263.07 218,525.90
ERO
SI
104,110.06 35,412.22 91,733.93 231,256.21
SELI
SIH
-49,282.73
(EROSI)
124,023.28
(AKRESI)
-87,470.86
(EROSI)
-12,730.31
(EROSI)
Luasan erosi pantai Pulau Sarok lebih besar
dibanding dengan luas akresi, sehingga sedimen yang
tererosi berpindah ke daerah pantai Danau Anak Laut .
Erosi Pantai Gosong Telaga sangat signifikan
dibandingkan dengan akresi. Sedimen yang tererosi
pada Pantai Pulau Sarok dan Pantai Gosong Telaga
berpindah ke Pantai Anak Laut seluas 36.552,42 m
2
.
Sisa sedimen 12.730,31 m
2
tersebar di laut Sekitar
Kota Singkil. Secara total, Pantai Sekitar Kota Singkil
mengalami defisit sedimen seluas 12.730,31 m
2
. Dari
data ini menunjukkan kondisi erosi di pantai Sekitar
Kota Singkil setiap tahunnya mengalami peningkatan.
Dengan tidak seimbangnya pasokan pasir
yang masuk dengan yang keluar pada kawasan Pantai
Sekitar Kota Singkil akan tergerus terus menerus.
Akibat jangka panjang dari erosi ini berdampak
negatif terhadap kawasan pantai sekitar Kota Singkil
jika tidak dilakukan antisipasi dari pihak pemangku
kepentingan.

PENUTUP

Pantai Pulau Sarok , Laguna Anak Laut dan
Gosong Telaga menjadi satu kesatuan dari Pantai
Sekitar Kota Singkil yang dipengaruhi oleh laju
angkutan sedimen sejajar pantai. Laju angkutan
sedimen sejajar pantai memiliki dampak berupa akresi
dan erosi. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian
ini adalah :
1. Laju potensial angkutan sedimen sejajar pantai
tahunan di lokasi penelitian ini 127.717,20
m
3
/tahun ke Timur.
2. Luas Pantai Pulau Sarok mengalami erosi
sampai 189.89 % terhadap luasan akresi.
Sedimen pada pantai tersebut lebih banyak
keluar dibandingkan masuk, sehingga dalam
jangka waktu panjang kondisi pantai tersebut
mengalami erosi yang mengkhawatirkan.
3. Luas Pantai Anak Laut mengalami erosi 22.21
% terhadap luasan akresi. Sedimen pada pantai
ini lebih banyak yang masuk dibandingkan
dengan yang keluar, sehingga surplus pasokan
sedimen. Surplus sedimen pada lokasi pantai
tersebut membawa dampak negatif terhadap
muara Laguna Anak Laut yang menjadi
dangkal dan tertutup permanen.
4. Luas Gosong Telaga mengalami erosi sampai
2.151,83% terhadap luasan akresi. Persentase
perbandingan sedimen yang masuk dengan
yang keluar sangat tidak seimbang,
mengakibatkan abrasi pantai yang sangat
signifikan dan membutuhkan penangan khusus.
5. Perubahan kedalaman laut di Sekitar Kota
Singkil memberi kontribusi terhadap laju
angkutan sedimen sejajar pantai dan tegak
lurus pantai. Perubahan kedalaman laut
merupakan representasi dari penambahan atau
penggerusan sedimen pada bagian Laut Kota
Singkil.
6. Sedimen Pantai Sekitar Kota Singkil secara
umum dipengaruhi oleh sedimen sungai, empat
dari lokasi pengambilan sedimen dominan
berasal dari sedimen sungai.

DAFTAR PUSTAKA
Aagard, T., 2004, Longshore sediment transport and
coastal erosion at Skallingen, Denmark . Danish
Journal of Geography, vol. 104(1), p. 5-14.
Ali, T., 2007, Along-shore sediment transport
estimation and shoreline change prediction: A
comparative study, Whitepaper-uploadfile,
Department of Engineering Technology
University of Central Florida, viewed 4
November 2009.
BRR NAD-Nias, 2006, BRR TOPO MAP ACEH,
Skala 1 : 1. 500.000
BRR NAD-Nias, 2006, Peta Bathimetri Provinsi
Aceh, Studi Sedimentasi dan Abrasi di Provinsi
NAD, skala 1 : 60.000
Ibrahim, 2007, Studi Penanggulangan Erosi Pantai
Kota Lhokseumawe, Tesis Magister Teknik,
Program Pasca Sarjana Universitas Syiah Kuala,
Banda Aceh, Indonesia.
Reeve, D., Chadwick, A., & Fleming, C., 2008,
Coastal Engineering: Process, theory and design
practice, Spon press. 2 Park Square, Milton Park,
Abingdon, Oxon, OX 14 4RN.
Rosati, JD., Walton, TL., & Bodge, K., 2002, Coastal
Engineering Manuals, Chapter III-2, Longshore
Sediment Transport, EM 1110-2-1100 (Part III),
p.III-2-1.
Rosati, JD., 2001, Coastal Sediment properties,
Proffesional Development programme: Coastal
Infrastructure Design, Construction and
Maintenance, Chapter 6 : Longshore Sediment
Processes, p.III-1-6, Saint Lucia, West Indies.
Triatmodjo, B., 1999, Teknik Pantai, Beta Offset,
Yogyakarta, Indonesia.
TDMRC UNSYIAH, 2010, Report of Survey South
Western Coast of Aceh, NO. 07/LAP/AR/2010,
Banda Aceh, Indonesia.
U.S. Army Coastal Engineering Research Center,
Department of the Army, Corps of Engineers,
1984, Shore Protection Manual U.S. Govt.
Printing Office, vols. 1 and 2, Washington, DC.,
USA.

Вам также может понравиться