Вы находитесь на странице: 1из 9

Review jurnal

Antinociceptive Action of Isolated Mitragynine from Mitragyna speciosa through Activation of Opioid Receptor System Dini Novindriana 1420272671

Mitragyna speciosa
Klasifikasi Kingdom : Plantae (Tumbuhan) Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua/dikotil) Sub Kelas : Asteridae Ordo : Rubiales Famili : Rubiaceae (suku kopi-kopian) Genus : Mitragyna Spesies : Mitragyna speciosa Korth. tanaman tropis asli Asia Tenggara khususnya di Thailand (Kratom), Malaysia (Ketum) dan Indonesia (Kratom atau Puri) Mengandung Alkaloid indol: mitraginin, painantin, dan spesioginin

Penggunaan secara empiris


Daun dikonsumsi segar dikunyah Daun kering bubuk, baik untuk langsung ditelan, dijadikan rokok atau diseduh menjadi teh. Mengkonsumsi daun kratom dengan dosis 2 sampai 10 gram memberikan efek dominan yang mirip dengan obat-obatan psikostimulan dosis yang kuat (20-50 gram) memberikan efek gembira yang mendalam dan sangat menyenangkan penenang dan euforia Daun kratom sudah digunakan secara tradisional untuk efek seperti opium dan seperti coca yang memiliki kemampuan stimulan untuk melawan rasa letih dan meningkatkan daya tahan terhadap sinar matahari serta digunakan untuk mengobati diare dan untuk menghentikan pecandu morfin.

pendahuluan
Temuan sebelumnya telah menunjukkan bahwa mitragynine ( MG ) , sebuah alkaloid indol utama yang ditemukan di Mitragyna speciosa ( MS ) dapat memberikan efek antinociceptive melalui sistem opioid. Dalam penelitian ini , aksi MG diselidiki sebagai agen antinociceptive yang bekerja pada reseptor cannabinoid tipe 1 ( CB1 ) dan efek pada reseptor opioid.

Pembahasan dan Hasil


Efek mitragynine di Hot-Plate Test (HPT) Mitragynine adalah senyawa aktif utama yang ditemukan dan merupakan senyawa alkaloid utama yang aktif dan diyakini sebagai kontributor utama berbagai sifat biologis. Efek antinociceptive terbaik diamati dengan konsentrasi 35 mg / kg dari MG yang mengakibatkan peningkatan yang signifikan ( p < 0,05 ) dalam waktu latency saat dibandingkan dengan vehicle control dan kelompok morfin. Namun, efek antinociceptive dari MG itu sedikit berkurang pada 40 mg/kg dan 60 mg/kg.

Mitragynine pada reseptor cannabinoid tipe 1 (CB1) Dalam rangka untuk menentukan reseptor yang terlibat dalam efek antinociceptive dari MG digunakan antagonis reseptor ditujukan terhadap CB1 (AM251). ketika MG diberikan setelah pemberian AM251, menunjukkan waktu latency yang lama dan tidak signifikan secara statistik jika dibandingkan dengan kelompok MG saja. Hasil ini menunjukkan bahwa MG tidak mengerahkan tindakan antinociceptivenya melalui reseptor CB1.

Mitragynine pada reseptor opioid Digunakan nalokson (antagonis reseptor opioid non - selektif ) penurunan waktu latency yang signifikan dibandingkan dengan MG saja. hasil yang sama diamati oleh naltrindole (antagonis reseptor ), Naloxonazine (antagonis reseptor 1) mengurangi efek anticociceptive dari MG , tetapi secara statistik tidak signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa MG tidak hanya bertindak secara khusus pada 1 -reseptor Namun, norbinaltorpimine ( antagonis -opioid ) sebagian memblokir pengaruh MG dan secara signifikan menurun waktu latency bila dibandingkan dengan MG saja. Temuan menunjukkan bahwa MG mungkin sebagian bertindak melalui reseptor .

Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian MG mampu menghasilkan antinociceptive efek menggunakan metode HPT Mekanisme aksi untuk MG tidak langsung melalui sistem reseptor cannabinoid 1 ( CB1 ) tetapi melalui sistem reseptor opioid supraspinal.

TERIMA KASIH

Вам также может понравиться