Вы находитесь на странице: 1из 26

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ANATOMI LENSA Lensa adalah suatu struktur biconvex, avaskular, tidak bewarna, dan hampir transparan sempurna. Tebalnya sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm. lensa tergantung pada zonula dibelakang iris; zonula menghubungkannya dengan corpus cilliare. Disebelah anterior lensa terdapat aquos humor, disebelah posteriornya vitreus. Kapsul lensa adalah suatu membrane semipermeabel (sedikit lebih permeable daripada dinding kapiler) yang melewatkan air dan elekrolit untuk makanannya.1,2 Disebelah depan terdapat selapis epitel subkapsular. Nucleus lensa lebih keras daripada korteksnya. Seiring dengan bertambahnya usia, serat-serat lamellar subepitel terus diproduksi sehingga lensa perlahan-lahan menjadi lebih besar dan kurang elastik. Nucleus dan korteks terbentuk dari lamellae konsentris yang panjang. Garis-garis persambungan (suture line) yang terbetuk dari persambungan tepi-tepi serat lamellar tampak seperti huruf Y dengan slit lamp.1,2

Gambar 2. Anatomi Lensa.3

Lensa ditahan ditempatnya oleh ligamentum suspensorium yang dikenal sebagai zonula (zonula zinii), yang tersusun atas banyak fibril; fibril-fibril ini berasal dari permukaan corpus cilliare dan menyisip ke dalam ekuator lensa.1,2

2.2 DEFINISI KATARAK Kata katarak berasal dari bahasa latin- Cataracta yang berarti air terjun, karena orang yang menderita katarak mempunyai penglihatan yang kabur seolaholah penglihatannya dihalangi air terjun.3 Katarak adalah kekeruhan atau opasifikasi dari lensa mata atau kapsula lensa yang dapat menyebabkan gangguan penglihatan.4,5 Kekeruhan ini terjadi akibat hidrasi cairan lensa atau denaturasi protein lensa. Katarak dapat terjadi pada saat perkembangan serat atau sesudah serat lensa berhenti dalam perkembangannya dan telah memulai proses degenerasi.6

2.3 KLASIFIKASI KATARAK 1. Katarak developmental a. Katarak congenital b. Katarak yuvenil 2. Katarak Degeneratif a. Katarak primer Berdasarkan usia: Katarak yuvenilis Katarak presenilis Katarak senilis Berdasarkan stadium: Stadium insipient Stadium imatur Stadium matur Stadium hipermatur (< 20 tahun) ( 20-50 tahun) (> 50 tahun)

b. Katarak komplikata, terjadi akibat: Penyakit local pada mata (uveitis, glaucoma, myopia malignan, ablasio retina yang sudah lama) Penyakit sistemik ( galaktosemia, diabetes mellitus, tetani Trauma

c. Katarak sekunder: timbul beberapa bulan setelah operasi katarak.2

2.4 KATARAK SENILIS 2.4.1 Definisi Katarak senilis adalah katarak primer yang terjadi pada usia lebih dari 50 tahun. Namun, jika disertai dengan penyakit lainnya seperti diabetes mellitus yang akan terjadi lebih cepat. Kedua mata dapat terlihat derajat kekeruhan yang sama atau berbeda.2,7

2.4.2 Epidemiologi Katarak senilis Penuaan merupakan penyebab katarak yang terbanyak. Katarak akibat penuaan merupakan penyebab umum gangguan penglihatan. Berbagai studi crosssectional melaporkan prevalensi katarak pada individu berusia 65-74 tahun adalah sebanyak 50%; prevalensi ini meningkat hingga 70% pada individu diatas 75 tahun. Tidak ada perbedaan ras dan jenis kelamin terhadap penurunan penglihatan4,8

2.4.3 Klasifikasi Katarak Senilis a. Berdasarkan morfologisnya, yakni sebagai berikut :9 1. Katarak nuclear 2. Katarak kortikal 3. Katarak kupuliform

b. Berdasarkan maturitas yakni sebagai berikut : 9 1. Stadium insipient 2. Stadium imatur 3. Stadium matur 4. Stadium hipermatur

2.4.4 Etiologi Katarak Senilis Penyebab katarak senilis belum diketahui secara pasti. Diduga terjadi karena: 1. Proses pada nucleus Oleh karena serabut- serabut yang terbentuk lebih dahulu selalu terdorong kearah tengah, maka serabut-serabut lensa bagian tengah menjadi lebih padat (nukleus), mengalami dehidrasi, penimbunan ion calcium dan sclerosis. Pada nucleus ini kemudian terjadi penimbunan pigmen. Pada keadaan ini lensa menjadi lebih hipermetrop. Lamakelamaan nucleus lensa yang pada mulanya bewarna putih, menjadi kekuning-kuningan, lalu menjadi coklat, dan kemudian menjadi kehitam-hitaman. Kadang itulah dinamakan katarak brunesen atau katarak nigra.2 2. Proses pada korteks Timbulnya celah-celah diantara serabut-serabut lensa, yang berisi air dan penimbunan calcium, sehingga lensa menjadi lebih tebal, lebih cembung, dan membengkak, menjadi lebih miop.berhubung adanya perubahan refraksi kea rah myopia pada katarak kortikal, penderita seolah-olah mendapatkan kekuatan baru untuk melihat dekat pada usia yang bertambah.2

2.4.5 Patofisiologi Katarak Senilis Patofisiologi terjadinya katarak senilis terjadi sangat kompleks. Dan belum sepenuhnya dimengerti. Walaupun demikian, pada lensa katarak secara karakteristik terdapat agregrat-agregat protein yang menghamburkan cahaya dan mengurangi transparansinya. Perubahan protein lainnya akan mengakibatkan perubahan warna lensa menjadi kuning atau coklat.. temuan tambahan mungkin berupa vesikel diantara serat-serat lensa atau migrasi epitel dan pembesaran epiteepitel yang menyimpang. Sejumlah faktor yang diduga turut berperan dalam terbentuknya katarak, antara lain kerusakan oksidatif (dari proses radikal bebas) sinar UV, dan malnutrisi.4,1

2.4.6 Diagnosis Berdasarkan maturitasnya, katarak diklasifikasikan sebagai berikut : a. Stadium insipien Stadium yang paling dini yang belum menimbulkan gangguan visus. Dengan koreksi, visus masih dapat 5/5-5/6.2 Pada stadium ini terdapat keluhan poliopia oleh karena indeks refraksi yang tidak sama semua bagian lensa. Bila dilakukan uji bayangan iris akan positif.9 Kekeruhan terutama terdapat pada bagian perifer berupa bercak-bercak seperti baji (jari-jari roda) dan daerah jernih diantaranya terutama mengenai korteks anterior. Gambaran inilah yang disebut spokes of a wheel, yang nyata bila pupil dilebarkan. Pada stadium lanjut, gambaran baji dapat dilihat pula pada pupil yang normal.2 b. Stadium imatur Kekeruhan belum mengenai seluruh lapisan lensa. Kekeruhan itu terutama terdapat dibagian posterior dan bagian belakang nucleus lensa. Kalau tidak ada kekeruhan di lensa, maka sinar dapat masuk kedalam mata tanpa ada yang dipantulkan. Oleh karena kekeruhan dibagian posterior lensa, maka sinar
5

oblik yang mengenai bagian yang keruh ini, akan dipantulkan lagi, sehingga pada pemeriksaan terlihat dipupil ada daerah yang terang sebagai reflex pemantulan cahaya pada daerah lensa yang keruh dan daerah yang gelap akibat bayangan iris pada bagian lensa yang keruh. Keadaan ini disebut shadow test (+). Pada stadium ini mungkin terjadi terjadi hidrasi korteks yang mengakibatkan lensa menjadi cembung, sehingga indeks refraksi berubah karena daya biasnya bertambah dan mata menjadi myopia. Keadaan ini dinamakan intumesensi. Dengan mencembungnya lensa, iris terdorong kedepan, menyebabkan sudut bilik mata depan menjadi lebih sempit, sehingga dapat menimbulkan glaucoma sebagai penyulitnya.2

Gambar.3. Katarak Imatur.3.

c. Stadium Matur Pada stadium ini terjadi pengeluaran air, sehingga lensa akan berukuran normal kembali, sudut bilik mata depan normal kembali. Pada stadium ini lensa telah menjadi keruh seluruhnya, sehingga semua sinar yang melalui pupil dipantulkan kembali dipermukaan anterior lensa. Tak ada bayanganiris (shadow test (-)). Di pupil tampak lensa yang seperti mutiara. Iris shadow test membedakan stadium matur dari imatur dengan syarat harus diperiksa lebih lanjut dengan midriatika. Dengan melebarkan pupil akan tampak bahwa kekeruhan hanya terdapat pada daerah pupil saja.
6

Kadang-kadang, walaupun masih stadium imatur (iris shadow test (+)), dengan koreksi, visus tetap buruk, hanya dapat menghitung jari, bahkan dapat lebih buruk lagi 1/300 atau satu tak hingga, hanya ada persepsi cahaya, walaupun lensanya belum keruh seluruhnya. Keadaan ini disebut stadium vera matur.2

Gambar 4. Katarak matur.3

d. Stadium Hipermatur Korteks lensa yang konsistensinya seperti bubur telah mencair, sehingga nucleus lensa turun oleh karena daya beratnya, kebawah. Melalui pupil pada daerah yang keruh nucleus ini terbayang sebagai setengah lingkaran dibagian bawah, dengan warna yang lain dari pada bagian yang diatasnya yaitu kecoklatan. Pada stadium ini juga terjadi kerusakan kapsul lensa, yang menjadi lebih permeable, sehingga isi korteks yang cair dapat keluar dan lensa menjadi kempis, yang dibawahnya terdapat nucleus lensa. Keadaan ini disebut katarak morgagni. Pada pemeriksaan didapatkan iris tremulans, tak menempel pada lensa, sehingga pada pergerakkan bola mata, iris bergetar. Masa lensa yang masuk kedalam bilik mata depan dapat menimbulkan penyulit glaucoma (proses fakolitik) dan uveitis (proses fakotoksik).2

Diagnose katarak menjadi sempurna, bila disebutkan:2 1. Klasifikasi menurut umur 2. Keadaan stadiumnya 3. Ada tidaknya intumesensi

Gambar 5. Katarak hipermatur.3

Klasifikasi katarak menurut morfologinya yaitu : a. Katarak nuklear Inti lensa dewasa selama hidup bertambah besar dab menjadi sklerotik. Lama kelamaan isi lensa yang mulanya menjadi putih kekuning-kuningan menjadi coklat dan kemudian menjadi kehitam-hitaman. Keadaan ini disebut katarak brunesen atau nigra.9

Gambar.6. Katarak nuclear.3

b. Katarak kortikal Pada katarak kortikal terjadi penyerapan air sehingga lensa menjadi cembung dan terjadi miopisasi akibat perubahan indeks refraksi lensa. Pada keadaan ini penderita seakan-seakan mendapat kekuatan baru untuk melihat dekat pada usia yang bertambah.9 Merupakan kekeruhan pada korteks lensa. Perubahan hidrasi serat lensa menyebabkan terbentuknya celah-celah dalam pola radial disekeliling daerah ekuator. Katarak ini cenderung bilateral, tetapi sering asimetrik. Derajat gangguan fungsi peglihatan bervariasi, tergantung seberapa dekat kekeruhan dengan sumbu penglihatan.4 Terdapat 2 jenis katarak kortikal yakni : 1. Tipe koronal (penampang frontal dan melintang)kekeruhan berbentuk gada di perifer dengan bagian sentralnya jernih, progesifitas lambat 2. Tipe kuneiformis : spikula multipel di perifer dengan bagian sentralnya jernih, progresivitas lambat.4

Gambar 9. Katarak Kortikal.3

c. Katarak kupuliform Katarak kupuliform dapat terlihat pada stadium dini katarak kortikal atau nuclear. Kekeruhan terletak dilapis korteks posterior dan dapat memberikan gambaran miring. Makin dekat letaknya terhadap kapsul makin

cepat bertambahnya katarak. Katarak ini sering sukar dibedakkan dengan katarak komplikata.9
3.4.5 Penyulit Katarak 1. Glaucoma , melalui proses : - Fakotopik

- Fakolitik - Fakotoksik
2.

Dislokasi Lensa Penatalaksanaan


a. Preparat iodine b. Protein lensa c. Hormone d. Zat yang berkurang pada kekeruhan lenda missal : vitamin, ATP, mineral Pengobatan medikamentosa pada katarak belum memperlihatkan hasil yang jelas hanya untuk psikologis pasien

3.4.6

1. Medikamentosa

2. Bedah katarak Metode yang umum dipilih untuk katarak senilis adalah

meninggalkan bagian posterior kapsul lensa sehingga dikenal sebagai ekstraksi katarak ekstrakapsular. Penanaman lensa intraocular merupakan bagian dari prosedur ini. Dibuat sebuah saluran pada kapsula anterior, dan nukeus serta korteks lensanya diangkat.Kemudian lensa intraocular ditempatkan pada kapsular yang sudah kosong, disangga oleh kapsula posterior yang utuh.4 Pada ekstraksi katarak ekstrakapsular bentuk ekstraksi nucleus, nucleus lensa dikeluarkan dalam keadaan utuh, tetapi prosedur ini memerlukan insisi yang relative besar. Korteks lensa disingkirkan dengan penghisapan manual atau otomatis. Saat ini, fakoemulsifikasi adalah teknik

10

ekstraksi katarak ekstrakapsular yang paling sering digunakan. Teknik ini menggunakan vibrator ultrasonic genggam untuk menghancurkan nucleus yang keras hingga substansi nucleus dan korteks dapat diaspirasi melalui insisi berukurab 3mm. ukuran insisi tersebut cukup untuk emasukkan lensa intraocular yang dapat dilipat. Jika digunakan lensa intraocular yang kaku, insisi perlu dilebarkan hingga sekitar 5 mm. keuntungan-keuntungan yang didapat dari tindakan insisi kecil adalah kondisi intraoperasi lebih terkendali, dan mengurangi peradangan intraocular pascaoperasi yang semuanya berakibat pada rehabilitasi yang lebih singkat.4 Walaupun demikian teknik facoemulsifikasi menimbulkan risiko yang lebih tinggi terjadinya pergeseran materi nucleus ke posterior melalui suatu robekan kapsul posterior, kejadian ini merupakan tindakan bedah vitreoretina yang kompleks.4

2.6 Indikasi Operasi a. Indikasi Klinis : bila katarak matur, untuk mencegah penyulit yang ditimbulkan b. Indikasi sosial : bila kekeruhan lensa tidak dapat lagi melakukan pekerjaan sehari-hari2

2.7

Kontraindikasi Katarak a. Infeksi sekitar mata dilakukan anel test b. Tekanan bola mata cukup tinggi c. Fungsi retina harus baik d. Keadaan umum harus baik (hioertensi, diabetes mellitus, batuk kronis) e. Adanya astigmatisma.2

11

PEMBAHASAN 1. ANAMNESIS Pasien datang dengan keluhan utama kedua matanya sudah tidak bisa melihat sejak 1 tahu yang lalu, dari keluhan utama kita ketahu kemungkinan terganggunya media refraksi pasien. Dari anamnesis yang dilakukan pada pasien diketahui pasien mengalami penurunan tajam penglihatan secara perlahan dan mata tenang, dari sana dapat kita diagnosis banding : katarak, retinopathy, glaucoma simpleks, dan proses lainnya pada jalur penglihatan yang berjalan kronis Mata pasien merah (-), secret (-), berair (-), sakit kepala(-), gatal (-) jadi diagnosis banding mata merah dapat disingkirkan Pasien mengeluh ada rasa mengganjal pada matanya, pasien mengaku sering terpapar angin, sinar matahari, sebelum penglihatannya berangsur-angsur menghilang, karena mata yang tidak merah, berair (-), gatal (-), kita dapat mendiagnosis bandingnya pinguekula,pterigium, dan pseudopterigium Jika dinilai dari traumanya, yang dapat menyebabkan pasien tidak bisa melihat yakni ablatio retina, katarak traumatika, glaucoma sekunder akibat trauma tumpul. Pasien juga tidak tidak ada riwayat trauma sehingga diagnosis banding diatas dapat disingkirkan Dari anamnesis riwayat penyakit sistemik tidak ada keluhan, akan tetapi masih diperlukan pemeriksaan lebih lanjut.

2. PEMERIKSAAN VISUS DAN MEDIA REFRAKSI Dari pemeriksaan visus didapati pada mata kanan tajam penglihatannya 1/ (hanya dapat melihat cahaya), sedangkan mata kirinya 1/300, pada pergerakan bola mata pasien tidak dapat melakukan versi pada mata kanan karena tajam penglihatannya hanya 1/ Dari pemeriksaan TIO diketahui TIO pasien normal, jadi glaucoma simplek untuk sementara dapat disingkirkan namun masih diperlukan pemeriksaan
12

eksternal dan tambahan lainnya dikarenakan peningkatan TIO pada glaucoma simpleks tidak terlalu signifikan.

3. PEMERIKSAAN EKSTERNAL Pada konjungtiva bulbi didapatkan jaringan fibrovasculer dari para limbus menuju kornea dan diketahui tes sondenya negative, maka diagnosis banding pseudopterigium dapat ditiadakan karena pada pseudopterigium tes sonde (+). Sonde (+) maksudnya : sonde dapat dimasukkan dibawah pseudopterigium dan bila jaringan ini dilepaskan dari kornea maka jaringan tersebut akan kembali ke asalnya. Pseudopterigyum juga merupakan perlekatan konjungtiva bulbi pada kornea, akibat adanya ulkus menahun, sebagai reaksi tubuh untuk mempercepat penyembuhan. Sedangkan pinguekuela tampak sebagai bercak kekuningan yang menonjol , terletak pada bagian temporal atau nasal, biasanya nasal kornea. Jaringan ini terdiri dari penebalan konjungtiva , disebabkan pembentukan jaringan elastic kuning dengan hialin , oleh karena rangsangan yang lama oleh debu dan angin.Jadi pinguekula dapat juga disingkirkan sebagai diagnosis bandingnya.2 Stadium pterigium yaitu : 1. Stadium 1 : pterigium yang dibatasi sampai ke limbus 2. Stadium 2 : pterigium mencapai pinggir kornea 3. Stadium 3 : pterigium antara limbus dan pinggir pupil 4. Stadium 4 : pterigium menutupi sentral pupil.14 Dari stadium pterigium diatas diketahui bahwa pada pasien mengalami pterigium stadium 2 OD dan stadium 3 OS Pada pupil pasien isokor,irisnya normal dan lensanya keruh seluruh serta shadow test (+), COA sedang kemungkinan pasien mengalami katarak matur. Hal ini dikarenakan dilihat dari visus yang sangat menurun dan dilihat dari kelainan diatas. Jika dilihat dari stadium katarak senilis maka diketahui perbedaan pemeriksaan eksternalnya yaitu :13
13

insipien Kekeruhan Besar lensa Cairan lensa Iris COA Sudut mata Penyulit Normal ringan Normal Normal Normal Normal bilik Normal

Imatur Sebagian Lebih besar Bertambah Terdorong Dangkal Sempit

Matur Seluruh Normal Normal Normal Normal Normal

Hipermatur Massif Kecil Berkurang Tremulans Dalam Terbuka

Glaucoma

Uveitis Glaucoma

Dari pemeriksaan eksternal tersebut juga kita dapat menyingkirkan glaucoma simpleks dari pupilnya pada glaucoma melebar, tekanan intra okulernya nya meningkat, sedangkan pada pasien tidak jadi dapat disingkirkan. Pada penatalaksanaan sebaiknya dilakukan operasi katarak : yaitu : ECCE, SICS, FACO + IOL , karena untuk memperkesil risiko komplikasi post operasi katarak dan penambahan IOL untuk mengurangi penggunaan kacamata dengan speris terlalu tinggi, juga dilakukan extirpasi dari pterigiumnya, karena ptrerigiumnya juga dikhawatirkan akan menggagu media refraksi karena sudah grade 2 dan 3. Namun, sebaiknya dilakukan operasi katarak terlebih dahulu untuk memperbaiki kualitas pandangannya terlebih dahulu. Untuk pterigiumnya disarankan dilakukan extirpasi pterigium dengan conjunctival autograft atau amniotic membrane dan terapi tambahan dengan mitomycin C untuk mencegah rekurennya pterigium atau teknik operasi Mc.Reynold.2,14

14

Perlu juga dilakukan pemeriksaan refraksi setelah ekstirpasi pterigiumnya untuk mengetahui apakah pasien mengalami astigmatisma diakibatkan karena pterigium grade 2 dan 3 nya yang dapat refraksi. mengganggu media

DAFTAR PUSTAKA 1. Riordan paul-eva. Anatomi dan Embriologi Mata. Dalam : Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum. Edisi ke-17. Jakarta : EGC. 2009. hal.11-12 2. Wijana, Nana. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke-6. Jakarta.1993 Hal.190-200 3. K.Gerhard Lang, E. Gabriele Lang. Ophthalmology A Text Book Atlas (online). New York: Thieme Stuttgart; 2006 (diakses 20 Nov 2010). Diunduh dari URL : http://www.ebooks.thieme.com/reader/pocket-atlas-ophthalmology 4. Jamed Bruce, Chris Chew, Anthony Bron. Lecture Note Oftalmologi. Edisi ke-9. Jakarta: EMS. hal.77-84 5. Harper Richard A, John P.Shock. Lensa. Dalam : Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum. Edisi ke-17. Jakarta : EGC. 2009.169-177 6. Pitts Ronald Crick, Tee Peng Khaw. A Textbook of Clinical Ophthalmology. 3rd ed (online). Singapore: World Scientific; 2003 (diakses 20 Nov 2010). Diunduh dari URL : http:// www .ebook3000.com/A-Textbook-of-Clinical-

Ophthalmology_105436.html 7. Ilyas Sidarta. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke- 3. Jakarta: FK UI. 2005. hal.133-9 8. Fowler JH, Philip Dopp, Asif Salyani. Ophthalmology (online). New York. MCCQE ; 2002 (diakses 20 Nov 2010). Diunduh dari : URL : http:// www.book2down.com/search-Ophthalmology+Notes

15

9. Ilyas Sidarta. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke-5. Jakarta: FK UI. 1998. hal:45-52 10. Victor Vecente. Cataracts senille (online). Philllipine. Medicastore; 2009 (diakses 20 Nov 2010). Diunduh dari URL : http://

http://emedicine.medscape.com/article/1210914-overview 11. Ilyas Sidarta, et al. Ilmu Penyakit Mata untuk Dokter Umum dan Mahasiswa Kedokteran. Edisi ke-2. Jakarta: Sagung Seto.2010. hal. 148-153 12. Kanski Jack J. Clinical Ophthalmology a Systemic Approach.Ed.6. Windsor : Elseiver. hal.337-358 13. Ilyas Sidarta. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke-2. Jakarta: FK UI.2001. hal.133-137 14. Garg Ashok, et al.Surgical and Medical Management of Pterygium.New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers.2009.hal.9

16

2.1

DEFINISI Katarak adalah perubahan lensa mata yang sebelumnya jernih dan tembus cahaya

menjadi keruh. Katarak menyebabkan penderita tidak bisa melihat dengan jelas karena dengan lensa yang keruh cahaya sulit mencapai retina dan akan menghasilkan bayangan yang kabur pada retina.1 Katarak adalah keadaan dimana terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan lensa di dalam kapsul lensa atau juga suatu keadaan patologik lensa di mana lensa menjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa atau denaturasi protein lensa.1

1.2

ETIOLOGI Etiologi katarak adalah : a. degeneratif (usia) b. kongenital c. penyakit sistemik (misal DM, hipertensi, hipoparatiroidisme) d. penyakit lokal pada mata (misal uveitis, glaukoma dll) e. trauma f. bahan toksik (kimia & fisik)

g. keracunan obat-obat tertentu (kortikosteroid, ergot, dll) Katarak disebabkan hidrasi (penambahan cairan lensa), denaturasi protein lensa, proses penuaan (degeneratif). Meskipun tidak jarang ditemui pada orang muda, bahkan pada bayi yang baru lahir sebagai cacat bawaan, infeksi virus (rubela) di masa pertumbuhan janin, genetik, gangguan pertumbuhan, penyakit mata, cedera pada lensa mata, peregangan pada retina mata dan pemaparan berlebihan dari sinar ultraviolet. Kerusakan oksidatif oleh radikal bebas, diabetes mellitus, rokok, alkohol, dan obat-obatan steroid, serta glaukoma (tekanan bola mata yang tinggi), dapat meningkatkan risiko terjadinya katarak.1

17

Sebagian besar katarak terjadi karena proses degeneratif atau bertambahnya usia seseorang. Katarak kebanyakan muncul pada usia lanjut. Data statistik menunjukkan bahwa lebih dari 90% orang berusia di atas 65 tahun menderita katarak. Sekitar 55% orang berusia 75-85 tahun daya penglihatannya berkurang akibat katarak. Walaupun sebenarnya dapat diobati, katarak merupakan penyebab utama kebutaan di dunia.1

2.3

GEJALA KLINIS Gejala umum gangguan katarak meliputi : Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek. Peka terhadap sinar atau cahaya. Dapat melihat dobel pada satu mata. Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca. Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.1

2.4

KLASIFIKASI KATARAK

Katarak dapat diklasifikasikan dalam golongan berikut : Katarak perkembangan (developmental) dan degeneratif Katarak kongenital, juvenvil, dan senil. Katarak komplikata Katarak traumatik.2

Penyebab terjadinya kekeruhan lensa ini dapat : 1. Primer, berdasarkan gangguan perkembangan dan metabolisme dasar lensa. 2. Sekunder, akibat tindakan pembedahan lensa. 3. Komplikasi penyakit lokal ataupun umum.2

18

19

Berdasarkan usia pasien, katarak dapat di bagi dalam : Katarak kongenital, katarak yang terlihat pada usia di bawah 1 tahun Katarak juvenil, katarak yang terlihat pada usia di atas1 tahun dan di bawah 40 tahun. Katarak presenil, katarak sesudah usia30 - 40 tahun Katarak senil, katarak yang mulai terjadi pada usia lebih dari 40 tahun.2

KATARAK SENIL Katarak senil adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu usia di atas 50 tahun. Penyebabnya sampai sekarang tidak diketahui secara pasti. Katarak senil secara klinik dikenal dalam 4 stadium yaitu insipien, imatur, intumesen, matur, hipermatur dan morgagni. 3

Tabel 1. Perbedaan Stadium Katarak Senilis

Insipien Visus Kekeruhan Cairan Lensa Iris Bilik Mata Depan Sudut Bilik Mata Shadow Test Penyulit 6/6 Ringan Normal Normal Normal Normal Negatif -

Imatur (6/6 1/60) Sebagian Bertambah Terdorong Dangkal Sempit Positif Glaukoma

Matur (1/300-1/~) Seluruh Normal Normal Normal Normal Negatif -

Hipermatur (1/300-1/~) Masif Berkurang Tremulans Dalam Terbuka Pseudopositif Uveitis + Glaukoma

Katarak insipien. Pada stadium ini akan terlihat hal-hal berikut :

20

Kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeriji menuju korteks anterior dan posterior (katarak kortikal). Vakuol mulai terlihat di dalam korteks. Katarak subkapsular posterior, kekeruhan mulai terlihat anterior subkapsular posterior, celah terbentuk antara serat lensa dan korteks berisi jaringan degeneratif (benda Morgagni) pada katarak insipien. Kekeruhan ini dapat menimbulkan poliopia oleh karena indeks refaksi yang tidak sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini kadang-kadang menetap untuk waktu yang lama. 3

Katarak intumesen. Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa yang degeneratif menyerap air. Masuknya air ke dalam celah lensa mengakibatkan lensa menjadi bengkak dan besar yang akan mendorong iris sehingga bilik mata menjadi dangkal dibanding dengan keadaan normal. Pencembungan lensa ini akan dapat memberikan penyulit glaukoma. Katarak intumesen biasanya terjadi pada katarak yang berjalan cepat dan mengakibatkan miopia lentikular. Pada keadaan ini dapat terjadi hidrasi korteks hingga lensa akan mencembung dan daya biasnya akan bertambah, yang memberikdn miopisasi. Pada pemeriksaan slitlamp terlihat vakuol pada lensa disertai peregangan jarak lamel serat lensa. 3

Katarak imatur, sebagian lensa keruh atau katarak. Katarak yang belum mengenai seluruh lapis lensa. Pada katarak imatur akan dapat bertambah volume lensa akibat meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa yang degeneratif. Pada keadaan lensa mencembung akan dapat menimbulkan hambatan pupil, sehingga terjadi glaukoma sekunder. 3

Katarak matur. Pada katarak matur kekeruhan telah mengenai seluruh masa lensa. Kekeruhan ini bisa terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bila katarak imatur atau intumesen tidak dikeluarkan maka cairan lensa akan keluar, sehingga lensa kembali pada ukuran yang normal. Akan terjadi kekeruhan seluruh lensa yang bila lama akan

21

mengakibatkan kalsifikasi lensa. Bilik mata depan akan berukuran kedalaman normal kembali, tidak terdapat bayangan iris pada lensa yang keruh, sehingga uji bayangan iris negatif. 3 Katarak matur bila dibiarkan saja akan menjadi katarak intumesen (katarak dengan kandungan air maksimal), yang dapat memblok pupil dan menyebabkan tekanan bola mata meningkat (glaucoma). Atau lama kelamaan bahan lensa akan keluar dari lensa yang katarak ke bilik mata depan dan menyebabkan reaksi radang. Sel-sel radang ini akan menumpuk di trabekulum dan akhirnya juga dapat meningkatkan tekanan bola mata (glucoma). Bila tekan bola mata yang tinggi ini tidak segera diturunkan, maka sel-sel syaraf mata yang terdapat pada dinding belakang bola mata akan tertekan, yang pada akhirnya dapat menyebabkan kematian sel-sel syaraf tersebut, yang mengakibatkan kebutaan. 5

Katarak hipermatur. Katarak hipermatur, katarak yang mengalami proses degenerasi lanjut, dapat menjadi keras atau lembek dan mencair. Masa lensa yang berdegenerasi keluar dari kapsul lensa sehingga lensa menjadi mengecil, berwarna kuning dan kering, Pada pemeriksaan terlihat bilik mata dalam dan lipatan kapsul lensa. Kadang-kadang pengkerutan berjalan terus sehingga hubungan dengan zonula Zinn menjadi kendor. Bila proses katarak berjalan lanjut disertai dengan kapsul yang tebal maka korteks yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka korteks akan memperlihatkan bentuk sebagai sekantong susu disertai dengan nukieus yang terbenam di dalam korteks lensa karena lebih berat. Keadaan ini disebut sebagai katarak Morgagni.3

TERAPI Bedah katarak senil Bedah katarak senil dibedakan dalam bentuk ekstraksi lensa intrakapsular dan ekstraksi tensa ekstrakapsular. 2

22

Ekstraksi lensa intrakapsular Ekstraksi jenis ini merupakan tindakan bedah yang umum dilakukan pada katarak senil. Lensa dikeluarkan berama-sama dengan kapsul lensanya dengan memutus zonula Zinnyang telah pula mengalami degenerasi. Pada ekstraksi lensa intrakapsular dilakukan tindakan dengan urutan berikut: 1. Dibuat flep konjungtiva dari jam 9-3 melalui jam 12 2. Dilakukan pungsi bilik mata depan dengan pisau 3. Luka kornea diperlebar seluas 160 derajat 4. Dibuat iridektomi untuk mencegah glaukoma blokade pupil pasca bedah 5. Dibuat jahitankorneosklera 6. Lensa dikeluarkan dengan krio 7. Jahitan kornea dieratkan dan ditambah 8. Flep konjungtiva dijahit.2

Penyulit pada saat pembedahan yang dapat terjadi adalah : 1. Kapsul lensa pecah sehingga lensa tidak dapat dikeluarkan bersama-sama kapsulnya. Pada keadaan ini terjadi ekstraksi lensa ekstrakapsular tanpa rencana karena kapsul posterior akan tertinggal 2. Prolaps badan kaca pada saat lensa dikeluarkan. 2

23

Bedah ekstraksi lensa intrakapsular (EKIK) masih dikenal pada negera dengan ekonomi rendah karena : 1. Teknik yang masih baik untuk mengeluarkan lensa keruh yang mengganggu penglihatan 2. Teknik dengan ongkos rendah. 2

Ekstraksi lensa ekstrakapsular Pada ekstraksi lensa ekstrakapsular dilakukan tindakan sebagai berikut: 1. Flep konjungtiva antara dasar dengan fornik pada limbus dibuat dari jam 2. 10 sampai jam 2 3. Dibuat pungsi bilik mata depan 4. Melalui pungsi ini dimasukkan jarum untuk kapsulotomi anterior 5. Dibuat luka kornea dari jam 10-2 6. Nukieus lensa dikeluarkan 7. Sisa korteks lensa dilakukan irigasi sehingga tinggal kapsul poserior saja 8. uka komea dijahit 9. Flep konjungtiva dijahit2

Penyulit yang dapat timbul adalah terdapat korteks lensa yang akan membuat katarak sekunder. 2

Fakoemulsifikasi Untuk mencegah astigmat pasa bedah EKEK, maka luka dapat diperkecil dengan tindakan bedah fakoemulsifikasi. Pada tindakan fako ini lensa yang katarak di fragmentasi dan diaspirasi. 2

24

SICS Teknik operasi Small Incision Cataract Surgery (SICS) yang merupakan teknik pembedahan kecil. Teknik ini dipandang lebih menguntungkan karena lebih cepat sembuh dan murah.6

25

26

Вам также может понравиться