Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
IV. Tantangan
Bank Dunia menghadapi sejumlah tantangan untuk
mewujudkan tujuan mempromosikan pengurangan kemiskinan
berkesinambungan. Tantangan utama-di samping untuk
memastikan bahwa operasi-operasi Bank Dunia tidak
merugikan masyarakat miskin-adalah untuk reorientasi strategi
Bank Dunia tentang kemiskinan, untuk menghindarkan
ketergantungan pada strategi kompensasi, yang langsung
menyentuh sumber struktural kemiskinan. Tantangan tersebut
memiliki beberapa dimensi.
Tantangan pertama ialah menggalang kemauan politik di
tingkat internasional dan pada tingkat negara-negara peminjam
untuk senantiasa menempatkan pemberantasan kemiskinan
pada puncak agenda politik. Tantangan kedua, ialah
memasukkan dampak proyek Bank Dunia terhadap distribusi
pendapatn ke dalam perhitungan kinerjanya. Yang ketiga, Bank
Dunia harus mengatasi debat yang tak berkesudahan tentang
hubungan antara kemiskinan dan program penyesuaian
struktural serta hutang. Tantangan keempat, ialah
mengembangkan perbaikan konsep-konsep, metode-metode,
dan data untuk mengukur keragaman dimensi kemiskinan dan
ketidakadilan. Akhirnya, dalam konteks komitmen peran-
sertanya, Bank Dunia harus mengembangkan kapasitas untuk
melibatkan masyarakat miskin ke dalam pembuatan keputusan
yang berpengaruh terhadap mereka. Tantangan-tantangan ini
akan didiskusikan di bawah ini.
MELETAKKAN MASALAH KEMISKINAN PADA
AGENDA NASIONAL DAN INTERNASIONAL
Pemerintah, badan-badan pembangunan, PBB, LSM semakin
banyak yang menukar bahasa mereka dari pengurangan
kemiskinan secara keseluruhan menjadi penghapusan mutlak
kemiskinan. Perubahan ini terefleksi dalam komitmen-
komitmen yang dibuat oleh negara-negara penanda tangan di
KTT untuk Pembangunan Sosial yang diselenggarakan oleh
PBB di Copenhagen bulan Maret 1995 untuk memperkuat hak-
hak orang miskin (lihat boks 16. "Komitmen KTT Sosial".)
Bagaimanapun, penyusunan komitmen-komitmen ini ke dalam
realitas membutuhkan kemauan politik signifikan yang harus
dibuat oleh pemerintah dan lembaga multilateral.
PBB memproklamasikan tahun 1996 sebagai Tahun
Penghapusan Kemiskinan Internasional, dan negara-negara
anggota diharapkan dalam jangka panjang mengembangkan
rencana penghapusan kemiskinan nasional pada akhir tahun ini.
Bank Dunia dapat memainkan peranan konstruktif dalam hal
ini, pertama, dengan memberi isyarat bahwa ia ingin bekerja
sama dengan PBB; kedua, dengan menggunakan banyak cara
perangkat pada disposalnya untuk mendorong para peminjam
untuk memfokuskan diri pada kemiskinan. Hal ini penting
dicatat, bagaimanapun, ketegangan antara negara-negara
peminjam dan penggunaan dana pinjaman untuk pengurangan
kemiskinan pada negara-negara peminjam yang tidak
sepenuhnya dijalankan.
Perangkat tersebut meliputi keputusan-keputusan tentang
volume, komposisi, dan pemotongan pinjaman, dan membuat
keputusan-keputusan tersebut tergantung pada komitmen
pemerintah untuk mengurangi kemiskinan. Untuk langkah
pertama, Bank Dunia harus melakukan kerja yang lebih baik
dalam memasukkan sasaran pengurangan kemiskinan ke dalam
strategi bantuan negara-nya (digambarkan di bawah
Partisipasi), dan melibatkan seluruh pemegang saham dalam
proses strategi pembangunan. LSM yang berhasil memimpin
usaha untuk meningkatkan profil masalah-masalah kemiskinan
di Brasil dipaparkan pada Boks 17 "Mengubah Persepsi Publik
tentang Kemiskinan".
KEADILAN
Tantangan kedua untuk Bank Dunia ialah memasukkan
keadilan sosial sebagai sasaran dalam pendakatannya pada
pembangunan berkelanjutan, sekalipun hal itu bahwa
peningkatan keadilan tersebut hanya menjadi nilai instrumental
dalam mendorong stabilitas dan pengurangan kemiskinan. Draf
laporan World Development Report menyebutkan bahwa
"analisa lintas negara menunjukkan bahwa masyarakat yang
timpang cenderung tidak stabil, baik secara politik dan sosial,
dan hal ini tercermin dari rendahnya tingkat investasi dan
pertumbuhan".
Pada banyak negara Selatan, kesenjangan antara kaum kaya dan
kaum miskin lebih luas daripada yang terdapat negara-negara
Utara. Perbandingan pengalaman di Amerika Latin dan Asia
Selatan menunjukkan bahwa negara yang distribusi
pendapatannya tidak terlalu timpang ternyata lebih sukses
dalam memerangi kemiskinan. Sementara Brasil dan Meksiko
menciptakan dasar-dasar industri yang signifikan, namun lebih
dari setengah penduduknya tetap terpinggirkan. Berbeda sekali
dengan Korea Selatan yang mendorong reformasi agraria,
kampanye pemberantasan buta huruf, dan pelatihan sumber
daya manusia sebagai cara untuk menolong orang agar dapat
membantu diri mereka sendiri dan berpartisipasi dalam
perolehan manfaat dari pertumbuhan ekonomi.
Beberapa pihak berargumentasi bahwa proyek dan kebijakan
pinjaman Bank Dunia mamasukkan kondisi kemiskinan, pada
cara yang sama mereka seharusnya juga memasukkan
"persyaratan kesenjangan". Dampak pembagian kembali
proyek-proyek dan kebijakan-kebijakan-dan terutama inisiatif
swastanisasi-agar seyogianya dirancang dan diterima sebagai
masalah rutin. Data dan tabel yang tercantum dalam Laporan
Pembangunan Dunia tahunan dari Bank Dunia seharusnya
diperluas agar meliputi hal-hal yang berhubungan dengan
ukuran keadilan bagi setiap negara.
MENDORONG KESEPAKATAN TENTANG PROGRAM
SAP DAN PINJAMAN
Seperti dijelaskan di atas pada bagian penyesuaian struktural
dan utang, Bank Dunia dan para pengkritiknya bersilangan
pendapat dalam analisis mereka terhadap hubungan antara
penyesuaian struktural dan kemiskinan, dan dalam kesimpulan
mereka tentang apa yang harus dilakukan oleh Bank Dunia
untuk mengatasi persoalan pinjaman tersebut. Perkembangan
saat ini mengindikasikan bahwa suatu dialog konstruktif di
antara pandangan-pandangan yang makin bertemu edang
gencar dilakukan. Bank Dunia telah menunjukkan
keterbukaannya untuk mengubah kriteria yang digunakan untuk
mengevaluasi reformasi pasar bebas dengan memasukkan
sasaran pengurangan kemiskinan. Program penyesuaian secara
meningkat memasukkan langkah-langkah mengurangi
kemiskinan, dan adanya komitmen untuk memberikan suatu
penekanan yang lebih besar dalam tahapan implementasinya.
Pada saat yang sama LSM mulai mengesampingkan suatu
penolakan menyeluruh terhadap penyesuaian struktural, dan
mengambil pendekatan lebih dalam terhadap dampak dari
unsur-unsur paket penyesuaian struktural untuk menilai unsur
mana yang bermanfaat bagi masyarakat miskin dengan
persyaratan-persyaratan tertentu. Mereka mempertanyakan,
sebagai contoh, dalam keadaan seperti apa usaha-usaha
swastanisasi memberikan keuntungan kepada masyarakat luas
dan tidak cuma kepada beberapa gelintir saja? Bagaimanapun
mereka senantiasa menekankan bahwa dana penanaman modal
sosial dan program kompensasi lainnya yang dirancang untuk
mengurangi kemiskinan adalah cuma sesuatu seperti bantuan
obat ringan, yang tidak mengobati sumber-sumber struktural
penyakitnya.
Berkaitan dengan soal hutang, Bank Dunia telah memulai
menunjukkan beberapa niatnya untuk mempertimbangkan
kemungkinan pengurangan hutang dengan menggunakan
sumber-sumber multilateral. Pada 25 Juli 1995 satu dokumen
internal diserahkan kepada Financial Times, suatu garis besar
program Bank Dunia untuk mengurangi kewajiban beban
multilateral-sebagai contoh utang-pinjaman yang berasal dari
Bank Dunia, IMF, dan Bank Pembangunan Regional-pada
negara-negara miskin yang memiliki pinjaman yang besar.
Proposal untuk Fasilitas Pengurangan Utang Multilateral
dipresentasikan kepada anggota Bank Dunia dan IMF pada
rapat Komite Pembangunan, bulan April 1996.
Dialog lebih lanjut terhadap dua masalah tersebut tetap
dibutuhkan untuk mencapai kesepakatan di antara negara
pemegang saham dan negara-negara peminjam serta unsur-
unsur asyarakat sipil dalam hal merancang ulang penyesuaian
struktural dan tanggapan Bank Dunia untuk memecahkan
masalah hutang ini.
PENGUKURAN
Definisi dan ukuran kemiskinan menimbulkan soal lain bagi
Bank Dunia. Di negara berkembang, tidak selalu tersedia suatu
data statistik tentang kemiskinan, dan data yang ada tidak bisa
dipercaya: di Meksiko, saat ini diungkapkan bahwa pola
administrasi yang dilakukan oleh pemerintahan Salinas secara
sistematis memutarbalikkan data statistik untuk
menyembunyikan data kemiskinan. Kelemahan ini makin
diperberat oleh kenyataan bahwa saat data statistik tersedia,
indikator konvensional yang dipakai tidak cocok pada konteks
sosial yang berlainan. Perubahan ke arah penggunaan Indeks
Pertumbuhan Manusia (HDI), dan secara khusus Indeks
Pertumbuhan dihubungkan dengan Gender (GDI), yang
memasukkan biaya dan manfaat non-pasar, akan sangat
membantu dalam mengukur kemiskinan.
Contoh yang paling mencolok pada kelemahan konvensional
adalah penggunaan pendapatan per kapita gross domestic
product (GDP) untuk mengidentifikasi kemiskinan. Brazil dan
Meksiko umumnya dianggap lebih baik dari hampir semua
negara di Afrika, dan namun di beberapa daerah di negara-
negara tersebut (Brazil dan Meksiko) memiliki tingkat
pendapatan rata-rata sama dengan negara-negara kawasan Sub-
Sahara Afrika. Yang lain menunjukkan bahwa GDP, tidak
seperti GNP (Hasil Pendapatan Nasional), membuat negara-
negara berkembang kelihatan bagus dipermukaan, dengan
memasukkan pendapatan investasi asing yang dikembalikan
kepada negara-negara lain.
Kadang-kadang sosok ekonomi makro dapat menyembunyikan
realitas kemiskinan ketika indikator keuangan diprioritaskan di
atas indikator-indikator lain yang menjelaskan bagaimana
ekonomi produktif dan alat-alat rumah tangga meningkat.
Sebagai contoh, sepanjang pemerintahan Salinas di Meksiko
(1988-1994), bursa efek mengalami masa kejayaannya, kondisi
keuangan pemerintahn menunjukkan surplus, investasi asing
berlimpah, dan nilai tukar stabil. Akan tetapi, model ekonomi
ini telah mendorong pencabutan kapasitas produktif domestik,
kemiskinan yang lebih besar, dan n kesenjangan sosial yang
makin tajam.
Analisis "The Welfare of the Nations" dilakukan oleh Wakil
Presiden Bank Dunia untuk bidang pembangunan untuk
keberlanjutan lingkungan-Environmentally Sustainable
Development-adalah langkah awal ke arah kerangka
konseptuasl untuk mengukur pembangunan berkelanjutan
secara lebih akurat. Kerangka itu memasukkan faktor manusia,
alam dan sosial ke dalam ukuran kekayaan, tetapi tidak
berhubungan dengan soal-soal distribusi pendapatan.
Perkembangan positif yang lain adalah bahwa Bank Dunia
meningkatkan penggunaan indikator tingkat pendapatan suatu
negara dan indikator-indikator sosialnya. Di antaranya adalah
tingkat upah tenaga kurang terampil (perkotaan dan pedesaan),
dan nilai tukar komoditi desa; dan pada indikator sosial
dimasukkan tingkat masuk sekolah, tingkat kematian balita,
imunisasi, kekurangan gizi anak, pengeluaran pemerintah
ataskebutuhan sosial dasar, harapan hidup laki-laki dan
perempuan, tingkat kesuburan dan tingkat kematian ibu.
Partisipasi
Tantangan akhir adalah pentingnya memasukkan pandangan
golongan miskin dalam membuat keputusan tentang
kesempatan dan hambatan yang dihadapi mereka. Adalah
kenyataan bahwa Bank Dunia bekerja melalui pemerintah
nasional yang menciptakan rintangan untuk dapat memperoleh
masukan secara langsung. Bagaimanapun, rasa memiliki dan
komitmen atas strategi pengurangan kemiskinan Bank Dunia
tidak dapat dijamin jika kaum miskin sama sekali tidak menjadi
bagian dari penyusunan strategi pembangunan tersebut.
Sementara itu pentingnya memasukkan input dari LSM ke
dalam rancangan Dana Investasi Sosial (Social Investment
Fund) dan program intervensi pro-kemiskinan lainnya telah
ditegaskan di atas, maka hal yang lebih penting adalah bahwa
usaha-usaha Bank Dunia untuk menggalakkan partisipasi tidak
dibatasi pada "tempat-tempat tertentu," yakni proyek-proyek
kemiskinan dan yang melibatkan LSM sebagai kontraktor.
Malahan, Bank Dunia harus membantu "lingkungan yang
menunjang " untuk partisipasi yang lebih luas dari golongan
miskin dan yang kelompok lain dalam pengambilan keputusan
yang mempengaruhi mereka.
Pada tingkat kebijakan, masukan bermutu tinggi dari LSM dan
unsur-unsur lain dari masyarakat sipil dibutuhkan dalam
memperbaiki beberapa dokumen Bank Dunia di tingkat
nasional, yang penting untuk proses pembuatan kebijakan. Hal-
hal tersebut mencakup:
Analisa Kemiskinan Partisipatori (PPA = Participatory
Poverty Assessment)
Dengan menggunakan data rumah tangga, PPA mencoba
mengukur tingkat dan bentuk dasar kemiskinan serta
mengidentifikasi kebijakan, pengeluaran publik, dan soal-soal
kelembagaan yang menhambat pengurangan kemiskinan secara
efektif. PPA juga mengeluarkan rekomendasi tentang tindakan
pemerintah untuk tujuan mengurangi kemiskinan. Bank Dunia
membanggakan bahwa jangka waktu analisa telah dipercepat:
PPA untuk 80 negara telah diselesai pada akhir tahun 1995.
Namun bagi LSM, soalnya adalah kualitas PPA, khususnya
soal pengumpulan data dan masukan dari kelompok masyarakat
yang dirancang akan memperoleh manfaat dari proyek.
Strategi Bantuan Negara (CAS = Country Assistance Strategy)
CAS memaparkan prioritas pemberian pinjaman Bank Dunia
kepada suatu negara dalam periode 3 - 5 tahun. Strategi
pengurangan kemiskinan belum diutamakan dalam CAS
meskipun dokumen yang sekarang diusulkan untuk
memasukkan hasil PPA, yang pada gilirannya harus berisi
rencana aksi tertentu untuk pengurangan kemiskinan. LSM
telah mengajukan alasan yang kuat agar Bank Dunia dan
negara-negara peminjam bertanggung jawab untuk melibatkan
masyarakat dalam perumusan strategi bantuan negara, dan
menekankan tujuan dan ukuran pengurangan kemiskinan dalam
strategi asistensi negara. Penting kiranya bahwa pemantauan
partisipatori menentukan biaya dan manfaat strategi
pengurangan kemiskinan bagi orang-orang miskin, masyarakat
adat, dan kaum perempuan.
Analisa Belanja Pemerintah (PER = Public Expenditure
Review)
PER memeriksa pola pengeluaran pemerintah di berbagai
sektor. PER suatu negara menyediakan informasi bagaimana
pemerintah mengumpulkan dan mengeluarkan uang, membaca
bagaimana prioritas anggaran negara-negara pengutang. Ulasan
Belanja Publik memperkenalkan kecenderungan pemilihan
dalam pengeluaran dan bagaimana kecenderungan tersebut
berpengaruh dalam pendidikan, kesehatan, dan program sosial
lainnya. Berkaitan dengan semua masalah kemiskinan, adalah
penting untuk menganalisis bagaimana perubahan dalam pola
belanja pemerintah berpengaruh terhadap kaum miskin, suku
anak dalam, dan perempuan.
Dokumen ini masih dipertimbangkan lagi oleh Bank Dunia
secara rahasia, dan pada tahapan ini pelaku non-pemerintah
dilibatkan dalam berbagai persiapan mereka dari suatu negara
ke negara lain.
V. Kesimpulan
Sebagai kesimpulan, Bank Dunia menghadapi sejumlah
tantangan dalam menerjemahkan komitmen retorisnya untuk
mengurangi kemiskinan pada hasil-hasil yang dicapai di
lapangan. Perubahan pendekatannya terhadap akar kemiskinan,
memasukkan keadilan sebagai suatu sasaran, dan peningkatan
konsensus tentang pinjaman dan penyesuaian struktural akan
membutuhkan dukungan dari pihak terkait, terutama pemegang
saham dan negara-negara peminjam secara bersamaan.
Peningkatan sistematik atas peran serta masyarakat miskin
dalam proyek-proyek Bank Dunia dan dalam perumusan
kebijakan mungkin tantangan paling sulit yang dihadapi oleh
Bank Dunia saat ini.
Catatan Akhir
Naskah ini berdasarkan draft yang ditulis oleh Carlos Heredia. Frances
1)
Desember 1995).
Adjustment in Africa: Reforms, Results and the Road a Head,
6)
dipublikasikan untuk Bank Dunia oleh Oxford University Press tahun 1994.
Referensi Tambahan
Barnes, James. N., et al, 1995. "Bankrolling Successes: A Portfolio of
Sustainable Development Projects." Friends of the Earth & National
Wildlife Federation, Washington, D.C., Bread for the World Institute:
International Financial Institutions Accountability Project tahun 1995. News
and Notices for Bank Watchers, berbagai terbitan, Silver Spring, MD.
Corbo, Vittorio dan Stanley Fischer, 1992. Adjustment Lending Revisited:
Policies to Restore Growth. Bank dunia, Washington, D.C.
Heredia, Carlos dan Mary Purcell. 1994. "The Polarization of Mexican
Society: A Grassroots View of World Bank Economic Adjustment
Programs." The Development GAP and Equipo Pueblo, Washington, D.C.
Inter-American Development Bank. 1995. Economic and Social Progress in
Latin America. Washington, D.C.
The Oxfam Poverty Report,1995. Oxfam (Inggris dan Irlandia), Oxford,
Inggris.
Psacharopoulos, George, et al. 1992. "Poverty and Income Distribution in
Latin America: The Soriy of the 1980s" Bank Dunia, Washington, D.C.
Third World Economics, Penang, Malaysia, berbagai terbitan.
Third World Resurgence, Penang, Malaysia, berbagai terbitan.
Persatuan Bangsa Bangsa. 1995. Human Development Report, Program
Pembangunan PBB (UNDP). Oxford University Press.
Bank Dunia. 1993 World Development Report : Poverty. New York :
Oxford University Press.
Bank Dunia. 1990. Implementing the World Bank’s Strategy to Reduce
Poverty: Progress and Challenge. Washington, D.C.
| Top | Analisis Sejarah Indonesia Page | Anti-Imperialisme Page | Inside Factory | Snapshots |
Essays | Selected-Works Page | Library | Art of Liberation | Histomat Page | Child in Time | 1965 Coup
in Indonesia | Tempo-Doeloe Page |