Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
KOORDINATOR SKILLS LAB SISTEM EMERGENSI DAN TRAUMATAOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2013
Media dan alat pembelajaran: 1. Buku panduan peserta skill lab sistim emergensi dan traumatologi 2. Video dan slide Cara pengelolaan jalan napas 3. Boneka manikin dewasa dan anak. 4. Pipa orofaring berbagai ukuran 5. Pipa nasofaring berbagai ukuran 6. Sarung tangan 7. Gause kering 8. Suction 9. Pipa suction kaku dan lentur.
Indikasi 1. Dilakukan pada penderita tidak sadar apapun sebabnya 2. Pada penderita adanya sumbatan jalan napas parsial atau total.
Deskripsi kegiatan pengelolaan jalan napas Kegiatan 1. Pengantar Waktu 5 menit Deskripsi 1. Perkenalan, mengatur posisi duduk mahasiswa 2. Penjelasan singkat tentang prosedur kerja, peran masing-masing mahasiswa dan alokasi waktu. 1. Seluruh mahasiswa melihat demonstrasi cara pengelolaan jalan napas oleh Instruktur pada model 2. Diskusi singkat bila ada yang kurang dimengerti. 3. Praktek cara pengelolaan jalan napas. 10 menit 1. Satu orang mahasiswa sebagai asisten membantu menyiapkan seluruh alat. Satu orang mahasiswa mempraktekkan cara pengelolaan jalan napas.
10 menit
Mahasiswa lainnya menyimak dan mengoreksi bila ada yang kurang. 2. Instruktur bila memperhatikan mahasiswa dan kurang memberikan sempurna
bimbingan
melakukan praktek. 3. Instruktur berkeliling diantara mahasiswa dan melakukan supervisi menggunakan ceklis/daftar tilik. 4. Diskusi 10 menit 1. Diskusi tentang kesan mahasiswa terhadap praktek cara pengelolaan jalan napas : apa yang dirasa mudah, apa yang sulit. 2. Mahasiswa memberikan saran atau koreksi tentang jalannya praktek hari itu. Instruktur mendengar dan memberikan jawaban. 3. Instruktur mejelaskan penilaian umum tentang jalannya praktek tindakan pengelolaan jalan napas : apakah secara umum berjalan baik, apakah ada sebagaian mahasiswa yang masih kurang. Bila perlu mengumumkan hasil masing-masing mahasiswa.
Total waktu
35 menit
Keterangan
Letakkan satu telapak tangan di dahi pasien dan tekan ke ke belakang bawah, sehingga kepala menjadi tengadah sehingga penyangga lidah terangkat ke depan. Chin lift Cara : Gunakan jari tengah dan jari telunjuk untuk memegang tulang dagu pasien, kemudian angkat dan dorong tulangnya ke depan Jaw thrust Cara : Dorong sudut rahang kiri dan kanan ke arah depan sehingga barisan gigi bawah berada di depan barisan gigi atas. Atau gunakan ibu jari ke dalam mulut dan bersama dengan jarijari lain tarik dagu ke depan.
Krikotiroidotomi
Pengertian Melakukan penusukan pada membrana krikotiroid dengan jarum berukuran besar sebagai jalan pintas untuk melakukan oksigenasi dan ventilasi pada penderita gagal napas akibat sumbatan jalan napas atas. Tujuan pembelajaran : Setelah pembelajaran ini mahasiswa diharapkan mampu : 1. Mampu melakukan tindakan penusukan di membranan krikotiroid 2. Mampu menyiapkan alat-alat yang dibutuhkan untuk tindakan krikotiroidotomi 3. Mampu melakukan tindakan membrana krikotiroid 7 penangan jalan napas darurat pasca penusukan
Media dan alat pembelajaran: 1. Buku panduan peserta skill lab sistim emergensi dan traumatologi 2. Video dan slide krikotiroidotomi 3. Boneka manikin 4. Meja atau tempat instrumen 5. Sarung tangan 6. Larutan desinfektan (alcohol, povidon iodine) dan kapas 7. Spoit 12 cc cc 2 buah 8. Lidokain 2 % 9. Perlengkapan Jet insufflasi : Pipa berbentu Y , dimana satu lubangan dihubungkan dengan ogsigen dan tabung oksigen 10. Kateter IV polyurethane protective ukuran 12 sampai 14 2 buah 11. Gause steril atau pembalut steril 12. Salep antibiotik 13. Plester atau pita kain 14. Wastafel untuk cuci tangan dan sabun antiseptic.
Indikasi 1. Bila ada sumbatan jalan napas atas yang nyata 2. Bila usaha memberikan napas bantu (ventilasi ) dengan bag-valve-mask gagal dilakukan.
Metode Pembelajaran Demonstrasi kompetensi sesuai dengan penuntun belajar Deskripsi kegiatan krikotiroidotomi Kegiatan 1. Pengantar Waktu 5 menit Deskripsi 1. Perkenalan, mengatur posisi duduk mahasiswa 2. Penjelasan singkat tentang prosedur kerja, peran masing-masing mahasiswa dan alokasi waktu. 1. Seluruh mahasiswa melihat demonstrasi tindakan krikotiroidotomi oleh Instruktur oleh instruktur pada model 2. Diskusi singkat bila ada yang kurang dimengerti.
2. Demonstrasi singkat tentang tindakan krikotiroidotomi oleh Instruktur. 3. Praktek tindakan krikotiroidotomi
5 menit
10 menit
4. Diskusi
10 menit
1. Satu orang mahasiswa sebagai asisten membantu menyiapkan seluruh perlengkapan tindakan krikotiroidotomi.Satu orang mahasiswa mempraktekkan tindakan krikotiroidotomi. Mahasiswa lainnya menyimak dan mengoreksi bila ada yang kurang. 2. Instruktur memperhatikan dan memberikan bimbingan bila mahasiswa kurang sempurna melakukan praktek. 3. Iinstruktur berkeliling diantara mahasiswa dan melakukan supervisi menggunakan ceklis/daftar tilik. 1. Diskusi tentang kesan mahasiswa terhadap praktek tindakan krikotiroidotomi : apa yang dirasa mudah, apa yang sulit. 2. Mahasiswa memberikan saran atau koreksi tentang jalannya praktek hari itu. Instruktur mendengar dan memberikan jawaban. 3. Instruktur mejelaskan penilaian umum tentang jalannya praktek tindakan krikotiroitomi : apakah secara umum berjalan baik, apakah ada sebagaian mahasiswa yang masih kurang. Bila perlu mengumumkan hasil masingmasing mahasiswa.
Total waktu
30 menit
Keterangan
10
11
Metode Pembelajaran Demonstrasi kompetensi sesuai dengan penuntun belajar Deskripsi kegiatan pengelolaan jalan napas Kegiatan 1. Pengantar Waktu 5 menit Deskripsi 1. Perkenalan, mengatur posisi duduk mahasiswa 2. Penjelasan singkat tentang prosedur kerja, peran masing-masing mahasiswa dan alokasi waktu. 1. Seluruh mahasiswa melihat demonstrasi cara Pemberian napas bantu oleh Instruktur pada model 2. Diskusi singkat bila ada yang kurang dimengerti.
2. Demonstrasi singkat tentang cara pemberian napas bantu oleh instruktur. 3. Praktek cara pemberian napas bantu.
10 menit
10 menit
4. Diskusi
10 menit
1. Satu orang mahasiswa sebagai asisten membantu menyiapkan seluruh alat. Satu orang mahasiswa mempraktekkan cara pemberian napas bantu. Mahasiswa lainnya menyimak dan mengoreksi bila ada yang kurang. 2. Instruktur memperhatikan dan memberikan bimbingan bila mahasiswa kurang sempurna melakukan praktek. 3. Iinstruktur berkeliling diantara mahasiswa dan melakukan supervisi menggunakan ceklis/daftar tilik. 1. Diskusi tentang kesan mahasiswa terhadap praktek cara pemberian napas bantu: apa yang dirasa mudah, apa yang sulit. 2. Mahasiswa memberikan saran atau koreksi tentang jalannya praktek hari itu. Instruktur mendengar dan memberikan jawaban. 3. Instruktur mejelaskan penilaian umum tentang jalannya praktek tindakan pemberian napas bantu : apakah secara umum berjalan baik, apakah ada sebagaian mahasiswa yang masih kurang. Bila perlu mengumumkan hasil masing-masing mahasiswa.
Total waktu
35 menit
12
Ket
13
terangnya lampu. 5. Pegang laringoskop dengan tangan kiri. 6. bila terpasang pipa orofaring sebelumnya, maka segera dilepaskan 7. Masukkan laringoskop pada bagian kanan mulut penderita dan menggeser lidah ke sebelah kiri. 8. Secara visual identifikasi epiglottis kemudian pita suara. 9. Dengan hati-hati masukkan pipa endotrakea ke dalam trakea tanpa menekan gigi atau jaringan di mulut. 10. Kembangkan balon dengan udara dari spoit secukupnya sampai tidak terdengar udara dari sela pipa endotrakea dan trakea. 11. Sambungkan pipa endotrakea dengan bag-valve kemudian pompa sambil melihat pengembangan dada. 12. Auskultasi dada kiri-kanan apakah bunyi pernapasan sama. Auskultasi abdomen untuk memastikan pipa terpasang dengan benar. 13. Pasang pipa orotrakea kemudian pipa endotrakea difiksasi dengan plaster ke mulut.
14
Tujuan pembelajaran : Setelah pembelajaran ini mahasiswa diharapkan mampu : 1. Mampu melakukan tindakan penusukan jarum di interkostal dua 2. Mampu menyiapkan alat-alat yang dibutuhkan untuk tindakan torakostomi jarum
Media dan alat pembelajaran: 1. Buku panduan peserta skill lab sistim emergensi dan traumatologi 2. Video dan slide torakostomi jarum 3. Boneka manikin 4. Meja atau tempat instrumen 5. Sarung tangan 6. Larutan desinfektan (alcohol, povidon iodine) dan kapas 7. Spoit 12 cc cc 2 buah 8. Lidokain 2 % 9. Kateter IV polyurethane protective ukuran 12 sampai 14 2 buah 10. Gause steril atau pembalut steril 11. Cairan nacl 0,9 % steril 12. Wastafel untuk cuci tangan dan sabun antiseptic.
15
Deskripsi kegiatan torakostomi jarum Kegiatan 1. Pengantar Waktu 5 menit Deskripsi 1. Perkenalan, mengatur posisi duduk mahasiswa 2. Penjelasan singkat tentang prosedur kerja, peran masing-masing mahasiswa dan alokasi waktu. 1. Seluruh mahasiswa melihat demonstrasi tindakan torakostomi jarum oleh Instruktur pada model 2. Diskusi singkat bila ada yang tidak dimengerti. 1. Satu orang mahasiswa sebagai asisten membantu menyiapkan seluruh perlengkapan tindakan torakostomi jarum Satu orang mahasiswa mempraktekkan tindakan torakostomi jarum . Mahasiswa lainnya menyimak dan mengoreksi bila ada yang kurang. 2. Instruktur memperhatikan dan memberikan bimbingan bila mahasiswa kurang sempurna melakukan praktek. 3. Iinstruktur berkeliling diantara mahasiswa dan melakukan supervisi menggunakan ceklis/daftar tilik. 1. Diskusi tentang kesan mahasiswa terhadap praktek tindakan torakostomi jarum : apa yang dirasa mudah, apa yang sulit. 2. Mahasiswa memberikan saran atau koreksi tentang jalannya praktek hari itu. Instruktur mendengar dan memberikan jawaban. 3. Instruktur mejelaskan penilaian umum tentang jalannya praktek tindakan torakostomi jarum : apakah secara umum berjalan baik, apakah ada sebagaian mahasiswa yang masih kurang. Bila perlu mengumumkan hasil masing-masing mahasiswa.
5 menit
10 menit
4. Diskusi
10 menit
Total waktu
30 menit
16
PENUNTUN BELAJAR
KETERAMPILAN TORAKOSTOMI JARUM
Langkah-langkah/Kegiatan
Persiapan awal prapemasangan 1. Periksa semua kelengkapan alat 2. Pasang kateter IV ukuran 14 pada spoit 12 cc yang telah diisi air kira-kira 5 ml. Tindakan torakostomi jarum 3. Desinfeksi daerah dada yang akan ditusuk dengan antiseptik 4. Identifikasi daerah sela iga dua di daerah pertengahan clavicula.. Bila pasien sadar bisa disuntikkan anestesi local. 5. Tusukkan jarum yang telah dihubungkan dengan spoit di bagian atas dari kosta tiga hingga keluar udara ditandai dengan adanya gelembung pada air di spoit. 6. Evaluasi ulang pernapasan pasien, apakah ada perbaikan atau Tidak.
Keterangan
17
Metode Pembelajaran Demonstrasi kompetensi sesuai dengan penuntun belajar Deskripsi kegiatan resusitasi jantung paru (RJP). Kegiatan 1. Pengantar Waktu 5 menit Deskripsi 1. Perkenalan, mengatur posisi duduk mahasiswa 2. Penjelasan singkat tentang prosedur kerja, peran masing-masing mahasiswa dan alokasi waktu. 1. Seluruh mahasiswa melihat demonstrasi cara RJP oleh Instruktur pada model 2. Diskusi singkat bila ada yang kurang dimengerti. 1. Satu orang mahasiswa mempraktekkan cara RJP. Mahasiswa lainnya menyimak dan mengoreksi bila ada yang kurang. 2. Instruktur memperhatikan dan memberikan bimbingan bila mahasiswa kurang sempurna melakukan praktek. 3. Instruktur berkeliling diantara mahasiswa dan melakukan supervisi menggunakan ceklis/daftar tilik. 1. Diskusi tentang kesan mahasiswa terhadap praktek cara RJP: apa yang dirasa mudah, apa yang sulit. 2. Mahasiswa memberikan saran atau koreksi tentang jalannya praktek hari itu. Instruktur mendengar dan memberikan jawaban. 3. Instruktur mejelaskan penilaian umum tentang jalannya praktek RJP : apakah secara umum berjalan baik, apakah ada sebagaian mahasiswa yang masih kurang. Bila perlu mengumumkan hasil masing-masing mahasiswa.
2. Demonstrasi singkat tentang cara RJP oleh instruktur. 3. Praktek cara RJP.
10 menit
10 menit
4. Diskusi
10 menit
Total waktu
35 menit
18
Keterangan
pengembangan dada. 8. Raba denyut karotis 9. Bila tidak teraba lakukan pijatan jantung luar 30 kali pada titik tumpu yaitu 2 jari diatas processus xyphoideus. Kemudian dilanjutkan dengan napas buatan sebanyak 2 kali tiupan. 10. Letakkan satu tangan pada titik tekan, tangan lain di atas punggung tangan pertama. 11. Kedua lengan lurus dan tegak lurus pada sternum. Kedua lutut penolong merapat, lutut menempel bahu korban. 12. Tekan ke bawah 4 5 cm pada orang dewasa , dengan cara
19
menjatuhkan berat badan ke sternum korban . 13. Kompresi secara ritmik & teratur 100 kali/menit Lakukan evaluasi tiap akhir siklus kelima terhadap napas, denyut jantug, kesadaran dan reaksi pupil. 14. Bila napas dan denyut belum teraba lanjutkan RJP hingga korban membaik. Tindakan oleh dua orang penolong 1. Langkah 1- 15 diatas tetap dilakukan oleh penolong pertama hingga penolong kedua datang 2. Saat penolong pertama melakukan evaluasi, penolong kedua mengambil posisi untuk menggantikan pijat jantung. 3. Bila denyut nadi belum teraba, penolong pertama memberikan napas buatan dua kali secara perlahan sampai dada terlihat pengembang, disusul penolong kedua memberikan pijat jantung sebanyak 30 kali.
20
Pengertian Melakukan penusukan pada vena yang letaknya superficial di lengan, tungkai, leher atau kepala dengan kateter intravena sesuai dengan indikasi.
Tujuan pembelajaran : setelah pembelajaran ini mahasiswa diharapkan mampu : 1. Mengetahui indikasi pemasangan kateter intravena (infuse) 2. Mampu menjelaskan maksud pemasangan kepada pasien dan menjelaskan prosedurnya. 3. Mampu menyiapkan alat-alat yang dibutuhkan untuk pemasangan infus 4. Mampu melakukan penusukan vena dengan benar 5. Mampu melakukan fiksasi kateter vena dengan benar.
Media dan alat pembelajaran: 1. Buku panduan peserta skill lab sistim emergensi dan traumatologi 2. Video dan slide kanulasi intravena 3. Boneka manikin dan vein replacement kit dan advanced veni puncture and injection arm. 4. Torniket 5. Sarung tangan 6. Larutan desinfektan (alcohol, povidon iodine) 7. Spoit 1 cc 8. Lidokain 2 % 9. Infus set atau transfusi set 10. Larutan intravena (RL atau NS 0,9 %) 11. Kateter IV polyurethane protective (berbagai ukuran untuk dewasa dan anak) 12. Gause steril atau pembalut steril 13. Salep antibiotik 14. Plester 15. Wastafel untuk cuci tangan dan sabun antiseptic. 21
Indikasi 1. Untuk pemberian cairan 2. Sebagai akses untuk obat-obat intravena 3. Bagian dari tindakan resusitasi 4. Akan dilakukan operasi 5. Pemberian nutrisi parenteral perifer
Kegiatan 1. Pengantar
Waktu 5 menit
Deskripsi 1. Perkenalan, mengatur posisi duduk mahasiswa 2. Penjelasan singkat tentang prosedur kerja, peran masing-masing mahasiswa dan alokasi waktu.
5 menit
1. Seluruh mahasiswa melihat demonstrasi pemasangan infuse oleh instruktur pada model 2. Diskusi singkat bila ada yang kurang dimengerti.
15 menit
1. satu orang mahasiswa bertindak sebagai orang tua atau keluarga penderita. Satu orang lagi bertindak sebagai asisten membantu menyiapkan seluruh perlengkapan pemasangan infuse dan 22
memfiksasi lengan pasien/model. Satu orang mahasiswa mempraktekkan pemasangan infuse. Mahasiswa lainnya menyimak dan mengoreksi bila ada yang kurang. 2. Instruktur memperhatikan dan memberikan bimbingan bila mahasiswa kurang sempurna melakukan praktek. 3. Iinstruktur berkeliling diantara mahasiswa dan melakukan supervise menggunakan ceklis/daftar tilik. 4. Diskusi 10 menit 1. Diskusi tentang kesan mahasiswa terhadap praktek pemasangan infuse : apa yang dirasa mudah, apa yang sulit. 2. Mahasiswa memberikan saran atau koreksi tentang jalannya praktek hari itu. Instruktur mendengar dan memberikan jawaban. 3. Instruktur mejelaskan penilaian umum tentang jalannya praktek pemasangan infuse: apakah secara umum berjalan baik, apakah ada sebagaian mahasiswa yang masih kurang. Bila perlu mengumumkan hasil masing-masing mahasiswa. Total waktu 35 menit
23
Keterangan tambahan
recor
pasien
diagnosis penyakit, riwayat alergi, adanya gangguan perdarahan, dll) 2. Memeriksa semua kelengkapan alat Periksa apakah infus/transfuse set sudah dihubungkan dengan cairan Pastikan bahwa dalam slang tersebut tidak terdapat udara Siapkan 3 nomor kateter IV yang
diperkirakan mampu dipasang 3. Menjelaskan prosedur pada pasien Ciptakan suasana menyenangkan dengan atau keluarga pasien mengucapkan salam, bila perlu saat
menyapa meraba atau menyalami pasien. Tindakan pemasangan kateter IV 4. Identifikasi dan melakukan penilain Pilihlah tempat yang paling distal untuk terhadap vena yang akan dipilih menjaga potensial yang lebih proximal. Lebih baik memilih ekstremitas yang nondominan Pilih daerah dorsal manus Jangan menginsersi daerah pergelangan atau antekubiti 5. Cuci tangan dengan sabun
antimikroba 6. Memakai sarung tangan 7. Memasang torniket Bila diperlukan, asisten dapat
Pertama-tama aliran darah vena diperas terlebih dahulu ke bagian distal atau dapat pula dengan cara lengan diletakkan lebih rendah di bawah level jantung. Tempat pemasangan torniket sebaiknya pada pertengahan lengan ( antara
pergelangan tangan dan siku ) atau pertengahan dibawahnya. Pemasangan torniket jangan terlalu kuat tapi juga jangan terlalu lunak. Apabila menggunakan slang karet sebagai torniket, tidak boleh diikat dengan simpul mati tetapi harus dengan simpul hidup agar lebih mudah dilepaskan . Bila torniket sudah dipasang tetapi vena belum terbendung, dapat dilakukan tepukan pada vena dengan telapak tangan atau dilakukan pemanasan/penghangatan vena dengan menggunakan has/handuk hangat yang telah direndam dalam air hangat supaya terjadi vasodilatasi vena. tungkai bawah sedikit
8. Membersihkan
tempat
dengan desinfektan (alcohol) dan no-touch biarkan sampai kering 9. Tangan kiri menggenggam area di Bila yang diinsersi daerah dorsal manus bawah tempat penusukan, gunakan penderita dapat disuruh untuk
ibujari untuk menstabilisasi vena menggengngam tangannya. dan jaringan lunak. 10. Lakukan anestesi local di daerah 25
insersi dengan menggunakan jarum halus (spoi 1 cc). Bila tersedia sebelumnya diberikan anestesi local berbentuk krem (EMLA) 11. Memposisikan bevel kateter IV menghadap ke atas, pegang diantara ibu jari dan jari telunjuk 12. Memegang membentuk permukaan kateter sudut kulit 45 dan dengan Pendekatan yang dapat dilakukan dalam diatas menusuk vena yaitu : jaringan Secara sentral : tusukan langsung mengenai vena . Cara ini tidak terlalu baik karena apabila tusukan terlalu dalam dapat mengenai jaringan di bawah vena dan menyebabkan ekstravasasi apabila vena bocor. Secara paravena : tusukan dari samping vena dulu, baru kemudian jarum di arahkan masuk kedalam vena. Cara ini merupakan cara yang terbaik untuk mencapai vena.
permukaan
ujung jarum melewati vena secara langsung 14. Dorong kateter memasuki vena Apabila terasa sensasi resistensi yang dengan pelan, pastikan adanya segera diikuti oleh penetrasi yang mulus, maka hal itu menandakan kateter telah
26
memasuki vena. 15. Dorong kateter beserta mandrinnya Jauhnya dorongan yang dilakukan
kira-kira sejauh 3-5 mm lagi untuk bergantung pada ukuran dan kedalaman memastikan kateter telah memasuki vena dan ukuran kateter. lumen vena 16. Tarik 27andarin keluar, dorong Jangan memasukkan kembali mandrin ke kateter sampai pangkalnya dalam kateter karena dapat merobek kateter tersebut
menyentuh kulit
17. Buang 27andarin bekas pakai ke Pastikan mandrin tersebut telah masuk ke dalam pembungkus kateter tadi dalam pembungkus kateter sampai
terdengar bunyi klik dan buang di tempat yang aman 18. Lepaskan torniket 19. Hubungkan kateter dengan Bila tersedia dapat dihubungkan dengan Threeway stop cock
infuse/transfuse set 20. Bilas dengan saline/cairan IV dan bersihkan bila ada sisa darah, kemudian keringkan dengan gaus steril agar plester dapat melekat dengan baik Fiksasi katetera IV
21. Rekatkan 1 plester lebar 5 mm Gunakan 2 lembar plester , satu untuk secara menyilang sedemikian rupa fiksasi kateter I.V dan yang satunya untuk sehingga berbentuk huruf V di fiksasi slang infus set. bawah pangkal kateter hingga Panjang plester yang digunakan ukurannya
menutupi tempat insersi kateter sekitar 15-20 cm, jangan terlalu lebar atau tersebut. terlalu kecil ( lebarnya sekitar 0,5 mm ). Bentuk fiksasi dibuat seperti bentuk V , agar keduanya tidak mudah lepas . 22. Rekatkan memfiksasi 1 plester untuk Slang infus jangan dilengkungkan baru set difiksasi ke kulit karena akan membatasi 27
infuse/transfuse
secara menyilang berbentuk huruf kita bila akan menambah suntikan ke dalam V vena melalui karet infus.
Tindakan pascapemasangan 23. Imobilisasi ekstremitas dengan Jangan gunakan gause atau bahan lainnya sebagai pembalut di atas tempat insersi
papan pengalas bila ada indikasi Misalnya : bila diinsersikan di daerah sendi, pada anak-anak/bayi 24. Instruksi pada pasien : Hindari gerakan-gerakan
lengan yang tidak perlu Segera dokter beritahu bila perawat/ lengan
membengkak, nyeri, atau jika terjadi kebocoran dari tempat insersi 25. Label bahan pembalut dengan
tanggal, ukuran kateter dan inisial yang memasang infuse. 26. Tulis tentang: tanggal pemasangan, ukuran kateter inisial infuse. Tempat insersi Toleransi pasien dan respon terhadap terapi. yang memasang juga distatus penderita
28
Keterangan
29
Pemberian napas bantu 1. Jika pernapasan tetap tersengal atau apnu setelah rangsangan singkat, segera berikan pernapasan buatan atau ventilasi tekanan positif dengan oksigen 100 %. 2. Posisikan kepala bayi sedikit ekstensi atau ganjal bahu 3. Bersihkan sekret terlebih dahulu dan pastikan jalan napas bersih. 4. Pasang pipa orofaring 5. Letakkan sungkup di wajah bayi dengan rapat agar tidak bocor melalui sisi sungkup 6. Berikan tekanan positip melalui bag-valve-mask (ambubag) dengan lembut sambil melihat pengembangan dada bayi. 7. Selanjutnya evaluasi lagi pernapasan dan denyut jantung secara simultan. 8. Bila ventilasi tekanan positip tidak efektif dapat dilakukan intubasi endotrakeal. Pijat Jantung (penekanan dada) 1. Indikasi pijat jantung bila setelah 30 detik dilakukan VTP dengan 100% O2 , FJ tetap < 60 kali / menit 2. Diperlukan 2 orang : 1 orang yang melakukan pijat jantung dan 1 orang yang terus melanjutkan ventilasi. Pelaksana kompresi : menilai dada & menempatkan posisi tangan dengan benar Pelaksana ventilasi : menempatkan sungkup wajah secara efektif & memantau gerakan dada. 3. Penekanan dada dilakukan pada sepertiga bagian tengah sternum, dibawah garis imajiner yang menghubungkan papilla mammae. 4. Teknik ibu jari : 1.Kedua ibu jari menekan tulang dada 2.Kedua tangan melingkari dada dan jari-jari tangan menopang bagian belakang bayi 5. Teknik dua jari : 1.Ujung jari tengah dan jari telunjuk atau jari manis dari satu tangan digunakan untuk menekan tulang dada 2.Tangan yang lain digunakan untuk menopang bagian belakang bayi. 6. Lokasi untuk kompresi dada : Gerakkan jari sepanjang tepi bawah iga sampai mendapatkan sifoid Letakkan ibu jari atau jari-jari lain pada tulang dada, tepat diatas sifoid dan pada garis yang menghubungkan kedua puting susu. 7. Tekanan saat kompresi dada : Kedalaman + 1/3 diameter antero-posterior dada Lama penekanan lebih singkat dari pada lama pelepasan Jangan mengangkat ibu jari atau jari-jari tangan dari dada di antara penekanan. 8. Frekuensi : satu-dua-tiga-pompa-... Satu siklus kegiatan terdiri atas tiga kompresi + satu ventilasi. Rasio 3 :1 1 siklus ( 2detik) 30
1 detik : 3 kompresi dada detik : 1 ventilasi 90 kompresi + 30 ventilasi dalam 1 menit 9. Setelah 30 detik kompresi dada dan ventilasi , periksa frekuensi jantung. Jika frekuensi jantung : a. Lebih dari 60 kali/menit, hentikan kompresi dan lanjutkan ventilasi dengan kecepatan 40-60 kali pompa/menit. b. lebih dari 100 kali/menit, hentikan kompresi dada dan hentikan ventilasi secara bertahap jika bayi bernapas spontan. c. kurang dari 60 kali/menit, lakukan intubasi pada bayi jika belum dilakukan, dan berikan epinefrin, lebih disukai dengan cara intravena. Intubasi menyediakan cara yang lebih terpercaya untuk melanjutkan ventilasi
31
32
2. Demonstrasi singkat tentang cara resusitasi bayi dan anak oleh instruktur. 3. Praktek cara resusitasi
10 menit
10 menit
4. Diskusi
10 menit
resusitasi bayi dan anak. Mahasiswa lainnya menyimak dan mengoreksi bila ada yang kurang. 2. Instruktur memperhatikan dan memberikan bimbingan bila mahasiswa kurang sempurna melakukan praktek. 3. Instruktur berkeliling diantara mahasiswa dan melakukan supervisi menggunakan ceklis/daftar tilik. 1. Diskusi tentang kesan mahasiswa terhadap praktek cara resusitasi bayi dan anak: apa yang dirasa mudah, apa yang sulit. 2. Mahasiswa memberikan saran atau koreksi tentang jalannya praktek hari itu. Instruktur mendengar dan memberikan jawaban. 3. Instruktur mejelaskan penilaian umum tentang jalannya praktek resusitasi bayi dan anak : apakah secara umum berjalan baik, apakah ada sebagaian mahasiswa yang masih kurang. Bila perlu mengumumkan hasil masing-masing mahasiswa.
Total waktu
35 menit
34
Keterangan
resusitasi, penolong kedua mencari bantuan 4. Yang meminta bantuan menyebut lokasi, nomor telpon, jenis kejadian, jumlah korban, pertolongan yg telah diberikan dan informasi lain yg dibutuhkan.
36
JALAN NAFAS (AIRWAY) 1. Tentukan derajat kesadaran dan kesulitan nafas a. Periksa tanda cedera kepala, leher, kesulitan pernafasan & kesadaran. Bila ada cedera kepala jangan mengguncang bayi atau anak karena dapat merusak medula spinalis. b. Bila bayi dan anak tidak sadar tapi bernafas baik, letakkan pada posisi pulih (recovery position) c. Bayi dan anak sadar dengan kesulitan bernafas, letakkan pada posisi bernafas. 2. Mintalah bantuan 3. Atur posisi korban a. Letakkan dengan posisi terlentang diatas dasar yg rata dan keras b. Bila ada cedera kepala/leher pertahankan posis tubuhleher-kepala dalam satu garis. Hindari ekstensi, fleksi dan rotasi kepala karena dapat mencederai medula spinalis. c. Memindahkan ke tempat lain, posisi tubuh-leher-kepala, harus dalam satu garis kesatuan 4. Membuka jalan nafas Bila tidak ada cedera kepala dengan cara head tilt atau chin lift Head-tilt/chin lift Cara melakukan: 1. Letakkan satu tangan pada dahi tekan perlahan ke posterior, sehingga kemiringan kepala menjadi normal atau sedikit ekstensi (hindari hiperekstensi karena dapat menyumbat jalan napas). 2. Letakkan jari (bukan ibu jari) tangan yang lain pada tulang rahang bawah tepat di ujung dagu dan dorong ke luar atas, sambil mempertahankan cara 1. 37 senyaman mungkin yg memudahkan
Bila tidak sadar dan ada cedera kepala dengan cara jaw thrust
Cara melakukannya: 1. Posisi penolong di sisi atau di arah kepala 2. Letakkan 2-3 jari (tangan kiri dan kanan) pada masingmasing sudut posterior bawah kemudian angkat dan dorong keluar. 3. Bila posisi penolong diatas kepala. Kedua siku penolong diletakkan pada lantai atau alas dimana korban diletakkan. 4. Bila upaya ini belum membuka jalan napas, kombinasi dengan head tilt dan membuka mulut (metode gerak triple) 5. Untuk cedera kepala/ leher lakukan jaw thrust dengan immobilisasi leher.
PERNAFASAN ( BREATHING)
1. Nilai usaha nafas dengan melihat gerak nafas, dengar desah nafas, dan rasakan aliran udara pernafasan 2. Caranya a. Pasang sungkup dengan ukuran sesuai umur sehingga menutup mulut dan hidung, lalu rapatkan b. Sambil mempertahankan posisi kepala (jalan nafas) lakukan tiupan nafas buatan dengan mulut atau balon (bag) resusitasi. c. Bila dgn mulut, tarik nafas dalam, tiup dan liat pengembangan dada. Bila tetap tdk mengambang
kemungkinan obstruksi jalan nafas. 3. Frekuensi nafas buatan yg dilakukan: Bayi - < 8 thn : 20 kali permenit Neonatus : 30 60 kali permenit
Indikasi pijat jantung : bradikardia ( <60x/m atau henti jantung ) Lokasi pemijatan : 1/2 bagian bawah tulang dada (sternum) dengan kedalaman pijatan 1/3 tebal dada. Cara : - Bayi: pijatan dilakukan dengan teknik ibu jari atau dua jari (telunjuk dan jari tengah) Teknik ibu jari : 1.Kedua ibu jari menekan tulang dada 2.Kedua tangan melingkari dada dan jari-jari tangan menopang bagian belakang bayi Teknik dua jari : 1.Ujung jari tengah dan jari telunjuk atau jari manis dari satu tangan digunakan untuk menekan tulang dada 2.Tangan yang lain digunakan untuk menopang bagian belakang bayi. - Anak < 8 tahun : dengan pangkal telapak tangan - Anak > 8 tahun : pangkal telapak tangan terbuka dan dibantu dengan tangan yang satu diatasnya. Frekuensi pemijatan : Bayi dan anak : 100 kali permenit Neonatus : 120 kali permenit
Koordinasi antara pijat jantung dan nafas buatan: Neonatus Anak : 3:1 : Dua penolong : 15 : 2 Satu penolong : 30 : 2
39
40
lift (jika trauma jaw thrust) Breathing 2-5 nafas kirakira 1 detik tiap nafas
lift (jika trauma jaw thrust) 2-5 nafas kirakira 1 detik tiap nafas
lift (jika trauma jaw thrust) 2-5 nafas kirakira 1 detik tiap nafas
Cek
napas,
jika
tiap nafas
korban
bernafas:
recovery position. Jumlah nafas 12 kali/min 20 kali/min 20 kali/min 3060 kali/min Jika tidak ada
pengembangan Obstruksi benda asing Abdominal thrusts back blows atau Abdominal thrusts atau Back blows atau chest (jangan abdominal thrust) Cek nadi Carotis Carotis Brachial Umbilical Nilai kehidupan, Titik kompressi 1/2 bgn bawah sternum 1/2 bgn bawah sternum 1 jari dibawah garis mammary inter1 jari dibawah garis mammary intertanda jika thrust Suction (jangan abdominal thrust back blows) atau dada : reposisi dan ulangi kali sampai 5
napas, jika nadi < Metode Kompressi Pangkal telapak tangan dan tgn satu diatasnya 1 pangkal 2 atau 3 jari 2 jari atau 50x/mnt perfusi jelek dan :
telapak tangan
kompresssi dada
Kedalaman kompressi
Frekuensi kompressi
100/min
100/min
100/min
120/min
3:1
41
Learning media and tools : 1. Skill guide books of emergency and traumatology system 2. Mr. Hurt manequin doll 3. Helmet 4. Cervical collar 5. Print out, of normal head scan, epidural, subdural dan contusion and intracranial hematoma Learning method: Scenario by instructor, demonstrated by students Activity 1. Introduction Time 5 minute Description 1. Scenario 2. Brief explanation about the scenario, students role and time allocation 1. One student stands as the patient, others as rescuers 2. Estimate GCS 1. Estimate GCS 2. Identify signs of high intracranial pressure 42
2. Remove helme dan put on the collar 3. Managemet of severe head trauma
10 minute
5 minute
10 minute
10 minute 5 minute
1. Re-do primary survey 2. Estimate GCS Differentiate the management between severe head trauma and worsening head trama 1. Do secondary survey head and neck 1. Explanation about CT scan
GLASGOW COMA SCALE Variabel Eye (E) response Spontaneous To voices To pain None Motoric (M) response Do as told Localize the pain Normal flexion (pull away from pain ) Abnormal flexion (decortification) Abnormal extension None Verbal (V) response Oriented Confused speaking Unarranged words Unclear voice None Count GCS = (M + M + V ), Best score = 15, worse score = 3
Nilai 4 3 2 1 6 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1
STEPS / Activities
Early preparation Check for all tools I. PRIMARY SURVEY A. ABCDE B. Immobilization and stabilized cervical C. Brief neurological examination 1. Pupil light reflex 2. AVPU or GCS score II. Secondary survey and Management A. Inspect the head carefully, include face 1. Lacertion
Description
43
2. Any CSS liquid from nose and ear B. Palpate head thoroughly, include the face 1. Fractures 2. Lacerations and fractures C. Inspeect all laserations on head skin 1. Brain tissure 2. Skull depressed fracture 3. Dirt / corpus alienum 4. CSS leakage D. Minineurologis examination and scoring GCS 1. Eye response 2. Motoric response 3. Verbal response 4. Pupil light reflex E. Cervical vertebrae examination 1. Palpate any pain and place on the semirigid collar if necessary 2. Examine cervical vertebrae X-rays on lateral projection if necessary F. Judge the width of wound Re-examine continously and observe any deteriorate signs : 1. Frequency 2. Parameters 3. Re-do ABCD III. HOW TO REMOVE HELMET Patient who use helmet and needs breathing aid management has to be sured that its head and neck are in neutral positions.2 helpers are needed to remove helmet. One student lie down as the patient with the helmet on. Other students act as helpers doing as follows : 1. One person stabilize the head and necks patient, with putting his hand on the helmet, its fingers on the patinets mandibula while examining and make sure that the airway is still open. This position prevent the helmet to slip away 2. Second helper cuts the helmets belt on release it from the D-ring 3. Second helper stands on the right or the left side of patient with one hand on the mandibule angulus, mother finger in one side and other fingers on the other side. While the other hand makes a pressure under the head on occipital regio. This way 2 helpers are immobilizing the head and neck 4. First helper push the helmet to the lateral side to release both ears from helmet and then remove the helmet slowy. If helmet has face mask, this mask should be removed first. If the helmet has a very complete mask, the nose could be wedged in and complicate the helmet removal. To set free the nose, helmetshould be hold back and upward across the nose 5. As this happens, second helper should maintain imobilizing position to 44
prevent the patients neck from moving 6. After the helmet is removed, straight immobilization mannual starts from top, head and neck are saved from moving during the procedure 7. If by removing the helmet causes pain and parestesia, then it should be removed by gips scissors.If there is any signs of cervical trauma on Xrays, helmet should be removed by gips scissors. During the procedure, head and neck are maintained immobilized and stabilized, while the helmet is cut from the coronal passing through both ears. External layer of the helmet can be easily remove, the internal layer which made of spyrofoam can be cutted and removed from front. Head and neck in neutral position 8. After the removal, immeadiately place the cervical collar followed by primary surveySetelah helm dapat dilepaskan segera pasang cervical collar. STABILISATION AND TRANSPORTATION Definition : 1. Prepare safe transportation for patients 2. Give first aid and secondary survey on patients with medulla spinalis trauma Aim: Students are expected to : 1. Demonstrate the techniques of examination to check patients with medulla spinalis trauma 2. Discuss the principals of immobilization and log roll on patients with neck trauma/medulla spinalis trauma and indications to remove protections aid. 3. Do neurological examination and estimate the level of trauma 4. Decide whether transferring to other hospital is needed and how to immobilize patient correctly when transfering. 5. Limitize patients risk to worsen with doing the right mobilizaiton 6. Prepare safe transportation for the patient Learning media and tools : 1. Skill guide book of emergency and traumatology system 2. Video and slide 3. Patient models (students may role as patient) 4. Semirigid cervical collar 5. Desk or stretcher or bed. 6. Folded towel to support . 7. Blanket 8. Bandage 9. Scoop stretcher 10. Long spine board. 11. Vacuum mattress 12. KED (Kendrick Extrication Device) Learning method : Scenario by the instructor, demonstrated by students
45
Activity description : Activity 1. Introduction Time 5 minue Description 1. Tools introduction 2. Primary and secondary survey scenario judgement 1. Give help on spot using long spine board and cervical collar only 2. Log Roll 1. Help patient on spot, using cervical collar, scoop stretcher, and long spine board 1. Evacuate patient using vacuum matras 1. Extrict patient with KED
2. Scenario I
10 minute
3. Scenario II
10 minute
10 minute 10 mintue
II.
SECONDARY JUDGEMENT
SURVEY
NEUROLOGICAL
46
A. AMPLE History Taking 1. History and mechanism of trauma 2. Medical record B. Identify and write down any medication given to the patient before, during, and after treatment C. Re-examine conciousness and D. Re-examine GCS score E. Examine spinal chord 1. Palpation Palpate the whole posterior spinal chord by doing log roll carefully Examine :: a. Any deformities/ swelling b. Crepity c. Increasing pain when palpated d. Contusion and laceration. 2. Pain, paralyze and paresthesia a. Yes/No b. Location c. Neurological level 3. Sensation Pinprick tes to estimate sensation, is performed in all dermatoms and write down the most caudal dermatom which gives sensation 4. Motoric Sensation III. PRINCIPALS IN IMMOBILIZING THE SPINAL CHORD AND LOG ROLL A. Log roll: 1. One person hold the head and neck to maintain the immobilization in one line. 2. One person stand by on the side to hold the patients body ( pelvis and hips ) 3. Another person hold the pelvis and limb. With the command from the person on the head, move the patient in an angle position carefully 4. The 4th person check on the spine chord and place the long spine board B. Placing the ong spine board 1. Maintain the head and neck in one line when the second person holds the patient on its shoulders and wrists. Third person holds the patient;s hand ad hips with one hand, the other hand holds the bandage that cords patients ankles pergelangan kaki. 2. With the commandments from the rescuers whose holding the patients head and neck, perfrorm log roll as a unit towards the other persons/rescuer whose beside the patient. It only needs a minimal rotation to place the spine board underneath the patient. Maintain the 47
one line principal of the head and neck in this procedure 3. Spine board is placed underneath the patient, afterwards perform log roll towards the spine board. 4. Long spine board with its rope/band is inserted to the thoracal regio, above crista iliaca, thighs and ankles. Band or bandage is used to fixate the head and neck to attach to the spine board 5. Perform inline immobilisation of the head and neck manualy, then place the semirigid collar 6. Straighten the arms and place it beside the patients body 7. Straighten the limbs carefully and place it in one line with the spine chord.Both ankles are tied together with a bandage 8. Place a pillow/support under the patients neck to avoid any overextended movements and to comfort the patient 9. Pillow, blanket or any other supports is place on the right and left side of the patients neck, while the head is tied, attached to the long board 10. Place a bandage above the cervical collar to guarantee there is no movement of the head and neck. C. Scoop Stretcher 1. Prepare scoop stretcher 2. Open the lock to divide in two 3. Arrange the scoop to match patients height 4. Place scoop under the patient 5.Scoop stretcher is not for immobilizing the patient. 6.Scoop stretcher not a transport device, do not lift scoop on the edges because it could fold on the middle and will lose the straightnes of the vertebrae
Aim of study : After this study, students are expected to be able : 1. To do quick examination on patients with musculoskeletal trauma 2. To recognise life and limb threatening problems in musculoskeletal trauma 3. To install a spalk/splint correctly. Learning media and tools : 1. Skill guide book 2. Living models ( students can role as patients ) 3. Leg traction splint 4. Air splint 5. Spalk 6. Gloves Learning method : Scenario by the instructor, demonstrated by students 48
MASS DISASTER MANAGEMENT Definition : To carry out triage principles in whenever patients outnumbered rescuers
Aim of study : After this study, students are expected to : 1. Define triage 2. Understood and able to explain principles and factors that effects and includes in the proses of triage Learning media and tools : 1. Slides of guidlines to do triage scenario 2. Triage scenario booklet
Learning methods : 49
Roles play Activity description : Activity 1. Introduction Time 10 minutes Description 1. Triage scenario slide presentation 2. Brief explanation about the scenario, students roles and time allocation 1. All students have put priorities on which patients they will handle 2. Each student give their suggestions on why they put their priorities on specific patients 1. All students have put priorities on which patient they will handle 2. Each student give their suggestions on why they put their priorities on specific patients 3. All students have put priorities on which patient they will handle 1. Each student give their suggestions on why they put their priorities on specific patients 1. All students have to determine which criteria is used to identify patients and what priorities should be done 2. All students propose the clues and signs that were given by the patient which could help in the triage procces 3. All students propose what can be done before and after the paramedics and ambulance arrives. 4. All students should propose which victims has to go first to the hospital and which type of hospital should the victim goes to.
10 minutes
10 minutes Role play (2) Fire followed by explosion in settlements Role play (3) Car crash 10 minutes
10 minutes stadium
50
2. Demonstrasi singkat tentang pemeriksaan dan penatalaksanaan dislokasi shoulder,elbow,dan hip joint
3. Praktek anamnesa, 20 menit pemeriksaan fisik dan penunjang serta penatalaksanaan dislokasi shoulder joint
4. Praktek anamnesa, 20 menit pemeriksaan fisik dan penunjang serta penatalaksanaan dislokasi elbow joint
5. Praktek anamnesa, 20 menit pemeriksaan fisik dan penunjang serta penatalaksanaan dislokasi hip joint
dislokasi shoulder,elbow dan hip joint 5. Diskusi singkat bila ada yang kurang dimengerti 1. Mahasiswa mempraktekkan anamnesa pada dislokasi shoulder joint 2. Mahasiswa mempraktekkan pemeriksaan fisik dislokasi shoulder joint 3. Mahasiswa menyebutkan pemeriksaan penunjang dislokasi shoulder joint 4. Mahasiswa mempraktekkan reposisi dislokasi shoulder joint 5. Mahasiswa mempraktekkan penatalaksaan lanjut setalah reposisi dislokasi shoulder joint 6. Instruktur memperhatikan dan memberikan bimbingan pada mahasiswa 1. Mahasiswa mempraktekkan anamnesa pada dislokasi elbow joint 2. Mahasiswa mempraktekkan pemeriksaan fisik dislokasi elbow joint 3. Mahasiswa menyebutkan pemeriksaan penunjang dislokasi elbow joint 4. Mahasiswa mempraktekkan reposisi dislokasi elbow joint 5. Mahasiswa mempraktekkan penatalaksaan lanjut setelah reposisi dislokasi elbow joint 6. Instruktur memperhatikan dan memberikan bimbingan pada mahasiswa 1. Mahasiswa mempraktekkan anamnesa pada dislokasi hip joint 2. Mahasiswa mempraktekkan pemeriksaan fisik dislokasi hip joint 3. Mahasiswa menyebutkan pemeriksaan penunjang dislokasi hip joint 4. Mahasiswa mempraktekkan reposisi dislokasi hip joint 5. Mahasiswa mempraktekkan penatalaksaan lanjut setalah reposisi dislokasi hip joint memperhatikan dan 6. Instruktur memberikan bimbingan pada mahasiswa
Total waktu
80 menit 53
PENUNTUN PEMBELAJARAN PEMERIKSAAN DAN PENATALAKSANAAN DISLOKASI PADA SHOULDER, ELBOW, DAN HIP JOINT (Digunakan oleh peserta) Beri nilai untuk setiap langkah klinik dengan menggunakan kriteria sebagai berikut : 1. Perlu perbaikan : langkah-langkah tidak dilakukan dengan benar atau tidak sesuai dengan urutannya 2. Mampu : langkah-langkah dilakukan dengan benar dan sesuai dengan urutannya tapi tidak efisien 3. Mahir : langkah-langkah dilakukan dengan benar dan sesuai dengan urutannya dan efisien TS : Langkah tidak perlu dilakukan karena tidak sesuai dengan
NO
LANGKAH KLINIK
KASUS
A. ANAMNESA, PEMERIKSAAN, DAN PENATALAKSANAAN DISLOKASI SHOULDER 1. Melakukan Anamnesis a. Ucapkanlah salam dan perkenalkanlah diri anda pada klien b. Ciptakanlah suasana yang menyenangkan c. Tanyakanlah Identitas lengkap penderita dan keluhan utamanya d. Tanyakanlah mekanisme trauma - Dislokasi anterior : Trauma tidak langsung pada ekstremitas atas dengan shoulder pada posisi abduksi, ekstensi, dan rotasi eksternal. Trauma langsung dari arah posterior. - Dislokasi Posterior: Trauma tidak langsung pada shoulder dalam posisi adduksi, fleksi, dan rotasi internal. Trauma langsung dari arah anterior. Melakukan pemeriksaan inspeksi pada shoulder 2 a. Membandingkan shoulder kanan dan kiri b. Menilai adanya deformitas pada shoulder yang mengalami dislokasi - Dislokasi Anterior : Abduksi dan rotasi external - Dislokasi Posterior : Adduksi dan rotasi internal Melakukan pemeriksaan palpasi pada shoulder 3 54
5. 6
a. Menilai nyeri dan spasme otot b. Melakukan palpasi di axilla untuk menilai letak caput humerus. Biasanya letak caput humerus berada di bagian proximal. Pada dislokasi posterior biasanya teraba massa di belakang bahu sedangkan bagian depan rata. c. Menilai axillary nerve injury, menilai sensasi dengan pin prick test di daerah deltoid Menilai ROM secara aktif dan pasif a. Menilai gerak flexi 0 o -180o dan extensi 0 o -60o b. Menilai gerak rotasi eksternal dan internal 0-90 o c. Menilai gerak abduksi 0-180o dan adduksi 0-30o Melakukan permintaan dan penilaian hasil pemeriksaan penunjang Pada kecurigaan dislokasi shoulder joint, permeriksaan yang perlu dilakukan adalah X-Ray Shoulder Antero-Posterior Reposisi pada dislokasi anterior pada shoulder a. Reduksi tertutup harus dilakukan setelah pemeriksaan klinis yang adekuat dan telah diberikan analgetik , sedatif, dan muscle relaxant b. Hippocratic Technique : Efektif hanya dengan satu orang untuk melakukan reduksi dengan satu kaki ditempatkan diantara dinding axilla dan dinding dada dengan rotasi internal dan external secara hati-hati, disertai traksi axial. c. Traction Counter Traction: merupakan modifikasi dari Hippocratic Technique dengan menggunakan sabuk sekitar daerah dada untuk memberikan gaya countertraction. d. Stimsons Technique : pasien dalam posisi prone dengan bantalan di area clavicula di atas tempat tidur diberikan beban 2,5-4 kg yang diikat pada wrist joint. Persendian akan tereduksi secara spontan dalam waktu 15-20 menit. e. Milchs Technique : pasien dalam posisi supine, kemudian ekstremitas atas di posisikan abduksi dan rotasi eksternal, kemudian caput humerus di tekan ke tempatnya semula dengan bantuan ibu jari. f. Kochers maneuver : caput humerus ditarik hingga anterior glenoid untuk memberikan efek reduksi. Reposisi pada dislokasi Posterior pada shoulder a. Reduksi tertutup harus dilakukan setelah pemeriksaan klinis yang adekuat dan telah diberikan analgetik , sedatif, dan muscle relaxan b. Pasien dengan posisi supine traksi dilakukan dengan adduksi dari lengan yang segaris dengan deformitas, dengan cara mengembalikan secara hati-hati caput humerus ke dalam 55
fossa glenoid. Post-reposisi pada dislokasi pada shoulder a. Immobilisasi selama 2 5 minggu b. Immobilisasi dengan Velpeau sling c. Pemeriksaan X-Ray Shoulder AP untuk menilai hasil reduksi
B. ANAMNESA, PEMERIKSAAN, DAN PENATALAKSANAAN DISLOKASI ELBOW 1. Melakukan Anamnesis a. Ucapkanlah salam dan perkenalkanlah diri anda pada klien b. Ciptakanlah suasana yang menyenangkan c. Tanyakanlah Identitas lengkap penderita dan keluhan utamanya d. Tanyakanlah mekanisme trauma - Dislokasi Posterior : kombinasi dari hiperekstensi elbow, valgus stress, lengan atas abduksi, dan lengan bawah supinasi - Dislokasi Anterior : gaya langsung pada bagian belakang lengan bawah dengan elbow dalam posisi fleksi. Melakukan pemeriksaan inspeksi pada elbow 2 a. Membandingkan elbow kanan dan kiri b. Menilai adanya edema dan instabilisasi dari elbow Melakukan pemeriksaan palpasi pada elbow 3 a. Menilai nyeri dan spasme otot b. Menilai status neurovaskular Menilai ROM secara aktif dan pasif 4 a. Menilai gerak flexi (Normal = 145o , Fungsional = 30o - 130o) b. Menilai gerak ekstensi (Normal = 0o laki-laki, 15o perempuan) c. Menilai gerak supinasi (Normal = 90o , fungsional = 50o) d. Menilai gerak pronasi (Normal = 90o , fungsional = 50o) 5. Melakukan permintaan dan penilaian hasil pemeriksaan penunjang Pada kecurigaan dislokasi shoulder joint, permeriksaan yang perlu dilakukan adalah X-Ray Elbow Antero-Posterior dan Lateral 6. Reposisi dislokasi posterior pada elbow a. Reduksi tertutup harus dilakukan setelah pemeriksaan klinis yang adekuat dan telah diberikan analgetik dan sedatif. b. Parvins method : pasien dalam posisi prone diatas tempat tidur, kemudian melakukan traksi wrist ke arah bawah dalam beberapa menit. Ketika olecranon bergeser ke arah distal, angkat lengan atas. c. In Meyn and Quigleys method : lengan bawah tergantung disamping tempat tidur, lakukan traksi ke arah bawah pada wrist, reduksi olecranon dengan menggunakan tangan lainnya. 56
Post-reposisi pada dislokasi pada elbow a. Immobilisasi selama 2 3 minggu b. Immobilisasi dengan crepe bandage dan sling c. Pemeriksaan X-Ray Elbow AP dan lateral untuk menilai hasil reduksi
C. ANAMNESA, PEMERIKSAAN, DAN PENATALAKSANAAN DISLOKASI HIP 1. Melakukan Anamnesis a. Ucapkanlah salam dan perkenalkanlah diri anda pada klien b. Ciptakanlah suasana yang menyenangkan c. Tanyakanlah Identitas lengkap penderita dan keluhan utamanya d. Tanyakanlah mekanisme trauma - Dislokasi Posterior : akibat dashboard injury dimana hip dan knee joint dalam keadaan fleksi. - Dislokasi Anterior : berasal dari eksternal rotasi dan abduksi hip joint. Derajat dari fleksi hip mempengaruhi terjadinya tipe superior atau inferior dari dilokasi anterior hip joint. Dislokasi Inferior (dislokasi obturator) timbul akibat gerakan simultan abduksi, rotasi eksternal, dan fleksi hip. Dislokasi Superior(dislokasi iliac) timbul akibat gerakan simultan abduksi, rotasi eksternal, dan ekstensi hip. Melakukan pemeriksaan inspeksi pada hip 2 a. Membandingkan hip kanan dan kiri b. Menilai adanya edema dan deformitas dari hip - Dislokasi posterior :hip dalam posisi fleksi, rotasi internal, dan adduksi. - Dislokasi anterior : ditandai dengan rotasi eksternal, sedikit fleksi, dan abduksi. Melakukan pemeriksaan palpasi pada hip 3 a. Menilai nyeri dan spasme otot - Pasien tidak bisa menggerakkan ekstremitas bawah dan terasa sangat tidak nyaman. b. Menilai status neurovaskular - Cedera pada nervus sciatic atau neurovascular dari femur dapat terjadi pada disokasi hip Menilai ROM secara aktif dan pasif 4 a. Menilai gerak flexi (Normal = 90o - 120o) b. Menilai gerak ekstensi (Normal = 10 o - 15o) c. Menilai gerak adduksi (Normal = 30o) d. Menilai gerak abduksi (Normal = 45o) e. Menilai gerak external rotation (Normal = 45o) f. Menilai gerak internal rotation (Normal = 35o) g. Menilai gerak retroversion (Normal = 15o) 57
5. 6.
h. Menilai gerak anteroversion (Normal = 15o) Melakukan permintaan dan penilaian hasil pemeriksaan penunjang Pada kecurigaan dislokasi hipr joint, permeriksaan yang perlu dilakukan adalah X-Ray Pelvis Antero-Posterior Reposisi pada dislokasi hip a. Reduksi tertutup harus dilakukan setelah pemeriksaan klinis yang adekuat dan telah diberikan analgetik, sedatif, dan muscle relaxan b. Allis method : pasien dalam posisi supine, pemeriksa berada diatas pasien kemudian melakukan in-line traction, sementra assisten melakukan counter traction sambil menstabilkan pelvis pasien. Ketika traksi di tingkatkan, operator mengurangi fleksi sekitar 70o, kemudian lakukan gerakan rotasi dari hip seperti melakukan adduksi, hal ini akan membantu caput femur terbebas dari lip of acetabulum. Penekanan dari lateral ke arah proksimal femur akan membantu reduksi. Bunyi clunk merupakan tanda berhasilnya reduksi tertutup. d. Stimson gravity technique : pasien di posisikan prone, dengan kaki yang cedera tergantung di samping tempat tidur akan membuat hip fleksi dan knee fleksi masing-masing 90 o, dalam posisi ini assisten mengimobilisasi pelvis sementara operator melakukan dorongan secara langsung pada proksimal betis, rotasi dari tungkai bawah akan membantu reduksi. e. Bigelow and reverse bigelow manuvers : Pasien dalam posisi supine, sementara operator melakukan traksi longitudinal pada tungkai, Femur yang dalam posisi adduksi dan rotasi internal kemudian difleksikan 90o , caput femur bergeser ke acetabulum dengan melakukan abduksi, rotasi eksternal, dan ekstensi dari hip. Pada reverse bigelow manuver dilakukan pada dislokasi anterior dari hip, traksi dilakukan in-line dengan deformitas , kemudian hip di adduksikan secara tajam kemudian di ekstensikan. Post-reposisi pada dislokasi pada hip a. Bedrest dilanjutkan dengan weight bearing protected selama 4-6 minggu b. Jika reduksi tidak berhasil maka dilakukan reduksi terbuka c. Pemeriksaan X-Ray Pelvis AP untuk menilai hasil reduksi
58