Вы находитесь на странице: 1из 2

Dilema Usaha Rumah Kos Pindahnya Universitas Diponegoro atau disingkat Undip dari kawasan Simpang Lima di pusat

kota Semarang ke Kawasan dataran tinggi Tembalang membawa berkah yang amat besar bagi penduduk setempat. Kawasan Tembalang yang dulunya masih sepi penduduk dengan rimbunan tumbuhan yang layaknya masih seperti hutan, berubah drastis setelah pendirian dan pemindahan Undip. Undip yang sudah berdiri sejak tahun 1957 silam dengan nama awal Universitas Diponegoro membangun tempat baru dikawasan Tembalang, karena bangunan lama dikawasan Peleburan Jl. Imam Bardjo sudah terlalu tua untuk ditempati. Pembangunan sebanyak 11 fakultas, rektorat, GOR, Rusunawa, dan berbagai bangunan penting lainnya yang mendapat bantuan dari Asian Development Bank (ADB) tersebut selesai dan senin, 20 September 2010. Kampus Tembalang Semarang (Rektorat, Lembaga Penelitian, Lembaga Pengabdian pada Masyarakat, Lembaga Pengembangan Pendidikan, UPT Perpustakaan, UPT. Kemitraan dan Kewirausahaan, upt. Undip Press serta Fakultas Hukum, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Fakultas Teknik, Fakultas Ilmu Budaya, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Fakultas Peternakan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan dan Fakultas Psikologi program Diploma dan Sarjana telah berada di kampus Tembalang, Fakultas Kedokteran) Pindahnya mahasiswa dari Peleburan ke Tembalangpun membawa berkah bagi penduduk asli Tembalang dan sekitarnya. Mahasiswa yang kuliah di Undip Tembang yang berasal dari berbagai daerah di Seluruh Indonesia, pasti membutuhkan tempat tinggal, kos dan/kontrakan. Penduduk sekitarpun langsung berbondong-bondong memanfaatkannya dengan mendirikan tempat kos/kontrakan bagi mahasiswa. Selain penduduk asli, banyak para investor dari daerah lain yang menginvestasikan untuk berbisnis kos-kosan di Tembalang. Ada kos-kosan Sederhana, dan ada juga yang mewah. Selain kos, warung makan, percetakan, mini market, dan foto copy juga mulai menjamur. Ekonomi masyarakapun berubah drastis. Sari yang awalnya mayoritas petani (karena Tembalang sebelum Undip masih seperti hutan), kini banyak sekali masyarakat yang menjadi OKB (Orang Kaya Baru). Namun, tidak semua perubahan itu baik menurut semua orang. Ada seorang kakek yang tiap harinya bekerja sebagai petani yang pernah bercerita kepada rekan penulis. Petani yang sudah berusia lanjut tersebut mengaku prihatin dengan perubahan drastis pada Tembalang. Tembalang yang dulunya rimbun, kini telah berganti beton-beton koskosan. Tanah yang luas kini telah berganti aspal jalan. Yang dikatakan kakek tersebut memang ada benarnya. Sebagai penduduk asli, beliau mungkin merasa kehilangan tempat tinggal yang mejadi tanah kelahirannya. Selain masalah yang

diungkapkan kakek tadi, ada permasalahan lain yang cukup besar yang diamati penulis. Yaitu semakin banyaknya investor dari daerah lain yang berinvestasi di Tembalang, hingga penduduk asli Tembalang yang berekonomi rendah, tidak mapu bersaing dengan para investor kaya tersebut. Pendirian kos-kosan mewah, mini market, warung makan, dan usaha-usaha strategis banyak yang dikuasai orang dari daerah lain. Seperti yang terlihat di jalan Banjarsari, ada 5 mini market yang berdiri dan 1 blok pusat belanja. Toko-toko kecilpun praktis tak mampu bersaing. Hanya terlihat satu atau dua toko yang masih bertahan. Yang cukup memprihatinkan lagi adalah masalah pendirian kos/kontrakan. Penduduk asli yang ekonominya belum kuat, hanya bisa mendirikan kos/kontrakan sederhana. Berbeda dengan para investor kaya yang membangun kos/kontrakan nyaman, mewah dan besar. Jelas saja kebanyakan mahasiswa memilih kos/kontrakan yang nyaman dan bagus. Penduduk aslipun berjuang mempromosikan tempatnya alakadarnya. Dengan lembaran kertas yang ditempel ditembok, atau bahkan hanya dari mulut ke mulut.

Вам также может понравиться