Вы находитесь на странице: 1из 19

Presentasi Kasus

ILMU KESEHATAN MATA


HORDEOLUM

Oleh :

Oleh: Aviaddina Ramadhani Fika Khulma S. Octava Prima A. G99122022 G99122044 G99122091

PEMBIMBING :

Senyum Indrakila, dr., Sp.M

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA 2014

STATUS PASIEN

I. IDENTITAS Nama Umur Jenis kelamin Pekerjaan Agama Alamat Tanggal pemeriksaan No. RM : Tn. S : 24 tahun : Laki-laki : Swasta : Islam : Laweyan, Surakarta : 4 Februari 2014 : 01-24-08-51

II. ANAMNESIS A. Keluhan utama :

Muncul benjolan di kelopak mata kanan

B. Riwayat Penyakit Sekarang : 2 minggu sebelum memeriksakan diri ke poliklinik mata RSUD Dr. Moewardi pasien mengeluhkan muncul benjolan kecil di kelopak mata kanan. Benjolan kecil tersebut terletak di ujung kelopak mata kanan di dekat pangkal bulu mata, berdiameter kira-kira 0,5 cm, berwarna merah, dan terasa nyeri. Bila dipegang benjolan kecil tersebut bertambah nyeri. Pasien mengeluhkan benjolan tersebut bertambah besar dan semakin nyeri dari hari ke hari. 3 hari sebelum periksa, pasien menceritakan benjolan tersebut bertambah besar, kira-kira sebesar biji kedelai. Benjolan disertai keluar cairan berwarna kuning pada bagian ujung benjolan tersebut. Pasien juga mengeluhkan sekarang matanya jadi terasa mengganjal dan kelopak mata sebelah kanan terasa lebih berat daripada yang kiri. Mata merah (-), keluar air mata (-), blobok (-), gatal (-), pandangan kabur (-), mata nyeri (-), demam (-). Karena keluhan semakin memberat pasien kemudian memeriksakan diri ke poliklinik mata RSUD Dr. Moewardi. 1

D. Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat sakit serupa : (+) 2 bulan yang lalu, sembuh sendiri

Riwayat alergi obat dan makanan : disangkal Riwayat trauma mata Riwayat pakai kacamata Riwayat obat-obat mata Riwayat DM Riwayat asma : disangkal : disangkal : disangkal : disangkal : disangkal

E. Riwayat Penyakit Keluarga Riwayat sakit serupa : disangkal

Riwayat alergi obat dan makanan : disangkal Riwayat asma Riwayat DM : disangkal : disangkal

F. Kesimpulan Anamnesis OD Proses Lokalisasi Sebab Perjalanan Komplikasi Peradangan Kelopak mata Suspek infeksi bakteri Akut Blefaritis OS -

III. PEMERIKSAAN FISIK A. Kesan umum Keadaan umum baik, compos mentis, gizi kesan cukup Nadi : 62 x/menit RR : 16 x/menit

Suhu : afebril B. Pemeriksaan subyektif OD Visus Sentralis Jauh 6/6 OS 6/6 2

Pinhole Koreksi Refraksi Visus Perifer Konfrontasi test Proyeksi sinar Persepsi warna Merah Hijau

tidak dilakukan tidak dilakukan tidak dilakukan

tidak dilakukan tidak dilakukan tidak dilakukan

tidak dilakukan tidak dilakukan

tidak dilakukan tidak dilakukan

tidak dilakukan tidak dilakukan

tidak dilakukan tidak dilakukan

C. Pemeriksaan Obyektif 1. Sekitar mata Tanda radang Luka Parut Kelainan warna Kelainan bentuk 2. Supercilium Warna Tumbuhnya Kulit Pasangannya Geraknya 3. hitam normal sawo matang dalam batas normal dalam batas normal hitam normal sawo matang dalam batas normal dalam batas normal ` tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada

Pasangan Bola Mata dalam Orbita Heteroforia Strabismus Pseudostrabismus Exophthalmus Enophthalmus Anophthalmus tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada

4.

Ukuran bola mata Mikrophthalmus tidak ada tidak ada 3

Makrophthalmus Ptosis bulbi Atrofi bulbi Bufthalmus Megalokornea Mikrokornea 5. Gerakan Bola Mata Temporal Superior Temporal Inferior Temporal Nasal Superior Nasal Inferior 6. Kelopak Mata Gerakan Oedem Hiperemis Nodul

tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada

tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada

dalam batas normal dalam batas normal dalam batas normal dalam batas normal dalam batas normal

dalam batas normal dalam batas normal dalam batas normal dalam batas normal dalam batas normal

terbatas tidak ada ada ada, diameter 0,7 cm, hiperemis, supuratif, puncak terlihat pus, fluktuatif

dalam batas normal tidak ada tidak ada tidak ada

Tepi Kelopak Mata Oedem Hiperemi Entropion Ekstropion 7. Sekitar saccus lakrimalis Oedem Hiperemi 8. Sekitar Glandula lakrimalis Oedem Hiperemis tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada 4 tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada

9.

Tekanan Intra Okuler Palpasi kesan normal kesan normal

10.

Konjungtiva Konjungtiva palpebra superior Oedem Hiperemis Sekret tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada

Konjungtiva palpebra inferior Oedem Hiperemis Sekret Konjungtiva Fornix Oedem Hiperemis Sekret Konjungtiva Bulbi Oedem Hiperemis Sekret Injeksi Konjungtiva Injeksi Siliar Subkonjungtiva Hematom 11. Sklera Warna Penonjolan 12. Kornea Ukuran Limbus Permukaan Sensibilitas Keratoskop 12 mm dalam batas normal rata tidak dilakukan tidak dilakukan 12 mm dalam batas normal rata tidak dilakukan tidak dlakukan 5 putih tidak ada putih tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada

Flourescin Test Arcus Zenilis 13. Kamera Okuli Anterior Isi Kedalaman 14. Iris Warna Bentuk Sinekia anterior Sinekia posterior 15. Pupil Ukuran Letak Bentuk Reaksi terhadap Cahaya Langsung Cahaya tak langsung Konvergensi 16. Lensa Ada/tidak Kejernihan Letak 17. Corpus vitreum Kejernihan

tidak dilakukan tidak ada

tidak dlakukan tidak ada

jernih dalam

jernih dalam

coklat kehitaman bulat tidak ada tidak ada

coklat kehitaman bulat tidak ada tidak ada

3 mm sentral bulat

3 mm sentral bulat

(+) (+) tidak dilakukan

(+) (+) tidak dilakukan

ada jernih sentral

ada jernih sentral

tidak dilakukan

tidak dilakukan

IV. KESIMPULAN PEMERIKSAAN OD Visus sentralis jauh Pinhole Koreksi Sekitar mata Supercilium 6/6 tidak dilakukan tidak dilakukan dalam batas normal dalam batas normal OS 6/6 tidak dilakukan tidak dilakukan dalam batas normal dalam batas normal 6

Pasangan bola mata dalam orbita Ukuran bola mata Gerakan bola mata Kelopak mata

dalam batas normal

dalam batas normal

dalam batas normal dalam batas normal tampak hiperemis, terdapat nodul diameter 0,7 cm, hiperemis, supuratif, puncak terlihat pus, fluktuatif

dalam batas normal dalam batas normal dalam batas normal

Sekitar saccus lakrimalis Sekitar glandula lakrimalis Tekanan intraokuler Konjungtiva bulbi Konjungtiva palpebra Konjungtiva forniks Sub konjungtiva Sklera Kornea Camera oculi anterior Iris Pupil Lensa Corpus vitreum

dalam batas normal dalam batas normal normal dalam batas normal dalam batas normal dalam batas normal dalam batas normal dalam batas normal dalam batas normal dalam hitam keabu-abuan dalam batas normal jernih tidak dilakukan

dalam batas normal dalam batas normal normal dalam batas normal dalam batas normal dalam batas normal dalam batas normal dalam batas normal dalam batas normal dalam hitam keabu-abuan dalam batas normal jernih tidak dilakukan

V. GAMBAR

OD VI. Diagnosis Banding 1. Hordeolum 2. Kalazion 3. Blefaritis

VII.DIAGNOSIS Hordeolum

VIII. TERAPI Medikamentosa: Cendo mycos eye ointment 3x1 ue Amoxicillin tab 500 mg 4x1 Natrium diclofenac tab 50 mg 2x1

Non Medikamentosa: Kompres air hangat 4x1 hari (15 menit) Memperbaiki higienitas mata Menutup mata dengan kassa

IX. PLANNING a. Insisi hordeolum jika abses besar dan fluktuasi positif Bersihkan daerah yang akan diinsisi dengan NaCl 0,9% Tetes pantokain 5% pada mata yang kelopaknya terdapat hordeolum Injeksi infiltrasi lidokain 2% daerah sekitar hordeolum Insisi hordeolum sejajar margo palpebra Dilanjutkan kuretase seluruh jaringan radang di dalam kantungnya Beri antibiotic topical, tutup.

b. Edukasi pasien Mengenai penyakit dan komplikasinya Kontrol kembali untuk mengetahui adakah komplikasi Menjaga kebersihan mata

X. PROGNOSIS OD Ad vitam Ad sanam Ad fungsionam Ad cosmeticum Bonam Bonam Bonam Bonam OS Bonam Bonam Bonam Bonam

TINJAUAN PUSTAKA HORDEOLUM

A. Anatomi Palpebra Palpebra superior dan inferior adalah modifikasi lipatan kulit yang dapat menutup dan melindungi bola mata bagian anterior. Berkedip melindungi kornea dan konjungtiva dari dehidrasi. Palpebra superior berakhir pada alis mata; palpebra inferior menyatu dengan pipi.1 Palpebra terdiri atas lima bidang jaringan utama. Dari superfisial ke dalam terdapat lapis kulit, lapis otot rangka (orbikularis okuli), jaringan areolar, jaringan fibrosa (tarsus), dan lapis membran mukosa (konjungtiva pelpebrae).1 1. Kulit Kulit pada palpebra berbeda dari kulit bagian lain tubuh karena tipis, longgar, dan elastis, dengan sedikit folikel rambut, tanpa lemak subkutan. 2. Musculus orbikularis okuli Fungsi otot ini adalah untuk munutup palpebra. Serat ototnya mengelilingi fissura palpebra secara konsentris dan meluas sedikit melewati tepian orbita. Sebagian serat berjalan ke pipi dan dahi. Bagian otot yang terdapat di dalam palpebra dikenal sebagai bagian pratarsal; bagian di atas septum orbitae adalah bagian praseptal. Segmen luar palpebra disebut bagian orbita. Orbikularis okuli dipersarafi oleh nervus facialis. 3. Jaringan areolar Terdapat di bawah muskulus orbikularis okuli, berhubungan degan lapis subaponeurotik dari kulit kepala. 4. Tarsus Struktur penyokong utama dari palpebra adalah lapis jaringan fibrosa padat yang disebut tarsus superior dan inferior. Tarsus terdiri atas jaringan penyokong kelopak mata dengan kelenjar Meibom (40 buah di kelopak atas dan 20 buah di kelopak bawah). 5. Konjungtiva palpebrae Bagian posterior palpebrae dilapisi selapis membran mukosa, konjungtiva palpebra, yang melekat erat pada tarsus. 10

Gambar 1. Anatomi Palpebra 2

Tepian palpebra dipisahkan oleh garis kelabu (batas mukokutan) menjadi tepian anterior dan posterior. Tepian anterior terdiri dari bulu mata, glandula Zeiss dan Moll. Glandula Zeiss adalah modifikasi kelenjar sebasea kecil yang bermuara dalam folikel rambut pada dasar bulu mata. Glandula Moll adalah modifikasi kelenjar keringat yang bermuara ke dalam satu baris dekat bulu mata. Tepian posterior berkontak dengan bola mata, dan sepanjang tepian ini terdapat muaramuara kecil dari kelenjar sebasesa yang telah dimodifikasi (glandula Meibom atau tarsal).1 Punktum lakrimalis terletak pada ujung medial dari tepian posterior palpebra. Punktum ini berfungsi menghantarkan air mata ke bawah melalui kanalikulus terkait ke sakus lakrimalis.1 Fisura palpebrae adalah ruang elips di antara kedua palpebra yang dibuka. Fisura ini berakhir di kanthus medialis dan lateralis. Kanthus lateralis kira-kira 0,5 cm dari tepian lateral orbita dan membentuk sudut tajam. Septum orbitale adalah fascia di belakang bagian muskularis orbikularis yang terletak di antara tepian orbita dan tarsus dan berfungsi sebagai sawar antara palpebra orbita.1 Septum orbitale superius menyatu dengan tendo dari levator palpebra superior dan tarsus superior; septum orbitale inferius menyatu dengan tarsus inferior.1

11

Retraktor palpebrae berfungsi membuka palpebra. Di palpebra superior, bagian otot rangka adalah levator palpebra superioris, yang berasal dari apeks orbita dan berjalan ke depan dan bercabang menjadi sebuah aponeurosis dan bagian yang lebih dalam yang mengandung serat-serat otot polos dari muskulus Muller (tarsalis superior). Di palpebra inferior, retraktor utama adalah muskulus rektus inferior, yang menjulurkan jaringan fibrosa untuk membungkus muskulus obliqus inferior dan berinsersio ke dalam batas bawah tarsus inferior dan orbikularis okuli. Otot polos dari retraktor palpebrae disarafi oleh nervus simpatis. Levator dan muskulus rektus inferior dipasok oleh nervus okulomotoris.1 Pembuluh darah yang memperdarahi palpebrae adalah a. Palpebra. Persarafan sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal nervus V (Trigeminus), sedangkan kelopak mata bawah oleh cabang kedua nervus V (Trogeminus).1

B. Hordeolum 1. Definisi Hordeolum adalah infeksi kelenjar pada palpebra. Bila kelenjar Meibom yang terkena, timbul pembengkakan besar yang disebut hordeolum interna. Sedangkan hordeolum eksterna yang lebih kecil dan superfisial adalah infeksi kelenjar Zeiss atau Moll.1 2. Klasifikasi Dikenal 2 bentuk hordeolum, yaitu hordeolum internum dan eksternum. Penjelasannya adalah sebagai berikut : 3 a. Hordeolum eksternum Hordeolum eksternum merupakan infeksi pada kelenjar Zeiss atau Moll dengan penonjolan terutama ke daerah kulit kelopak. Pada hordeolum eksternum, nanah dapat keluar dari pangkal rambut. Tonjolannya ke arah kulit, ikut dengan pergerakkan kulit dan mengalami supurasi, memecah sendiri ke arah kulit (Gbr.2).

12

Gambar 2. Hordeolum Eksternum 2 b. Hordeolum internum Hordeolum internum merupakan infeksi kelenjar Meibom yang terletak di dalam tarsus dengan penonjolan terutama ke daerah kulit konjungtiva tarsal. Hordeolum internum biasanya berukuran lebih besar dibandingkan hordeolum eksternum. Pada hordeolum internum, benjolan menonjol ke arah konjungtiva dan tidak ikut bergerak dengan pergerakan kulit, serta jarang mengalami supurasi dan tidak memecah sendiri (Gbr.3).

Gambar 3. Hordeolum Internum 2 3. Epidemiologi Data epidemiologi internasional menyebutkan bahwa hordeolum merupakan jenis penyakit infeksi kelopak mata yang paling sering ditemukan pada praktek kedokteran. Insidensi tidak tergantung pada ras dan jenis kelamin.4

4.

Etiologi Staphylococcus aureus adalah agen infeksi pada 90-95% kasus hordeolum. 5 13

5.

Faktor resiko Faktor resiko hordeolum adalah sebagai berikut : 6 a. b. c. d. e. f. g. h. Penyakit kronik. Kesehatan atau daya tahan tubuh yang buruk. Peradangan kelopak mata kronik, seperti Blefaritis. Diabetes. Hiperlipidemia, termasuk hiperkolesterolemia. Riwayat hordeolum sebelumnya. Higiene dan lingkungan yang tidak bersih. Kondisi kulit seperti dermatitis seboroik.

6.

Patogenesis Patogenesis terjadinya hordeolum eksterna diawali dengan

pembentukan nanah dalam lumen kelenjar oleh infeksi Staphylococcus aureus. Biasanya mengenai kelenjar Zeis dan Moll. Selanjutnya terjadi pengecilan lumen dan statis hasil sekresi kelenjar. Statis ini akan mencetuskan infeksi sekunder oleh Staphylococcus aureus. Terjadi pembentukan nanah dalam lumen kelenjar. Secara histologis akan tampak gambaran abses, dengan ditemukannya PMN dan debris nekrotik. Hordeolum interna terjadi akibat adanya infeksi sekunder kelenjar Meibom di lempeng tarsal.7 7. Manifestasi klinis a. Gejala 5,8 1) Pembengkakan. 2) Rasa nyeri pada kelopak mata. 3) Perasaan tidak nyaman dan sensasi terbakar pada kelopak mata. b. Tanda 3,9 1) Eritema. 2) Edema. 3) Nyeri bila ditekan di dekat pangkal bulu mata. 4) Seperti gambaran absces kecil.

14

9.

Diagnosa Diagnosa hordeolum ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan oftalmologis.10

10. Diagnosa banding Diagnosa banding hordeolum adalah : 6 1) Kalazion. 2) Dakriosistitis. 3) Selulitis preseptal. 4) Konjungtivitis adenovirus. 5) Karsinoma sel basal. 11. Penatalaksanaan Biasanya hordeolum dapat sembuh sendiri dalam waktu 5-7 hari. 11 a. Non farmakologi 11 1) Kompres hangat 4-6 kali sehari selama 15 menit tiap kalinya untuk membantu drainase. Lakukan dengan mata tertutup. 2) Bersihkan kelopak mata dengan air bersih ataupun dengan sabun atau sampo yang tidak menimbulkan iritasi, seperti sabun bayi. Hal ini dapat mempercepat proses penyembuhan. Lakukan dengan mata tertutup. 3) Jangan menekan atau menusuk hordeolum, hal ini dapat menimbulkan infeksi yang lebih serius. 4) Hindari pemakaian make-up pada mata, karena kemungkinan hal itu menjadi penyebab infeksi. 5) Jangan memakai lensa kontak karena dapat menyebarkan infeksi ke kornea. b. Farmakologi Antibiotik diindikasikan bila dengan kompres hangat selama 24 jam tidak ada perbaikan dan bila proses peradangan menyebar ke sekitar daerah hordeolum.5 1) Antibiotik topikal

15

Bacitracin atau tobramicin salep mata diberikan setiap 4 jam selama 7-10 hari. 5 Dapat juga diberikan eritromisin salep mata untuk kasus hordeolum eksterna dan hordeolum interna yang ringan.12 2) Antibiotik sistemik Diberikan bila terdapat tanda-tanda bakterimia atau terdapat tanda pembesaran kelenjar limfe di preauricular.5 Pada kasus hordeolum internum dengan kasus yang sedang sampai berat dapat diberikan cephalexin atau dicloxacilin 500 mg per oral 4 kali sehari selama 7 hari. Bila alergi penisilin atau cephalosporin dapat diberikan clindamycin 300 mg oral 4 kali sehari selama 7 hari atau klaritromycin 500 mg 2 kali sehari selama 7 hari. 12 c. Pembedahan Bila dengan pengobatan tidak berespon dengan baik, maka prosedur pembedahan mungkin diperlukan untuk membuat drainase pada hordeolum.11 Pada insisi hordeolum terlebih dahulu diberikan anestesi topikal dengan pantokain tetes mata. Dilakukan anestesi filtrasi dengan prokain atau lidokain di daerah hordeolum dan dilakukan insisi: 13 1) Hordeolum internum dibuat insisi pada daerah fluktuasi pus, tegak lurus pada margo palpebra. 2) Hordeolum eksternum dibuat insisi sejajar dengan margo palpebra. Setelah dilakukan insisi, dilakukan ekskohleasi atau kuretase seluruh isi jaringan meradang di dalam kantongnya dan kemudian diberikan salep antibiotik.10

12. Komplikasi Komplikasi hordeolum adalah mata kering, simblefaron, abses, atau selulitis palpebra yang merupakan radang jaringan ikat jarang palpebra di depan septum orbita dan abses palpebra.13

13. Pencegahan Pencegahan hordeolum dapat dilakukan dengan cara berikut : 7 16

a.

Menjaga kebersihan wajah dan membiasakan mencuci tangan sebelum menyentuh wajah agar hordeolum tidak mudah berulang.

b.

Mengusap kelopak mata dengan lembut menggunakan washlap hangat untuk membersihkan ekskresi kelenjar lemak.

c.

Menjaga kebersihan peralatan make-up mata agar tidak terkontaminasi oleh kuman.

d.

Menggunakan kacamata pelindung jika bepergian di daerah berdebu.

14. Prognosis Prognosis umumnya baik, karena proses peradangan pada hordeolum bisa mengalami penyembuhan dengan sendirinya, asalkan kebersihan daerah mata tetap dijaga dan dilakukan kompres hangat pada mata yang sakit serta terapi yang sesuai.7

17

DAFTAR PUSTAKA

1. 2. 3. 4.

Vaughan, D.G. Oftalmologi Umum, Edisi 14, Cetakan I, Widya Medika, Jakarta, 2000: Hal 17-20 Showka JW, et al. 2012. The Handbook of Occular Disease Management: fourth edition. US . pp: 9-10 Sidarta I, SR Yulianti. Ilmu Penyakit Mata, Cetakan IV, Balai Penerbit FK UI, Jakarta 2011: Hal1-2 ; 92-94 Panicharoen C, Hirunwiwatkul P. Current pattern treatment of hordeolum by ophthalmologists in Thailand. J Med Assoc Thai. 2011;94(6):721-4 Neff AG, Carter CD. Benign eyelid lesions. In: Yanoff M, Duker JS. Ophtalmology 2nd ed. Philadelphia, PA: Mosby;2004: 698-710 Lim VS, Amrith S. Necrotising fasciitis of the eyelid with toxic shock due to Pseudomonas aeruginosa. Singapore Med J. 2010;51(3):e51-3 Bamford JT, Gessert CE, Renier CM, et al. Childhood stye and adult rosacea. J Am Acad Dermatol. 2006;55(6):951-5 Maldonado MJ, Juberias JR, Moreno-Montanes J. Extensive corneal epithelial defect associated with internal hordeolum after uneventful laser in situ keratomileusis. J Cataract Refract Surg. 2002;28(9):1700-2 Sidarta, I, dkk. Sari Ilmu Penyakit Mata, Cetakan III, Balai Penerbit FK UI, Jakarta 2003: Hal 15 -16 Ramesh S, Ramakrishnan R, Bharathi MJ, et al. Prevalence of bacterial pathogens causing ocular infections in South India. Indian J Pathol Microbiol. 2010;53(2):281-6 Keskinaslan I, Pedroli GL, Piffaretti JM, et al. Eyelid sebaceous gland carcinoma in a young Caucasian man. Klin Monbl Augenheilkd. 2008;225(5):422-3 Kodama T, Tane N, Ohira A, et al. Sclerosing sweat duct carcinoma of the eyelid. Jpn J Ophthalmol. 2004;48(1):7-11 Sidarta, I. Ilmu Penyakit Mata, Edisi III, Cetakan I, Balai Penerbit FK UI, Jakarta. 2004: Hal 92-94

5. 6. 7. 8.

9. 10.

11.

12. 13.

18

Вам также может понравиться

  • Soal Pengantar Rekam Medis
    Soal Pengantar Rekam Medis
    Документ6 страниц
    Soal Pengantar Rekam Medis
    Christine Notoningtiyas Santoso
    100% (1)
  • SISTEM IMUN MUKOSA
    SISTEM IMUN MUKOSA
    Документ7 страниц
    SISTEM IMUN MUKOSA
    Fika Khulma Sofia
    Оценок пока нет
  • Edukasi IGD
    Edukasi IGD
    Документ15 страниц
    Edukasi IGD
    Fika Khulma Sofia
    Оценок пока нет
  • 081adsa0155 Chaadaasptear1
    081adsa0155 Chaadaasptear1
    Документ5 страниц
    081adsa0155 Chaadaasptear1
    kennydimitra
    Оценок пока нет
  • Berbagai Sistem Braket
    Berbagai Sistem Braket
    Документ28 страниц
    Berbagai Sistem Braket
    Fika Khulma Sofia
    Оценок пока нет
  • Ash Position Paper
    Ash Position Paper
    Документ14 страниц
    Ash Position Paper
    Fika Khulma Sofia
    Оценок пока нет
  • ELISA Review
    ELISA Review
    Документ9 страниц
    ELISA Review
    Fika Khulma Sofia
    Оценок пока нет
  • Manajemen de
    Manajemen de
    Документ7 страниц
    Manajemen de
    Fika Khulma Sofia
    Оценок пока нет
  • NET-Vaskular Disfungsi
    NET-Vaskular Disfungsi
    Документ9 страниц
    NET-Vaskular Disfungsi
    Fika Khulma Sofia
    Оценок пока нет
  • Cover Karya Stase KolesPleura - REVISI
    Cover Karya Stase KolesPleura - REVISI
    Документ8 страниц
    Cover Karya Stase KolesPleura - REVISI
    Fika Khulma Sofia
    Оценок пока нет
  • Braket Edgewire
    Braket Edgewire
    Документ16 страниц
    Braket Edgewire
    Fika Khulma Sofia
    Оценок пока нет
  • Elispot Review
    Elispot Review
    Документ4 страницы
    Elispot Review
    Fika Khulma Sofia
    Оценок пока нет
  • Anese Klamps I
    Anese Klamps I
    Документ15 страниц
    Anese Klamps I
    Fika Khulma Sofia
    Оценок пока нет
  • Refleksi Kasus Ujian RSJ Fika
    Refleksi Kasus Ujian RSJ Fika
    Документ12 страниц
    Refleksi Kasus Ujian RSJ Fika
    Fika Khulma Sofia
    Оценок пока нет
  • Draft Aha 2015
    Draft Aha 2015
    Документ20 страниц
    Draft Aha 2015
    Fika Khulma Sofia
    0% (2)
  • Refkas rsjd-F25
    Refkas rsjd-F25
    Документ9 страниц
    Refkas rsjd-F25
    Fika Khulma Sofia
    Оценок пока нет
  • BAB III DR - Sena Draft
    BAB III DR - Sena Draft
    Документ9 страниц
    BAB III DR - Sena Draft
    Fika Khulma Sofia
    Оценок пока нет
  • Refleksi Kasus RSJD
    Refleksi Kasus RSJD
    Документ12 страниц
    Refleksi Kasus RSJD
    Fika Khulma Sofia
    Оценок пока нет
  • SPPD
    SPPD
    Документ1 страница
    SPPD
    Fika Khulma Sofia
    Оценок пока нет
  • Analgesia Preemptive
    Analgesia Preemptive
    Документ12 страниц
    Analgesia Preemptive
    Fika Khulma Sofia
    Оценок пока нет
  • Anak 1 BELLA
     Anak 1 BELLA
    Документ19 страниц
    Anak 1 BELLA
    Fika Khulma Sofia
    Оценок пока нет
  • Marker Tulang
    Marker Tulang
    Документ5 страниц
    Marker Tulang
    Fika Khulma Sofia
    Оценок пока нет
  • SIM_C
    SIM_C
    Документ18 страниц
    SIM_C
    Fika Khulma Sofia
    Оценок пока нет
  • Tabel 1 BTM
    Tabel 1 BTM
    Документ3 страницы
    Tabel 1 BTM
    Fika Khulma Sofia
    Оценок пока нет
  • Triase
    Triase
    Документ21 страница
    Triase
    Fika Khulma Sofia
    Оценок пока нет
  • Panduan Telaah Kritis
    Panduan Telaah Kritis
    Документ2 страницы
    Panduan Telaah Kritis
    Andi Marwansyah
    Оценок пока нет
  • Telaah 1
    Telaah 1
    Документ5 страниц
    Telaah 1
    Fika Khulma Sofia
    Оценок пока нет
  • Henti Jantung
    Henti Jantung
    Документ1 страница
    Henti Jantung
    Cheerbee Alexandra
    Оценок пока нет
  • Prinsip Terapi Pembedahan
    Prinsip Terapi Pembedahan
    Документ7 страниц
    Prinsip Terapi Pembedahan
    Fika Khulma Sofia
    Оценок пока нет
  • CRP 2
    CRP 2
    Документ28 страниц
    CRP 2
    Fika Khulma Sofia
    Оценок пока нет