Вы находитесь на странице: 1из 24

ASKEP ANAK DENGAN DIFTERI

OLEH MICIKO UMEDA, S.Kp

PENGERTIAN
1.

SUATU PENYAKIT INFEKSI MENDADAK YANG SANGAT MENULAR DAN BERBAHAYA, TERUTAMA MENYERANG SALURAN NAFAS SUATU PENYAKIT INFEKSI AKUT YANG DISEBABKAN Corynebacterium diphtheriae, DITANDAI DENGAN TERBENTUKNYA PSEUDOMEMBRAN ( IPD, FKUI, 1996 ).

1.

PENYEBAB

CORYNEBACTERIUM DIPHHHHTHERIAE, BAKTERI GRAM POSITIF SIFAT BASIL : MEMBENTUK SPEUDOMEMBRAN SUKAR DIANGKAT, MUDAH BERDARAH WARNA : PUTIH KELABU YANG MELIPUTI DAERAH YANG DISERANG EKSOTOKSIN SANGAT GANAS DAN DAPAT MERACUNI JARINGAN, TERUTAMA GINJAL, OTOT JANTUNG DAN SARAF BASIL AKAN MATI PADA PEMANASAN 600C SELAMA 10 MENIT DAN TAHAN BEBERAPA MINGGU DALAM ES, AIR, SUSU DAN LENDIR YANG KERING

CARA PENULARAN
MELALUI PERCIKAN AIR LUDAH PENDERITA MELALUI BENDA-BENDA YANG TERKONTAMINASI MELALUI MAKANAN YANG TERCEMAR KUMAN DIFTERI ( DROPLET ) TERSERING PADA USIA 2 10 TAHUN, DAN REMAJA USIA > 15 TAHUN

PATOGENESIS

BASIL MASUK KE SALURAN PERNAFASAN ATAS ( TONSIL & SINUS ) MEMBENTUK SPEUDOMEMBRAN DAN MELEPASKAN ENDOTOKSIN MENYEBAR KE PHARYNX LARYNX GEJALA LEBIH BERAT ENDOTOKSI AKAN MENYEBAR KE OTOT JANTUNG, JARINGAN SARAF PERIFER PARALISIS ( OTOT PERNAFASAN), KE HATI DAN GINJAL DAN ORGAN LAIN

ENDOTOKSIN

KULIT

S. NAFAS ATAS

GINJA L

OTOT JANTUNG ( 3-21 HR )

S. SARAF
( MG.3-6 )

VULVA

TELINGA

PATOFISIOLOGI
Basil Berkembang biak di saluran napas atas ( Proses Radang Mbentuk Pseudomembran pada )

Hidung

Pharing & Tonsil

Laring & Trachea

Eksotoksin

S. Napas

Jantung

S. Perifer

Ginjal

Organ Lain

Mata Hati Telinga

Tanda dan Gejala yang ada


1.

2.

3.

Pada Hidung pilek, sekret bercampur darah, terdapat toksin pada pharing dan laring Pada Pharing dan Laring Radang akut tenggorokan, suhu subfebris, pseudomembran pada nasopharing sampai laring, nafas bau, bullneck, stridor, sukar menelan,Hb menurun, Leukosit meningkat dan eritrosit dan albumin menurun Pada Laring dan Trachea Suara nafas terganggu, sesak nafas, cyanosis, retraksi dinding dada, bullneck dan laring kemerahan serta sembab.

Penyebaran Eksotoksin pada :


1.

2.
3.

4. 5.

S. Pernapasan BP dan Atelektasis Jantung Myocarditis Saraf Perifer Paralisis/parise pada Palatum mole dan Obstruksi pernapasan Ginjal Nefritis Organ lain
a. Mata b. Hati c. Telinga

Imunitas
Bayi baru lahir s/d usi 3 bulan 15 % positif imunitas bawaan Usia 6 bulan 50% uji schick positif Usia > 6 bulan 1 tahun 90% uji schick positif Usia 1 tahun s/d 17 tahun 15% uji schick positif

Uji Schick

Pengertian Uji schick


Suatu pemeriksaan u/ mengetahui, apakah seseorang telah memiliki antitoksin Dengan titer 0,03 ml/satuan per-ml dalam darah cukup dapat menahan infeksi Difteri

Cara Pemeriksaan Uji Schick

1/50 MLD ( minimum lethal dose ) di encerkan dengan 0,1 ml di suntikkan intrakutan

Bila seseorang tidak memiliki antitoksin, maka daerah suntikan timbul vesikel dan akan hilang beberapa minggu Pada seseorang dengan antitoksin rendah, maka daerah suntikan akan merah kecoklatan dan akan hilang dalam waktu 24 jam, dengan uji schick positif Uji schick negatif jika seseorang yang memiliki antitoksin tinggi Uji schick positif palsu jika pada seseorang alergi terhadap protein antitoksin dan akan hilang dalam waktu 72 jam.

Pencegahan
Pemberian imunisasi dasar DPT mulai usia 3 bulan Imunisasi di ulang pada usia 1,5 2 tahun dan kemudian di ulang kembali setiap lima tahun s/d anak usia 15 tahun Isolasi

Maca-Macam Diferi Menurut Lokasinya


1.

Nasal Difteri

Menyerang sekitar hidung yang merupakan infeksi primer pseudomembran. Dapat meluas pada pharing.

2.

Faucal Difteri

Menyerang pharing, tonsil, adenoid dan cepat meluas sampai laring

3.

Laring Tracheal Difteri

Perluasan membran berasal dari faucal difteri

Klasifikasi Berdasarkan Ringan dan Beratnya


1.

Infeksi Ringan
Pseudomembran terbatas pada mukosa hidung atau faucal dengan gejala nyeri menelan

2.

Infeksi Sedang
Pseudomembran menyebar lebih luas sampai dinding posterior pharing dengan edema ringan laring. Dapat diatasi dengan pengobatan konservatif.

3.

Infeksi Berat
Sumbatan jalan nafas berat. Diatasi dengan Tracheotomi. Biasanya disertai komplikasi Myocarditis, Paralisis dan Nefritis

Gejala Klinik

Masa inkubasi 2 7 hari Gejala umum demam terlalu tinggi, lesu, pucat, nyeri kepala, anoreksia dan lemah Gejala khusus pilek/difteri hidung, nyeri menelan/difteri pharing& tonsil, sesak nafas/difteri laring & Trachea, sesak dan stridor

Komplikasi

Pernafasan

Jantung
Ginjal
Nefritis

Obstruksi jalan nafas BP Atelektasis Myokarditis

Susunan Saraf

S.saraf motorik ( Paralisis otot mata/ Strabismus,Ptosis, dilatasi pupil, gangguan akomodasi muncul setelah minggu ke 3 ) Papalisis palatum mole kesukaran menelan muncul pada minggu pertama dan kedua Paralisis yang terjadi pada minggu ke 4 terjadi di area otot muka, leher, anggota gerak dan pada otot pernafasan.

Prognose

3% - 5% tergantung pada :
Usia semakin muda semakin buruk Lokasinya Lambat dan cepatnya pemberian antibiotika KU penderita KKP buruk Jumlah dan ganasnya kuman

Pengobatan
a.

Pengobatan Umum
Isolasi Istirahat mutlak di tempat tidur Pengawasan ketat dan EKG

b.

Pengobatan Spesifik
Anti Difteri Serum(ADS) 20.000 u/hari, selama 2 hari berturut-turut sebelum dilakukan uji kulit & mata Antibiotika diberikan PP 50.000 u/KgBB/hari sampai 3 hari panas. Pada penderita yang dilakukan tracheotomi, ditambah Kloramfenikol 75 mg/KgBB/hari yang dibagi menjadi 4 dosis Kortikosteroid diberikan Prednison 2 mg/KgBB/hari selama 3 minggu, kemudian dihentikan secara bertahap.

Lanjutan Pengobatan

c. Penderita di rawat selama 3 -4 minggu.

Bila ada sumbatan jalan nafas dilakukan tracheotomi dan bila ada komplikasi paralisis/ parasis otot diberikan suntikan vitamin B1 100 mg setiap hari selama 10 hari berturut-turut.

Cara Pemberian ADS

Ambil ADS 0,1 cc + 0,9 NaCl 0,9% berikan intrakutan Kemudian jarum di lepas dan teteskan pada salah satu mata 1 tetes tunggu selama 15 menit, jika mata merah dan berair berarti +, dan bekas suntikan bengkak maka ADS harus diberikan secara BESREDKA 0,1 CC ADS + 0,9 NaCl 0,9% ( Sisa test ) suntikan subkutan, kemudian tunggu jam, bila tidak adan reaksi maka diteruskan 0,5 CC ADS + 0,5 NaCl 0,9% suntikan subkutan, kemudian tunggu jam, bila tidak adan reaksi maka diteruskan 1 cc ADS diberikan secara subkutan tunggu jam dan bila tidak ada reaksi, maka sisa obat suntikan diberikan secara intramuskuler ( IM ).

Perawatan
1.

Perawatan Umum
Mempertahankan keadaan umu penderita, observasi tanda vital, tingkat kesadaran dan bila suhu meningkat diberikan kompres Memperhatikan nutrisi/diit sesuai usia bentuk makanan lunak & cair melalui sonde atau parenteral Memberikan terapi obat oral & suntika sesuai program Kebersihan perorangan & lingkungan

Lanjutan Perawatan
2. Perawatan Khusus
Isolasi Alat tenun direndam dengan lysol 2%/24 jam Alat makan direndam dengan lysol 2%/ 2 jam Tirah baring total Bebaskan jalan napas Penghisapan lendir & terapi oksigen Bila penderita pasca tracheostomi dilakukan perawatan luka, penghisapan lendir tiap 15-30 menit dengan melihat situasi dari pasien Latihan pernapasan

Cara Penghisapan Lendir


Sebelumnya berikan terapi oksigen Berikan NaCl 2-3 cc ke dalam kanula trachea Masukkan kanula kateter dengan gerakan memutar 2-3 detik, kemudian hisap dengan hati-hati dan perlahan Ulangi penghisapan samapi 10-15 menit.

Вам также может понравиться