4 (2) Desember 2012 Asosiasi Guru Fisika Indonesia Sumatera Utara
20 ANALISIS PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY DENGAN MENGGUNAKAN MACROMEDIA FLASH DIKAITKAN DENGAN KECERDASAN LOGIK MATEMATIK TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMAN 1 KOTA SUBULUSSALAM Khoirul Amri Hasibuan dan Nurdin Bukit Jurusan Pendidikan Fisika Pascasarjana Universitas Negeri Medan Guru Fisika SMA N 1 Simpang Kiri Kota Subulussalam. email: amry.hasibuan@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar Fisika siswa yang menggunakan model pembelajaran guided discovery dan model pembelajaran ekspositori, perbedaan hasil belajar siswa yang memiliki kecerdasan logik matematik tinggi dan kecerdasan logik matematik rendah, dan interaksi antara model pembelajaran dan kecerdasan logik matematik dalam mempengaruhi hasil belajar siswa. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas XII IPA SMA Kota Subulussalam yang berjumlah 7 kelas. Sampel penelitian ini ditetapkan siswa kelas XII IPA-3 dilakukan model pembelajaran guided discovery dan siswa kelas XII IPA-2 dilakukan model pembelajaran ekspositori. Teknik penarikan sampel dilakukan cluster random sampling. Metode penelitian menggunakan metode quasi eksperimen dengan desain penelitian faktorial 2x2. Teknik analaisis data menggunakan ANAVA dua jalur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan hasil belajar Fisika siswa yang menggunakan model pembelajaran guided discovery dan model pembelajaran ekspositori. Siswa yang menggunakan model pembelajaran guided discovery memperoleh hasil belajar yang lebih tinggi. Ada perbedaan hasil belajar Fisika siswa yang memiliki kecerdasan logik matematik tinggi dan kecerdasan logik matematik rendah. Siswa yang memiliki kecerdasan logik matematik tinggi memperoleh hasil belajar yang lebih tinggi. Terdapat interaksi antara model pembelajaran dan kecerdasan logik matematik dalam mempengaruhi hasil belajar Fisika siswa. Kata kunci: guided discovery learning, intelligence logic mathematic, physics teaching and learning PENDAHULUAN Rendahnya nilai ujian harian merupakan masalah pendidikan yang tidak dapat lepas dari masalah pembelajaran, karena pembelajaran merupakan inti dari proses peningkatan kualitas pendidikan. Peningkatan kualitas pendidikan mengacu pada upaya peningkatan kualitas proses dan hasil belajar. Suatu sistem pendidi- kan dikatakan bermutu dari segi proses, jika pembelajaran berlangsung secara efektif dan siswa mengalami pembelajaran yang bermakna serta didukung oleh sumber daya yang memadai. Peran guru dalam pembelajaran adalah sebagai fasilitator, mediator, dan pembimbing. Jadi guru hanya dapat membantu proses perubahan pengetahuan di kepala siswa melalui perannya menyiapkan scaffolding dan guiding, sehingga siswa dapat mencapai tingkatan pemahaman yang lebih sempurna dibandingkan dengan pengetahuan sebelumnya. Guru Jurnal Penelitian Inovasi Pembelajaran Fisika ISSN 2085-5281 Vol. 4 (2) Desember 2012 Asosiasi Guru Fisika Indonesia Sumatera Utara 21 menyiapkan tanggga yang efektif, tetapi siswa sendiri yang memanjat melalui tangga tersebut untuk mencapai pemahaman yang lebih dalam. Berdasakan hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 5 maret 2012 di SMA Negeri 1 Subulussalam, ditemukan bahwa guru masih mengajar secara konvensional yang dominan menerapkan strategi ekspositori, sehingga siswa cenderung pasif, individual, dan kurang berparti- sipasi secara aktif dalam proses pembelajaran. Menurut Sanjaya (2008) strategi pembelajaran ekspositori lebih menekankan kepada proses pencapaian materi secara verbal dari seorang guru kepada kelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal. Penggunaan media juga masih kurang dilakukan oleh guru dalam pembelajaran sehingga siswa cenderung mempelajari hal-hal yang bersifat abstrak dan menghapal konsep- konsep yang ada dalam Fisika tanpa menge- tahui terciptanya konsep serta unsur yang terkandung dalam suatu konsep. Selain itu ditemukan hasil belajar relatif rendah pada mata pelajaran Fisika. Hal ini terlihat dari nilai perolehan siswa pada mata pelajaran Fisika, yaitu pada memperoleh hasil belajar 65 ke atas pada mata pelajaran Fisika tidak mencapai 85% seperti yang diharapkan kurikulum. Salah satu cara merancang pembelajaran IPA agar pembelajaran efektif yang member- dayakan potensi siswa adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered) (Depdiknas, 2003). Untuk itu dibutuhkan SDM guru yang mampu merancang pembelajaran yang dapat mengaitkan materi yang diajarkan dengan situasi nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk hal ini, seperti hasil penelitian Balim (2009), Yunginger (2010) keduanya menyatakan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dalam hal prestasi setelah diimplikasikan pembelajaran discovery. Pene- litian serupa dilakukan oleh Amalia (2009) menyimpulkan bahwa respon siswa pada umumnya positif terhadap penerapan pembela- jaran dengan bervariasinya metode pembelajaran, yaitu simulasi komputer dan discovery learning. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar Fisika siswa yang menggunakan model pembelajaran guided discovery dengan model pembelajaran eksposi- tori, perbedaan hasil belajar Fisika siswa yang memiliki kecerdasan logik matematik tinggi dan kecerdasan logik matematik rendah, dan interaksi antara model dan kecerdasan logik matematik dalam mempengaruhi hasil belajar siswa. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di kelas XII IPA SMA Kota Subulussalam yang berjumlah 7 sekolah pada bulan Juli sampai September 2012. Sampel penelitian ini ditetapkan siswa kelas XII IPA-3 dilakukan model pembelajaran guided discovery dan siswa kelas XII IPA-2 dilakukan model pembelajaran ekspositori. Teknik penarikan sampel dilakukan cluster random sampling. Instrumen untuk mengukur hasil belajar Fisika siswa digunakan tes berbentuk essai dengan jumlah sebanyak 8 butir. Kecerdasan logik matematik siswa dilakukan dengan angket. Metode penelitian menggunakan metode quasi eksperimen dengan desain penelitian faktorial 2x2. Teknik analaisis data menggunakan ANAVA dua jalur dengan bantuan SPSS 17. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah tes kognitif hasil belajar siswa dan angket kecerdasan logik matematik, dan kedua instrumen sudah divalidkan sebelum digunakan. Instrumen penelitian ini disusun oleh peneliti berdasarkan indikator dan divalidasi oleh ahli. HASIL DAN PEMBAHASAN Untuk menguji kemampuan awal kedua kelompok digunakam uji Levenes Test dengan melihat hasil pretes kedua kelompok. Dari hasil pengujian diperoleh sign = 0,85 artinya sign > , dengan demikian dinyatakan bahwa kedua Hasibuan, K.A. dan Bukit, N.: Analisis Pembelajaran Guided Discovery Dengan Menggunakan Macromedia Flash Dikaitkan Dengan Kecerdasan Logik Matematik Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa SMAN 1 Kota Subulussalam. Jurnal Penelitian Inovasi Pembelajaran Fisika ISSN 2085-5281 Vol. 4 (2) Desember 2012 Asosiasi Guru Fisika Indonesia Sumatera Utara 22 kelompok memiliki kemampuan awal yang sama. Selanjutnya pengujian perbedan rata-rata hasil belajar Fisika siswa dengan menggunakan ANAVA faktorial 2x2. Hasil perhitungan uji perbedaan rata-rata dapat dijelaskan sebagai berikut. Hipotesis Pertama Berdasarkan perhitungan anava faktorial 2x2 diperoleh F hitung = 15,19 sedangkan nilai F tabel = 7,04 untuk dk (1;64) dan taraf nyata = 0,05 ternyata nilai F hitung > F tabel sehingga pengujian hipotesis menolak Ho. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa siswa yang mengikuti pembelajaran Fisika dengan strategi pembelajaran guided discovery akan memperoleh hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan strategi pembelajaran ekspositori. Perbandingan model pembelajaran (guided discovery dan ekspositori) menjawab soal Fisika pada ranah kognitif Bloom C2, C3, C4, C5, C6 ditunjukkan pada Gambar 1. Gambar 1. Perbandingan model pembelajaran (guided discovery dan ekspositori) menjawab soal Fisika pada ranah kognitif Bloom C2, C3, C4, C5, C6 Hipotesis Kedua Perhitungan anava faktorial 2x2 juga diperoleh F hitung = 10,25 sedangkan nilai F tabel = 7,04 untuk dk (1;64) dan taraf nyata = 0,05 ternyata nilai F hitung > F tabel sehingga pengujian hipotesis menolak Ho. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa siswa yang memiliki kecerdasan logik matematik tinggi akan memperoleh hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang memiliki kecerdasan logik matematik rendah. Perban- dingan hasil belajar Fisika siswa yang memiliki kecerdasan logik matematik (tinggi dan rendah) dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2. Perbandingan Kecerdasan logik Matematik (Tinggi dan Rendah) Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa SMA Negeri 1 Kota Subulussalam. Hipotesis Ketiga Hipotesis ketiga adalah terdapat interaksi antara model pembelajaran dan kecerdasan logik matematik dalam mempengaruhi hasil belajar Fisika siswa. Dengan menggunakan bantuan SPSS 17.0 maka diperoleh hasil F hitung = 11,29 sedangkan nilai F tabel = 7,04 untuk dk (1;64) dan taraf nyata = 0,05 ternyata nilai F hitung > F tabel sehingga pengujian hipotesis menolak Ho. Perbandingan hasil belajar Fisika siswa dengan menggunakan pembelajaran (guided discovery dan ekspositori) dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3. Pengaruh Model Pembelajaran dan Kecerdasan logik Matematik (Tinggi dan Rendah) Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa SMA Negeri 1 Kota Subulussalam. Untuk mengetahui rata-rata perbedaan hasil belajar setiap kelompok maka dilakukan uji lanjut dengan menggunakan bantuan Hasibuan, K.A. dan Bukit, N.: Analisis Pembelajaran Guided Discovery Dengan Menggunakan Macromedia Flash Dikaitkan Dengan Kecerdasan Logik Matematik Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa SMAN 1 Kota Subulussalam. Jurnal Penelitian Inovasi Pembelajaran Fisika ISSN 2085-5281 Vol. 4 (2) Desember 2012 Asosiasi Guru Fisika Indonesia Sumatera Utara 23 program SPSS 17.0. Hasil uji lanjut tersebut menggunakan uji schefffe dan uji tukey menje- laskan bahwa. 1. Ada perbedaan hasil belajar Fisika siswa yang signifikan antara penerapan model pembelajaran discovery pada siswa yang memiliki kecerdasan logik matematik tinggi dengan penerapan pembelajaran discovery pada siswa yang memiliki kecerdasan logik matematik rendah (MD = 10,73; p < 0,05). 2. Tidak ada perbedaan hasil belajar Fisika siswa yang signifikan antara penerapan model pembelajaran discovery pada siswa yang memiliki kecerdasan logik matematik rendah dengan penerapan pembelajaran ekspositori pada siswa yang memiliki kecerdasan logik matematik tinggi (MD = 1,18; p > 0,05). 3. Tidak ada perbedaan hasil belajar Fisika siswa yang signifikan antara penerapan model pembelajaran discovery pada siswa yang memiliki kecerdasan logik matematik rendah dengan penerapan pembelajaran ekspositori pada siswa yang memiliki kecerdasan logik matematik rendah (MD = 1,27; p > 0,05). 4. Ada perbedaan hasil belajar Fisika siswa yang signifikan antara penerapan model pembelajaran discovery pada siswa yang memiliki kecerdasan logik matematik tinggi dengan penerapan pembelajaran ekspositori pada siswa yang memiliki kecerdasan logik matematik tinggi (MD = 11,91; p < 0,05). 5. Ada perbedaan hasil belajar Fisika siswa yang signifikan antara penerapan model pembelajaran discovery pada siswa yang memiliki kecerdasan logik matematik tinggi dengan penerapan pembelajaran ekspositori pada siswa yang memiliki kecerdasan logik matematik rendah (MD = 12,00; p < 0,05). 6. Tidak ada perbedaan hasil belajar Fisika siswa yang signifikan antara penerapan model pembelajaran ekspositori pada siswa yang memiliki kecerdasan logik matematik tinggi dengan penerapan pembelajaran ekspositori pada siswa yang memiliki kecerdasan logik matematik rendah (MD = 0,09; p > 0,05). Pembahasan Perbedaan Hasil Belajar Fisika Siswa yang Dibelajarkan dengan Pembelajaran Guided Discovry dan Ekspositori Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa terdapat perbedaan hasil belajar Fisika siswa yang dibelajarkan dengan model pembela- jaran guided discovery dan ekspositori, siswa yang mengikuti pembelajaran guded discovery menunjukkan nilai rata-rata hasil belajar Fisika yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran ekspositori. Kenyataan ini membuktikan bahwa menggunakan model pembelajaran guided discovery lebih baik dalam meningkatkan hasil belajar Fisika siswa daripada menggunakan model pembelajaran ekspositori. Hasil penelitian juga menunjukkan perbandingan kemampuan siswa menjawab soal ujian pada ranah kognitif Bloom, siswa yang mengikuti pembelajaran guided discovery memiliki rata-rata lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran ekspositori pada ranah kognitif Bloom C4, C5, dan C6. Sedangkan pada ranah kognitif C2 dan C3, siswa yang mengikuti pembelajaran ekspo- sitori memiliki rata-rata lebih tinggi dibanding- kan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran guided discovery. Hal ini disebabkan karena pada pembelajaran ekspositori siswa hanya mendengar dan diajarkan cara menghitung dengan menggunakan rumus-rumus yang tersedia, sedangkan pada pembelajaran guided discovery siswa dibimbing untuk menemukan konsep-konsep dan siswa terbiasa untuk menganalisis suatu materi yang diberikan. Dari penelitian diperoleh rata-rata hasil belajar Fisika siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran guided discovery lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran ekspositori. Temuan ini juga didukung hasil penelitian sebelumnya yang dilaksanakan oleh Balim (2009), Yunginger (2010) keduanya menyatakan Hasibuan, K.A. dan Bukit, N.: Analisis Pembelajaran Guided Discovery Dengan Menggunakan Macromedia Flash Dikaitkan Dengan Kecerdasan Logik Matematik Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa SMAN 1 Kota Subulussalam. Jurnal Penelitian Inovasi Pembelajaran Fisika ISSN 2085-5281 Vol. 4 (2) Desember 2012 Asosiasi Guru Fisika Indonesia Sumatera Utara 24 bahwa terdapat peningkatan hasil belajar yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dalam hal prestasi setelah diimplikasikan pembelajaran discovery. Pene- litian serupa dilakukan oleh Amalia (2009) menyimpulkan bahwa respon siswa pada umumnya positif terhadap penerapan pembe- lajaran dengan bervariasinya metode pembela- jaran, yaitu simulasi komputer dan discovery learning. Perbedaan Hasil belajar Fisika Siswa yang Memiliki Kecerdasan Logik Matematik Tinggi Rendah Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar Fisika siswa yang memiliki kecerdasan logik matematik tinggi dengan siswa yang memiliki kecerdasan logik matematik rendah, dimana siswa yang memiliki kecerdasan logik matematik tinggi menunjukkan nilai rata-rata hasil belajar Fisika yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok siswa yang memiliki kecerdasan logik matematik rendah. Kenyataan ini membuktikan bahwa hasil belajar Fisika siswa yang memiliki kecerdasan logik matematik tinggi lebih baik daripada siswa yg memiliki kecerdasan logik matematik rendah. Kecerdasan matematik logis dapat diartikan sebagai kepekaan dan kemampuan untuk membedakan pola logika atau numerik dan kemampuan menangani rangkaian penalaran yang panjang. Hasil penelitian diperoleh rata-rata hasil belajar Fisika siswa yang memiliki kecerdasan logik matematik tinggi lebih tinggi dibanding- kan dengan kelompok siswa yang memiliki kecerdasan logik matematik rendah. Temuan ini juga mendukung penelitian sebelumnya yang dilaksanakan oleh Handayani (2010) yang menyimpulkan bahwa ada pengaruh kecerdasan matematik-logis terhadap prestasi belajar siswa. Interaksi Model dan Kecerdasan Logik Matematik dalam Mempengaruhi Hasil Belajar Fisika Siswa Hasil penelitian diperoleh bahwa terdapat interaksi antara model dan kecerdasan logik matematik dalam mempengaruhi hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari diagram yang dihasilkan dari uji anava 2 x 2 (gambar 4). Pada kelompok siswa yang memiliki kecerdasan logik matematik rendah yang mengikuti pembelajaran guided discovery memperoleh hasil yang sama dengan kelompok siswa yang memiliki kecer- dasan logik matematik rendah dan mengikuti pembelajaran ekspositori, sedangkan untuk kelompok siswa yang memiliki kecerdasan logik matematik tinggi memperoleh hasil yang berbeda antara siswa yang mengikuti pembela- jaran guided discovery dan siswa yang mengikuti pembelajaran ekspositori, dimana siswa yang mengikuti pembelajaran guided discovey memperoleh hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran ekspositori. Pada sisi lain, siswa yang memiliki kecerdasan matematik logis mampu menggu- nakan angka yang baik dan mampu menangani penalaran yang benar. Kecerdasan ini meliputi kepekaan pada pola dan hubungan logis, pernyataan dan dalil (jika-maka, sebab-akibat) fungsi logis dan abstraksi-abstraksi lain. Proses yang digunakan dalam kecerdasan matematik logis antara lain kategorisasi, klasifikasi, meng- ambil kesimpulan, generalisasi, perhitungan dan pengujian hipotesis. Siswa yang memiliki kecerdasan mate- matik logis akan mudah mempelajari Fisika yang dibelajarkan dengan metode pembelajaran guided discovery, sehingga akan meningkatkan hasil belajar Fisika siswa dan keduanya saling berinteraksi. Dengan demikian terdapat interaksi antara metode pembelajaran discovery dengan kecerdasan matematik logis dalam mempeng- aruhi hasil belajar siswa. Persentase Kemampuan Siswa dalam menjawab soal pada ranah kognitif C3, C4, C5, dan C6 pada pembelajaran guided discovery Hasil penelitian diperoleh bahwa siswa menjawab benar soal untuk ranah kognitif aplikasi (C3) 53%, analisis (C4) 34%, sintesis (C5) 50%, dan evaluasi (C6) 25%. Pada pembelajaran guided discovery siswa lebih Hasibuan, K.A. dan Bukit, N.: Analisis Pembelajaran Guided Discovery Dengan Menggunakan Macromedia Flash Dikaitkan Dengan Kecerdasan Logik Matematik Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa SMAN 1 Kota Subulussalam. Jurnal Penelitian Inovasi Pembelajaran Fisika ISSN 2085-5281 Vol. 4 (2) Desember 2012 Asosiasi Guru Fisika Indonesia Sumatera Utara 25 cenderung mampu menyelesaikan soal pada ranah kognitif aplikasi (C3) dan sintesis (C5), tetapi kurang mampu dalam menyelesaikan soal pada ranah kognitif analisis (C4) dan evaluasi (C6). Hal ini disebabkan karena siswa belum terbiasa dengan model pembelajaran guided discovery dimana bagian dari kegiatan pembe- lajaran tersebut itu adalah memperkirakan (menduga-duga) dan menarik kesimpulan. Siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran ekspositori lebih cenderung dapat menyelsaikan soal-soal pada ranah kognitif C2 dan C3, sedangkan pada siswa yang mengikuti pembelajaran discovery, siswa lebih cenderung dapat menyelesaikan soal-soal pada ranah kognitif C4, C5, dan C6. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pemba- hasan dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu: Ada perbedaan hasil belajar Fisika siswa yang menggunakan model pembelajaran guided discovery dan model pembelajaran ekspositori, dalam hal ini siswa yang menggunakan model pembelajaran guided discovery memperoleh hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan model pembelajaran ekspositori. Rata- rata kemampuan siswa yang mengikuti pembe- lajaran guided discovery pada ranah kognitif Bloom C4, C5, dan C6 lebih tinggi dibandingkan siswa yang mengikuti pembelajaran ekspositori. Sedangkan pada ranah kognitif C2 dan C3, siswa yang mengikuti pembelajaran ekspositori memiliki rata-rata lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran guided discovery, ada perbedaan hasil belajar Fisika siswa yang memiliki kecerdasan logik matematik tinggi dan kecerdasan logik mate- matik rendah, dimana siswa yang memiliki kecerdasan logik matematik tinggi memperoleh hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang memiliki kecerdasan logik matematik rendah, dan terdapat interaksi antara model pembelajaran dan kecerdasan logik matematik dalam mempengaruhi hasil belajar Fisika siswa. Dalam hal ini siswa yang mengikuti pembelajaran guided discovey memperoleh hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran ekspositori pada kelompok siswa yang memiliki kecerdasan logik matematik tinggi. Hal ini berarti model pembelajaran dan kecerdasan logik matematik bersama-sama dalam mempengaruhi hasil belajar siswa. DAFTAR PUSTAKA Amalia & Viridi, S. 2009. Analisis Penyebab Rendahnya Nilai Fisika Siswa Pada Materi Gerak Melingkar di Sma Negeri 6 Bandung. Jurnal Pengajaran Fisika Sekolah Menengah. Vol. 1, No.3. Balm, A.G. 2009. The Effects of Discovery Learning on Students Success and Inquiry Learning Skills. Egitim Arastirmalari- Eurasian Journal of Educational Research, 35, 1-20. Depdiknas. 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas. Handayani, S. 2010. Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Melalui Laboratorium dan Animasi Komputer Ditinjau dari Kecer- dasan Matematis-Logis dan Gaya Belajar Terhadap Prestasi Belajar Fisika. Tesis tidak diterbitkan. Surakarta: Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret. Sanjaya, W. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group. Yunginger, R. 2009. Integrasi E-Learning dan discovery Learning dalam Meningkatkan Hasil Belajar Mahasiswa pada Mata kuliah Termodinamika. Gorontalo: UNG. Hasibuan, K.A. dan Bukit, N.: Analisis Pembelajaran Guided Discovery Dengan Menggunakan Macromedia Flash Dikaitkan Dengan Kecerdasan Logik Matematik Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa SMAN 1 Kota Subulussalam. Jurnal Penelitian Inovasi Pembelajaran Fisika ISSN 2085-5281