Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
................................................ (1)
Pada periode T, energi yang terbuang pada saluran adalah :
................................................ (2)
Pada sistem tiga fasa yang terdiri dari N segmen terdapat tahanan konduktor
sebesar R /km, maka total rugi-rugi yang timbul pada penyulang adalah jumlah dari
rugi-rugi di tiap fasa.
Rugi-rugi daya yang timbul di fasa-a, pada waktu t dituliskan dengan :
{[
............................... (3)
Di mana :
dalam
waktu singkat t.
: panjang dari konduktor pada segmen
.
22
Gambar 1.9 Diagram rangkaian listrik dari gardu distribusi
Gambar 1.10 Diagram satu garis dari gardu distribusi
Jika panjang saluran dibagi menjadi N segmen, maka dapat dibuat
perbandingan antara
dalam waktu
singkat t dengan
............................................ (4)
Ia
I
1
I
2
x
l
segmen 1 segmen N
I
1
I
2
x km
l km
segmen 1 segmen N
GD
23
Dengan mensubstitusi persamaan (4) ke persamaan (3), diperoleh :
{[
....................... (5)
Persamaan (5) dapat disederhanakan menjadi :
....................... (6)
Rugi-rugi energi yang; timbul di fasa-a selama periode waktu-T dapat diperoleh
dengan mengintegralkan persamaan (6) :
...................... (7)
Kita dapat menyederhanakan estimasi rugi-rugi dengan mengasumsikan bentuk
variasi beban. Dengan asumsi ini
Di sini,
{
(
............... (8)
Dengan mewakilkan :
{
}
24
Maka diperoleh persamaan estimasi rugi-rugi energi pada fasa-a yang lebih sederhana
menjadi :
............................ (9)
Jadi, total rugi-rugi energi pada sistem tiga fasa merupakan penjumlahan rugi-rugi di
setiap fasa. Dengan demikian, rumus estimasi rugi-rugi energi pada saluran tiga fasa
dapat dituliskan sebagai berikut :
............ (10)
Faktor F dan R (besar tahannan per km) dapat dihitung konstan selama konfigurasi
saluran/penyulang (panjang, topologi, rating daya) tidak berubah.
Nilai
dan
) ( '
! 2
) ( ) ( ) ( ) (
i
3
i
2
i i i 1 i
x f
x
x f
x
x f x x I x x I x I + + + = + =
+
) ( ) ( ' ' '
! 4
5
i
4
x O x f
x
+ + (1.13)
) ( ' '
! 3
) ( '
! 2
) ( ) ( ) ( ) (
i
3
i
2
i i i 1 i
x f
x
x f
x
x f x x I x x I x I + = =
) ( ) ( ' ' '
! 4
5
i
4
x O x f
x
+ (1.14)
Pada Gambar 1.12, nilai I (x
i + 1
) adalah luasan dibawah fungsi f (x) antara
batas a dan x
i + 1
. Sedangkan nilai I (x
i 1
) adalah luasan antara batas a dan I (x
i 1
).
26
Dengan demikian luasan di bawah fungsi antara batas x
i 1
dan x
i + 1
yaitu (A
i
),
adalah luasan I (x
i + 1
) dikurangi I (x
i 1
) atau persamaan (1.13) dikurangi persamaan
(1.14).
A
i
= I (x
i + 1
) I (x
i 1
)
atau
) ( ) ( ' '
3
) ( 2
5
i
3
i i
x O x f
x
x f x A + + = (1.15)
Gambar 1.12 Penurunan metode Simpson
Nilai f ''(x
i
) ditulis dalam bentuk diferensial terpusat:
) (
) ( ) ( 2 ) (
) ( ' '
2
2
1 i i 1 i
i
x O
x
x f x f x f
x f +
+
=
+
Kemudian bentuk diatas disubstitusikan ke dalam persamaan (1.15). Untuk
memudahkan penulisan, selanjutnya notasi f (x
i
) ditulis dalam bentuk f
i
, sehingga
persamaan (1.15) menjadi:
) ( ) (
3
) 2 (
3
2
5 2
3
1 i i 1 i i i
x O x O
x
f f f
x
f x A + + + + =
+
atau
) ( ) 4 (
3
5
1 i i 1 i i
x O f f f
x
A + + + =
+
(1.16)
27
Persamaan (1.16) dikenal dengan metode Simpson 1/3. Diberi tambahan nama 1/3
karena Ax dibagi dengan 3. Pada pemakaian satu pias,
2
a b
x
= A
, sehingga
persamaan (1.16) dapat ditulis dalam bentuk:
| | ) ( ) ( 4 ) (
6
i
b f c f a f
a b
A + +
= (1.17)
dengan titik c adalah titik tengah antara a dan b.
Kesalahan pemotongan yang terjadi dari metode Simpson 1/3 untuk satu pias
adalah:
) ( ' ' ' '
90
1
5
t
c f x =
Oleh karena
2
a b
x
= A
, maka:
) ( ' ' ' '
2880
) (
5
t
c f
a b
=
2) Aturan Simpson 1/3 dengan banyak pias
Seperti dalam metode trapesium, metode Simpson dapat diperbaiki dengan
membagi luasan dalam sejumlah pias dengan panjang interval yang sama (Gambar
1.12):
n
a b
x
= A
dengan n adalah jumlah pias.
28
Gambar 1.13. Metode Simpson dengan banyak pias
Luas total diperoleh dengan menjumlahkan semua pias, seperti pada Gambar 1.13.
}
+ + + =
b
a
1 n 3 1
... ) ( A A A dx x f (1.18)
Dalam metode Simpson ini jumlah interval adalah genap. Apabila persamaan (1.16)
disubstitusikan ke dalam persamaan (1.18) akan diperoleh:
) 4 (
3
... ) 4 (
3
) 4 (
3
) (
n 1 n 2 n
b
a
3 2 1 2 1 0
f f f
x
f f f
x
f f f
x
dx x f + + +
}
+ + + + + + =
atau
}
(
+ + + =
=
=
b
a
2 n
2 i
i
1 n
1 i
i
) ( 2 ) ( 4 ) ( ) (
3
) ( x f x f b f a f
x
dx x f (1.19)
Seperti pada Gambar (1.13), dalam penggunaan metode Simpson dengan banyak
pias ini jumlah interval adalah genap. Perkiraan kesalahan yang terjadi pada aturan
Simpson untuk banyak pias adalah:
' ' ' '
180
) (
4
5
a
f
n
a b
= c
dengan ' ' ' ' f adalah rerata dari turunan keempat untuk setiap interval.
3) Metode Simpson 3/8
Metode Simpson 3/8 diturunkan dengan menggunakan persamaan
polinomial order tiga yang melalui empat titik.
dx x f dx x f I
}
~
}
=
b
a
3
b
a
) ( ) (
Dengan cara yang sama pada penurunan aturan Simpson 1/3, akhirnya diperoleh:
| | ) ( ) ( 3 ) ( 3 ) (
8
3
3 2 1 0
x f x f x f x f
x
I + + + = (1.20)
dengan:
29
3
a b
x
= A
Persamaan (1.20) disebut dengan metode Simpson 3/8 karena Ax dikalikan dengan
3/8. Metode Simpson 3/8 dapat juga ditulis dalam bentuk:
| |
8
) ( ) ( 3 ) ( 3 ) (
) (
3 2 1 0
x f x f x f x f
a b I
+ + +
= (1.21)
Metode Simpson 3/8 mempunyai kesalahan pemotongan sebesar:
) ( ' ' ' '
80
3
3
t
c f x = (1.22a)
Mengingat
3
a b
x
= A , maka:
) ( ' ' ' '
6480
) (
5
t
c f
a b
= (1.22b)
Metode Simpson 1/3 biasanya lebih disukai karena mencapai ketelitian
order tiga dan hanya memerlukan tiga titik, dibandingkan metode Simpson 3/8 yang
membutuhkan empat titik. Dalam pemakaian banyak pias, metode Simpson 1/3
hanya berlaku untuk jumlah pias genap. Apabila dikehendaki jumlah pias ganjil,
maka dapat digunakan metode trapesium. Tetapi metode ini tidak begitu baik
karena adanya kesalahan yang cukup besar. Untuk itu kedua metode dapat
digabung, yaitu sejumlah genap pias digunakan metode Simpson 1/3 sedang 3 pias
sisanya digunakan metode Simpson 3/8.
30
X. Jadwal
No Kegiatan
Bulan
Februari
(2014)
Maret
(2014)
April
(2014)
Mei
(2014)
Juni
(2014)
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pembahasan judul skripsi kepada
KKDK
\ \
2 Pembuatan proposal
\
\ \ \
3 Pengajuan proposal kepada dosen
pembimbing
\ \
4 Seminar Proposal
\ \
5 Pengerjaan Skripsi/Bimbingan
tugas akhir
\ \ \ \ \ \ \
6 Penelitian
\ \ \ \ \
7 Seminar Hasil
\ \
8 Seminar Skripsi
\ \
31
XI. DAFTAR PUSTAKA
Ek Bien, Liem; Kasim, Ishak & Aprianti Pratiwi, Erni, Analysis of Power Losses
Calculation in Medium Voltage Network of Feeder Serimpi, PAM 1, and PAM 2 at
Network Area Gambir PT. PLN (Persero) Distribution Jakarta Raya and
Tangerang, JETri, vol. 8, no. 2, pp. 53-72, Februari 2009.
Forum Distribusi, Peningkatan Mutu dan Keandalan Sistem Distribusi melalui
Penguatan Kendali Operasi serta Kompetensi Pengelola Distribusi, PT PLN
(Persero), Jakarta, 12-13 Juli 2006.
Gunawan, Erwin, Upaya Menurunkan Susut Non Teknis Dengan Optimalisasi Penertiban
Pemakaian Tenaga Listrik (P2TL) di PT PLN (Persero) Area Kotabumi. Telaahan
Staff PT. PLN (Persero) Distribusi Lampung-Area Kotabumi, 2013.
Hadi, Abdul, Sistem Distribusi Daya Listrik, Jakarta : Erlangga, 1994.
http://garyshafer.blogspot.com/2008/03/29/Rugi/Susut Teknis Pada Sistem Distribusi
Tenaga Listrik/diakses tanggal 28 Desember 2013.
http://elista.akprind.ac.id/upload/files/9021_Bab_7.doc/diakses tanggal 30 Desember
2013.
http://kwhprodigy.blogspot.com/2012_02_01_archive.html/diakses tanggal 03 Januari
2013.
Purcell, Edwin J.; Rigdon, Steven E.; & Varberg, Dale, 2007, Kalkulus dan Geometri
Analitis Jilid 1, Edisi kesembilan, (Penerjemah : I Nyoman Susila, Bana
Kartasasmita, Rawuh) , Penerbit Erlangga, Jakarta.
Rao, P. S. Nagendra; Deekshit, Ravishankar, Energy Loss Estimation in Distribution
Feeders, IEEE Trans. On Power Delivery, vol. 21, no.3, pp. 1092-1100, July 2006.
Ramadhianto, Danang, Studi Susut Energi Pada Sistem Distribusi Tenaga Listrik Melalui
Analisis Pengukuran dan Perhitungan, Skripsi, Universitas Indonesia, 2008.