Вы находитесь на странице: 1из 2

MAN ROBBUKA – SOPO PENGERAN IRO

Oleh Jum’an

Mungkin hanya anak-anak jawa tengah dan jawa timur generasi jadul
yang akrab dengan dunia perwayangan dan pernah bermain umbul
wayang, satu diantaranya saya. Sampai sekarang saya tidak lupa
dengan wajah Buto Rambut Geni- seorang raksasa berambut api,
rusuh dan suka membunuh dengan wajah bengis dan menyeramkan.
Gambar Buto Rambut Geni yang dicetak empat kali enam sentimeter,
jarang dijadikan jago dalam permainan umbul wayang karena selalu
jatuh tengkurap dengan bagian gambarnya menghadap ketanah.
Entah kenapa raksasa yang menakutkan ini kalahan, kecuali kalau
pemiliknya bermain curang dengan merekayasa kertas gambar itu
sehingga selalu jatuh telentang dan menang. Tapi itu mudah ketahuan
dan biasanya segera di-disqualified.

Saya ingat dimasa kecil dulu ikut mengiring jenazah ke sekaran


(kuburan) di Gebang Kuning, sebuah desa di jawa tengah sana. Saya
memegang erat-erat tangan seorang tua didekat saya karena takut
dan berdiri di kerumunan bagian paling belakang. Setelah jenazah
selesai dikubur dan tanah diatasnya dirapihkan, seseorang berdiri dan
mulai berkhotbah dalam bahasa Jawa diantaranya:

“Wahai Mbah Sarji (nama mendiang, samaran), sebentar lagi akan


datang kehadapan panjenengan dua malaikat Munkar dan Nakir untuk
mengajukan pertanyaan–pertanyaan. Kalau mereka bertanya Man
Robbuka – Sopo Pangeran iro, jawablah Gusti Alloh sesembahan
kawulo….”
Itulah bagian dari talkin yaitu mengajari orang mati untuk menjawab
pertanyaan malaikat Munkar dan Nakir tentang siapa Tuhan dan
nabinya, apa agama dan kitab pegangannya. Kemana kiblat dan siapa
teman-temannya. Sekarang saya jarang mendengar talkin seperti itu
mungkin karena tidak banyak yang melakukannya lagi, atau
lingkungan hidup saya yang berubah.

Saya sangat takut bila membayangkan kedua malaikat itu. Tentulah


mereka tinggi besar sangat menakutkan, galak dan menggetarkan.
Dalam perbendaharaan pikiran saya hanya ada Buto Rambut Geni
yang cocok mewakili malaikat Munkar dan Nakir. Ya, saya tidak tahu
tokoh lain yang lebih mirip.
Lama-lama, seiring dengan pertumbuhan saya Buto Rambut Geni
sebagai gambaran Munkar dan Nakir berganti menjadi makhluk besar
bersayap, lalu orang tua berjubah hitam lalu lama-lama kabur. Bahkan
nama kedua malaikat itupun jarang saya ingat lagi.
Bukan karena apa yang disebut-sebut dalam talkin itu remeh, tetapi
saya tidak membutuhkan lagi potret malaikat Munkar dan Nakir. Tidak
Rambut Geni, tidak makhluk bersayap maupun sosok berjubah hitam.
Karena seperti lirik lagu Chriyse yang diambill dari surat Yasin ayat 65,
“Ketika Tangan dan Kaki Berkata”,

Akan datang hari mulut dikunci


Kata tak ada lagi.
Akan tiba masa tak ada suara
Dari mulut kita

Rasanya tidak ada yang perlu diajarkan lagi kecuali membiarkan


tangan dan kaki berkata dan bersaksi. Mereka akan meng-upload
semua file catatan harian yang, kalau mau, masih ada kesempatan
kita meneruskannya dengan lebih baik, selama hayat dikandung
badan.

Вам также может понравиться