Вы находитесь на странице: 1из 27

1

DEMOKRASI
Tugas Mata Kuliah KU2071 Pancasila dan Kewarganegaraan

Disusun oleh Anggota Kelompok

: Kelompok III : (Teknik Kimia/13012022) (Teknik Kimia/12012027) (Teknik Kimia/13012037) (Teknik Kimia/13012043) (Teknik Kimia/13012048) (Teknik Kimia/13012069) (Teknik Kimia/13012079)

1. Dinda Kirana Bestari 2. Lantika Arinamurti Rivayanti 3. Pratitis Mega Adinata 4. Ignatius Chandra Kurniawan 5. Catur Budi Kusumo 6. Josephine Christine Utomo 7. Natasha Kurniawati

Tanggal Pengumpulan : Selasa, 11 Maret 2014

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2014

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan pada Tuhan yang Mahakuasa karena hanya berkat karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan penyusunan karya tulis yang berjudul "DEMOKRASI". Karya tulis ini penulis susun sebagai tugas mata kuliah Pancasila dan Kewarganegaraan. Dengan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih untuk semua pihak yang telah membantu penyelesaian karya tulis ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak lain yang telah berkontribusi namun tidak dapat kami sebutkan satu persatu. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih atas kesediaan pembaca menikmati karya tulis ini. Penulis berharap karya tulis ini memberikan manfaat meskipun mungkin masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran selalu penulis harapkan untuk kemajuan penulis di masa depan. Sekali lagi terimakasih atas waktu yang telah diluangkan dan selamat membaca.

Bandung, 11 Maret 2014

Penulis

DAFTAR ISI

Prakata ..................................................................................................................... i Daftar Isi .................................................................................................................. ii Bab I Demokrasi ...................................................................................................... 1 1.1 Pengertian Demokrasi ............................................................................................ 1 1.2 Macam Demokrasi ................................................................................................. 2 1.3 Indikator Sistem Demokrasi ................................................................................... 3 1.4 Nilai-nilai Demokrasi ............................................................................................. 4 Bab II Sejarah Demokrasi di Indonesia............................................................................ 7 2.1 Demokrasi Parlementer .......................................................................................... 7 2.2 Demokrasi Liberal .................................................................................................. 7 2.3 Demokrasi Terpimpin ............................................................................................ 9 2.4 Demokrasi Orde Baru/Pancasila ............................................................................ 10 2.5 Demokrasi Reformasi............................................................................................. 11 Bab III Keberlangsungan Demokrasi di Indonesia Berdasarkan Pancasila ..................... 12 3.1 Demokrasi Berdasarkan Sila 1 ............................................................................... 12 3.2 Demokrasi Berdasarkan Sila 2 ............................................................................... 15 3.3 Demokrasi Berdasarkan Sila 3 ............................................................................... 18 3.4 Demokrasi Berdasarkan Sila 4 ............................................................................... 20 3.5 Demokrasi Berdasarkan Sila 5 ............................................................................... 22 Daftar Pustaka ................................................................................................................... 24

BAB I DEMOKRASI
1.1 Pengertian Demokrasi Secara etimologis demokrasi berasal dari kata demos yang berarti rakyat, dan kratos yang berarti pemerintahan. Jadi secara harfiah demokrasi berarti pemerintahan rakyat. Kemudian oleh Abraham Lincoln demokrasi diberi pengertian "Democracy is government of the people by the people and for the people" yaitu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Dalam demokrasi rakyat adalah pemilik kekuasaan, sedangkan pemerintah berkuasa karena mendapatkan delegasi kekuasaan dari rakyat. Oleh karena itu, dalam menjalankan pemerintahan, pemerintah harus memperhatikan keinginan rakyat. Dengan adanya demokrasi, rakyat merasa berhak untuk ikut mempengaruhi jalannya pemerintahan, sedangkan di pihak lain pemerintah tidak dapat menjalankan pemerintahan menurut kehendaknya sendiri. Jadi, dalam sistem demokrasi, rakyat menempati posisi yang sangat penting. Menurut Budiardjo (1998), dalam keberlangsungan demokrasi, terdapat pembatasan kekuasaan pemerintah sehingga pemerintah tidak dapat berlaku sewenang-wenang. Pembatasan terhadap kekuasaan pemerintah tercermin dalam undang-undang dasar atau konstitusi. Dengan demikian diharapkan hak-hak warga negara akan lebih terlindung. Pelaksanaan demokrasi pada negara-negara yang menganut asas demokrasi ternyata secara tidak sama. Ketidaksamaan tersebut terlihat pada pembentukan lembaga-lembaga pelaksana demokrasi dan pembagian peranan negara maupun rakyat. Oleh karena itu maka dibedakan pengertian demokrasi, antara demokrasi sebagai ide atau konsep dan demokrasi sebagai mekanisme pemerintahan yang aktual. Demokrasi sebagai ide atau konsep merupakan bentuk demokrasi yang tergambar dalam kerangka pikir atau kerangka konseptual. Sedangkan demokrasi sebagai mekanisme

pemerintahan aktual adalah demokrasi sebagaimana tampak dalam praktek atau penyelanggaraan pemerintahan. Secara konseptual, hampir semua orang mengatakan bahwa demokrasi adalah pemerintahan yang berasal dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Kedaulatan tertinggi ditangan rakyat; adanya kebebasan berbicara, berkumpul dan berserikat; adanya kebebasan memilih dalam pemilihan umum adalah beberapa contoh ide yang terdapat dalam demokrasi. Sebagai praksis, demokrasi menjelma menjadi sistem pemerintahan yang aktual. Ketika telah menjadi sistem pemerintahan, pelaksanaan demokrasi terikat oleh seperangkat aturan main tertentu dan dipengaruhi

5 oleh ideologi yang dianut serta sistem nilai budaya masyarakat di mana demokrasi itu diterapkan.

1.2

MACAM DEMOKRASI Berdasarkan perbedaan ideologi dan sistem nilai budaya, ada beberapa macam demokrasi, seperti demokrasi liberal (liberal democracy), demokrasi rakyat dan demokrasi terpimpin (guided democracy). Demokrasi ini dijalankan berdasarkan ideologi yang dianut oleh suatu negara. Demokrasi liberal dijalankan berdasar ideologi liberal yang berifat menjunjung hak setiap orang. Sedangkan demokrasi termpimpin dilaksanakan oleh seorang pemimpin saja, biasanya dilaksanakan di negara yang menganut ideologi komunis. Macam-macam sistem demokrasi berkembang akibat kebutuhan dan kultur budaya dari suatu negara yang cenderung dinamis. Macam-macam sistem demokrasi adalah sebagai berikut. 1) Berdasarkan titik berat perhatian negara a. Demokrasi formal, yaitu demokrasi yang menjunjung tinggi persamaan dalam bidang politik, tanpa disertai upaya untuk mengurangi atau menghilangkan kesenjangan dalam bidang ekonomi. b. Demokrasi materiil, yaitu demokrasi yang menitikberatkan pada upaya menghilangkan perbedaan dalam bidang ekonomi, sedangkan persamaan bidang politik kurang diperhatikan. c. Demokrasi gabungan, yaitu demokrasi yang menggabungkan kebaikan serta membuang keburukan demokrasi formal dan demokrasi material. Persamaan derajat dan hak setiap orang diakui, tetapi demi kesejahteraan seluruh rakyat perlu dibatasi. Upaya pemerintah untuk kesejahteraan rakyat jangan sampai melanggar apalagi menghilangkan derajat dan hak asasi manusia. 2) Berdasarkan cara penyaluran kehendak rakyat a. Demokrasi langsung merupakan demokrasi dimana rakyat secara langsung menyalurkan kehendaknya dalam rapat yang dihadiri oleh seluruh rakyat. Demokrasi langsung dapat dijalankan apabila negara berpenduduk sedikit dan wilayahnya tidak luas serta masalah yang dihadapi negara pada waktu itu masih sangat sederhana. Contohnya adalah negara kota Athena pada jaman Yunani kuno.

6 b. Demokrasi tidak langsung atau demokrasi perwakilan, adalah demokrasi dimana rakyat menyalurkan kehendaknya dengan memilih wakil-wakilnya untuk duduk dalam dewan perwakilan rakyat. c. Demokrasi perwakilan dengan sistem referandum merupakan gabungan antara demokrasi langsung dan demokrasi perwakilan. Rakyat memilih wakil-wakilnya untuk duduk dalam dewan perwakilan rakyat, tetapi dewan tersebut dikontrol oleh pengaruh rakyat dengan sistem referandum dan inisiatif rakyat.

1.3

INDIKATOR SISTEM DEMOKRASI Walaupun demokrasi bisa tampil dengan wajah yang berbeda, namun bukan berarti tidak ada parameter untuk menentukan apakah suatu negara itu menerapkan sistem demokrasi atau tidak. Ada lima indikator untuk melihat apakah suatu negara itu betul-betul demokratis apa tidak (Gaffar, 2002). Kelima indikator tersebut adalah sebagai berikut. a. Akuntabilitas. Dalam demokrasi, setiap pemegang jabatan yang dipilih oleh rakyat harus dapat mempertanggungjawabkan kebijakan dan perilaku yang hendak dan telah dilakukan. b. Rotasi kekuasaan. Dalam demokrasi, rotasi kekuasaan harus ada dan dilakukan secara teratur dan damai. Jadi tidak hanya satu orang yang selalu memegang jabatan, sementara orang lain tidak memiliki peluang untuk memegang jabatan. c. Rekruitmen politik yang terbuka. Untuk memungkinkan terjadinya rotasi kekuasaan, diperlukan suatu sistem rekruitmen politik yang terbuka. Setiap orang yang memenuhi syarat untuk mengisi suatu jabatan politik yang dipilih oleh rakyat mempunyai peluang yang sama dalam melakukan kompetisi untuk mengisi jabatan tersebut. d. Pemilihan umum. Dalam suatu negara demokrasi, pemilu dilakukan secara teratur. Setiap warga negara yang sudah dewasa mempunyai hak untuk memilih dan dipilih serta bebas menggunakan haknya tersebut sesuai dengan kehendak nuraninya.

7 e. Menikmati hak-hak dasar. Dalam suatu negara yang demokratis, setiap warga negara dapat menikmati hakhak dasar mereka secara bebas, termasuk di dalamnya adalah hak untuk menyatakan pendapat, hak untuk berkumpul dan berserikat, dan hak untuk menikmati pers bebas.

1.4

NILAI-NILAI DEMOKRASI Nilai-nilai demokrasi sesungguhnya merupakan nilai-nilai yang diperlukan untuk mengembangkan pemerintahan demokratis. Berdasarkan nilai atau kondisi inilah, sebuah pemerintahan demokratis dapat ditegakan. Sebaliknya, tanpa adanya kondisi ini, pemerintahan tersebut akan sulit ditegakan. Menurut Asykuri (2003) Nilai-nilai demokrasi antara lain, adalah kebebasan (berpendapat, berkelompok, berpartisipasi) menghormati orang kelompok lain, kesetaraan, kerja sama, persaingan, dan kepercayaan. Disamping nilai-nilai tersebut diatas Asykuri (2003) juga menegaskan diperlukan pula sejumlah kondisi agar nilai-nilai tersebut dapat ditegakan sebagai pondasi demokrasi. Kondisi ini sebagai berikut: 1) Kebebasan menyatakan pendapat 2) Kebebasan berkelompok 3) Kebebasan berpartisipasi 4) Kesetaraan warganegara 5) Kesetaraan gender 6) Kedaulatan rakyat 7) Rasa percaya Kondisi tersebut lebih untuk mengakomodasi proses terwujudnya demokrasi. Penyataan yang hampir sama juga disampaikan oleh Zamroni (Bunyamin, 2007) menyatakan bahwa demokrasi akan tumbuh kokoh bila dikalangan masyarakat tumbuh kultur dan nilai-nilai demokrasi sebagai berikut: 1) Toleransi. 2) Bebas mengemukakan pendapat dan menghormati perbedaan pendapat 3) Memahami keaneragaman dalam masyarakat 4) Terbuka dalam berkomunikasi 5) Menjujung nilai dan martabat kemanusiaan 6) Percaya diri atau tidak tegatung pada orang lain 7) Saling menghargai

8 8) Mampu mengekang diri 9) Kebersamaan dan keseimbangan (Bunyamin, 2007) Dengan adanya nilai-nilai yang dikembangkan dan dilestarikan tentunya akan memberi pengaruh terhadap kehidupan sosial masyarakat. Jika semua nilai dapat tertanam dan terpelihara dengan baik maka akan mudah mewujudkan dalam membentuk sebuah konsep demokrasi yang sesungguhnya. Pancasila dan UUD 1945 sebagai dasar negara Republik Indonesia jika dijadikan objek dari penkajian nilai-nilai demokrasi, juga mempunyai kadungan dan konsep terhadap demokrasi. Menurut Ahmad Sanusi (Bunyamin, 2007) mengemukakan adanya sepuluh pilar-pilar demokrasi yang menggunakan kajian terhadap pancasila dan UUD 1945. 1) Demokrasi berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa 2) Demokrasi dengan kecerdasan 3) Demokrasi dengan kedaulatan rakyat 4) Demokrasi dengan Rule Of Law 5) Demokrasi dengan pembagian kekuasaan negara 6) Demokrasi dengan hak asasi manusia 7) Demokrasi dengan pengadilan yang merdeka 8) Demokrasi dengan otonomi daerah 9) Demokrasi dengan kemakmuran 10) Demokrasi dengan keadilan sosial (Bunyamin, 2007) Keberadaan akan nilai-nilai demokrasi mempunyai posisi yang penting dari kajian diatas. Pancasila dan UUD 1945 sebagai dasar negara Republik Indonesia juga tersurat dan tersirat tentang nilai-nilai demokrasi. Dengan adanya pilar-pilar Demokrasi diharapkan bahwa demokrasi dapat tumbuh dan berkembang dengan baik mampu berjalan selaras dan dapat bersifat dinamis. Kemampuan dalam mewujudkan pilar-pilar demokrasi yang bagus dengan adanya dukungan yang bagus dari berbagai institusi dan kalangan, diharapkan dapat mewujudkan tumbuhnya kultur dan nilai-nilai Demokrasi. Demokrasi mengadung nilai dan hal itu yang dijadikan sebagai bibit untuk menumbuhkan demokrasi di masyarakat seperti kajian diatas. Para perumus pendiri bangsa menginginkan bahwa Indonesia adalah negara demokrasi dan masyarakat menjadikan nilai-nilai demokrasi sebagai budaya. Masyarakat yang menerima dan melaksanankan secara terus menerus nilai-nilai demokrasi didalam kehidupan akan menghasilkan budaya demokrasi. Jadi, budaya demokrasi di masyarakat akan terbentuk bilamana nilai-nilai demokrasi itu sudah

9 berkembang luas, merata, dihayati dan dijalankan sebagai sikap dan perilaku hidup. Pada akhirnya, budaya demokrasi akan mengembangkan nilai-nilai demokrasi.

10

BAB II SEJARAH DEMOKRASI DI INDONESIA


Pelaksanaan demokrasi di indonesia dapat dibagi menjadi beberapa periodesasi antara lain : 2.1 Demokrasi Parlementer (1945 1950) Pada awal deklarasi kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 , Indonesia menjalankan sistem presidensial yang merujuk pada UUD 1945 yang menyatakan bahwa Presiden memiliki kekuasaan tertinggi dalam pemerintahan. Selain itu pada periode ini dibentuk KNIP yang merupakan lembaga yang menjadi cikal bakal DPR yang berfungsi sebagai badan legislatif . Hal ini sesuai dengan Pasal 4 Aturan Peralihan dalam UUD 1945 dan maklumat Wakil Presiden Nomor X pada tanggal 16 Oktober 1945, yang memutuskan bahwa KNIP diserahi kekuasaan legislatif, karena MPR dan DPR belum terbentuk.Menurut UUD ini segala kekuasaan dijalankan oleh Presiden dengan dibantu oleh KNIP. Sehingga sentralisasi kekuasaan masih sangat terlihat dalam periode ini. Pada tanggal 23 Agustus 1945 , Belanda dan negara sekutu mendarat di Indonesia. Adapun negara selain Belanda bermaksud untuk mengamankan Indonesia pasca penetapan kemerdekaannya . Namun lain halnya dengan Belanda, ia kembali ke Indonesia dengan maksud untuk kembali menguasai Indonesia. Oleh karena itu perundingan dengan pihak Belanda terus berlangsung ,dalam suatu Konfrensi Meja Bundar (KMB) yang menghasilkan terbentuknya Republik Indonesia Serikat, disingkat RIS, adalah suatu negarafederasi yang berdiri pada tanggal 27 Desember1949. 2.2 Demokrasi Liberal (1950 1959) Periode ini merupakan periode dimana presiden Soekarno memerintah

menggunakan konstitusi Undang-Undang Dasar Sementara Republik Indonesia 1950, pemberlakukan peraturan pada periode ini berlangsung dari 17 Agustus 1950 sampai 5 Juli 1959. Masa ini merupakan masa berakhirnya Negara Indonesia yang federalis. Landasannya adalah UUD 1950 pengganti konstitusi RIS 1949. Sistem pemerintahan yang dianut adalah parlementer kabinet dengan demokrasi liberal yang masih bersifat semu.

11 Adapun ciri-cirinya antara lain: a. b. c. d. Presiden dan wakil presiden tidak dapat diganggu gugat. Menteri bertanggung jawab atas kebijakan pemerintahan. Presiden berhak membubarkan DPR. Perdana menteri diangkat oleh Presiden. Diawali dari tanggal 15 Agustus 1950, Undang-Undang Dasar Sementara Negara Kesatuan Republik Indonesia (UUDS NKRI, UU No. 7/1850, LN No. 56/1950) disetujui oleh DPR dan Senat RIS. Pada tanggal yang sama pula, DPR dan Senat RIS mengadakan rapat di mana dibacakan piagam pernyataan terbentuknya NKRI yang bertujuan: 1. 2. Pembubaran secara resmi negara RIS yang berbentuk federasi; Pembentukan NKRI yang meliputi seluruh daerah Indonesia dengan UUDS yang mulai berlaku pada tanggal 17 Agustus 1950. UUDS ini merupakan adopsi dari UUD RIS yang mengalami sedikit perubahan, terutama yang berkaitan dengan perubahan bentuk negara dari negara serikat ke negara kesatuan. Setelah peralihan dari Republik Indonesia Serikat (RIS) menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), Indonesia mulai menganut sistem demokrasi liberal dimana dalam sistem ini pemerintahan berbentuk parlementer sehingga perdana menteri langsung bertanggung jawab kepada parlemen (DPR) yang terdiri dari kekuatankekuatan partai. Setelah pembentukan NKRI diadakanlah berbagai usaha untuk menyusun UndangUndang Dasar baru dengan membentuk Lembaga Konstituante. Lembaga Konstituante adalah lembaga yang diserahi tugas untuk membentuk UUD baru.Konstituante diserahi tugas membuat undang-undang dasar yang baru sesuai amanat UUDS 1950. Namun sampai tahun 1959 badan ini belum juga bisa membuat konstitusi baru. Maka Presiden Soekarno menyampaikan konsepsi tentang Demokrasi Terpimpin pada DPR hasil pemilu yang berisi ide untuk kembali pada UUD 1945. Setelah negara RI dengan UUDS 1950 dan sistem Demokrasi Liberal yang berlangsung selama 9 tahun, rakyat Indonesia merasa bahwa UUDS 1950 dengan sistem Demokrasi Liberal tidak cocok, karena tidak sesuai dengan jiwa Pancasila dan UUD 1945. Disamping itu, Presiden menganggap bahwa keadaan ketatanegaraan Indonesia membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa dan negara serta merintangi pembangunan semesta berencana untuk mencapai masyarakat adil dan makmur;

12 sehingga pada tanggal 5 Juli 1959 mengumumkan dekrit mengenai pembubaran Konstituante dan berlakunya kembali UUD 1945 serta tidak berlakunya UUDS 1950. Dekrit Presiden 5 Juli 1959 merupakan dekrit yang mengakhiri masa parlementer dan digunakan kembalinya UUD 1945. Masa sesudah ini lazim disebut masa Demokrasi Terpimpin. Dekrit presiden 5 Juli menyatakan bahwa: 1. Kembali berlakunya UUD 1945 dan tidak berlakunya lagi UUDS 1950 2. Pembubaran Konstituante 3. Pembentukan MPRS dan DPAS 2.3 Demokrasi Terpimpin (1959 1966) Pengertian demokrasi terpimpin menurut Tap MPRS No. VII/MPRS/1965 adalah kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan yang berintikan musyawarah untuk mufakat secara gotong royong diantara semua kekuatan nasional yang progresif revolusioner dengan berporoskan nasakom dengan ciri: 1. Dominasi Presiden 2. Terbatasnya peran partai politik 3. Berkembangnya pengaruh PKI Penyimpangan masa demokrasi terpimpin antara lain: 1. Mengaburnya sistem kepartaian, pemimpin partai banyak yang dipenjarakan. 2. Pembentukan MPRS Presiden juga membentuk MPRS berdasarkan Penetapan Presiden No. 2 Tahun 1959. Tindakan tersebut bertentangan dengan UUD 1945 karena Berdasarkan UUD 1945 pengangkatan anggota MPRS sebagai lembaga tertinggi negara harus melalui pemilihan umum sehingga partai-partai yang terpilih oleh rakyat memiliki anggota-anggota yang duduk di MPR. 3. KedudukanPresiden Berdasarkan UUD 1945, kedudukan Presiden berada di bawah MPR. Akan tetapi,kenyataannyabertentangan dengan UUD 1945, sebab MPRS tunduk kepada Presiden. Presiden menentukan apa yang harus diputuskan oleh MPRS. Hal tersebut tampak dengan adanya tindakan presiden untuk mengangkat Ketua MPRS dirangkap oleh Wakil Perdana Menteri III serta pengangkatan wakil ketua MPRS yang dipilih dan dipimpin oleh partai-partai besar serta wakil ABRI yang masing-masing berkedudukan sebagai menteri yang tidak memimpin departemen.

13 4. Pembubaran DPR dan Pembentukan DPR-GR Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) hasil pemilu tahun 1955 dibubarkan karena DPR menolak RAPBN tahun 1960 yang diajukan pemerintah. Presiden selanjutnya menyatakan pembubaran DPR dan sebagai gantinya presiden membentuk Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong (DPR-GR). Dimana semua anggotanya ditunjuk oleh presiden. Peraturan DPRGR juga ditentukan oleh presiden. Sehingga DPRGR harus mengikuti kehendak serta kebijakan pemerintah. Tindakan presiden tersebutbertentangan dengan UUD 1945 sebab berdasarkan UUD 1945 presiden tidak dapat membubarkan DPR. 1. 2. 3. 4. Jaminan HAM lemah Terjadi sentralisasi kekuasaan Terbatasnya peranan pers Kebijakan politik luar negeri sudah memihak ke RRC (Blok Timur) Pada masa pemerintahannya, Soekarno melakukan perluasan daerah kekuasaan. Setelah berhasil merebut Irian Barat, pemerintah Soekarno melakukan pengupayaan pengambilalihan kekuasaan di Malaysia.Pada waktu itu Malaysia merupakan negara yang masih dibawah kekuasaan Inggris. Akibatnya banyak negara-negara maju mulai melakukan reaksi terhadap tindakan negara Indonesia. Mereka melakukan berbagai kebijakan internasional yang menyudutkan bangsa Indonesia. Akibatnya, krisis ekonomi tidak bisa dihindari lagi. Keadaan yang tidak menentu pada masa Orde Lama benar-benar dimanfaatkan oleh Partai Komunis Indonesia untuk melakukan pemberontakan. Banyak peristiwa penting dalam pemberontakan PKI tersebut, diantaranya terbunuhnya jenderal-jenderal yang dekat dengan presiden Soekarno. Dengan adanya momen tersebut, maka Soeharto melakukan penumpasan terhadap pemberontakan PKIDi sisi lain, banyak aksi demonstrasi yang dilakukan oleh rakyat dan mahasiswa menuntut perubahan. Hingga pada akhirnya berakhirlah masa demokrasi terpimpin ini. 2.4 Demokrasi Orde Baru /demokrasi pancasila (1966 1998) Pelaksanaan demokrasi orde baru ditandai dengan keluarnya Surat Perintah 11 Maret 1966, Orde Baru bertekad akan melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekwen. Awal Orde baru memberi harapan baru pada rakyat pembangunan disegala bidang melalui Pelita I, II, III, IV, V dan pada masa orde baru berhasil menyelenggarakan Pemilihan Umum tahun 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997.

14 Namun demikian perjalanan demokrasi pada masa orde baru ini dianggap gagal sebab: 1. Rotasi kekuasaan eksekutif hampir dikatakan tidak ada 2. Rekrutmen politik yang tertutup 3. Pemilu yang jauh dari semangat demokratis 4. Pengakuan HAM yang terbatas 5. Tumbuhnya KKN yang merajalela Sebab jatuhnya Orde Baru: 1. Hancurnya ekonomi nasional ( krisis ekonomi ) 2. Terjadinya krisis politik 3. TNI juga tidak bersedia menjadi alat kekuasaan orba 4. Gelombang demonstrasi yang menghebat menuntut Presiden Soeharto untuk turun jadi Presiden. 2.5 Demokrasi Reformasi (1998 Sekarang) Berakhirnya masa orde baru ditandai dengan penyerahan kekuasaan dari Presiden Soeharto ke Wakil Presiden BJ Habibie pada tanggal 21 Mei 1998. Demokrasi yang dikembangkan pada masa reformasi pada dasarnya adalah demokrasi dengan mendasarkan pada Pancasila dan UUD 1945, dengan penyempurnaan pelaksanaannya dan perbaikan peraturan-peraturan yang tidak demokratis, dengan meningkatkan peran lembaga-lembaga tinggi dan tertinggi negara dengan menegaskan fungsi, wewenang dan tanggung jawab yang mengacu pada prinsip pemisahan kekuasaan dan tata hubungan yang jelas antara lembaga-lembaga eksekutif, legislatif dan yudikatif. Masa reformasi berusaha membangun kembali kehidupan yang demokratis antara lain: 1. Keluarnya Ketetapan MPR RI No. X/MPR/1998 tentang pokok-pokok reformasi. 2. Ketetapan No. VII/MPR/1998 tentang pencabutan tap MPR tentang Referandum. 3. Tap MPR RI No. XI/MPR/1998 tentang penyelenggaraan Negara yang bebas dari KKN. 4. Tap MPR RI No. XIII/MPR/1998 tentang pembatasan Masa Jabatan Presiden dan Wakil Presiden RI 5. Amandemen UUD 1945 sudah sampai amandemen I, II, III, IV

15

BAB III KEBERLANGSUNGAN DEMOKRASI DI INDONESIA BERDASARKAN PANCASILA


3.1 Demokrasi Berdasarkan Sila I Sila Pertama Pancasila yang berbunyi Ketuhanan Yang Mahaesa merupakan landasan yang paling utama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebagai penjabaran sila I terdapat 7 butir yang terkandung di dalamnya yaitu 1. Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketaqwaannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa. 2. Manusia Indonesia percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. 3. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa. 4. Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. 5. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa. 6. Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing. 7. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada orang lain. Dimana dari tujuh butir dibagi menjadi dua hubungan yaitu hubungan vertikal dan hubungan horizontal. Hubungan vertikal merupakan hubungan manusia secara personal dengan Tuhan berdasarakan agama yang dianut. Sedangkan hubungan horizontal adalah hubungan antara manusia dengan manusia lainnya sebagai makhluk sosial yang berdasar kepada ketuhanan. Poin ke 1, 2, dan 5 merupakan penjabaran sila pertama yang menunjukkan hubungan vertikal manusia dengan Tuhannya. Sedangkan hubungan horizontal antara manusia dengan manusia lainnya ditunjukkan pada oleh poin ke 3, 4, 6, dan 7 yang meliputi kebebasan memeluk agama, rasa menghormati antar agama, dan rasa kerukunan.

16 Dari sila pertama yang tercantum pada Pancasila mempunyai makna yang mendasar pada kehidupan bernegara di Indonesia, salah satunya adalah sistem pemerintahan yang dianut oleh Indonesia. Ketuhanan Yang Mahaesa bermaksud bahwa Indonesia bukan sebagai Negara Agama dan bukan sebagai Negara Sekuler juga tetapi NKRI ingin dikembangkan sebagai Negara Beragama. Indonesia bukan sebagai negara agama, salah satu cirinya dapat diamati dari hukum yang berlaku. Indonesia tidak menerapkan hukum agama tertentu sebagai hukum positif, artinya adalah ideologi negara tidak berasal dari ideologi adama otertentui, Kepala Negara tidak harus berasal dari Kepala Agama tertentu, dan konstitusi negara tidak dari Kitab Suci agama tertentu. Indonesia juga bukan sebagai negara sekuler yaitu Indonesia tidak memisahkan urusan negara dari urusan agama. Artinya keputusan negara harus didasarkan pada ajaran agama-agama dan suara terbanyak dalam lembaga MPR, DPR, dan lain-lain sebagainya harus dilandaskan pada kesesuaiannya dengan ajaran Tuhan Yang Mahaesa. NKRI berdasarkan sila I bukan sebagai negara agama dan negara sekuler tetapi NKRI merupakan sebuah negara yang ingin dikembangkan menjadi negara beragama. NKRI mendasarkan pengelolaan negara pada hukum postitf yang disepakati oleh bangsa (MPR,DPR + pemerintah) yang warga negaranya beragam agama, sementara negera pun tidak boleh mencampuri urusan aqidah agama apapun tetapi negara wajib melindungi agama apapun. Dalam sila I terkandung tekad bahwa mereka yang ber-Aliran Kepercayaan tidak diwajibkan (secara hukum positif) untuk beragama, tetapi mereka dibina oleh Negara (Pemerintah dan Masyarakat) untuk tidak menjadi atheis, tidak membentuk agama baru, atau sedapat mungkin memilih salah satu agama yang resmi diakui Negara (karena lebih banyak kedekatan ajarannya). 3.1.1 Bentuk penyimpangan demokrasi berdasarkan sila I Pada mei 2012, terdapat sebuah agenda PBB yang disebut Universal Periodic Review (UPR) yang diadakan 4,5 tahun sekali dan wajib diikuti semua negara anggota PPB. UPR adalah mekanisme baru PBB, yang bermula pada 2008, menyusul dibentuknya Dewan HAM PBB (Human Rights Council, yang sebelumnya bernama Commission on Human Rights) pada tahun 2006. Indonesia telah mengikuti dua kali dalam acara ini yaitu pada tahun 2008 dan 2012. Pada tahun 2012, Indonesia melapor beberapa hal yaitu hak-hak sipil dan politik, hak-hak sosial, ekonomi dan budaya, hak-hak kelompok khusus (perempuan, anak, penyandang catat, pekerja migran), dan perdagangan manusia. Di antara beberapa hal yang dilaporkan tersebut, kelemahan-kelemahan yang menyangkut penjaminan hak

17 untuk kebebasan beragama cukup signifikan. Dalam sesi dialog interaktif, banyak negara yang mengapresiasi kinerja Indonesia dalam bidang HAM pada umumnya namun ada beberapa catatan yang menyangkut kebebasan beragama, salah satunya adalah meningkatnya intoleransi keagamaan dan kelemahan perlindungan minoritas keagamaan. Pada akhir sesi dialog interaktif Indonesia mendapatkan 180 rekomendasi dengan 140 rekomendasi langung diterima dan 17 rekomendasi diantaranya terkait kebebasan beragama. Beberapa rekomendasi yang diterima oleh Indonesia adalah komitmen pemerintah untuk menilai ulang hukum dan kebijakan tertentu untuk memastikan keselarasannya dengan hak untuk kebebasan beragama dan

berkepercayaan, khususnya untuk kelompok minoritas; mempercepat proses pembuatan UU Kerukunan Umat Beragama; secara tegas melakukan tindakan legislatif dan mengadili kasus-kasus hasutan dan tindakan kebencian terhadap kelompok-kelompok minoritas agama; memperkuat kesadaran akan kebebasan beragama dan berkepercayaan di antara penegak hukum. Selain itu terdapat dua masalah di Indonesia yang berkaitan dengan kebebasan beragama dan selalu berulan-ulang terjadi di Indonesia yaitu kasus penodaan agama dan pembangunan rumah. Penodaan yang dimaksudkan adalah mengeluarkan perasaan permusuhan penyalahgunaan dan/atau penodaan agaman (KUHP 156a). Selain itu penodaan agama juga mencakup kegiatan-kegiatan keagamaan yang menyerupai kegiatan-kegiatan dari agama itu; penafsiran dan kegiatan yang menyimpang dari pokok-pokok agama itu. Beberapa kasus penoadaan agama yang terjadi di Indonesia adalah 1. Pendeta Haddassah Werner yang dituduh memberikan pengajaran sesat, karena pernyataan bahwa Ibu jasmani hanya jalan lahir yang lebih rendah dari Ibu rohani. Pendeta Werner sempat diadili di pengadilan dengan pasal penodaan, tetapi divonis tidak bersalah. 2. Perbedaan keyakinan tentang kemurnian praktik keislaman yang merujuk pada kejadian-kejadian terkait MTA. Aktivitas MTA di tentang di sebagian tempat karena menyatakan praktik keagamaan umat Muslim lain seperti tahlilan, ziarah kubur, dll. menyimpang dari Islam. Kemudian sebaliknya MTA dituduh mempunyai akidah menyimpang karena menolak praktik keagamaan yang sudah dipraktikkan para ulama sejak masa lalu. Kasus-kasus terkait problem relasi sosial.

18 3. Sejumlah kasus tergolong pada permasalahan relasi sosial yaitu kejadian seorang warga beragama Kristen yang menggedor-gedor pintu masjid karena merasa terganggu oleh suara loudspeaker masjid pada bulan Ramadan dan Kasus MTA berupa penolakan sebagian masyarakat terhadap MTA tidak hanya disebabkan oleh perbedaan terkait kermurnian praktik keIslaman. MTA juga dianggap menimbulkan keresahan karena kerap berdakwah dengan retorika yang dianggap terlalu agresif, merendahkan figur kyai dan praktik keagamaan masyarakat setempat dengan suara terbuka. Sedangkan kasus yang berkaitan dengan rumah ibadah adalah kasus pembangunan GKI Taman Yasmin Bogor dan Gereja HKBP Filadelfia Bekasi pada tahun 2000 sampai sekarang yang masih mengalami permasalahan dalam perizinan pendirian bangunan serta kasus pembakaran gereja (undung-undung semacam kapel) Gereja Kristen Protestan PakPak Dairi (GKPPD) Gunung Meriah di Aceh Singkil pada tahun 1979, 2006, 2007 (gagal) dan 2012.

3.2 Demokrasi Berdasarkan Sila II Dalam sila ke II Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab tersimpul cita-cita kemanusiaan yang lengkap dan memenuhi seluruh hakikat manusia. Dengan Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, maka setiap warga Negara mempunyai kedudukan yang sederajat dan sama terhadap Undang-Undang Negara, mempunyai hak dan kewajiban yang sama; setiap warga Negara dijamin haknya serta kebebasannya yang menyangkut hubungan dengan Tuhan, dengan orang-orang seorang, dengan Negara, dengan masyarakat, dan menyangkut pula kemerdekaan menyatakan pendapat dan mencapai kehidupan yang layak sesuai dengan hak asasi manusia. Di dalam sila kedua, terkandung nilai-nilai bahwa NKRI merupakan Negara berHAM (kemanusiaan), Negara ber-Hukum (yang adil), dan Negara ber-Budaya(yang beradab). Sebagai negara yang ber-HAM, NKRI ingin mengembangkan dirinya sebagai negara yang melindungi dan menegakkan HAM bagi warganegaranya. HAM dimaksud adalah yang sesuai dengan hukum positif Indonesia dan budaya bangsa Indonesia. Contoh, karena hukum positif Indonesia bersumber pada Ketuhanan Yang Mahaesa, maka HAM seperti euthanasia (seperti di Selandia Baru, Belanda) atau aborsi (seperti di Irlandia Utara dan Skotlandia) tidak bisa diundang-undangkan (tidak bisa dijadikan hukum positif di Indonesia).

19 Sebagai negara yang ber-Hukum, NKRI ingin melindungi dan mengembangkan: (1) supremasi hukum, (2) persamaan di muka hukum, (3) menegakkan HAM, dan (4) membudayakan kontrol publik/sosial/masyarakat atas jalannya pemerintahan yang baik dan bersih (good governance). Sebagai negara yang ber-Budaya/Adab, NKRI ingin mengembangkan: (1) cipta, yang dapat melahirkan ilmu pengetahuan dan teknologi, (2) karsa, yang dapat melahirkan moral dan etika, (3) rasa, yang dapat melahirkan seni dan estetika, serta (4) karya, yang dapat melahirkan karya-karya monumental dalam arti yang seluas-luasnya. Sebagaimana diketahui, keempatnya itu merupakan unsur dari budaya/adab. Dalam rangka mengoptimalkan perilaku budaya demokrasi maka sebagai generasi penerus yang akan mempertahankan negara demokrasi, perlu mendemonstrasikan bagaimana peran serta kita dalam pelaksanaan pesta demokrasi. Prinsip-prinsip yang patut kita demonstrasikan dalam kehidupan berdemokrasi, antara lain sebagai berikut : a. Membiasakan untuk berbuat sesuai dengan aturan main atau hukum yang berlaku. b. Membiasakan bertindak secara demokratis bukan otokrasi atau tirani. c. Membiasakan mengadakan perubahan secara damai tidak dengan kekerasan atau anarkis. d. Membiasakan untuk memilih pemimpin melalui cara-cara yang demokratis. e. Selalu mempertanggungjawabkan hasil keputusan musyawarah baik kepada Tuhan, masyarakat, bangsa, dan negara. h. Menggunakan kebebasan dengan penuh tanggung jawab. i. Membiasakan memberikan kritik yang bersifat membangun. Perilaku Budaya Demokrasi dalam Lingkungan Keluarga a. Lingkungan Keluarga 1. Membiasakan diri untuk menempatkan anggota keluarga sesuai dengan kedudukannya. 2. 3. Saling menghargai perbedaan pendapat masing-masing anggota keluarga. Mendahulukan kepentingan bersama daripada kepentingan pribadi.

20 b. Lingkungan Sekolah 1. 2. Berusaha selalu berkomunikasi individual. Ikut serta dalam kegiatan politik di sekolah seperti pemilihan ketua OSIS, ketua kelas, maupun kegiatan yang lain yang relevan. 3. 4. Berani mengajukan petisi (saran/usul). Berani menulis artikel, pendapat, opini di majalah dinding.

c. Lingkungan masyarakat 1. Bersama-sama menjaga kedamaian masyarakat. 2. Bersama-sama memberikan usulan demi kemajuan masyarakat. Ada beberapa contoh perilaku yang dapat mendukung tegaknya prinsip-prinsip demokrasi, antara lain sebagai berikut : a. Menghindarkan perbuatan otoriter. b. Melaksanakan amanat rakyat. c. Melaksanakan hak tanpa merugikan orang lain. d. Mengembangkan toleransi antarumat beragama. e. Menghormati pendapat orang lain. 3.2.1 Bentuk Penyimpangan Demokrasi Berdasarkan Sila 2 Beberapa contoh penyimpangan pada demokrasi terpimpin berdasarkan sila ke-2 yaitu jaminan HAM lemah, sentralisasi kekuasaan, pengangkatan Presiden seumur hidup, dibatasinya peranan pers, dan terjadinya peristiwa pemberontakan G 30 September 1965 oleh PKI. Berbagai penyimpangan pada demokrasi Pancasila berdasarkan sila ke-2 diantaranya penyelenggaraan pemilu yang tidak jujur dan tidak adil, kurangnya jaminan kebebasan mengemukakan pendapat, rekrutmen politik yang tertutup, sistem kepartaian yang tidak otonomi dan berat sebelah, dan maraknya praktik kolusi, korupsi dan nepotisme di berbagai bidang. Pada demokrasi era reformasi (kekinian), korupsi semakin tidak tertanggulangi, depolitisasi masyarakat sipil masih terus berlangsung dengan menguatnya suasana

21 anti-politik yang terus meluas, dan institusi-institusi demokrasi dikuasai oleh kalangan elite.

3.3 Demokrasi Berdasarkan Sila III Demokrasi merupakan sistem pemerintahan di mana rakyat dapat mengambil keputusan bersama dan juga pemimpin negara yang memiliki sistem pemerintahan demokrasi dipilih langsung oleh rakyat dan segala kebijakan yang diambil berpusat pada rakyat. Demokrasi ini dapat berjalan dengan baik apabila rakyat yang terlibat sedikit dan juga wilayah pemerintahan cukup kecil. Demokrasi yang pertama lahir adalah demokrasi langsung di Yunani dan pada saat ini demokrasi berjalan dengan sangat ideal dan juga semua rakyat melakukan demokrasi demi kebaikan dan kesejahteraan bersama. Demokrasi pada perkembangannya mengalami pergeseran nilai dan juga makna yang sesungguhnya. Demokrasi pada saat ini diwarnai dengan berbagai konflik dalam pemimpin dan rakyat yang tak berkesudahan. Konflik ini dapat muncul karena pemimpin negara yang tidak memiliki prinsip dan dapat dengan mudah diombang-ambingkan oleh arus zaman. Pemimpin seperti ini pun tidak dapat mengemban amanat rakyat yang dititipkan pada dirinya dan hanya berfokus pada dirinya sendiri. Sistem demokrasi di Indonesia saat ini juga sudah banyak mengalmaai pergeseran dibandingkan dengan demokrasi yang merupakan nilai awal yang tumbuh di negara Yunani. Sistem demokrasi di Indonesia merupakan salah satu contoh demokrasi langsung yang pada praktiknya mengalami banyak distorsi dan penyimpangan. Salah satu hal yang dapat disoroti dalam pengaruh sistem demokrasi di Indonesia dengan sistem demokrasi yang seharusnya adalah dalam hal persatuan. Pada awal demokrasi berdiri di negara asalnya, yaitu Yunani demokrasi memunculkan persatuan. Hal ini dapat terjadi karena dengan jumlah rakyat yang sedikit membuat musyawarah dapat dilakukan dengan mudah dan juga keputusan dapat dilakukan dengan cepat dan juga tidak mengorbankan kepentingan orang lain. Demokrasi di Indonesia saat ini sudah jauh dari pengambilan keputusan secara mufakat dan lebih banyak dilakukan pengambilan keputusan secara voting. Hal pengambilan suara secara voting ini dapat terjadi karena jumlah penduduk Indonesia yang sangat banyak dan sulit untuk menyatukan pemikiran banyak kepala dalam waktu singkat. Dengan lebih banyaknya dilakukan sistem voting maka akan ada kepentingan orang lain yang dikorbankan dan juga pemilik suara mayoritas seakan-akan dapat

22 memerintah kaum minoritas. Hal ini yang kemudian membuat demokrasi di Indonesia menjadi kurang efektif dan tidak ideal seperti demokrasi pada zaman awal. Demokrasi di Indonesia yang tidak sesuai ini dapat berakibat fatal terhadap keberlangsungan pemerintahan di Indonesia. Hal ini disoroti dalam hal persatuan bangsa Indonesia yang dirasakan menurun seiiring dengan berjalannya waktu. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi hal ini, salah satunya adalah adanya ketidak idealan sistem demokrasi yang dianut oleh bangsa Indonesia. Sistem demokrasi yang saat ini dianut oleh bangsa Indonesia lebih menekankan sistem voting. Sistem voting ini memiliki kelebihan bahwa pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan cepat. Namun seperti mata koin yang memiliki dua sisi, sistem voting ini memiliki kekurangan dengan adanya kepentingan pihak lain yang dirugikan. Pemilihan wakil rakyat pada sistem demokrasi di Indonesia dilakukan dengan sistem voting pula dan ini menyebabkan wakil rakyat yang duduk di DPR tidak dapat memiliki kestuan hati untuk dapat membangun bangsa Indonesia. Hal ini tidak sesuai dengan sila ketiga di Pancasila yang berbunyi Persatuan Indonesia. Ketidaksesuaian sistem demokrasi dengan Pancasila sila ketiga adalah dengan adanya banyak partai politik yang ada di Indonesia yang menyebabkan banyak terjadi ketegangan politik maupun budaya di Indonesia. Selain itu bangsa Indonesia yang beraneka ragam juga turut membuat kondisi demokrasi di Indonesia kurang dapat membentuk persatuan Indonesia. Perbedaan baik agama, suku, ras, maupun pandangan politik dapat memicu perpecahan yang sangat rentan terjadi di Indonesia. Hal ini tidak sesuai dengan sila ketiga Pancasila. Selain itu sistem pemilihan umum di Indonesia juga tidak ideal karena tidak sesuai dengan syarat pemilihan umum yang ideal. Syarat pemilihan umum yang ideal adalah: 1. Dilakukan cukup sering 2. Diselenggarakan oleh lembaga yang independen 3. Dilakukan secara adil 4. Setiap warga negara berhak untuk dipiih dan memilih dalam pemilihan umum 5. Pemilih tidak memiliki rasa takut untuk memilih sesuai kehendaknya Dari syarat yang sudah dijabarkan, pemilihan umum yang ada di Indonesia tidak sesuai dengan sistem demokrasi ideal. Hal ini dikarenakan wakil rakyat yang menjadi calon ditentukan oleh partai politik yang mengikuti pemilihan umum atau biasa dikenal dengan nama pesta demokrasi. Dengan banyaknya calon anggota DPR dan DPRD serta banyak partai politik yang ikut serta dalam pemilihan umum membuat banyaknya

23 perpecahan yang terjadi karena banyak anggota DPR dan DPRD yang mementingkan kepentingan partainya dibandingkan kepentingan bersama. Dengan kepentingan partai yang diutamakan membuat DPR tidak dapat bersatu untuk membuat kebijakan yang terbaik bagi bangsa Indonesia. Hal inilah yang membuat sistem demokrasi yang diterapkan di Indonesia tidak sesuai dengan sila ketiga di Pancasila yang berbunyi Persatuan Indonesia. Ketidak sesuaian hal ini dengan Pancasila membuat kita dapat berdiam diri dan merenung untuk belajar dari masa lalu yang sudah terjadi dan akhirnya dapat berpikir lebih ke depan untuk membuat negara Indonesia maju. Hal ini dapat kta lakukan dengan cara lebih banyak mengambil keputusan secara musyawarah untuk mufakat seprti yang seharusnya dibandingkan dengan melakukan sistem voting yang kurang baik dan malah dapat membuat persatuan yang ada di negara ini memudar. Selain itu sosok yang memiliki kelapangan dada dibutuhkan di neagara ini untuk dapat membantu persatuan di negara ini lebih kuat. Selain ketidak sesuaian, ada juga kesesuaian Pancasila sila ketiga dengan fakta yang ada. Salah satu contohnya adalah adanya toleransi antar umat beragama. Toleransi antar umat beragama ini dapat terjadi karena adanya peraturan hasil demokrasi yang menggagalkan peraturan Indonesia menjadi negara Islam. Selain itu dengan adanya aturan hasil demokrasi juga, saat ini wanita boleh turut berpartisipasi secara aktif dalam politik.

3.4 Demokrasi Berdasarkan Sila IV Sila ke-4 Pancasila berbunyi: Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan/Perwakilan Dari kalimat sila ke-4 di atas tertulis nilai-nilai yang ingin dicapai oleh masyarakat Indonesia berdasarkan sila tersebut, di antaranya ialah: 1. Menjunjung tinggi kepentingan bersama dan terutama kepentingan negara daripada kepentingan pribadi/ golongan/ kelompok 2. 3. Tidak memaksakan kehendak diri sendiri dan menghargai hak-hak milik orang lain Mengutamakan budaya musyawarah mencapai mufakat dalam pengambilan suatu keputusan diliputi dengan semangat kekeluargaan

24 Butir-butir sila ke-4: 1. Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama 2. 3. Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama 4. 5. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil musyawarah 6. Dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil keputusan musyawarah 7. Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama diatas kepentingan pribadi atas golongan 8. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang jujur 9. Keputusan yang diambil harus dapat dipertangung jawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai kebenaran dan keadilan, mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama 10. Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk melaksanakan permusyawaratan. Dari pernyataan yang dinyatakan sila ke-4 Pancasila tersebut terdapat tiga buah poin penting yang hendak ditekankan. Poin-poin penting tersebut antara lain ialah: 1. Hakikat sila ini adalah demokrasi. Demokrasi dalam arti umum yaitu pemerintahan dari, oleh dan untuk rakyat. Secara sederhana, demokrasi yang melibatkan segenap bangsa dalam pemerintahan baik yang tergabung dalam pemerintahan dan kemudian adalah peran rakyat yang diutamakan.

25 2. Pemusyawaratan. Artinya mengusahakan putusan secara bulat, dan sesudah itu diadakan tindakan bersama. Disini terjadi simpul yang penting yaitu mengusahakan keputusan secara bulat. Bulat yang dimaksud adalah hasil yang mufakat, artinya keputusan itu diambil dengan kesepakatan bersama. Dengan demikian berarti bahwa penentu demokrasi yang berdasarkan pancasila adalah kebulatan mufakat sebagai hasil kebikjasanaan.Oleh karena itu kita ingin memperoleh hasil yang sebaikbaiknya didalam kehidupan bermasyarakat, maka hasil kebikjasanaan itu harus merupakan suatu nilai yang ditempatkan lebih dahulu. 3. Dalam melaksanakan keputusan diperlukan kejujuran bersama. Dalam hal ini perlu diingat bahwa keputusan bersama dilakukan secara bulat sehingga membawa konsekuensi adanya kejujuran bersama.Perbedaan secara umum demokrasi di barat dan di Indonesia yaitu terletak pada permusyawaratan. Permusyawaratan diusahakan agar dapat menghasilkan keputusan-keputusan yang diambil secara bulat. Contoh penyimpangan sila ke-4 Pancasila di Indonesia: Maraknya kasus korupsi di Indonesia. Kasus-kasus korupsi yang telah ini melanggar sila ke-4 butir 9. Dengan terjadinya kasus korupsi, berarti para pelaku kasus korupsi yang memiliki kekuasaan dan tanggung jawab tidak melaksanakan butir 9. Melakukan kasus korupsi merugikan masyarakat dan tidak sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung di dalam sila ke-4. Selain itu dengan melakukan tindak korupsi, berarti pelaku lebih mendahulukan kepentingan pribadi dibanding kepentingan masyarakat. Kecurangan dalam PEMILU. Hal ini dapat berwujud: mark up atau penggelembungan jumlah pemilih yang tercantum dalam DPT (daftar pemilih tetap).

3.5 Demokrasi Berdasarkan Sila V Sila kelima pancasila yang berbunyi Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia; mengajak masyarakat aktif dalam memberikan sumbangan yang wajar sesuai dengan kemampuan dan kedudukan masing-masing kepada negara demi terwujudnya kesejahteraan umum, yaitu kesejahteraan lahir dan batin selengkap mungkin bagi seluruh rakyat. Dalam demokrasi yang secara kasardapat diartikan sebagai pemerintahan dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat, sila kelima pancasila ini mewajibkan untu

26 engikutsertakan seluruh rakyat dalam kehidupan ekonomi, sosial dan budaya. Walaupun ternyata keadilan sosial pun telah sejak lama terpatri di dalam prinsip demokrasi klasik, namun sila kelima ini menekankan pada aspek objek keadilan yang bernama Rakyat Indonesia. Prioritas dari keadilan sosial yang dimaksud di dalam Pancasila adalah rakyat Indonesia. Maka rakyat Indonesia berhak mendapatkan pelayanan-pelayanan sosial tanpa didengungkannya permasalahan Kelas. Sila kelima inilah yang membuat Pancasila sebenarnya unik. Karena dalam pada esensinya, Pancasila ini diawali dengan empat sila yang bernilai liberal tapi diakhiri dengan sila kelima yang bersifat komunisme yang anti terhadap kelas. Dalam pelaksanaannnya demokrasi juga harus mempertimbangkan keadilan. Konsekuensinya nilai-nilai keadilan yang harus terwujud dalam hidup bersama adalah meliputi 1. Keadilan distributif Yaitu suatu hubungan keadilan antara negara terhadap warganya dalam arti pihak negaralah yang wajib memenuhi keadilan dalam bentuk keadilan membagi, dalam bentuk kesejahteraan, bantuan, subsidi, serta kesempatan dalam hidup bersama didasarkan atas hak dan kewajiban. 2. Keadilan legal Yaitu suatu hubungan keadilan antara warga negara terhadap negara dan dalam masalah ini pihak wargalah yang wajib memenuhi keaadilan dalam bentuk mentaati peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam negara. 3. Keadilan komutatif Yaitu sauatu hubungan keadilan antara wrga dengan lainnya secara timbal balik. Nilai-nilai keadilan tsb haruslah merupakan suatu dasar yang harus diwujudkan dalam hidup bersama kenegaraan untuk mewujudkan tujuan negara yaitu : 1. Mewujudkan kesejahteraan seluruh warganya 2. Melindungi seluruh warganya 3. Melindungi seluruh wilayahnya. 4. Mencerdaskan seluruh warganya

27

DAFTAR PUSTAKA
Budiarjo, Miriam. 1994. Demokrasi Di Indonesia, Demokrasi Parlementer dan Demokrasi Pancasila. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. Budiarjo, Miriam. 1998. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta : PT Gramedia. Koesnardi, Moh. 1983. Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia. Jakarta : CV. Sinar Bakti. M. D. , Moh. Mahfud. 1999. Hukum dan Pilar-Pilar Demokrasi, Yogyakarta: Gama Media. Rahman, Arifin. 2002. Sistem Politik Indonesia. Surabaya : Penerbit SK. Hanifah, Pipin. 2012. Pendidikan Pancasila. Sumber : Makalah Jurusan Ilmu Pemerintahan Fisip Unpad Bagir, Zainal B. dkk. 2012. Laporan Tahunan Kehidupan Beragama di Indonesia 2012. Sekolah Pascasarjanan UGM : Program Studi Agama dan Lintas Budaya. http://zulfikar-robbayani.blogspot.com/2012/03/penyimpangan-demokrasi-yang-berjalandi.html, diakses pada 9 Maret 2014 pukul 17.45 WIB http://husainnur.wordpress.com/2011/04/04/mengembangkan-sikap-demokrasi/, diakses pada 10 Maret 2014 pukul 22.31 WIB http://i-epistemology.net/attachments/1137_in-v7n14%20Paradigma%20Baru%20Demokra si%20di%20Indonesia%20-%20Hasbi%20Umar.pdf (diakses tanggal 9 Maret 2014) http://www.idea.int/publications/country/upload/full_book.pdf (diakses tanggal 10 Maret 2014)

Вам также может понравиться