Вы находитесь на странице: 1из 17

KODE ETIK PEGAWAI DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

Dasar Hukum
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Rl Nomor 3041) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3094) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4150);

Dasar Hukum
Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 tentang Gratifikasi dan Pelaporannya; Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil; Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004 tentang Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 142, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4450); Peraturan Menteri Keuangan Nomor 29/PMK.01/2007 tentang Pedoman Peningkatan Disiplin Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Departemen Keuangan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 71/PMK.01/2007;

Dasar Hukum
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 72/PMK.01/2007 tanggal 28 Juni 2007 tentang Majelis Kode Etik di Lingkungan Departemen Keuangan. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 1/PM.3/2007 tanggal 23 Juli 2007 tentang Kode Etik Pegawai Direktorat Jenderal Pajak; Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-33/PJ/2007 tanggal 23 Juli 2007 tentang Panduan Pelaksanaan Kode Etik Pegawai Direktorat Jenderal Pajak.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 1/PM.3/2007 tanggal 23 Juli 2007 tentang Kode Etik Pegawai Direktorat Jenderal Pajak

pedoman sikap, tingkah laku, dan perbuatan, yang mengikat Pegawai Direktorat Jenderal Pajak dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya serta dalam pergaulan hidup sehari-hari.

berisi kewajiban dan larangan pegawai

Tujuan
1. 2. 3. 4. 5. meningkatkan disiplin Pegawai; menjamin terpeliharanya tata tertib; menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan iklim kerja yang kondusif; menciptakan dan memelihara kondisi kerja serta perilaku yang profesional; dan meningkatkan citra dan kinerja Pegawai.

Pelanggaran Kode Etik


adalah segala bentuk ucapan, tulisan, atau perbuatan Pegawai yang bertentangan dengan Kode Etik

Kewajiban
menghormati agama, kepercayaan, budaya, dan adat istiadat orang lain; bekerja secara profesional, transparan, dan akuntabel; mengamankan data dan atau informasi yang dimiliki Direktorat Jenderal Pajak; memberikan pelayanan kepada Wajib Pajak, sesama Pegawai, atau pihak lain dalam pelaksanaan tugas dengan sebaik-baiknya; mentaati perintah kedinasan; bertanggung jawab dalam penggunaan barang iventaris milik Direktorat Jenderal Pajak; mentaati ketentuan jam kerja dan tata tertib kantor; menjadi panutan yang baik bagi masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakan; bersikap, berpenampilan, dan bertutur kata secara sopan.

Larangan
bersikap diskriminatif dalam melaksanakan tugas; menjadi anggota atau simpatisan aktif partai politik; menyalahgunakan kewenangan jabatan baik langsung maupun tidak langsung; menyalahgunakan fasilitas kantor; menerima segala pemberian dalam bentuk apapun, baik langsung maupun tidak langsung, dari Wajib Pajak, sesama Pegawai, atau pihak lain, yang menyebabkan Pegawai yang menerima, patut diduga memiliki kewajiban yang berkaitan dengan jabatan atau pekerjaannya; menyalahgunakan data dan atau informasi perpajakan; melakukan perbuatan yang patut diduga dapat mengakibatkan gangguan, kerusakan dan atau perubahan data pada sistem informasi milik Direktorat Jenderal Pajak; melakukan perbuatan tidak terpuji yang bertentangan dengan norma kesusilaan dan dapat merusak citra serta martabat Direktorat Jenderal Pajak.

Panduan pelaksanaan Kode Etik Pegawai DJP tersebut ditetapkan dalam Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE33/PJ/2007 tanggal 23 Juli 2007 tentang Panduan Pelaksanaan Kode Etik Pegawai Direktorat Jenderal Pajak.

Menghormati agama, kepercayaan, budaya, dan adat istiadat orang lain.


Pegawai harus mengembangkan sikap kerjasama dan toleransi dalam melaksanakan tugas meliputi:
1. saling menghormati antar pemeluk agama dan penganut kepercayaan yang berbeda, sehingga terbina kerukunan antar Pegawai maupun dengan pihak lain yang akan menimbulkan suasana kondusif dalam pelaksanaan tugas;

2. saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaan masingmasing sehingga terbina kerukunan antar pegawai; Contoh: A adalah Kepala Kantor Pelayanan Pajak (KPP) ABC. Sehubungan dengan akan diselenggarakannya Rapat Koordinasi DJP, A mengadakan rapat internal kantor untuk mempersiapkan materi Rapat Koordinasi tersebut. Ketika waktu sholat tiba, A mempersilakan para peserta rapat yang akan menunaikan ibadah sholat untuk menjalankannya.

3. saling menghormati budaya dan adat istiadat orang lain sehingga terbina kerukunan antar pegawai maupun dengan pihak lain. Contoh: B adalah Kepala KPP XYZ. Dalam suatu kesempatan, B diundang oleh masyarakat setempat untuk menghadiri suatu acara adat. Untuk menghormati masyarakat setempat, B sebaiknya menghadiri acara tersebut.

Bekerja secara profesional, transparan, dan akuntabel.


Bekerja secara profesional meliputi:

integritas, yaitu ukuran kualitas moral Pegawai yang

diwujudkan dalam sikap jujur, bersih dari tindakan tercela, dan senantiasa mengutamakan kepentingan negara;

Contoh: A adalah Account Representative (AR) pada KPP DEF. Pada saat melakukan klarifikasi data terhadap Wajib Pajak (WP) yang menjadi tanggung jawabnya, WP tersebut meminta agar A memusnahkan data yang diperoleh pada saat dilakukan klarifikasi dengan menawarkan imbalan tertentu. Atas kondisi tersebut A wajib menolak permintaan WP dan tetap memanfaatkan data tersebut untuk kepentingan perpajakan.

Bekerja secara profesional, transparan, dan akuntabel


disiplin, yaitu pencerminan ketaatan Pegawai terhadap setiap ketentuan yang berlaku;
Contoh: B adalah Fungsional Pemeriksa Pajak pada KPP GHI. B ditugaskan untuk melakukan pemeriksaan terhadap WP EF. B menyelesaikan pemeriksaan tersebut dalam batas waktu yang ditentukan. C adalah pelaksana pada Kanwil MNO. Sebagai pegawai yang memiliki tingkat disiplin yang tinggi, C selalu datang dan pulang sesuai dengan jam kerja yang ditetapkan serta memanfaatkan waktu kerja sesuai ketentuan dengan sebaik-baiknya. Disisi lain apabila terdapat pegawai yang meskipun selalu datang dan pulang sesuai dengan jam kerja yang ditetapkan namun memanfaatkan waktu kerja untuk kepentingan di luar kedinasan, maka hal tersebut tidak mencerminkan sikap disiplin yang dituntut dari seorang pegawai. D adalah Fungsional Pemeriksa Pajak pada KPP ABC. Dalam melakukan peminjaman data dan atau dokumen WP, sesuai ketentuan, D wajib memberikan bukti peminjaman, serta menyimpannya dengan baik. Setelah selesai pemeriksaan, D diwajibkan untuk segera mengembalikan data dan atau dokumen yang dipinjam dari WP tersebut disertai bukti pengembalian.

Bekerja secara profesional, transparan, dan akuntabel


kompetensi, yaitu ukuran tingkat pengetahuan, kemampuan
dan penguasaan atas bidang tugas Pegawai sehingga mampu melaksanakan tugas secara efektif dan efisien.
Contoh: A adalah pegawai pada Kantor Penyuluhan, Pelayanan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) BCD. Kepala KP2KP BCD menugaskan A untuk memberikan sosialisasi tentang ketentuan perpajakan terbaru kepada sekelompok WP. Sehubungan penugasan tersebut, A wajib bersikap profesional antara lain dengan mempelajari ketentuan tersebut dan mempersiapkan materi sosialisasi sehingga kegiatan sosialisasi dapat berlangsung dengan baik. B adalah AR yang baru diangkat pada KPP XYZ. B memiliki kemampuan teknis perpajakan dan kemampuan komunikasi yang terbatas. Untuk memenuhi tuntutan tugasnya, B terus berusaha meningkatkan kemampuan teknis perpajakan dan komunikasinya agar dapat melaksanakan tugas sebagai AR dengan sebaik-baiknya.

Bekerja secara profesional, transparan, dan akuntabel


Bekerja secara akuntabel artinya Pegawai harus bertanggungjawab dan bersedia untuk diperiksa oleh pihak yang berwenang atas setiap keputusan atau tindakan yang diambil dalam rangka pelaksanaan tugas. Setiap Pegawai harus dapat mempertanggungjawabkan pekerjaannya sesuai dengan prosedur yang berlaku. Contoh: A adalah Fungsional Pemeriksa Pajak pada KPP DEF. A harus bertanggung jawab terhadap hasil pemeriksaannya, misalnya dengan memberikan keterangan yang dibutuhkan oleh pihak-pihak yang bertanggung jawab dalam proses penyelesaian keberatan, banding ataupun peninjauan kembali. Setiap Pegawai harus mampu meminimalkan risiko kegagalan dengan cara melaksanakan tugas sesuai prosedur secara serius, hati-hati, dan tepat waktu. Contoh: B adalah Penelaah Keberatan pada Kanwil GHI. Dalam menyelesaikan proses keberatan, B wajib meneliti setiap dokumen yang terkait dengan permohonan keberatan WP secara serius dan hati-hati, meminta keterangan dari WP dan atau pemeriksa pajak, serta memperhatikan jangka waktu penyelesaian yang ditetapkan.

Bekerja secara profesional, transparan, dan akuntabel


Setiap Pegawai wajib berusaha secara maksimal untuk menguasai tugas yang diberikan, bertanggung jawab atas hasil, serta melakukan tindakantindakan antisipatif dalam pelaksanaan tugasnya. Contoh: C adalah Juru Sita pada KPP MNO. Dalam melaksanakan penagihan, C harus memiliki pengetahuan yang memadai mengenai prosedur penagihan, serta mampu menjelaskan dasar-dasar penerbitan Surat Paksa (SP). Sebagai langkah antisipatif dalam proses penyampaian SP, C harus memperhatikan kondisi lingkungan tempat kedudukan atau tempat tinggal WP, karakter WP, dan mempersiapkan langkah-langkah yang perlu diambil dalam proses tersebut.

Bekerja secara profesional, transparan, dan akuntabel


Pegawai bertanggung jawab atas segala keputusan, pendapat, atau perbuatan yang terkait dengan kepentingan kedinasan. Oleh karenanya setiap keputusan, pendapat, atau perbuatan tersebut harus mencerminkan sikap atau kebijakan organisasi DJP secara keseluruhan. Contoh: D adalah Kepala Bidang P2 Humas pada Kanwil XYZ. Dalam melaksanakan tugas kehumasan, D harus berhati-hati dalam menyampaikan pendapatnya terkait dengan kebijakan DJP kepada pihak luar, misalnya media massa. Dalam hal ini D sebaiknya tidak menyampaikan pendapat yang sifatnya pribadi dan tidak mencerminkan kebijakan DJP secara keseluruhan. E adalah Kepala Seksi pada KPDJP yang telah dikenal luas oleh publik sebagai penulis artikel perpajakan. Sebagai penulis, E tidak diperkenankan memberikan pendapat atas nama institusi DJP. Disamping itu sebagai Pegawai, E juga wajib menjaga kredibilitas instansi dengan tidak membuat pernyataan yang mendiskreditkan DJP.

Вам также может понравиться