Вы находитесь на странице: 1из 60

1

Beberapa kesimpulan:
Semakin banyak CSTR yang diseri, total V CSTR akan makin mendekati V 1 buah PFR
untuk mencapai X yang sama.

Total V yang dibutuhkan untuk mencapai X tertentu tidak tergantung pada jumlah PFR
yang diseri. Bukti untuk 2 PFR yang diseri:
X X X
dX dX dX
FA FA FA
X rA X rA X rA

Reaksi dengan perubahan fase


Contoh: A(g) + 2B(g) → C(g) + D(g,l)
Tekanan uap D pada suhu T adalah Pv. Jadi, pada suhu reaksi isotermal T, tekanan parsial
produk D (PD) di fase gas akan meningkat sampai tercapai PD = Pv, dimana pengembunan
D mulai terjadi. Pada saat itu, fraksi mol D di fase gas adalah:
P
yD,
PT
Selanjutnya, tekanan parsial D tetap = Pv; dan fraksi mol D tetap = yDe, sehingga setiap
kali tekanan parsial D naik akibat ada D yang terbentuk, D akan mengembun sampai
tekanan parsialnya kembali = Pv. Misalkan umpan mengandung A dan B dengan
FB0=2FA0, maka tabel stoikhiometri untuk reaksi ini adalah:

Tabel Stoikhiometri untuk Reaksi yang disertai Pengembunan


A(g) + 2B(g) → C(g) + D(g,l)
Spesies Umpan Perubahan Sebelum Pengembunan, Setelah Pengembunan,
PD < Pv, PD = Pv,
Tersisa Tersisa
A(g) FA0 −FA0X FA=FA0(1−X) FA=FA0(1−X)
B(g) FB0=2FA0 −2FA0X FB=FA0(2−2X) FB=FA0(2−2X)
C(g) − FA0X FC=FA0X FC=FA0X
D(g) − FA0X FD=FA0X FD=yD,eFT
Total FT0 FT=FA0(3-X) FT=yD,eFT + 3FA0 −2FA0X
atau
2F (1,5 − X )
FT = A 0
1 − y D,e

Contoh Soal 3.6:


Reaksi di atas dijalankan di dalam reaktor alir pada T tetap = 300 K. Pada suhu ini,
tekanan uap jenuh spesies D = 16 kPa (120 mmHg). P tetap = 101,3 kPa (1 atm).
− rA = kCA CB .
a. Hitung X saat D mulai mengembun (=Xc).
b. Tulis persamaan kecepatan reaksi sebagai fungsi X.
c. Tulis persamaan kecepatan molar D fase cair setelah terjadi pengembunan.

Jawab:
a. Dari tabel stoikhiometri:
F FA 0 X c Xc
y D ,e = D = =
FT FA 0 (3 − X c ) 3 − X c
P 16
y D ,e = vD = = 0,158
PT 101,3
Jadi: Xc = 0,41.

b. Untuk X<Xc: Tidak ada pengembunan.


Sistem alir isotermal, isobarik, dan tidak ada perubahan fase. Jadi berlaku:

© Budhijanto, Februari 2010


2

C j = CA 0
(Θ j + ν jX )
(1 + εX)
1
ε = y A 0δ = (1 + 1 − 2 − 1) = − 1
3 3
CA = CA0
(1 − X )
;
⎛ 1 ⎞
⎜1 − X ⎟
⎝ 3 ⎠
CB = CA0
(2 − 2X ) = 2C (1 − X )
A0
⎛ 1 ⎞ ⎛ 1 ⎞
⎜1 − X ⎟ ⎜1 − X ⎟
⎝ 3 ⎠ ⎝ 3 ⎠
2
⎛ ⎞
⎜ 1− X ⎟
Jadi: − rA = 2kC A 0 ⎜
2

⎜1− 1 X ⎟
⎜ ⎟
⎝ 3 ⎠
Untuk X>Xc: Pengembunan terjadi.
Karena P dan T tetap, dan perubahan Z diabaikan, maka:
P P0
CT = = = CT0
ZRT Z0 RT0
⎛ F ⎞⎛ P ⎞⎛ T ⎞ ⎛F ⎞ ⎛ 2F (1,5 − X ) (1 − y D,e ) ⎞ (1,5 − X )
v = v 0 ⎜⎜ T ⎟⎟⎜ 0 ⎟⎜⎜ ⎟⎟ = v 0 ⎜⎜ T ⎟⎟ = v 0 ⎜⎜ A 0 ⎟⎟ = v 0
⎝ FT 0 ⎠⎝ P ⎠⎝ T0 ⎠ ⎝ FT 0 ⎠ ⎝ 3FA 0 ⎠ 1,5(1 − y D,e )
FA 0 (1 − X ) ⎛ 1− X ⎞
= 1,5C A 0 (1 − y D ,e )⎜
F
CA = A = ⎟
v v (1,5 − X ) ⎝ 1,5 − X ⎠
1,5(1 − y D ,e )
0

2FA 0 (1 − X ) ⎛ 1− X ⎞
= 3C A 0 (1 − y D ,e )⎜
FB
CB = = ⎟
v v (1,5 − X ) ⎝ 1,5 − X ⎠
1,5(1 − y D ,e )
0

2
⎛ 1− X ⎞
Jadi: − rA = 4,5kC 2
A0 (1 − y )
D ,e
2
⎜ ⎟
⎝ 1,5 − X ⎠

c.Setelah terjadi pengembunan (X > Xc):


y D ,e
FD (g ) = y D ,e FT = 2FA 0 (1,5 − X )
(1 − y D,e )
y D ,e
FD (l) = total D − FD (g ) = FA 0 X − 2FA 0 (1,5 − X )
(1 − y D,e )
Algoritma Perancangan Reaktor Isotermal
1. Tentukan reaktan pembatas → koefisien reaktan pembatas pada persamaan reaksi
dijadikan 1. Reaktan pembatas dijadikan basis perhitungan.
2. Tulis persamaan kecepatan reaksi sebagai fungsi konsentrasi.
3. Tulis persamaan perancangan yang sesuai dengan jenis reaktor.
4. Nyatakan konsentrasi sebagai fungsi konversi atau variabel yang lain.
5. Gabungkan hasil langkah 1 s/d 4.
6. Selesaikan persamaan yang diperoleh untuk menentukan volum reaktor atau
waktu reaksi.

Contoh soal 4.1:


Reaksi fase gas: 2A → B. k = 10 L/gmol.det. T0 = 500 K. P0 = 8,2 atm. Umpan A
murni. X = 90%. Hitung:
a. t jika dipakai reaktor batch bervolum tetap.

© Budhijanto, Februari 2010


3

b. VCSTR jika FA0 = 5 gmol/det, T dan P tetap.


c. VPFR jika FA0 = 5 gmol/det, T dan P tetap.

Jawab:
Penentuan reaktan pembatas:
Satu-satunya reaktan: A sehingga A adalah reaktan pembatas → A adalah basis
perhitungan.
Persamaan reaksi: A → 0,5B

Persamaan kecepatan reaksi:


− rA = kC 2A

a. Persamaan perancangan Reaktor Batch :


X
dX
t NA
rA V
Persamaan Cj sebagai fungsi X, fase gas dengan V tetap:
(
C j = C A 0 Θ j + ν jX )
ΘA = 1; νA = -1; CA = CA 0 (1 − X) ;
y P
CA0 = A0 0 =
(1)(8,2 atm ) = 0,2 gmol/L
RT0 (0,082 L.atm / gmol.K )(500 K )
Penggabungan hasil penjabaran:
− rA = kC2A = kC2A0 (1 − X) ;
2

X X
dX dX 1 1
t NA CA 1
rA V kCA 1 X kCA 1 X
1 1
    1 4,5 detik
L gmol 1 0,9
10  0,2 
gmol · det. L

b. Persamaan perancangan CSTR :


F X
V = A0
(− rA )exit
Persamaan Cj sebagai fungsi X, fase gas, isotermal, isobarik:
(Θ + ν jX )
C j = CA0 j
(1 + εX )
ε = δyA0 = (0,5 – 1)(1) = -0,5; ΘA = 1; νA = -1; CA = CA 0
(1 − X ) ; C = 0,2 gmol/L
(1 − 0,5X ) A0
Penggabungan hasil penjabaran:

− rA = kCA = kCA 0
2 2 (1 − X)
2
;
(1 − 0,5X )2
FA 0 X FA 0 X(1 − 0,5X ) (5 gmol/det )(0,9)(1 − {0,5}{0,9}) = 340 L
2 2
V= = =
− rA kC A 0 (1 − X ) (10 L/gmol.det )(0,2gmol / L)2 (1 − 0,9)2
2 2

c. Persamaan perancangan PFR :


X dX
V = FA 0 ∫
0 −r
A

Persamaan Cj sebagai fungsi X, fase gas, isotermal, isobarik:

© Budhijanto, Februari 2010


4

CA = CA 0
(1 − X ) ; CA0 = 0,2 gmol/L
(1 − 0,5X )
Penggabungan hasil penjabaran:

− rA = kC2A 0
(1 − X )2 ;
(1 − 0,5X )2
V = FA 0 ∫
X dX
= FA 0 ∫
X (1 − 0,5X ) dX
2
F X (1 − X + 0,25X )dX
2

0 −r
A
0 kC 2 (1 − X )2
A0
= A20
kC A 0 ∫
0 (1 − X )2
Selesaikan sendiri secara numeris

Catatan Tambahan untuk Reaktor Batch


1. Waktu 1 siklus operasi reaktor batch (= tt):
tt = tf + te + tc + tR
dengan:
tf = waktu yang dibutuhkan untuk pemasukan reaktan ke dalam reaktor dan
memulai pengadukan
te = waktu yang dibutuhkan untuk pemanasan reaktan sampai suhu reaksi
tc = waktu yang dibutuhkan untuk pengeluaran campuran hasil reaksi dari dalam
reaktor dan pembersihan reaktor sebelum pemasukan reaktan untuk siklus operasi
berikutnya
tR = waktu reaksi yang dibutuhkan untuk mencapai konversi yang diinginkan
Contoh: Reaktor batch untuk reaksi polimerisasi
tf = 1,5 – 3,0 jam; te = 1,0 – 2,0 jam; tR = 5 – 60 jam; tc = 0,5 – 1,0 jam.
2. Volum reaktor batch dihitung berdasarkan kapasitas produksi yang diinginkan.
Misal: reaksi fase cair: 2A → B. Kapasitas produksi per reaktor adalah NB
gmol B/tahun. Konversi A yang diinginkan adalah X yang dapat dicapai dalam
waktu 1 siklus operasi batch tt jam. Maka:
NB = 0,5NA 0X ; NA 0 = 2 NB X
Jadi kebutuhan A = (2 N B X ) gmol/tahun.

Misal: reaktor beroperasi 330 hari/tahun, 24 jam/hari.


1 tahun = (330)(24) jam operasi = 7920 jam operasi
Jumlah siklus operasi batch = (7920/tt) siklus per tahun.
2N B X
Jumlah umpan A = N A 0,batch = gmol/siklus
7920 t t
⎛ 2NB X ⎞
Volum cairan umpan = ⎜⎜ ⎟⎟ CA 0 mL/siklus.
⎝ 7920 t t ⎠
dengan:
CA0 = konsentrasi A pada umpan, g/gmol.
Reaktor tidak hanya terisi cairan reaktan, tetapi juga pengaduk, baffle, ruang
kosong di atas permukaan cairan, dsb. Misalkan dianggap cairan umpan mengisi
70% dari total volum reaktor batch (VR), maka:
⎛ 2NB X ⎞
⎜⎜ ⎟
⎝ 7920 t t ⎟⎠
VR = mL
0,7CA 0

Penurunan Tekanan di dalam Reaktor


Pengaruh penurunan tekanan:
→ dapat diabaikan pada reaksi fase cair.
→ penting pada reaksi fase gas.

© Budhijanto, Februari 2010


5

Penurunan tekanan akibat dari gesekan dengan:


→ dinding pipa pada PFR
→ dinding pipa dan butir-butir katalis pada PBR.

a. Penurunan tekanan di dalam PBR


Persamaan Ergun:
dP G ⎛ 1 − φ ⎞ ⎡150(1 − φ)μ ⎤
=− ⎜⎜ 3 ⎟⎟ ⎢ + 1,75G ⎥
dz ρg c D p ⎝ φ ⎠ ⎣⎢ Dp ⎦⎥
dengan
P = tekanan, lbf/ft2
volum void
φ = porositas =
volum bed total
 
1−φ=
   
gc = 32,174 lbm.ft/s2.lbf
= 4,17 x 108 lbm.ft/h2.lbf
Dp = diameter partikel di dalam bed, ft
μ = viskositas gas yang mengalir melalui bed, lbm/ft.h
z = panjang sepanjang pipa packed bed, ft
u = kecepatan superfisial = kecepatan volumetris/luas penampang melintang pipa, ft/h
ρ = densitas gas, lb/ft3
G = ρu = kecepatan massa superfisial, (g/cm2.s) atau (lbm/ft2.h)

Parameter yang dipengaruhi P hanyalah ρ.

Persamaan Ergun dituliskan kembali sebagai berikut (lihat penjabarannya di text-book):


dP P ⎛T⎞F
= −β0 0 ⎜⎜ ⎟⎟ T
dz P ⎝ T0 ⎠ FT 0
dengan:
G ⎛ 1 − φ ⎞ ⎡150(1 − φ)μ ⎤
β0 = ⎜⎜ 3 ⎟⎟ ⎢ + 1,75G ⎥
ρ0g c D p ⎝ φ ⎠ ⎣⎢ Dp ⎦⎥
Berat katalis: W = ρb Ac z = ρc Ac z(1 − φ)
dengan: ρb = bulk density katalis
ρc = solid catalyst density
Ac = luas penampang pipa reaktor
Ketiga parameter ini tetap sepanjang pipa reaktor. Dengan demikian, persamaan Ergun
dapat dituliskan menjadi:
dP α P0 ⎛ T ⎞ FT
=− ⎜ ⎟
dW 2 (P / P0 ) ⎜⎝ T0 ⎟⎠ FT 0
dengan:
2β0
α=
ρc A c (1 − φ)P0

Karena:
FT
= 1 + εX
FT 0
dP α P0 ⎛ T ⎞
maka: =− ⎜ ⎟(1 + εX )
dW 2 (P / P0 ) ⎜⎝ T0 ⎟⎠
Untuk reaktor isotermal:

© Budhijanto, Februari 2010


6

dP α P0
=− (1 + εX )
dW 2 (P / P0 )

Kasus khusus: PBR isotermal dengan ε = 0 (juga bisa dipakai sebagai pendekatan untuk
kasus dimana εX << 1).
2 P
dP α P0 2P d(P / P0 ) d(P / P0 )
2
⎛P⎞ W
=− → = −α → = −α → ⎜⎜ ⎟⎟ = − αW 0
dW 2 (P / P0 ) P0 dW dW ⎝ P0 ⎠ P0
2
⎛P⎞ P
= (1 − αW )
12
⎜⎜ ⎟⎟ − 1 = −αW →
⎝ P0 ⎠ P0

b. Penurunan tekanan di dalam PFR


Persaman penurunan tekanan di dalam pipa kosong:
dP du 2fG 2
= −G −
dL dL ρD
dengan
D = diameter pipa, cm
u = kecepatan gas rata-rata, cm/s
f = Fanning friction factor = fungsi dari bilangan Reynolds (= GD/μ, dengan μ adalah
viskositas gas) dan kekasaran pipa
ρ = densitas gas, g/cm3
G = ρu = kecepatan massa gas per luas penampang aliran, g/cm2.s
L = panjang pipa, cm
P = tekanan gas, g.cm/s2.cm2 = dyne/cm2

Untuk reaktor isotermal, ε = 0 (juga εX<<1), f dianggap tetap, dan P = P0 pada L = 0,


hasil integrasi persamaan ini:
⎛ P02 − P 2 ⎞ P ⎡ 2fL ⎛ P ⎞⎤
⎜⎜ ⎟⎟ = G 2 0 ⎢ − ln⎜⎜ ⎟⎟⎥
⎝ 2 ⎠ ρ0 ⎣ D ⎝ P0 ⎠⎦
Apabila suku kedua pada ruas kanan persamaan diabaikan, diperoleh:
⎛ P02 − P 2 ⎞
= (1 − α p V )
P 2fL P 12
⎜⎜ ⎟⎟ = G 2 0 →
⎝ 2 ⎠ ρ0 D P0
dengan
V = volum PFR = LAc
4fG 2
αp =
ρ0 P0 DA c

Contoh soal 4.6:


Oksidasi etilen dengan udara pada fase gas di dalam sebuah PBR. Persamaan reaksinya:

Umpan etilen 0,30 lbmol/s pada tekanan 10 atm. Umpan oksigen sesuai kebutuhan
stoikhiometrisnya. PBR beroperasi isotermal pada suhu 260°C. PBR terdiri atas 1000
pipa yang terisi penuh dengan katalis. Ukuran pipa 1,5 in Schedule No. 40 (OD = 1,90 in;
ID = 1,610 in). Sifat-sifat campuran gas dianggap sama dengan udara pada T dan P
reaksi. Diameter partikel katalis 0,25 in dengan true density 120 lb/ft3 dan bed void
fraction 0,45. Persamaan kecepatan reaksinya adalah:

© Budhijanto, Februari 2010


7

− rA' = kPA1 3 PB2 3 lbmol/lb kat⋅j


dengan
lbmol
k = 0,0141 pada 260°C.
atm ⋅ lb kat ⋅ j
Hitunglah berat katalis yang diperlukan untuk mencapai konversi 60%.

Jawab:
Penentuan reaktan pembatas: Umpan sesuai perbandingan stoikhiometris. Jadi reaktan
pembatas yang dijadikan basis perhitungan dapat dipilih A atau B (sama saja). Dipilih
reaktan pembatasnya adalah A.
Persamaan kecepatan reaksi sebagai fungsi konsentrasi reaktan:
− rA' = kPA1 3PB2 3 = k (CA RT ) (CB RT ) = kRTC1A3C2B 3
13 23

dX
Persamaan perancangan PBR : FA0 = −rA'
dW
Persamaan konsentrasi sebagai fungsi konversi fase gas dengan suhu tetap:
(Θ + ν jX ) ⎛⎜ P ⎞⎟
C j = CA 0 j
(1 + εX ) ⎜⎝ P0 ⎟⎠
Umpan A dan B sesuai perbandingan stoikhiometrisnya. Jadi ΘB = 0,5; νB = −0,5.

CA = CA 0
(1 − X ) ⎛⎜ P ⎞⎟
(1 + εX ) ⎜⎝ P0 ⎟⎠
CB = CA 0
(0,5 − 0,5X ) ⎛⎜ P ⎞⎟
(1 + εX ) ⎜⎝ P0 ⎟⎠
Penggabungan hasil penjabaran:
13 23

− r = kRTC C
' 13 23

= kRT ⎢C A 0
(1 − X ) ⎛⎜ P ⎞⎟⎤ ⎡C 1 (1 − X ) ⎛⎜ P ⎞⎟⎤
A A B
⎣ (1 + εX ) ⎜⎝ P0 ⎟⎠⎥⎦ ⎢⎣ A 0 2 (1 + εX ) ⎜⎝ P0 ⎟⎠⎥⎦
23
⎛ 1 ⎞ ⎛ 1 − X ⎞⎛⎜ P ⎞⎟
− r = kCA 0 RT⎜ ⎟ ⎜
'

⎝ 2 ⎠ ⎝ 1 + εX ⎠⎜⎝ P0 ⎟⎠
A

Reaktor isotermal: CA 0 RT = CA 0 RT0 = PA 0 . Jadi:


23
⎛ 1 ⎞ ⎛ 1 − X ⎞⎛⎜ P ⎞⎟
− r = kPA 0 ⎜ ⎟ ⎜
'

⎝ 2 ⎠ ⎝ 1 + εX ⎠⎜⎝ P0 ⎟⎠
A

23
dX ⎛ 1 ⎞ ⎛ 1 − X ⎞⎛⎜ P ⎞⎟
FA 0 = kPA 0 ⎜ ⎟ ⎜ ⎟
dW ⎝ 2 ⎠ ⎝ 1 + εX ⎠⎜⎝ P0 ⎟⎠
dW 22 3 FA 0 ⎛ 1 + εX ⎞
= ⎜ ⎟ (1)
dX kPA 0 y ⎝ 1 − X ⎠
dengan
y = P P0 (2)
Persamaan pressure drop PBR isotermal:
dP α P0
=− (1 + εX )
dW 2 (P / P0 )
dP dP dW
=
dX dW dX
α FA 0 (1 + εX )
2
dy
= − 13 (3)
dX 2 kPA 0 (1 − X )y 2
dengan

© Budhijanto, Februari 2010


8

2β0
α= (4)
ρc A c (1 − φ)P0
G ⎛ 1 − φ ⎞ ⎡150(1 − φ )μ ⎤
β0 = ⎜⎜ 3 ⎟⎟ ⎢ + 1,75G ⎥ (5)
ρ0g c D p ⎝ φ ⎠ ⎣⎢ Dp ⎦⎥
Data per tube:
Etilen: FA0 = (0,3/1000) lbmol/s = 3⋅10−4 lbmol/s = 1,08 lbmol/j
Oksigen: FB0 = 0,5FA0 = 0,54 lbmol/j
0,79
Inerts = N2 = I: FI = 0,54 lbmol/j = 2,03 lbmol/j
0,21
Total: FT0 = FA0 + FB0 + FI = 3,65 lbmol/j
FA 0 1,08
yA 0 = = = 0,30
FT 0 3,65
ε = yA 0δ = 0,3(1 − 0,5 − 1) = −0,15
PA0 = yA0P0 = 0,3(10 atm) = 3,0 atm
k = 0,0141 lbmol/atm⋅lb kat⋅j.
Etilen: m
& A 0 = (1,08 lbmol/j)(28 lb/lbmol) = 30,24 lb/j
Oksigen: m
& B0 = (0,54 lbmol/j)(32 lb/lbmol) = 17,28 lb/j
Inerts = N2 = I: m
& I = (2,03 lbmol/j)(28 lb/lbmol) = 56,84 lb/j
Total: & T0 = m
m & A0 + m
& B0 + m
& I = 104,36 lb/j
2
π π ⎛ 1,610 ⎞ 2
A c = ID 2 = ⎜ ft ⎟ = 0,01414 ft
4 4 ⎝ 12 ⎠
m
&
G = T 0 = 7380,5 lb/j⋅ft2
Ac

Sifat fisis udara pada 260°C dan 10 atm,


μ = 0,0673 lbm/ft⋅j
ρ0 = 0,413 lbm/ft3

Dp = 0,25 in = 0,0208 ft
gc = 4,17⋅108 lbm⋅ft/lbf⋅j2
φ = 0,45
ρc = 120 lb/ft3

7380,5 ⎛ 1 − 0,45 ⎞ ⎡150(1 − 0,45)0,0673 ⎤


β0 = ⎜ 3 ⎟⎢
+ 1,75(7380,5)⎥ = 163,9 lbf/ft3
( 8
)
0,413 4,17 ⋅ 10 0,0208 ⎝ 0,45 ⎠ ⎣ 0,0208 ⎦
β0 = 0,0774 atm/ft
2β0 2(0,0774)
α= = = 0,0166/lb kat
ρc A c (1 − φ)P0 120(0,01414)(1 − 0,45)10

Persamaan (1) dan (3) diselesaikan dengan boundary conditions:


X = 0 → W = 0; y = P0/P0 = 1,0

Ditanyakan:
X = 0,6 → W = ?

Penyelesaian numeris dengan cara Runge Kutta (Review/pelajari sendiri metode numeris
ini dari buku-buku, seperti Perry, dsb.)

© Budhijanto, Februari 2010


9

Penyelesaian dengan MATLAB


menghasilkan: W = 44,3454 lb kat per pipa
Total kebutuhan katalis = 44345,4 lb kat

Jika pressure drop diabaikan (y = 1 = tetap):


W = 35,2138 lb kat per pipa
Total kebutuhan katalis = 35213,8 lb kat

Membrane Reactors
Contoh kasus:
RB

Membran

FA FA
A B+C FB
FB FC

Membran

RB

Neraca massa A dan C:


dFA dFC
= rA ; = rC
dV dV
Neraca massa B:
dFB
= rB − R B
dV
dengan:
RB = kecepatan molar B secara difusi melalui membrane per satuan volum
reaktor. Contoh: RB = kcCB, dengan kc = koefisien transfer massa B melalui membrane.

Recycle Reactors (Levenspiel, 2 ed., pp. 144-156)

Jika tidak ada reaksi di dalam reaktor:


v1 ' = (R + 1)v0
FA 0 ' = (R + 1)FA 0 = CA0 v1 '
Konversi di dalam PFR:
FA = FA0 ' (1 − XA )
Isotermal, isobarik:
v1 = v1 ' (1 + εX A1 ) ; v 2 = v1 ' (1 + εX A 2 )
F '−F C v '−C v ' (1 + εX A1 )
X A1 = A 0 A1 = A 0 1 A1 1
FA 0 ' CA 0 v1 '
1 − (CA1 CA 0 )
X A1 =
1 + (εCA1 CA 0 )
Analog:

© Budhijanto, Februari 2010


10

1 − (CA 2 CA 0 ) 1 − (CAf CA 0 )
XA2 = =
1 + (εCA 2 CA 0 ) 1 + (εCAf CA 0 )

Konversi overall:
FAf = FA0 (1 − XAf )
vf = v0 (1 + εXAf )
Analog:
1 − (CAf CA 0 )
X Af = = XA2
1 + (εCAf CA 0 )
Kemudian:
F F +F F + RFAf
CA1 = A1 = A 0 A 3 = A 0
v1 v 0 + v3 v0 + Rvf
Persamaan CA1, FAf, dan vf digabung:
⎛ 1 + R − RX Af ⎞
CA1 = CA 0 ⎜⎜ ⎟⎟
⎝ 1 + R + R εX Af ⎠

Disubstitusikan ke persamaan XA1, didapat:


RX Af
X A1 =
R +1
Neraca massa A:
dFA dX V X A 2 dX
= −FA 0 ' A = rA → =∫ A
dV dV FA 0 ' X A 1 − rA
Persamaan-persamaan di atas digabung:
V dX A
= (R + 1)∫RX
X Af

FA 0 R +1 − rA
Af

Dapat dibuktikan sendiri:


1. Jika ε = 0 (tidak ada perubahan densitas):
VC A 0 dC A
= −(R + 1)∫CA 0 + RC Af
C Af

FA 0 R +1 − rA
2. Jika R = 0:
V X Af dX
=∫ A
→ plug flow
FA 0 0 − rA
3. Jika R = ∞:
V X
= Af → mixed flow
FA 0 − rAf

R optimum: R yang memberikan V minimum atau τ minimum.


V V τ X Af (R + 1)
= = = ∫RXAf dX A
FA 0 v 0C A 0 C A 0 R +1 − rA
d (τ C A 0 )
=0
dR R optimum
Rumus Leibniz:
b (R )
F(R ) = ∫ f (X, R )dX
a (R )

dF b ( R )∂f (X, R ) db da
=∫ dX + f (b, R ) − f (a, R )
dR a ( R ) ∂R dR dR

© Budhijanto, Februari 2010


11

d(τ C A 0 ) R +1 ⎛ 1 R ⎞
1
(0) − R + 1
X Af
= 0 = ∫RXAf dX A + ⎜⎜ − ⎟X
2 ⎟ Af
dR R +1 − rA − rA X − rA X = RXAf
Af Ai
⎝ R + 1 (R + 1) ⎠
R +1
X Af 1 1 ⎛ 1 ⎞
∫RX Af
R +1 − rA
dX A = ⎜ ⎟X Af
− rA X ⎝ R + 1 ⎠
Ai

Karena:
V V τ X Af (R + 1)
= = = ∫RXAf dX A
FA 0 v 0C A 0 C A 0 R +1 − rA
Jadi pada R optimum:
V τ 1
= = X Af
FA 0 C A 0 − rA X
Ai

Bentuk lain:
RX Af
X Ai = X A1 =
R +1
RX Af X
X Af − X Ai = X Af − = Af
R +1 R +1
Jadi:
X Af 1 1 ⎛ 1 ⎞ X − X Ai
∫RX Af
R +1 − rA
dX A = ⎜ ⎟X Af = Af
− rA X ⎝ R + 1 ⎠ − rA X
Ai Ai

atau
1
X Af

1 ∫ − rA
X Ai
dX A
=
− rA X X Af − X Ai
Ai

Pelajari sendiri Ex. 7, Levenspiel, 2 ed., p. 155

Steady-State Nonisothermal Reactor Design


Apabila reaktor beroperasi secara non-isotermal, tambahan informasi apa lagi yang
diperlukan ?
→ Diperlukan T = f1(X) atau T = f2(V). Persamaan ini diperoleh dari neraca energi.

Neraca Energi
Hukum Termodinamika I untuk open system (ada aliran massa melewati batas sistem):
&
Q
n n
∑ E i Fi dÊsys ∑ Ei Fi
i =1 in dt i =1 out

&
W

© Budhijanto, Februari 2010


12

   
 
   
   

                 
               
             
             

   
   
     
     
 
dÊ sys n n

dt
=Q & +
& − W
∑ E i Fi
i =1
− ∑E F
i =1
i i
in out

W& = flow work + other work


Flow work = kerja yang diperlukan untuk memasukkan massa masuk ke dalam dan
n n
keluar sistem = ∑ F PV
i =1
i i − ∑ Fi PVi
i =1
out in

dengan
P = tekanan; Vi = volum spesifik spesies i.
Other work = shaft work = W&
s

Ei = jumlah energi internal (Ui), energi kinetik ( u i2 2 ), energi potensial ( gzi ), dan
energi-energi yang lain, seperti energi listrik, magnet, cahaya, dsb.
Di dalam hampir semua reaktor kimia, E i ≈ U i . Maka:
dÊ sys n
& + F (U + PV ) − F (U + PV )
n

s ∑ i ∑i i i
& −W
=Q i i
dt i =1 in i =1 out
Definisi entalpi (Hi):
H i = U i + PVi

Persamaan Umum Neraca Energi:


dÊ sys & & n n
= Q − Ws + ∑ Fi 0 H i 0 − ∑ Fi H i
dt i =1 i =1
Subscript ”0” → kondisi inlet; tidak ada subscript → kondisi outlet.
Pada steady state:
n n
& + ∑F H − ∑FH = 0
& −W
Q s i0 i0 i i
i =1 i =1
Untuk persamaan reaksi umum:
b c d
A+ B→ C+ D
a a a
dengan
Fi = FA0 (Θi + υi X) ;
i = A, B, C, D, I (= inert)
maka

© Budhijanto, Februari 2010


13

n n

∑F H
i =1
i0 i0 − ∑ Fi H i = FA 0 H A 0 + FA 0Θ B H B0 + FA 0Θ C H C 0 + FA 0Θ D H D 0 + FA 0Θ I H I0
i =1

⎛ b ⎞ ⎛ c ⎞ ⎛ d ⎞
− FA 0 (1 − X )H A − FA 0 ⎜ Θ B − X ⎟H B − FA 0 ⎜ Θ C + X ⎟H C − FA 0 ⎜ Θ D + X ⎟H D − FA 0Θ I H I
⎝ a ⎠ ⎝ a ⎠ ⎝ a ⎠
= FA 0 [(H A 0 − H A ) + (H B0 − H B )Θ B + (H C0 − H C )ΘC + (H D 0 − H D )Θ D + (H I 0 − H I )Θ I ] −
⎛d c b ⎞
⎜ H D + H C − H B − H A ⎟FA 0 X
⎝a a a ⎠
dengan
∆HR ,T HD,T HC,T HB,T HA,T
= panas reaksi pada suhu T (joule per mol A yang bereaksi)
Jadi:
n n n

∑ Fi0Hi0 − ∑ Fi Hi = FA 0 ∑ Θi (Hi0 − Hi ) − ΔH Rx ,T FA 0X
i =1 i =1 i =1

Persamaan Neraca Energi Steady State:


n

A 0 ∑ Θ i (H i 0 − H i ) − ΔH Rx ,T FA 0 X = 0
& −W
Q & +F
s
i =1
Persamaan entalpi molal spesies i pada T dan P tertentu (dengan mengabaikan panas
pencampuran):
Hi = Hio,TR + ΔHQi
dengan
H io,TR = entalpi pembentukan spesies i pada TR
ΔH Qi = perubahan entalpi spesies i sebagai akibat perubahan suhu dari TR ke T.
Jika pada perubahan suhu TR ke T tidak terjadi perubahan fase, maka:
T
Hi = Hoi ,TR + ∫ Cpi dT
TR

Jika terjadi perubahan fase, misal pada suhu TR, fase spesies i adalah padat dengan
entalpi pembentukan Hoi,TR ; dan pada suhu T, fase spesies i adalah gas, maka:
Tm Tb T
H i = Hoi ,TR + ∫ C psi dT + ΔH mi,Tm + ∫ C plidT + ΔH vi,Tb + ∫ C pvidT
TR Tm Tb

dengan:
Cpsi = kapasitas panas spesies i fase padat
ΔHmi,Tm = panas peleburan spesies i pada suhu Tm
Cpli = kapasitas panas spesies i fase cair
ΔHvi,Tb = panas penguapan spesies i pada suhu Tb
Cpvi = kapasitas panas spesies i fase uap/gas

Jika pada perubahan suhu inlet Ti0 ke suhu outlet T tidak terjadi perubahan fase, maka:
H i − H i 0 = ⎡H oi ,TR + ∫ C pi dT ⎤ − ⎡H oi ,TR + ∫ C pi dT ⎤ = ∫ C pi dT
T Ti 0 T

⎢⎣ TR ⎥⎦ ⎢⎣ TR ⎥⎦ Ti 0

Jadi, Persamaan Neraca Energi Steady State, tanpa perubahan fase:


n
& − F ∑ T Θ C dT − ΔH F X = 0
& −W
Q s A0 ∫ i pi Rx ,T A 0
i =1
Ti 0

Demikian juga:

© Budhijanto, Februari 2010


14

d c b
ΔH Rx,T = H D,T + HC,T − H B,T − H A,T
a a a
d⎡ o c b
H D ,TR + ∫ C pD dT ⎤ + ⎡H oC,TR + ∫ C pC dT ⎤ − ⎡H oB,TR + ∫ C pB dT ⎤ − ⎡H oA ,TR + ∫ C pA dT ⎤
T T T T
=
a ⎢⎣ TR ⎥⎦ a ⎢⎣ TR ⎥⎦ a ⎢⎣ TR ⎥⎦ ⎢⎣ TR ⎥⎦
T
= ΔHoRx ,TR + ∫ ΔCpdT
TR

dengan
d c b
ΔHoRx,TR = HoD,TR + HoC,TR − HoB,TR − HoA,TR
a a a
d c b
ΔCp = CpD + CpC − CpB − CpA
a a a
Cpi = αi + βiT + γ iT 2

Data: Hoi,TR dengan TR = 25°C dan Cpi,T tersedia di berbagai handbooks (misal: Perry).

Dengan demikian,
Persamaan Neraca Energi Steady State, tanpa perubahan fase dapat pula dituliskan
sebagai berikut:
n
& − F ∑ T Θ C dT − ⎡ΔH o + ∫ ΔC p dT ⎤ FA 0 X = 0
T
& −W
Q s A0 ∫T
i =1 i 0
i pi ⎢⎣ Rx , TR TR ⎥⎦

&
Kalor yang ditambahkan ke reaktor, Q
CSTR:

Q& = UA[(Ta1 − T ) − (Ta 2 − T )] = UA(Ta1 − Ta 2 )


ln[(Ta1 − T ) (Ta 2 − T )] ln[(Ta1 − T ) (Ta 2 − T )]
dengan
Q& = kalor yang ditransfer dari pemanas ke reaktan
U = koefisien transfer panas overall
A = luas perpindahan panas
Ta1, Ta2 = suhu pemanas masuk, keluar
T = suhu reaktan
Misal:
m& H = kecepatan massa pemanas
CpH = kapasitas panas pemanas
maka:
UA(Ta1 − Ta 2 )
Q& =m & H C PH (Ta1 − Ta 2 ) =
ln[(Ta1 − T ) (Ta 2 − T )]
Persamaan ini dapat disusun kembali untuk memperoleh persamaan untuk Ta2.
⎛ − UA ⎞
Ta 2 = T + (Ta1 − T )exp⎜⎜ ⎟⎟
m& C
⎝ H PH ⎠
& , diperoleh:
Substitusi persamaan ini ke persamaan Q
⎧ ⎛ − UA ⎞⎫
Q & H C pH (Ta1 − T )⎨1 − exp⎜⎜
& =m ⎟⎟ ⎬
⎩ ⎝m& H C PH ⎠⎭

© Budhijanto, Februari 2010


15

⎛ − UA ⎞
& H besar: exp⎜
Jika m ⎟ ≈ 1 − UA
⎜m ⎟
⎝ & H C pH ⎠ m& H C pH
sehingga:
& = UA (T − T )
Q a1

& H besar, Ta1 ≈ Ta 2 ≈ Ta ; dan: Q& = UA (Ta − T )


Arti fisisnya: Jika m

PFR/PBR:

T dan Ta berubah sepanjang reaktor, sehingga fluks kalor juga berubah sepanjang reaktor.
dQ&
Untuk PFR: = Ua (Ta − T )
dV
dQ& Ua
Untuk PBR: = (Ta − T )
dW ρb
dengan
πDL 4
a = luas perpindahan panas per unit volum reaktor = =
(π 4 )D L D
2

ρb = bulk density katalis

Nonisothermal CSTR
CSTR dikatakan beroperasi isotermal jika suhu umpan sama dengan suhu reaktan di
dalam reaktor.

Contoh soal: Adiabatic CSTR


Propilen glikol diperoleh dari hidrolisis propilen oksid menurut persamaan reaksi:

Tersedia sebuah CSTR dengan kapasitas 300 gallon, yang akan dioperasikan secara
adiabatik. Umpan 1 adalah larutan propilen oksid (A) di dalam pelarut methanol (M)
dengan data sebagai berikut.
FA0 = 2500 lb/j = 43,04 lbmol/j; vA0= 46,62 ft3/j.
FM0 = 71,87 lbmol/j; vM0= 46,62 ft3/j.
Umpan 2 adalah larutan 0,1 % berat H2SO4 di dalam air (B) dengan data sebagai berikut.
FB0 = 802,8 lbmol/j; vB0 = 233,1 ft3/j.
Sebelum masuk reaktor, kedua umpan dicampur. Kontraksi volum selama pencampuran
diabaikan. Suhu larutan setelah pencampuran adalah 75°F.
Persamaan kecepatan reaksinya adalah:
− rA = kCA
dengan
k = Ae − E / RT
A = 16,96⋅1012 j-1
E = 32400 Btu/lbmol
R = 1,987 Btu/lbmol⋅°R
Untuk mencegah penguapan propilen oksid yang berlebihan, suhu reaksi tidak boleh
melebihi 125°F.
Pertanyaan:

© Budhijanto, Februari 2010


16

Dapatkah CSTR yang tersedia digunakan untuk proses ini? Jika dapat, berapakah
konversi propilen oksid?
Jawab:
1. Persamaan perancangan untuk CSTR:
F X
V = A0
− rA
2. Persamaan kecepatan reaksi (fase cair: volum tetap) :
− rA = kC A = kC A 0 (1 − X )
3. Kombinasi kedua persamaan :
FA 0X v0 X
V= =
kCA 0 (1 − X ) k (1 − X )
τk τAe− E / RT
X= = (1)
1 + τk 1 + τAe−E / RT
dengan
τ = V v0
4. Neraca energi :
Adiabatik: Q& = 0
Energi yang diberikan oleh pengaduk diabaikan: W & =0
s

Kapasitas panas setiap spesies dapat dianggap tetap, yaitu:


CpA = 35 Btu/lbmol⋅°F; CpB = 18 Btu/lbmol⋅°F;
CpC = 46 Btu/lbmol⋅°F; CpM=19,5 Btu/lbmol⋅°F;
Dengan demikian:
[ ]
n
− FA 0 ∑ Θi Cpi (T − Ti 0 ) − ΔH oRx (TR ) + ΔCp (T − TR ) FA 0 X = 0
i =1
n

∑ Θ C (T − T )
i pi i0
X= i =1
(2)
[
− ΔH (TR ) + ΔCp (T − TR )
o
Rx ]
5.Perhitungan :
Data literatur:
TR = 68°F = 528°R; Ti0 = 75°F = 535°R
( )
H oA 68o F = −66600 Btu/lbmol;
H (68 F) = −123000 Btu/lbmol;
o
B
o

H (68 F) = −226000 Btu/lbmol;


o
C
o

ΔH (68 F ) = H (68 F) − H (68 F ) − H (68 F ) = −36400 Btu / lbmol A


o
Rx
o o
C
o o
B
o o
A
o

ΔCp = CpC − CpB − CpA = −7 Btu/lbmol⋅°F


v 0 = v A 0 + v M 0 + v B0 = 326,3 ft3/j
V = 300 gal = 40,1 ft3
τ = V v0 = 0,1229 j
F F F
ΘM = M 0 = 1,67 ; ΘB = B0 = 18,65 ; ΘC = C 0 = 0 ;
FA 0 FA 0 FA 0
Asam sulfat diabaikan dalam perhitungan karena jumlahnya yang sedikit.
n

∑Θ C
i =1
i pi = C pA + Θ B C PB + Θ M C pM = 403,3 Btu/lbmol⋅°F

A = 16,96⋅1012 j-1
E = 32400 Btu/lbmol
R = 1,987 Btu/lbmol⋅°R

© Budhijanto, Februari 2010


17

Dengan data-data ini, persamaan (1) dan (2) dapat diselesaikan. Ternyata hanya ada satu
penyelesaian, yaitu (penyelesaian dengan MATLAB):
T = 613.66°R; X = 0,86
Karena suhu reaksi harus tetap di bawah 125°F (= 585°R), maka CSTR adiabatik ini
tidak dapat digunakan untuk reaksi ini.

Contoh soal: CSTR dengan pendingin koil


Soal masih sama seperti di atas, hanya sekarang dipasang koil pendingin di dalam
reaktor. Luas transfer panas koil = 40 ft2, dengan koefisien transfer panas overall = 100
Btu/j⋅ft2⋅°F. Sebagai pendingin dipakai air dalam jumlah yang banyak sehingga suhu air
dapat dianggap tetap = 85°F. Apakah sekarang CSTR dapat digunakan untuk proses ini?
Jawab:
Yang berubah dari penyelesaian di atas adalah neraca energi, karena untuk kasus ini:
& = UA (T − T )
Q a

Jadi:
n
UA coil (Ta − T ) − FA 0 ∑ ∫ Θi C pi dT − ⎡ΔH oRx ,TR + ∫ ΔC p dT ⎤ FA 0 X = 0
T T

T
i =1 i 0
⎢⎣ TR ⎥⎦
Seperti pada penyelesaian contoh soal di atas, persamaan ini dapat disederhanakan
menjadi:
UAcoil (Ta − T ) n
FA 0
[ ]
− ∑ Θi C pi (T − Ti 0 ) − ΔH oRx ,TR + ΔC p (T − TR ) X = 0
i =1

UA coil (Ta − T ) n
− ∑ Θi C pi (T − Ti 0 )
FA 0
X= i =1

ΔH oRx (TR ) + ΔC p (T − TR )
Selain data di atas, tambahan data adalah:
Acoil = 40 ft2; U = 100 Btu/j⋅ft2⋅°F;
Ta = 85°F = 545°R

Penyelesaian dengan MATLAB:


T = 563,72°R = 103,72°F (<125°F; memenuhi syarat); X = 0,3635

Nonisothermal PFR/PBR
Pada umumnya, kerja yang dilakukan oleh atau diberikan ke sistem dapat diabaikan pada
perancangan reaktor alir pipa.

Contoh soal: Adiabatic PFR


Reaksi isomerisasi n-butan menjadi isobutan akan dilakukan di dalam sebuah PFR.
Reaksi berlangsung secara adiabatik pada fase cair bertekanan tinggi. Katalis yang
digunakan berwujud cair dan tercampur dengan campuran reaktan. Pada 360 K, k = 31,1
j-1. Umpan terdiri atas 90 % mol n-butan dan 10 % mol i-pentan (yang dapat dianggap
sebagai inert). Total umpan adalah 100000 gal/hari (163 kmol/j) dengan suhu 330 K.
Data lain yang tersedia:
Reaksi:

ΔHRx = -6900 J/mol butan


Butan: CpA = CpB = 141 J/mol⋅K
Inert (i-pentan): CpI = 161 J/mol⋅K
E = 65,7 kJ/mol
KC = tetapan keseimbangan reaksi = 3,03 pada 60°C
CA0 = 9,3 gmol/L = 9,3 kmol/m3.
Hitung: VPFR untuk mencapai konversi 70%.

© Budhijanto, Februari 2010


18

Jawab:
1. Persamaan perancangan untuk PFR:
dX
FA 0 = −rA
dV
2. Persamaan kecepatan reaksi (fase cair: volum tetap) :
⎛ C ⎞ ⎛ C X⎞ ⎡ ⎛ 1 ⎞ ⎤
− rA = k⎜⎜ CA − B ⎟⎟ = k⎜⎜ CA 0 (1 − X ) − A 0 ⎟⎟ = kCA 0 ⎢1 − ⎜⎜1 + ⎟⎟X⎥
⎝ KC ⎠ ⎝ KC ⎠ ⎣ ⎝ K C ⎠ ⎦
3. Kombinasi kedua persamaan :
dX kC A 0 ⎡ ⎛ 1 ⎞ ⎤
= ⎢1 − ⎜⎜1 + ⎟X ⎥ (1)
dV FA 0 ⎣ ⎝ K C ⎟⎠ ⎦
dengan
⎡ E ⎛ 1 1 ⎞⎤
⎢ ⎜⎜ − ⎟⎟ ⎥
⎢⎣ R ⎝ T1 T ⎠ ⎥⎦
k = k T1 e (2)
Karena ΔCp = CpB − CpA = 0 , berlaku
⎡ ΔH ⎛ 1 1 ⎞ ⎤
⎢ ⎜⎜ − ⎟⎟ ⎥
⎣⎢ R ⎝ T2 T ⎠ ⎦⎥
K C = K C,T2 e (3)1
4. Neraca energi :
Adiabatik: Q& = 0
& =0
Tidak ada kerja yang dilakukan atau diberikan: Ws

ΔCp = 0 → ΔH Rx (T ) = ΔH oRx (TR ) = tetap = ΔH Rx


Dengan demikian:
n
− FA 0 ∑ Θi C pi (T − Ti 0 ) − ΔH Rx FA 0 X = 0
i =1
n
(T − T0 )∑ ΘiCpi = (− ΔH Rx )X
i =1

T = T0 +
(− ΔH Rx )X (4)
n

∑Θ C
i =1
i pi

5.Perhitungan :
Data:
CA0 = 9,3 kmol/m3; FA0 = 0,9(163 kmol/j) = 146,7 kmol/j;
T1 = 360 K; k T1 = 31,1 j-1; E = 65700 J/mol;
R = 8,3144 J/mol⋅K;
T2 = (60 + 273,16) K = 333,16 K; K C,T2 = 3,03; ΔHRx = -6900 J/mol butan
T0 = 330 K;
F F 1
ΘB = B0 = 0 ; ΘI = I 0 = ;
FA 0 FA 0 9
n

∑Θ C
i =1
i pi = CpA + Θ BCPB + Θ ICpI = 158,9 J/mol⋅K

Perlu dicek juga bahwa X tidak melampaui Xe (konversi keseimbangan).


Pada keseimbangan:
⎡ ⎛ 1 ⎞ ⎤
− rA = kC A 0 ⎢1 − ⎜⎜1 + ⎟⎟ X e ⎥ = 0
⎣ ⎝ KC ⎠ ⎦

1
Pelajari Appendix C

© Budhijanto, Februari 2010


19

KC
Xe = (5)
1 + KC

Dengan data-data ini, persamaan (1) s/d (5) dapat diselesaikan. Penyelesaian dengan
MATLAB:

V = 2,49 m3; Tout = 360,4 K;


X = 0,7 < Xe = 0,7151

Steady-state Tubular Reactor, Non-Adiabatic


Asumsi: tidak ada gradient konsentrasi dan suhu ke arah radial di dalam reaktor.
Karena W & = 0 , maka:
s
n
⎡ o ⎤
A 0 ∑ ∫ Θ i C pi dT − ⎢ ΔH Rx (TR ) + ∫ ΔC p dT ⎥ FA 0 X = 0
T T
& −F
Q
i =1
Ti 0 ⎣ TR ⎦

Persamaan ini dideferensialkan terhadap V (Review sendiri rumus Leibnitz untuk


differensial dari integral). Diperoleh
dQ& ⎛ n ⎞ dT ⎛ o dX
− FA 0 ⎜ ∑ Θi C pi + XΔC p ⎟ − ⎜ ΔH Rx (TR ) + ∫ ΔC p dT ⎞⎟FA 0
T
=0
dV ⎝ i=1 ⎠ dV ⎝ TR ⎠ dV

Persamaan umum neraca mol reaktan A di PFR:


dX
FA 0 = −rA
dV
Telah dijabarkan di depan:
&
dQ
= Ua (Ta − T )
dV
Jadi:
⎛ n ⎞ dT ⎛ o
Ua (Ta − T ) − FA 0 ⎜ ∑ Θi C pi + XΔC p ⎟ − ⎜ ΔH Rx (TR ) + ∫ ΔC p dT ⎞⎟(− rA ) = 0
T

⎝ i=1 ⎠ dV ⎝ TR ⎠
Ua (Ta − T ) − ⎛⎜ ΔH oRx (TR ) + ∫ ΔCp dT ⎞⎟(− rA )
T

dT ⎝ TR ⎠
=
dV ⎛ n

FA 0 ⎜ ∑ Θi Cpi + XΔCp ⎟
⎝ i=1 ⎠

Contoh soal: PFR dengan pemanas


Reaksi fase gas peruraian aseton menjadi ketene dan metana ditunjukkan oleh persamaan
reaksi berikut ini.
CH3COCH3 → CH2CO + CH4
A → B + C
Kecepatan reaksi berorder satu terhadap A dengan tetapan kecepatan reaksi mengikuti
persamaan sebagai berikut.
34222
ln k = 34,34 −
T
k dalam detik-1; dan T dalam K. Reaksi akan dijalankan di dalam sebuah PFR dengan
umpan A 8000 kg/j. Reaktor terdiri atas 1000 buah pipa dengan ukuran 1 inch Sch. 40 di
dalam shell. Suhu dan tekanan umpan adalah 1035 K dan 162 kPa (1,6 atm). Gambarlah
suhu dan konversi sepanjang reaktor, jika di dalam shell dialirkan pemanas dengan suhu
konstan 1150 K. Koefisien transfer panas overall = U = 110 J/m2⋅detik⋅K
Jawab:
1. Neraca mol:
dX − rA
=
dV FA 0

© Budhijanto, Februari 2010


20

2. Persamaan kecepatan reaksi:


− rA = kCA
3. Stoikhiometri: reaksi fase gas tanpa pressure drop
C (1 − X ) T0
CA = A 0
(1 + εX ) T
ε = y A 0δ = 1(1 + 1 − 1) = 1
4. Kombinasi (1) s/d (3):
dX k (1 − X ) T0
=
dV v0 (1 + X ) T

− rA = kCA 0
(1 − X ) T0
(1 + X ) T
F
dengan: v0 = A 0
CA 0
5. Neraca Energi:
Ua (Ta − T ) − ⎛⎜ ΔH oRx (TR ) + ∫ ΔCp dT ⎞⎟(− rA )
T

dT ⎝ TR ⎠
=
dV ⎛ n

FA 0 ⎜ ∑ Θi Cpi + XΔCp ⎟
⎝ i=1 ⎠
6. Evaluasi Parameter:
8000 kg/ j
FA 0 = = 137,9 kmol/ j = 38,3 mol/detik
58 kg/kmol
P 162 kPa
CA0 = A0 = = 0,0188 kmol/m 3 = 18,8 mol/m 3
RT0 (8,31 kPa ⋅ m 3 /kmol ⋅ K )(1035 K )
F
v0 = A 0 = 2,037 m3/det ik
CA 0
T0 = 1035 K ; U = 110 J/m 2⋅ detik ⋅K ; Ta = 1150 K
Pipa 1-inch Sch. 40: ID = 1,049 in = 0,0266 m; OD = 1,315 in
πDL 4 4
a= = = = 150 m −1
(πD 4)L D 0,0266 m
2

TR = 298 K :
ΔH of , 298 K,aseton = −216,67 kJ/mol
ΔH of , 298 K,ketene = −61,09 kJ/mol
ΔH of , 298 K,me tan a = −74,81 kJ/mol
ΔH oRx (298 K ) = (− 61,09 ) + (− 74,81) − (− 216,67 ) = 80,77 kJ/mol
CH3COCH3: CpA = 26,63 + 0,183T − 45,86 ⋅10−6 T 2 J/mol ⋅ K
CH2CO: CpB = 20,04 + 0,0945T − 30,95 ⋅10−6 T 2 J/mol ⋅ K
CH4: CpC = 13,39 + 0,077T − 18,71⋅10−6 T 2 J/mol ⋅ K
ΔCp = CpB + CpC − CpA = 6,8 − 0,0115T − 3,8 ⋅10−6 T 2 J / mol ⋅ K
3,8 ⋅ 10 −6 3
∫TR
T
ΔC p dT = 6,8(T − TR ) −
2
(
0,0115 2
T − TR2 −) 3
( )
T − TR3 J/mol ⋅ K

Umpan adalah A murni, sehingga:


n

∑Θ C
i =1
i pi = CpA

Penyelesaian dengan MATLAB:

© Budhijanto, Februari 2010


21

V vs X V vs T

0.8 1050

0.6 1040

T, K
X 0.4 1030

0.2 1020

0 1010
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1
V, m3 V, m3

Neraca Energi dinyatakan sebagai Fungsi Variabel selain Konversi


Telah dijabarkan persamaan umum neraca energi pada steady state:
n n
& + ∑ F H − ∑ FH = 0
& −W
Q s i0 i0 i i
i =1 i =1
PFR/PBR:
dQ& dW & n
dFi n
dH i

dV dV
s
+0− ∑
i =1, i bukan inert dV
H i − ∑
i =1
Fi
dV
=0

Telah dijabarkan:
dFi ν
= ri = i (rA )
dV νA
dQ&
= Ua (Ta − T )
dV
H i = H io (TR ) + ∫ C pi dT
T

TR

dHi dT
= Cpi
dV dV
& = 0.
Ws

Jadi:
n
νi n
dT
Ua (Ta − T ) − ∑ (rA )H i − ∑ Fi Cpi =0
i =1, i ≠ inert ν A i =1 dV
Juga telah dijabarkan di atas bahwa:
n
νi
ΔH Rx (T ) = − ∑ Hi
i =1, i ≠ inert ν A

Jadi:
dT Ua (Ta − T ) − ΔH Rx (T )(− rA )
= n
dV
∑ FiCpi
i =1

Analog untuk PBR:

© Budhijanto, Februari 2010


22

dT
Ua
ρC
(Ta − T ) − ΔH Rx (T ) − rA' ( )
= n
dW
∑ FC
i =1
i pi

dan
− rA , − rA' dinyatakan sebagai fungsi variabel selain konversi (telah dipelajari pada kuliah
terdahulu).

CSTR:
Pada kuliah lalu juga telah dijabarkan bahwa:
n n n

∑F H i0 i0 − ∑ Fi H i = ∑ Fi 0 (H i 0 − H i ) − ΔH Rx (T )FA 0 X
i =1 i =1 i =1
Persamaan perancangan CSTR:
F X
V = A0
− rA
Jadi:
n n n

∑ Fi 0Hi0 − ∑ Fi Hi = ∑ Fi0 (Hi0 − Hi ) − ΔH Rx (T )(− rA V )


i =1 i =1 i =1
dengan:
& = UA (T − T )
Q a
&
W =0 s

H i 0 − H i = ⎡H io (TR ) + ∫ Cpi dT⎤ − ⎡H io (TR ) + ∫ C pi dT⎤ = −∫ Cpi dT


T0 T T

⎢⎣ TR ⎥⎦ ⎢⎣ TR ⎥⎦ T0

Dengan demikian persamaan umum neraca energi pada steady state dapat dituliskan
menjadi:
n
UA(Ta − T ) − ∑ Fi 0 ∫ C pi dT − ΔH Rx (T )(− rA V ) = 0
T

T0
i =1

Jika Cpi dapat dianggap tetap, maka:


n
UA(Ta − T ) − ∑ Fi 0C pi (T − T0 ) − ΔH Rx (T )(− rA V ) = 0
i =1
n
UATa + ∑ Fi 0 C pi T0 − ΔH Rx (T )(− rA V )
T= i =1
n
UA + ∑ Fi 0 C pi
i =1

Unsteady State Operation of Reactors


Operasi unsteady:
1. Reaktor batch (telah dibahas)
2. Startup CSTR: penentuan waktu yang diperlukan untuk mencapai kondisi steady
3. Semibatch Reaktor: prediksi perubahan konsentrasi dan konversi terhadap waktu

Startup CSTR pada kondisi isotermal


Persamaan umum neraca mol untuk CSTR:
dN j
Fj0 + Vrj − Fj =
dt
Contoh kasus:
Cairan A bereaksi di dalam CSTR ini menurut persamaan reaksi: − rA = kCA . Karena kita
tidak dapat memisahkan antara jumlah A yang bereaksi dengan jumlah mol A yang
terakumulasi di dalam CSTR, maka kita TIDAK DAPAT melakukan perhitungan dengan
variabel konversi. Kita HARUS bekerja dengan variabel selain konversi.
dN A
FA 0 + VrA − FA =
dt
© Budhijanto, Februari 2010
23

V
Jumlah cairan yang berada di dalam CSTR adalah tetap = V. Dengan v = v0, dan τ = ,
v0
maka:
dC A ⎛ 1 + τk ⎞ C
+⎜ ⎟C A = A 0
dt ⎝ τ ⎠ τ
dengan:
t = 0, CA = 0
Penyelesaiannya:
C ⎧ ⎛ t ⎞⎫
CA = A 0 ⎨1 − exp⎜ − (1 + τk ) ⎟⎬
1 + τk ⎩ ⎝ τ ⎠⎭
Misal: ts adalah waktu yang dibutuhkan untuk mencapai CA = 0,99CAs, dengan:
C
CAs = A 0 = konsentrasi A pada keadaan steady,
1 + τk
maka:
τ
t s = 4,6
1 + τk

Isothermal Semibatch Reactors


Ada 2 tipe dasar operasi semibatch:
1. Salah satu reaktan ditambahkan sedikit demi sedikit ke reaktan yang kedua.

Neraca massa overall:


Input − output + generation = accumulation
d(ρV )
ρ0 v 0 − 0 + 0 =
dt
Jika densitas sistem tetap, ρ0 = ρ . Jadi:
dV
= v0 → V = V0 + v0 t
dt
Neraca mol spesies A:
Input − output + generation = accumulation
dN A
0 − 0 + rA V =
dt
d(CA V ) dC dV
rA V = = V A + CA
dt dt dt
dC A ⎛ v0 ⎞
= rA − ⎜⎜ ⎟⎟C A
dt ⎝ V0 + v 0 t ⎠
Neraca mol spesies B:
Input − output + generation = accumulation
dN B
FB,in − 0 + rB V =
dt
d(C B V ) dC dV
rB V + FB,in = rB V + CB,in v 0 = = V B + CB
dt dt dt

© Budhijanto, Februari 2010


24

⎛ v0 ⎞
= rB + (C B,in − C B )⎜⎜
dC B
⎟⎟
dt ⎝ V0 + v 0 t ⎠
2. Kedua umpan seluruhnya dimasukkan ke reaktor bersamaan pada saat awal; salah satu
produk diuapkan dan dikeluarkan secara sinambung (reactive distillation).

Reactive distillation dilakukan bila titik didih salah satu produk lebih rendah daripada
titik didih spesies yang lain di dalam campuran reaksi. Perhatikan contoh reaksi
elementer berikut ini.

D diuapkan terus menerus dengan kecepatan penguapan FD,out.


Neraca mol spesies A, B, C, dan D:
dNA
= rA V
dt
dNB
= rBV = rA V
dt
dNC
= rC V = −rA V
dt
dN D
= rD V − FD,out = −rA V − FD,out
dt
Persamaan kecepatan reaksi:
k ⎛ N N ⎞
rA = − 2 ⎜⎜ N A N B − C D ⎟⎟
V ⎝ KC ⎠
Neraca massa overall:
Input − output + generation = accumulation
d(ρV )
0 − FD,out BMD + 0 =
dt
BMD = berat molekul D.
Jika densitas sistem tetap, maka:
dV BM D
=− FD ,out
dt ρ

Case 1: Begitu D terbentuk, D langsung menguap. Jadi tidak ada akumulasi D di fase
cair. Neraca mol spesies D menjadi:
FD ,out = − rA V
Case 2: Produk D diusir keluar dengan cara menggelembungkan gas inert ke dalam
campuran reaksi. Berlaku hukum Raoult dengan asumsi terjadi keseimbangan uap cairan.
P ND PvD
y D (g ) = x D (l ) vD =
P (N A + N B + N C + N D ) P
yD(g) = fraksi mol D di fase gas
xD(l) = fraksi mol D di fase cair
PvD = tekanan uap murni D
P = tekanan total fase gas

© Budhijanto, Februari 2010


25

Misal: FI adalah kecepatan molar gas inert yang digelembungkan ke dalam reaktor. Jika
diasumsi hanya D yang menguap, maka:
⎛ y ⎞
FD ,out = ⎜⎜ D ⎟⎟FI
⎝ 1 − yD ⎠

Unsteady-State Nonisothermal Reactor Design


Dengan asumsi: perubahan energi potensial, kinetik, dan bentuk-bentuk energi yang lain
selain energi internal diabaikan; kondisi di dalam sistem seragam; dan perubahan volum
dan tekanan total sistem diabaikan; maka:

Untuk semibatch reactor (tipe 1) dan unsteady operation of CSTR, berlaku:

dT Q − Ws − ∑ Fi 0 ∫T0 C pi dT + (− ΔH Rx )(− rA V )
T
& &
=
dt ∑ NiCpi
Untuk semibatch reactor (tipe 2) dan reaktor batch berlaku:
dT Q & −W& + (− ΔH )(− r V )
= s Rx A
dt ∑ i pi
N C

Pelajari example 9-2 dan 9-3 Fogler.

Unsteady-State Operation of PFR


Dengan mengabaikan perubahan tekanan total dan shaft work, persamaan-persamaan
neraca massa dan panas unsteady state untuk PFR adalah sebagai berikut:
⎛ n ⎞ ∂T n
∂T
Ua (Ta − T ) − ⎜ ∑ FiCpi ⎟ + (− rA )[− ΔH Rx (T )] = ∑ CiC pi
⎝ i=1 ⎠ ∂V i =1 ∂t
∂F ∂C
− i + νi (− rA ) = − i
∂V ∂t

Reaktor Multifase (Chapter 12.8 Fogler)


Reaktor multifase adalah reaktor dimana reaksi di dalamnya melibatkan dua atau lebih
fase.

Slurry reactor adalah reaktor alir multifase dimana gas reaktan digelembungkan melalui
cairan yang mengandung katalis padat.
Cairan bisa merupakan:
a. Reaktan, misal hidrogenasi metil linoleat
b. Produk, misal pembuatan hydrocarbon wax
c. Inert, misal oksidasi SO2 di dalam inert air.
Reaktor jenis ini bisa dioperasikan secara batch atau sinambung.
Pada perancangannya, fase cair dianggap teraduk sempurna (mixed flow); fase gas
dianggap plug flow; sedangkan padatan katalis terdistribusi seragam di dalam reaktor.
Reaksi terjadi di permukaan katalis padat yang tersuspensi di dalam larutan. Dengan
demikian, reaktan di fase gas melalui 5 langkah reaksi seperti ditunjukkan gambar
sebagai berikut.

© Budhijanto, Februari 2010


26

Ci
1 2 Cs 4 dan 5
3
Pi Cb
Gelembung gas Cairan Partikel katalis padat

1. Absorpsi reaktan dari fase gas ke fase cair melalui permukaan gelembung gas.
2. Diffusi reaktan di fase cair dari permukaan gelembung gas ke badan cairan.
3. Diffusi reaktan dari badan cairan ke permukaan luar dari padatan katalis.
4. Diffusi internal reaktan sepanjang pori-pori katalis.
5. Reaksi di dalam katalis.

Produk yang berupa gas akan melewati langkah-langkah reaksi di atas juga, tetapi dalam
urutan sebaliknya (langkah 5 ke 1).

Contoh kasus: Hidrogenasi metil linoleat (L) menghasilkan metil oleat (O).
L(l) + H2(g) → O(l)
1. Keseimbangan absorpsi H2 di fase gas ke fase cair:
Ci = Pi H' (1)
3
Ci = konsentrasi H2 di fase cair pada gelembung gas-cairan interface, mol/dm
Pi = tekanan parsial H2 di fase gas dengan anggapan tidak ada hambatan transfer massa di
fase gas, atm
H’ = tetapan Henry, mol/dm3·atm

2. Diffusi H2 di fase cair dari gas-cairan interface ke badan cairan:


R A = k b a b (Ci − Cb ) (2)
kb = koefisien transfer massa H2 dari gas-cairan interface ke badan cairan, dm/detik
ab = luas permukaan gelembung gas per volum larutan, dm2/dm3
Cb = konsentrasi H2 di badan cairan, mol/dm3
RA = kecepatan transfer massa H2 dari gas-cairan interface ke badan cairan, mol/(dm3
larutan)·detik

3. Diffusi H2 di fase cair dari badan cairan ke permukaan luar padatan katalis:
R A = k c a p m(C b − Cs ) (3)
kc = koefisien transfer massa H2 dari badan cairan ke permukaan luar padatan katalis,
dm/detik
ap = luas permukaan luar partikel katalis, dm2/g katalis
m = catalyst loading = konsentrasi massa katalis, g katalis/dm3 larutan
Cs = konsentrasi H2 pada permukaan luar padatan katalis, mol/dm3
RA = kecepatan transfer massa H2 dari badan cairan ke permukaan luar padatan katalis,
mol/(dm3 larutan)·detik

4. Diffusi dan reaksi H2 di dalam padatan katalis:

© Budhijanto, Februari 2010


27

(
R A = mη − rAs
'
) (4)
η = internal effectiveness factor dari katalis (perbandingan antara kecepatan reaksi yang
'
sebenarnya dengan rAs )
'
rAs = kecepatan reaksi jika konsentrasi reaktan di seluruh bagian dari katalis sama dengan
konsentrasi reaktan pada permukaan luar katalis, mol/(g katalis)·detik
R A = kecepatan diffusi dan reaksi H2 di dalam padatan katalis, mol/(dm3 larutan)·detik

Persamaan kecepatan reaksi intrinsik hidrogenasi metil linoleat adalah:


− rA' = k ' CLC
Karena umpan cair dapat dianggap semuanya metil linoleat, maka metil linoleat
jumlahnya sangat berlebihan terhadap H2. Sehingga untuk waktu reaksi yang kecil atau
moderat, konsentrasi metil linoleat dapat dianggap tetap. Jadi:
− rA' = k ' C L 0C = kC
dan
− rAs
'
= kC s (5)
3
k = tetapan kecepatan reaksi spesifik, dm /(g katalis)·detik

Karena pada setiap posisi di dalam reaktor, kecepatan transfer H2 overall pada keadaan
steady, maka persamaan (1) – (5) dapat digabung menjadi satu.
Persamaan (2) dan (3) dapat dituliskan sebagai berikut:
RA
= Ci − C b
k ba b
RA
= C b − Cs
k ca p m
Gabungan persamaan (4) dan (5):
RA
= Cs
mηk
Gabungan dari ketiga persamaan di atas adalah:
⎛ 1 1 1 ⎞⎟
RA⎜ + + = Ci
⎜k a ⎟
⎝ b b k ca p m mηk ⎠
Jika persamaan (1) disubstitusikan ke persamaan ini, diperoleh:
⎛ 1 1 1 ⎞⎟
RA⎜ + + = P H' (6)
⎜k a k a m mη k ⎟ i
⎝ b b c p ⎠
1
rb = = tahanan absorpsi gas, detik
k ba b
1
rc = = tahanan transfer massa ke permukaan luar katalis, (g
k ca p
katalis)·detik/dm3
1
rr = = tahanan diffusi dan reaksi di dalam katalis, (g katalis)·detik/dm3
ηk
rcr = rc + rr = gabungan tahanan diffusi eksternal, internal, dan reaksi, (g
katalis)·detik/dm3
Untuk reaksi-reaksi yang ordernya ≠ 1,
Cs
rr =
( )
η − rAs '

Seringkali tidak semua tahanan reaksi di atas signifikan. Dalam hal ini, langkah reaksi
yang mengontrol reaksi keseluruhan adalah langkah dengan tahanan terbesar.

© Budhijanto, Februari 2010


28

Contoh Soal: Slurry Reactor Design


Metil linoleat akan dikonversi menjadi metil oleat di dalam sebuah slurry reactor yang
volumnya 2 m3. Kecepatan molar umpan metil linoleat ke reaktor adalah 0,7 kmol/menit.
Tekanan parsial H2 adalah 6 atm dan reaktor dapat dianggap teraduk sempurna. Ukuran
partikel katalis adalah 60 μm. Reaksi berlangsung pada suhu 121°C. Hitunglah kebutuhan
katalis untuk mencapai konversi 30%.
Tambahan data:
1
rb = = 0,08 menit
k ba b
Untuk dp = 80 μm,
1 1
rcr = + = 0,28 menit·kg/m3
k c a p ηk
rcr ∝ d p
H’ = 0,00233 mol H2/atm·dm3

Jawab:
Persamaan perancangan well-mixed reactor:
F X
V = A0
− rA
⎛ 1 1 1 ⎞⎟
(− rA )⎜⎜ + + = P H'
⎟ i
⎝ k ba b k ca p m mηk ⎠
Pi H '
(− rA ) =
⎛ 1 ⎞
⎜ rb + rcr ⎟
⎝ m ⎠
FA 0 X Pi H '
Jadi: =
V ⎛ 1 ⎞
⎜ rb + rcr ⎟
⎝ m ⎠
rcr (60 μm ) 60 60 60 menit
= → rcr (60 μm ) = rcr (80 μm ) = (0,28) = 0,21
rcr (80 μm ) 80 80 80 kg ⋅ m 3
(0,7 kmol/menit )(0,3) = (6 atm )(0,00233 kmol/atm ⋅ m3 ) m = 3,95 kg/m3
1
( )
3
2m 0,08 menit + 0,21 menit ⋅ kg/m 3
m

Catatan: Persamaan-persamaan empirik untuk perhitungan tetapan-tetapan kinetika reaksi


multifase dapat dipelajari di beberapa reference seperti:
Froment, G.F. and Bischoff, K.B., 1990, ”Chemical Reactor Analysis and Design”, 2 ed.,
John Wiley and Sons, Inc., New York, p. 603-652.

Trickle Bed Reactor


Aliran di dalam reactor: Gas dan cairan mengalir ke bawah melewati tumpukan katalis.
Pori-pori katalis terisi cairan.
Tipe reaksi: A(g,l) + B(l) → C(l)
Contoh: Produksi butynediol dari acetylene dan aqueous formaldehyde dengan katalis
copper acetylide.
Langkah-langkah reaksi dari reaktan A sama dengan 5 langkah reaksi pada pembahasan
slurry reactor. Jika gas yang dipakai mengandung lebih dari satu spesies (misal: gas
umpan mengandung inert), selain kelima langkah tadi, juga terjadi transfer massa dari
badan gas ke gas-liquid interface.

© Budhijanto, Februari 2010


29

Transport
from
bulk
gas to
gas-
liquid
interface
to bulk
liquid
to solid-
liquid
interface
Diffusion
and
reaction
in
catalyst
pellet

Figure CD12-1
(a) Trickle bed reactor; (b) reactant concentration
profile.

1. Transfer massa dari badan gas ke gas-liquid interface:


1
rA k a C CA
1 φ ρ A
dengan:
r A kecepatan reaksi A, mol/g kat·detik
ai = luas gas-liquid interface per volum bed, m2/m3
kg = koefisien transfer massa di fase gas, m/detik
ρc = densitas catalyst pellet, kg/m3
φ = porositas bed (terisi gas dan cairan)
1 – φ = volum padatan per volum bed
CA(g) = konsentrasi A di badan gas, kmol/m3
CAi(g) = konsentrasi A di fase gas pada gas-liquid interface, kmol/m3

2. Keseimbangan pada gas-liquid interface:


CA
CA
H
dengan:

© Budhijanto, Februari 2010


30

CAi = konsentrasi A di fase cair pada gas-liquid interface, kmol/m3


H = tetapan Henry

3. Transfer massa dari interface ke badan cairan:


1
rA ka C CA
1 φ ρ A
dengan
kl = koefisien transfer massa di fase cair, m/detik
CAb = konsentrasi A di badan cairan, kmol/m3

4. Transfer massa dari badan cairan ke permukaan eksternal katalis:


r A k a CA CA
dengan
luas permukaan eksternal pellet m
a ,
massa pellet g kat.
kc = koefisien transfer massa dari badan cairan ke permukaan eksternal katalis, m/detik
CAs = konsentrasi A pada solid-liquid interface, kmol/m3

5. Diffusi dan reaksi di dalam pellet:


Misal: reaksi order satu terhadap A terlarut dan B.
r A ηkCA CB
dengan
η = internal effectiveness factor dari katalis (perbandingan antara kecepatan reaksi yang
'
sebenarnya dengan rAs )
'
rAs = kecepatan reaksi jika konsentrasi reaktan di seluruh bagian dari katalis sama dengan
konsentrasi reaktan pada permukaan luar katalis, mol/(g katalis)·detik
 
k = tetapan kecepatan reaksi spesifik,
·   .·

Jika kelima persamaan digabungkan, diperoleh:


r A k CA
dengan
1 ⁄H
k
1 φ ρ 1 φ ρ 1 1
Hk a ka k a ηkCB
 
kvg = koefisien transfer A overall dari badan gas ke pellet,
  .·

Langkah-langkah reaksi dari reaktan B adalah sebagai berikut.


1. Transfer B dari badan cairan ke solid-liquid interface:
r B k a CB CB
dengan
CB = konsentrasi B di badan cairan, kmol/m3
CBs = konsentrasi B pada solid-liquid interface, kmol/m3

2. Diffusi dan reaksi di dalam pellet:


r B ηkCA CB

Kedua persamaan digabungkan, diperoleh:


r B k CB
dengan
1
k
1 1
k a ηkCA

© Budhijanto, Februari 2010


31

 
kvl = koefisien transfer B overall dari badan cairan ke pellet,
  .·

Aliran gas dan cairan diasumsi plug flow.


Jadi neraca massa:
dFA
rA k CA
dW
dFB dCB
v rB k CB
dW dW

Contoh soal:
Hidrogenasi senyawa organik tak jenuh dilakukan di dalam sebuah reactor trickle bed
secara isothermal (400 K). Katalis berbentuk bola dengan diameter (dp) 0,20 cm. Reaksi:
A(g) + B(l) → C(l)
dengan
A = H2; B = unsaturated organic; C = saturated organic.
r A ηkCA CB
Umpan: FA0 + FI0 = 10 mol/detik
I = nitrogen
FA
1; P0 = 20 atm;
FI
Diameter reaktor = D = 1 m.
Kecepatan massa cairan superfisial = 5 kg/m2·detik
Gradien tekanan sepanjang bed katalis = 25 kPa/m
Viskositas cairan = μl = 1,8 cP = 0,0018 kg/m·detik
Densitas cairan = ρl = 840 kg/m3
Diffusivitas H2 di dalam minyak = DLA-minyak = 2,4 x 10-9 m2/detik
Diffusivitas B di dalam C = DLB-organic product = 1,2 x 10-9 m2/detik
Berat molekul bahan organik unsaturated = 168
H’H2-organic = 0,008 kmol/m3·atm
Porositas pellet = Φp = 0,3
Densitas pellet = ρc = 1500 kg/m3
Porositas bed = φ = 0,4
Tortuosity = τ  = 1,5
Constriction = σ = 0,8
Diasumsi konsentrasi bahan organik tetap, sehingga kCBs = tetap = 3 x 10-5 m3/kg
kat.·detik pada 400 K.
a. Hitung fraksi tahanan setiap step reaksi terhadap tahanan total
b. Hitung berat katalis yang dibutuhkan jika XA = 0,55.

Jawab:
a.
1 ⁄H
k
1 φ ρ 1 φ ρ 1 1
Hk a ka k a ηkCB
1 ⁄H
        
R R R R
• Tahanan difusi internal dan reaksi:
1
R
ηkCB
CA S R
Modulus Thiele = Φ ⁄R
(pers. 12-20, Fogler, p.745)
D CA
knSa = kCBs = 3 x 10-5 m3/kg kat.·detik
ρc = 1500 kg/m3
A
Diffusivitas efektif = (pers. 12-1, Fogler, p. 739)

© Budhijanto, Februari 2010


32

m
2,4 · 10   0,3 0,8 m
detik
3,84 · 10  
1,5 detik
–3
Jari-jari pellet = R = 0,1 cm = 10 m
  .
S ·    
  ·
Φ R 10  m 10,8
D , ·  

η Φ cothΦ 1 (pers. 12-32, Fogler, p.749)


η 10,8 coth 10,8 1 0,252
,
1 1
R
ηkCB m
0,252 3 · 10  
kg kat.· detik
kg kat.· detik
R 1,3 · 10  
m
• Tahanan absorpsi gas:
1 φ ρ
R
Hk a
⁄ · ∆P
k a , detik 2 0,91E ;E , u
· ∆L
(Sumber: IEC Proc. Des. Dev., 6, 486 (1967))
kmol m · atm
FT RT 0,01  0,082 400 K m
detik kmol · K
v 0,0164 
P 20 atm detik
πD π 1 m
A 0,785 m
4 4
v 0,0164 m m
u 0,021 
A 0,785 detik detik
∆P kPa m kPa ft · lbf
E u 25 0,021 0,525 10,97
∆L m detik detik ft · detik

k a 2 0,91E 0,91 10,97 ⁄
2 6,49 detik
CA
CA PA H CA RTH
H
1 1
H 3,81
RTH m · atm kmol
0,082 400 K 0,008
kmol · K m · atm
3
ρc = 1500 kg/m
φ = 0,4
1 φ ρ 1 0,4 1500  kg kat.⁄m kg kat.· detik
R 36,4 
Hk a 3,81 6,49 detik m
• Tahanan transfer massa dari gas-liquid interface ke badan cairan:
R
Densitas cairan = ρl = 840 kg/m3
kg
Gd 5  2 · 10  m
m · detik
Re 5,56
µ kg
0,0018 
m · detik
kg m
d ρ g 2 · 10  m 840  9,8 
m detik
Ga 17074
µ kg
0,0018 
m · detik

© Budhijanto, Februari 2010


33

kg
µ 0,0018 
m · detik
Sc 893
ρ LA kg m
840  2,4 · 10  
m detik

R S ⁄
ka LA 16,8 , cm (Sumber: Chem. Eng. Sci., 36, 569 (1981))
cm 5,56 ⁄ 893 ⁄
1
ka 2,4 · 10 16,8 2,17 · 10  detik
detik 17074 , cm
ρc = 1500 kg/m3
φ = 0,4
, ·
R 4,15 · 10
, ·  

• Tahanan transfer massa dari badan cairan ke solid-liquid interface:


1
R
k a
a 2 (pers. 12-93, Fogler, p. 777)
·

Untuk Re<20: Sh 0,266Re , Sc ⁄ (Sumber: AIChE J., 24, 709 (1978))


Sh 0,266 5,56 ,
893 ⁄ 18,4
m
ShDLA 18,4 2,4 · 10
detik
k 2,208 · 10 m⁄detik
d 2 · 10 m
1 1 kg · detik
R 2,3 · 10
k a m m m
2,208 · 10 2
detik kg
Summary:
Tahanan kg kat.· detik %
m
Tahanan difusi internal dan reaksi (Rr) 1,3 · 10 22,886

Tahanan absorpsi gas (Rg) 36,4 0,006


Tahanan transfer massa dari gas-liquid interface 4,15 · 10 73,059
ke badan cairan (Rl)
Tahanan transfer massa dari badan cairan ke 2,3 · 10 4,049
solid-liquid interface (Rc)
Tahanan total 568036,4 100

b. Neraca massa A:
dFA
rA k CA
dW
1 ⁄H 1⁄3,81 m m
k 4,62 · 10
R R R R 568036,4 kg kat.· detik kg kat.· detik
Isotermal:

CA ( g ) = CA 0
(1 − X ) ⎛⎜ P ⎞⎟
(1 + εX ) ⎜⎝ P0 ⎟⎠

ε = yA0δ = (0,5)(0 – 1) = –0,5 → hanya reaktan A yang berfase gas.

Berat katalis: W ρ A z 1 φ
P
25 kPa/m   –α 

© Budhijanto, Februari 2010


34

dP α
dW ρ A 1 φ
d P ⁄P α
β
dW PρA 1 φ
kPa 1 atm
25
m 101,33 kPa
β 1,746 · 10  kg
kg
20 atm 1500  0,785 m 1 0,4
m
P
1 βW
P
CA ( g ) = CA 0
(1 − X ) (1 − βW )
(1 − 0,5X )
dFA dX 1 X
FA k CA 1 βW
dW dW 1 0,5X
1 0,5X 0,5 0,5 1 X 0,5 k
dX dX 0,5 dX 1 βW dW
1 X 1 X 1 X v
k β
0,5ln 1 X 0,5X W W
v 2
m
v 0,0164 
detik
X = 0,55
0,5ln 1 0,55 0,5 0,55
m
4,62 · 10 1,746 · 10  kg
kg kat.· detik
W W
m 2
0,0164 
detik
Diperoleh:
W = 34065 kg
W  
Tinggi tumpukan katalis = z     48,22 m
A   ,   ,
Rancangan: 4 buah towers dengan diameter 1 m, dan tinggi 12,055 m yang dipasang seri.
Cek asumsi CB tetap:
Mol A yang terkonversi = FA X 0,5 10 0,55 2,75 
Mol umpan unsaturated oil =
kg 1000 mol mol
FB 5 0,785 m 23,36 
m · detik 168 kg detik
,
Debit cairan = v 4,67 · 10
23,36 mol mol
CB   5002
4,67 · 10 m m
Unsaturated oil keluar reactor = FB 23,36 2,75   20,61 
20,61 mol mol
CB   4413
4,67 · 10 m m
Jadi asumsi CB tetap mengandung kesalahan 13%.

Fluidized-Bed Reactors
Fluidisasi terjadi jika padatan yang ukurannya kecil tersuspensi di dalam arus fluida yang
mengalir ke atas.

© Budhijanto, Februari 2010


35

Kecepatan alir fluida cukup besar untuk mensuspensikan partikel, tetapi tidak cukup
besar untuk menghembus partikel-partikel ini keluar reaktor.
Fluida bisa berupa gas atau cairan.
Disengaging section: ruangan di atas tumpukan partikel yang memungkinkan padatan
yang terbawa aliran gas jatuh kembali ke dalam fluidized zone.

Kunii-Levenspiel bubbling bed model:


Reaktan yang berupa gas masuk dari dasar bed dan mengalir ke atas dalam bentuk
gelembung-gelembung gas. Selama gelembung gas bergerak naik, terjadi transfer massa
(difusi) gas reaktan dari gelembung gas ke partikel padatan, dimana terjadi reaksi
membentuk produk. Selanjutnya, terjadi transfer massa produk yang berupa gas dari
padatan ke gelembung gas. Kecepatan transfer massa gas reaktan dan produk keluar dan
masuk gelembung gas, dan waktu tinggal gelembung gas di dalam reaktor berpengaruh
terhadap konversi reaktan.

Untuk menentukan kecepatan gerak gelembung melalui bed, kita perlu menghitung:
1. Porositas pada saat fluidisasi minimum, εmf.
.
.
µ ρ .
ε 0.586ψ
ρ ηd ρ
dengan
A
ψ = sphericity =
A
As = luas permukaan bola yang volumnya sama dengan volum partikel.
Ap = luas permukaan partikel.
Jika Vp adalah volum partikel, dan ds adalah diameter bola yang volumnya sama dengan
volum partikel, maka:
V ⁄
V S
→d
V ⁄
Sehingga: A πd π , dan

A π 6V
ψ
A A π
μ = viskositas
ρg = densitas gas
ρc = densitas partikel katalis
η g ρ ρ
g = tetapan gravitasi
dp = diameter partikel katalis

2. Kecepatan fluidisasi minimum, umf.


η ψd ε
u
150µ 1 ε

© Budhijanto, Februari 2010


36

3. Ukuran gelembung, db.


d d
e . ⁄D
d d
dengan
db = diameter gelembung di dalam bed yang diameternya Dt, yang teramati pada
ketinggian h di atas distributor
db0 = diameter gelembung yang baru saja terbentuk di atas distributor
dbm = diameter maksimum gelembung jika semua gelembung yang berada pada
ketinggian yang sama di dalam kolom bergabung membentuk satu gelembung besar.
.
d 0.652 A u u

Pada persamaan ini, dbm dalam satuan cm.


Ac = luas penampang bed, cm2.
uo = kecepatan superficial gas pada titik masuk bed, cm/detik

Jika distributor adalah plat yang porous, maka:


d 0.00376 u u , cm

Jika distributor adalah plat yang berlubang (perforated plates), maka:


A .
d 0.347 , cm
nd = jumlah lubang pada plat

4. Kecepatan gelembung bergerak naik di dalam fluidized bed, ub


u u u 0.71 gd ⁄

5. Koefisien transfer massa pertukaran gas antara gelembung (bubble) dan cloud, Kbc

⁄ ⁄
u AB g
K 4.5 5.85 ⁄
d d
Kbc dalam satuan detik-1
umf dalam satuan cm/detik
db dalam satuan cm
DAB = diffusivitas, cm2/detik
g = tetapan gravitasi = 980 cm/detik2

6. Koefisien transfer massa pertukaran gas antara cloud dan emulsi, Kce

ε DAB u
K 6.78
d
Kce dalam satuan detik-1

7. Fraksi volum bed yang ditempati oleh gelembung, δ


u u
δ
u u 1 α

© Budhijanto, Februari 2010


37

Fraksi volum bed yang ditempati oleh wakes adalah αδ


α adalah fungsi ukuran partikel → belum tersedia metode yang akurat untuk menentukan
nilai α.

Figure CD12-6
Wake angle w and wake fraction of three-dimentional bubbles at ambient
conditions; evaluted from x-ray photographs by Rowe and Partridge.
Adapted from D. Kuknii and O. Levenspiel,
Fluidization Engineering, 2nd. Ed., (Stoneham, Mass.; Butterworth-Heinemann 1991).

8. Volum katalis di dalam gelembung, cloud, dan emulsi.


volum katalis padat di dalam clouds dan wakes
γ
volum gelembung
3 u ⁄ε
γ 1 ε α
u u ⁄ε

volum katalis padat di dalam fase emulsi
γ
volum gelembung
1 δ
γ 1 ε γ
δ

volum katalis padat di dalam gelembung
γ
volum gelembung
γ 0.01 to 0.001

9. Reaksi katalitik volum order-n yang terjadi di gelembung, cloud, dan emulsi:
Dalam fase gelembung:
rA γ k CA
Dalam fase cloud dan wakes:
rA γ k CA
Dalam fase emulsi:
rA γ k CA

Ketiga persamaan reaksi di atas dalam satuan mol A bereaksi per satuan volum
gelembung per satuan waktu.
kcat = ρ k
k’ adalah kecepatan reaksi spesifik per satuan berat katalis.
CAb, CAc, dan CAe adalah konsentrasi reaktan A di dalam gelembung, cloud, dan emulsi.

© Budhijanto, Februari 2010


38

10. Neraca massa untuk volum tetap:


Bubble balance:
dCA
γ k CA K CA CA
dt
Cloud balance:
K CA CA γ k CA K CA CA
Emulsion balance:
K CA CA γ k CA

Ketiga persamaan di atas diselesaikan secara simultan.

Untuk reaksi order satu (n = 1), penyelesaiannya adalah sebagai berikut:


1
ln k KRt
1 X
dengan
C C
X = konversi = A A
CA
CAo = konsentrasi A pada t = 0
1
KR γ
k 1
K 1
γ
1 k
γ K

Tinggi bed untuk mencapai konversi X:


u 1
h tu ln
k KR 1 X

Berat katalis untuk mencapai konversi X:


W ρA h 1 ε 1 δ
ρA u 1 ε 1 δ 1
W ln
k KR 1 X

Contoh Soal:
Oksidasi katalitik ammonia dilakukan di dalam sebuah fluidized bed reactor. Reaksi
berorder satu terhadap konsentrasi ammonia, dan perubahan volum selama reaksi dapat
diabaikan. Jumlah katalis yang dipakai 4 kg, debit umpan gas pada kondisi reaksi = vo =
818 cm3/detik, dengan komposisi umpan: 10% NH3 dan 90% O2. Data lain yang tersedia:
P = 1,11 atm; T = 523 K = 250°C; Dt = diameter tangki reaktor = 11,4 cm; Distributor
adalah porous stainless steel; Diameter katalis = dp = 0,0105 cm; ψ = 0,6; ρc = 2,06
g/cm3; Unexpanded bed height = hs = 38,9 cm.
rA k C H , gmol NH3/detik·cm3 kat
kcat = 0,0858/detik pada kondisi reaksi.
ρg = 7,85·10-4 g/cm3; μg = 2,98·10-4 g/cm·detik; DAB = 0,618 cm2/detik.
Perkirakan konversi A keluar reaktor.

Jawab:
cm g g
η g ρ ρ 980 2,06 7,85 · 10 2,02 · 10
detik cm cm · detik
.
.
µ ρ .
ε 0.586ψ
ρ ηd ρ
.
ε 0.586 0,6 x

© Budhijanto, Februari 2010


39

. .
, · , ·
·
x 0,657
, · , · ,   ,
·

, · , ,   ,
u ·
x 1,48 cm/detik
µ , · ,
·

cm
v v 818  cm
u detik 8,01 
A πD ⁄4 π 11,4 cm ⁄4 detik

d 0.00376 u u 0,00376 8,01 1,48 0,160 cm

,
.
π 11,4 cm cm cm
d 0,652 A u u 0,652 8,01 1,48
4 detik detik
8,79 cm 

Unexpanded bed height = hs = 38,9 cm. The expanded bed height kira-kira 40 – 50%
 
lebih tinggi, dianggap = 60 cm. Untuk perhitungan db, diambil h = 30 cm. Jadi:
d d
e . ⁄D
d d
d d d d e . ⁄D 8,79 8,79 0,160 e , ⁄ ,
4,87 cm

⁄ ⁄
u u u 0.71 gd 8,01 1,48 0.71 980 4,87  
55,6 cm/detik

Untuk glass sphere dengan dp = 0,0105 cm = 105 μm → Figure CD12-6 → α = 0,4

Fraksi volum bed yang ditempati oleh gelembung, δ


u u 8,01 1,48
δ 0,122
u u 1 α 55,6 1,48 1 0,4

Massa katalis di dalam bed =


W ρA h 1 ε 1 δ
W 4000 g
h
ρA 1 ε 1 δ g π 11,4 cm
2,06 1 0,657 1 0,122
cm 4
63,2 cm

© Budhijanto, Februari 2010


40

Nilai h terhitung ini cukup dekat dengan nilai h trial (= 60 cm) → nilai trial dianggap
benar.
Koefisien transfer massa pertukaran gas antara gelembung (bubble) dan cloud, Kbc
⁄ ⁄
u AB g
K 4,5 5,85 ⁄
d d
⁄ ⁄
cm cm cm
1,48  0,618  980 
detik detik detik
4,5 5,85
4,87 cm 4,87 cm ⁄

4,92 detik

Koefisien transfer massa pertukaran gas antara cloud dan emulsi, Kce

cm cm
ε DAB u
⁄ 0,657 0,618  55.6 
detik detik
K 6,78 6,78
d 4,87 cm

3,00 detik

Volum katalis di dalam clouds dan wakes per volum gelembung:


1,48
3 u ⁄ε 3
0,657
γ 1 ε α 1 0,657 0,4
u u ⁄ε 1,48
55,6
0,657
      0,181

Volum katalis di dalam fase emulsi per volum gelembung:


1 δ 1 0,122
γ 1 ε γ 1 0,657 0,181 2,287
δ 0,122

Diasumsi, volum katalis di dalam gelembung per volum gelembung γ 0.01

Reaksi order satu:


KR
h tu ln →X 1 exp
KR X
dengan:
1 1
KR γ 0,01
k 1 0,0858 1
K 1 4,92 1
γ 0,181
1 k 1 0,0858
γ K 2,287 3,00
      2,25 
hk KR 63,2 cm 0,0858 detik 2,25 
X 1 exp 1 exp 0,20
u 55,6  cm⁄detik
Catatan: Nilai X teramati pada percobaan = 0,22

Moving Bed Reactors


Sistem reaksi yang katalisnya terdeaktivasi dengan cepat memerlukan regenerasi atau
penggantian katalis secara terus menerus. Jenis reaktor komersial untuk sistem reaksi
semacam ini adalah moving bed reactor dan straight-through transport reactor.

© Budhijanto, Februari 2010


41

Neraca massa pada keadaan steady:


dX
FA rA
dW
dengan:
rA a t rA t 0
a(t) = aktivitas katalis yang merupakan fungsi waktu kontak katalis dengan arus gas
reaktan. Kecepatan deaktivasi katalis dinyatakan sebagai berikut:
da
k a
dt

© Budhijanto, Februari 2010


42

Katalis bergerak di dalam reaktor dengan kecepatan Us (massa per satuan waktu). Karena
gas reaktan bergerak searah dengan katalis, maka waktu kontak katalis dengan gas pada
saat katalis mencapai posisi z adalah:
W W
t → dt
U U
sehingga:
a
W U

Contoh soal:
Reaksi cracking minyak fase gas secara katalitik dijalankan di dalam sebuah moving bed
reactor pada suhu 900°F. Persamaan reaksinya adalah:
A   produk
Produk reaksinya bermacam-macam. Kecepatan reaksinya dapat didekati dengan
persamaan sebagai berikut.
rA kCA
dengan
dm
k 0,60 
g cat. mol min
Kecepatan deaktivasi katalis mengikuti persamaan sebagai berikut.
da
k a
dt
dengan
k 0,72 menit
Umpan diencerkan dengan N2, sehingga perubahan volum selama reaksi dianggap dapat
diabaikan. Reaktor berisi 22 kg katalis yang bergerak dengan kecepatan = Us = 10
kg/menit. Kecepatan umpan minyak = 30 mol/menit dengan konsentrasi 0,075 mol/dm3.
Hitung konversi keluar reaktor.
Jawab:
W
a→a e U
W U
W
X
FA akCA e kCA U
W
Karena perubahan volum dapat diabaikan, maka:
CA CA 1 X
W
X
FA e U kCA 1 X
W
X W W
FA dX
e U dW
kCA 1 X
X kCA U W
1 e U
1 X FA k
dm mol g cat.
X 0,60  0,075  10000 
g cat. mol min dm menit
1
1 X mol
30  0,72 menit
menit
0,72 menit 22 kg
exp 1,24
10  kg⁄menit
X = 0,55

Efek Panas di dalam Moving Bed Reactors


T = suhu gas
Ts = suhu padatan katalis

Case 1: T ≠ Ts
Neraca energi di fase gas:

© Budhijanto, Februari 2010


43

dT UaW T T ha T T rA ∆HR
dW ∑F C
dengan
U = koefisien transfer panas overall
aW = luas transfer panas pipa per satuan massa katalis
Ta = suhu pemanas/pendingin di luar pipa
h = koefisien transfer panas antara gas dengan padatan katalis
a = luas permukaan padatan katalis per satuan massa katalis
4
aW
D ρB
6
a
d ρ
dengan
Dp = diameter pipa
dp = diameter katalis
ρB = densitas bulk katalis
ρb = densitas 1 butir katalis

Neraca energi di padatan katalis:


dT ha T T
dW UC
dengan
Cps = kapasitas panas padatan katalis

Case 2: T = Ts
dT UaW T T rA ∆HR
dW UC ∑F C

Straight-Through Transport Reactors (STTR)


Reaktor ini digunakan untuk sistem reaksi yang katalisnya terdeaktivasi sangat cepat.
Reaktor ini disebut juga circulating fluidized bed (CFB).

© Budhijanto, Februari 2010


44

Neraca massa A:
dFA
rA ρB A
dz
atau
dX ρB A
a t rA t 0
dz FA
Jika katalis bergerak di dalam reaktor dengan kecepatan Up, waktu yang dibutuhkan
katalis untuk mencapai ketinggian z adalah:
z
t
U
Jika gas bergerak dengan kecepatan Ug,
FA U A CA
Dengan demikian,
dX ρB a z⁄U rA t 0
dz U CA

Contoh soal:
Cracking minyak bumi dilakukan pada fase gas di dalam sebuah STTR yang tingginya 10
m, dan diameternya 1,5 m. Persamaan reaksinya adalah sebagai berikut.
A → B + C + coke
dengan
A = minyak bumi
B = dry gas (C1 s/d C4)

© Budhijanto, Februari 2010


45

C = gasoline (C5 s/d C14).


k PA
rA
1 K A PA K B PB K C PC
dengan
k’ = 0,0014 kmol/kg cat.·detik·atm
KA = 0,05 atm-1
KB = 0,15 atm-1
KC = 0,1 atm-1
1
a
1 At ⁄
dengan
A = 7,6 detik-1/2
Uap minyak bumi (A murni) masuk reaktor pada tekanan 12 atm dan suhu 400°C.
Densitas bulk katalis di dalam STTR adalah 80 kg cat./m3. Kecepatan umpan uap minyak
bumi = U0 = 2,5 m/detik. Anggap Up = Ug = U. Gambar kurva aktivitas katalis (a) dan
konversi A (X) vs z.
Jawab:
Neraca massa:
dX ρB a rA t 0
dz U CA
k PA
rA t 0
1 K A PA K B PB K C PC
1
a
1 A z⁄ U ⁄
v
U
A
πD
A
4
Tekanan dianggap tetap, P = P0.
ΘA νA X 1 X
PA PyA PyA PA
1 εX 1 εX
ΘB νB X X
PB PyB PyA PA
1 εX 1 εX
PC PB
Isotermal, isobarik:
v v 1 εX
U U 1 εX
ε yA δ 1 1 1 1 1
PA 12 atm kmol
CA 0,22 
RT m · atm m
0,082 673 K
kmol · K
Penyelesaian:
POLYMATH Results
05-27-2008, Rev5.1.230

Calculated values of the DEQ variables

Variable initial value minimal value maximal value


final value
z 0 0 10 10
X 0 0 0.5626749
0.5626749
rhob 80 80 80 80
ca0 0.22 0.22 0.22
0.22
© Budhijanto, Februari 2010
46

A 7.6 7.6 7.6 7.6


PA0 12 12 12 12
eps 1 1 1 1
u0 2.5 2.5 2.5 2.5
D 1.5 1.5 1.5 1.5
u 2.5 2.5 3.9066873
3.9066873
PA 12 3.3582806 12
3.3582806
PB 0 0 4.3208597
4.3208597
PC 0 0 4.3208597
4.3208597
k 0.0014 0.0014 0.0014
0.0014
KA 0.05 0.05 0.05
0.05
KB 0.15 0.15 0.15
0.15
KC 0.1 0.1 0.1 0.1
act 1 0.0759918 1
0.0759918
ra0 0.0105 0.0020913 0.0105
0.0020913
Ac 1.7671459 1.7671459 1.7671459
1.7671459
v 4.4178647 4.4178647 6.9036864
6.9036864

ODE Report (RKF45)

Differential equations as entered by the user


[1] d(X)/d(z) = rhob*act*ra0/u/ca0

Explicit equations as entered by the user


[1] rhob = 80
[2] ca0 = 0.22
[3] A = 7.6
[4] PA0 = 12
[5] eps = 1
[6] u0 = 2.5
[7] D = 1.5
[8] u = u0*(1+eps*X)
[9] PA = PA0*(1-X)/(1+eps*X)
[10] PB = PA0*X/(1+eps*X)
[11] PC = PB
[12] k = 0.0014
[13] KA = 0.05
[14] KB = 0.15
[15] KC = 0.1
[16] act = 1/(1+A*(z/u)^0.5)
[17] ra0 = k*PA/(1+KA*PA+KB*PB+KC*PC)
[18] Ac = 3.141592654*D^2/4
[19] v = u0*Ac*(1+eps*X)

© Budhijanto, Februari 2010


47

Bioreactors
Di dalam bioreactors, sel hidup digunakan untuk memproduksi berbagai senyawa kimia.
Enzyme di dalam sel berfungsi sebagai katalis. Zat yang direaksikan disebut substrat.
Contoh produk yang disintesis di dalam bioreactors: insulin, antibiotics, polymers, dsb.
Persamaan reaksinya:
cells  substrat   more cells product
Termasuk produk di sini adalah CO2, air, protein, dan spesies lain tergantung pada
reaksinya.
Tahap pertumbuhan sel di dalam sebuah reaktor batch adalah:
1. Phase I (= lag phase): pada fase ini, kenaikan konsentrasi sel hanya sedikit → sel
menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru.
2. Phase II (= exponential growth phase): kecepatan pertumbuhan sel sebanding
dengan konsentrasi sel.
3. Phase III (= stationary phase): kecepatan pertumbuhan sel nol akibat berkurangnya
nutrient dan metabolites yang essential.
4. Phase IV (= death phase): konsentrasi sel berkurang sebagai akibat produk yang
bersifat racun dan/atau berkurangnya jumlah nutrient.

Persamaan kecepatan pertumbuhan sel-sel baru disebut persamaan Monod Æ untuk


exponential growth phase:
CC
r µC µ
K C
dengan

© Budhijanto, Februari 2010


48

rg = kecepatan pertumbuhan sel baru pada exponential growth phase, g/dm3.detik


Cc = konsentrasi sel, g/dm3
μ = kecepatan pertumbuhan spesifik, detik-1
μmax = kecepatan pertumbuhan spesifik maksimum, detik-1
Ks = tetapan Monod, g/dm3
Cs = konsentrasi substrat, g/dm3

Seringkali, produk reaksi menghambat kecepatan pertumbuhan sel. Misalnya, pada


fermentasi glukosa menghasilkan etanol, kecepatan fermentasi dihambat oleh etanol.
Persamaan kecepatan reaksinya:
µ CC C µ CC
r k 1
K C C K C
dengan
Cp = konsentrasi produk, g/dm3
C = konsentrasi produk pada saat semua metabolisme berhenti, g/dm3
n = tetapan empirik
Contoh: untuk fermentasi glukosa menghasilkan etanol, n = 0,5 dan C = 93 g/dm3.

Bentuk persamaan kecepatan pertumbuhan sel yang lain yang juga sering digunakan
adalah:
1. Persamaan Tessier:
C
r µ 1 exp C
k
2. Persamaan Moser:
µ C
r
1 kC
dengan λ dan k adalah tetapan empirik

Persamaan kecepatan kematian sel:


r k kC C
dengan
Ct = konsentrasi zat yang merupakan racun bagi sel
kd = tetapan reaksi kematian sel secara alami
kt = tetapan reaksi kematian sel karena pengaruh zat yang bersifat racun

Doubling time = waktu yang dibutuhkan oleh mikroba untuk tumbuh sehingga massanya
menjadi 2 kali massa mula-mula

Yield coefficients:
mass of new cells formed ΔCC
Y⁄
mass of substrate consumed ΔCS
1
Y⁄
Y⁄
Jika pembentukan produk hanya terjadi selama fase pertumbuhan eksponensial, maka
kecepatan pembentukan produk:
CC
r Y⁄r Y ⁄ µC Y⁄µ
K C
dengan
mass of product formed ΔCP
Y⁄
mass of new cells formed ΔCC
Ketika produk terbentuk pada fase stasioner (fase dimana tidak terjadi pertumbuhan sel):
r Y⁄ r
dengan:

© Budhijanto, Februari 2010


49

mass of product formed ΔCP
Y ⁄
mass of substrate consumed ΔCS
(-rs) = kecepatan konsumsi substrat, biasanya substrat adalah nutrient sekunder

Substrat selain dikonsumsi untuk menghasilkan sel yang baru, sebagian digunakan untuk
menjaga aktivitas sehari-hari sel.
mass of substrate consumed for maintenance
m
mass of cells · time
Nilai tipikal:
g substrat
m 0,05 
g sel berat kering · jam

Kecepatan konsumsi substrat untuk maintenance baik sel tumbuh atau tidak adalah:
r mC

Jika maintenance dapat diabaikan,


C Y⁄ C C

Jika substrat (S) yang dikonsumsi untuk pembentukan sel (C) baru dapat dibedakan dari
substrat yang dikonsumsi untuk membentuk produk (P), maka:
S        Y ⁄ C  Y ⁄ P
dengan
mass of new cells formed
Y ⁄
mass of substrate consumed to form new cells
mass of product formed
Y ⁄
mass of substrate consumed to form new cells

Neraca massa substrat:


net rate of substrate consumption
rate consumed by cells rate consumed to form product
rate consumed for maintenance
r Y ⁄r Y ⁄ r mC
Jika produk terbentuk selama fase II (growth phase), tidak mungkin memisahkan jumlah
substrat yang dikonsumsi untuk pertumbuhan dan jumlah substrat yang dikonsumsi untuk
pembentukan produk. Pada kondisi semacam ini, semua substrat yang dikonsumsi
digabungkan dalam Y ⁄ , sehingga persamaan neraca massa substrat menjadi:
r Y⁄ r mC
dan kecepatan pembentukan produk:
r Y⁄r

Selama fase III, tidak terjadi pertumbuhan sel. Pada fase ini, nutrient yang dibutuhkan
untuk pertumbuhan sel sudah habis. Untuk keperluan maintenance sel dan produksi
produk, ditambahkan secondary nutrient (sn). Kecepatan pembentukan produk pada fase
III ini adalah:
k C C
r
K C
dengan
Csn = konsentrasi secondary nutrient, g/dm3
kp = tetapan reaksi spesifik, detik-1
Cc = konsentrasi sel, g/dm3
Ksn = tetapan empirik, g/dm3
r Y⁄ r , g/dm · detik

Kecepatan netto konsumsi sn selama fase III:

© Budhijanto, Februari 2010


50

k C C
r mC Y ⁄ r mC Y ⁄
K C

Hubungan konsentrasi produk dengan konsentrasi substrat adalah:


C Y⁄ C C

Neraca Massa di dalam sebuah reaktor batch dengan volum tetap


Sel:
dC
r r
dt
Substrat:
dC
r
dt
Produk:
dC
r
dt

Pada growth phase:


r Y⁄ r mC
Pada stationary phase:
r Y⁄ r mC

Contoh Soal:
Fermentasi glukosa (S) menjadi etanol (P) dijalankan di dalam sebuah reaktor batch.
Organisme yang digunakan adalah Saccharomyces cerevisiae (C). Plot Cc, Cs, Cp, dan rg
vs t. Pada t = 0, Cc0 = 1,0 g/dm3, dan Cs0 = 250 g/dm3.
C µ CC
r 1
C K C
C 93 g/dm ; n = 0,52; µ 0,33 jam ;
K 1,7 g/dm

r mC
m = 0,03 g substrat/g sel·jam

r k C
kd = 0,01 jam-1

Y⁄ 0,08  g⁄g; Y ⁄ 0,45  g⁄g;  


Y⁄ 5,6  g⁄g
Jawab:
Neraca massa:
C
Sel: r r (1)
C
Substrat: r (2)
C
Produk: r (3)
C µ C C
r 1 (4)
C K C
r k C (5)
Pada growth phase:
r Y⁄ r mC (6)
r Y⁄r (7)
Penyelesaian dengan MATLAB:

© Budhijanto, Februari 2010


51

18 250

16

200
14

12
150

Cs, g/dm3
Cc, g/dm3
10

8
100
6

4 50

0 0
0 2 4 6 8 10 12 0 2 4 6 8 10 12
t, jam t, jam

90
2.2

80 2

70 1.8

60 1.6

1.4

rg, g/dm3.jam
Cp, g/dm3

50
1.2
40
1
30
0.8
20
0.6

10 0.4

0 0.2
0 2 4 6 8 10 12 0 2 4 6 8 10 12
t, jam t, jam

0.18
0
0.16

0.14 -5

0.12
-10
rd, g/dm3.jam

rs, g/dm3.jam

0.1

-15
0.08

0.06 -20

0.04
-25
0.02

0 -30
0 2 4 6 8 10 12 0 2 4 6 8 10 12
t, jam t, jam

14

12

10
rp, g/dm3.jam

0
0 2 4 6 8 10 12
t, jam

© Budhijanto, Februari 2010


52

Neraca Massa di dalam sebuah CSTR (chemostat) dengan volum tetap

Sel:

dC
V v C vC r r V
dt
Pada umumnya, Cc0 = 0.
Substrat:

dC
V v C vC rV
dt

Ditinjau kasus dimana: Cc0 = 0, dan v = v0.


Didefinisikan:
Dilution rate = D  
V

© Budhijanto, Februari 2010


53

Neraca massa sel:


dC
DC r r
dt
Neraca massa substrat:
dC
D C C r
dt
Pada steady state:
0 DC r r Æ DC r r
0 D C C r Æ D C C r
Jika rd diabaikan dan rg mengikuti persamaan Monod:
C C C DK
DC r µC µ ÆD µ µ Æ C
K C K C µ D
Jika pemakaian substrat hanya untuk pertumbuhan sel (cell maintenance diabaikan),
maka:
r r Y⁄
D C C r r Y⁄ DC Y ⁄ Æ
DK
C C C Y⁄ Æ C Y⁄ C C Æ C Y⁄ C
µ D

Efek dilution rate, wash-out


dC
DC r r
dt
CC
r µ
K C
Jika rd = 0,
dC C
µ D C
dt K C
C C
0 jika D µ , sehingga Cc akan terus berkurang sampai Cc = 0.
K C

D pada saat terjadi wash out (Dmax):


D K D K µ C
C Y⁄ C 0 Æ C Æ D
µ D µ D K C

D yang memberikan kecepatan produksi sel maksimum (Dmaxprod)


C DK
Kecepatan produksi sel per satuan volum reaktor = DC DY ⁄ C
V µ D
DC K
0 ÆD µ 1
D K C

Safety
Contoh kasus: Efek Panas di dalam Sebuah Reactor Batch
Telah terjadi ledakan pada reaktor batch yang digunakan untuk produksi nitroanilin dari
ammonia dan o-nitrochlorobenzene (ONCB). Persamaan reaksinya adalah sebagai
berikut.

© Budhijanto, Februari 2010


54

Normalnya, reaksi berlangsung secara isothermal pada 175°C dan tekanan sekitar 500 psi
selama 24 jam. Umpan terdiri atas 3,17 kmol A, 43 kmol B, dan 103,6 kmol air (W).
Suhu dipertahankan isotermal dengan mengatur kecepatan aliran pendingin air yang
suhunya 25°C (dapat dianggap tetap). Reaktor dilengkapi dengan katup/kran pengaman
yang akan terbuka secara otomatis jika tekanan di dalam reaktor melebihi 700 psi. Begitu
kran terbuka, tekanan di dalam reaktor akan turun, dan air akan menguap. Penguapan air
yang membutuhkan panas memberikan efek pendinginan pada campuran reaksi.
Pada hari terjadinya ledakan, pihak manajemen memutuskan melipat-tigakan produksi
dengan melakukan 2 perubahan kondisi operasi dari keadaan normalnya.
1. Umpan terdiri atas 9,044 kmol A, 33,0 kmol B, dan 103,7 kmol air (W).
2. Empat puluh lima menit setelah reaksi dimulai, pendingin dihentikan sementara
selama 10 menit saja untuk menaikkan suhu reaksi. Keputusan ini dinilai aman
karena pengalaman terdahulu pada kondisi operasi normal menunjukkan, tidak
terjadi efek yang berbahaya jika pendingin dihentikan selama 10 menit.

Gambarlah kurva T vs t sampai waktu 120 menit setelah reaktan dicampur dan dinaikkan
suhunya sampai 175°C. Tunjukkanlah bahwa ledakan terjadi sebagai akibat keputusan
yang salah (penambahan umpan A dan penghentian pendingin selama 10 menit)
ditambah rusaknya kran pengaman.
Tambahan informasi yang tersedia:
m3
− rA = kCACB ; k = 0,00017 pada 188°C (= 461 K)
kmol ⋅ menit
Volum reaksi pada jumlah umpan A 9,044 kmol adalah:
V = 3,265 m3 A/B + 1,854 m3 W = 5,119 m3
Volum reaksi pada jumlah umpan A 3,17 kmol (operasi normal) adalah:
V = 3,26 m 3
Diasumsi: ∑ν C
i pi =0
ΔH Rx = −5,9 ⋅ 105 kcal/kmol
E = 11273 cal/mol
CpA = 40 cal/mol⋅K; CpW = 18 cal/mol⋅K;
CpB = 8,38 cal/mol⋅K;
UA = 35,85 kcal/menit⋅°C;
Ta = 298 K = 25°C (dianggap tetap)

Jawab:
Neraca mol:
dX V
= − rA (1)
dt NA0
Persamaan kecepatan reaksi:

© Budhijanto, Februari 2010


55

− rA = kCACB (2)
Stoikhiometri (fase cair, V dapat dianggap tetap):
N (1 − X )
CA = A 0 (3)
V0
N (Θ − 2X )
CB = A 0 B (4)
V0
N
Θ B = B0 (5)
NA0
Neraca Energi:
dT Q & −W& + (ΔH )(r V )
= s Rx A
(6)
dt ∑ i pi
N C
dengan
⎡11273 ⎛ 1 1 ⎞⎤
k = 0,00017 exp ⎢ ⎜ − ⎟⎥ (7)
⎣ 1,987 ⎝ 461 T ⎠⎦
Q& = UA(T − T) (8)
a
& =0
W (9)
s

∑N C i = ∑ N A 0 (Θi + ν i X )C pi = ∑ N A 0 Θi C pi = N A 0C pA + N B0C pB + N W 0C pW
pi (10)
Didefinisikan:
Qg = panas yang dibangkitkan = (rA V )(ΔH Rx ) (11)
Qr = panas yang dibuang = UA(T − Ta ) (12)

A. Operasi isothermal (T = 175°C = 448 K) pada 45 menit pertama


Penyelesaian dengan POLYMATH:
POLYMATH Results
No Title 05-24-2005, Rev5.1.230

Calculated values of the DEQ variables

Variable initial value minimal value maximal value


final value
t 0 0 45 45
X 0 0 0.0336079
0.0336079
NB0 33 33 33 33
NA0 9.044 9.044 9.044
9.044
V 5.119 5.119 5.119
5.119
TETAB 3.648828 3.648828 3.648828
3.648828
T 448 448 448 448
dHr -5.9E+05 -5.9E+05 -5.9E+05 -
5.9E+05
Ta 298 298 298 298
k 1.189E-04 1.189E-04 1.189E-04
1.189E-04
CA 1.7667513 1.7073745 1.7667513
1.7073745
CB 6.4465716 6.3278179 6.4465716
6.3278179

© Budhijanto, Februari 2010


56

NW0 103.7 103.7 103.7


103.7
rA -0.0013548 -0.0013548 -0.0012851 -
0.0012851
Qg 4091.645 3881.2935 4091.645
3881.2935
UA 35.85 35.85 35.85
35.85
Qr 5377.5 5377.5 5377.5
5377.5

Jadi pada akhir 45 menit pertama: X = 0,0336


Selama 45 menit pertama ini, Qg terus berkurang akibat berkurangnya kecepatan reaksi
dan Qg < Qr seperti yang ditunjukkan hasil perhitungan POLYMATH di atas.

JADI REAKSI DAPAT TERUS DIKONTROL DAN TIDAK AKAN TERJADI


LEDAKAN SEANDAINYA ALIRAN PENDINGIN TIDAK DIHENTIKAN.

B. Operasi adiabatic selama 10 menit (dari menit ke 45 s/d 55)


Penyelesaian dengan POLYMATH:
POLYMATH Results
No Title 05-24-2005, Rev5.1.230

Calculated values of the DEQ variables

Variable initial value minimal value maximal value


final value
t 45 45 55 55
X 0.0336079 0.0336079 0.0430001
0.0430001
T 448 448 468.00739
468.00739
NB0 33 33 33 33
NA0 9.044 9.044 9.044
9.044
V 5.119 5.119 5.119
5.119
TETAB 3.648828 3.648828 3.648828
3.648828
k 1.189E-04 1.189E-04 2.038E-04
2.038E-04
dHr -5.9E+05 -5.9E+05 -5.9E+05 -
5.9E+05
Ta 298 298 298 298
CA 1.7073745 1.6908673 1.7073745
1.6908673
CB 6.327818 6.2948036 6.327818
6.2948036
NW0 103.7 103.7 103.7
103.7
rA -0.0012851 -0.0021697 -0.0012851 -
0.0021697
Qg 3881.2936 3881.2936 6552.839
6552.839
UA 35.85 35.85 35.85
35.85

© Budhijanto, Februari 2010


57

Qr 5377.5 5377.5 6091.0249


6091.0249
Q 0 0 0 0
CPB 8.38 8.38 8.38
8.38
CPA 40 40 40 40
CPW 18 18 18 18
NCP 2504.9 2504.9 2504.9
2504.9

Jadi pada akhir 55 menit pertama: X = 0,0430, T = 468,01 K.


Pada menit ke 55 ini, pendingin kembali dialirkan. Hasil perhitungan POLYMATH
menunjukkan, pada menit ke 55 ini: Qg = 6552.839 kcal/menit, dan Qr,maksimum =
6091,0249 kcal/menit. Jadi: Qg > Qr . Akibatnya T AKAN NAIK TERUS!

C. Operasi Batch dengan Pendinginan mulai menit ke 55


Penyelesaian dengan POLYMATH:
POLYMATH Results
No Title 05-24-2005, Rev5.1.230

Calculated values of the DEQ variables

Variable initial value minimal value maximal value


final value
t 55 55 120 120
X 0.0430001 0.0430001 0.2045725
0.2045725
T 468.00739 468.00739 631.99564
631.99564
NB0 33 33 33 33
NA0 9.044 9.044 9.044
9.044
V 5.119 5.119 5.119
5.119
TETAB 3.648828 3.648828 3.648828
3.648828
k 2.044E-04 2.044E-04 0.0042415
0.0042415
dHr -5.9E+05 -5.9E+05 -5.9E+05 -
5.9E+05
Ta 298 298 298 298
CA 1.6907808 1.4126173 1.6907808
1.4126173
CB 6.2946306 5.7383036 6.2946306
5.7383036
NW0 103.7 103.7 103.7
103.7
rA -0.0021754 -0.034382 -0.0021754 -
0.034382
Qg 6570.0575 6570.0575 1.038E+05
1.038E+05
UA 35.85 35.85 35.85
35.85
Qr 6094.7649 6094.7649 1.169E+04
1.169E+04
Q -6094.7649 -1.169E+04 -6094.7649 -
1.169E+04
© Budhijanto, Februari 2010
58

CPB 8.38 8.38 8.38


8.38
CPA 40 40 40 40
CPW 18 18 18 18
NCP 2504.9 2504.9 2504.9
2504.9

Jadi pada menit ke 120: X = 0,2045, T = 632 K.

Grafik T vs t ditunjukkan oleh gambar berikut ini.


t vs T

650.00

600.00

550.00
T, K

500.00

450.00

400.00
0 20 40 60 80 100 120
t, menit

Saat T mencapai 300°C (= 573 K), terjadi reaksi samping dekomposisi nitroanilin
menjadi gas CO, N2, dan NO2, melepaskan lebih besar lagi energi. Energi total yang
dilepaskan kurang lebih 6,8⋅109 J (energi sebesar ini cukup untuk mengangkat bangunan
seberat 2500 ton setinggi 300 m).

Bagaimana profil T vs t jika jumlah umpan sesuai operasi normal dan setelah menit ke
55, pendingin dialirkan pada kecepatan maksimum?
Penyelesaian POLYMATH memberikan kurva sebagai berikut.

© Budhijanto, Februari 2010


59

t vs T

500.00

480.00

460.00

T, K
440.00

420.00

400.00
0 20 40 60 80 100 120
t, menit

Terlihat bahwa suhu reaksi tetap dapat dikontrol dan ledakan tidak akan terjadi.

D. Katup/kran pengaman
Seharusnya, kran pengaman akan terbuka dengan sendirinya saat tekanan melewati 700
psi (kira-kira suhu telah mencapai 265°C). Kenyataannya tidak.
Jika kran pengaman beroperasi normal, maka kecepatan maksimum uap air melewati
kran berdiameter saluran 2-in keluar ke atmosfer adalah 830 kg/min. Jadi pada saat kran
terbuka (T = 265°C = 538 K), maka:
kg ⎞⎛ kcal ⎞ ⎛
& vap ΔH vap + UA(T − Ta ) = ⎛⎜ 830
kcal ⎞
Qr = m ⎟⎜⎜ 540 ⎟⎟ + ⎜ 35,83 ⎟(538 − 298)K
⎝ menit ⎠⎝ kg ⎠ ⎝ K ⎠
kcal
= 4.57 ⋅ 105
menit
Hasil perhitungan dengan POLYMATH menunjukkan:
Pada saat T = 265°C = 538 K, t = 114 menit dan Qg = 2,61⋅104 kcal/menit, jauh lebih
kecil daripada Qr. Jadi, T akan turun dengan cepat pada saat kran pengaman terbuka.

Kesimpulan:
1. Meskipun pendingin dihentikan selama 10 menit, tetapi jika jumlah umpan
normal, ledakan tidak akan terjadi.
2. Meskipun jumlah umpan dinaikkan, tetapi jika pendingin tidak pernah dihentikan,
ledakan tidak akan terjadi.
3. Jika jumlah umpan dinaikkan dan pendingin dihentikan selama 10 menit seperti
apa yang terjadi, ledakan tidak akan terjadi jika katup/kran pengaman bekerja
dengan baik. Yang akan terjadi adalah pada menit ke 114, kran terbuka dengan
otomatis, dan akibatnya suhu reaksi drop.
Jadi kesalahan adalah pada keputusan management yang salah ditambah lagi kran
pengaman tidak bekerja.

© Budhijanto, Februari 2010


60

© Budhijanto, Februari 2010

Вам также может понравиться