Вы находитесь на странице: 1из 33

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Dalam bidang kedokteran gigi khusunya pada bagian periodonsia, dikenal perawatan non bedah dan perawatan bedah periodontal. Perawatan non bedah periodontal yang disebut juga perawatan terapi fase I atau terapi inisial adalah merupakan tahap pertama dari serangkaian perawatan periodontal yang diarahkan pada penyingkiran semua iritan lokal yang dapat menyebabkan inflamasi gingival serta pemberian instruksi dan memotivasi pasien untuk melaksanakan kontrol plak. Perawatan ini merupakan fase perawatan etiotropik (etiotropic treatment phase), karena sasarannya adalah penyingkiran factor etiologi penyakit periodontal (Carranza:1996). Bedah periodontal merupakan bagian dari terapi periodontal dengan maksud untuk meningkatkan akses dan pandangan (visibility) untuk scalling dan rootplanning, membuang jaringan granulasi, dan memperbaiki jaringan periodontal yang rusak sebagai faktor predisposisi bagi penyakit periodontal selanjutnya. Sebelum melakukan tindakan bedah, pasien harus menjalani perawatan dasar yang menyeluruh dan kondisinya sudah diperiksa ulang serta mempunyai standar kebersihan mulut yang baik sebelum dilakukan operasi. Pasien juga harus diberi informasi tentang apa yang dapat diperoleh dari operasi pada kasus tersebut, prognosa, keterbatasan atau komplikasi operasi dan kendala pasca operasi. Tipe perawatan bedah tergantung pada bentuk lesi sebagai berikut : 1. Lesi sederhana atau supraboni, dimana semua dinding lesi terletak pada jaringan lunak dan tidak diperumit dengan adanya masalah mukogingiva. 2. Lesi infraboni dimana dasar poket terletak di apikal dari tepi tulang oleh sebab itu, satu atau beberapa dinding poket dibatasi oleh tulang. 3. Poket yang disertai dengan kerusakan mukogingiva seperti misalnya perlekatan otot yang tinggi atau absennya perlekatan gingiva. Kontraindikasi operasi dapat karena faktor oral atau sistemik seperti adanya penyakit sistemik misalnya penyakit kardiovaskuler yang parah, keganasan, penyakit ginjal, penyakit hati, penyakit darah dan gangguan pembekuan darah serta diabetes yang tidak terkontrol. Disini perlu dilakukan rujukan ke dokter yang merawat pasien. Kontraindikasi lainnya yaitu bila motivasi pasien kurang adekuat, bila ada infeksi akut
1

dan bila prognosa sangat buruk sehingga tanggalnya gigi tidak mungkin dicegah (Buku Ajar Periodonti, J D Manson ). Tujuan utama perawatan periodontal tidak hanya menghentikan penyakitnya, tetapi juga menggantikan bagian jaringan penyangga yang mengalami kerusakan. Keberhasilan perawatan periodontal bergatung kepada kesempurnaan menghilangkan keradangan gingiva, perdarahan, mengurangi kedalaman pocket, menghentikan proses infeksi, menghentikan pembentukan pus, menghentikan kerusakan jaringan lunak dan tulang, mengurangi kegoyangan gigi, mencegah rekurensi penyakit, serta mengurangi hilangnya gigi-geligi (Manson, 1993). Dari pemaparan diatas, kita diharapkan bisa mengetahui fase-fase dalam terapi periodontal, perawatan yang dilakukan pada terapi periodontal fase I, pengertian dan dasar pemikiran (indikasi/kontraindikasi) scaling dan rootplanning, evaluasi (respon jaringan) setelah dilakukan perawatan non bedah periodontal, serta pengendalian faktor etiologi sekunder (Manson, 1993).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Tujuan

utama

perawatan

periodontal

tidak

hanya

menghentikan

penyakit

periodontal, tetapi juga menggantikan bagian jaringan penyangga yang mengalami kerusakan. Keberhasilan perawatan periodontal sangat bergantung pada kesempurnaan dalam menghilangkan keradangan gingiva, perdarahan gingiva, mengurangi kedalaman poket, menghentikan proses infeksi, menghentikan pembentukan pus, menghentikan kerusakan jaringan lunak dan tulang, mengurangi kegoyangan gigi, memperbaiki fungsi oklusi, memperbaiki jaringan yang mengalami kerusakan, mencegah rekurensi penyakit, serta mengurangi hilangnya gigi-geligi. (J.D.Manson, 1993). Perawatan periodontal meliputi beberapa fase yang saling berhubungan yaitu fase preliminary, fase 1, evaluasi respon fase 1, fase 2, fase 3, evaluasi respon fase 3, dan fase 4. Fase preliminary terdiri dari perawatan kasus darurat periodontal dan pencabutan gigi dengan progonis tidak ada harapan untuk dipertahankan. Terapi fase I (fase etiotropik) merupakan perawatan periodontal yang tidak melibatkan bedah, terdiri dari DHE, scaling, root planing, koreksi restorasi dan protesa yang mengiritasi, terapi antimikrobial (lokal atau sistemik), dan terapi oklusal (penyelarasan oklusi). Evaluasi respon fase I terdiri dari pengecekan kembali kedalaman saku dan inflamasi gingiva, plak, kalkulus dan karies.

Terapi fase II (fase bedah) terdiri dari bedah periodontal dan perawatan saluran akar. Terapi fase III (fase restoratif) terdiri dari restorasi final, gigi tiruan cekat dan lepasan. Evalusi respon terhadap fase 3 terdiri dari pemeriksaan periodontal. Terapi fase IV (fase pemeliharaan / terapi periodontal suportif) terdiri dari kunjungan berkala, pengontrolan plak dan kalkulus. (J.D.Manson, 1993). Fase preliminari atau pendahuluan meliputi: Perawatan kasus darurat (emergensi) Dental atau periapikal Periodontal Lain-lain Pencabutan gigi dengan prognosis tidak ada harapan, dan pemasangan gigi tiruan sementara (bila diperlukan karena alasan tertentu). (Newman, 2006)

BAB III PEMBAHASAN

2.1 TUTORIAL PERTAMA STEP 1 (Identifikasi kata-kata sulit) 1. Gingivitis kronis Suatu inflamasi gingiva yang menetap dan berkepanjangan atau bertahan lama karena akumulasi plak yang bertahan lama sehingga pasien tidak merasakan sakit yang sangat. Faktor utama dari gingivitis kronis adalah bakteri plak tetapi kelainan ini mempunyai faktor predisposisi berupa kebiasaan bernafas melalui mulut, gigi berlubang dan konsumsi obat-obatan (faktor sistemik). 2. Perawatan periodontal fase I Disebut juga perawatan inisial atau prelimenary yang merupakan perawatan non bedah dengan menghilangkan faktor penyebab atau etiologi seperti

menghilangkan iritasi lokal gingiva dan menghambat transisi kelainan gingiva agar tidak berkelanjutan ke kelainan periodontal lainnya. Perawatan fase I meliputi scaling, rootplaning, DHE (Dental Health Education), terapi oklusal, memotivasi pasien, kontrol plak, dan juga terapi mikrobial. 3. Root planing Merupakan suatu perawatan periodontal untuk menghilangkan kalkulus di sementum yang bertujuan untuk mendapatkan permukaan akar yang halus,licin dan bersih. Perawatan ini di indikasikan untuk pasien yang mengalami nekrosis pada sementum dan juga pada pasien yang mempunyai kedalaman poket lebih dari 4mm pada pemeriksaan klinis. 4. Dental Health Education (DHE) Merupakan usaha atau program yang terarah yang dilakukan untuk mendapatkan keadaan rongga mulut yang sehat juga merupakan program belajar mengajar yang bersifat persuasif dan sugestif. Dalam program in meliputi kegiatan motivasi, instruksi, penyuluhan, kontrol plak, penggunaan obat kumur, dan dental flossing pada daerah interdental. 5. Scaling Merupakan perawatan periodontal berupa pembuangan plak dan kalkulus dari permukaan gigi baik pada bagian supragingiva dan subgingiva. Perawatan ini dilakukan menggunakan Hand instrumen maupun ultrasonic scaler.
4

STEP 2 (Identifikasi permasalahan dalam skenario) 1. Apakah ada pengaruh antara penyakit hipertensi terkontrol pada pasien di skenario dengan timbulnya gingivitis kronis? 2. Apakah indikasi dan kontraindikasi dari perawatan scaling dan root planing? 3. Apakah ada pengaruh antara penyakit hipertensi terkontrol pada pasien di skenario dengan perawatan periodontal? 4. Apa sajakah tahap-tahap dari perawatan periodontal fase I? 5. Apakah fungsi dari kontrol periodik dan hal apa saja yang dilakukan pada kontrol periodik?

STEP 3(Brainstorming) 1. Gingivitis Gingivitis merupakan manifestasi dari penyakit hipertensi yang berasal dari pengonsumsian obat hipertensi golongan Meta-bloker. Efeksamping dari obat ini juga berupa Xerostomia sehingga menyebabkan bau mulut dan meningkatnya akumulasi plak.

LVH (Left Venricle Hipertrophy)

Disfungsi Mikrosirkular dan penyempitan pembuluh darah

Diikuti penyempitan pembuluh darah diseluruh tubuh salah satunya pembuluh darah di jaringan periodontal

Ishkemi pada jaringan periodontal

2. Indikasi dan kontraindikasi Scaling dan Root planing 2.1 Indikasi dan Kontraindikasi Scaling Indikasi Menghilangkan penyakit periodontal Menghlangkan kalkulus dan plak supragingiva dan subgingiva Kontraindikasi Pasien dengan dentin terbuka Kontraindikasi pada anak-anak dengan menggunakan ultrasonik scaler Kontraindikasi pada pasien yang memiliki penyakit menular melalui udara seperti Tuberculosis 2.2 Indikasi dan kontraindikasi Rootplaning Indikasi Pocket leih dari 4mm Pasien yang mengalami nekrosis pada jaringan sementum
6

Kontraindikasi Pasien yang sedang mengalami abses Kalkulus yang meluas kedaerah apikal

2.3 Indikasi dan kontraindikasi perawatan periodontal fase I Indikasi 3. Pasien yang mengalami gingivitis kronis dan periodontitis Pasien yang memiliki skor CPITN 2 dan 3 Kontraindikasi Pasien yang mengidap Hipertensi yang tidak terkontrol

Terdapat pengaruh antara hipertensi dengan perawatan periodontal berupa lamanya prosedur perawatan yang mengakibatkan stres pada pasien dengan tanda-tanda lemas, sakit kepala, muka terlihat pucat, dan tekanan darah tinggi yang mengakibatkan peningkatan vasokonstriksi sehingga tekanan darah sistol dan diastol perlahan meningkat. Untuk pasien yang terpaksa menggunakan anastesi lokal pada perawatan periodontal pada pasien dengan Hipertensi tidak terkontrol, tidak diperkenankan menggunakan bahan anestesi yang mengandung vasokonstriktor. Pada pasien dengan hipertensi terkontrol dianjurkan menggunakan Epinefrin sebanyak 0.04mg.

4. Tahapan dari perawatan fase I DHE (Dental Health Education) Penyingkiran kalkulus supragingiva dan subgingiva dengan dua metode yaitu pull motion dan push motion. Pada gerak menarik mata pisau alat ditempatkan menyentuh apikal atau lateral dari kalkulus dan dengan sapuan kuat kearah koronal sebagian atau keseluruhan kalkulus di lepaskan dari perlekatannya. Push motion jari tangan mengaktifkan alat, mata pisau alat meyentuh tepi lateral kalkulus dan dengan gerak mendorong dari jari tangan kalkulus di lepaskan dari perlekatannya. Koreksi restorasi Penumpatan lesi karies Instruksi kontrol plak dan kontrol diet yang dilakukan saat dirumah. Perawatan akar subgingiva (kuretase) Reevaluasi jaringan Terapi anti mikroba baik lokal maupun sistemik Perawatan scaling supragingiva terlebih dahulu kemudian dievaluasi, jika belum sempurna tidak di perkenankan untuk melakukan scaling subgingiva. Kemudian
7

setelah proses scaling selesai dilakukan pemolesan yang bertujuan untuk menghaluskan permukaan gigi. 5. Pada evaluasi DHE dilakukan kurang lebih 6 bulan sekali dan untuk pasien yang pernah pengalami penyakit periodontal dianjurkan kontrol kembali 3 bulan sekali. Kontrol periodik bisa dilakukan 3 bulan,6 bulan atau 9 bulan sekali tergantung kebutuhan untuk mengevaluasi kedalaman poket dan ada atau tidaknya kalkulus dan plak yang menimbun. Fungsi dari kontrol periodik yaitu untuk mengetahui keberhasilan perawatan dan juga untuk mendeteksi kelainan baru yang mungkin timbul.

STEP 4 (Mapping)
Rencana perawatan

Perawatan periodontal fase I

DHE

Scaling

Rootplaning

Koreksi tumpatan

Kontrol periodik

Definisi

Indikasi

Kontra indikasi

Teknik

Respon jaringan

STEP 5 (Learning Objective) 1. Mampu Mengetahui dan Memahami Macam-Macam Fase Perawatan Periodontal 2. Mampu Mengetahui dan Memahami Pengertian dan Macam-Macam Perawatan Periodontal Fase I 3. Mampu Mengetahui dan Memahami Definisi, Dasar Pemikiran, dan Tahapan DHE 4. Mampu Mengetahui dan Memahami Definisi, Dasar Pemikiran, indikasi dan kontraindikasi dan Tahapan Scaling dan Rootplaning

5. Mampu Mengetahui dan Memahami Definisi, Dasar Pemikiran, dan Tahapan Kontrol Periodik

STEP 6 (Mandiri)

2.2 TUTORIAL KEDUA STEP 7 1. Macam macam fase perawatan periodontal Perawatan periodontal bukanlah suatu perawatan dental yang berdiri sendiri. Agar perawatan periodontal berhasil baik, terapi periodontal haruslah mencakup prosedur-prosedur kedokteran gigi lainnya sesiuai dengan kebutuhan pasien. (Newman, 2006) Perawatan periodontal meliputi beberapa fase antara lain: 1. Fase preliminari/pendahuluan meliputi: Perawatan kasus darurat (emerjensi) a. Dental atau periapikal b. Periodontal c. Lain-lain Pencabutan gigi dengan prognosis tidak ada harapan, dan pemasangan gigi tiruan sementara (bila diperlukan karena alasan tertentu). (Newman, 2006) 2. Fase I Adalah fase terapi inisial, merupakan fase dengan cara menghilangkan beberapa faktor etiologi yang mungkin terjadi tanpa melakukan tindakan bedah periodontal atau melakukan perawatan restoratif dan prostetik. 2. Fase II Merupakan kelanjutan dari evaluasi respon terapi fase I yang berkembang sebagai suatu hasil dari penyakit sebelumnya dan menjadi factor predisposisi atau rekurensi dari penyakit periodontal. Beberapa prosedur yang dilakukan pada fase ini antara lain : Bedah periodontal untuk mengeliminasi poket dengan cara kuretase gingiva dan gingivektomi. Prosedur bedah flap periodontal. Rekonturing tulang (bedah tulang).

Prosedur regenerasi periodontal (bone and tissue graft). Penempatan implant serta perawatan endodontik.

3. Fase III (fase restoratif) Pada fase ini tindakan yang dilakukan antara lain : Pembuatan restorasi tetap dan alat prostetik yang ideal untuk gigi yang hilang. Evaluasi respon terhadap terapi fase III dengan pemeriksaan periodontal.

4. Fase IV (fase pemeliharaan) Fase ini dilakukan untuk mencegah terjadinya kekambuhan pada penyakit periodontal sehingga perlu dilakukan kontrol periodik (J.D.Mansen,1993).

Fase emergensi

Perawatan periodontal fase I

Contemporer Periodontic

Fase pemeliharaan

Perawatan periodontal fase II (Bedah)

Perawataan periodontal fase III (Restoratif)

10

2. Definisi dan Macam-Macam Perawatan Periodontal Fase 1 2.1. Definisi Perawatan Periodontal Perawatan inisial (initial treatment) atau yang dinamakan juga sebagai perawatan fase I (phase I therapy) atau fase higienik (hygienic phase) adalah merupakan tahap pertama dari serangkaian perawatan periodontal, yang diarahkan pada penyingkiran semua iritan lokal yang dapat menyebabkan inflamasi gingival serta pemberian instruksi dan memotivasi pasien untuk melaksanakan kontrol plak. Perawatan ini merupakan fase perawatan etiotropik (etiotropic treatment phase), karena sasarannya adalah penyingkiran factor etiologi penyakit periodontal (Carranza:1996). Tujuan dari perawatan inisial ini adalah untuk menyingkirkan

inflamasi/keradangan gingiva. Tujuan ini dapat dicapai dengan jalan penyingkiran kalkulus dan plak secara tuntas, koreksi restorasi yang cacat, penutupan lesi karies, dan pelaksanaan kontrol plak yang adekuat (Carranza,1996). Tujuan spesifik perawatan periodontal fase 1 juga menghilangkan kekasaran dan ketidakteraturan kontur permukaan gigi sehingga membantu dalam kontrol plak yang efektif. Kontrol plak yang efektif merupakan hal pokok dalam setiap prosedur perawatan periodontal. Perawatan inisial diindikasikan untuk perawatan pendahuluan bagi pasien dengan poket periodontal. Kemudian setelah perawatan ini baru dievaluasi untuk menentukan apakah masih perlu dilakukan bedah periodontal atau tidak serta sebagai satu-satunya perawatan bagi pasien dengan gingivitis kronis atau periodontitis ringan yang tidak memerlukan bedah periodontal (Carranza,1996) 2.2. Macam-Macam Perawatan Periodontal Fase I. 2.2.1. Instruksi Kontrol Plak Terbatas. Pada tahap ini pasien diajarkan mengenai cara pembersihan permukaan gigi yang licin dan rata. Pada sesi pertama kepada pasien baru dapat diajarkan cara pembersihan dengan sikat gigi saja. Benang gigi (dental floss) hanya dapat digunakan pada permukaan proksimal gigi yang licin dan rata saja, karena tepi yang tajam dan permukaan yang kasar dari kalkulus akan menyebabkan rusaknya benang gigi (Carranza,1996). 2.2.2 Penyingkiran Kalkulus Supragingival. Pembersihan kalkulus supragingival bisa dengan cara scalling. Penskeleran supragingival dapat dilakukan dengan skeler ultrasonik,
11

skeler manual, atau kuret. Penskeleran dilakukan dengan gerakan menarik (pull motion), kecuali pada daerah interproksimal gigi anterior yang rapat dimana dapat digunakan skeler pahat yang tipis dengan gerak mendorong (push motion). Pada gerakan menarik, mata pisau alat ditempatkan menyentuh tepi apikal atau lateral dari kalkulus dan dengan sapuan yang kuat ke arah koronal sebagian atau keseluruhan kalkulus dilepaskan dari perlekatannya. Setelah selesainya penskeleran supragingival, segera dilakukan pemolesan permukaan mahkota gigi. Pemolesan dilakukan dengan pasta abrasif yang dioleskan pada brus atau rubber cup yang diputar dengan mesin bur (Pattinson,dkk,1992). 2.2.3. Perbaikan Restorasi yang Cacat. Keberadaan restorasi yang berlebihan/overhanging, kasar,

overcontoured, lokasinya subgingival meskipun halus akan diikuti oleh penumpukan plak yang banyak, inflamasi gingiva, kehilangan tulang dan kehilangan perlekatan. Seperti halnya kalkulus, restorasi yang demikian menghalangi prosedur kontrol plak, sehingga harus dikoreksi atau diganti dengan yang baru. Koreksi restorasi yang cacat adalah sama pentingnya dengan penyingkiran kalkukus, dan oleh karena itu penyingkirannya harus dilakukan pada waktu yang bersamaan dengan penyingkiran kalkulus (Carranza,1996). Cara mendeteksi tepi restorasi yang cacat adalah dengan mengesergeserkan ujung eksplorer yang halus naik-turun sepanjang tepi restorasi. Penyingkiran restorasi yang berlebihan sedapat mungkin dilakukan dengan menggantinya dengan restorasi yang baru. Apabila restorasinya ingin tetap dipertahankan agar perawatan inisial bisa cepat diselesaikan, bagian yang berlebihan harus disingkirkan. Bagian restorasi alloy dan resin yang berlebihan dapat disingkirkan dengan skeler, kikir periodontal atau finishing bur. Bila menggunakan bur, arah penggerindingan adalah dari bagian restorasi yang mengemper ke arah gigi. (Carranza,1996). 2.2.4 Penumpatan Lesi Karies. Karies yang lokasinya dekat ke gingiva dapat mengganggu kesehatan periodonsium meskipun tanpa ada kalkulus atau restorasi yang cacat di sekitarnya. Hal ini disebabkan karies yang letaknya demikian merupakan wadah yang luas dan tersembunyi bagi bakteri plak. Oleh
12

sebab itu penumpatan karies yang berada dekat ke gingiva merupakan bagian integral dari perawatan inisial. Penumpatan sebaiknya berupa penumpatan tetap (permanen). Namun pada keadaan tertentu

penumpatan sementara pun sudah memadai. Bila tumpatan yang dibuat berupa tumpatan sementara, harus diingat bahwa fungsi tumpatan sementara tersebut hanyalah untuk menyingkirkan daerah penumpukan bakteri plak yang mengancam kesehatan gingiva dan bukan untuk memperbaiki kontur dan fungsi gigi tersebut. Jadi apabila dilakukan penumpatan sementara, harus tetap dilakukan preparasi kavitas dan penumpatan tetap sesegera mungkin setelah selesainya perawatan inisial (Carranza,1996). 2.2.5 Instruksi Kontrol Plak Komprehensif. Dengan telah disingkirkannya kalkulus supragingival, diperbaikinya restorasi yang cacat dan ditumpatnya lesi karies, maka permukaan gigi telah dipersiapkan sedemikian rupa sehingga memungkinkan pasien melakukan kontrol plak secara tuntas. Pada tahap ini, pasien dapat diberikan instruksi kontrol plak secara komprehensif dengan

mengajarkan cara-cara pembersihan gigi selain penyikatan gigi. Pasien sudah harus mampu menyingkirkan plak dari seluruh permukaan mahkota klinis gigi geligi yang ada, kecuali dari permukaan akar gigi dengan poket yang dalam. Permukaan akar gigi baru dapat diharapkan terbersihkan oleh pasien secara tuntas apabila telah terjadi pengurangan kedalaman saku menjadi sulkus normal sejalan dengan penyembuhan yang terjadi (Carranza,1996). 2.2.6 Perawatan Terhadap Akar Gigi Subgingival. Setelah pasien dapat melakukan kontrol plak supragingival, mulailah dilakukan perawatan terhadap akar gigi subgingival berupa penyingkiran kalkulus subgingival, penyingkiran sementum yang nekrosis, dan penyerutan akar, yang merupakan tahap akhir dalam mencapai permukaan gigi yang rata dan licin. Kalkulus subgingival lebih keras dan lebih melekat dibandingkan dengan kalkulus supragingival. Membersihkan kakulus subgingival biasanya menggunakan kuret. Membersihaknnya membutuhkan kekuatan yang lebih besar dan kontrol alat yang lebih baik (Carranza,1996).
13

Perluasan

kalkulus

subgingival

harus

diperkirakan

sebelum

melakukan penskeleran. Ini dilakukan dengan eksplorer atau kuret yang halus yang diselipkan melintasi permukaan kalkulus ke arah apikal sampai dicapai tepi apikal kalkulus. Jarak antara tepi apikal kalkulus dengan dasar saku biasanya berkisar 0,2 - 1,0 mm (Carranza,1996). Setelah penskeleran subgingival dilakukan, kehalusan permukaan akar harus diperiksa berulang-ulang dengan eksplorer atau kuret halus. Ada daerah tertentu pada permukaan akar yang perlu diperhatikan seperti alur vertikal yang dangkal pada sisi proksimal gigi posterior atau batas sementum enamel. Adanya penumpukan kalkulus pada daerah tersebut sering tidak terdeteksi (Carranza,1996). 2.2.7 Reevaluasi Jaringan. Jaringan periodonsium diperiksa kembali untuk menentukan perlu tidaknya dilakukan perawatan lanjutan. Poket diprobing kembali untuk menentukan apakah bedah periodontal masih diindikasikan. Evaluasi hasil perawatan inisial dilakukan antara 1 - 3 bulan setelah diselesaikannya perawatan inisial, tergantung keparahan lesinya. Pakar yang lebih ahli menganjurkan evaluasi dilakukan setelah 9 bulan selesainya perawatan inisial (Carranza,1996). 2.2.8 Occlusal adjustment Mengembalikan gigitan antara Rahang Atas dan Rahang Bawah kedalam keadaan yang normal sehingga tidak terjadi trauma yang berlebihan pada jaringan periodontal dan rasa nyeri yang ditimbulkan. Adanya gigitan yang tidak seimbang antara Rahang Atas dan Rahang Bawah kemungkinan dapat menyebabkan Trauma From Occlusion dan jika keadaan tidak segera diperbaiki dapat menyebabkan terjadinya temporo mandibular joint disorder (H. Koh & P.G Robinson,2004). 3. Definisi, Dasar Pemikiran dan Tahapan DHE (Dental Health Education) 3.1 Definisi Pendidikan kesehatan adalah suatu penerapan atau aplikasi konsep pendidikan dan konsep sehat. Konsep sehat adalah konsep seseorang dalam keadaan semputrna baik fisik, mental dan sosialnya serta bebas dari penyakit cacat dan kelemahannya. Adapun konsep pendidikan kesehatan adalah proses

14

belajar- mengajar pada indvidu atau kelompok masyarakat tentang nilai kesehatan sehingga mereka mampu mengatasi masalah kesehatan.(Herijulianti, 2002). Menurut division of health education and public health (1990) berpendapat bahwa pendidikan kesehatan adalah alat yang digunakan untuk memeberi penerangan yang baik kepada masyarakat supaya masyarakat dapat bekerja sama dan mencapai apa yang diinginkan ( Herijulianti, 2002 ). Seperti halnya pendidikan kesehatan konsep pendidikan kesehatan gigipun merupakan penerapan dari konsep pendidikan dan konsep sehat. Bertitik tolak dari kedua konsep tersebut maka pendidikan gigi adalah suatu proses belajar yang ditunjukkan kepada individu dan kelompok masyarakat untuk mencapai derajat kesehatan gigi yang setinggi-tingginya (Herijulianti, 2002 ). Bastian berpendapat bahwa pendidikan kesehatan gigi adalah semua aktivitas yang membantu menghasilkan penghargaan masyarakat akan kesehatan gigi dan memberikan pengertian akan cara-cara bagaiman memelihara kesehatan gigi dan mulut. Jadi diharapkan dengan adanya kesehatan gigi dan mulut ini akan bertambah baik yang akhirnya akan diperoleh kesehatan gigi dan mulut yag setinggi-tingginya ( Herijulianti, 2002 ). Semua proses pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan

pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang berhubungan dengan kesehatan gigi dan mulut agar mereka dapat menjaga kesehatan gigi dan mulutnya (Chaterine Stillman Lowe,2007). 3.2 Dasar pemikiran 3.2.1 Menurut Noor(1972), tujuan pendidikan kesehatan gigi adalah : 1. Meningkatkan pengertian dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut. 2. Menghilangkan atau paling sedikit megurangi penyakit gigi dan mulut dan gangguan lainnya pada gigi dan mulut. 3.2.2 pendidikan kesehatan gigi bertujuan( Herijulianti, 2002 ) 1. 2. Memperkenalkan kepada masyarakat tentang kesehatan gigi. Mengingatkan kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut. 3. Menjabarkan akibat yang akan timbul dari kelalaian menjaga kebersihan gigi dan mulut. 4. Menanamkan perilaku sehat sejak dini melalui kunjungan ke sekolah.
15

5.

Menjalin kerjasama dengan masyarakat melalui RT,RW, Kelurahan dalam memberikan penyuluhan langsung kepadamasyarakat, bila diperlukan dapat saja dilakukan tanpa melalui puskesmas.

3.3 Tahapan DHE : 1. Motivasi agar pasien dapat terdorong untuk melakukan kontrol plak secara adekuat, ia harus termotivasi. Tahp memotivasi pasien adalah tahap yang paling menentukan untuk tercapainya pelaksanaan control plak yang adekuat. Memotivasi pasien adalah prosedur yang sukar karena untuk dapat termotivasi pasien harus berusaha untuk a. Menerima Pasien harus bersedia menerima dan memahami penyuluhan yang diberikan berkaitan dengan konsep konsep pathogenesis, perawatan dan pencegahan penyakit periodontal. Pasien diharapakan dapat termotivasi apabila ia dapat memahami apa itu penyakit periodontal, efek penyakit tersebut, bagaiman kerentanan dirinya terhadap penyakit tersebut, dan apa yang dapat dilakukan untuk dapat mencapai dan mempertahankan kesehatan jaringan periodontalnya. b. Perubahan Kebiasaan Dari pasien diharapkan diharapkan adanya perubahan kebiasaan dalam hal cara cara pembersihan mulut sesuai dengan metode yang diajarkan.untuk itu pasien harus berkemauan dan mampu menguasai ketrampilan penggunaan alat alat pembersih. c. Perubahan tingkah laku Pasien harus menyesuaikan pandangan dan nilai nilai yang dianutnya mengenai pembersihan mulut. Pasien harus tergugah bahwa prosedur control plak yang dilakukanya bukanlah untuk menyenangkan hati dokter gigi, tetapi untuk tercapainya kesehatan periodonsium itu sendiri. (Caranza,2002) 2. Edukasi Dalam hal edukasi pasien harus diberitahukan tentang etiologi, perjalanan penyakit, perawatan dan pencegahan penyakit periodontal. Pasien dengan penyakit periodontal harus diberitahu bahwa penyakit periodontal ini mempunyai beberapa gambaran klinis seperti stain yang timbul dipermukaan gigi akibat plak, perdarahan
16

pada gingiva. Dengan penjelasan yang diberikan diharapakan pasien dapat mengevaluasi sendiri Pasien diinformasikan bahwa perawatan periodik dan debridement yang dilakukan oleh dokter gigi adalah hal yang dilakukan untuk mencegah rekurrensi dari penyakit periodontal dan untuk mengidentifikasi adanya kelainan yang lain. Prosedur ini dapat berjalan dengan baik apabila dikombinasi dengan kekooperativan pasien dalam meningkatkan dan menjaga oral hygiene(Caranza,2002). 3. Instruksi Dengan instruksi tentang bagaimana cara menyikat gigi yang efektif, diharapkan nantinya angka kejadian terbentuknya plak yang menyebabkan gingivitis dapat berkurang. Pada pemberian instruksi ini dijelaskan cara pembersihan gigi yang meliputi cara, alat, dan waktu. Instruksi untuk menjaga oral hygien ini dapat dilakukan dengan cara pembersihan gigi secara mekanis dan obat kumur. Pada instruksi kunjungan pertama pasien diberitahu cara penggunaan sikat gigi, dental floss, dan disclosing agent. Pada kunjungan berikutnya dilakukan evaluasi dari instruksi yang dilakukan sebelumnya (Caranza,2002)

4. Definisi, Dasar Pemikiran, Indikasi dan Kontraindikasi serta Tahapan Scaling dan Rootplaning 4.1 Definisi Skaling adalah usaha membersihkan semua deposit pada gigi, kalkulus subgingiva, kalkulus supragingiva, plak dan noda. Skaling harus dilakukan secara menyeluruh sebab inflamasi akan menetap bila deposit gigi tidak dibersihkan seluruhnya. ( J.D. Manson,1993) Root planing adalah teknik untuk membersihkan sementum nekrosis dan kalkulus serta menghaluskan permukaan akar ( J.D. Manson,1993).

4.2 Dasar pemikiran Dasar pemikiran perawatan scaling dan rootplaning adalah menghilangkan etiologi utama penyakit periodontal yang berupa bakteri plak dan mengehentikan proses perjalanan penyakit (Genco,Robert.J, dkk,1990).

4.3 Indikasi dan KontraIndikasi Indikasi


17

1. Preventiv Periodontic Tindak preventif ini berhubungan dengan control bakteri yang merupakan etiologi utama dari penyakit periodontal, sehingga dengan adanya scaling dan rootplaning ini mampu menghilangkan etiologi dari penyakit periodontal sebelum terjadinya penyakit periodontal tersebut serta mampu mencegah perjalanan penyakit ke arah yang lebih parah jika telah terjadi keradangan (Gerald J. Tussing,1982). 2. Terjadi keradangan berupa gingivitis dan periodontitis Inflamasi yang terjadi di gingival memiliki etiologi utama yakni bakteri plak. Dengan prosedut scaling dan rootplaning dapat mengurangi bahkan mengeliminasi keradangan tersebut. Selain itu Scalling dan rootplaning dapat mengirangi terjadinya edema dan haemorage (Gerald J. Tussing,1982). 3. Mempertahankan kesehatan jaringan periodontal Dengan mengeliminasi factor factor etiologi utama dari penyakit periodontal maka diharapakan kesehatan jaringan

periodontal dapat tetap terjaga. Kontra Indikasi Scaling dan Rootplaning Scaling dan rootplaning tidak diindikasikan untuk pasien Hemophili (Genco,Robert.J, dkk,1990).

4.4 Tahapan 4.4.1 Alat alat scaling Kuret Kuret secara keseluruhan ada 2 yakni kuret universal dan kuret gracey. Kuret universal merupakan kuret yang dapat digunakan diseluruh rongga mulut. Dengan muka dari blade didesain dengan sudut 800 900 serta memiliki 2 cutting edge. Sedangkan untuk kuret gracey merupakan kuret untuk daerah spesifik.kuret gracey ini memilki muka blade dengan sudut 600 700 dan hanya memiliki 1 cutting edge. Sudut untuk muka blade ini tidaka lebih dari 900 dan tidak kurang dari 450 karena sudut angulasi untuk alat sclaer antara 450 900 (Genco,Robert.J, dkk,1990).

18

(Ciri khas kuret: penampang melintang seperti sendok; ujung tumpul)

(Dua tipe kuret. (A) Kuret universal, (B) Kuret Gracey. Kiri: Angulasi mata pisau dilihat dari arah ujung mata pisau ; Kanan: Mata pisau kuret universal lurus, sedangkan kuret Gracey melengkung dengan bagian yang tajam pada sisi yang konveks)

19

Beberapa jenis kuret. Kiri: Columbia 4R-4L (kuret Universal); Kanan:Kuret Gracey (dari kiri ke kanan: no. 5-6, no. 7-8, no. 11-12, dan no. 13-14).

Hoe Hoe digunakan untuk meratakan dan menghaluskann permukaan akar gigi serta menghilangkan sisa kalkulus dan sementum yang rusak. Bladenya bengkok membentuk sudut 990 1000. Cutting edge dibentuk oleh pertemuan adanya permukaan ujung yang datar dengan aspek dalam dari blade. (Genco,Robert.J, dkk,1990)

Sickle scaler Sickle adalah scaler kasar untuk menyingkirkan kalkulus supragingival.

Permukaan sickle scaler adalah datar dengan dua cutting edge yang menyatu membentuk ujung yang runcing. Penampang melintangnya berbentuk segitiga dan sisi pemotong pada kedua sisi. Karena desainnya, alat ini hanya digunakan untuk penyingkiran kalkulus supragingival. Apabila digunakan

untuk instrumentasi subgingival akan mencederai jaringan gingiva. Banyak sekali jenis sickle scaler. Ada scaler yang khusus untuk regio anterior dan ada yang khusus untuk regio posterior. Masing-masing jenis scaler ada yang lurus dan ada

20

yang melengkung lehernya. Pada scaler sabit untuk region anterior, baik yang lurus maupun yang melengkung, mata pisau, leher dan gagangnya berada dalam satu bidang. Sebaliknya mata pisau, leher dan gagang untuk regio posterior tidak berada dalam satu bidang, karena tangkainya membengkok agar mudah diadaptasikan pada gigi posterior. (Menson,1993) File scaler Desain file scaler serupa dengan hoe scaler. Alat ini terdiri dari sejumlah miniatur blade dari hoe scaler. Bladenya bengkok membentuk sudut antara 90o105o terhadap shanknya. File kini tidak banyak digunakan untuk scaling dan root planing karena ukurannya dan menyebabkan permukaan akar menjadi kasar. File kadang digunakan untuk menghilangkan margin restorasi yang overhanging. (Menson,1993) Instrumen ultrasonik Instrumen ultrasonik dapat digunakan untuk scaling, kuretase dan menghilangkan stain. Mekanisme kerjanya berasal dari fibrasi (getaran fisikal) dari alat tersebut. Frekuensi getarannya berkisar antara 20.000 sampai jutaan getaran perdetik. Untuk instrumentasi periodontal, getaran instrumennya dapat mencapai 29.000 getaran/detik. Alat ultrasonik efektif untuk menghilangkan kalkulus dan membersihkan dinding epitel poket. Alat ini menimbulkan sedikit jaringan nekrotik yang kemudian akan terkelupas dari dinding epitel poket. Alat ini menyebabkan permukaan akar menjadi kasar dan menghilangkan substansi gigi lebih banyak. Volume dan banyaknya struktur gigi yang hilang dapat dikurangi dengan menyetel instrumen sehingga kekuatannya lebih rendah dan menggunakannya dengan sentuhan yang ringan. (Menson,1993) 4.4.2 Alat Pulas scaling dan root planing

a. Rubber cusp Rubber cusp digunakan di handpiece dengan spesial profilaxis angle yang setelah digunakan harus disterilisasi. Penggunaan rubber cusp dengan bahan abrasive memungkinkan untuk menghilangkan lapisan sementum yang tipis di area servikal gigi (Caranza,1996).
21

b. Bristle Brushes Benda ini ada yang berbentuk wheel dan cup, karena bahannya yang kaku maka hanya digunakan untuk membersihkan mahkota dan dihindarkan untuk polish sementum dan gingiva karena dapat menimbulkan injuri (Caranza,1996). c. Air Powder polishing Alat ini efektif untuk menghilangkan stain dan deposit yang halus (Caranza,1996). Alat scalling subgingiva dan root planing Instrumen seperti sikle, hoe, file dan alat ultrasonik bisa digunakan untuk scaling subgingiva tetapi tidak dapat digunakan untuk root planing karena sulit diinsersikan dalam poket yang dalam. Alat yang efektif dapat digunakan untuk scaling subgingiva dan supragingiva adalah kuret karena dapat diinsersikan ke poket yang dalam dan menghaluskan permukaan sementum. Kuret yang digunakan adalah kuret universal dan juga bisa kuret gracey (Carranza,1996). 4.4.3 Aktivasi instrument 4.4.3.1 Adaptasi Adapatasi ini merupakan cara menempatkan ujung kerja instrument (working end) instrument periodontal pada permukaan gigi. Adapatasi dimaksudkan agar ujung kerja instrument periodontal dapat menyesuaikan dengan kontur permukaann gigi. Adaptasi yang tepat sangat diperlukan, yaitu untuk menghindari trauma baik pada jaringan lunak maupun pada jaringan keras serta untuk mendapatkan efektivitas insrumen yang digunakan

(Carranza,2002). 4.4.3.2 Angulasi Angulasi adalah penyudutan permukaan blade instrument dengan permukaan gigi atau sering disebut blade gigi. Angulasi yang tepat sangat dibutuhkan agar pekerjaan scaling efektiv. Insersi subgingiva dari blade instrument seperti kuret, angulasi sedapat mungkin mendekati 0 0. Ujung instrument dapat
22

diinsersikan dengan lebih mudah pada dasar poket dengan muka blade menghadap gigi (Carranzas,2002). 4.4.3.3 Tekanan lateral Adalah tekanan yang diciptakan bila suatu kekuatan dikenakan ada permukaan gigi dengan menggunakan ujung pemotong unjung blade instrument. Besarnya tekanan yang diberikan bervariasi tergantung pada sifat kalkulus dan tergantung apakah gerakan ditujukan untuk mengawali pengambilan kalkulus untuk rootplaning (Carranzas,2002).

4.4.4

Terdapat 3 tipe dasar gerakan instrumentasi, yakni : 1. Exploratory Stroke Adalah gerakan yang ringan disertai perasaan (feeling) dengan menggunakan probe atau sonde untuk memeriksa dimensi poket, kalkulus, dan ketidakteraturan permukaan gigi. Instrument dipegang dengan ringan dan diadaptasikan dengan tekanan yang ringan terhadap gigi untuk mendapatkan sensitivitas taktil yang maksimum (Carranza,2002). 2. Scalling Stroke Adalah gerakan yang pendek, disertai tarikan dengan kekuatan penuh, menggunakan blade instrument untuk menghilangkan baik supra maupun subgingival kalkulus. Otot otot jari maupun tangan digerakkan untuk mendapatkan pegangan dengan tekanan lateral yang kuat terhadap permukaan gigi. Ujung pemotong isntrumen dikaitkan pada batas apikal kalkulus dan menariknya ke arah koronal dengan gerakan yang kuat. Gerakan scaling harus diawali dari lengan dan ditransmisikan dari pergelangan tangan disesuaikan dengan

pergerakan lengan. Gerakan scaling tidak di awali dari gerakan pergelangan tangan atau jari jari secara terpisah tanpa menggunakan lengan (Carranza,2002). 3. Root Planging Stroke Adalah gerakan menarik yang bersifat sedang sampai

ringan,digunakan pada tahap akhir, yaitu menghaluskan permukaan akar. Untuk keperluan ini instrument yang paling sering digunakan
23

adalah kuret. Desain kuret memungkinkan untuk lebih mudah beradaptasi dengan kontur subgingiva gigi, sehingga kuret cocok untuk rootplaning pada pasien pasien yang memiliki poket yang dalam dan telah melibatkan daerah furkasi (percabangan akar gigi). Kuret dipegang secara sedang kuat, dengan diadaptasikan ke gigi, bahkan dapat memberikan tekanan lateral. Dengan gerakan panjang kontinyu, gerakan seperti mencukur kuret diaktifkan. Bila permukaan gigi telah halus, berangsur angsur tekanan lateral dikurangi (Carranza,2002).

24

4.4.5

Posisi operator saat melalukan scaling dan rootplaning Pembagian Sextan gigi

Sextan 1 = gigi 14 18 Sextan 2 = gigi 13 23 Sextan 4 = gigi 34 38 Sextan 5 = gigi 33 43

Sextan 3 = gigi 24 - 28 Sextan 6= gigi 44 48

25

Keterangan : 1. Gambar daerah C

A. Posisi jam 07.30 untuk daerah : Daerah rahang bawah gigi anterior sebelah lingual Daerah rahang atas gigi anterior sebelah labial Daerah rahang atas gigi anterior sebelah palatal

Posisi jam 09.00-10.00 untuk daerah : Daerah rahang bawah gigi posterior regio kanan sebelah bukal Daerah rahang bawah gigi posterior region kanan sebelah lingual Daerah rahang bawah gigi posterior region kiri sebelah bukal Daerah rahang bawah gigi posterior region kiri sebelah lingual Daerah rahang atas gigi posterior region kanan sebelah bukal Daerah rahang atas gigi posterior region kanan sebelah palatal Daerah rahang atas gigi posterior region kiri sebelah bukal Daerah rahang atas gigi posterior region kiri sebelah palatal

2. Gambar daerah B

26

3. Gambar daerah A Posisi jam 11.00-12.00 untuk daerah : Daerah rahang bawah gigi anterior sebelah labial Daerah rahang atas gigi anterior sebelah labial (optional ) Daerah rahang atas gigi posterior region kiri sebelah lingual

(Genco,Robert.J, dkk,1990)

4.4.6

Evaluasi setelah scaling dan rootplaning (Genco,Robert.J,

1. 1 2 minggu setelah scaling dan rootplaning dkk,1990) a. Edema mulai menghilang b. Penyusutan pada gingival margin

c. Kedalaman poket berkurang, tetapi kemungkinan masi terjadi sedikit perdarahan ataupun tidak sama sekali dari dasar poket saat melakukan probing d. Kalkulus tidak tampak secara visual e. Oral higiene sangat bagus f. Secara histologi, proses epitelisasi telah sempurna 2. 2 3 minggu setelah scaling dan rootplaning (Genco,Robert.J, dkk,1990) a. Warna dan konsistensi gingival tampak normal b. Tidak terjadi perdarah dari dasar poket saat dilakukan probing c. Kegoyangan gigi mulai berkurang

27

d. Flora subgingival bebas dari bakteri patogen dan organisme yang ada memiliki komposisi yang sama dengan jaringan sehat pada umumnya e. Secara histologi, jaringan ikat telah mengalami kematangan selama 21- 28 hari dan akhirnya kontur gingiva tampak normal setelah 3 bulan.

5. Definisi, Dasar Pemikiran, dan Tahapan Kontrol Periodik 5.1 Definisi Kontrol : pengawasan, pemeriksaan, pengendalian. Periodik: menurut periode tertentu atau sesuai selang waktu yang telah ditentukan. Kontrol periodik adalah pengawasan dan pengendalian keadaan kesehatan gigi dan mulut pasien dengan cara melakukan pemeriksaan dan deteksi dini penyakit yang dilakukan sesuai selang waktu yang telah ditetapkan. (Sumber: Kamus Besar Bahasa Indonesia) 5.2 Dasar pemikiran Perlunya menanamkan kebiasaan pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut terutama sejak dini sehingga kebiasaan baik ini nantinya akan terbawa hingga dewasa. Dengan begitu diharapkan nantinya kesehatan gigi dan mulut di masyarakat semakin meningkat, prevalensi karies menurun, dan penyakit jaringan penyangga gigi juga menurun (Houwink,dkk,1993).

Pada fase pengendalian didapatkan timbulnya gejala-gejala kekambuhan pada pasien yang disebabkan oleh etiologi sekunder. Gejala- gejala akan terjadinya kekambuhan antara lain : Kegoyangan gigi meningkat Resesi gingiva Kegoyangan gigi meningkat tanpa perubuhan Probing depth dan radiografis Kedalaman Probing depth meningkat (dengan atau tanpa perubahan radiografis)

28

Penyebab terjadinya kekambuhan tersebut merupakan etiologi sekunder, antara lain: o o o Perawatan yang kurang adekuat Penempatan restorasi yang kurang adekuat Ketidakpatuhan Pasien untuk memenuhi kunjungan periodik o Pasien tidak melanjutkan perawatan Drg kurang menjelaskan pentingnya kontrol periodik

Adanya kelainan sistemik yang mempengaruhi respon host

Pengendalian tersebut pada umumnya dilakukan pada fase pemeliharaan. Oleh karena itu dokter gigi sebaiknya menyarankan pasien untuk melakukan kunjungan periodik.

5.3 Tahapan Interval Kontrol Berbagai Kebutuhan Pasien (Carranza,2002)

Klasifikasi Merlin

Karakteristik a. Pasien tahun pertama terapi dan tidak ada masalah dalam penyembuhan. b. Pasien tahun pertama terapi yang

Interval Kontrol

3 bulan

Tahun pertama

memiliki kasus sulit seperti keterlibatan furkasi, buruknya oral hygiene, pasien yang tingkat kooperatifnya dipertanyakan. Hasil perawatan yang bagus setelah ditinjau selama satu tahun atau lebih, dengan keadaan pasien yang 6 bulan 1 tahun 1 2 bulan

Kelas A

menunjukkan kalkulus yang minimal, tidak terdapat poket dan tidak ada gigi yang tidak didukung oleh tulang alveolar kurang dari 50 %

Kelas B

Secara umum pasien menunjukkan hasil

3 4 bulan.

29

yang baik dalam satu tahun pertama namun pasien menunjukkan beberapa factor: 1. Oral hygiene yang tidak konsisten dan cenderung ke buruk. 2. Bentukan kalkulus. 3. Penyakit sistemik yang dapat menjadi factor predisposisi penyakit periodontal. 4. Ditemukannya poket. 5. Masalah oklusal. 6. Sedang menjalani terapi ortodonsik. 7. Recurrent karies. 8. Beberapa gigi yang didukung kurang dari 50 % tulang alveolar. 9. Merokok 10. Positive test genetik Secara umum pasien menunjukkan hasil yang buruk dalam satu tahun pertama dan atau pasien menunjukkan beberapa factor negatif: 1. Oral hygiene yang tidak konsisten dan cenderung ke buruk. 2. Bentukan kalkulus. Kelas C 3. Penyakit sistemik yang dapat menjadi factor predisposisi penyakit periodontal. 4. Ditemukannya poket. 5. Masalah oklusal. 6. Sedang menjalani terapi ortodonsik. 7. Recurrent karies. 8. Beberapa gigi yang didukung kurang dari 50 % tulang alveolar.

(tergantung benyaknya negative factor yang ditemukan)

1 3 bulan (tergantung keadaan pasien)

30

BAB 4 PENUTUP Kesimpulan 1. Perawatan periodontal meliputi beberapa fase antara lain: Fase I atau fase terapi inisial Fase II atau fase bedah Fase III atau fase restoratif Fase IV atau fase pemeliharaan

2. Perawatan inisial (initial treatment), atau yang dinamakan juga sebagai perawatan fase I (phase I therapy) atau fase higienik (hygienic phase) adalah merupakan tahap pertama dari serangkaian perawatan periodontal, yang diarahkan pada penyingkiran semua iritan lokal yang dapat menyebabkan inflamasi gingival serta pemberian

instruksi dan memotivasi pasien untuk melaksanakan kontrol plak. Macam-Macam Perawatan Periodontal: Instruksi Kontrol Plak Terbatas. Penyingkiran Kalkulus Supragingival. Perbaikan Restorasi yang Cacat. Penumpatan Lesi Karies. Instruksi Kontrol Plak Komprehensif. Perawatan Terhadap Akar Gigi Subgingival. Reevaluasi Jaringan.

3. Pendidikan kesehatan adalah suatu penerapan atau aplikasi konsep pendidikan dan konsep sehat. Tahapan DHE meliputi: Edukasi Motivasi Instruksi

4. Skaling adalah usaha membersihkan semua deposit pada gigi, kalkulus subgingiva, kalkulus supragingiva, plak dan noda. Root planing adalah teknik untuk membersihkan sementum nekrosis dan kalkulus serta menghaluskan permukaan akar. Indikasi skeling dan root planing meliputi Preventiv Periodontic, Terjadi keradangan berupa gingivitis dan periodontitis, Mempertahankan kesehatan jaringan periodontal. Kontra indikasi pada skeling adalah tidak diperuntukkan kepada pasien dengan penyakit Hemophili
31

5. Kontrol periodik adalah pengawasan dan pengendalian keadaan kesehatan gigi dan mulut pasien dengan cara melakukan pemeriksaan dan deteksi dini penyakit yang dilakukan sesuai selang waktu yang telah ditetapkan. Interval Kontrol Berbagai Kebutuhan Pasien meliputi: Tahun pertama kontrol 3 bulan setelah perawatan Kelas A kontrol 6 bulan 1 tahun setelah perawatan Kelas B kontrol 3 4 bulan. (tergantung benyaknya negative factor yang ditemukan) Kelas C kontrol 1 3 bulan (tergantung keadaan pasien)

32

DAFTAR PUSTAKA Carranza, Fermin A et all. 2002. Carranzas Clinical Periodontology. NinethnEdition. St Louis: Elsevier . Depkes R.I.1990.Pedoman Penyelenggara Upaya Kesehatan Gigi di PUSKESMAS. Jakarta: DirektoratKesehatan Gigi, DEPKES R.I. Genco,Robert J.1990.Contemporary Periodontics.Giny Doulgas : Judit Bange Houwink et all. 1993. Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan. Gajah Mada University Press: Yogyakarta Kidd, Edwina A.M, dkk.1992.Dasar Dasar Karies. EGC : Jakarta Koh,H dan P.G Robinson.2004. Occlusal Adjusment for Threating and Preventing TMD. Journal of Oral Rehabilitation Manson, J.D. 1993. Buku Ajar Periodonti. Jakarta : Hipokrates. Newman, MG dkk. 2006. Carranzas Clinical Periodontology. Tenth edition. St Louis : Saunders Elsevier Pattison AM and Pattison GL. 1992. Periodontal Instrumentation, second edition. New Jersey

33

Вам также может понравиться