Вы находитесь на странице: 1из 10

7.2.

2 Analisis Kemampuan Lahan Analisis kemampuan lahan digunakan untuk mengetahui kemampuan lahan yang terdapat di Desa Donowarih. Kemampuan lahan itu sendiri adalah kemampuan suatu lahan untuk digunakan sebagaiusaha pertanian yang paling intensif yang termasuk juga tindakan pengelolaannyatanpa menyebabkan tanahnya menjadi rusak dalam jangka waktu yang terbatas. Agar pertumbuhan dan perkembangan suatu tanaman dapat optimal dan berkesinambungan maka diperlukan lahan yang mendukung, yaitu lahan yang memiliki kemampuan yang baik, dengan sifat fisik dan kimianya sesuai untuk kebutuhan tanaman. Penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan lahannya dapat merusak lahan serta menghambat pertumbuhan tanaman itu sendiri. Analisis kemampuan lahan merupakan upaya yang dilakukan untuk mengetahui potensi suatu lahan. Dari analisis ini akan didapatkan penilaian terhadap potensi lahan yang nantinya akan menjadi acuan untuk menentukan pengelolaan dan pemanfaatan lahan yang benar. Selain itu, analisis kemampuan lahan juga dapat digunakan untuk mendukung proses dalam penyusunan renacana penggunaan lahan di suatu wilayah. Menurut Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 837/Kpts/Um/11/1980 dan No. : 683/Kpts/Um/8/1981 tentang kriteria dan tata cara penetapan hutan lindung dan hutan produksi, terdapat tiga faktor yang mempengaruhi kriteria penetapan fungsi lahan yang dinilai sebagai penentu kemampuan lahan, yaitu : 1. Kelerengan Faktor kelerengan dapat mempengaruhi analisis kemampuan lahan dengan penentuan fungsi lahan yang memiliki kriteria datar, landai, agak curam, curam, dan sangat curam.
Tabel ?.? Klasifikasi dan Nilai Skor Menurut Kelerengan Lahan Kelas
I II III IV V

Kelerengan (%) 0-8 8 - 15 15 - 25 25 - 40 > 40

Klasifikasi Datar Landai Agak curam Curam Sangat curam

Nilai skor 20 40 60 80 100

Sumber: SK Menteri Pertanian No. 837/Kpts/Um/11/1980 dan No. : 683/Kpts/Um/8/1981

a. Kelerengan 0-8 % atau kelerengan tingkat I, tanah dengan kemiringan lereng ini dapat digunakan secara intensif dengan pengolahan yang kecil.

b. Kelerengan 8-15 % atau kelerengan tingkat II (landai), tanah dapat digunakan untuk kegiatan permukiman dan pertanian, tetapi bila terjadi kesalahan dalam pengolahannya masih mungkin terjadi erosi. c. Kelerengan 15-25 % atau kelerengan tingkat III (agak curam), kemungkinan terjadi erosi lebih besar dibandingkan dengan kelerengan sebelumnya. d. Kelerengan 25-45 % atau kelerengan tingkat IV (curam), jika pertumbuhan menutupi permukaan tanah di tebing, maka lereng akan mudah terkena erosi.
e. Kelerengan > 45 % atau kelerengan tingkat V (sangat curam),

kelerengan yang sangat peka terhadap erosi, kegiatannya harus bersifat non budidaya. 2. Jenis tanah menurut kepekaan terhadap erosi Analisis kemampuan lahan berdasarkan faktor jenis tanah menurut kepekaan terhadap erosi menggunakan penyekoran yang berbeda-beda tergantung dari kriteria jenis tanah beserta klasifikasinya.
Tabel ?.? Klasifikasi dan Nilai Skor Menurut Jenis Tanah Kelas
I II III IV V

Jenis tanah Aluvial, Glei, Planosol, Hidromerf, Laterik air tanah Latosol Brown forest soil, non calcic brown mediteran Androsol, Laterit, Grumusol, Podsol, Podsolic Regosol, Litosol, Organosol, Rensina

Klasifikasi Tidak peka Kurang peka Agak peka Peka Sangat peka

Nilai skor 15 30 45 60 75

Sumber: SK Menteri Pertanian No. 837/Kpts/Um/11/1980 dan No. : 683/Kpts/Um/8/1981

3. Intensitas hujan Faktor intensitas hujan mempengaruhi analisis kemampuan lahan untuk penetapan fungsi lahan suatu kawasan berdasarkan intensitas hujan yang dihitung dalam satuan mm/hari.

Tabel ?.? Klasifikasi dan Nilai Skor Menurut Intensitas Hujan Kelas
I II III IV V

Intensitas Hujan (mm/hari) 0 - 13,6 13,6 - 20,7 20,7 - 27,7 27,7 - 34,8 > 34,8

Klasifikasi Sangat redah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi

Nilai skor 10 20 30 40 50

Sumber: SK Menteri Pertanian No. 837/Kpts/Um/11/1980 dan No. : 683/Kpts/Um/8/1981

Kemudian penetapan fungsi kawasan dilakukan dengan menjumlahkan nilai skor dari ketiga faktor yang dinilai pada setiap satuan lahan. Besarnya jumlah nilai skor tersebut merupakan nilai skor kemampuan lahan untuk masing - masing satuan lahan. Kemudian setelah skor dijumlahkan maka ditetapkan penggunaan lahan pada setiap kawasan dengan kriteria: 1. Kawasan Fungsi Lindung Kawasan fungsi lindung adalah suatu wilayah yang keadaan sumberdaya alam air, flora dan fauna seperti hutan lindung, hutan suaka, hutan wisata, daerah sekitar sumber mata air, alur sungai, dan kawasan lindung lainnya sebagimana diatur dalam Kepres 32 Tahun 1990. Suatu satuan lahan ditetapkan sebagai kawasan fungsi lindung, apabila besarnya skor kemampuan lahannya 175, atau memenuhi salah satu/beberapa syarat berikut : a. b. Mempunyai kemiringan lahan lebih dari 40 % Jenis tanahnya sangat peka terhadap erosi (regosol, litosol, organosol,dan renzina) dengan kemiringan lapangan lebih dari 15 % c. Merupakan jalur pengaman aliran air/sungai yaitu sekurang-kurangnya 100 meter di kiri-kanan sungai besar dan 50 meter kiri-kanan anak sungai. d. Merupakan perlindungan mata air, yaitu sekurang-kurangnya radius 200 meter di sekeliling mata air. e. Merupakan perlindungan danau/waduk, yaitu 50-100 meter sekeliling danau/waduk. f. g. Mempunyai ketinggian 2.000 meter atau lebih di atasa permukaan laut. Merupakan kawasan Taman Nasional yang lokasinya telah ditetapkan oleh pemerintah. h. Guna keperluan/kepentingan khusus dan ditetapkan sebagai kawasan lindung.

2. Kawasan Fungsi Penyangga Kawasan fungsi penyangga adalah suatu wilayah yang dapat berfungsi lindung dan berfungsi budidaya, letaknya diantara kawasan fungsi lindung dan kawasan fungsi budidaya seperti hutan produksi terbatas, perkebunan (tanaman keras), kebun campur dan lainnya yang sejenis. Suatu satuan lahan ditetapkan sebagai kawasan fungsi penyangga apabila besarnya nilai skor kemampuan lahannya sebesar 125 -174 dan atau memenuhi kriteria umum sebagai berikut : a. Keadaan fisik satuan lahan memungkinkan untuk dilakukan budidaya secara ekonomis. b. c. Lokasinya secara ekonomis mudah dikembangkan sebagai kawasan penyangga. Tidak merugikan dilihat dari segi ekologi/lingkungan hidup bila dikembangkan sebagai kawasan penyangga 3. Kawasan fungsi Budidaya Tanaman Tahunan Kawasan fungsi budidaya tanaman tahunan adalah kawasan budidaya yang diusahakan dengan tanaman tahunan seperti Hutan Produksi Tetap, Hutan Tanaman Industri, Hutan rakyat, Perkebunan (tanaman keras), dan tanaman buah - buahan. Suatu satuan lahan ditetapkan sebagai kawasan dengan fungsi budidaya tanaman tahunan apabila besarnya nilai skor kemampuan lahannya 124 serta mempunyai tingkat kemiringan lahan 15 - 40% dan memenuhi kriteria umum seperti pada kawasan fungsi penyangga. 4. Kawasan Fungsi Budidaya Tanaman Semusim Kawasan fungsi budidaya tanaman semusim adalah kawasan yang mempunyai fungsi budidaya dan diusahakan dengan tanaman semusim terutama tanaman pangan atau untuk pemukiman. Untuk memelihara kelestarian kawasan fungsi budidaya tanaman semusim, pemilihan jenis komoditi harus mempertimbangkan keseuaian fisik terhadap komoditi yang akan dikembangkan. Untuk kawasan pemukiman, selain memiliki nilai kemampuan lahan maksimal 124 dan memenuhi kriteria tersebut diatas, secara mikro lahannya mempunyai kemiringan tidak lebih dari 8%. Menurut data jenis tanah, Desa Donowarih dapat diklasifikasikan menjadi dua wilayah yaitu wilayah dengan jenis tanah litosol dan wilayah dengan jenis tanah kompleks mediteran coklat kemerahan atau non calcic brown mediteran. Berdasarkan klasifikasi dan skor dari faktor yang mempengaruhi kemampuan lahan, maka diperoleh data hasil analisis kemampuan lahan di Desa Donowarih adalah sebagai berikut :

Tabel ?.? Analisis Hasil Skoring Kemampuan Lahan Desa Donowarih Variabel Kelerengan Jenis Tanah Intensitas Hujan Kelerengan Jenis Tanah Intensitas Hujan Interval 8 15 % Litosol > 34,8 8 15 % non calcic brown mediteran > 34,8 Skor 40 30 50 40 45 50 Jumlah 120 Fungsi Kawasan Kawasan Penyangga

135

Kawasan Penyangga

Sumber:Hasil Analisis 2012

Berdasarkan hasil analisis menggunakan analisis kemampuan lahan yang dengan faktor kelerengan, jenis tanah menurut kepekaan terhadap erosi, dan intensitas hujan total skoring kemampuan lahan Desa Donowarih memiliki jumlah nilai sebesar 120 dan 135. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa seluruh lahan yang terdapat di Desa Donowarih memiliki fungsi lahan sebagai Kawasan Penyangga. Kawasan penyangga di Desa Donowarih memiliki kelerengan tidak lebih dari 15% dengan klasifikasi lahan landai dan jenis tanah kompleks mediteran coklat kemerahan dan lisotol yang dengan klasifikasi kepekaan terhadap erosi untuk tanah litosol kurang peka dan jenis tanah kompleks mediteran coklat memiliki tingkat kepekaan agak peka. Jenis tanah di Desa Donowarih tersebut cocok untuk budidaya seperti hutan produksi terbatas, perkebunan (tanaman keras),kebun campur dan lainnya yang sejenis. Kondisi kelerengan Desa Donowarih dengan kelerengan sebesar 8-15% dengan klasifikasi lahan landai juga dapat digunakan sebagai kawasan pertanian dan permukima namun pengolahannya harus sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku karena jika terjadi kesalahan dalam pengolahannya dapat menimbulkan bahaya longsor. Kesesuaian lahan merupakan penilaian tentang kesesuaian suatu lahan terhadap

penggunaan tertentu dengan memperhatikan kelestarian produktifitas dan lingkungannya. Desa Donowarih memiliki fungsi lahan budidaya dan permukiman, dengan dua jenis peruntukan lahan yaitu lahan terbangun dan tidak terbangun. Lahan tidak terbangun di Desa Donowarih terdiri dari kawasan terdiri atas persawahan, perkebunan, dan hutan. Berdasarkan SK Menteri Pertanian No. 837/Kpts/Um/11/1980 dan No. : 683/Kpts/Um/8/1981 penggunaan lahan tidak terbangun di Desa Donowarih telah sesuai dengan peruntukan lahan yang seharusnya. Sedangkan untuk lahan terbangun di Desa Donowarih terdiri dari kawasan perumahan, sarana pemerintahan, dan beberapa sarana penunjang permukiman. Berdasarkan SK Menteri Pertanian No. 837/Kpts/Um/11/1980 dan No. : 683/Kpts/Um/8/1981, lahan di Desa Donowarih dapat dikembangkan sebagai wilayah permukiman. Oleh karena itu peruntukan

lahan tidak terbangun di Desa Donowarih telah sesuai dengan peruntukan lahan yang seharusnya, karena peruntukan lahan tidak terbangun di Desa Donowarih terletak pada kelerangan 8-15 % atau kelerengan tingkat II (landai), meskipun masih mungkin terjadi erosi.
Tabel ?.? Matriks Kesesuaian Lahan Desa Donowarih Fungsi Kawasan Penyangga Karakteristik Kawasan Keadaan fisik satuan lahan memungkinkan untuk dilakukan budidayasecara ekonomis. Lokasinya secara ekonomis mudah dikembangkan sebagai kawasan penyangga. Tidak merugikan dilihat dari segi ekologi/lingkungan hidup bila dikembangkan sebagai kawasan penyangga Memiliki nilai kemampuan lahan dengan rentang 124174 Kondisi Eksisting Lahan di Desa Donowarih digunakan sebagai permukiman, perkebunan, dan pertanian. Permukiman dan perkebunan dibangun dengan kelerengan lahan berkisar antara 8 15% Nilai kelerengan lahan di wilayah Desa Donowarih berdasarkan hasil skoring adalah 120 135 Kesesuaian Lahan Lahan permukiman di Desa Donowarih telah sesuai dengan fungsi kawasan yang dibangun di atas kelerengan 815% Lahan tidak terbangun di Desa Donowarih telah digunakan sebagai kawasan lindung dan kawasan budidaya contohnya perkebunan dan hutan produksi
Sumber:Hasil Analisis 2012

7.2.4 Analisis Pola Penggunaan Lahan Desa Donowarih memiliki luas wilayah 1.298,018 ha dengan pembagian menjadi lahan terbangun dan tak terbangun. Sebagian besar lahan di desa ini merupakan lahan tak terbangun dengan luas 1137,598 ha sedangakan lahan terbangunnya seluas 160,42 ha dengan perbandingan lahan terbangun dan tak terbangun dari Desa Donowarih adalah 12 : 88.

Tabel ?.? Perbandingan lahan terbangun dan tak terbangun


No. 1. 2. Jenis Lahan Lahan Terbangun Luas (Ha) 160,42 1137,598 1.298,018

Lahan Tak Terbangun Jumlah Sumber: Hasil Analisis (2012)

Penggunaan Lahan Terbangun dan Tak Terbangun


12.36%

Lahan Terbangun Lahan Tak Terbangun 87.64%

Gambar ?.? Prosentase Penggunaan Lahan Terbangun dan Tak Terbangun


Sumber: Hasil Analisis (2012)

Lahan terbangun yang terdapat di Desa Donowarih meliputi permukiman dan sarana sedangkan lahan tak terbangunnya meliputi hutan, pemakaman, perkebunan, ladang dan sawah. Tabel ?.? Penggunaan Lahan Desa Donowarih
Bentuk Peruntukan Terbangun (160,42 ha) Permukiman Peribadatan Pergudangan Industri Pemerintahan dan Pelayanan Umum Perdagangan dan Jasa Pendidikan Kesehatan Tak Terbangun (1137,568 ha) 146,6 0,7 1,2 2,46 4,8 3,57 1 0,09 11,290 0,054 0,092 0,190 0,370 0,275 0,077 0,007 Luas Lahan (ha) Prosentase (%)

Perkebunan Ladang Pemakaman Hutan Persawahan Total Sumber: RPJM Desa Donowarih

24,771 289,9 6 660 156,927 1297,988

1,910 22,335 0,463 50,848 12,091 100

Dalam pengembangan dan pengelolaan lahan di Desa Donowarih haruslah sesuai dengan kesesuaian lahan, keadaan eksisting, dan daya dukung lingkungannya, dengan demikian diharapkan penggunaan lahannya dapat berkesinambungan dan tidak menyebabkan dampak negatif terhadap lingkungan. Selain itu diharapkan penggunaan lahannya dapat berkelanjutan, artinya dapat digunakan sekarang dan di masa depan tanpa mengurangi kualitas lahan tersebut. Berikut tabel analisis kesesuaian guna lahan Desa Donowarih. Tabel ?.? Analisis Pola Guna Lahan
No 1 Fakta Tingkat perbandingan penggunaan lahan terbangun dan tak terbangun 12,4 : 87,6 Analisis Tingkat perbandingan lahan terbangun dan tidak terbangun di Desa Donowarih menunjukkan perbandingan yang tinggi, dimana lahan tidak terbangun lebih mendominasi yaitu berupa hutan. Sebagian besar kawasan Desa Donowarih berupa hutan dengan persentase sebesar 87,6%, sedangkan lahan terbangunnya hanya sebesar12,4%. Kawasan permukiman di Desa Donowarih terpusat di dusun Karangan, sedangkan untuk lahan tidak terbangun yaitu hutan sebagian besar terdapat di dusun Borogragal. Adanya hutan di Desa Donowarih terdapat di Dusun Borogragal dengan luas 660 ha, dengan sebagian merupakan hutan pinus. Hutan pinus tersebut dimanfaatkan masyarakat dengan pengambilan getah yang kemudian dijual ke pihak Perhutani. Selain itu hutan juga dimanfaatkan untuk menanam tanaman seperti cabai dan sayur mayur. Dengan demikian hutan memiliki potensi untuk dikelola dan dikembangkan

Tersedianya hutan dengan luas yang besar yaitu 660 ha.

Sumber: Hasil analisis (2012)

A. Penggunaan Lahan Terbangun Peruntukkan lahan terbangun di Desa Donowarih digunakan untuk lahan permukiman dan fasilitas umum sarana. Total luas lahan yang dipergunakan untuk lahan terbangun sebesar 160,42 ha. Sebesar 146,6 ha dari luas lahan yang

terbangun tersebut berupa permukiman, sedangkan sisanya sebesar 13,82 ha berupa fasilitas sarana yang akan dikaji sebagai berikut: 1. Permukiman Permukiman sebagai penggunaan lahan terbesar dari lahan terbangun dengan luas 146,6 ha atau 11,29 % dari luas Desa Donowarih, berada di seluruh dusun di Desa Donowarih. Dusun Karangjuwet, Dusun Jaraan, Dusun Karangan, dan Dusun Borogragal. Permukiman terluas terdapat di Dusun Karangan dengan luas 54 ha atau 37 % dari luas total permukiman yang ada di Desa Donoarih sedangkan pusat kegiatan desa berada di Dusun Jaraan. 2. Fasilitas sarana Ketersediaan fasilitas sarana sangat penting untuk menunjang

keberlangsungan hidup masyarakat di Desa Donowarih. Fasilitas fasilitas sarana yang terdapat di Desa Donowarih meliputi sarana perdagangan dan jasa dengan luas 3,57 ha yang merupakan sarana dengan lahan terluas, sarana pendidikan 1 ha, sarana peribadatan 0,7 ha, industri dengan luas 2,46 ha, pemerintah dan pelayanan umum denga luas 4,8 ha yang tersebar di permukiman penduduk. Sarana peribadatan, perdagangan dan jasa serta pendidikan berada di setiap dusun sedangkan sarana industri berada di sepanjang Jalan Raya Donowarih yang melewati Dusun Karangjuwet, Dusun Jaraan, Dusun Karangan. B. Penggunaan Lahan Tak Terbangun Luas lahan tak terbangun yang terdapat di Desa Donowarih adalah 1138 ha atau 87,6 % dari luas keseluruhan Desa Donowarih yang luasnya sebesar 1298 ha. Lahan tak terbangun yang ada di Desa Donowarih, peruntukannya terbagi menjadi area persawahan, ladang, perkebunan, pemakaman, RTH dan olahraga, serta hutan yang dikelola oleh pihak Perhutani. Persawahan, ladang dan perkebunan memiliki luas lahan terbesar yaitu 470,8 ha atau 36,3 % dari luas total desa. Hal ini sesuai dengan kegiatan masyarakat Desa Donowarih yang mayoritas bekerja di sektor pertanian yang menghasilkan komoditas meliputi padi, jagung, jeruk, apel, cabai, tomat, sawi, tebu dan kopi. Pemakaman berada di seluruh dusun di Desa Donowarih dengan luas 6 ha, sedangkan RTH dan olahraga yang meliputi lapangan sepakbola, taman bermain, lapangan voli dan tenis memiliki luas keseluruhan yaitu 1,2 ha. Keberadaan hutan di Desa Donowarih terletak di bagian utara atau berada di Dusun Borogragal, hal ini dikarenakan sebagian wilayah Dusun Borogragal merupakan kaki Gunung Arjuna yang wilayahnya

tertutup oleh hutan dengan luas 660 ha adalah masuk wilayah dari Desa Donowarih.

Вам также может понравиться