Вы находитесь на странице: 1из 6

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Petikemas (container) adalah satu kemasan yang dirancang secara khusus dengan ukuran tertentu, dapat dipakai berulang kali, dipergunakan untuk menyimpan dan sekaligus mengangkut muatan yang ada di dalamnya. Filosofi di balik petikemas ini adalah adanya kemasan yang terstandar yang dapat dipindah-pindahkan ke berbagai moda transportasi laut dan darat dengan mudah seperti kapal laut, kereta api, truk atau angkutan lainnya sehingga transportasi ini efisien, cepat, aman dan kalau mungkin diangkut dari pintu ke pintu (door to door). Perkembangan penggunaan peti kemas sendiri dimulai sejak berakhirnya Perang Dunia II dimana saat itu pasar di negara-negara berkembang memerlukan barang/bahan dalam jumlah besar dan dalam waktu yang singkat. Konsep peti kemas mulai dikembangkan oleh Malcolm McLean seorang Amerika yang semula memiliki usaha pelayaran tanker namun pada tanggal 26 April 1956 sebuha uji coba dilakukan dengan melayarkan kapal tanker Maxton yang membawa 58 box peti kemas pada dek kapal dari pelabuhan Newark, New Jersey. Kapal khusus peti kemas yaitu Gateway City diluncurkan pada tahun 1957 setelah US Coast Guard dan American Bureau of Shipping menerbitkan peraturan keselamatan pelayaran khusus untuk kapal peti kemas. Ukuran peti kemas yang digunakan juga belum ditandarkan yaitu 8 ft x 8,5 ft x 33 ft sebagai ukuran peti kemas terbesar saat itu. Tahun 1960 McLean mengubah perusahaan pelayarannya dari Pan Atlantic Steamship Co. menjadi SeaLand Services yang menggambarkan moda transportasi darat dan laut sebagaimana fungsi peti kemas sendiri yang mudah dipindahkan antar moda. Dan baru pada tahun 1966 pelayaran peti kemas perdana antar benua 1

2 diluncurkan oleh Sealand Services yang melayari pelabuhanpelabuhan North Atlantic dan Eropa, yang kenudian diikuti pelayaran ke Jepang dan Australia., demikian juga perkembangannya ke negara-negara lainnya sampai saat ini. Perkembangan penggunaan peti kemas dalam perdagangan antar negara dan antar benua terus meningkat, meskipun biaya investasi dan operasi cukup besar namun hal tersebut dapat dikompensasikan dengan penggunaannnya yang aman dan berkurangnya waktu kapal berada di pelabuhan (transit time). Dewasa ini, ukuran petikemas yang distandarisasikan oleh International Standard Organization (ISO) ada 2 macam yang disebut dengan ukuran 20 feet dan ukuran 40 feet untuk menunjukkan ukuran panjangnya, sedangkan lebar dan tingginya adalah sama yaitu 8 feet. Jenis-jenis petikemas dapat dibedaklan menurut jenis muatannyadibagi menjadi 6 kelompok : 1) General cargo Petikemas ini digunakan untuk mengangkut barang umum, seperti general purpose container, open-side container dan open-top container. 2) Thermal Petikemas ini digunakan untuk mengangkut bahan (umunya berupa bahan makanan) yang memerlukan pengaturan suhu ruangan, yaitu insulated container, reefer container dan heated container. 3) Tank

Gambar 1.1 Tank Container

(www.trucktrailer.carrier.com)

3 Pertikemas ini dilengkapi dengan tangki di dalamnya sehingga dapat mengangkut muatan cair (bulk liquid) dan muatan gas (bulk gas). Dry bulk Petikemas ini digunakan untuk mengangkut barang/bahan yang berbentuk curah kering (dry bulk cargo). Platform

4) 5)

Gambar 1.2 Platform Container


(www.trucktrailer.carrier.com)

6)

Petikemas platform ini hanya berupa dasar landasan tanpa dinding yg dilengkapi dengan batang-batang corner untuk mengkaitkan dengan spreader, terdiri atas flat rack container dan platform based container. Special Petikemas ini dibuat khusus untuk mutan tertentu, misalnya untuk mengangkut ternak (cattle container) dan muatan kendaraan (car container).

Gambar 1.3 Aliran udara didalam Reefer Container


(www.trucktrailer.carrier.com)

4 Sebagaimana dikemukakan diatas, petikemas berpendingin (reefer container) ini termasuk kelompok thermal container dimana petikemas ini dilengkapi dengan peralatan pengatur suhu/temperatur atau pengkondisian udara dalam petikemas yang dapat disesuaikan dengan jenis bahan makanan yang dimasukkan ke dalamnya. Suhu/temperatur dalam petikemas yang dapat diatur sesuai kebutuhan dimaksudkan untuk menjaga agar kualitas bahan makanan tersebut dapat tetap terjaga baik atau segar sejak dari depo/terminal pelabuhan pengirim sampai di depo/terminal pelabuhan tujuan. Karena seluruh operasi peralatan/mesin pendingin memerlukan catu daya (power supply) listrik maka baik di depo/terminal pelabuhan maupun di kapal petikemas disediakan plug-unplug facility untuk menyambung dan memutuskan aliran listrik ke reefer container tersebut. Sebagai contoh, kapal peti kemas MV CSCL Houston yang diluncurkan dari galanagn Naiki Shiyard Jepang pada Agustus 2008 dengan kapasitas muatan 2.553 TEU petikemas termasuk 250 reefer container atau sekitar 10 % kapasitas angkutan kapal petikemas pada umunya. Untuk menjaga kondisi bahan makanan tersebut berada dalam kondisi yang tetap segar sesampai di depo/terminal pelabuhan, maka dibutuhkan pengaturan suhu/temperatur atau pengkondisian udara di dalam peti kemas tersebut. Secara umum refrigerasi dapat didefinisikan sebagai proses pengeluaran atau penghilangan panas dari material atau ruangan dengan jalan memindahkan panas dari material atau ruangan tersebut ke mateial atau ruangan yang lain Proses ini didasarkan pada hukum Thermodinamika II yang berbunyi panas akan berindah atau mengalir dari suatu mateial yang bertemperatur lebih tinggi ke temperatur yang lebih rendah, apabila material tersebut di kontakkan satu sama lain. 1.2 Perumusan Masalah Mengingat makin meningkatnya penggunaan petikemas berpendingin (reefer container) dalam perdagangan antar negara

5 khususnya untuk pengiriman makanan segar yang sangat prospektif bagi Indonesia (terutama makanan yang berasal dari laut /sea food) maka penulis tertarik untuk mengangkat tema Analisa Beban Pendinginan untuk mengetahui Sistim Refrigerasi Peti Kemas Berpendingin (Reefer Container) untuk Ikan atau Buah. Secara lebih rinci, penulis akan membahas beberapa masalah yang berkaitan dengan tema diatas yaitu : Berapa beban pendinginan yang dibutuhkan saat bekerja sebagai chiller untuk menjaga kondisi muatan berupa daging-dagingan atau sebagai rerfigerator untuk menjaga kondisi muatan berupa buah-buahan. 1.3 Tujuan Setelah mengetahui beban pendinginan yang telah ditetapkan maka selanjutnya penulisan tugas akhir ini bertujuan untuk mengetahui secara lebih rinci mengenai hal-hal sebagai berikut : o Mengetahui besarnya beban pendinginan akibat radiasi dan konveksi dari luar reefer container o Mengetahui beban pendinginan untuk jenis komoditas yang berbeda khususnya antara apel dan surimi yang memiliki kebutuhan temperatur yang jauh berbeda untuk menjaga kesegarannya, kemudian di plot ke P-H diagram. 1.4 Manfaat Penulisan Dari analisis ini dapat diperoleh tambahan beban pendingin akibat pemanasan secara konveksi dan radiasi pada reefer container yang bermuatan daging dan buah. 1.5 Batasan Masalah Pada dasarnya, analisis pada reefer container ini memiliki banyak kesamaan dengan analisis cold storage, namun karena digunakan sebagai salah satu sarana transportasi maka refer container akan mengalami pengaruh dari kondisi alam dimana

6 kondisi tersebut akan mempengaruhi beban refrigerasi yang di idealkan. Dalam penelitian ini dilakukan pembatasan masalah agar penelitian dapat fokus pada masalah tertentu yang ditetapkan yaitu: o Perhitungan dilakukan saat reefer container dalam keadaan steady, sudah dalam temperatur yang sesuai untuk melayani kebutuhan komoditas pada temperatur masing-masing dengan maximum payload sebesar 29,280 Ton, yang mendapat tambahan beban pendinginan dari transmisi panas oleh radiasi dan konveksi, serta ventilasi. o Reefer Container yang digunakan dalam penelitian ini berukuran 40 feet standar ISO. o Beban pendingin yang di analisa dalam penelitian ini adalah tambahan beban pendinginan yang harus diatasi oleh evaporator untuk menjaga keadaan ruangan pendingin berada pada temperatur yang dibutuhkan oleh tiap komoditas. o Komoditas yang ada didalam reefer container sudah dalam keadaan beku / sesuai dengan temperatur yang dibutuhkan untuk menjaga kesegarannya. o Oleh karena sulitnya pengambilan data, analisa dilakukan pada reefer container yang ada di darat, namun pembebanan oleh lingkungan yang di hitung sesuai dengan data sekunder yang diambil dari referensi yang didapatkan. o Posisi matahari diasumsikan tepat berada diatas reefer container. o Temperatur reefer container pada bagian belakang, dinding kanan dan lantai di asumsikan sama dengan temperatur lingkungan sehingga tidak ada perpindahan panas. o Temperatur permukaan reefer container lebih rendah dari temperatur udara luar. o Temperatur permukaan dinding bagian dalam lebih tinggi 1K dari temperatur ruang.

Вам также может понравиться