Вы находитесь на странице: 1из 22

ASKEB KELAINAN LETAK LETAK LINTANG DAN LETAK SUNGSANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Letak lintang adalah suatu keadaan di mana janin melintang di dalam uterus dengan kepala pada sisi yang satu sedangkan bokong berada pada sisi yang lain. Pada umumnya bokong berada sedikit lebih tinggi daripada kepala janin, sedangkan bahu berada pada pintu atas panggul. Letak sungsang merupakan keadaan dimana bokong janin atau kaki berada di bagian bawah kavum uteri (rongga rahim). Kelainan letak pada janin ini termasuk dalam macam-macam bentuk kelainan dalam persalinan (distosia). Distosia adalah kelambatan atau kesulitan persalinan. Dapat disebabkan kelainan tenaga (his), kelainan letak dan bentuk janin, serta kelainan jalan lahir. Angka kejadian letak lintang sebesar 1 dalam 300 persalinan. Hal ini dapat terjadi karena penegakkan diagnosis letak lintang dapat dilihat pada kehamilan muda dengan menggunakan ultrasonografi. Pemeriksaan USG juga bermanfaat dalam menegakkan adanya plasenta previa. Dengan ditemukannya letak lintang pada pemeriksaan antenatal, sebaiknya diusahakan mengubah menjadi presentasi kepala dengan versi luar. Persalinan letak lintang memberikan prognosis yang jelek, baik terhadap ibu maupun janinnya. Faktor faktor yang mempengaruhi kematian janin pada letak lintang di samping kemungkinan terjadinya letak lintang kasep dan ruptura uteri, juga sering akibat adanya tali pusat menumbung serta trauma akibat versi ekstraksi untuk melahirkan janin. 1. RUMUSAN MASALAH 1. Apa yang dimaksud dengan letak lintang dan letak sungsang? 2. Faktor- faktor yang menyebabkan letak lintang dan sungsang? 3. Bagaimana penatalaksanaan dari letak lintang dan sungsang? 4. Bagaimana bidan dalam menangani persalinan letak lintang dan sungsang? 5. Bagaimana mekanisme persalinan letak lintang dan sungsang?

1. TUJUAN 1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan letak lintang dan letak sungsang. 2. Mampu menjelaskan faktor-faktor yang menyebabkan mletak lintang dan sungsang. 3. Mengetahui tentang penatalaksanaan letak lintang dan sungsang 4. Memahami bagaimana bidan dalam menangani persalinan letak lintang dan sungsang 5. Mampu menjelaskan mekanisme persalinan letak lintang dan sungsang. BAB II PEMBAHASAN

2.1 LETAK LINTANG 1. PENGERTIAN Letak lintang adalah bila dalam kehamilan atau dalam persalinan sumbu panjang janin melintang terhadap sumbu panjang ibu (termasuk di dalamnya bila janin dalam posisi oblique). Letak lintang adalah kedudukan janin intra interin dengan sumbu yang membuat sudut dengan sumbu yang membujur uterus. (gawat darurat obgyn, Egc 210) 2. ETIOLOGI Penyebab dari letak lintang sering merupakan kombinasi dari berbagai faktor, sering pula penyebabnya tetap merupakan suatu misteri. Faktor faktor tersebut adalah : 1. Fiksasi kepala tidak ada, karena panggul sempit, hidrosefalus, anensefalus, plasenta previa, dan tumor tumor pelvis. 2. Janin sudah bergerak pada hidramnion, multiparitas, anak kecil, atau sudah mati. 3. Gemelli (kehamilan ganda) 4. Kelainan uterus, seperti arkuatus, bikornus, atau septum 5. Lumbar skoliosis 6. Pelvic kidney dan kandung kemih serta rektum yang penuh. Sebab terpenting terjadinya letak lintang ialah multiparitas disertai dinding uterus dan perut yang lembek. C. DIAGNOSIS

1. Inspeksi

Perut membuncit ke samping

2. Palpasi

Fundus uteri lebih rendah dari seharusnya tua kehamilan Fundus uteri kosong dan bagian bawah kosong, kecuali kalau bahu sudah masuk ke dalam pintu atas panggul Kepala (ballotement) teraba di kanan atau di kiri

3. Auskultasi

Denyut jantung janin setinggi pusat kanan atau kiri.

4. Pemeriksaan dalam (vaginal toucher)


Teraba tulang iga, skapula, dan kalau tangan menumbung teraba tangan. Untuk menentukan tangan kanan atau kiri lakukan dengan cara bersalaman. Teraba bahu dan ketiak yang bisa menutup ke kanan atau ke kiri. Bila kepala terletak di kiri, ketiak menutup ke kiri. Letak punggung ditentukan dengan adanya skapula, letak dada dengan klavikula. Pemeriksaan dalam agak sukar dilakukan bila pembukaan kecil dan ketuban intak, namun pada letak lintang biasanya ketuban cepat pecah.

4. MEKANISME PERSALINAN Anak normal yang cukup bulan tidak mungkin lahir secara spontan dalam letak lintang. Janin hanya dapat lahir spontan, bila kecil (prematur), sudah mati dan menjadi lembek atau bila panggul luas. Beberapa cara janin lahir spontan a. Evolutio spontanea (1) Menurut DENMAN Setelah bahu lahir kemudian diikuti bokong, perut, dada, dan akhirnya kepala. (2). Menurut DOUGLAS Bahu diikuti oleh dada, perut, bokong dan akhirnya kepala.

b. Conduplicatio corpore Kepala dan perut berlipat bersama sama lahir memasuki panggul. Kadang kadang oleh karena his, letak lintang berubah spontan mengambil bangun semula dari uterus menjadi letak membujur, kepala atau bokong, namun hal ini jarang terjadi. Kalau letak lintang dibiarkan, maka bahu akan masuk ke dalam panggul, turun makin lama makin dalam sampai rongga panggul terisi sepenuhnya oleh badan janin. Bagian korpus uteri mengecil sedang SBR meregang. Hal ini disebut Letak Lintang Kasep = Neglected Transverse Lie Adanya letak lintang kasep dapat diketahui bila ada ruptura uteri mengancam; bila tangan dimasukkan ke dalam kavum uteri terjepit antara janin dan panggul serta dengan narkosa yang dalam tetap sulit merubah letak janin. Bila tidak cepat diberikan pertolongan, akan terjadi ruptura uteri dan janin sebagian atau seluruhnya masuk ke dalam rongga perut. Pada letak lintang biasanya : - ketuban cepat pecah - pembukaan lambat jalannya - partus jadi lebih lama - tangan menumbung (20-50%) - tali pusat menumbung (10%)

Keterangan : VL : Versi Luar VE : Versi Ekstraksi 4. PROGNOSIS Meskipun letak lintang dapat diubah menjadi presentasi kepala, tetapi kelainan kelainan yang menyebabkan letak lintang, seperti misalnya panggul sempit, tumor panggul dan plasenta previa masih tetap dapat menimbulkan kesulitan pada persalinan. Persalinan letak lintang memberikan prognosis yang jelek, baik terhadap ibu maupun janinnya.

Bagi ibu

Bahaya yang mengancam adalah ruptura uteri, baik spontan, atau sewaktu versi dan ekstraksi. Partus lama, ketuban pecah dini, dengan demikian mudah terjadi infeksi intrapartum.

Bagi janin

Angka kematian tinggi (25 49 %), yang dapat disebabkan oleh : 1. 2. 3. 4. Prolasus funiculi Trauma partus Hipoksia karena kontraksi uterus terus menerus Ketuban pecah dini

4. PENATALAKSANAAN 1. Pada kehamilan Pada primigravida umur kehamilan kurang dari 28 minggu dianjurkan posisi lutut dada, jika lebih dari 28 minggu dilakukan versi luar, kalau gagal dianjurkan posisi lutut dada sampai persalinan. Pada multigravida umur kehamilan kurang dari 32 minggu posisi lutut dada, jika lebih dari 32 minggu dilakukan versi luar, kalau gagal posisi lutut dada sampai persalinan. 2. Pada persalinan Pada letak lintang belum kasep, ketuban masih ada, dan pembukaan kurang dari 4 cm, dicoba versi luar. Jika pembukaan lebih dari 4 cm pada primigravida dengan janin hidup dilakukan sectio caesaria, jika janin mati, tunggu pembukaan lengkap, kemudian dilakukan embriotomi. Pada multigravida dengan janin hidup dan riwayat obstetri baik dilakukan versi ekstraksi, jika riwayat obsterti jelek dilakukan SC. Pada letak lintang kasep janin hidup dilakukan SC, jika janin mati dilakukan embriotomi. 2.2 LETAK SUNGSANG 2.2.1 Defenisi Kehamilan letak sungsang yaitu janin terletak memanjang dengan kepala difundus uteri dan bokong bagian bawah kavum uteri (Prawiroharjo, Sarwono 1999). 2.2.2 Klasifikasi 2.2.2.1 Letak bokong murni (Fank Breech) Letak bokong dengan kedua tunkai terangkat keatas 2.2.2.2 Letak sungsang sempurna (Campliete Breech)

Letak bokong dimana kaki ada disamping bokong (Letak bokong sempurna atau lipat kijang). 2.2.2.3 Letak sungsang sempurna (Incomplite Breech) Letak sungsang dimana selain bokong bagian yang terendah juga kaki atau lutut, terdiri dari : - Kedua kaki : letak kaki sempurna (24%) Satu kaki : letak kaki tidak sempurna - Kedua lutut : letak lutut sempurna (1%) Satu lutut : letak lutut tidak sempurna (Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH, Sinopsis Obsetri jilid 1 edisi 2, 1998) 2.2.3 Diagnosa 2.2.3.1 Anamnesa Kehamilan terasa penuh dibagian atas dan gerakan terasa lebih banyak dibagian bawah. 2.2.3.2 Pemeriksaan luar Dibagian bawah uterus tidak teraba kepala, balutemen negative, teraba kepala dibagian fundus uteri, denyut jantung janin ditemukan setinggi atau sedikit lebih tinggi dari pada umbilikus 2.2.3.3 Pemeriksaan dalam Setelah ketuban pecah teraba cakrum, kedua tuberalitas iskit, dan anus, bila teraba bagian kecil bedakan apakah kaki atau tangan (FKUI, Kapita Selekta Kedokteran jilid 1 edisi 3, 1999) 2.2.3.4 Pemeriksaan foto rongen Bayangan kepala difundus (Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH, Sinopsis Obsetri jilid 1 edisi 2, 1998) 2.2.4 Etologi / Penyebab Letak Sungsang 2.2.4.1 Sudut Ibu a. Keadaan rahim - Rahim arkuatus - Setum pada rahim

- Uterus Dupletis - Mioma bersama kehamilan b. Keadaan plasenta - Plasenta retak rendah - Plasenta previa c. Keadaan jalan lahir - Kesempitan panggul - Difermitas tulang panggul - Terdapat tumor yang menghalangi jalan lahir dan perputaran keposisi kepala 2.2.4.2 Sudut janin Pada janin terdapat berbagai keadaan yang menyebabkan letak sungsang - Tali pusat pendek atau lilitan tali pusat - Hidrosefalus atau Anensefalus - Kehamilan kembar - Hidramneon atau Oligohidramneon - Prematuritas (Prof. Dr. Ida Bagus Gde Manuaba, 1998) 2.2.5 Mekanisme Persalinan Letak sungsang Fisiologis Bokong masuk PAP dapat melintang atau miring mengikuti jalan lahir dan melakukan putar paksi dalam sehingga trachcanter depan berada dibawah simpesis dengan trachcenter depan sebagai hipamoklion, akan lahir trachcenter belakang, dan selanjunya seluruh bokong lahir, sementara itu bahu memasuki jalan lahir dan mengikuti jalan lahir untuk melakukan putar paksi dalam sehingga bahu depan berada dibawah simpisis, dengan bahu depan sebagai hipomoklion akan lahir bahu belakang bersama dengan tangan belakang, diikuti kelahiran bahu depan dan tangan depan. Bersamaan dengan kelahiran bahu, kepala bayi memasuki jalan lahir dapat melintang atau miring, serta melakukan putar paksi dalam sehingga sub occiput berada dibawah simpisis, sub

occiput menjadi hipomoklion, berturut-turut akan lahir dagu, mulut, hidnug, muka kepala dan seluruhnya. Persalinan kepala yang mempunyai terbatas sekitar 8 menit, setelah bokong lahir melampoui batas 8 menit dapat menimbulkan kesakitan atau kematian pada bayi. (Prof. Dr. Ida Bagus Gde Manuaba, DSOG, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB, 1998) 2.2.6 Prognosis 2.2.6.1 Bagi ibu Kemunkinan robekan pada perenium lebih besar, juga karena dilakukan tindakan, selain itu ketuban lebih cepat pecah dan partus lebih lama, jadi mudah terkena infeksi. 2.2.6.2 Bagi anak Proknosa tidak begitu baik, karena ada gangguan peredaran darah plasenta setelah bokong lahir dan juga setelah perut lahir, tali pusat terjepit antara kepala dan panggul, anak bisa menubrito aspiksio (Prof. Dr. Ida Bagus Gde Manuaba, DSOG, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB, 1998) 2.2.7 Penanganan / Terapi Sikap sewaktu hamil Kerena kita tahu bahwa prognosa bagi anak tidak begitu baik, maka usahakan merubah letak janin dengan versi luar. Tujuannya adalah untuk merubah letak menjadi letak kepala hal ini dilakukan pada primi dengan kehamilan 34 minggu, mulai dengan usia kehamilan 36 minggu dan tidak ada panggul sempit, gemili atau plasenta previa. Teknik : - Lebih dahulu bokong dilepaskan dari PAP dan ibu berada dalam posisi Trendelm Burg - Tangan kiri letakkan dikepala dan tangan kanan pada bokong - Putar ke arah muka atau perut janin - Lalu putar tangan kiri diletakkan dibokong dan tangan kanan dikepala - Setelah berhasil pasang gurita, observasi TTV, DDJ serta keluhan

2.2.8 Sikap Bidan Dalam Mengahadapi Letak Sungsang Bidan yang menghadapi kehamilan dan persalinan letak sungsang sebaiknya : - Melakukan rujukan ke puskesmas, dokter keluarga atau dokter ahli untuk mendapatkan petunjuk kepastian dalam lahir - Bila ada kesempatan, melakukan rujukan kerumah sakit untuk mendapatkan pertolongan persalinan yang optimal - Bila terpaksa, melakukan pertolongan persalinan letak sungsang sebaiknya bersama dokter - Klien harus diberikan KIE dan motifasi serta melakukan perjanjian tertulis dalam bentuk Informetconsen (Prof. Dr. Ida Bagus Gde Manuaba, 1998) 2.3 Konsep Asuhan Kebidanan Asuhan kebidanan adalah bantuan yang diberikan oleh bidan kepada individu pasien atau klien yang pelaksanaannya dilakukan dengan cara : - Bertahap dan sistematis - Melalui suatu proses yang disebut manajemen kebidanan 2.4 Manajemen Kebidanan menurut Varney, 1997 1. Pengertian Prosese pemecahan masalah Digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah. Penemuan penemuan keterampilan dalam rangkaian atau tahapan yang logis. Yang berfokus pada klien. 2. Langkah langkah I. Mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk memulai keadaan klien secara keseluruhan. II. Menginterpretasikan data untuk mengidentifikasi diagnosa atau masalah. III. Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial dan mengantisipasi penanganannya.

IV. Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain serta rujukan berdasakan kondisi klien. V. Menyusun rencana asuhan secara menyeluruh dengan tepat dan rasional berdasarkan keputusan yang dibuat pada langkah- langkah sebelumnya. VI. Pelaksanaan langsung asuhan secara efesien dan aman. VII. Mengevaluasi keefektifan asuhan yang dilakukan, mengulang kembali manajemen proses untuk aspekaspek asuhan yang tidak efektif. Langkah I : Tahap Pengumpulan Data Dasar Pada langkah pertama ini berisi semua informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Yang terdiri dari data subjektif data objektif. Data subjektif adalah yang menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui anamnesa. Yang termasuk data subjektif antara lain biodata, riwayat menstruasi, riwayat kesehatan, riwayat kehamilan, persalinan dan nifas, biopsikologi spiritual, pengetahuan klien. Data objektif adalahyang menggambarkan pendokunentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium da test diagnostic lain yang dirumuskan dalam data fokus. Data objektif terdiri dari pemeriksaan fisik yang sesui dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital, pemeriksaan khusus (inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi), Pemeriksaan penunjang (laboratorium, cacatan baru dan sebelumnya). Langkah II : Interpretasi Data Dasar Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosa atau masalah berdasarkan interpretasi ang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Langkah III : Mengidentifikasi Diagnosa atau masalah potensial dan mengantisipasi penanganannya Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosa potensial berdasarkan diagnosa atau masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Bidan diharapkan dapat waspada dan bersiap-siap diagnosa atau masalah potensial ini benar-benar terjadi.

Langkah IV : Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, untuk melakukan konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain berdasarkan kondisi klien

Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.

Langkah V : Menyusun rencana asuhan yang menyeluruh Pada langkah ini direncanakan usaha yang ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Langkah VI : pelasanaan langsung asuhan dengan efesien dan aman Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efesien dan aman. Perencanaan ini bias dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya. Walau bidan tidak melakukan sendiri ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya. Langkah VII : Evaluasi Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakh benar-benar akan terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi di dalam diagnosa dan masalah. Recana tersebut dianggap efektif jika memang benar dalam pelaksanaannya

BAB III TINJAUAN KASUS


1.3.1 PENGKAJIAN DATA

A. IDENTITAS/ BIODATA

Nama : Ny. W Nama suami : Tn. J Umur : 25 th Umur : 28 th Agama : Islam Agama : Islam Bangsa/ suku : Indonesia/ Jawa Bangsa/ suku :Indonesia/ Jawa Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta Alamat rumah: Trenggilis mejoyo No. Telp

B. ANAMNESA ( DATA SUBYEKTIF )

Pada tanggal : 10 februari 2007 Pukul : 09.10 WIB 1. Alasan kunjungan ini : P Pertama Rutin Ada keluhan

Ibu mengatakan ini kehamilan pertama :


o o o o o o

Haid Pertama : Umur 14 tahun Siklus/ Lamanya : 30 hari/ 8 hari Banyaknya : 2 kotex penuh Sifat darah : cair, merah Dismenorhoe : ada, saat hari pertama haid Flour albus : tidak ada

4. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu :


No Tgl. Lah ir Usia kehamil an Umur Jenis persalin an Tempat persalin an Komplik asi Penolo ng Ba yi Nif as

Ibu

Ba yi

PB/B B jenis

keada an

keada an

Lakta si/ KB

HAMIL INI

5. Riwayat Kehamilan ini :


Hari I haid terakhir : 05 Mei 2006 Taksiran persalinan : 12 Februari 2007 Keluhan- keluhan pada trimester I : Ibu mengatakan mual dan muntah setiap hari dan tidak bisa makan.

Pergerakan anak pertama kali : Ibu sudah merasakan gerakan anak anak lebih dari 20 kali dalam 24 jam.

Keluhan yang dirasakan ( bila ada jelaskan ) :

Rasa lelah : Ibu mengatakan sering merasa lelah pada kaki dan punggung jika berdiri atau duduk terlalu lama. Kehamilan terasa penuh dibagian atas dan gerakan terasa lebih banyak dibagian bawah.

Diet/ makan

Ibu mengatakan baik sebelum atau saat hamil pola makan dan minum tetap sama, yaitu makan 3x sehari dengan nasi, lauk ( ikan laut, tempe, tahu, telur ), sayur ( bayam, kangkung, kacangkacangan, wortel ), buah ( pepaya, jeruk ), selama hamil setiap pagi ibu minum susu prenagen 1 gelas 1 hari. Minum air putih 5-6 gelas sehari, tidak pernah ngidam.

Pola eliminasi

Ibu mengatakan sebelum hamil BAK 2x -3x sehari,lancar, tidak nyeri, warnanya kuning, BAB 1x sehari, teratur, konsistensi lunak, warna kuning saat hamil BAK 5x 6x sehari, lancar, tidak nyeri, warnanya kuning BAB 1x sehari, teratur, konsistensi lunak, warna kuning.

Aktivitas sehari- hari

Pola istirahat dan tidur : Ibu mengatakan baik sebelum atau saat hamil pola istirahat sama yaitu tidur malam 8 jam ( 21.00 05.00 ), tidur siang 1 jam ( 14.00 15.00). Seksualitas : Ibu mengatakan sebelum hamil melakukan hubungan seksual 2x seminggu sedangkan saat hamil ibu jarang sekali melakukan hubungan seksual karena takut mengganggu kehamilan. Pekerjaan : Ibu mengatakan baik sebelum atau saat hamil ibu bekerja sebagai karyawati di sebuah perusahaan swasta mulai jam 08.00 14.00, selain itu juga ibu melakukan pekerjaan rumah tangga seperti menyapu, memasak mencuci dll, tanpa ada gangguan dengan kehamilannya.

Imunisasi TT : CPW Kontrasepsi yang pernah digunakan : Ibu mengatakan belum pernah menggunakan kontrasepsi apapun.

6. Riwayat penyakit sistemik yang pernah diderita :

Jantung : tidak pernah Ginjal : tidak pernah Asma/ TBC paru : tidak pernah Hepatitis : tidak pernah D. M : tidak pernah Hipertensi : tidak pernah Epilepsi : tidak pernah 7. Riwayat penyakit keluarga : Jantung : tidak ada Hipertensi : tidak ada D. M : tidak ada Asmah/TBC : tidak ada Hepatitis : tidak ada Ginjal : tidak ada Gemelly : tidak ada 8. Riwayat sosial :

Perkawinan : Menikah 1 kali, usia perkawinan 2 tahun.

Kehamilan ini : -- Direncanakan Tidak direncanakan

Diterima Tidak diterima

Perasaan tentang kehamilan ini : Ibu mengatakan senang dan menerima kehamilan ini begitu juga dengan suami dan keluarga yang lain.

Status perkawinan : Kawin Kawin : 1 (satu) kali Kawin I : Umur : 21 tahun, dengan Suami umur : 23 tahun

Lamanya : 2 tahun anak : Belum ada

1. PEMERIKSAAN FISIK (DATA OBYEKTIF) 1. Status Emosional : Cukup baik, ibu sangat menerima kehamilan ini. 2. Tanda vital : Tekanan darah : 100/60 mmHg Lila : 23,5 cm Denyut nadi : 96 X/ menit TB : 155 cm Pernafasan : 20 X/ menit BB : sebelum hamil 50 kg Suhu : 36,3 C BB : 52 kg 3. Muka : Oedema : Ada Tidak Conjungtiva : Pucat Sklera Mata : Putih, tidak ikterus. 4. Dada : Simetris Mammae : Ada Tidak ada Benjolan : Ada Tidak ada Striae : striae livida Areola : mengalami hiperpigmentasi Puting susu : menonjol ( keluar ), belum keluar kolostrum 5. Pinggang (periksa ketuk : Costro-veterba-Angle tendemess) Nyeri Ada Tidak

6. Extremitas Ada Tidak Oedema tangan dan jari Ada Tidak Oedema tibia dan jari Betis merah/lembek/keras Ada Tidak

Varices tungkai Ada Tidak Reflek patella Ka PositifNegatif Ki Positif Negatif 7. Abdomen 7.1 Bekas luka : Ada Tidak Pembesaran perut : sesuai dengan usia kehamilan ( 36 mingg ) Bentuk perut : Sesuai dengan usia kehamilan Oedema Ada Tidak Acites Ada Tidak 1. Pemeriksaan Kebidanan Palpasi Uterus Tinggi fundus uteri : 33 cm Letak : sungsang Presentasi : bokong penuh Punggung : kanan TBBJ : 3100 kg Posisi janin : membujur Kontraksi : Ada Frekuensi : 3x dalam 10 menit Kekuatan : 35 detik Palpasi supra pubik kandung kemih : kandung kemih kosong Auskultasi : DJJ : sudah terdengar tempat : puka Frekunsi : 130x/menit 8. Genetalia Inspeksi Vulva dan vagina : Varices : Ada Tidak

Luka : Ada Tidak

Kemerahan : Ada Tidak Nyeri : Ya Tidak Perineum : Bekas luka/luka parut : Ada Tidak sLain-lain : Ada Tidak

2. UJI DIAGNOSTIK
o o o

Darah

Golongan Darah : O Hb : 11,5 gram % Hbs Ag : Tidak dilakukan

Urine

- Albumin : Tidak dilakukan - Reduksi : Tidak dilakukan 2. INTERPRETASI DATA DIAGNOSA : 1. Ibu hamil GIP00000 UK 36 minggu dengan letak sungsang . Dasar : DS :- Ibu mengatakan Sedang hamil anak pertama -Ibu sering merasakan nyeri perut bagian bawah Kehamilan terasa penuh dibagian atas dan gerakan terasa lebih banyak dibagian bawah. . DO : Hasil pemeriksaan : - BB : 52 kg

- Ball : (-). - DJJ : 130x/menit. - Tekanan darah : 100/60 mmHg - Denyut nadi : 96 X/ menit - Pernafasan : 20 X/ menit - Suhu : 36,3 - Lila : 23,5 cm - TB : 155 cm - BB : Sebelum hamil 50 kg - UK : 36 minggu MASALAH : Nyeri perut Ds : Ibu mengatakan sering merasakan kenceng-kenceng di perut bagian bawah Do : TFU : 33 cm VT : 5 cm , hodge 1 , ket (+) BB : 52 kg TB : 155 cm Lila : 23,5 cm TD : 100/60 mmHg N : 96 x/menit RR : 20 x/menit S : 36,3 C KEBUTUHAN :
o o o o

Menganjurkan ibu untuk miring ke kiri Memberi ibu makan sedikit-sedikit dan minum agar banyak tenaga Istirahat yang cukup Memberikan HE tentang

1. Meneran yang benar seperti mau berak,dagu menempel pada dada,bokong tidak boleh diangkat. 2. Memberi dukungan dan motifasi,menganjurkan agar ibu berdoa

2. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL :

Tidak ada.

1.3.4 IDENTIFIKASI KEBUTUHAN AKAN TINDAKAN SEGERA ATAU KOLABORASI : Kolaborasi dengan dokter untuk melakukan persalinan per vaginam.

5. MERENCANAKAN ASUHAN YANG MENYELURUH 1. Lakukan pendekatan kepada ibu dengan komunikasi therapeutik. Rasional : Melakukan pendekatan dengan komunikasi therapeutik akan menumbuhkan rasa percaya pasien kepada petugas dan pasien dapat lebih kooperatif sehingga mudah dalam memberikan pelayanan asuhan kebidanan.

2. Melakukan pertolongan persalinan per vaginam dengan ekstraksi bokong parsial (teknik klasik,mueller,loevset) Rasional : Mengurangi komplikasi pada ibu dan bayi.

3. Jelaskan hasil pemeriksaan pada ibu. Rasional : Dengan memberikan penjelasan pada ibu diharapkan ibu mengetahui kondisinya dan janin saat ini serta dapat mengantisipasi keadaan yang tidak diinginkan yang mungkin terjadi dari kondisi saat ini.

4. Berikan penjelasan pada ibu tentang penyebab nyeri perut Rasional : Dengan memberikan penjelasan pada ibu dapat meningkatkan pengetahuan ibu sehingga lebih mengerti dan siap menghadapi persalinan.

5. Anjurkan ibu untuk makan dan minum diantara his Rasional : Dengan menganjurkan ibu untuk makan dan minum dapat membantu ibu memperoleh tenaga yang cukup 6.Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk memberikan terapi. Rasional : Dengan melakukan kolaborasi dengan dokter ibu diharapkan cepat sembuh.

5. PELAKSANAAN RENCANA TINDAKAN Tanggal 10 februari 2007 jam 09.10 WIB 1. Melakukan pendekatan melalui komunikasi therapeutik baik secara verbal maupun non verbal ( sentuhan, kontak mata, dll ), memperkenalkan diri pada ibu, berbicara sopan dan tidak menyinggung pasien, mendengar segala keluhan ibu. 2. Memberikan penjelasan pada ibu bahwa kenceng-kenceng adalah hal yang normal yang biasa terjadi saat persalinan. 3. Kolaborasi dengan dokter untuk melakukan persalinan pervaginam. 4. Melakukan pertolongan persalinan pervaginam dengan ekstraksi bokong parsial (teknik klasik,mueller,loevset). 5. Mempersiapkan alat-alat untuk persalinan. 6. Persiapan alat resusitasi.

1.3.7 EVALUASI Tanggal 10 februari 2007 jam 11.20 WIB S : Ibu mengatakan nyeri perut bagian bawah dan kenceng-kenceng semakin sering. O : Pemeriksaan BB / TB : 52 kg / 155 cm. RR : 20 kali/menit. Tensi / nadi : 100/60 mmHg / 96 kali/menit. TFU : 33 cm. UK : 36 minggu. TPL : 12 Februari 2007. A : GIP00000 UK : 36 minggu dengan letak sungsang. P : - Anjurkan ibu untuk tetap makan sedikit tetapi sering. - Kolaborasi dengan dokter obgyn. - Anjurkan ibu miring ke kiri. - Observasi keadaan ibu dan janin.

BAB IV PENUTUP

1. Kesimpulan Letak lintang adalah suatu keadaan di mana janin melintang di dalam uterus dengan kepala pada sisi yang satu sedangkan bokong berada pada sisi yang lain. Pada umumnya bokong berada sedikit lebih tinggi daripada kepala janin, sedangkan bahu berada pada pintu atas panggul. Letak sungsang merupakan keadaan dimana bokong janin atau kaki berada di bagian bawah kavum uteri (rongga rahim) Kehamilan letak sungsang yaitu janin terletak memanjang dengan kepala difundus uteri dan bokong bagian bawah kavum uteri (Prawiroharjo, Sarwono 1999). 1. Saran

Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca dan diharapkan bias menjadi acuan atau pedoman dalam membuat ASKEB dengan kelainan letak sungsang atau lintang Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini banyak kekurangan dan penulis juga mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk pembuatan makalah selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

1. Martohoesodo, S dan Hariadi, R. 1999. Distosia karena Kelainan Letak serta Bentuk Janin dalam Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka sarwono Prawirohardjo. Jakarta 2. Mansjoer, A dkk. 2001. Kelaianan pada Persalinan dalam Kapita Selekta Kedokteran 3th eds, jilid pertama. Media Aesculapius FKUI. Jakarta 3. Bowes, W. 2006. Management of The Fetus in Transverse Lie. www. Uptodate.com 4. Dasuki, D. 2000. Distokia dalam Standar Pelayanan Medis RSUP Dr. Sardjito 2nd eds, cetakan 1. Medika FK UGM. Yogyakarta. 5. Mochtar, D. 1998. Letak Lintang (Transverse Lie) dalam Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi 2ndeds. EGC. Jakarta. 6. Llweilyn. Jones, D. 2001. Kelainan Presentasi Janin dalam Dasar dasar Obsteri & Ginekologi. Hipokrates. Jakarta 7. Manuaba, Ida Bagus, Gde, 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan da KB. Jakarta : EGC 8. Mochtar, Rustam, 1998. Sinopsis Obstetry. Jakarta : EGC 9. Prawiroharjo, Sarwono, 2000. Pelayanan Kebidanan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka 10. Sastro, Suleman. 1983. Obstetry Fisiologi. Bandung : UNPAD

Вам также может понравиться