Вы находитесь на странице: 1из 75

Pengenalan Energi Biomassa

Biomassa adalah produk fotosintesis yang menyerap energi surya dan mengubah karbon dioksida, dengan air ke campuran karbon, hidrogen dan oksigen. Biomassa adalah material biologis yang dapat digunakan sebagai sumber bahan bakar, baik secara langsung maupun setelah diproses melalui serangkaian proses yang dikenal sebagai konversi biomassa. Biomassa juga meliputi sampah bio yang dapat diuraikan yang dapat digunakan sebagai bahan bakar. Biomassa tidak termasuk material organik yang telah diubah dengan proses geologis ke dalam zat seperti batubara atau petroleum.

Bahan Baku Biomassa


Bahan Baku (feedstock) energi biomassa sangat beragam jenisnya yang pada dasarnya merupakan hasil produksi dari makhluk hidup. Biomassa dapat berasal dari tanaman perkebunan atau pertanian, hutan, peternakan atau bahkan sampah. Bioenergi adalah energi yang berasal dari tanaman hidup (biomassa) yang terdapat di sekitar kita. Energi itu biasa disebut sebagai bahan bakar hayati atau biofuel. Energi ini tidak akan pernah habis selama tersedia tanah, air, dan matahari masih memancarkan sinarnya ke muka bumi. Selama mau menanam, membudidayakan, serta mengolahnya menjadi produk bermanfaat seperti bahan bakar. Saat ini, Indonesia merupakan negara yang paling kaya dengan energi hijau. Menurut BPPT Kita memiliki minimal

4.1. TUJUAN :
Setelah mempelajari Modul ini, peserta pelatihan diharapkan dapat: Memiliki pemahaman yang baik tentang energi biomassa

Mengenali potensi energi biomassa Mampu mendesain dan merencanakan sistem pemanfaatan energi biomassa Mampu memperkirakan biaya investasi untuk pemanfaatan energi biomassa Memiliki pemahaman yang baik tentang berbagai aplikasi energi biomassa

MODUL PELATIHAN ENERGI BIOMASSA


4.2. PENGENALAN ENERGI BIOMASSA
PENDAHULUAN PENGANTAR ET SURYA ANGIN BIIOMASSA

MIKROHIDRO APPENDIX
127
Modul Pelatihan Energi Biomassa

49 jenis tanaman bahan baku biofuel yang tersebar secara spesifik di seluruh pelosok Nusantara. Kelapa sawit tumbuh di wilayah basah dengan curah hujan tinggi. Selain itu, ada tanaman tebu yang menghendaki beda musim yang tegas antara hujan dan kemarau. Singkong mampu berproduksi baik di lingkungan sub-optimal dan toleran pada tanah dengan tingkat kesuburan rendah. Jarak pagar mampu berproduksi optimal di daerah terik dan gersang. Kelapa terdapat di pantai-pantai, bahkan di pulau- pulau terpencil. Ditambah tanaman lainnya, seperti sagu, nipah, nyamplung, bahkan limbah-limbah pertanian, seperti sekam padi, ampas tebu, tongkol jagung, dan

biji-bijian sangat mudah didapatkan di Indonesia.

Potensi Energi Biomassa di Indonesia


Indonesia, Sebagai negara agraris yang beriklim tropis memiliki beberapa sumber energi terbarukan yang berpotensi besar, antara lain : energi hidro dan mikrohidro, energi geotermal, energi biomassa, energi surya dan energi angin. Potensi energi biomassa Indonesia, secara teori diperkirakan mencapai sekitar 49.810 MW. Angka ini diasumsikan dengan dasar kadar energi dari produksi tahunan sekitar 200 juta ton biomassa dari residu pertanian, kehutanan, perkebunan dan limbah padat perkotaan. Jumlah potensi yang besar tidak sebanding dengan kapasitas terpasang sebesar 302.4 MW atau 0,64 persen yang dimanfaatkan. Bila kita maksimalkan potensi yang ada dengan menambah jumlah kapasitas terpasang, maka akan membantu bahan bakar fosil yang selama ini menjadi tumpuan dari
Sumber: Presentasi KESDM Gambar 4.1. Potensi Pengembangan Komoditas Penghasil Bio Energi Indonesia

128

MODUL

4
ENERGI BIOMASSA
Modul Pelatihan Energi Terbarukan

penggunaan energi. (KESDM 2008) Total areal hutan di Indonesia adalah yang ketiga terbesar setelah mereka di Brazil dan Zaire. Meskipun menghasilkan sejumlah besar residu hutan, residu dari penebangan dan pabrik terlihat secara potensial ketersediaan bahan

bakar untuk pembangkit energi. Residu dari kayu lapis dan pulp / industri kertas daur ulang dan produk turunan saat ini dapat dimanfaatkan untuk atau sebagai sumber energi. Dengan hutan tropis Indonesia yang sangat luas, setiap tahun diperkirakan terdapat limbah kayu sebanyak 25 juta ton yang terbuang dan belum termanfaatkan. Jumlah energi yang terdapat pada kayu sangat besar yaitu 100 milyar Kkal pertahun. Diperkirakan bahwa Indonesia memproduksi 146.700.000 ton biomassa per tahun, setara dengan sekitar 470 GJ/ tahun. Sumber utama energi biomassa di Indonesia dapat diperoleh dari residu padi yang memberikan potensi energi terbesar teknis 150 / tahun GJ, karet kayu dengan 120 / tahun GJ, gula residu dengan 78 / tahun GJ, kelapa minyak residu, 67 GJ / tahun, dan beristirahat dengan lebih kecil dari 20 GJ / tahun berasal dari residu kayu lapis dan veneer, penebangan residu, residu kayu gergajian, residu kelapa, dan limbah pertanian. (ZREU, 2000). Sumbersumber biomassa dapat membantu dalam penyediaan baik panas dan listrik untuk rumah tangga dan industri pedesaan. Indonesia juga memiliki banyak perkebunan seperti karet, kelapa sawit, kelapa dan tebu. Mereka menghasilkan jumlah berlimpah biomassa dan jumlah ini meningkat secara bertahap setiap tahun khususnya untuk minyak sawit. Sumber daya lainnya dari biomassa yang memiliki potensi besar sebagai bahan baku untuk menghasilkan listrik adalah limbah pertanian dan sampah kota kota. Energi biomassa menjadi penting bila dibandingkan dengan energi terbarukan karena proses konversi menjadi energi listrik memiliki investasi yang lebih murah bila di bandingkan dengan jenis sumber energi terbarukan lainnya. Hal inilah yang

menjadi kelebihan biomassa dibandingkan dengan energi lainnya. Proses energi biomassa sendiri memanfaatkan energi matahari untuk merubah energi panas menjadi karbohidrat melalui proses fotosintesis yang selanjutnya diubah kembali menjadi energi panas. Dapat dilihat dari Gambar 1, daerahdaerah yang sangat berpotensi mengembangkan biomassa penghasil bioenergi di Indonesia, selain kelapa sawit yaitu jarak pagar, singkong, tebu, kapas dan sagu.

Klasifikasi Biomassa sebagai Bioenergi


Berdasarkan jenisnya, Bahan Baku Biomassa dikelompokan menjadi beberapa jenis yaitu kayu, buah, bijibijian, akar dan limbah sisa biomassa. Semua jenis bahan tersebut merupakan bahan-bahan yang bisa dirubah menjadi bahan baku bioenergi. Berdasarkan proses pengolahannya menjadi bioenergi, pengubahan (konversi) biomasa dikelompokkan menjadi :

4.2. PENGENALAN ENERGI BIOMASSA


PENDAHULUAN PENGANTAR ET SURYA ANGIN BIIOMASSA

MIKROHIDRO APPENDIX
129
Modul Pelatihan Energi Biomassa

konversi termo-kimia
pengubahan bentuk biomasa menjadi bioenergi yang melibatkan panas dan reaksi kimia konversi fisika-kimia pengubahan bentuk biomasa menjadi bioenergi yang melibatkan proses fisika dan reaksi kimia konversi biologi pengubahan bentuk biomasa menjadi bioenergi yang melibatkan proses biologi Berdasarkan sifat fisiknya, biomasa sebagai bahan baku bioenergi dikelompokkan

menjadi bahan bakar padatan (arang, briket, pelet), bahan bakar gas (syngas, biogas) dan bahan bakar cair (biodiesel, biooil, bioetanol) Berdasarkan pemanfaatan biomassa sebagai bahan baku bioenergi dibagi menjadi pemanfaatan panas Panas yang dihasilkan oleh pembakaran biomasa, dimanfaatkan sebagai sumber energi seperti memasak dan memanaskan boiler. pemanfaatan listrik Listrik dapat dihasilkan melalui proses konversi dari bahan baku menjadi bahan bakar pembangkit listrik, listrik dimanfaatkan untuk aktivitas manusia pemanfaatan Transesterifikasi Biodiesel yang dihasilkan secara transesterifikasi dimanfaatkan sebagai bahan bakar penggerak mesin seperti kendaraan dan mesin diesel. Sumber: PNPM Database 2010 Gambar 4.2. Pohon Energi Biomassa 130

MODUL

4
ENERGI BIOMASSA
Modul Pelatihan Energi Terbarukan

Pengenalan Biogas
Biogas merupakan sebuah proses produksi gas bio dari material organik dengan bantuan bakteri. Proses degradasi material organik ini tanpa melibatkan oksigen disebut anaerobik digestion Gas yang dihasilkan sebagian besar (lebih 50 % ) berupa metana. material organik yang terkumpul pada digester (reaktor) akan

diuraiakan menjadi dua tahap dengan bantuan dua jenis bakteri. Tahap pertama material orgranik akan didegradasi menjadi asam asam lemah dengan bantuan bakteri pembentuk asam. Bakteri ini akan menguraikan sampah pada tingkat hidrolisis dan asidifikasi. Hidrolisis yaitu penguraian senyawa kompleks atau senyawa rantai panjang seperti lemak, protein, karbohidrat menjadi senyawa yang sederhana. Sedangkan asifdifikasi yaitu pembentukan asam dari senyawa sederhana. Setelah material organik berubah menjadi asam asam, maka tahap kedua dari proses anaerobik digestion adalah pembentukan gas metana dengan bantuan bakteri pembentuk metana seperti methanococus, methanosarcina, methano bacterium. Kandungan utama dalam biogas adalah kombinasi methane (CH4), karbon dioksida (CO2), Air dalam bentuk uap (H20), dan beberapa gas lain seperti hidrogen sulfida (H2S), gas nitrogen (N2), gas hidrogen (H2) dan jenis gas lainnya dalam jumlah kecil. Tabel 4.1. Komposisi Biogas Substansi Simbol Persen Metane CH4 50-70 Karbon Dioksida CO2 30-40 Hidrogen H2 5-10 Nitrogen N2 1-2 Uap Air H2O 0.3 Hidrogen Sulfida H2S trace Sumber: Yadav and Hesse 1981

Bahan Baku Biogas


Berdasarkan definisi diatas, yang dapat dijadikan bahan baku biogas adalah bahan-bahan material organik seperti kotoran ternak, sampah organik, limbahlimbah biomassa. Tabel 4.2: Potensi Produksi Gas dari Kotoran

Kotoran Produksi Gas / kg (m3) Sapi, Kerbau 0.023 - 0.040 Babi 0.040 - 0.059 Unggas 0.065 - 0.116 Manusia 0.020 - 0.028 sumber: Guidebook of Biogas Development 1984 Selain hewan dan kotoran manusia, bahan tanaman juga dapat digunakan untuk menghasilkan biogas dan biomanure. Sebagai contoh, satu kg limbah tanaman mentah dan eceng gondok memiliki potensi dapat memproduksi masingmasing 0,037 dan 0,045 m3 biogas. Bahan organik yang berbeda memiliki

4.3.BIOGAS
4.3. BIOGAS
PENDAHULUAN PENGANTAR ET SURYA ANGIN BIIOMASSA

MIKROHIDRO APPENDIX
131
Modul Pelatihan Energi Biomassa

karakteristik bio-kimia yang berbeda, potensi mereka untuk produksi gas juga bervariasi. Dua atau lebih dari bahan tersebut dapat digunakan bersama dengan ketentuan bahwa beberapa persyaratan dasar untuk produksi gas atau untuk pertumbuhan normal methanogen terpenuhi. Beberapa karakteristik masukan-masukan yang memiliki dampak signifikan pada tingkat produksi gas yang dijelaskan di bawah ini. Rasio C/N: Hubungan antara kandungan jumlah karbon dan nitrogen dalam bahan organik yang dinyatakan dalam Rasio Carbon / Nitrogen (C/N) . Rasio C/ N berkisar dari 20 sampai 30 dianggap optimum untuk pencernaan anaerobik. Jika rasio C/N sangat tinggi, nitrogen

akan dikonsumsi secara cepat oleh methanogen untuk memenuhi kebutuhan protein mereka dan tidak akan lagi bereaksi menyisakan konten karbon dari bahan tersebut. Akibatnya, produksi gas akan rendah. Di sisi lain, jika rasio C/N sangat rendah, nitrogen akan dibebaskan dan terakumulasi dalam bentuk amonia (NH4), NH4 akan meningkatkan nilai pH konten dalam digester. pH lebih tinggi dari 8,5 akan mulai menunjukkan efek toksik pada populasi metanogen. Kotoran hewan, terutama kotoran sapi, memiliki rata-rata rasio C/N sekitar 24. Bahan tanaman yang seperti jerami dan serbuk gergaji mengandung persentase yang lebih tinggi dari karbon. kotoran manusia memiliki rasio C/N serendahnya 8. Rasio C/N dari beberapa bahan yang biasa digunakan disajikan pada Tabel berikut. Tabel 4.3 : Rasio C/N (karbon/nitrogen) No Bahan Baku Rasio C/N 1 Kotoran Bebek 8 2 Kotoran Manusia 8 3 Kotoran Ayam 10 4 Kotoran Kambing 12 5 Kotoran Babi 18 6 Kotoran Domba 19 7 Kotoran Sapi/kerbau 24 8 Enceng Gondok 25 9 Kotoran Gajah 43 10 Batang Jagung 60 11 Jerami Padi 70 12 Batang Gandum 90 13 Serbuk Gergaji diatas 200 Sumber : Karki dan Dixit, 1984 Pengenceran dan Konsistensi Umpan: Sebelum pengumpanan digester, kotoran, terutama kotoran sapi segar, harus dicampur dengan air pada rasio 1:1 berdasarkan satuan volume (volume yang sama yaitu air untuk volume kotoran). Namun, jika kotoran tersebut dalam bentuk

kering, jumlah air harus ditingkatkan sesuai untuk mencapai konsistensi yang diinginkan dari input (misalnya rasio bisa bervariasi dari 1:1.25 bahkan 1:2). pengenceran yang harus dilakukan untuk mempertahankan padatan total dari 7 sampai 10 persen. Jika kotoran tersebut terlalu encer, partikel-partikel padat akan tenang masuk ke digester dan jika terlalu tebal, partikel menghalangi aliran gas yang terbentuk di bagian bawah dari digester. Dalam kedua kasus, produksi gas akan kurang dari optimal. 132

MODUL

4
ENERGI BIOMASSA
Modul Pelatihan Energi Terbarukan

Volatile Solids: Berat padatan organik yang terbakar bila dipanaskan sampai sekitar 538 oC didefinisikan sebagai volatile solids. Potensi produksi biogas dari bahan organik yang berbeda, yang diberikan dalam Tabel 4.1, juga dapat dihitung berdasarkan kandungan volatile solid mereka.. Semakin tinggi kandungan volatile padat dalam satuan volume kotoran segar, semakin tinggi produksi gas. Misalnya, kg padatan volatile dalam kotoran sapi akan menghasilkan sekitar 0,25 m3 biogas (Sathianathan. 1975).

Tahapan Pembentukan Biogas


Tahapan yang terjadi selama proses pembentukan bahan baku menjadi biogas adalah : Tahap 1 Hidrolisis Limbah yang berasal dari tumbuhan dan hewan terdiri dari karbohidrat, lipid,

protein dan bahan anorganik. Besarnya molekul zat kompleks dilarutkan ke dalam pelarut sederhana dengan bantuan enzim ekstraseluler yang dikeluarkan oleh bakteri. Tahap ini juga dikenal sebagai tahap pemecahan polimer. Misalnya, selulosa yang terdiri dari polimerisasi glukosa dipecah menjadi dimerik, dan kemudian berubah menjadi molekul monomer gula (glukosa) oleh bakteri selulolitik. Tahap 2 Pengasaman Monomer seperti glukosa yang diproduksi di Tahap 1 adalah fermentasi dalam kondisi anaerob menjadi berbagai asam dengan bantuan enzim yang dihasilkan oleh bakteri pembentuk asam. Pada tahap ini, bakteri pembentuk asam memecah molekul dari enam atom karbon (glukosa) menjadi molekul dengan atom karbon lebih kecil (asam). Asam utama yang dihasilkan dalam proses ini adalah asam asetat, asam propionat, asam butirat dan etanol. Tahap 3 Metanisasi Prinsipnya asam yang dihasilkan dalam Tahap 2 diproses oleh bakteri metanogen untuk menghasilkan metana. Reaksi yang terjadi dalam proses produksi metana disebut Metanisasi dan dinyatakan oleh persamaan berikut (Karki dan Dixit 1984.).

Proses Pembuatan Biogas


Proses pembuatan biogas dengan langkah langkah sebagai berikut: 1. Mencampur kotoran sapi dengan air sampai terbentuk lumpur dengan perbandingan 1:1 pada bak penampung sementara. Bentuk lumpur akan mempermudah pemasukan kedalam digester 2. Mengalirkan lumpur kedalam digester melalui lubang pemasukan. Pada pengisian pertama kran gas yang ada

diatas digester dibuka agar pemasukan lebih mudah dan udara yang ada didalam digester terdesak keluar. Pada
CH3COOH CH4 + CO2
Asam Asetat Metane Karbon Dioksida

2CH3CH2OH + CO2 CH4 + 2CH3COOH


Etanol C.Dioksida Metane Asam Asetat

CO2 + 4H2 CH4 + 2H2O


Karbon Dioksida Hidrogen Metane Air

4.3. BIOGAS
PENDAHULUAN PENGANTAR ET SURYA ANGIN BIIOMASSA

MIKROHIDRO APPENDIX
133
Modul Pelatihan Energi Biomassa

pengisian pertama ini dibutuhkan lumpur kotoran sapi dalam jumlah yang banyak sampai digester penuh. 3. Melakukan penambahan starter (banyak dijual dipasaran) sebanyak 1 liter dan isi rumen segar dari rumah potong hewan (RPH) sebanyak 5 karung untuk kapasitas digester 3,5 - 5,0 m2. Setelah digester penuh, kran gas ditutup supaya terjadi proses fermentasi. 4. Membuang gas yang pertama dihasilkan pada hari ke-1 sampai ke-8 karena yang terbentuk adalah gas CO2. Sedangkan pada hari ke-10 sampai hari ke-14 baru terbentuk gas metan (CH4) dan CO2 mulai menurun. Pada komposisi CH4 54% dan CO2 27% maka biogas akan menyala. 5. Pada hari ke-14 gas yang terbentuk dapat digunakan untuk menyalakan api pada kompor gas atau kebutuhan lainnya. Mulai hari ke-14 ini kita sudah bisa menghasilkan energi biogas yang selalu terbarukan. Biogas ini tidak Gambar 4.3. Alur Proses Biogas 134

MODUL

4
ENERGI BIOMASSA
Modul Pelatihan Energi Terbarukan

berbau seperti bau kotoran sapi. Selanjutnya, digester terus diisi lumpur kotoran sapi secara kontinu sehingga dihasilkan biogas yang optimal

Peralatan Produksi Biogas


Sebagaimana telah diterangkan diatas, membuat biogas dengan kotoran sapi cukup mudah. Hanya dengan memasukkan kotoran sapi kedalam digester anaerob, dan mendiamkannya beberapa lama, Biogas akan terbentuk. Hal ini bisa terjadi karena sebenarnya dalam kotoran sapi yang masih segar terdapat bakteri yang akan men-fermentasi kotoran tersebut. Tanpa dimasukkan ke dalam digester pun biogas sebanarkan akan terbentuk pada proses dekomposisi kotoran sapi, namun prosesnya berlangsung lama dan tentu saja biogas yang dihasilkan tidak dapat kita gunakan. Ada tiga jenis digester yang telah dikembangkan selama ini, yaitu: 1. Fixed dome plant, yang dikembangkan di china, 2. Floating drum plant, yang lebih banyak dipakai di India dengan varian plastic cover biogas plant, dan 3. Plug-flow plant atau balloon plant yang banyak digunakan di Taiwan, Etiopia, Kolombia, Vietnam dan Kamboja. Jenis ini juga yang banyak digunakkan oleh petani kita di daerah Lembang dan Cisarua. Bagian-bagian pokok digester gas bio adalah: 1. Bak penampung kotoran ternak,

2. Digester, 3. Bak slurry, 4. Penampung gas, 5. Pipa gas keluar, 6. Pipa keluar slurry, 7. Pipa masuk kotoran ternak. Fixed dome plant Pada fixed dome plant, digesternya tetap. Penampung gas ada pada bagian atas digester. Ketika gas mulai timbul, gas tersebut menekan slurry ke bak slurry. Jika pasokan kotoran ternak terus menerus, gas yang timbul akan terus menekan slurry hingga meluap keluar dari bak slurry. Gambar 4.4.Fix Dome Plant

4.3. BIOGAS
PENDAHULUAN PENGANTAR ET SURYA ANGIN BIIOMASSA

MIKROHIDRO APPENDIX
135
Modul Pelatihan Energi Biomassa

Gas yang timbul digunakan/dikeluarkan lewat pipa gas yang diberi katup/kran. Reaktor ini disebut juga reaktor china. Dinamakan demikian karena reaktor ini dibuat pertama kali di china sekitar tahun 1930 an, kemudian sejak saat itu reaktor ini berkembang dengan berbagai model. Pada reaktor ini memiliki dua bagian yaitu digester sebagai tempat pencerna material biogas dan sebagai rumah bagi bakteri,baik bakteri pembentuk asam ataupun bakteri pembentu gas metana. bagian ini dapat dibuat dengan kedalaman tertentu menggunakan batu, batu bata atau beton. Strukturnya harus kuat karna menahan gas aga tidak terjadi kebocoran. Bagian yang kedua adalah kubah tetap (fixed-dome). Dinamakan kubah tetap karena bentunknya menyerupai kubah dan bagian ini merupakan pengumpul gas yang tidak bergerak (fixed). Gas yang dihasilkan dari material organik pada digester akan mengalir dan disimpan di

bagian kubah. Keuntungan: tidak ada bagian yang bergerak, awet (berumur panjang), dibuat di dalam tanah sehingga terlindung dari berbagai cuaca atau gangguan lain dan tidak membutuhkan ruangan (diatas tanah). Biaya konstruksi lebih murah daripada menggunaka reaktor terapung, karena tidak memiliki bagian yang bergerak menggunakan besi yang tentunya harganya relatif lebih mahal dan perawatannya lebih mudah Kerugian: Kadang-kadang timbul kebocoran, karena porositas dan retakretak, tekanan gasnya berubah-ubah karena tidak ada katup tekanan. Floating drum plant Floating drum plant terdiri dari satu digester dan penampung gas yang bisa bergerak. Penampung gas ini akan bergerak keatas ketika gas bertambah dan turun lagi ketika gas berkurang, seiring dengan penggunaan dan produksi gasnya. Reaktor jenis terapung pertama kali dikembangkan di india pada tahun 1937 sehingga dinamakan dengan reaktor India. Memiliki bagian digester yang sama dengan reaktor kubah, perbedaannya terletak pada bagian penampung gas Gambar 4.5. Floating Drum Plant 136

MODUL

4
ENERGI BIOMASSA
Modul Pelatihan Energi Terbarukan

menggunakan peralatan bergerak menggunakan drum. Drum ini dapat bergerak naik turun yang berfungsi untuk

menyimpan gas hasil fermentasi dalam digester. Pergerakan drum mengapung pada cairan dan tergantung dari jumlah gas yang dihasilkan. Keuntungan: Tekanan gasnya konstan karena penampung gas yang bergerak mengikuti jumlah gas. Jumlah gas bisa dengan mudah diketahui dengan melihat naik turunya drum. Kerugian: Konstruksi pada drum agak rumit. Biasanya drum terbuat dari logam (besi), sehingga mudah berkarat, akibatnya pada bagian ini tidak begitu awet (sering diganti). Bahkan jika digesternya juga terbuat dari drum logam (besi), digeseter tipe ini tidak begitu awet. Biaya material konstruksi dari drum lebih mahal. faktor korosi pada drum juga menjadi masalah sehingga bagian pengumpul gas pada reaktor ini memiliki umur yang lebih pendek dibandingkan menggunakan tipe kubah tetap. Balloon plant Konstruksi balloon plant lebih sederhana, terbuat dari plastik yang pada ujungujungnya dipasang pipa masuk untuk kotoran ternak dan pipa keluar peluapan slurry. Sedangkan pada bagian atas dipasang pipa keluar gas. Reaktor balon merupakan jenis reaktor yang banyak digunakan pada skala rumah tangga yang menggunakan bahan plastik sehingga lebih efisien dalam penanganan dan perubahan tempat biogas. reaktor ini terdiri dari satu bagian yang berfungsi sebagai digester dan penyimpan gas masing masing bercampur dalam satu ruangan tanpa sekat. Material organik terletak dibagian bawah karena memiliki berat yang lebih besar dibandingkan gas yang akan mengisi pada rongga atas. Keuntungan: biayanya murah, mudah diangkut, konstruksinya sederhana, mudah pemeliharaan dan pengoperasiannya.

Gambar 4.6.Balloon Plant Gambar 4.7. Digester


Sumber foto: DEPTAN 2010

4.3. BIOGAS
PENDAHULUAN PENGANTAR ET SURYA ANGIN BIIOMASSA

MIKROHIDRO APPENDIX
137
Modul Pelatihan Energi Biomassa

Kerugian: tidak awet, mudah rusak, cara pembuatan harus sangat teliti dan hatihati (karena bahan mudah rusak), bahan yang memenuhi syarat sulit diperoleh.

Estimasi Penentuan Kapasitas


Gas methan yang dihasil kan oleh kotoran sapi dapat diketahui dari :(Arinal Hamni, 2005) 1. Satu ekor sapi menghasilkan rata-rata 23.59 kg kotoran per hari 2. Tabung gas yang digunakan adalah tabung gas berukuran 25 liter 3. Volume tabung gas adalah : O.032153 M kubik 4. Tekanan gas dalam tabung berkisar 0.40 Kg/ Cm2 5. Tekanan gas dalam satuan pascal menjadi : P = 140500 pascal 6. Hitung nilai = P/ RT = 0.903769 Kg/m kubik 7. Massa Gas Methan diperoleh dengan menggunakan rumus : 0,03 K 8. Massa gas methane ini diperoleh setelah proses pengumpulan berlangsung selama 7Jam, sehingga laju aliran masanya dapat dihitung dengan menggunakan rumus : 0.00428 kg/jam 9. Selama satu hari gas methan campuran didapat sebesar : 0.10285 kg 10. Gas methan murni dapat dikumpulkan setiap hari dengan asumsi 60% dari gas total, maka diperoleh : 0.061714 Kg. 11. Gas methane yang dihasilkan dari

satu ekor sapi per hari 23.5 kilogram kotoran sapi di atas dapat digunakan untuk memanaskan kompor selama 3 jam.

Biaya Investasi, Operasional dan Perawatan


Beberapa pilihan biaya Investasi Instalasi Biogas dapat dilihat pada tabel 4.4. Tabel 4.4. Harga Digester Jumlah sapi Digester Harga (Rp) 1-2 ekor Plastik 6 meter 1.500.000 2-3 ekor Plastik 8 meter 2.000.000 1-2 ekor Pipa PVC portabel 6 meter 3.500.000 2-3 ekor Pipa PVC portabel 8 meter 4.000.000 kotoran 1 rit truk/ minggu Fix Dome 5 meter kubik 11.250.000 (Sumber Ir.Sri Sumarsih, UPNVY, 2010) untuk contoh rincian biayanya dapat dilihat di tabel 4.5. Tabel 4.5. Rincian Biaya Peralatan Kebutuhan Harga (Rp) Bak Mixer 57.500 Digester 81.250 Outlet gas 6.000 Peneduh 378.000 Outlet slurry 100.000 Bak Penampung gas 275.000 Upah 200.000 TOTAL 1.000.750 (Sumber: PNPM-LMP kendari 2009)

138

MODUL

4
ENERGI BIOMASSA
Modul Pelatihan Energi Terbarukan

Sedangkan untuk biaya perawatan dan operasional sangat lah kecil, dengan asumsi perawatan dan operasional hanya dikerjakan sendiri. Perawatan dan operasional yang harus dilakukan adalah 1. Hindarkan digester biogas dari gangguan anak-anak, tangan jahil, ataupun dari ternak yang dapat merusak digester dengan cara memagar dan memberi atap supaya air tidak dapat masuk ke dalam galian digester. 2. Pada sistem pengolahan biogas yang menggunakan digester dan penampung gas dari plastik, isilah selalu pengaman gas dengan air sampai penuh. Jangan biarkan sampai kosong karena gas yang dihasilkan akan terbuang melalui pengaman gas. Apabila digester keras tetapi gasnya tidak mengisi penampung gas, maka luruskan selang dari pengaman gas sampai reaktor, karena uap air yang ada di dalam selang dapat menghambat gas mengalir ke penampung gas. Lakukan hal tersebut sebagai pengecekan rutin. 3. Pada digester skala rumah tangga, digester biogas dapat digoyang-goyang sehingga terjadi penguraian yang sempurna dan gas yang terbentuk di bagian bawah naik ke atas. Lakukan setiap pengisian bahan biogas. 4. Cegah air masuk ke dalam digester dengan menutup lubang pengisian disaat tidak ada pengisian digester.

5. Pada sistem yang menggunakan penampung gas dari plastik, berikan pemberat di atas penampung gas (misalnya dengan karung-karung bekas) supaya mendapatkan tekanan di saat pemakaian. 6. Selalu bersihkan kompor biogas dari kotoran atau minyak.

Contoh Aplikasi Biogas di Indonesia


Pemanfaatan Biogas didesa CisurupanGarut. (KHARISTYA, 2004) Sapi perah merupakan hewan yang umum dipelihara sebagai salah satu sumber mata pencaharian di Kecamatan Cisurupan Kabupaten Garut. Menurut data populasi KUD Mandiri Cisurupan tahun 2003, jumlah sapi perah mencapai 5800 ekor dari 1400 peternak. Dengan asumsi setiap sapi mengeluarkan 22 kg kotoran/hari total kotoran yang dikeluarkan sapi adalah 127 ton. Kotoran sapi dengan jumlah ini dapat menghasilkan gas bio 1.719 5.670 m3/hari. Keterangan teknis dibawah ini untuk kebutuhan memasak 1 KK dengan 4 anggota keluarga, dengan kapasitas sapi 3-5 sapi. 1. Biodigester yang dibuat memiliki konstruksi yang sederhana. Biaya pembangunan biodigester plastik polyethilene dapat dikatakan murah bila dibandingkan dengan biodigester yang berkonstruksi beton. 2. Produksi gas bio mencapai 1,44 m3/ hari atau dapat digunakan memasak 34 jam. Dapat mencukupi kebutuhan memasak nasi sejumlah 1,5 kg dan memasak air minum 12 liter. 3. Model ini memiliki laju produksi gas bio sebesar 0,16 m3/ kg VS.

4.3. BIOGAS

PENDAHULUAN PENGANTAR ET SURYA ANGIN BIIOMASSA

MIKROHIDRO APPENDIX
139
Modul Pelatihan Energi Biomassa

Gambar 4.8.Digester dan penampung Biogas, desa Cisurupan, Garut 4. Investasi pembangunan biodigester sebesar Rp 720.000. 5. Model biodigester yang dibangun memiliki spesifikasi sebagai berikut: a. Volume total biodigester 11 m3 b. Volume efektif 8,8 m3 c. Waktu proses 40 hari d. Jumlah sapi 5 ekor e. Isian /hari 220 liter f. Volume penyimpan gas 2.5 m3 g. Tekanan yang digunakan untuk memasak adalah 0,8 cm air Lesson learned Kondisi geografis penempatan Biodigester sangat berpengaruh terhadap kecepatan pembentukan gas. Temperatur lingkungan mempengaruhi kecepatan reaksi biokimiawi sehingga pengaruh lingkungan perlu diperhitungkan 140

MODUL

4
ENERGI BIOMASSA
Modul Pelatihan Energi Terbarukan

Pengenalan Bioetanol
Bioetanol adalah etanol (C2H5OH) yang dibuat dari biomassa yang mengandung komponen pati atau selulosa, seperti singkong, talas dan tetes tebu. Etanol bentuknya berupa cairan yang tidak

berwarna dan mempunyai bau yang khas. Berat jenis pada 15 oC adalah 0,7937 dan titik didihnya 78,32 oC pada tekanan 76 mmHg. Sifatnya yang lain adalah larut dalam air dan eter, serta mempunyai panas pembakaran 328 kkal. Ketika harga BBM merangkak semakin tinggi, bioetanol diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar pensubstitusi BBM untuk motor bensin. Sebagai bahan pensubstitusi bensin, bioetanol dapat diaplikasikan dalam bentuk bauran dengan minyak bensin, misalnya 10 % etanol dicampur dengan 90 % bensin (gasohol E10) atau digunakan 100 % (E100) sebagai bahan bakar (Hambali dkk., 2007). Etanol absolut memiliki angka oktan (ON) 117, sedangkan Premium hanya 87 88. Gasohol E10 secara proporsional memiliki Oktan Number 92 atau setara Pertamax (lihat tabel 2). Pada komposisi ini bioetanol dikenal sebagai octan enhancer (aditif) yang paling ramah lingkungan dan di negara-negara maju telah menggeser penggunaan Tetra Ethyl Lead (TEL) maupun Methyl Tertiary Buthyl Ether (MTBE). Pencampuran sampai dengan 24 % masih dapat menggunakan mobil bensin konvensional. Di atas itu, diperlukan mobil khusus yang telah banyak diproduksi di AS maupun Brazil (Chemiawan, 2007). Etanol (C2H5OH) merupakan suatu senyawa kimia berbentuk cair, jernih tak berwarna, beraroma khas, berfase cair pada temperatur kamar, dan mudah terbakar. Etanol memiliki karakteristik yang menyerupai bensin karena tersusun atas molekul hidrokarbon rantai lurus. Dalam dunia industri, etanol umumnya digunakan sebagai pelarut, pembuatan asetaldehid, serta bahan baku farmasi dan kosmetik. Berdasarkan kadar alkoholnya, etanol dibagi menjadi tiga grade sebagai

berikut. a. Grade industri dengan kadar alkohol 9094 % b. Netral dengan kadar alkohol 96 99,5%, umumnya digunakan untuk minuman keras atau bahan baku farmasi. c. Grade bahan bakar dengan kadar alkohol di atas 99,5 %. Tabel 4.6 Perbandingan Kandungan Energi Bahan Bakar Nilai Kalor Angka MJ/L MJ/Kg Oktan Etanol 23.5 31.1 129 Metanol 17.9 19.9 123 Bensin 34.8 44.4 Min 91 Biomassa 15-19 Batu Bara 25-35

4.4.BIOETANOL
Sumber: KESDM 2008

4.4. BIOETANOL
PENDAHULUAN PENGANTAR ET SURYA ANGIN BIIOMASSA

MIKROHIDRO APPENDIX
141
Modul Pelatihan Energi Biomassa

Bahan Baku Bioetanol


Bio-ethanol dikenal sebagai bahan bakar yang ramah lingkungan, karena bersih dari emisi bahan pencemar. Bio-ethanol dapat dibuat dari bahan baku tanaman yang mengandung Nira bergula (sukrosa) seperti nira tebu, nira nipah, nira sorgum manis, nira kelapa, nira aren, nira siwalan, sari-buah mete. Bahan-bahan berpati antara lain tepung-tepung sorgum biji (jagung cantel), sagu, singkong/gaplek, ubi jalar, ganyong, garut, umbi dahlia. Bahan-bahan berselulosa (lignoselulosa) seperti kayu, jerami, batang pisang, bagas, dll juga bisa dimanfaatkan sebagai

sumber ethanol meskipun bahan tersebut sekarang belum ekonomis, namun teknologi proses yang efektif diperkirakan akan komersial pada dekade ini Selain tetes atau mollase, tanaman lain yang dapat dipergunakan sebagai bahan baku produksi ethanol (bio-ethanol) adalah ubi kayu, ubi jalar, dan jagung. Dari semua jenis bahan baku tersebut, di Indonesia ubi kayu mempunyai potensi lebih besar sebagai bahan baku pembuatan ethanol. Hal ini disebabkan ubi kayu dapat ditanam hampir di semua jenis tanah mulai dari lahan yang subur sampai ke lahan kering, bahkan lahan kritis sekalipun. Disamping itu intensitas produksi ubi kayu per hektar dalam satu tahun relative cukup tinggi yaitu antara 15 sampai 27 ton per hektar. Secara umum, semua wilayah di Indonesia dapat ditanami ubi kayu, walaupun Pulau Sumatra dan Jawa mempunyai perkembangan produksi ubi kayu yang sangat baik. Mengingat semua wilayah Indonesia dapat ditanami ubi kayu, sehingga bio-ethanol plant yang berbahan baku ubi kayu berpotensi untuk dikembangkan di Indonesia. Ratarata untuk produksi 1 liter bio-ethanol diperlukan 6,5 kg ubi kayu. Tabel 4.7. Perolehan Alkohol dari karbohidrat Sumber Karbohidrat Hasil Panen Ton/ha/th Perolehan Alkohol Liter/ton Liter/ha/th Singkong 25 (236) 180 (155) 4500 (3658) Tetes 3,6 270 973 Sorgum Bici 6 333,4 2000 Ubi Jalar 62,5* 125 7812 Sagu 6,8$ 608 4133 Tebu 75 67 5025

Nipah 27 93 2500 Sorgum Manis 80** 75 6000 *) Panen 2 kali/th; $ sagu kering; ** panen 2 kali/th. Sumber: Villanueva (1981); kecuali sagu, dari Colmes dan Newcombe (1980); sorgum manis, dari Raveendram; dan Deptan (2006) untuk singkong; tetes dan sorgum biji (tulisan baru) [DJHPP, Kementan] Singkong Tebu Ubi-Ubian Sorgum Gambar 4.9. Bahan Baku Bioetanol 142

MODUL

4
ENERGI BIOMASSA
Modul Pelatihan Energi Terbarukan

Berdasarkan jenisnya bahan baku bioetanol dikelompokkan menjadi : 1. Zat tepung Zat tepung (berupa bubur) oleh enzim diatase dari mount (kecambah) dapat dirubah menjadi maltosa (golongan gula) melalui tingkatan dekstrin. Temperatur optimumnya 50-60 oC, kemudian diberi ragi yang juga dapat mengeluarkan enzim maltase. Enzim ini merubah maltosa menjadi glukosa. Glukosa oleh enzim dirubah menjadi etanol dan CO2 Reaksi (C6H10O5)n + n H2O n C12H22O11 Amylum Maltase dari ragi C12H22O11 + H2O 2C6H12O6 Maltosa Glukosa C6H12O6 2C2H5OH + 2CO2 Konsentrasi etanol yang terjadi tidak boleh melewati 15%. Dari hasil destilasi diperoleh etanol 96% (R.Soepomo, 1998)

2. Molase Molase merupakan hasil samping proses pembuatan gula. Molase mengandung sejumlah besar gula baik sukrosa maupun gula pereduksi. Spesies ragi yang telah dikenal mempunyai daya konversi gula menjadi etanol yang sangat tinggi adalah saccharomyces cerevisiae Reaksinya C12H22O11 + H2O C6H12O6 Sukrosa Glukosa C6H12O6 2C2H5OH + 2CO2 Dalam pembuatan etanol tersebut, molase dimurnikan terlebih dahulu dengan menyaringnya kemudian diencerkan dengan air sehingga molase menjadi 12 oBrix untuk mendapatkan kadar gula yang optimum. Jika kadar gula terlalu tinggi, maka waktu fermentasinya lebih lama dengan sebagian gula tidak terkonversi, sehingga tidak ekonomis (Judoamidjojo, 1992) 3. Cairan Buah-buahan yang manis Cairan buah-buahan yang manis mengandung glukosa dan fruktosa sehingga mengalami peragian etanol. C6H12O6 2C2H5OH + H2O Dengan proses ini, cairan buah-buahan berubah menjadi minimum yang seharihari disebut dengan anggur, dengan kadar etanol yang relatif lebih rendah. (R.Soepomo, 1998)

Proses Pembuatan Bioetanol


Glukosa dapat dibuat dari pati-patian, proses pembuatannya dapat dibedakan berdasarkan zat pembantu yang dipergunakan, yaitu Hydrolisa asam dan Hydrolisa enzyme. Berdasarkan kedua jenis hydrolisa tersebut, saat ini hydrolisa enzyme lebih banyak dikembangkan, sedangkan hydrolisa asam (misalnya dengan asam sulfat) kurang dapat berkembang, sehingga proses pembuatan glukosa dari pati-patian sekarang ini

dipergunakan dengan hydrolisa enzyme. Dalam proses konversi karbohidrat menjadi gula (glukosa) larut air dilakukan dengan penambahan air dan enzyme; kemudian dilakukan proses peragian atau fermentasi gula menjadi ethanol dengan menambahkan yeast atau ragi.

4.4. BIOETANOL
PENDAHULUAN PENGANTAR ET SURYA ANGIN BIIOMASSA

MIKROHIDRO APPENDIX
143
Modul Pelatihan Energi Biomassa

Secara singkat teknologi proses produksi ethanol/bio-ethanol tersebut dapat dibagi dalam tiga tahap, yaitu: A. Persiapan Bahan Baku Bahan baku untuk produksi biethanol bisa didapatkan dari berbagai tanaman, baik yang secara langsung menghasilkan gula sederhana semisal Tebu (sugarcane), gandum manis (sweet sorghum) atau yang menghasilkan tepung seperti jagung (corn), singkong (cassava) dan gandum (grain sorghum) disamping bahan lainnya. Persiapan bahan baku beragam bergantung pada bahan bakunya, tetapi secara umum terbagi menjadi beberapa proses, yaitu: Tebu dan Gandum manis harus digiling untuk mengektrak gula Tepung dan material selulosa harus dihancurkan untuk memecahkan susunan tepungnya agar bisa berinteraksi dengan air secara baik Pemasakan, Tepung dikonversi menjadi gula melalui proses pemecahan menjadi gula kompleks (liquefaction) dan sakarifikasi (Saccharification) dengan penambahan air, enzyme serta panas (enzim hidrolisis). Pemilihan jenis enzim sangat bergantung

terhadap supplier untuk menentukan pengontrolan proses pemasakan. Tahap Liquefaction memerlukan penanganan sebagai berikut: Pencampuran dengan air secara merata hingga menjadi bubur Pengaturan pH agar sesuai dengan kondisi kerja enzim Penambahan enzim (alpha-amilase) dengan perbandingan yang tepat Pemanasan bubur hingga kisaran 80 sd 90 C, dimana tepung-tepung yang bebas akan mengalami gelatinasi (mengental seperti Jelly) seiring dengan kenaikan suhu, sampai suhu optimum enzim bekerja memecahkan struktur tepung secara kimiawi menjadi gula komplek (dextrin). Proses Liquefaction selesai ditandai dengan parameter dimana bubur yang diproses menjadi lebih cair seperti sup. Tahap sakarifikasi (pemecahan gula kompleks menjadi gula sederhana) melibatkan proses sebagai berikut: Pendinginan bubur sampai suhu optimum enzim sakarifikasi bekerja Pengaturan pH optimum enzim Penambahan enzim (glukoamilase) secara tepat Mempertahankan pH dan temperature pada rentang 50 sd 60 C sampai proses sakarifikasi selesai (dilakukan dengan pengetesan gula sederhana yang dihasilkan) B. Fermentasi Proses fermentasi dimaksudkan untuk mengubah glukosa menjadi ethanol/bioethanol (alkohol) dengan menggunakan yeast. Pada tahap ini, tepung telah sampai pada titik telah berubah menjadi gula 144

MODUL

4
ENERGI BIOMASSA
Modul Pelatihan Energi Terbarukan

sederhana (glukosa dan sebagian fruktosa) dimana proses selanjutnya melibatkan penambahan enzim yang diletakkan pada ragi (yeast) agar dapat bekerja pada suhu optimum. Proses fermentasi ini akan menghasilkan etanol dan CO2. Bubur kemudian dialirkan kedalam tangki fermentasi dan didinginkan pada suhu optimum kisaran 27 sd 32 C, dan membutuhkan ketelitian agar tidak terkontaminasi oleh mikroba lainnya. Karena itu keseluruhan rangkaian proses dari liquefaction, sakarifikasi dan fermentasi haruslah dilakukan pada kondisi bebas kontaminan. Selanjutnya ragi akan menghasilkan ethanol sampai kandungan etanol dalam tangki mencapai 8 sd 12 % (biasa disebut dengan cairan beer), dan selanjutnya ragi tersebut akan menjadi tidak aktif, karena kelebihan etanol akan berakibat racun bagi ragi. C. Distilasi Distilasi dilakukan untuk memisahkan etanol dari beer (sebagian besar adalah air dan etanol). Titik didih etanol murni adalah 78 C sedangkan air adalah 100 C (Kondisi standar). Dengan memanaskan larutan pada suhu rentang 78 - 100 C akan mengakibatkan sebagian besar etanol menguap.

Peralatan Produksi Bioetanol


Adapun rangkaian peralatan proses adalah sebagai berikut:

1 Peralatan penggilingan untuk menggiling bahan baku agar menjadi tepung sehingga mudah diproses 2 Pemasak, termasuk support, pengaduk dan motor, steam line dan insulasi untuk proses persiapan bahan baku dan proses liquifikasi pada suhu 80-90oC. dimana tepung-tepung yang bebas akan mengalami gelatinasi (mengental seperti Jelly) seiring dengan kenaikan suhu, sampai suhu optimum enzim bekerja memecahkan struktur tepung secara kimiawi menjadi gula komplek (dextrin). Proses Liquefaction selesai ditandai dengan parameter dimana bubur yang diproses menjadi lebih cair seperti sup. 3 External Heat Exchanger sebagai penukar panas untuk pendukung peralatan pemasak. 4 Pemisah padatan - cairan (Solid Liquid Separators) memisahkan padatan dengan cairan 5 Tangki Penampung Bubur tempat terjadinya proses sakarifikasi bertujuan mempertahankan pH dan temperature pada rentang 50 sd 60 oC sampai proses sakarifikasi selesai (dilakukan dengan pengetesan gula sederhana yang dihasilkan) 6 Unit Fermentasi (Fermentor) dengan pengaduk serta motor didalam alat ini, tepung telah sampai pada titik telah berubah menjadi gula sederhana (glukosa dan sebagian fruktosa) dimana proses selanjutnya melibatkan penambahan enzim yang diletakkan pada ragi (yeast) agar dapat bekerja pada suhu optimum. Proses fermentasi ini akan menghasilkan etanol dan CO2.

4.4. BIOETANOL

PENDAHULUAN PENGANTAR ET SURYA ANGIN BIIOMASSA

MIKROHIDRO APPENDIX
145
Modul Pelatihan Energi Biomassa

7 Unit Distilasi, termasuk pompa, heat exchanger dan alat kontrol digunakan untuk memisahkan etanol dari cairan berdasarkan titik didihnya 8 Boiler, termasuk system feed water dan softener sebagai sarana pendukung unit destilasi, penghasil panas yang digunakan untuk penguapan etanol. 9 Tangki Penyimpan sisa, termasuk fitting untuk menyimpan sisa bahan baku yang telah didestilasi

Estimasi Kapasitas Produksi


Fermentasi etanol adalah proses perombakan gula oleh mikroba (bisa yast/khamir atau bakteri) menjadi etanol (Isroi, 2010). Persamaan reaksinya adalah sebagai berikut: C6H12O6 > CH3CH2OH + CO2 Persamaan reaksi yang telah disetarakan adalah: C6H12O6 > 2CH3CH2OH + 2CO2 Jadi setiap 1 mol glukosa akan dihasilkan 2 mol etanol. Berat molekul (BM) Glukosa adalah 180,16 gr/mol, BM etanol adalah 46,07 gr/mol, Jadi kalau kita memfermentasi 1 gr glukosa, etanol yang dihasilkan kurang lebih adalah = (2 x 46,07)/180,16 = 0,511gr (etanol absolute) Atau bisa disimpukan faktor konversinya adalah 51%. Berat jenis etanol pada kondisi standard adalah 0,789 gr/cm3 , sehingga volumenya adalah = 0,511 gr x 0,789 gr/cm3 = 0,403 cm3 Kadar gula = 10% Volume = 100 liter

maka total etanol teoritis yang bisa diperoleh adalah: = 10% x 100 liter x 0,511 = 5,11 kg Volume etanolnya adalah = 5,1 kg x 0,789 = 4,03 liter. Karena efisiensi distilasi tidak pernah 100%, maka perlu dikoreksi dengan efisiensi hidrolisisnya. Misalkan saja 95%. Jadi volume etahnol absolute yang bisa didapat adalah: = 4,03 liter x 95% = 3,83 liter Kalau kadar etanolnya 95%, maka volumenya adalah: = (100%/95%) x 3,83 liter = 4,03 liter Kalau kadar etanolnya 60%, bisa dihitung dengan cara yang sama: = (100%/60%) x 3,83 litere = 6,38 liter Agar lebih mudah kita pakai contoh lagi. Misalkan saja di sebuah kebun pepaya. Potensi buah afkir yang bisa diolah menjadi etanol adalah: = 0.25 ton buah per minggu per ha atau = 2 ton buah per ha per bulan Sari buah yang bisa kita peroleh sekitar 80% dari beratnya, jadi volumenya: = 2000 kg x 80% = 1600 liter 146

MODUL

4
ENERGI BIOMASSA
Modul Pelatihan Energi Terbarukan

Andaikan kadar gulanya 10%, efisiensi hidrolisisnya 95%, dan kadar etanol yang

dihasilkan 95%, maka volume etanol yang dihasilkan adalah = 10% x 1600 liter x 0,511 x 0.789 x 95% x (100%/95%) = 64,408 liter per ha per bulan

Biaya Investasi, Operasional dan Perawatan


Untuk memproduksi bio-ethanol plant berkapasitas 60 kl/hari dari ubi kayu diperlukan biaya investasi sebesar 7.380.000 US $ (Rp. 66.420.000,-)(B2TPBPPT), dengan catatan 1 US$ = Rp 9000, sehingga dengan harga minyak mentah sebesar 55 US$/barel diasumsikan bioethanol dapat bersaing dengan BBM. Biaya tersebut sudah termasuk biaya investasi pengolahan limbah dan pembangkit listrik. Untuk memperoleh biaya produksi ethanol selain biaya investasi juga harus diperhitungkan biaya operasi dan perawatan termasuk biaya bahan baku. Parameter lain yang diperhitungkan ialah umur dari bioethanol plant adalah 25 tahun, dengan lamanya operasi dalam satu tahun sebesar 350 hari,bunga bank 12% per tahun. Dengan harga Ethanol di tingkat pabrik sebesar Rp. 2612 per liter adalah layak secara ekonomi, tetapi harga diatas belum memperhitungkan pajak alcohol yang cukup tinggi dan penggunaannya sebagai bahan bakar belum diatur dalam undangundang atau peraturan dibawahnya. Selain itu ada beberapa parameter yang perlu diperhitungkan yaitu pertama, harga ubi kayu yang dapat berubah setiap saat, terutama bila bersaing dengan pabrik tepung, atau pada saat musim kemarau yang berkepanjangan sehingga produksi menurun sedangkan ubi kayu yang ada menjadi makanan pokok masyarakat. Kedua, proses pembuatan bio-ethanol membutuhkan jenis energy lain seperti solar, kayu bakar dan lain-lain, sehingga

perlu dilakukan perhitungan neraca energi secara cermat untuk melihat potensi substitusi yang sebenarnya terhadap BBM, serta perlu dicari jenis energi terbarukan lainnya yang dapat menggantikan penggunaan BBM di pabrik ethanol. Tabel 4.8. menunjukkan rincian biaya investasi Pabrik bio-ethanol yang berkapasitas 60 kl/hari menggunakan Bahan Baku Ubi Kayu. Tabel 4.8. Rincian Biaya Investasi Pabrik Bio-Ethanol Anhydrous dengan Kapasitas 60 KL/Hari
No Parameter Nilai (US$) 1 Total Biaya Investasi Peralatan Utama Peralatan Pengumpanan Unit Pengolah Limbah Tanah (min 30 Ha) Power Plant Bangunan Pabrik dan Kantor 7.380.000 5.580.000 690.000 400.000 60.000 450.000 200.000 2. Umur Hidup Hari Produks Bunga / Interest 25 Tahun 365 hari 12% per Tahun

(sumber : B2TP,BPPT 2005)

4.4. BIOETANOL
PENDAHULUAN PENGANTAR ET SURYA ANGIN BIIOMASSA

MIKROHIDRO APPENDIX
147
Modul Pelatihan Energi Biomassa

Tabel 4.9.Perhitungan Biaya total Parameter Biaya Rp/liter Biaya Modal - Bahan Baku Ubi Kayu 1625.00

Bahan Pembantu -Alpha Amylase, Kg -Gluko Amylase,Kg -Asam Sulfat, L -Na OH, L -Urea, Kg -NPK - Antifoam, ml 36.00 78.00 0.13 12.50 4.80 4.50 8.75 Utilitas -Air, L -Uap Air, Kg -Listrik, kwh 15.00 867.00 195.00 Biaya : a. Bahan Baku dan Utilitas b. Operasi dan Perawatan c. Investasi (straight line) 2846.68 62.03 106.87 A. Produksi (a + b + c) B. Penyimpanan 2,5% C. Keuntungan 15% Prod. D. Lain-lain 2,5% 3015.58 54.41 326.49 54.41 Total Harga Ethanol Pabrik 3450.89

Contoh aplikasi Bioetanol di Indonesia


Koperasi Serba Usaha (KSU) Agro Makmur yang berkedudukan di desa Doplang, Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah KSU. Agro

makmur disamping memproduksi dan menjual bioethanol juga memproduksi peralatan produksi bioethanol (untuk kapasitas UMKM dan rumah tangga ) dan kompor- kompor bioethanol berbagai tipe. Kegiatan lain yang dilakukan terkait dengan produksi bioethanol adalah pendidikan dan pelatihan membuat bioethanol, jasa konsultasi, dan alih teknologi ke masyarakat. Gambar 4.10. Alat Suling Bioetanol KSU Agromakmur Lesson Learned Pembuatan bioetanol yang dilakukan oleh KSU Agro Makmur berasal dari limbah pasar tradisional, tetes tebu dan singkong. Mampu menghasilkan Bioetanol hingga kadar 95% dengan peralatan yang sederhana. (sumber : B2TP,BPPT 2005) 148

MODUL

4
ENERGI BIOMASSA
Modul Pelatihan Energi Terbarukan

A. Briket Arang
Briket bioarang adalah gumpalangumpalan atau batangan-batangan arang yang terbuat dari bioarang (bahan lunak). Bioarang yang sebenarnya termasuk bahan lunak yang dengan proses tertentu diolah menjadi bahan arang keras dengan bentuk tertentu. Kualitas dari bioarang ini tidak kalah dengan batubara atau bahan bakar jenis arang lainnya. Briquetting terhadap sesuatu material merupakan cara mendapatkan bentuk dan ukuran yang dikehendaki agar dipergunakan

untuk keperluan tertentu.

Bahan Baku Briket


Bioarang adalah arang (salah satu jenis bahan bakar) yang terbuat dari aneka macam bahan hayati atau biomassa seperti kayu, ranting, dedaunan, rumput, jerami dan limbah pertanian lainnya. Pembuatan briket arang dengan menggunakan limbah dari arang aktif juga merupakan salah satu upaya menggali sumber energi yang potensial. Beberapa sumber bahan baku yang dapat dipergunakan dalam pembuatan bioarang ini antara lain : Sampah : sampah adalah barang-barang atau benda-benda yang sudah tidak berguna lagi dan harus dibuang. Sampah kadang-kadang harus dimusnahkan (dibakar) karena dianggap mengotori dan sarang penyakit. Sampah dapat bersifat benda-benda alami dan benda-benda yang tidak alami. Sampah yang dapat dijadikan bahan baku bioarang adalah sampah yang bersifat alami, yakni bendabenda hayati atau biomassa Kayu: kayu termasuk benda hayati atau biomassa, tetapi kayu umumnya memiliki nilai ekonomis cukup tinggi. Selain dapat dijadikan arang, kayu dapat dijadikan barang-barang konsumsi lain yang memiliki nilai ekonomis lebih tinggi. Oleh karena itu, meskipun dapat dijadikan bioarang, penggunaannya tidak disarankan, kecuali kalau kayu tersebut sudah tidak dapat digunakan untuk keperluan yang lebih penting. Remukan arang : remukan arang atau arang kayu dapat langsung diolah menjadi briket bioarang. Karena wujudnya sudah arang, maka pengolahannya tidak memerlukan proses pembakaran, bahan dari remukan arang hanya disarankan bagi orang-orang yang hendak membuat briket dan menguji efektifitas atau efisiensi pembakarannya.

4.5.BRIKET DAN KOMPOR BIOMASSA


4.5. BRIKET DAN KOMPOR BIOMASSA
PENDAHULUAN PENGANTAR ET SURYA ANGIN BIIOMASSA

MIKROHIDRO APPENDIX
149
Modul Pelatihan Energi Biomassa

Proses pembuatan briket bioarang


a. Karbonisasi Adalah proses pengkarbonan/ pengarangan/pembakaran bahan baku (umpan) didalam tungku pembakaran (incenerator). Selama proses karbonisasi perlu diperhatikan asap yang ditimbulkan selama proses tersebut : - Jika asap tebal dan putih berarti bahan sedang mengering - Jika asap tebal dan kuning, berarti pengkarbonan sedang berlangsung. Pada fase ini sebaiknya tungku ditutup dengan maksud agar oksigen pada ruang pengarangan serendah-rendahnya. - Jika asap semakin menipis dan berwarna biru berarti pengarangan hampir selesai kemudian drum dibalik dan proses pembakaran selesai. b. Penghalusan Penghalusan bertujuan mengecilkan ukuran partikel arang agar lebih seragam, agar lebih mudah dicampur dengan material lain dan agar lebih mudah dibentuk sesuai dengan cetakan. c. Penyaringan Bertujuan untuk memisahkan arang yang sudah halus dengan padatan yang masih besar. d. Pencampuran dengan perekat Proses ini dilakukan untuk mencampurkan

material biomasa lain dengan tujuan meningkatkan nilai kalor dan menambahkan perekat alami yang digunakan untuk membentuk gumpalan atau padatan yang lebih besar. e. Pencetakan Setelah material arang tercampur merata dengan perekatnya, lalu diisikan kedalam cetakan-cetakan briket untuk kemudian dipadatkan/dimampatkan dengan cara menekannya dengan bantuan alat press/ dongkrak. Gambar 4.11. Proses Pembuatan Briket Arang Gambar 4.12. Hasil Cetak Briket 150

MODUL

4
ENERGI BIOMASSA
Modul Pelatihan Energi Terbarukan

Peralatan Produksi Briket Arang


Peralatan yang digunakan untuk pembuatan briket bioarang adalah: a. Incenerator : tungku yang digunakan untuk proses karbonisasi atau pembakaran bahan baku, bisa berupa drum pembakaran b. Grinder : alat untuk mengecilkan atau menghaluskan ukuran partikel arang, bisa menggunakan mesin penghalus atau mengunakan alu dengan menumbuk secara manual. c. Saringan : saringan digunakan untuk memisahkan padatan kasar dengan padatan yang telah halus. d. Mixer : pengaduk yang digunakan untuk mencampur bahan-bahan baku lainnya dengan perekatnya. e. Alat cetak-tekan: digunakan untuk

membentuk padatan besar dengan mencetak hasil campuran bahan baku dengan perekat dengan cara memasukannya kedalam cetakancetakan yang kemudian dimampatkan dengan cara ditekan/press.

B. Kompor Biomassa Prinsip pembuatan Kompor Biomassa


Ada 10 prinsip dalam pembuatan kompor biomassa secara umum (Dr. Larry Winiarskis 1982) 1. Jika dimungkinkan, insulasi sekitar ruang api dengan bahan yang ringan dan tahan panas. Usahakan tidak menggunakan bahan yang berat seperti pasir dan tanah liat, insulasi sebaiknya ringan dan penuh dengan pori2 udara. Contoh insulasi alami adalah batu apung dan abu kayu. 2. Buat ruang pembakaran tepat diatas ruang apinya. Tinggi ruang pembakaran sebaiknya tiga kali lebih besar dari diameter ruang api. Tinggi ruang pembakaran lebih dari tiga kali diameter ruang api akan menghilangkan jumlah asap yang keluar, tetapi terlalu tinggi juga menyebabkan terlalu banyaknya udara dingin yang masuk sehingga menurunkan panas. Ruang pembakaran yang lebih rendah memiliki keuntungan tingginya jumlah panas yang dipindahkan namun jumlah asap yang dikeluarkan juga terlalu banyak. 3. Ruang Api hanya membakar biomassa yang masuk kedalamnya saja. Usahakan biomassa yang berada diluar ruang api Sumber foto: PT.TRIJAYA SANTIKA BHAKTI

4.5. BRIKET DAN KOMPOR BIOMASSA


PENDAHULUAN PENGANTAR ET SURYA ANGIN BIIOMASSA

MIKROHIDRO APPENDIX
151
Modul Pelatihan Energi Biomassa

tidak terbakar.

Tujuannya memaksimalkan api dari dalam ruang api saja agar lebih efektif dan tidak telalu banyak asap. 4. Tinggi rendahnya panas dirancang hanya tergantung kepada jumlah biomasa yang masuk saja. 5. Atur jumlah udara yang masuk kedalam ruang api. Jumlah lubang udara yang cukup akan menjaga kesetabilan temperatur yang tinggi didalam kompor. 6. Jumlah udara masuk yang terlalu kecil menyebabkan timbulnya asap dan sisa arang. Tetapi terlalu banyak udara yang masuk juga mendinginkan api. Perancangan lubang udara yang baik merupakan suatu faktor yang penting untuk efisiensi pembakaran. 7. Ruang masuk udara melalui pintu bahan bakar harus memiliki ukuran yang sama dengan ukuran ruang pembakaran. Agar ada keseimbangan antara udara yang terbakar dengan udara yang masuk. Udara yang masuk hanya udara yang dibutuhkan untuk pembakaran saja. 8. Gunakan tatakan dibawah api. Jangan meletakan bahan bakar dilantai, dibutuhkan aliran udara melalui bawah api yang naik keatas arang menuju api. Udara yang berasal dari bawah telah mengalami pemanasan sebelumnya ketika melewati bahan bakar, menyebabkan udara mudah terbakar. 9. Lindungi insulator dengan selubung agar panas insulator terjaga oleh udara luar. Jika insulator ruang bakar terjaga temperaturnya maka proses penyalaan api akan lebih mudah. 10. Maksimalkan perpindahan panas

dari api menuju panci masakan dengan menyesuaikan ukuran jarak antara kompor dan panci. Jarak antara kompor dan panci yang kecil menyebabkan panas yang dipindahkan semakin tinggi, tetapi jika terlalu kecil maka aliran udara yang keatas juga semakin kecil sehingga hanya sedikit panas yang naik keatas. Tetapi jika jarak terlalu besar maka udara panas akan melewati tengah-tengah ruang antara. 152

MODUL

4
ENERGI BIOMASSA
Modul Pelatihan Energi Terbarukan

Membuat Kompor Sekam


Alat yang dibutuhkan dalam membuat kompor sekam antara lain, seng (zn), besi, tang, palu, gunting, gergaji besi, alat las, klamp.(PhilRice 1995) Pembuatan kompor sekam: A. Membuat wadah, cerobong dan ruang bakar 1. Buat Mal/gambar pola wadah, cerobong dan ruang bakar pada permukaan lembaran seng. Seperti gambar berikut 2. Potong ketiga pola tersebut 3. Lalu lubangi gambar lubang dengan menggunakan bor

4.5. BRIKET DAN KOMPOR BIOMASSA


PENDAHULUAN PENGANTAR ET SURYA ANGIN BIIOMASSA

MIKROHIDRO APPENDIX
153
Modul Pelatihan Energi Biomassa

4. Tekuk dan bentuk kerucut dengan mempertemukan kedua tepi plat 5. Sambung kedua tepi plat dengan dengan cara dilas B. Membuat penyangga dudukan panci/ wajan 1. Potong bahan berikut a. 3 besi bundar, @ 7 cm b. 1 besi bundar, 35 cm

c. 1 besi bundar, 60 cm 2. Bengkokkan besi (a) 95o seperti pada gambar 3. Bentuk besi (b dan c) menjadi lingkaran, kemudian sambung ujungnya dengan pengelasan 4. Ambil cerobong lalu las besi (b) pada lingkaran bagian atas 5. Pasang bantalan kayu setebal 5 cm, letakkan diatas cerobong, lalu letakkan besi (c) diatasnya 6. Lakukan penyambungan besi (c) dan besi (b) dengan menggunakan besi (a), atur jarak antara besi (a) agar seimbang 154

MODUL

4
ENERGI BIOMASSA
Modul Pelatihan Energi Terbarukan

C. Membuat penyangga kompor 1. Potong besi sebagai berikut: d. 3 besi bundar, @ 19 cm e. 1 besi bundar, 78 cm 2. Tekuk besi (d) seperti pada gambar 3. Bentuk besi (e) menjadi lingkaran kemudian sambung ujungnya dengan menggunakan las 4. Sambungkan ketiga besi (d) pada besi (e) dengan jarak yang sama. D. Membuat tatakan abu 1. Buat pola lingkaran (f) diameter 13cm pada lembaran seng 2. Potong pipa besi diameter 2 cm sepanjang 4 cm 3. Potong 2 batang plat (h) masing-masing lebar 2 cm dengan panjang 7 cm, lalu tekuk salah satu ujungnya seperti pada gambar

4. Lubangi plat (f) pada pusat lingkaran sesuai dengan diameter pipa besi, lalu sambung pipa besi pada plat (f) tepat ditengah lingkaran

4.5. BRIKET DAN KOMPOR BIOMASSA


PENDAHULUAN PENGANTAR ET SURYA ANGIN BIIOMASSA

MIKROHIDRO APPENDIX
155
Modul Pelatihan Energi Biomassa

5. Sambung dengan las plat batang (h) diplat (f) secara berseberangan. 6. Ambil wadah, balikkan kemudian sambungkan plat batang (h) tatakan abu diatasnya. Jarak antara wadah dan tatakan abu adalah 2.5 cm. E. Membuat penyangga pendukung 1. Potong bahan berikut: i. 3 batang plat, @ 5 cm j. 3 batang plat, @ 8 cm k. 3 besi bundar, @ 12 cm 2. Tekuk seperti gambar berikut 3. Ambil dudukan kompor dan letakkan wadah diatasnya 4. Las plat (i) pada wadah dengan jarak yang seimbang 5. Ambil plat ruang bakar kemudian sambungkan plat (j) pada bibir plat ruang bakar dengan jarak yang seimbang satu dengan yang lain. 156

MODUL

4
ENERGI BIOMASSA
Modul Pelatihan Energi Terbarukan

6. Sambung ruang bakar dengan wadah seperti gambar, jarak antara ruang bakar dan wadah adalah 3-4 cm. 7. Ambil plat cerobong yang telah

disambung dengan dudukan panci, lalu balik. Sambukan besi (k) pada cerobong dengan jarak yang sama. F. Merakit Kompor Sekam 1. L e t a k k a n dudukan kompor dibagian bawah 2. Letakkan wadah diatas dudukan kompor 3. L e t a k k a n cerobong diatas wadah dan ruang bakar G. Cara menggunakan kompor sekam 1. Lepaskan cerobong dari atas wadah, kemudian tuangkan sekam padi secara merata pada wadah, setelah itu pasang cerobong kembali ketempatnya. 2. Bakar kertas lalu masukkan ketengahtengah cerobong, pastikan api kontak dengan sekam.

4.5. BRIKET DAN KOMPOR BIOMASSA


PENDAHULUAN PENGANTAR ET SURYA ANGIN BIIOMASSA

MIKROHIDRO APPENDIX
157
Modul Pelatihan Energi Biomassa

3. Ketika kompor mulai menyala, letakkan teko (alat memasak) pada dudukannya. 4. Jika api mulai redup dan abu mulai penuh pada bagian bawah, bersihkan tatakan abu dan dorong sekam kebawah dengan batang kayu. 5. Setelah memasak pastikan tidak ada sisa abu dan bara pada kompor, simpan kembali sisa sekam. Gambar 4.13. KOMEK (Kompor Ekonomis) Pengrajin JEPARA, JATENG 158

MODUL

4
ENERGI BIOMASSA
Modul Pelatihan Energi Terbarukan

C. Biaya Investasi, Operasional dan Perawatan Briket Arang (sumber: Balitbang DEPTAN)
Investasi Peralatan yang dibutuhkan adalah a. Incenerator : bisa menggunakan DRUM besi bekas minyak, kapasitas 200 Liter seharga Rp.40.000,b. Grinder : Material Plat MS, Penggerak : Elektromotor 1 HP, Kapasitas : 50 70 Kg/jam, Harga : 9.800.000,-(ASAKA Mesin) c. Saringan, kawat ayakan halus 70 mesh, Rp.10.000/meter d. Mixer, Kapasitas: 20 kg/batch, Material Mild Steel, Pengerak Elektromotor 1,5 Hp, Harga :Rp. 7.000.000,- (ASAKA Mesin) e. Alat cetak-tekan; alat pencetak otomatis, mampu menghasilkan bermacam2 bentuk briket, harga Rp.16.000.000,Tabel 4.10. Biaya Operasional Perawatan Perawatan terhadap mesin perlu dilakukan dengan cara selalu memberika oli/pelumas pada mesin-mesin bergerak.

Kompor sekam
Investasi peralatan peralatan yang dibutuhkan untuk pembuatan kompor sekam adalah tang, palu, gunting, gergaji besi, alat las, klamp. Operasional Material yang dibutuhkan untuk pembuatan kompor adalah plat seng, dan besi. serta bahan bakar berupa sekam kering.

(Kompor sekam ini dijual dengan harga Rp.50.000 untuk berbahan seng, dan Rp.150.000 untuk yang berbahan plat baja oleh pengrajin Jepara, Jawa tengah) Perawatan tindakan perawatan berupa pembersihan dan pemisahan antara sekam segar dengan abu sekam.

D. Contoh aplikasi Briket Arang dan Kompor Sekam di Indonesia. Aplikasi Briket Arang
Novi Setiawan, perajin briket tempurung kelapa di Jurug, Bangunharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta. Briket yang diproduksi nya adalah briket dengan kualitas ekspor. Briket tempurung kelapa ini berkalori tinggi, dan diminati konsumen dari Arab Saudi yang digunakan pada pembakaran shisa atau rokok arab. Melalui eksportir, secara periodik satu container di ekspor ke Arab Saudi. Briket tempurung kelapa A Pembuatan arang sekam Biaya (Rp.) 1 Harga sekam kering (Rp/kg) 500 2 Rendemen arang sekam (70%) (70 kg) 3 Upah tenaga kerja (Rp/proses) 10.000 4 Biaya Produksi (Rp/kg) 142.86 5 Harga arang sekam (belum termasuk keuntungan) (Rp/kg) 147,86 B Pembuatan Briket Arang Sekam 1 Harga 1 kg arang sekam 147.86 2 Kapasitas mencetak briket (kg/hari) (50 kg) 3 Upah kerja (Rp/hari/org) 20.000 4 Upah pembuatan briket arang sekam (Rp/kg) 1.333 5 Harga briket arang sekam (belum termasuk keuntungan) (Rp/kg) 1.480 Sumber: Balitbang Pertanian, DEPTAN 2005

4.5. BRIKET DAN KOMPOR BIOMASSA


PENDAHULUAN PENGANTAR ET SURYA ANGIN BIIOMASSA

MIKROHIDRO APPENDIX
159

Modul Pelatihan Energi Biomassa

yang diproduksi berkualitas baik dan dikemas secara eksklusif sehingga harganya lebih mahal Briket yang dijual ke pasar lokal lebih fleksibel dari segi ukuran maupun kualitas. Untuk briket yang dijual ke pasar luar negri, ukuran yang diminati yaitu 2,3 x 2,3 x 2,3 cm dengan standar kualitas terbaik. Sedangkan untuk pasar lokal, umumnya briket berukuran 3 x 3 x 2,5 cm. Hal tersebut mempermudah proses produksi untuk briket untuk segmen lokal. Lesson learned Industri Briket biomassa memiliki prospek yang baik, selain ketersediaan bahan baku yang mudah didapat, dengan penanganan dan kemasan yang baik mampu menembus pasar luar negeri.

Aplikasi kompor sekam


Prototipe Kompor Sekam Segar Karawang (KOMSEKAR) merupakan hasil penelitian Instalasi Penelitian Karawang yang mulai dikembangkan pada tahun 1990. Kompor sekam tersebut pernah disosialisasikan kepada para petani didaerah pengrajin makanan tradisional (Opak) di Desa Cibuaya Kabupaten Karawang dan bahkan telah dikirim satu unit ke IRRI Los Banos Gambar 4.14. Kompor Sekam Lesson learned Kompor sekam dapat diaplikasikan untuk daerah-daerah yang dekat dengan Huller atau UPTD pengggilingan padi, dimana terdapat sisa sekam yang sangat berlimpah. jika terlalu jauh maka biaya yang dikeluarkan untuk bahan bakar menjadi tinggi.
Sumber foto : LITBANG DEPTAN 2006 Sumber foto : HARIAN JOGJA 2010

160

MODUL

4
ENERGI BIOMASSA
Modul Pelatihan Energi Terbarukan

4.6.GASIFIKASI BIOMASSA
Pengenalan Gasifikasi Biomassa
Gasifikasi adalah proses pengubahan materi yang mengandung karbon seperti batubara, minyak bumi, maupun biomassa kedalam bentuk karbon monoksida (CO) dan hidrogen (H2) dengan mereaksikan bahan baku yang digunakan pada temperatur tinggi dengan jumlah oksigen yang diatur. Tujuan proses gasifikasi adalah mengubah unsur-unsur pokok dari bahan bakar yang digunakan kedalam bentuk gas yang lebih mudah dibakar, sehingga hanya menyisakan abu dan sisasisa material yang tidak terbakar (inert). Gasifikasi berbeda dengan pirolisis dan pembakaran. Ketiga dibedakan berdasarkan kebutuhan udara yang diperlukan selama proses. Jika jumlah udara/bahan bakar (AFR, air fuel ratio) sama dengan 0, maka proses disebut pirolisis. Jika AFR yang diperlukan selama proses kurang dari 1.5, maka proses disebut gasifikasi. Jika AFR yang perlukan selama proses lebih dari 1.5, maka proses disebut pembakaran. Mesin gasifikasi dapat dibedakan berdasar: a. Berdasar mode fluidisasi. b. Berdasar arah aliran. c. Berdasar gas yang perlukan untuk

proses gasifikasi. Berdasar mode fluidisasi, mesin gasifikasi dapat dibedakan menjadi gasifikasi unggun tetap (fixed bed gasification), gasifikasi unggun bergerak (moving bed gasification), gasifikasi unggun terfluidisasi (fluidized bed gasification), dan entrained bed. Jenis gasifikasi tersebut dapat digambarkan sebagai berikut. Berdasar arah aliran, mesin gasifikasi dapat dibedakan menjadi gasifikasi aliran searah (downdraft gasification) dan gasifikasi aliran berlawanan (updraft gasification). Pada gasifikasi downdraft, arah aliran gas dan arah aliran padatan adalah samasama ke bawah. Pada gasifikasi updraft, arah aliran padatan ke bawah sedangkan arah aliran gas ke atas. Gambar. 4.15. Perbedaan pirolisis, gasifikasi dan pembakaran. Gambar 4.16. Perbedaan pirolisis, gasifikasi dan pembakaran.

4.6. GASIFIKASI BIOMASSA


PENDAHULUAN PENGANTAR ET SURYA ANGIN BIIOMASSA

MIKROHIDRO APPENDIX
161
Modul Pelatihan Energi Biomassa

Berdasar gas yang perlukan untuk proses gasifikasi, terdapat gasifikasi udara dan gasifikasi uap. Gafisikasi udara, dimana gas yang digunakan untuk proses gasifikasi adalah udara. Gasifikasi uap, gas digunakan untuk proses adalah uap.

Bahan Bakar Gasifikasi


Bahan bakar yang cocok untuk gasifikasi biomassa adalah bahan biomassa kering seperti kayu kering, daun kering, sekam padi, arang, ampas tebu, bongkol jagung dan batok kelapa. Perbedaan mendasar antara gasifikasi biomassa dan produksi biogas adalah bahwa dalam bahan baku produksi biogas adalah bahan organic basah seperti kotoran hewan yang bekerja oleh mikroba untuk menghasilkan

gas metana. Nilai kalor rendah (LHV) biomass (15-20 MJ/kg) lebih rendah dibanding nilai kalor batubara (25-33 kJ/kg) dan bahan bakar minyak (gasoline, 42,5 MJ/kg). Artinya untuk setiap kg biomas hanya mampu menghasilkan energi 2/3 dari energi 1 kg batubara dan dari energi 1 kg gasoline. Nilai kalor berhubungan langsung dengan Gambar 4.17. Perbandingan Mode Fluidisasi Gambar 4.18. Perbandingan Arah Aliran 162

MODUL

4
ENERGI BIOMASSA
Modul Pelatihan Energi Terbarukan

kadar C dan H yang dikandung oleh bahan bakar padat. Semakin besar kadar keduanya akan semakin besar nilai kalor yang dikandung. Menariknya dengan proses charing (pembuatan arang), nilai kalor arang yang dihasilkan akan meningkat cukup tajam. Sebagai gambaran, dari hasil proses pembuatan arang batok kelapa pada temperatur 750oC dapat dihasilkan arang dengan nilai kalor atas (HHV) 31 MJ/kg. Nilai ini setara dengan nilai kalor batubara kelas menengah ke atas. Coba bandingkan dengan arang batubara yang mempunyai nilai kalor atas 35 MJ/kg. Nilai kalor rendah (LHV, lower heating value) adalah jumlah energi yang dilepaskan dari proses pembakaran suatu bahan bakar dimana kalor laten dari uap air tidak diperhitungkan, atau setelah terbakar, temperatur gas pembakaran dibuat 150oC. Pada temperatur ini, air berada dalam kondisi fasa uap.

Jika jumlah kalor laten uap air diperhitungkan atau setelah terbakar, temperatur gas pembakaran dibuat 25oC, maka akan diperoleh nilai kalor atas (HHV, higher heating value). Pada temperatur ini, air akan berada dalam kondisi fasa cair. Karena biomas mempunyai kadar volatil yang tinggi (sekitar 60-80%) dibanding kadar volatile pada batubara, maka biomas lebih reaktif dibanding batubara. Perbandingan bahan bakar (fuel ratio, FR) dinyatakan sebagai perbandingan kadar karbon dengan kadar volatil. Untuk batubara, FR ~ 1 - 10. Untuk gambut, FR ~ 0.3. Untuk biomass, FR ~ 0.1. Untuk Gambar 4.20. Definisi analisis ultimat dan proximat

4.6. GASIFIKASI BIOMASSA


Gambar.4.19. Analisis proximat untuk beberapa jenis bahan bakar padat. PENDAHULUAN PENGANTAR ET SURYA ANGIN BIIOMASSA

MIKROHIDRO APPENDIX
163
Modul Pelatihan Energi Biomassa

plastik, FR ~ 0. Analisis proximat untuk beberapa jenis bahan bakar padat dapat dilihat pada gambar berikut. Diluar analisis proximat, biomass juga mengandung abu dan air (lihat Gambar di bawah). Perlu ditekankan disini bahwa umumnya hasil analisis ultimat dan proximat akan diberi tambahan keterangan daf. Arti dari daf (dry ash free) adalah hasil analsisnya tidak mengikutkan abu dan air. Masa biomass awal umumnya diistilahkan sebagai as received (mengandung air, abu, volatil, dan karbon). Kadar abu dari biomass berkisar dari 1% sampai 12% untuk kebanyakan jerami-jeramian dan bagas. Abu dari biomass lebih ramah dibandingkan abu dari batubara karena banyak mengandung mineral seperti fosfat dan potassium. Pada saat pembakaran

maupun gasifikasi, abu dari biomas juga lebih aman dibandingkan abu dari batubara. Dengan temperature operasi tidak lebih dari 950oC atau 1000oC, abu dari biomassa tidak menimbulkan terak. Abu biomasa mempunyai jumlah oxida keras (silica dan alumina) yang lebih rendah.

Proses Gasifikasi
Proses gasifikasi biomassa dilakukan dengan cara melakukan pembakaran secara tidak sempurna didalam sebuah ruangan yang mampu menahan temperatur tinggi yang disebut dengan reaktor gasifikasi. Agar pembakaran tidak sempurna dapat terjadi, maka udara dengan jumlah yang lebih sedikit dari kebutuhan stokiometrik pembakaran dialirkan kedalam reaktor untuk mensuplai kebutuhan oksigen menggunakn fan/blower. Proses pembakaran yang terjadi menyebabkan reaksi termo-kimia yang menghasilkan CO, H2, dan gas metan (CH4). Selain itu, dalam proses ini juga dihasilkan uap air (H2O) dan karbon dioksida (CO2) yang tidak terbakar. Proses gasifikasi biomassa terdiri dari beberapa tahapan. Tahapan pertama adalah pyrolysis yang terjadi ketika biomassa mulai mengalami kenaikan temperatur. Pada tahap ini volatil yang terkandung pada biomassa terlepas dan menghasilkan arang (char). Gambar 4.21. Struktur Gasifikasi 164

MODUL

4
ENERGI BIOMASSA

Modul Pelatihan Energi Terbarukan

Tahapan kedua adalah terjadinya proses pembakaran (combustion). Pada tahapan ini volatil dan sebagian arang yang memiliki kandungan karbon (C) bereaksi dengan oksigen membentuk CO2 dan CO serta menghasilkan panas yang digunakan pada tahap selanjutnya yaitu tahap gasifikasi, reaksi yang terjadi pada tahap ini adalah: Reaksi pembakaran C + O2 = CO Reaksi Boudouard C + CO2 = 2 CO Tahap berikutnya adalah tahap reduksi. Tahapan ini terjadi ketika arang bereaksi dengan CO2 dan uap air yang menghasilkan CO dan H2 yang merupakan produk yang diinginkan dari keseluruhan proses gasifikasi. Reaksi kimia yang terjadi pada tahap ini adalah: Reaksi water gas C + H2O = CO + H2 Tahapan tambahan dalam proses ini adalah tahap water shift reaction. Melalui tahapan ini, reaksi termo-kimia yang terjadi didalam reaktor gasifikasi mencapai keseimbangan. Sebagian CO yang terbentuk dalam reaktor bereaksi dengan uap air dan membentuk CO2 dan H2. Reaksi kimia yang terjadi pada tahap ini adalah: Reaksi water shift reaction CO + H2O = CO2 + H2 Jika proses gasifikasi dapat dikendalikan sehingga temperatur reaksi terjadi dibawah 1000oC, maka akan terjadi reaksi pembentukan CH4. Hal ini terjadi ketika C bereaksi dengan H2, sesuai dengan reaksi: Reaksi metana C + 2 H2 = CH4

Peralatan Gasifikasi
Peralatan yang digunakan dalam sistem gasifikasi adalah 1. Peralatan sistem transportasi bahan baku Bahan baku memerlukan sistem transportasi untuk mengangkut bahan

dari gudang menuju sistem pengumpanan (misal dilengkapi unit dosing, sistem pembersih kotoran, unit pengering dan lain-lain). Sistem bisa berjenis konveyor ataupun manual seperti lori.
Sumber: Gasification Guide 2007 (www.gasification-guide.eu)

Gambar 4.22. Peralatan Proses Gasifikasi

4.6. GASIFIKASI BIOMASSA


PENDAHULUAN PENGANTAR ET SURYA ANGIN BIIOMASSA

MIKROHIDRO APPENDIX
165
Modul Pelatihan Energi Biomassa

2. Peralatan sistem pengumpanan bahan baku Sistem pengumpanan bahan baku kedalam reaktor biasanya berjalan melalui pengaturan sistem keseluruhan. Bahan baku dimasukkan saluran yang sangat rapat, untuk mencegah kebocoran gas dan masuknya udara berlebih kedalam reaktor. Sistem dapat berupa konveyor yang dilengkapi sistem katup buka-tutup. 3. Reaktor gasifikasi Reaktor ini tempat terjadinya proses konversi thermo-kimia dari biomassa padat menjadi gas producer. Secara umum biomassa terkonversi melalui beberapa tahap pengeringan, pirolisis, oksidasi parsial dan reduksi, mengubah aliran umpan biomassa menjadi aliran gas dengan produk yang diinginkan adalah gas (H2,CO,CxHy, CO2,N2) dan produk yang tidak diingikan seperti material partikulat, debu, jelaga, polutan inorganik dan polutan organik (tar) juga sisa abu. 4. Peralatan sistem pembersih gas Tujuan sistem pembersih gas adalah untuk menjaga kekonstanan kualitas gas producer terhadap perubahan-perubahan yang disebabkan karena proses yang tidak berkesinambungan dan proses pengumpanan. Pembersih gas berfungsi untuk menghilangkan debu dan tar yang terbawa oleh gas. Sistem pembersih gas

bisa berupa rangkaian siklon (penangkap debu) atau filter. 5. Peralatan sistem pendinginan gas Tujuan dari pendinginan gas adalah untuk menurunkan temperatur gas producer untuk memenuhi kebutuhan proses berikutnya. Tujuan lain dari pendinginan gas adalah untuk mencairkan tar yang terbentuk dan uap air yang terbawa oleh gas sehingga gas dingin yang dikeluarkan lebih bersih dan lebih kering. Sistem pendingin gas bisa berupa scruber atau unit kondensor.

Estimasi Penghitungan Kapasitas Gasifier


Contoh 1 : Perancangan gasifier berbahan sekam padi untuk thermal kapasitas setara 5 ltr minyak tanah per jam (Industri makanan minuman, pengeringan dll). Energy 5 ltr minyak tanah setara dengan 15 sd 17,5 kg sekam padi. Volume 17,5 kg sekam padi kurang lebih 160 liter ( bd +/ 0.11 kg/ltr). Laju pirolisa / pembakaran sekam padi 1 mtr/jam (tiap material berbeda). Penampang reaktor untuk membakar 160 ltr/jam = 160/10 = 16 dm2 Apabila di rencanakan bentuk persegi ukurannya 4 dm2 ( 40 cm x 40 cm), Kebutuhan udara theoritis 30 sd 40% stochiometry (bisa didapat dengan uji coba). Blower udara yang diperlukan model centrifugal 40 sd 60 watt. Contoh 2 Perancangan gasifier untuk thermal terapan untuk ketel kecil kap uap 100 kg/ jam bahan cangkang sawit. (Indutri tahu, krupuk dll) Untuk menghasilkan 100 kg uap perjam diperlukan 7 liter minyak bakar. Energy 7 liter minyak bakar setara dengan energy 17,5 kg energy cangkang

sawit. Volume 17,5 kg cangkang sawi kurang lebih 35 liter ( bd +/ 0.5 kg/ltr). Laju pirolisa / pembakaran cangkang sawi 0,25 mtr/jam (tiap material berbeda). Penampang reaktor untuk membakar 35 ltr/jam = 35/2,5 = 14 dm2 Apabila di rencanakan bentuk persegi ukurannya 3,75 dm2 ( bulatkan 40 cm x 40 cm), 166

MODUL

4
ENERGI BIOMASSA
Modul Pelatihan Energi Terbarukan

Tabel 4.12. Investasi peralatan gasifikasi


Model UPDRAFT DOWNDRAFT MODELS RG-200 DG-100 DG-200 DG-400 DG-500* Gasifier Output KWth 360 150 360 1000 2000 Gasifier Output Kcal 3,10,000 1,30,000 3,10,000 8,60,000 17,00,000 Fuel Oil Equivalent lph 32 12 32 85 170 Price of Gasifer Rs(INR) 6,00,000 6,00,000 13,50,000 19,50,000 37,50,000 Wood consumption -Max (<12% moisture content) kg/h 110 45 120 315 600 Wood consumption -Max (40% moisture content) kg/h 150 60 160 425 850 Gas Cleaning System NA Dry Dust Collection only Connected Load * hp 7.0 4.0 10 20 35

Sumber : www.infiniteenergyindia.com Konversi, 1 INR = 200 IDR

Tabel 4.13. Spesifikasi Teknis Peralatan Gasifikasi


No. Item 400KW 800 KW 1MW 1.5MW 2.0MW 3.0MW 1 Building are (m2) 350 400 480 550 600 740 2 Main building height (m) 6 6 6 6 6 6 3 Cooling pool - L x W, Depth 3m 125 155 185 225 255 27 x5

4 Total units weight (T) 22 28 32 40 50 61 5 Syngas production rate (Nm3/h) 1,400 2,800 3,500 5,300 7,000 10, 500 6 Raw material (biomass) consumption (kg/h) 800 1,600 2,000 3,000 4,000 6,000 7 Acceptable material moisture content (%) 16 16 16 16 16 16 8 Gasifying efficiency (%) 65 65 65 65 65 65 9 Self consumption (kW) 22 40 48 60 80 97 10 Gasifier dimensions (m) 1.4, H=7.5 2.0, H=10.0 2.2, H=12.0 3.0, H=12.0 3.7, H=14.0 3.7, H=14.0 11 Ash discharging type Dry Dry Dry Dry Dry Dry Sumber : PT. Indo Asia Energy Developments 2009

4.6. GASIFIKASI BIOMASSA


PENDAHULUAN PENGANTAR ET SURYA ANGIN BIIOMASSA

MIKROHIDRO APPENDIX
167
Modul Pelatihan Energi Biomassa

Kebutuhan udara theoritis 30 sd 40% stochiometry (bisa didapat dengan uji coba). Blower udara yang diperlukan model centrifugal 40 sd 60 watt.

Biaya Investasi, Operasional dan Perawatan


Biaya investasi yang dibutuhkan pada unit gasifikasi terdiri dari biaya pembuatan gasifier dan unit-unit pendukungnya. Besarnya presentasi perbandingan unitunit peralatan dapat dilihat dari tabel berikut. Peralatan Gasifikasi Atmosferik Bertekanan % total biaya Unit Penampungan dan penanganan bahan baku 15.4 11.1

Unit Pencacahan dan penyaringan 7.7 5.6 Unit Pengeringan 19.2 13.9 Unit Gasifier 38.5 55.5 Unit Pembersih gas 19.2 13.9 Total 100 100 Tabel 4.11. Komponen biaya investasi pada peralatan gasifier adalah (GIRRALD, 2007) 168

MODUL

4
ENERGI BIOMASSA
Modul Pelatihan Energi Terbarukan

Contoh Aplikasi Gasifikasi Biomasa


Gasifikasi yang dibuat oleh Bapak Slamet Sulaiman (Surabaya Jawa Timur) dapat dilihat pada gambar berikut ini:

4.7. RINGKASAN
PENDAHULUAN PENGANTAR ET SURYA ANGIN BIIOMASSA

MIKROHIDRO APPENDIX
169
Modul Pelatihan Energi Biomassa

Biomassa adalah produk fotosintesis yang menyerap energi surya dan mengubah karbon dioksida, dengan air ke campuran karbon, hidrogen dan oksigen. Biomassa adalah material biologis yang dapat digunakan sebagai sumber bahan bakar, baik secara langsung maupun setelah diproses melalui serangkaian proses yang dikenal sebagai konversi biomassa. Potensi energi biomassa Indonesia, secara teori diperkirakan mencapai sekitar 49.810 MW. Angka ini diasumsikan dengan dasar kadar energi dari produksi tahunan sekitar 200 juta ton biomassa dari residu pertanian, kehutanan, perkebunan dan limbah padat perkotaan. Jumlah potensi yang besar tidak sebanding dengan

kapasitas terpasang sebesar 302.4 MW atau 0,64 persen yang dimanfaatkan. Biogas merupakan sebuah proses produksi gas bio dari material organik dengan bantuan bakteri. Proses degradasi material organik ini tanpa melibatkan oksigen disebut anaerobik digestion Gas yang dihasilkan sebagian besar (lebih 50 % ) berupa metana(CH4), karbon dioksida (CO2), Air dalam bentuk uap (H20), dan beberapa gas lain seperti hidrogen sulfida (H2S), gas nitrogen (N2), gas hidrogen (H2) dan jenis gas lainnya dalam jumlah kecil. Bioetanol adalah etanol (C2H5OH) yang dibuat dari biomassa yang mengandung komponen pati atau selulosa, seperti singkong, talas dan tetes tebu. Etanol bentuknya berupa cairan yang tidak berwarna dan mempunyai bau yang khas. Berat jenis pada 15 oC adalah 0,7937 dan titik didihnya 78,32 oC pada tekanan 76 mmHg. Sifatnya yang lain adalah larut dalam air dan eter, serta mempunyai panas pembakaran 328 kkal. Briket atau Bioarang adalah arang (salah satu jenis bahan bakar) yang terbuat dari aneka macam bahan hayati atau biomassa seperti kayu, ranting, dedaunan, rumput, jerami dan limbah pertanian lainnya. Pembuatan briket arang dengan menggunakan limbah dari arang aktif juga merupakan salah satu upaya menggali sumber energi yang potensial. Gasifikasi adalah proses pengubahan materi yang mengandung karbon seperti batubara, minyak bumi, maupun biomassa kedalam bentuk karbon monoksida (CO) dan hidrogen (H2) dengan mereaksikan bahan baku yang digunakan pada temperatur tinggi dengan jumlah oksigen yang diatur.

4.7. RINGKASAN
170

MODUL

4
ENERGI BIOMASSA
Modul Pelatihan Energi Terbarukan

1. Andrias Wiji Setio Pamuji (2008), Pembuatan Biogas dari Kotoran Sapi sebagai Alternatif untuk Mencapai Swadaya Energi, Teknik Kimia ITB. 2. Balai Besar Teknologi Pati-BPPT (27 Januari 2005), Kelayakan TeknoEkonomi Bio-Ethanol Sebagai Bahan Bakar Alternatif Terbarukan. 3. Balitbang Pertanian (2005), Sekam Padi Sebagai Sumber Energi Alternatif dalam Rumah Tangga Petani, Departemen Pertanian. 4. Chemiawan,Tata. (2007). Membangun Industri Bioetanol Nasional Sebagai Pasokan Energi Berkelanjutan dalam Menghadapi Krisis Energi Global. [online]. Kimia ITB Tersedia: http:// mahasiswanegarawan.wordpress. com/. [Diakses tanggal 20 Agustus 2010] 5. DJPPHP, KEMENTAN, Peluang Agribisnis Menjadi Sumber Devisa Negara yang Utama [Online], tersedia di http:// agribisnis.deptan.go.id. [diakses tanggal 20 Agustus 2010] 6. Gassification Guide (2009), Guideline for Safe and Eco-friendly Biomass Gasification, The project is co-funded by the European Commission. 7. Hambali, E. dkk. (2007), Teknologi Bioenergi, Agro Media Pustaka, Jakarta. 8. INFINITE ENERGY (P) Ltd. Price List For Solid Fuel Based Gasifier Model for

Thermal Applications, tersedia di http:// www.infiniteenergyindia.com/pricelist. htm [diakses tanggal 1 November 2010] 9. New York State Renewable Portfolio Standard (2006), Biomass Guidebook, Prepared by Antares Group, Incorporated. 10. Philippe GIRARD et all (2007), Biomass Gasification, Biomass Energy Reaserch Unit, DE JUNHO. 11. PhillRice, Rice Technology Bulletin (1995), Maligaya Rice Hull Stove, Departemen of Agriculture for Philipine 12. The Asian Biomass Handbook (2008), A Guide for Biomass Production and Utilization, The Japan Institute of Energy.

4.8. REFERENSI UTAMA


PENDAHULUAN PENGANTAR ET SURYA ANGIN BIIOMASSA

MIKROHIDRO APPENDIX
171
Modul Pelatihan Energi Biomassa

4.9. EVALUASI KEMAMPUAN I. Soal-soal Pilihan Ganda Petunjuk: Pilih salah satu yang paling tepat
1. Yang bukan termasuk biomassa adalah a. Batang dan ranting b. Daun c. Rerumputan d. Plastik 2. Yang bukan termasuk bahan bakar nabati adalah a. Minyak Tanah b. Biodiesel c. Bioethanol d. Biogas 3. Yang paling banyak digunakan sebagai bahan baku pembuatan biodiesel adalah a. Singkong

b. Tebu c. Kelapa sawit d. Kotoran sapi 4. Yang tidak termasuk dalam jenis-jenis konversi biomassa menjadi bahan baku energi adalah a. Konversi Termo-Kimia b. Konversi Fisiko-Kimia c. Konversi Fotosintesa d. Konversi Biologi 5. Gas yang paling banyak dihasilkan dari pembentukan Biogas adalah a. Oksigen b. Nitrogen c. Methana d. Karbon dioksida 6. Proses pembentukan Biogas berdasarkan proses a. Kimia b. Fisika c. Fermentasi d. Pembakaran 7. Hewan yang paling banyak menghasilkan gas dari kotorannya adalah a. Sapi b. Unggas c. Kerbau d. Babi 8. Yang bukan termasuk dalam jenis-jenis digester adalah a. Gasifier b. Fixed dome c. Floating dome d. Plug flow 9. Tahapan pemecahan polimer menjadi monomer oleh bakteri dalam pembentukan biogas disebut tahapan a. Methanisasi b. Pengasaman c. Hidrolisis d. Fotosintesis 10. C2H5OH merupakan rumus kimia dari a. Metanol

b. Etanol c. Propanol d. Butanol 172

MODUL

4
ENERGI BIOMASSA
Modul Pelatihan Energi Terbarukan

11. Bahan bakar yang memiliki Angka Oktan yang paling tinggi adalah a. Pertamak b. Premium c. Etanol d. Metanol 12. yang bukan termasuk bahan baku pembuatan Bioetanol adalah a. Tebu b. Singkong c. Kelapa Sawit d. Jagung 13. Proses pemisahan etanol dari air disebut juga proses a. Fermentasi b. Destilasi c. Hidrolisis d. Liquifikasi 14. yang tidak bisa digunakan sebagai bahan baku pembuatan briket bioarang adalah a. Sampah plastik b. Sampah sayuran c. Sekam padi d. Dedaunan 15. Proses pengarangan bahan baku pada pembuatan briket bioarang disebut a. Gasifikasi b. Fermentasi

c. Destilasi d. Karbonisasi 16. Bahan bakar yang biasa digunakan untuk penggunaan kompor biomassa, kecuali a. Kotoran Sapi b. Sekam padi c. Serbuk Gergaji d. Briket bioarang 17. Pembakaran yang tidak membutuhkan udara selama prosesnya disebut a. Gasifikasi b. Combustion c. Pirolisis d. Destilasi 18. Yang paling sering digunakan sebagai bahan baku gasifikasi biomassa, kecuali a. Ranting dan dahan b. Kayu-kayuan c. Kotoran sapi d. Sekam padi 19. Berikut adalah proses yang terjadi dalam reaktor gasifikasi, kecuali a. Liquifikasi b. Pirolisis c. Combustion d. Reduksi 20. Produk utama yang dihasilkan dari proses gasifikasi adalah a. Bahan bakar cair b. Briket bioarang c. Syngas d. Bioetanol PENDAHULUAN PENGANTAR ET SURYA ANGIN BIIOMASSA

MIKROHIDRO APPENDIX
173
Modul Pelatihan Energi Biomassa

II. Soal isian Petunjuk: Isilah Jawaban yang Tepat


1. Bagaimana iklim yang mempengaruhi

produksi biogas? 2. Bagaimana Anda mengeluarkan materi sisa dari biodigester? 3. Apa manfaat menggunakan bioetanol? 4. Apa manfaat bagi lingkungan penggunaan bahan bakar dicampur etanol? 5. Apa perbedaan antara etanol dan metanol? 6. Apakah gasifikasi biomassa akan menjadi sebuah alasan untuk menebang pohon lebih banyak? 7. Untuk merebus air 750 liter dalam waktu 1 jam, secara theoritis diperlukan +/- 60.000 k cal untuk mendidihkan air dari 30 derajat celsius dengan bahan bakar batok kelapa. Dengan asumsi menggunakan alat sederhana dan thermal effisiensi 30% dan nilai kalor batok kelapa 4.000 kcal/kg, berapa kg batok kelapa yang dibutuhkan? 8. Lanjutan soal sebelumnya, Jika batok kelapa memiliki berat jenis (bd +/- 0.35 kg/ltr) dan Laju pirolisa / pembakaran batok kelapa 0,6 mtr/jam (tiap material berbeda), berapa a. Jumlah volume b. Luas penampang reaktor c. Panjang dan lebar sisi jika reaktor berbentuk bujur sangkar 9. Apakah mesin dapat rusak jika menggunakan gas produk gasifikasi? 10. Gasifier Biomassa dapat digunakan dalam industri apa saja? 174

MODUL

4
ENERGI BIOMASSA
Modul Pelatihan Energi Terbarukan

Biofuel
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Belum Diperiksa Langsung ke: navigasi, cari


Energi terbaharui

Biofuel Biomassa Panas bumi Hidroelektrisitas Energi surya Energi pasang surut Energi ombak Energi angin
lbs

Bahan bakar hayati atau biofuel adalah setiap bahan bakar baik padatan, cairan ataupun gas yang dihasilkan dari bahan-bahan organik. Biofuel dapat dihasilkan secara langsung dari tanaman atau secara tidak langsung dari limbah industri, komersial, domestik atau pertanian. Ada tiga cara untuk pembuatan biofuel: pembakaran limbah organik kering (seperti buangan rumah tangga, limbah industri dan pertanian); fermentasi limbah basah (seperti kotoran hewan) tanpa oksigen untuk menghasilkan biogas (mengandung hingga 60 persen metana), atau fermentasi tebu atau jagung untuk menghasilkan alkohol dan ester; dan energi dari hutan (menghasilkan kayu dari tanaman yang cepat tumbuh sebagai bahan bakar). Proses fermentasi menghasilkan dua tipe biofuel: alkohol dan ester. Bahan-bahan ini secara teori dapat digunakan untuk menggantikan bahan bakar fosil tetapi karena kadang-kadang diperlukan perubahan besar pada mesin, biofuel biasanya dicampur dengan bahan bakar fosil. Uni Eropa merencanakan 5,75 persen etanol yang dihasilkan dari gandum, bit, kentang atau jagung ditambahkan pada bahan bakar fosil

pada tahun 2010 dan 20 persen pada 2020. Sekitar seperempat bahan bakar transportasi di Brazil tahun 2002 adalah etanol. Biofuel menawarkan kemungkinan memproduksi energi tanpa meningkatkan kadar karbon di atmosfer karena berbagai tanaman yang digunakan untuk memproduksi biofuel mengurangi kadar karbondioksida di atmosfer, tidak seperti bahan bakar fosil yang mengembalikan karbon yang tersimpan di bawah permukaan tanah selama jutaan tahun ke udara. Dengan begitu biofuel lebih bersifatcarbon neutral dan sedikit meningkatkan konsentrasi gas-gas rumah kaca di atmosfer (meski timbul keraguan apakah keuntungan ini bisa dicapai di dalam prakteknya). Penggunaan biofuel mengurangi pula ketergantungan pada minyak bumi serta meningkatkan keamanan energi. [1] Ada dua strategi umum untuk memproduksi biofuel. Strategi pertama adalah menanam tanaman yang mengandung gula (tebu, bit gula, dan sorgum manis [2]) atau tanaman yang mengandung pati/polisakarida (jagung), lalu menggunakan fermentasi ragi untuk memproduksi etil alkohol. Strategi kedua adalah menanam berbagai tanaman yang kadar minyak sayur/nabatinya tinggi sepertikelapa sawit, kedelai, alga, atau jathropa. Saat dipanaskan, maka keviskositasan minyak nabati akan berkurang dan bisa langsung dibakar di dalam mesin diesel, atau minyak nabati bisa diproses secara kimia untuk menghasilkan bahan bakar seperti biodiesel. Kayu dan produk-produk sampingannya bisa dikonversi menjadi biofuel seperti gas kayu, metanol atau bahan bakar etanol.

Daftar isi
[sembunyikan]

1 ENERGY BAHAN BIO DARI LIMBAH 2 Biofuel generasi pertama o 2.1 Minyak sayur o 2.2 Biodiesel o 2.3 Bioalkohol o 2.4 BioGas o 2.5 Biofuel padat o 2.6 Syngas 3 Biofuel generasi kedua 4 Referensi 5 Rujukan

[sunting] ENERGY BAHAN BIO DARI LIMBAH

Penggunaan limbah biomassa untuk memproduksi energi mampu mengurangi berbagai permasalahan manajemen polusi dan pembuangan, mengurangi penggunaan bahan bakar fosil, serta mengurangi emisi gas rumah kaca. Uni Eropa telah mempublikasikan sebuah laporan yang menyoroti potensi energi bio yang berasal dari limbah untuk memberikan kontribusi bagi pengurangan pemanasan global. Laporan itu menyimpulkan bahwa di tahun 2020 nanti 19 juta ton minyak tersedia dari biomassa, 46% dari limbah bio: limbah padat perkotaan, residu pertanian, limbah peternakan, dan aliran limbah terbiodegradasi yang lain. [3][4] Tempat penampungan akhir sampah menghasilkan sejumlah gas karena limbah yang dipendam di dalamnya mengalami pencernaan anaerobik. Secara kolektif gas-gas ini dikenal sebagai landfill gas (LFG) atau gas tempat pembuangan akhir sampah. Landfill gas bisa dibakar baik secara langsung untuk menghasilkan panas atau menghasilkan listrik bagi konsumsi publik. Landfill gas mengandung sekitar 50% metana, gas yang juga terdapat di dalam gas alam. Biomassa bisa berasal dari limbah materi tanaman. Gas dari tempat penampungan kotoran manusia dan hewan yang memasuki atmosfer merupakan hal yang tidak diinginkan karena metana adalah salah satu gas rumah kaca yang potensil pemanasan globalnya melebihi karbondioksida. [5][6] Frank Keppler dan Thomas Rockmann menemukan bahwa tanaman hidup juga memproduksi metana CH4. == Bahan bakar berbentuk cair bagi transportasi == Sebagian besar bahan bakar transportasi berbentuk cairan, sebab berbagai kendaraan biasanya membutuhkan kepadatan energi yang tinggi. Kendaraan biasanya membutuhkan kepadatan kekuatan yang tinggi yang bisa disediakan oleh mesin pembakaran dalam. Mesin ini membutuhkan bahan bakar pembakaran yang bersih untuk menjaga kebersihan mesin dan meminimalisir polusi udara. Bahan bakar yang lebih mudah dibakar dengan bersih biasanya berbentuk cairan dan gas. Dengan begitu cairan (serta gas-gas yang bisa disimpan dalam bentuk cair) memenuhi persyaratan pembakaran yang portabel dan bersih. Selain itu cairan dan gas bisa dipompa, yang berarti penanganannya mudah dimekanisasi, dan dengan begitu tidak membutuhkan banyak tenaga. [[Berkas: == Contoh.jpg ==]]

[sunting] Biofuel generasi pertama


Biofuel generasi pertama menunjuk kepada biofuel yang terbuat dari gula, starch, minyak sayur, atau lemak hewan menggunakan teknologi konvensional.[7] Biofuel generasi pertama yang umum didaftar sebagai berikut.

[sunting] Minyak sayur Artikel utama untuk bagian ini adalah: Minyak sayur sebagai bahan bakar Minyak sayur dapat digunakan sebagai makanan atau bahan bakar; kualitas dari minyak dapat lebih rendah untuk kegunaan bahan bakar. Minyak sayur dapat digunakan dalam mesin diesel yang tua (yang dilengkapi dengansistem injeksi tidak langsung, tapi hanya dalam iklim yang hangat. Dalam banyak kasus, minyak sayur dapat digunakan untuk memproduksi biodiesel, yang dapat digunakan kebanyakan mesin diesel bila dicampur dengan bahan bakar diesel konvensional. MAN B&W Diesel, Wartsila dan Deutz AG menawarkan mesin yang dapat digunakan langsung dengan minyak sayur. Minyak sayur bekas yang diproses menjadi biodiesel mengalami peningkatan, dan dalam skala kecil, dibersihkan dari air dan partikel dan digunakan sebagai bahan bakar. [sunting] Biodiesel Artikel utama untuk bagian ini adalah: Biodiesel Biodiesel merupakan biofuel yang paling umum di Eropa. Biodiesel diproduksi dari minyak atau lemak menggunakan transesterifikasi dan merupakan cairan yang komposisinya mirip dengan diesel mineral. Nama kimianya adalah methyl asam lemak (atau ethyl) ester (FAME). Minyak dicampur dengan sodium hidroksida dan methanol (atau ethanol_ dan reaksi kimia menghasilkan biodiesel (FAME) dan glycerol. 1 bagian glycerol dihasilkan untuk setiap 10 bagian biodiesel. Biodiesel dapat digunakan di setiap mesin diesel kalau dicampur dengan diesel mineral. Di beberapa negara produsen memberikan garansi untuk penggunaan 100% biodiesel. Kebanyakan produsen kendaraan membatasi rekomendasi mereka untuk penggunaan biodiesel sebanyak 15% yang dicampur dengan diesel mineral. Di kebanyakan negara Eropa, campuran biodiesel 5% banyak digunakan luas dan tersedia di banyak stasiun bahan bakar.[8][9] Di AS, lebih dari 80% truk komersial dan bis kota beroperasi menggunakan diesel. Oleh karena itu penggunaan biodiesel AS bertumbuh cepat dari sekitar 25 juta galon per tahun pada 2004 menjadi 78 juta galon pada awal 2005. Pada akhir 2006, produksi biodiesel diperkirakan meningkat empat kali lipat menjadi 1 milyar galon. [3] [sunting] Bioalkohol Artikel utama untuk bagian ini adalah: Bahan bakar alkohol

Alkohol yang diproduksi secarai biologi, yang umum adalah ethanol, dan yang kurang umum adalah propanol dan butanol, diproduksi dengan aksi mikroorganisme dan enzym melalui fermentasi gula atau starch, atau selulosa. Biobutanol seringkali dianggap sebagai pengganti langsung bensin, karena dapat digunakan langsung dalam mesin bensin. Butanol terbentuk dari fermentasi ABE (aseton, butanol, etanol) dan eksperimen modifikasi dari proses tersebut memperlihatkan potensi yang menghasilkan energi yang tinggi dengan butanol sebagai produk cair. Butanol dapat menghasilkan energi yang lebih banyak dan dapat terbakar "langsung" dalam mesin bensin yang sudah ada (tanpa modifikasi mesin).[10] Dan lebih tidak menyebabkan korosi dan kurang dapat tercampur dengan air dibanding ethanol, dan dapat didistribusi melalui infrastruktur yang telah ada. Dupont dan BP bekerja sama untuk menghasilkan butanol. Bahan bakar etanol merupakan biofuel paling umum di dunia, terutama bahan bakar etanol di Brasil. Bahan bakar alkohol diproduksi dengan cara fermentasi gula yang dihasilkan dari gandum, jagung, bit gula, tebu, molassesdan gula atau amilum yang dapat dibuat minuman beralkohol (seperti kentang dan sisa buah, dll). Produksi etanol menggunakan digesti enzim untuk menghasilkan gula dari amilum, fermentasi gula, distilasi dan pengeringan. Proses ini membutuhkan banyak energi untuk pemanasan (seringkali menggunakan gas alam). Produksi etanol selulosa menggunakan tanaman non-pangan atau produk sisa yang tak bisa dikonsumsi, yang tidak mengakibatkan dampak pada siklus makanan. Memproduksi etanol dari selulosa merupakan langkah-tambahan yang sulit dan mahal dan masih menunggu penyelesaian masalah teknis. Ternak yang memakan rumput dan menggunakan proses digestif yang lamban untuk memecahnya menjadi glukosa (gula). Dalam laboratorium ethanol selulosik, banyak proses eksperimental sedang dilakukan untuk melakukan hal yang sama, dan menggunakan cara tersebut untuk membuat bahan bakar ethanol. Beberapa ilmuwan telah mengemukakan rasa prihatin terhadap percobaan teknik genetika DNA rekombinan yang mencoba untuk mengembangkan enzym yang dapat memecah kayu lebih cepat dari alam, makhluk mikroskopik tersebut dapat tidak sengaja terlepas ke alam, tumbuh secara eksponensial, disebarkan oleh angin, dan pada akhirnya menyebabkan kerusakan struktur seluruh tanaman, yang dapat mengakhiri produksioksigen yang dilepaskan oleh proses fotosintesis tumbuhan. Ethanol dapat digunakan dalam mesin bensin sebagai pengganti bensin; ethanol dapat dicampur dengan bensin dengan persentase tertentu. Kebanyakan mesin bensin dapat beroperasi menggunakan campuran ethanol sampai 15% dengan bensin. Bensin

dengan ethanol memiliki angka oktan yang lebih tinggi, yang berarti mesin dapat terbakar lebih panas dan lebih efisien. Bahan bakar etanol memiliki BTU yang lebih rendah, yang berarti memerlukan lebih banyak bahan bakar untuk melakukan perjalan dengan jarak yang sama. Dalam mesin kompresi-tinggi, dibutuhkan bahan bakar dengan sedikit ethanol dan pembakaran lambat untuk mencegah pra-ignisi yang merusak (knocking). Ethanol sangat korosif terhadap sistem pembakaran, selang dan gasket karet, aluminium, dan ruang pembakaran. Oleh karena itu penggunaan bahan bakar yang mengandung alkohol ilegal bila digunakan pesawat. Untuk campuran ethanol konsentrasi tinggi atau 100%, mesin perlu dimodifikasi. Ethanol yang meyebabkan korosif tidak dapat disalurkan melalui pipa bensin, oleh karena itu diperlukan truk tangki stainless-steel yang lebih mahal, meningkatkan konsumsi biaya dan energi yang dibutuhkan untuk mengantar ethanol ke konsumen. Banyak produsen kendaraan sekarang ini memproduksi kendaraan bahan bakar fleksibel, yang dapat beroperasi dengan kombinasi bioethanol dan bensin, sampai dengan 100% bioethanol. Alkohol dapat bercampur dengan bensin dan air, jadi bahan bakar etanol dapat tercampur setelah proses pembersihan dengan menyerap kelembaban dari atmosfer. Air dalam bahan bakar ethanol dapat mengurangi efisiensi, menyebabkan mesin susah dihidupkan, menyebabkan gangguan operasi, dan mengoksidasi aluminum (karat pada karburator dan komponen dari besi). ]</ref>--> [sunting] BioGas Artikel utama untuk bagian ini adalah: biogas Biogas diproduksi dengna proses digesti anaerobik dari bahan organik oleh anaerobe. Biogas dapat diproduksi melalui bahan sisa yang dapat terurai atau menggunakan tanaman energi yang dimasukan ke dalam pencerna anaerobik untuk menambah gas yang dihasilkan. Hasil sampingan, digestate, dapat digunakan sebagai bahan bakar bio atau pupuk. Biogas mengandung methane dan dapat diperoleh dari digester anaerobik industri dan sistem pengelolaan biologi mekanik. Gas sampah adalah sejenis biogas yang tidak

bersih yang diproduksi dalam tumpukan sampahmelalui digesti anaerobik yang terjadi secara alami. Bila gas ini lepas ke atmosfer, gas ini merupakan gas rumah kaca. Oils and gases can be produced from various biological wastes:

Thermal depolymerization of waste can extract methane and other oils similar to petroleum. GreenFuel Technologies Corporation developed a patented bioreactor system that uses nontoxic photosynthetic algae to take in smokestacks flue gases and produce biofuels such as biodiesel, biogas and a dry fuel comparable to coal.[11]

[sunting] Biofuel padat Contohnya termasuk kayu, arang, dan manur kering. [sunting] Syngas Artikel utama untuk bagian ini adalah: Gasifikasi Syngas dihasilkan oleh kombinasi proses pyrolysis, kombusi, dan gasifikasi. Bahan bakar bio dikonversi menjadi karbon monoksida dan energi melalui pyrolysis. Masukan oksigen terbatas diberikan untuk mendukung kombusi. Gasifikasi mengubah materi organik menjadi hidrogen dan karbon monoksida. Campuran gas yang dihasilkan, syngas, adalah bahan bakar.

[sunting] Biofuel generasi kedua


Para pendukung biofuel mengklaim telah memiliki solusi yang lebih baik untuk meningkatkan dukungan politik serta industri untuk, dan percepatan, implementasi biofuel generasi kedua dari sejumlah tanaman yang tidak digunakan untuk konsumsi manusia dan hewan, di antaranya cellulosic biofuel.[12] Proses produksi biofuel generasi kedua bisa menggunakan berbagai tanaman yang tidak digunakan untuk konsumsi manusia dan hewan yang diantaranya adalah limbah biomassa, batang/tangkai gandum, jagung, kayu, dan berbagai tanaman biomassa atau energi yang spesial (contohnya Miscanthus). Biofuel generasi kedua (2G) menggunakan teknologi biomassa ke cairan, diantaranya cellulosic biofuel dari tanaman yang tidak digunakan untuk konsumsi manusia dan hewan.[13] Sebagian besar biofuel generasi kedua sedang dikembangkan seperti biohidrogen, biometanol, DMF, Bio-DME, Fischer-Tropsch diesel,

biohydrogen diesel, alkohol campuran dan diesel kayu. Produksi cellulosic ethanolmempergunakan berbagai tanaman yang tidak digunakan untuk konsumsi manusia dan hewan atau produk buangan yang tidak bisa dimakan. Memproduksi etanol dari selulosa merupakan sebuah permasalahan teknis yang sulit untuk dipecahkan. Berbagai hewan ternak pemamah biak (seperti sapi) memakan rumput lalu menggunakan proses pencernaan yang berkaitan dengan enzim yang lamban untuk menguraikannya menjadi glukosa (gula). Di dalam labolatorium cellulosic ethanol, berbagai proses eksperimen sedang dikembangkan untuk melakukan hal yang sama, lalu gula yang dihasilkan bisa difermentasi untuk menjadi bahan bakar etanol. Para ilmuwan juga sedang bereksperimen dengan sejumlah organisme hasil rekayasa genetik penyatuan kembali DNA yang mampu meningkatkan potensi biofuel seperti pemanfaatan tepung Rumput Gajah (Panicum virgatum).[14]

[sunting] Referensi
1. SmartWay Grow & Go . 2. ICRISAT: Sweet sorghum balances food and fuel needs . 3. European Environment Agency (2006) How much bioenergy can Europe produce without harming the environment? EEA Report no. 7. 4. Marshall, A. T. (2007) Bioenergy from Waste: A Growing Source of Power, Waste Management World Magazine , April, hal. 34-37. 5. IPCC Third Assessment Report , diakses 31 Agustus 2007. 6. Non-CO2 Gases Economic Analysis and Inventory: Global Warming Potentials and Atmospheric Lifetimes , U.S. Environmental Protection Agency, diakses 31 Agustus 2007. 7. Frank Keppler, John T. G. Hamilton, Marc Bra, and Thomas Rckmann (2006). "Methane emissions from terrestrial plants under aerobic conditions". Nature 439: 187191 . 8. [4] . 9. Chris Somerville. ""Development of Cellulosic Biofuels"" (PDF). U.S. Dept. of Agriculture . Diambil pada 2008-01-15.

[sunting] Rujukan
1. ^ "SmartWay Grow & Go" . 2. ^ ICRISAT: Sweet sorghum balances food and fuel needs 3. ^ European Environment Agency (2006) How much bioenergy can Europe produce without harming the environment? EEA Report no. 7 4. ^ Marshall, A. T. (2007) Bioenergy from Waste: A Growing Source of Power, Waste Management World Magazine , April, p34-37 5. ^ IPCC Third Assessment Report , accessed August 31, 2007. 6. ^ Non-CO2 Gases Economic Analysis and Inventory: Global Warming Potentials and Atmospheric Lifetimes , U.S. Environmental Protection Agency, accessed August 31, 2007

7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.

^ UN biofuels report ^ http://www.biodiesel.de/ ^ Welcome to Biodiesel Filling Stations ^ ButylFuel,LLC Main Page ^ greenfuelonline.com ^ [1] ^ [2] ^ (Indonesia) Jurnal KeSimpulan.com - Transfer Gen Mutan Jagung ke Rumput Gajah Untuk Biofuel

Diperoleh dari "http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Biofuel&oldid=5948890" Kategori:


Akun

Bahan bakar Energi terbaharui

Buat akun baru Masuk log

Ruang nama Varian Halaman

Halaman Pembicaraan

Baca Sunting

Tindakan

Versi terdahulu

Pencarian

Вам также может понравиться