Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Bab 11 & 12
Etika dalam bisnis Internasional berkaitan dengan beberapa masalah moral yang
khusus berkaitan dengan bisnis pada taraf internasional.
Yang jelas termasuk pada etika bisnis internasional adalah politik ‘dmping’ karena
diangap kurang etis dan berlangsung dalam hubungan dengan Negara lain.
Politik dumping dapat dilakukan dengan berbagai motif. Salah satu motif adalah
jumlah produksi yang berlebih sehingga penjual akan memilih lebih baik menjual
dengan merugi daripada tidak terjual. Sedangkan motif lebih negative adalah
menjual dengan murah demi merebut monopoli pasar, dan setelah tercapai Ia akan
bebas menentukan harga pasar.
Politik dumping dianggap tidak etis karena melanggar etika pasar bebas.
Kelompok bisnis yang ingin terjun ke dalam bisnis internasional, dengan sendirinya
melibatkan diri untuk menghormati keutuhan sistem pasar bebas. Kompetisi yang
adil merupakan satu prinsip dasar dari etika pasar bebas. Sebaliknya tidak etis bila
satu Negara menuduh Negara lain melakukan dumping padahal maksudnya adalah
melindungi pasar dalam negeri.
Maka dapat dikategorikan beberapa tindakan yang termasuk dumping dan tidak
baik. Adapun tindakan tersebut adalah menekan arga ekspor dengan memberikan
upah yang tidak adil. Untuk itu, standar upah buruh harus memiliki batas minimum,
tidak boleh menekan upah buruh serendah mungkin. Tindakan lain adalah
penyusutan aktiva sepenuhnya dibebankan pada harga produk dalam negeri,
sedangkan factor tersebut tidak diperhitungkan pada harga jual ke Negara lain.
• Praktek suap melanggar etika pasar. Kalau seseorang terjun dalam bisnis
yang didasarkan pada prinsip ekonomi pasar, maka Ia harus berpegangn
pada aturan main yang berlaku.
• Dalam system ekonomi, orang akan mendapat bayaran bila Ia bekerja. Maka
tidak etis bila seseorang yang tidak berhak, menerima imbalan pula.
• Uang suap demi memonopoli alokasi persediaan yang terbatas, akan
mengacaukan system pasar dan keseimbangan pasar. Dengan sendirinya
juga melanggar etika pasar bebas yang seharusnya dianut dalam bisnis
internasional.
• Praktek suap juga mengundang perbutatan tidak etis serta pelanggaran yang
bersifat illegal lain.
BAB 12 – Menjawab Pertanyaan
The myth of amoral business adalah pendanang bahwa bisnis adalah suatu
kegiatan yang tidak bermoral karena mengabaikan etika dalam prakteknya.
Richard De George mengatakan bahwa mitos tersebut telah sirna, terlihat
dari tiga gejala dalam masyarakat sekarang. Gejala tersebut adalah berbagai
liputan dari media massa mengenai skandal bisnis yang disorot tajam, bisnis
semakin banyak diamati oleh berbagai LSM terutama LSM konsumen dan
pecinta lingkungan, dan bisnis itu sendiri mulai prihatin dengan dimensi etis
dalam kegiatannya. Dengan banyaknya sorotan, maka mau tidak mau bisnis
harus memperhatikan etika untuk dapat bertahan hidup.
Ada tiga macam kode etis, yaitu pernyataan nilai yang terlihat dari misi
perusahaan, kredo perusahaan yang merumuskan tangung jwab perusahaan
kepada berbagai pihak (stakeholder, konsumen, karyawan, pemilik saham,
masyarakat umum, dan lingkungan hidup), dank ode etik yang menyangkut
kebijakan perusahaan dengan berbagai kesulitan yang dapat timbul di masa
akan datang.
Adapun keberatan yang sering dikemukakan adalah kode etik perusahaan
seringkali hanya formalitas untuk membuat pandangan pihak luar baik; kode
etik seringkali dirumuskan terlalu umum sehingga tidak menunjukkan jalan
keluar bai masalah moral konkret yang dihadapi perusahaan; dan jarang
sekali tersedia sanksi untuk pelanggaran yang terjadi sehingga kode etik
tidak efektif.
Ethical auditing adalah pemeriksaan atas kinerja etis suatu perusahaan yang
didasarkan pada standar tertentu (meskipun belum baku) dan jika
perusahaan memiliki kode etik sendiri, pemeriksaan dilakukan sesuai kode
etik yang mereka miliki.