Вы находитесь на странице: 1из 21

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kualitas Kualitas memerlukan suatu proses perbaikan terus menerus (continuous improvement process)yang dapat diukur, baik secara individual, organisasim korporasi, dan tujuan kerja nasional. Konsep kualitas harus bersifat menyeluruh, baik produk maupun prosesnya. Kualitas produk meliputi kualitas bahan baku dan barang jadi, sedangkan kualitas proses meliputi segala sesuatu yang berhubungan dengan proses produksi, baik manufaktur maupun jasa. (Montgomery,1998) Pengertian kualitas didefinisikan berbeda oleh setiap pakar. Garvin (1984) membagi definisi kulitas ke dalam 5 kategori yaitu transcendent, product-based, user-based, manufacturing-based, and valued-based. Selanjutnya, dia juga mengidentifikasi 8 atribut yang akan digunakan dalam mendefinisikan kualitas yaitu performance, features, reliability, conformance, durability, serviceability, aesthetics, and perceived quality. Salah satu definisi kualitas yang sering digunakan berasal dari Crosby (1979) yang mendefinisikan Quality is conformance to requirements or specifications yang diartikan bahwa kualitas adalah suatu kesesuaian untuk memenuhi persyaratan atau spesifikasi. Definisi yang lebih umum dari kualitas adalah definisi yang dikemukan oleh Juran (1974) yaitu Quality is fitness for use dimana definisi ini menekankan pada point yang penting yaitu pengendali dibalik penentuan level kualitas yang harus dipenuhi oleh produk atau jasa yaitu konsumen. Akibatnya yaitu apabila keinginan konsumen berubah maka kualitas yang ditetapkan juga berubah. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat beberapa elemen yang menentukan level dari kualitas produk atau jasa yang dinamakan karakteristik kualitas. (Amitava, 1993) Kata kualitas memiliki banyak definisi yang berbeda dan bervariasi dari yang konvesional sampai yang lebih strategik. Definisi konvesional dari kualitas biasanya menggambarkan karateristik langsung dari suatu produk seperti: performansi (perfomance), keandalan (reliability), mudah dalam penggunaan (easy of use), estetika (esthetics), dan sebagainya. (Gaspersz, 2002)

Karakteristik kualitas adalah unsur-unsur satu dan lebih elemen yang menentukan tingkat kualias yang diinginkan dari suatu produk. Pengelompokan karakteristik ini dapat dibentuk dimana pertama structural characteristics / karakteristik struktur yang menghasilkan unsur-unsur seperti panjang bagian, berat kaleng, kekuatan balok, viskositas fluida, dan sebagainya, lalu sensory characteristics / karakteristik sensorik dimana rasa makanan yang baik, bau aroma manis, keindahan model, dan lainnya masuk kedalamnya. Adapula time-oriented characteristics / karakteristik berorientasi waktu meliputi langkah-langkah seperti garansi, kehandalan, dan pemeliharaan, sedangkan ethical characteristics / karakteristik etis meliputi kejujuran, kesopanan, keramahan, dan sebagainya. Dimana karakteristik kualitas dapat digolongkan menjadi dua kelompok utama, yaitu variable dimana karakteristik ini dapat diukur dan diwujudkan dengan skala numerik dan atribut (sifat) dimana karakteristik ini dapat
diklasifikasikan, apakah termasuk kesesuaian atau ketidaksesuaian untuk memenuhi permintaan spesifikasi dan karakteristik ini tidak bisa diwujudkan dengan skala numeric sehingga harus diekspresikan dengan atribut.

(Amitava, 1993) 2.2 Pengendalian Kualitas Statistik Statistical Quality Control (SQC) / Pengendalian Kulaitas Statistik adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan alat statistik yang digunakan oleh para professional bekualitas dimana merupakan teknik penyelesaian maslah yang digunakan untuk memonitor,

mengendalikan, menganalisis, mengelola, serta memperbaiki produk dan proses dengan menggunakan metode-metode statistik. Kontrol kualitas statiatik dapat dibagi menjadi tiga kategori besar yaitu Statistika Deskriptif, Statistical Process Control, dan Acceptance Sampling. Dr. W. Edwards Deming adalah salah seorang yang memperkenalkan teknik penyelesaian masalah dan pengendalian dengan metode statistik tersebut (yang dikembangkan pertama kali oleh Shewhart) agar perusahaan dapat membedakan penyebab sistematis dan penyebab khusus dalam menangani kualitas. Cara pengawasan kualitas secara SQC adalah: a. Mengawasi pelaksanaan kera sebagai operasi operasi individual selama pekerjaan sedang berlangsung. b. Memutuskan apakah diterima atau ditolak sejumlah produk yang telah diproduksi. (Nasution, 2004)

Tujuan pokok pengendalian kualitas statistik adalah menyelidiki dengan cepat terjadinya sebab sebab terduga atau pergeseran proses sedemikian hingga penyelidikan terhadap proses itu dan tindakan pemberulan dapat dilakukan sebelum terlalu banyak unit yang tidak sesuai diproduksi. Tujuan akhir pengendalian kualitas statistik adalah menyingkirkan variabilitas dalam proses dimana sasaran pengendalian proses statistik adalah mengurangi penyimpangan karena penyebab khusus

dlam proses dan dengan mencapai stabilitas dalam proses. Manfaat / keuntungan dengan dilakukannya pengendalian kualitas secara statistik adalah : 1. Pengawasan (control) dimana penyelidikan yang diperlukan untuk dapat menetapkan statistical control mengharuskan bahwa syarat-syarat kualitas pada situasi itu dan kemampuan prosesnya telah dipelajari hinga endetail. Hali ini akan menghilangkan beberapa titik kesulitan tertentu, baik dalam spesifikasi maupun dalam proses. 2. Pengerjaan kembali barang-barang yang telah diapkir (scrap-rework). Dnegan dijalankannya pengontrolan, maka dapat dicegah terjadinya penyimpangan-penyimpangan dalam proses. Sebelum terjadi hal-hal yang serius dan akan diperoleh kesesuaian yang lebih baik antara kemampuan proses (process capability) dnegan spesifikasi, sehingga banyaknya barangbrang yang diapkir (scrap) dapat dikurangi sekali. Dalam perusahaan pabrik sekarang ini biaya-biaya bahan sering kali mencapai 3 samapi 4 kali biaya buruh sehingga dengan perbaikan yang telah dilakukan dalam hal pemanfaatan bahan dapat memberikan pengheatan yang menguntungkan. 3. Biaya-biaya pemeriksaan, karena Statistical Quality Control (SQC) dilakukan dengan jalan mengambil sampel-sampel dan mempergunakan sampling techniques, maka hnya sebagian saja dari hasil produksi yang perlu diperiksa. Akibatnya maka hal ini akna dapat menurunkan biaya-biaya pemeriksaan. (Montgomery, 1990) 2.3 Konsep Kualitas berdasarkan Pandangan Tradisional dan Modern Secara tradisional, pengontrolan kualitas biasanya dilakukan para produsen hanya dengan melakukan inspeksi terhadap produk ketika produk tersebut telah selesai dibuat. Cara yang dijalankan adalah menyortir produk dengan memisahkan antara yang baik dan yang buruk. Kemudian melakukan perbaikan pada produk-produk yang cacat. Pandangan ini lebih berfokus kepada aktivitas inspeksi untuk mencegah produk-produk yang cacat ke pasaran. Kekurangan pandangan tradisional ini adalah tidak memberikan perhatian penuh pada peningkatan kualitas

secara berkesinambungan. Pengertian modern dari konsep kualitas adalah membangun system kualitas modern. Pada dasarnya, sistem kualitas modern dapat dicirikan lima karateristik, yaitu: 1. Sistem kualitas modern berorientasi pada pelanggan. 2. Sistem kualitas modern dicirikan oleh adanya partisipasi aktif yang dipimpin oleh manajemen puncak dalam proses peningkatan kualitas secara terus-menerus. 3. Sistem kualitas modern dicirikan oleh adanya pemahaman dari setiap orang terhadap tanggung jawab spesifik untuk kualitas. 4. Sistem kualitas modern dicirikan oleh adanya aktivitas yang berorientasi pada tindakan pencegahan kerusakan, bukan berfokus pada upaya untuk mendeteksi kerusakan saja. 5. Sistem kualitas modern dicirikan oleh adanya suatu filosofi yang menganggap bahwa kualitas merupakan jalan hidup (way of life). Berikut adaah perbandingan konsep kualitas secara tradisional dan modern serta tingkat performansi yang dijadikan indikator kualitas seperti dalam tabel berikut ini:
Tabel 2. Pandangan Tradisional dan Modern Tentang Kualitas

Pandangan Tradisional
Memandang kualitas sebagai isu teknis. Usaha perbaikan kualitas dikoordinasikan oleh manajer kualitas. Memfokuskan kualitas pada fungsi atau departemen produksi. Produktivitas dan kualitas merupakan sasaran yang bertentangan.

Pandangan Modern
Memandang kualitas sebagai isu bisnis. Usaha perbaikan kualitas diarahkan oleh manajemen puncak. Kualitas mencakup semua fungsi atau departemen dalam organisasi. Produktivitas dan kualitas merupakan sasaran yang bersesuaian, karena hasil-hasil produktivitas dicapai melalui peningkatan/perbaikan kualitas. Kualitas secara tepat didefinisikan sebagai persyaratan untuk memuaskan kebutuhan pengguna produk / pelanggan (costumers). Membandingkan produk terhadap kompetisi dan terhadap produk terbaik dipasar. Kualitas diukur melalui perbaikan proses / produk dan kepuasan pengguna produk atau pelanggan secara terus-menerus, dengan menggunakan ukuran-ukuran kualitas berdasarkan pelanggan.

Kualitas didefinisikan sebagai konformansi (conformance) terhadap spesifikasi atau standar. Membandingkan produk terhadap spesifikasi.

Kualitas diukur melalui derajat nonkonformansi, menggunakan ukuran-ukuran kualitas internal.

Kualitas dicapai melalui inspeksi secara intensif terhadap produk.

Kualitas ditentukan melalui desain produk dan dicapai melalui teknik pengendalian yang efektif, serta memberikan kepuasan selama masa pakai produk. Beberapa kerusakan atau cacat Cacat atau kerusakan dicegah sejak diijinkan, jika produk telah awal melalui teknik pengendalian memenuhi standar kualitas proses yang efektif. minimum. Kualitas adalah fungsi terpisah Kualitas adalah bagian dari setiap dan berfokus pada evaluasi fungsi dalam semua tahap dari produksi. siklus hidup produk. Pekerja dipermalukan apabila Manajemen bertanggung jawab menghasilkan kualitas jelek. untuk kualitas. Hubungan dengan pemasok Hubungan dengan pemasok bersifat jangka pendek dan bersifat jangka panjang dan berorientasi pada biaya. berorientasi pada kualitas.
Tabel 2. Tingkat Performansi Terhadap Kualitas Berdasarkan Pandangan Tradisional dan Modern

Item Kualitas

Pandangan Tradisional 1. Ukuran berdasarkan bagian perseratus (persen). 2. Jika produk tidak rusak tidak perlu memperbaikinya. 3. Inspeksi sama dengan kualitas.

Pandangan Modern 1. Ukuran berdasarkan bagian persejuta (parts/million = ppm). 2. Perbaikan produk/ proses secara terus-menerus. 3. Manajemen kualitas terpadu. 1. Tim kualitas proaktif. 2. Strategi menang-menang. 3. Selusin atau lebih perbaikan per karyawan / tahun. Keuntungan jangka panjang (Vincent Gaspersz, 2002)

Keterlibatan 1. Sistem saran secara pasif. Karyawan 2. Strategi menang-kalah. 3. Paling banyak satu perbaikan per karyawan / tahun. Fokus Keuntungan jangka pendek

2.4 Konsep Kualitas Industri Manufaktur dan Jasa Berdasarkan perspektif kualitas, Garvin dalam Yamit (2004) mengembangkan dimensi kualitas ke dalam delapan dimensi yang dapat digunakan sebagai dasar perencanaan strategis terutama bagi perusahaan atau manufaktur yang menghasilkan barang kedelapan dimensi tersebut adalah sebagai berikut : 1. Performance (kinerja) yaitu karakteristik pokok dari produk inti. 2. Features yaitu karakteristik pelengkap atau tambahan

3. Reliability (kehandalan) yaitu kemungkinan tingkat kegagalan pemakaian 4. Conformance (kesesuaian) yaitu sejauh mana karakteristik desain dan operasi produk memenuhi standar-standar yang telah ditetapkan sebelumnya. 5. Durabilty (daya tahan) yaitu mengukur berapa lama suatu umur teknis maupun umur ekonomis suatu produk. 6. Serviceability (pelayanan) yaitu mudah untuk diperbaiki, yang meliputi kecepatan, kompetensi, kenyamanan, kemudahan, dalam pemeliharaan dan penanganan keluahan yang memuaskan. 7. Aesthetics (estetika) yaitu menyangkut corak, rasa dan daya tarik produk 8. Percived Quality yaitu menyangkut Citra atau reputasi produk serta tanggung jawab perusahaan terhadap produk. Sedangkan untuk dimensi kualitas industri jasa, terdiri dari: 1. Communication yaitu komunikasi atau hubungan antara penerima jasa dan pemberi jasa. 2. Credibility yaitu kepercayaan pihak penerima jasa terhadap pemberi jasa. 3. Security yaitu keamanan yang ditawarkan. 4. Knowing the customer yaitu pengertian dari pihak pemberi jasa atau pemahaman pemberi jasa terhadap keluhan dan harapan pemakai jasa. 5. Tangibles bahwa dalam memberikan pelayanan kepada pemakai jasa harus dapat diukur atau dibuat standarnya. 6. Reliability yaitu konsistensi kerja pemberi jasa dan kemampuan pemberi jasa dalam memenuhi jani para penerima jasa. (Yamit, 2004) 2.5 Alat Bantu Pengendalian Kualitas Dalam pengendalian kualitas secara statistik terdapat 7 alat statistik utama atau yang sering disebut dengan seven tools dimana alat tersebut dapat digunakan sebagai alat bantu untuk mengendalikan kualitas karena merupakan metode grafik paling sederhana untuk menyelesaikan masalah. Seven tools tersebut meliputi : 1. Check Sheet (Lembar Pengamatan) Merupakan alat pengumpul dan penganalisis data yang disajikan dalam bentuk tabel berisi data jumlah barang yang diproduksi dan jenis ketidaksesuaian beserta dengan

jumlah yang dihasilkannya. Adapun tujuan digunakannya check sheet ini adalah untuk mempermudah proses pengumpulan data dan analisis serta untuk mengetahui area permasalahan berdasarkan frekuensi dari jenis atau penyebab dan mengambil keputusan untuk melakukan perbaikan atau tidak. Pelaksanaannya dilakukan dengan cara mencacat frekuensi munculnya karakteristik suatu produk yang berkenaan dengan kualitasnya. Data tersebut digunakan sebagai dasar untuk mengadakan analisis masalah kualitas. Selain itu manfaat digunakannya check sheet yaitu mempermudah pengumpulan data terutama untuk mengetahui bagaimana suatu masalah terjadi, mengumpulkan data tentang jenis masalah yang sedang terjadi, menyusun data secara otomatis sehingga lebih mudah untuk dikumpulkan, serta memisahkan antara opini dan fakta

Gambar

2. Diagram Pareto Diagram ini dikembangkan oleh seorang ahli bernama Vilfredo Pareto dimana alat ini digunakan untuk menentukan pentingnya atau prioritas kategori kejadian yang disusun menurut ukurannya atau sebab-sebab yang akan dianalisis, sehingga kita dapat memusatkan perhatian pada sebab-sebab yang mempunyai dampak terbesar terhadap kejadian tersebut. (Ariani, 2002) Menurut Besterfield (1990), proses penyusunan diagram pareto meliputienam langkah, yaitu : a. Menentukan metode atau arti dari pengklasifikasian data, misalnyaberdasarkan masalah, penyebab, jenis ketidaksesuaian, dan sebagainya. b. Menentukan satuan yang digunakan untuk membuat urutankarakteristik-karakteristik tersebut. c. Mengumpulkan data sesuai dengan interval waktu yang telah ditentukan. d. Merangkum data dan membuat rangking kategori data tersebut dariyang terbesar hingga yang terkecil. e. Menghitung frekuensi kumulatif atau persentase kumulatif yang digunakan. f. Menggambar diagram batang, menunjukkan tingkat kepentinganrelatif masingmasing masalah. Mengidentifikasi beberapa hal yang penting untuk mendapat perhatian.

Gambar

3. Histogram Adalah bentuk dari grafik kolom yang memperlihatkan distribusi yang diperoleh bila mana dat dalam bentuk angka telah terkumpul. Meskipun suatu histogram dibuat berdasarkan contoh data, namun tujuannya adalah untuk memberikan saran mengenai

kemungkinan distribusi keseluruhan data (populasi) yang contoh datanya diambil. Dalam Histogram, nilai dari peubah berkesinambungan digambarkan pada sumbu horizontal yang dibagi dalam kelas atau sel yang mempunyai ukuran sama. Biasanya ada satu kolom untuk tiap kelas dan tingginya kolom menggambarkan jumlah terjadinya nilai data dalam jarak yang digambarkan oleh kelas. Histogram ini dipakai untuk menentukan masalah dengan melihat bentuk dan sifat dispersi dan nilai rata-rata.

Gambar

4. Diagram Sebar (Scatter Diagram) Adalah grafik yang menampilkan hubungan antara dua variable apakah hubungan antara dua variable tersebut kuat atau tidak yaitu antara factor proses yang memperngaruhi proses dengan kualitas produk. Pada sumbu x tedapat nilai dari variable independen, sedangkan pada sumbu y menunjukkan nilai dari variable dependen.

Gambar

5. Peta Kendali Merupakan alat yang berfungsi untuk memonitor proses sehingga variasi dari proses dapat dikendalikan secara statistik. Manfaat utama peta kendali adalah untuk menjaga stabilitas proses, memprediksi perilaku proses, melakukan penyesuaian atau perbaikan proses, perencanaan produksi, sebagai alat preventif pengendalian kualitas. Sesuai dengan jenis data karakteristik kualitas yang akan dikendalikan, peta kendali dibagi menjadi dua yaitu : a. Peta kendali Variabel

Digunakan jika karakteristik kualitas yang akan dikendalikan diperoleh melalui pengukuran. Macam-macam peta kendali variable adalah : 1. Peta kendali - R Peta - R adalah peta kendali yang meunjukkan harga rata-rata (mean) dan simpangan (range) dari suatu proses. Peta kendali ini terdiri dari dua jenis peta kendali yaitu Peta yang menunjukkan harga rata-rata proses dan peta R yang menunjukkan simpangan atau variabilitas proses. Kedua peta kendali dalam peta - R saling melengkapi, sehingga dalam pembuatannya tidak dapat dipisahkan. Langkah dalam pembuatan peta R : 1. Tentukan karakteristik kualitas yang akan dikendalikan 2. Tentukan metode dan perangkat sistem inspeksi yang digunakan 3. Kumpulkan data (x) dan kelompokkan dalam sub group dengan ukuran n 4. Untuk setiap sub group dilakukan perhitungan : a. Harga rata-rata sub group dengan formula sebagai berikut :

b. Harga range dengan formula sebagai berikut : R= 5. Hitung rata rata keseluruhan :

Hitung rata rata rentang :

6. Hitung garis garis kendali : a. Untuk peta - Garis sentral (Center Limit) : CL = - Batas kendali atas (Upper Control Limit) : UCL = + - Batas kendali bawah (Lower Control Limit) : LCL = b. Untuk peta R - Garis sentral (Center Limit) : CL = - Batas kendali atas (Upper Control Limit) : UCL =

- Batas kendali bawah (Lower Control Limit) : LCL =

7. Plot data rata-rata dan range pada peta kendali yang sesuai. Pada tahap konstruksi peta jika terdapat data-data yang keluar dari kontrol dan ketahui penyebabnya, buang data dan lakukan perhitungan ulang untuk mendapatkan CL, UCL, dan LCL revisi. 8. Menentukan revisi CL dan batas kendali (jika diperlukan) 9. Menginterpretasikan peta dan melakukan analisis 2. Peta Kendali s Peta - s merupakan peta kendali variabel yang digunakan dalam mengendalikan rata-rata proses (ukuran keakuratan) dan standar deviasi (ukuran kepresisian). Langkah dalam pembuatan peta - s sama dengan langkah pembuatan peta - R dimana perbedaannyaterletak pada nilai R yang dgantikan dengan nilai s, serta perbedaan dalam menentukan batas kendalinya yaitu : a. Hitung mean standar deviasi subgroup sampel ( ) dan dari rataan group b. Untuk peta - Garis sentral (Center Limit) : CL = - Batas kendali atas (Upper Control Limit) : UCL = + - Batas kendali bawah (Lower Control Limit) : LCL = c. Untuk peta s - Garis sentral (Center Limit) : CL = - Batas kendali atas (Upper Control Limit) : UCL = - Batas kendali bawah (Lower Control Limit) : LCL = (Montgomery, 1993) b. Peta Kendali Atribut Peta kendali atribut digunakan jika karakteristik kualitas yang akan dikendalikan tidak diperoleh melalui pengukuran. Nilai atribut diperoleh melalui pemeriksaan karakteristik produk yang hasilnya dinyatakan dengan sesuai atau tidak sesuai berdasarkan ukuran atau standar tertentu.

6. Diagram sebab akibat (Fisshbone Diagram) Diagram ini menunjukkan sebab akibat yang berguna untuk mencari atau menganalisa sebab sebab timbulnya masalah sehingga memudahkan cara mengatasinya. Analisis sebab akibat ini digunakan untuk mengenal penyebab yang penting, memahami semua penyebab dan akibat, membandingkan prosedur kerja, menemukan pemecahan yang tepat, memecahkan hal apa yang harus dilakukan, dan mengembangkan proses. Terdapat 3 jebis aplikasi cause and effect diagram yang sering dipakai yaitu : 1. Cause Enumeration berdasar jenis penyebab 2. Dispersion Analysis berdasar 5 faktor utama yaitu man, machine, material, methode, environment 3. Process Analysis berdasar proses yang dilalui 7. Stratifikasi / Run Chart Upaya untuk mengklasifikasikan persoalan menjadi kelompok sejenis yang lebih kecil atau menjadi unsur unsur tunggal dari persoalan. 2.6 Pengendalian Kualitas Pengertian pengendalian kualitas adalah pengawasan mutu dimana merupakan sebuah usaha untuk mempertahankan mutu/kualitas dari barang yang dihasilakn, agar sesuai dengan spesifikasi produk yang telah ditetapkan berdasarkan kebijakan pimpinan perusahaan. (Sofjan Assauri, 1998) Pengendalian kualitas dapat didefinisikan juga dimana Quality control is the operational techniques and activities used to fulfill requirements for quality. Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pengendalian kualitas adalah suatu teknik dan akivitas / tindakan yang terenana yang dilakukan untuk mencpai, mepertahankan, dan meningkatkan kualitas suatu produk dan jasa agar sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dan dapat memenuhi kepuasan konsumen. Tujuan dari pengendlian kualitas adalah : 1. Agar barang hasil produksi dapat mencapai standar kualitas yang telah ditetapkan. 2. Mengusahakan agar biaya inspeksi dapat menjadi sekecil mungkin 3. Mengusahakan agar biaya desain dari produk dan proses dengan menggunakan kualitas produk tertentu dapat menjadi sekecil mungkin. 4. Mengusahakan agar biaya produksi dapat menjadi serendah mungkin.

Gambar

(Vincent Gasperz, 2005) Pengendalian kualitas ini dilakukan dalam upaya untuk meningkatkan rasa percaya konsumen terhadap produk atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan, tujuan jangka panjangnya adalah untuk perkembangan perusahaan tersebut masa datang. Kualitas dibagi menjadi 2 yaitu: Kualitas rancangan adalah semua barang dan jasa yang dihasilkan dalam berbagai tingkat kualitas. Kualitas kecocokan adalah seberapa baik produk tersebut sesuai dengan spesifikasi dan kelonggaran yang disyaratkan oleh rancangan tersebut. Sedangkan pengendalian kualitas adalah aktivitas keteknikan dan manajemen dimana dengan aktivitas itu kita bisa mengukur ciri-ciri kualitas produk, membandingkannya dengan spesifikasi atau persyaratan, dan bisa mengambil tindakan pemulihan yang sesuai apabila ada perbedaan antara penampilan yang sebenarnya dengan yang standar. (Douglas.1995) Adapun keuntungan dari pengendalian kualitas adalah sebabai berikut :

1. Mengendalikan kualitas dari produk agar sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan dan melakukan perbaikan kualitas produk. 2. Sistem kualitas selalu mengalami perbaikan kontinyu sehingga dapat memenuhi keinginan konsumen yang dapat berubah sewaktu-waktu. 3. Pengendalian kualitas dapat meningkatkan produktivitas karyawan dan kemampuan karyawan serta dapat mengurangi volume scrap (cacat) dan reworks (pengerjaan ulang). 4. Sistem kualitas dapat menurunkan biaya yang berhubungan dengan kualitas produk secara keseluruhan, meliputi: a. Biaya kerusakan dalam produksi b. Biaya inspeksi c. Biaya kerusakan diluar proses produksi, dimana untuk hal ini dapat dikurangi dengan cara pemeriksaan secara berkala, sistem perawatan mesin yang baik dan peralatan pencegah. 5. Dengan peningkatan produktivitas maka dapat mengurangi waktu tempuh dari proses produksi komponen dan sub assembly, yang hasilnya dapat untuk memenuhi batas waktu (due dates) dari konsumen. 6. Sistem pengendalian kualitas dapat memacu semangat untuk selalu berjuang dalam perbaikan berkesinambungan pada kualitas dan produktivitas. 7. Perbaikan hubungan antar karyawan serta membina hubungan baik antara produsen dan konsumen. Oleh karena sifat dari kualitas yang sangat penting bagi kelangsungan hidup suatu produk maka diperlukan adanya pengendalian kualitas yang efektif. (Amitava. 1995) 2.7 Pengendalian Kualitas Proses Statistik untuk Data Atribut Dalam pengendalian kualitas proses Statistik untuk data atribut digunakan sebuah peta kendali untuk data atribut dimana digunakan jika karakteristik kualitas yang akan dikendalikan tidak diperoleh melalui pengukuran. Nilai atribut diperoleh melalui pemeriksaan karakteristik produk yang hasilnya dinyatakan dengan sesuai atau tidak sesuai berdasarkan ukuran atau standar tertentu.
Tabel 2.1 Jenis Jenis Peta Kendali Atribut

Jenis Peta Peta p

Penggunaan Untuk tipe data diskrit, menggambarkan fraksi cacat, dan ukuan sampel bervariasi

Peta np Peta u Peta c

Untuk tipe data diskrit, menggambarkan jumlah item cacat, dan ukuan sampel sama Untuk menggambarkan jumlah cacat per unit Untuk menggambarkan jumlah cacat 1 unit sampel tertentu

1. Peta p Ditujukan untuk pengendalian proses dimana ukuran sampel bervariasi sehingga besaran p akan selalu menunjukkan propori item yang cacat dari sekumpulan sampel selain itu peta p menunjukkan perbandingan jumlah item cacat atau tidak memenuhi spesifikasi dari jumlah sampel

Langkah pembuatan peta p : a. Lakukan pemeriksaan terhadap n buah item produk dan cacat (np). Ulangi pemeriksaan untuk sampel lain yang diambil dari lot produksi atau waktu produksi yang lain. b. Untuk setiap pemeriksaan (sampel i), hitung fraksi cacat :

c. Hitung rata rata fraksi cacat dari seluruh item yang diperiksa

Dimana k = jumlah sampel yang diperiksa d. Hitung standar deviasi fraksi cacat :

e. Buat peta p dengan batas kendali sebagai berikut : - Garis sentral (Center Limit) : CL = - Batas kendali atas (Upper Control Limit) : UCL = + - Batas kendali bawah (Lower Control Limit) : LCL = f. Plot fraksi cacat p untuk setiap pemeriksaan (sampel) pada peta kendali yang dibuat pada langkah e.

g. Interpretasikan peta kendali yang terbentuk dan lakukan analisi terhadapnya. 2. Peta np Pada dasarnya sama dengan peta p hanya saja dalam peta np ukuran sampel yang diperiksa tetap untuk setiap kali pengamatan. Langkah langkah dalam pembuatan peta np : a. Catat jumlah cacat pada setiap lot yang diperiksa. b. Hitung rata rata jumlah cacat : c. Hitung garis sentral (Center Lmit) :

d. Hitung standar deviasi jumlah cacat :

e. Plot titik titik np pada peta yang terbentuk. f. Interpretasikan data dan lakukan analisi. 3. Peta u Dipergunakan untuk menggambarkan cacat pada suatu ukuran tertentu dimana ukuran unit yang diperiksa dalam hal ini tidak harus selalu sama Langkah langkah dalam pembuatan peta u : a. Lakukan pemeriksaan terhadap satu unit item n dan catat jumlah cacat yang ada c. b. Kelompokkan data berdasarkan lot, produk, sampel, dll. Buat ukuran kelompok data sedemikian sehingga jumlah cacat per unit lebih besar dari 2 atau 3. c. Hitung jumlah cacat per unit untuk setiap kelompok data. U adalah jumlah cacat per kelompok dibagi dengan jumlah unit kelompok tersebut.

d. Hitung rata rata u : e. Hitung garis kendali : - Garis sentral (Center Limit) : CL = - Batas kendali atas (Upper Control Limit) : UCL = +

- Batas kendali bawah (Lower Control Limit) : LCL = - f. Plot data u ke dalam peta. 4. Peta c

Pada dasarnya peta c sama dengan peta u hanya saja dalam peta ini ukuran sampel yang digunakan tetap untuk setiap kali pengamatan. Langkah langkah dalam pembuatan peta c : a. Kumpulkan data jumlah cacat c dari suatu unit item. b. Hitung rata rata jumlah cacat : c. Hitung garis kendali : - Garis sentral (Center Limit) : CL = - Batas kendali atas (Upper Control Limit) : UCL = + - Batas kendali bawah (Lower Control Limit) : LCL = - d. Plot data c yang diamati ke dalam peta.

2.8 Biaya Kualitas Setiap kegiatan yang dilakukan perusahaan pasti terkait erat dengan biaya yang harus dikeluarkan perusahaan tersebut. Dalam paradigma baru dikatakan bahwa qualityhas no cost yang berarti bahwa kualitas tidak memerlukan biaya. Artinya untuk membuat suatu produk yang berkualitas perusahaan dapat melakukannya dengan cara menghilangkan segala bentuk pemborosan, yang biasanya pemborosan ini disebabkan karena perusahaan menghasilkan produk yang ternyata cacat sehingga harus diadakan perbaikan atau harus dibuang.

Dalam paradigma lama, dikatakan bahwa kualitas itu mahal. Untuk meningkatkan kualitas produk dan jasa menurut paradigma lama, diperlukan biaya yang tidak sedikit jumlahnya. Ada dua golongan besar biaya kualitas yaitu biaya untuk menghasilkan produk yang berkualitas dan biaya yang harus dikeluarkan karena menghasilkan produk cacat. Secara keseluruhan biaya kualitas tersebut meliputi: 1. Biaya untuk menghasilkan produk yang berkualitas (cost of achieving good quality) yaitu biaya yang harus dikeluarkan perusahaan untuk membuat produk yang berkualitas sesuai dengan keinginan pelanggan, meliputi: a. Biaya pencegahan (prevention cost) yaitu biaya untuk mencegah kerusakan atau cacat produk yang terdiri dari: Biaya perencanaan kualitas (quality planning costs) yaitu biaya yang harus dikeluarkan untuk membuat perencanaan akan produk yang baik yang akan dihasilkan. Biaya perancangan produksi (production design costs) yaitu biaya yang harus dikeluarkan untuk merancang produk sehingga produk yang sihasilkan benar benar berkualitas. Biaya pemrosesan (process costs) yaitu biaya yang harus dikeluarkan untuk menjalankan proses produksi sehingga menghasilkan produk yang berkualitas. Biaya pelatihan (training costs) yaitu biaya yang harus dikeluarkan untuk mengadakan pelatihan bagi karyawan sehingga karyawan bertanggung jawab untuk membuat produk yang baik. Biaya informasi akan kualitas produk yang diharapkan pelanggan (information costs) yaitu biaya yang harus dikeluarkan untuk melakukan survey pelanggan tentang kualitas produk yang diharapkan pelanggan. b. Biaya penilaian (appraisal costs) yaitu biaya yang harus dikeluarkan untuk mengadakan pengujian terhadap produk yang dihasilkan, meliputi: Biaya untuk mengadakan inspeksi dan pengujian (inspection end testing costs) Biaya peralatan pengujian (test equipment costs) Biaya operator (operator costs) yaitu yang dikeluarkan untuk memberikan upah pada orang yang bertanggung jawab dalam pengendalian kualitas.

2. Biaya yang harus dikeluarkan karena perusahaan memiliki produk cacat (costs of poor quality) meliputi: a. Biaya kegagalan internal (internal failure costs) yaitu biaya yang harus dikeluarkan karena perusahaan telah menghasilkan produk yang cacat tetapi cacat produk tersebut telah diketahui sebelum sampai kepada pelanggan. Biaya ini meliputi: Biaya yang harus dikeluarkan karena produk harus dibuang (scrap costs) yaitu biaya yang harus dikeluarkan perusahaan tetapi produk yang dihasilkan ternyata cacat sehingga harus dibuang dan adanya biaya untuk membuang produk tersebut. Biaya pengerjaan ulang (rework costs) yaitu biaya yang harus dikeluarkan untuk memperbaiki produk cacat. Biaya kegagalan proses (process failure costs) yaitu biaya yang harus dikeluarkan dalam proses produksi tetapi ternyata produk yang dihasilkan produk cacat. Biaya yang harus dikeluarkan karena proses produksi tidak dapat berjalan sebagai mana mestinya (process downtime costs). Biaya yang harus dikeluarkan karena perusahaan terpahsa harus menjual produk dibawah harga patokannya karena produk yang di hasilkan cacat (price-downgrading costs). b. Biaya kegagalan eksternal (external failure costs) yaitu biaya yang harus dikeluarkan karena menghasilkan produk cacat dan produk telah diterima oleh konsumen, meliputi: Biaya untuk memberikan pelayanan terhadap keluhan pelanggan (costomer complaint costs). Biaya yang harus dikeluarkan karena produk yang telah disampaikan kepada konsumen dikembalikan karena produk tersebut cacat (product return costs). Biaya yang harus dikeluarkan untuk menangani tuntutan konsumen terhadap adanya jaminan kualitas produk (warranty claims costs). Biaya yang harus dikeluarkan karena perusahaan harus memberikan jaminan atau garansi bagi konsumen bahwa produk yang dihasilkan adalah baik (product liability costs). Biaya yang harus dikeluarkan karena perusahaan tidak dipercaya oleh konsumen sehingga tidak mau membeli lagi produk dari perusahaan tersebut (lost seles costs). (Russel, 1996)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Berikut adalah flowchart metodologi praktikum Perancangan Teknik Industri modul 6 Statistical Quality Control and Quality Cost Planning :
Mulai

Menentukan Tujuan

Menentukan Batasan & Asumsi Kebijakan Perusahaan mengenai AQL Laporan Pemesanan(MRP) Melakukan Studi Pustaka Laporan Bulanan Inspeksi Data Biaya

Menentukan rencana Sampling Penerimaan

Membuat peta kendali variabel raw material Mengeleminasi data out of control

Membuat Diagram Pareto Finish Product

Menghitung Biaya Kualitas

Menentukan Jumlah Sampel Apakah data terkontrol ? Mengukur Dimensi Komponen

tidak

Memberikan Peta Kendali Variabel Finish Product

ya Menghitung Performansi Peta Kendali Apakah data terkontrol ?

Menentukan lot diterima atau tidak

tidak Membuat Fishbone

ya Melakukan Analisis

Menentukan Batasan & Asumsi

Selesai

Gambar

Dalam praktikum modul 6 ini diawali dnegan penentuan tujuan, batasan, asumsi, serta studi pustaka. Selain itu terdapat data data yang dibutuhkan berupa kebijakan perusahaan mengenai AQL, rencana pemesanan (MRP), laporan inspeksi bulanan serta besarnya biaya. Dimana kebijakna AQL digunakan untuk menentukan rencana sampling penerimaan (Acceptance Sampling) yang kemudian dilakukan penentuan jumlah sampel yang akan diperiksa. Selanjutnya komponen Tamiya diukur dimensinya yang terdiri dari mengukur dimensi panjang untuk as roda dan garden juga dimensi diameter untuk as roda dan besi dynamo. Kemudian menentukan apakah lot tersebut diterima atau tidak. Berdasar pada data rencana pemesanan (MRP) maka dapat dibuat peta kendali variable raw material dan menguji apakah data variable tersebut merupakan data terkontrol atau tidak, karena jika data tersebut tidak terkontrol maka harus dilakukan eliminasi data yang melewati bats kendali dnegan cara iterasi dan membuat peta kendali variable kembali. Setelah itu membuat diagram pareto finish product dimana dibutuhkan data laporan inspeksi bulanan kemudian dilanjutkan dengan membuat peta kendali variable finish product yang nantinya akan diuji apakah data tersebut terkontrol atau tidak karena jika tidak terkontrol maka akan dianalisis dengan menggunakan diagram fishbone untuk mengetahui sebab akibat kegagalan produk. Selanjutnya dilakukan perhitungan biaya kualitas dimana terdiri dari 4 biaya yaitu biaya pencegahan, biaya penilaian, biaya kegagaln internal, serta biaya kegagalan eksternal kemudian langkah terakhir dilakukannya analisis dan membuat kesimpulan serta saran.

Вам также может понравиться