Вы находитесь на странице: 1из 4

Dr.

Asti Praborini, SpA, IBCLCDokter Pegiat ASI yang Pemberani

Pernahkah Anda mendengar cerita tentang dokter yang berselingkuh dengan industri farmasi dan industri kesehatan? Saya pernah mendengar hal semacam itu dan beberapa orang kenalan saya memang membenarkan kalau itu terjadi. Katanya memang ada perusahaan farmasi yang menawarkan hadiah kepada para dokter yang mau menuliskan obat produksi mereka dalam resep-resep mereka. Hadiahnya bisa bermacam-macam, dari dibiayai pendidikan lanjutnya sampai diberikan mobol mewah terbaru. Miris bagaimana kesehatan pasien menjadi barang dagangan semata di kalangan oknum dokter yang takubahnya seperti agen obat itu. Tapi saya yakin, tidak semua dokter punya prinsip demikian. Ada juga dokter yang masih memiliki integritas tinggi dan membaktikan hidupnya demi nilai-nilai kemanusiaan. Saya pernah menemui salah satu dari dokter yang seperti itu. Beberapa waktu lalu, saya berkesempatan menjadi relawan jurnalistik Dompet Dhuafa dan diminta untuk mewawancarai beberapa dokter yang menjadi relawan medis di sana. Nama salah satu dokter yang akan saya wawancara saat itu adalah Dr. Asti Praborini, SpA, IBCLC. Awalnya saya agak asing dengan gelar IBCLC yang ada di belakang nama beliau, tetapi saya hiraukan karena saya kira itu kesalahan ketik dari data yang diberikan oleh Dompet Dhuafa. Saya pun langsung menghubungi beliau untuk membuat janji wawancara. Alhamdulillah, beliau bersedia meluangkan waktunya di suatu minggu sore di kediaman beliau sendiri. Hari wawancara pun tiba. Kesan cerdas dan tegas langsung saya tangkap dari penampilan beliau. Sesi wawancara pun berjalan mengalir lancar meskipun awalnya saya merasa sangat grogi. Terus terang saya bukanlah seorang wartawan, hanya seorang yang keranjingan menulis saja. Usut punya usut, akhirnya saya tahu kalau gelar IBCLC yang sempat menjadi pertanyaan saya sebelumnya itu ternyata adalah kepanjangan dari International Board of Consultant Lactation Certified. Artinya beliau adalah konsultan ASI tersertifikasi skala internasional. Wah! Kekaguman saya pun semakin bertambah saat beliau menceritakan kalau jumlah praktisi yang memiliki gelar IBCLC itu masih sedikit di Indonesia karena proses mendapatkannya sangat sulit, tetapi sejak 28 Agustus 2013 beliau malah sudah dipercaya menjadi ketua pertama asosiasi ini di Indonesia.

Gelar IBCLC yang sulit dan tentu juga mahal itu tidaklah digunakan dr. Asti untuk mencari keuntungan pribadi semata. Padahal keluarga kalangan menengah atas tentu akan berbondong-bondong menemui beliau kalau ingin berkonsultasi tentang permasalahan pemberian ASI kepada bayi mereka. Selain di tempat dinasnya, dr. Asti malah membagibagikan ilmunya secara gratis kepada banyak orang yang memang tertarik untuk mengetahui arti penting ASI bagi balita. Termasuk di Dompet Dhuafa dan lingkungan sekitar beliau. Penyebaran informasi yang benar dan ilmiah tentang seluk-beluk ASI memang harus meluas ke segala kalangan, tanpa dibatasi oleh kemampuan ekonomi masyarakat. Apalagi susu formula sudah menjadi top of mind di kalangan para ibu dan menjadi pilihan utama saat mereka tidak bisa memberikan ASI kepada anaknya. Hal ini salah besar. Beliau menceritakan kalau banyaknya penyakit yang menimpa anak-balita belakangan ini, apa pun status sosial mereka, adalah akibat tidak diberikannya ASIE dan mereka dicecoki susu formula sejak lahir. Beliau kemudian memaparkan beberapa hasil penelitian mengenai bahaya susu formula. Bayi yang mengonsumsi susu formula malah rentan terhadap berbagai penyakit seperti diare, obesitas, alergi, asma, diabetes, kanker, dan lainnya. Orang yang semasa bayinya mengonsumsi susu formula juga memiliki risiko kematian mendadak yang tinggi. Bahaya susu formula tidak hanya merugikan bayinya, berdasarkan penelitian terbaru, ibu yang tidak memberikan ASIE bagi bayinya rentan terhadap kanker payudara, kanker ovarium, osteoporosis, Alzheimer, dan lainnya. Dari segi wadah yang digunakan untuk memberikan susu formula itu juga bermasalah. Penggunaan dot dan botol ternyata berbahaya bagi bayi karena terbuat dari plastik sisa olahan minyak bumi. Botol dan dot sebelum digunakan harus dipanaskan dulu supaya steril, kita tidak tahu kalau proses ini malah akan melepaskan zat kimiawi toksik yang bersifat karsinogenik (pemicu kanker) bagi bayi. Berbeda jika bayi diberikan ASIE, bayi akan menjadi lebih sehat dan imunitasnya jauh lebih bagus. Bayi yang mengonsumsi ASIE juga terbukti jauh lebih cerdas, perilakunya lebih tenang dan tidak brutal. Ikatan antara bayi dengan ibunya juga lebih erat karena saat menyusui, terjadi kontak fisik dan batin antara ibu dengan bayinya. Si bayi akan merasa aman dan nyaman mendengarkan suara detak jantung ibunya. ASI pun murah dan praktis karena bisa diberikan langsung kepada bayi. ASI juga steril dari kontaminasi bakteri. Tidak ada

bakteri yang bisa hidup dalam ASI. Berbeda dengan susu formula yang rentan terhadap pencemaran bakteri seperti pencemaran Clostridium botulinum yang pernah diberitakan oleh berbagai media. Terlepas dari banyaknya kelebihan dan manfaat ASI bila dibandingkan susu formula, dr. Asti mengakui masih banyak kendala yang terjadi dalam sosialisasi pemberian ASIE kepada bayi di kalangan ibu menyusui. Pertama kendala minimnya informasi mengenai pentingnya ASI bagi bayi sampai 2 tahun. Informasi mengenai pentingnya ASI tertutup oleh gempuran informasi menyesatkan tentang susu formula dari produsen yang membuat para ibu menyusui yakin kalau susu formula sebaik ASI. Hal tersebut diakui dr. Asti menjadi salah satu tugas kita bersama untuk mencerdaskan masyarakat mengenai pentingnya ASI dan bahaya susu formula bagi bayi. Untuk itu, beliau bersama rekan-rekan sejawatnya yang lain sepakat untuk memberikan informasi yang benar mengenai ASIE dan mendorong masyarakat untuk memberikan ASIE kepada balita. Tindakan beliau ini ditentang oleh beberapa rekan sejawatnya. Mereka mencibir dr. Asti dan beliau malah dibilang terlalu fanatik. Dr. Asti mengakui memang motivasi tindakan beliau ini adalah Al-Quran yang menyerukan memberikan ASIE kepada para bayi seperti dalam surat Al-Baqarah: 233, Luqman: 14, dan Al-Ahqaf: 15, tetapi faktanya penelitian membuktikan kalau ASI memang jauh lebih baik daripada susu formula. Beliau kemudian mengungkapkan ironi yang terjadi di dunia kesehatan. Ada banyak rumah sakit bersalin yang menjalin kerja sama dengan perusahaan susu formula. Bahkan bagi ibu-ibu yang baru saja bersalin di rumah bersalin itu, mereka diberikan susu formula beberapa kaleng sebagai hadiah karena telah bersalin di rumah sakit tersebut. Ada sejawat beliau yang ditawari mobil mewah agar membantu penjualan susu formula tertentu. Di daerah-daerah, bahkan ada tenaga kesehatan yang direkrut untuk menjualkan produk mereka. Ya, benar perusahaan susu formula sudah kadung menjerat konsumen Indonesia dari segala arah. Terang saja, Indonesia merupakan target pasar yang paling menggiurkan mengingat jumlah penduduknya yang sangat besar. Jeratan itu dilakukan perusahaan susu formula lewat cara-cara halus dengan memberikan informasi yang tidak benar tentang susu formula yang seakan-akan sama baiknya dengan ASI. Bagaimana dengan dr. Asti? Apakah beliau bisa dibeli? Jelas jawabannya tidak. Sedari dulu beliau memilih tegas menolak segala bentuk bantuan apa pun dari perusahaan

susu formula untuk kegiatan-kegiatan beliau sebagai dokter anak. Bahkan beliau juga menolak jika jurnal ilmiah bidang kesehatan anak (bidang keahlian beliau) disponsori atau ditempeli iklan perusahaan obat dan susu formula. Beliau tahu risiko tindakan ini. Cibiran dan semacamnya sudah kenyang beliau terima. Sambil berseloroh beliau mengatakan kalau mungkin saat ini beliau sudah di-black list oleh para produsen susu formula itu. Beliau pun mengaku telah siap menerima risiko apa pun terkait dengan idealisme beliau ini. Semoga saja tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan pada beliau. Tentu sebagai orang awam, kita hanya bisa berharap bahwa masih banyak dokter di luar sana yang memiliki hati dan pengabdian seperti dr. Asti. Dan semoga kiprah dokterdokter seperti beliau ini tidak terhenti di tengah jalan karena alasan apa pun. (RFR)

Вам также может понравиться