Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI Rakornas Ristek 2013 Gedung Sasono Langen Budoyo Taman Mini Indonesia Indah Jakarta, 27-28 Agustus 2013
SISTEMATIKA
Data
1. DATA SEKUNDER 2. DATA PRIMER a. Kuesionair: terkirim ke 272 instansi (LPNK, LPK, Balitbangda/Bappeda Provinsi, Balitbangda/Bappeda Kabupaten/Kota, LPPM), terkumpul kembali sebanyak 50 kuesionair b. Wawancara: Deputi KRT LPNK - Ristek Kementerian: Balitbangtan, Balitbang KKP, Balitbang Kemkes, BP KIMI Perindustrian, Deputi Sumber Daya KUKM, Ditjen Dikti Perguruan Tinggi: LPPM-UGM, LPPM-IPB, LPPM ITB, DRPM-UI, LPPM UPN Yogyakarta, LP USU, LPPM Unhas, LP/LPM-UNG, LPPM Unsri, LP Unlam, LPPM Unram Pemda: Yogyakarta (Bappeda dan BAP), Sumatera Utara (Balitbangda), Sulawesi Selatan (Balitbangda), Gorontalo (Balihristi), Sumatera Selatan (Balitbanginov), Kalimantan Selatan (Balitbangda), Nusa Tenggara Barat (DRD) c. FGD dengan industri: Batam dan Jawa Timur 4
Evaluasi:
POTRET 4 DIMENSI JAKSTRANAS IPTEK 2010-2014
Belum didasarkan pada hasil kajian yang kuat tidak ada baseline data iptek yang kuat.. Kelemahan dalam identifikasi masalah. Masih banyak dalam tataran teoritik. belum sampai pada analisis secara praktis/ detail tentang kondisi riil dan isu-isu strategis yang ada. Belum bisa menciptakan sebuah skenario pengembangan riset nasional yang berkesinambungan. Tidak menggambarkan grand-strategy yang menaungi kegiatan riset nasional. Tidak ada tolok ukur kesuksesan (sasaran) yang jelas. Proses perumusan telah melibatkan LPNK, Balitbang Kementerian, DRN, dan unsur non-government seperti industri, masyarakat tapi dipandang belum melibatkan stakeholders Iptek secara luas. Secara legal kedudukan Jakstranas Iptek lemah Belum selaras dengan kebijakan sektor sehingga tingkat implementasi pada pembangunan sektor rendah Tidak ada pembagian peran antar aktor iptek dalam pelaksanaan Jakstranas Iptek Setiap lembaga memiliki visi atau rencana strategis yang tidak mudah untuk disesuaikan dengan Jakstranas Keterbatasan anggaran sehingga seringkali prioritas terabaikan Sosialisasi kurang Tidak mempunyai panduan operasional sehingga sulit di implementasikan
Terlalu teoritis dan tidak implementatif Kedudukan legal tidak cukup kuat untuk memaksa setiap unsur kelembagaan Iptek
Ada perbedaan prioritas antar sektor Substansinya belum sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan
Dukungan konstitusi UUD 1945 Amandemen-4: Pasal 28c dan Pasal 31, Ayat 5, dan Pasal 33 UU 18/2002: memperkuat daya dukung iptek untuk mempercepat pencapaian tujuan negara; meningkatkan daya saing; meningkatkan kemandirian. UU No. 17/2007 ttg RPJP; bagian IV.1.2 Butir C Penguasaan, Pengembangan, dan Iptek: penguatan sistem inovasi untuk mendorong pembangunan ekonomi berbasis pengetahuan. UU No. 32/2004 ttg Pemda: daya saing daerah (Pasal 2.3, Pasal 27.1.g) Perpres 28/2008 tentang kebijakan Industri Nasional: iptek merupakan enabler yang mutlak harus ada agar dapat bersaing di pasar internasional Kebijakan sektor: menekankan penelitian dan pengembangan Dalam UU 25/2004 Jakstranas Iptek tidak memiliki peran yang tegas, UU 17/2003: penyelenggaraan urusan pemerintah dalam Iptek sama dengan urusan pemerintah yang lain. Ada perbedaan lingkungan pada saat perumusan dan saat implementasia (MP3EI, Kepmen 16/2013
Kelembagaan: pusat unggulan, konsorsium, dan sentra HKI meningkat Meningkatnya investasi Iptek Nasional dari 0,05% menjadi 0,055% PDB Meningkatnya jumlah peneliti per 1 juta penduduk menjadi 438 peneliti Tercapainya revitalisasi 2 sarana dan prasarana Tercapainya jumlah artikel iptek elektronik yang dapat diakses dari perpustakaan on-line menjadi 1,5 juta artikel Meningkatnya jumlah Pranata litbang terakreditasi menjadi 34 Mengembangkan STP sebagai tools dalam pembangunan ekonomi daerah berbasis inovasi Produktivitas Iptek: publikasi dan patent terdaftar meningkat Jumlah pemanfaatan teknologi hasil litbang nasional untuk industri dan masyarakat meningkat Dampak sosial dan ekonomi belum terukur
SARAN UNTUK PENYUSUNAN JAKSTRANAS IPTEK 2015-2019 (2) - Buku 1 Jakstranas menjadi ruh dari RPJMN 2015-2019, sehingga implementatif berbentuk program-kegiatan yang diacu oleh Renstra 2015-2019 K/L Iptek. - ARN (Jakstranas Buku 2) mengacu pada/diturunkan dari RPJMN 2015-2019 Bab Iptek, sehingga benar-benar dapat diacu. Indikasi siapa melakukan apa perlu ditegaskan. - Mengupayakan, agar penyusunan program/anggaran Iptek satu pintu. Usulan dari lembaga Iptek direkomendasikan Kemenristek, sebelum disetujui Bappenas. - Penajaman 7 bidang fokus, menjadi area riset yang lebih khusus untuk target 5 tahunan didukung 16 isu strategis. - Indikator Kuantitatif yang jelas.
7
2. Pengembangan alternatif kebijakan: menyusun alternatif kebijakan yang dapat dipilih untuk menyelesaikan masalah kebijakan
3. Pemilihan alternatif kebijakan terbaik: menilai alternatif kebijakan untuk menentukan alternatif kebijakan yang terbaik 4. Penetapan kebijakan: menetapkan kebijakan yang dipilih sehingga mempunyai kekuatan hukum yang kuat dan mengikat
9
10
1. Keterbatasan sumber daya Iptek 2. Pemborosan sumber daya yang terbatas 3. Jumlah dan kompetensi SDM sangat kurang dan tidak merata 4. Iklim tidak mendukung SDM untuk produktif 5. Penuaan sarana dan prasarana Iptek 6. Sarana pengujian produk teknologi sangat kurang 7. Sarana dan prasarana litbag belum memadai 8. Belum ada basis data Iptek yang terintegrasi 9. Rendahnya kesadaran masyarakat termasuk peneliti/perekayasa untuk mendaftarkan HKI atas invensinya 10.Mekanisme penganggaran tidak mendukung kegiatan litbang secara optimal 11.Terbatasnya pendanaan kegiatan litbang di industri 12.Budgeting power sangat lemah 13.Anggaran Iptek rendah 11. Belum harmonisnya kebijakan Iptek dengan sistem keuangan negara
Kelembagaan
Belum berkembangnya budaya inovasi Kinerja lembaga masih rendah Legislasi Iptek lemah Peran dan fungsi Balitbangda tidak optimal Belum optimalnya lembaga intermediasi Belum ada sertikasi bagi pengembang software aplikas Ada hambatan birokrasi dalam penelitian dan inovasi Sistem kelembagaan riset nasional belum efektif dan efisien Birokrasi yang rumit dalam penyelenggaraan riset dan penerapan hasil-hasilnya, apalagi dalam era otonomi daerah 10.Kelembagaan litbang belum efektif 1. Kegiatan riset pengembangan teknologi belum tekait langsung dengan kebutuhan industri 2. Belum terkaitnya kegiatan riset dengan kebutuhan nyata 3. Teknologi masih bergantung pada produk luar negeri 4. Pengembangan local wisdom / inovasi akar rumput, teknologi tepat guna yang benar-benar dibutuhkan oleh dunia usaha
1. Ekspor Indonesia masih didominasi barang mentah (teknologi rendah) 2. Industri berbasis teknologi tidak tumbuh 3. Tidak terjadi vertical value added 4. Belum optimalnya mekanisme intermediasi Iptek 5. Kelemahan rantai nilai dalam pengembangan produk 6. Tranfer teknologi belum berjalan 7. Audit teknologi sangat lemah 8. Pemanfaatan Iptek belum optimal 9. Tarikan pasar terhadap hasil litbang lemah 10.Masih kurangnya keberpihakan pemerintah dan BUMN terhadap pemanfaatan hasil invensi teknologi dalam negeri
Sumber Daya
5. Kualitas riset relatif rendah 6. Fokus pada kearifan lokal, tidak perlu meniru negara lain 7. Overlapping kegiatan riset antar pelaku riset, boros sumber daya 8. Pengembangan ilmu dasar dan penciptaan teknologi untuk mendorong industri
Produktivitas
Pendayagunaan
11. Strategi pemanfaatan hasil litbangyasa ke masyarakat masih lemah 12. Kapasitas absorpsi dan kapabilitas inovasi masyaraat masih rendah 13. Strategi sinergi dan dukungan antar aktor inovasi untuk proses difusi dan diseminasi litbang masih lemah 14. Aspek sosial kurang diperhatikan sehingga hasil-hasil penelitian sering mengalami kendala dalam penerapannya 15. Ada keengganan pengusaha untuk menggunakan hasil penelitian dalam negeri dan lebih suka teknologi impor 16. Pemanfaatan hasil litbang di industri rendah 17. Sosialisasi hasil litbang masih kurang 18. Transfer teknologi hasil litbang dalam negeri ke industri lemah 19. Transfer teknologi dari perusahaan asing ke perusahaan dalam negeri tidak terjadi 20. Belum ada mekanisme transfer teknologi yang berkelanjutan 17. Pendidikan dan pelatihan teknologi yang spesifik sesuai kebutuhan industri 16. Banyak pembangunan di daerah tidak berdasarkan riset, bahkan berbasiskan data saja tidak ada. Pembangunan di Indonesia tidak berdasarkan evidence based.
Jaringan
1. 2. 3. 4. 5.
12. Kesiapan Indonesia dalam menghadapi Komunitas ASEAN 2015 (standardisasi, sertifikasi, kesiapan SDM Iptek, jaringan kerjasama, 'perebutan' pasar, perundangundangan, dll). 13. Negara Indonesia termasuk dalam 3 (tiga) besar pembajak software di dunia.
Interaksi Iptek dan industri masih lemah Kerja sama belum optimal Revitalisasi Puspiptek sebagai STP belum maksimal Posisi Indonesia dalam kerjasama internasional lemah Jaringan pelaku Iptek masih lemah sehingga kegiatan penelitian sering tumpang tindih 6. Adanya mismatch antara pemerintah, dunia usaha, institusi riset dan perguruan tinggi untuk secara bersama-sama membangun ekonomi.
11
Kelembagaan
1.Jumlah dan kompetensi SDM sangat kurang dan tidak merata 2.Sarana dan prasarana litbag belum memadai 3.Budgeting power sangat lemah
1.Tranfer teknologi belum berjalan 2.Audit teknologi sangat lemah 3.Pemanfaatan Iptek belum optimal Sumber Daya Produktivitas Pendayagunaan
1.Belum terkaitnya kegiatan riset dengan kebutuhan nyata 2.Kualitas riset relatif rendah 3.Overlapping kegiatan riset antar pelaku riset, boros sumber daya
Jaringan
1.Interaksi Iptek dan industri masih lemah 2.Posisi Indonesia dalam kerjasama internasional lemah 3.Jaringan pelaku Iptek masih lemah sehingga kegiatan penelitian sering tumpang tindih
12
13
Jakstranas Iptek
Prioritas Utama
Apa
Kerangka Kebijakan
Bagaimana /strategi
Strategi operasional untuk menuju sasaran strategis pada masingmasing prioritas utama
Indikator keberhasilan
14
15
Pendidikan
UKMK
Lakitan, B, (2013), Connecting all the dots: Identifying the actor level challenges in establishing effective innovation system in Indonesia, Technology in Society 35 (2013) 4154
Dunia Usaha
Kegiatan Riset
Pemerintah BUMN Strategis yang masalah krusialnya adalah Teknologi Usaha baru hasil litbang Masyarakat kecil atau UKMK
Kegiatan litbang dilakukan baik oleh swasta maupun pemerintah. Hasil penelitian dari perusahaan swasta akan diguanakan untuk industrinya sendiri. Hasil dari Lembaga litbang pemerintah terutama digunakan oleh masyarakat kecil dan UKMK dan untuk memperkuat industri strategis yang memang memerlukan litbang. Untuk hasil litbang yang tidak digunakan oleh BUMN atau masyarakat secara langsung didorong untuk menjadi usaha baru melalui inkubator.
Kualitas Lembaga riset harus ditingkatkan. Jumlah Pusat Unggulan harus ditingkatkan. Hubungan kelembagaan iptek harus diatur agar hasil penelitian dari lembaga penelitian milik pemerintah dapat diterapkan di badan usaha, terutama dengan industri strategis. Pererat hubungan Ristek, Pendidikan, Industri, BUMN dan lembaga penelitian. Sumber daya iptek perlu diperkuat, terutama sumber pendanaan dari swasta, agar rencana anggaran penelitian dan pengembangan 1% dari GDP yang telah tercantum di MP3EI dapat diwujudkan. Demikian pula jumlah Sumber Daya Manusia Iptek harus diupayakan agar tidak mengalami stagnasi bahkan kemunduruan. Kebijakan zero growth di bidang SDM iptek harus segera diakhiri. Basis data iptek yang tersebar dibeberapa tempat merupakan sumber daya Iptek yang harus dikembangkan dan masing-masing harus saling dapat diakses. Penguatan Sarpras Iptek: Lab, Pusat Peraga Jejaring iptek perlu dikembangkan agar terjadi kerja sama antar lembaga penelitian nasional dari pusat hingga ke daerah dan perlu mengembangkan jejaring internasional. Demikian pula jejaring atar peneliti harus digalang agar terjadi cross feritilization; saling mengisi. SINas & SIDa Perlu diperkuat. Relevansi penelitian harus ditingkatkan dengan semakin mengembangkan konsorsium inovasi. Dengan konsorsium, produktivitas dan relevansi kegiatan penelitian selalu terkait dengan pengguna teknologi. Pendayagunaan Iptek perlu digalakkan dengan membuat kebijakan-kebijakan teknologi yang sinergis dengan kebijakan lainnya untuk mengukung konsorsium litbang.
19
20
22
23
1. Pangan dan Pertanian 2. Ilmu Pengetahuan Alam 3. Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemasyarakatan 4. Teknologi untuk Mengentaskan Kemiskinan (Pro-Poor Technology) 5. Kesehatan, Biologi Molekuler, Bioteknologi, dan Kedokteran 6. Material Industri dan Material Maju 7. Energi, Energi Baru dan Terbarukan 8. Ketenaganukliran dan Pengawasannya 9. Penerbangan dan Antariksa 10. Teknologi Pertahanan dan Keamanan 11. Teknologi Maritim 12. Industri Rancang Bangun dan Rekayasa 13. Ilmu Kebumian dan Perubahan Iklim 14. Teknologi Hijau (Green Technology) 15. Teknologi dan Manajemen Transportasi 16. Teknologi Informatika dan Komunikasi Tambahkan Ilmu sosial dan humaniora
Hasil wawancara
24
25
26
Penguatan Sinas
Sumber: Mesdin Simarmata, Direktur Iptek & Industri Kreatif Bappenas, 2013
Penguatan SINas
didanai dengan APBN; Aturan tentang pendirian perusahaan pemula di lembaga litbang pemerintah; Penghargaan bagi para penghasil paten dan usaha baru sebagai hasil penelitian (angka kredit yang tinggi bagi paten, lisensi); Peneliti meliputi PNS dan Non PNS
29
30
Indikator Input
1. Peningkatan jumlah dan kualitas SDM Iptek; 2. Peningkatan investasi litbang; 3. Modernisasi peralatan lab yang ditentukan berdasarkan kinerja dan tuntutan pasar; 4. Peningkatan jumlah proyek konsorsium riset ; 5. Jumlah pusat-pusat keunggulan iptek.
Indikator Output
1. Jangka pendek dan menengah, diukur melalui keunggulan ilmiah dan jumlah paten & hasil penelitian yg siap diindustrikan (kesiapan Teknologi level 7 9). 2. Jangka panjang, benefit dan impact yang diharapkan dapat diukur melalui: a. Nilai ekonomi: lisensi, spin-off yang, start-up companies yang terbentuk; b. Daya saing Indonesia: meningkatnya capaian index daya saing.