Вы находитесь на странице: 1из 3

Menyelamatkan Hutan Mangrove

Oleh: Rudianto Shut

Pemanfaatan hutan mangrove yang tidak seimbang mengakibatkan luasannya semakin menurun. Kondisi ini tentunya mengancam kelangsungan hidup manusia. Hutan mangrove merupakan sumberdaya alam yang sangat potensial dan mendukung bagi kelangsungan hidup manusia, baik dari segi ekonomi, sosial maupun lingkungan ekologi!. "erfungsi ekologi, hutan mangrove sebagai penghasil se#umlah detritus dan perangkap sedimen dan merupakan habitat berbagai #enis sat$a baik sebagai habitat pokok maupun sebagai habitat sementara. %ungsi ekonomis, dapat bermanfaat sebagai sumber penghasil kayu, bahan arang, alat tangkap ikan dan sumber bahan lain seperti tannin dan pe$arna. &angrove #uga mempunyai peran penting sebagai pelindung pantai dari hempasan gelombang air laut. Oleh karena itu, keberadaan dan kelestarian hutan mangrove sangatlah penting untuk kese#ahteraan manusia. 'alu "agaimana dengan kondisi hutan &angrove di Kalimantan Selatan( "erdasarkan hasil inventariasi dan identifikasi "P )*S "arito didasarkan hasil intrerpretasi citra satelit tahun +,,-, ka$asan mangrove di Kalimantan Selatan yang kondisinya telah terdegradasi rusak! mencapai .,-./,, hektare 0. persen!. )i Kabupaten "arito Kuala, "an#ar, dan 1anah 'aut, seluruh areal ka$asan mangrove rusak. 'ahan mangrove yang tidak rusak hanya di Kabupaten 1anah "umbu dan Kotabaru yang luasnya sekitar .,..+2 hektare 0 persen!. )ata terakhir, hutan mangrove di Kalimantan Selatan tinggal tersisa empat persen atau sekitar 2.3,, hektare "an#armasin Post, +04,2 +,,/!. *rtinya, selama kurun $aktu dua tahun ini hutan mangrove di Kalimantan Selatan berkurang 5 persen atau dengan kata lain kurang lebih dua tahun lagi hutan mangrove di Kalimantan Selatan akan habis bila kecepatan kerusakannya sama. )ari hasil ka#ian "P )*S "arito, faktor utama penyebab kerusakan hutan mangrove adalah faktor tekanan sosial ekonomi penduduk dan tuntutan pasar yang mendorong aktivitas pembukaan areal mangrove. )i antaranya untuk lahan usaha tambak rakyat, penebangan kayu baku untuk bahan bangunan dan arang, serta konversi areal mangrove untuk pembangunan infrastruktur pelabuhan khusus pengangkutan batu bara serta program Pengembangan Ka$asan 6konomi 1erpadu Kapet!. Pengelolaan mangrove idealnya didasarkan atas tiga tahapan utama, yaitu isu ekologi dan sosial ekonomi, isu kelembagaan dan perangkat hukum, serta strategi dan pelaksanaan

rencana. 7su ekologi meliputi dampak ekologis intervensi manusia terhadap ekosistem mangrove. "erbagai dampak kegiatan manusia terhadap ekosistem mangrove harus diidentifikasi, baik yang telah ter#adi maupun yang akan ter#adi di kemudian hari. *dapun isu sosial ekonomi mencakup aspek kebiasaan manusia terutama masyarakat sekitar hutan mangrove! dalam memanfaatkan sumberdaya mangrove. "egitu pula kegiatan industri, tambak, perikanan tangkap, pembuangan limbah, dan sebagainya di sekitar hutan mangrove harus diidentifikasi dengan baik. 7su kelembagaan dan perangkat hukum merupakan proses bagaimana kegiatan ini dapat dilaksanakan oleh para pihak. Koordinasi antarinstansi yang terkait dengan pengelolaan mangrove mendesak untuk dilakukan saat ini. )epartemen Pertanian, )epartemen Kehutanan, dan )epartemen Kelautan dan Perikanan, merupakan lembaga yang sangat berkompeten dalam pengelolaan mangrove. *spek perangkat hukum adalah peraturan dan undang8undang yang terkait dengan pengelolaan mangrove. )alam isu strategi dan pelaksanaan rencana, terdapat dua konsep utama yang dapat diterapkan yang akan memberikan legitimasi dan pengertian bah$a mangrove sangat memerlukan pengelolaan dan perlindungan agar dapat tetap lestari. Kedua konsep tersebut adalah perlindungan hutan mangrove dan rehabilitasi hutan mangrove "engen, +,,.!. Salah satu cara melindungi hutan mangrove adalah dengan menun#uk suatu ka$asan hutan mangrove sebagai ka$asan konservasi, dan sebagai bentuk sabuk hi#au di sepan#ang pantai dan tepi sungai. Kegiatan yang men#adi poin penting perencanaan adalah penataan 9ona, kegiatan reboisasi dan pengembangan sylvofishery. Penataan 9ona adalah pembagian ka$asan ekosistem hutan mangrove men#adi 9ona pemanfaatan dan 9ona perlindungan atau konservasi. Pola pengelolaan ka$asan mangrove, khususnya kegiatan rehabilitasi areal mangrove yang terdegradasi perlu mempertimbangan kebutuhan4 kepentingan sosial8ekonomi masyarakat dalam #angka pendek dan #angka pan#ang. Reboisasi diperlukan untuk ka$asan ekosistem hutan mangrove yang sudah terlan#ur digunakan untuk usaha perikanan tetapi dengan proporsi yang tidak seimbang. Pemilihan #enis tanaman mangrove untuk tu#uan rehabilitasi ka$asan mangrove selain memperhatikan aspek kesesuaian #enis terhadap lingkungan biofisik tempat tumbuh habitat mangrove, #uga perlu mempertimbangkan aspek manfaat sosial ekonomi bagi masyarakat sekitar. 7dentifikasi #enis yang pernah ada di tempat tersebut, adalah cara yang paling mudah untuk kegiatan species site matching. :enis yang biasa ada dan dikembangkan antara lain bakau Rhi9ophora mucronata!, api8api *vicennia sp!, rambai Sonneratia sp!, nipah ;ypa frusticans!, dan pandan laut Pandanus spp!. Penerapan slyvo8fishery di ka$asan ekosistem hutan mangrove diharapkan dapat tetap

memberikan lapangan ker#a bagi petani di sekitar ka$asan tanpa merusak hutan dan adanya pemerataan luas lahan bagi masyarakat. *dapun sistem slyvo8fishery yang dapat diaplikasikan adalah sistem empang parit dan sistem empang inti. Sistem empang parit adalah sistem mina hutan di mana hutan bakau berada di tengan dan kolam berada di tepi mengelilingi hutan. Sebaliknya, sistem empang inti adalah sistem mina hutan dengan kolam di tengah dan hutan mengelilingi kolam. Kegiatan Sylvo8fishery tersebut tetap harus mempertimbangkan kondisi, tata ka$asan dan kondisi $ilayah serta masyarakatnya. )engan garis besar perencanaan tersebut, dengan keterlibatan multipihak dan sektoral diharapkan mampu menyelamatkan dan merehabilitasi hutan mangrove. Kalau tidak sekarang, kapan lagi( Sumber: http:44$$$.ban#armasinpost.co.id4content4vie$4<0.0/4<,04

Вам также может понравиться