Вы находитесь на странице: 1из 66

Askep Anak dg Gangguan Sistem Saraf

A. MAKROANATOMI SISTEM SARAF PUSAT

1. Meninges

Sistem saraf pusat dikelilingi oleh lapisan pembungkus yaitu meninges, berfungsi sebagai pelindung otak dan corda medulla dari kerusakan mekanis serta memberi suplai nutrisi pada sel-sel saraf. Meninges dari luar ke dalam terdapat 3 lapisan yaitu duramater, arachnoidea, dan piamater.

Anatomi otak
Duramater melekat pada dinding tengkorak,

membentuk periosteum. Pada duramater dijumpai dua lipatan besar yang terdapat pada muka interna yaitu falx cerebri dan tentorium cerebelli. Pertemuan dua lipatan tersebut membentuk protuberantia occipitalis interna fibrossa.

Anatomi otak
Arachnoidea merupakan membran lunak hampir

transparan, terdapat diantara duramater dan piamater, mempunyai trabekula sampai ke piamater. Piamater merupakan membran tipis yang terdiri dari jaringan ikat dan pembuluh darah, berguna untuk menyuplai nutrisi. Arachnoid dan piamater saling melekat dan seringkali dipandang sebagai satu membrane yang disebut piaarachnoid (Walter & Sayles, 1959) (Musana, 2010).

Gambar Otak

Lanjutan Encephalon
Terdiri dari
1. Cereberum 2.Cerebelum

3.Brain Steem (medulla oblongata,Pons dan pedenculi

cerebri) 4. Hypothalamus

Lanjutan Encephalon
a. Cerebrum Cerebrum terdiri dari dua hemispherium cerebri, merupakan bagian terbesar dari encephalon. Kedua hemispherium cerebri dipisahkan oleh celah yang dalam yang disebut fisura longitudinale. Cerebrum terdiri dari beberapa lobus sesuai letak tulang yang berada di atasnya, yaitu lobus frontalis, lobus parietalis, lobus temporalis, dan lobus occipitalis (Gambar 3), serta lobus pyriformis yang terletak di ventral. Hemispherium cerebri dipisahkan dari cerebellum dengan adanya fissura transversa. Pada permukaan dorsal terdapat banyak lipatan konveks yang disebut gyri. Gyri merupakan tonjolan-tonjolan yang dipisahkan oleh parit-parit yang dinamakan fisura atau sulki.

Lanjutan Encephalon
b. Cerebellum

Terletak diatas medula oblongata, berbentuk oval. Terdiri atas vermis (di tengah), dua hemispherium di lateralis dipisahkan oleh fissura sagital.

Lanjutan Encephalon
c. Brainstem

Terdiri dari : 1) Medulla Oblongata : Pars posterior dari brainstem, bentuk kerucut 2) Pons : Korpus ujung anterior dari medulla oblongata. 3) Pedenculli cerebri, permukaannya: - Corpora quadrigemina : Corpus yang bulat berjumlah empat - Thalamus : Corpus yang berbentnk oval - Posterior hemispherium cerebri

Lanjutan Encephalon
d. Hipothalamus

Diantara thalamus dan pedenculi cerebri. Berdekatan dengan : - Corpus mammilaris - Tubercinerium : bentukan oval di ujung anterior brainstem - Chiasma nervi optici : berbentuk X yang disusun oleh n. opticus dan tractus opticus (Musana, 2010)

Ventrikel dalam Encephalon :

a. Ventrikel lateral Terdiri atas : - ventrikel I dan II, terdapat di hemispherium cerebri. Berisi corpus callosum, hippocampus, plexus choroideus, dan nucleus caudatus. Ventrikel lateral dengan ventrikel III dihubungkan oleh foramen interventricularis atau nama lainnya foramen Monro (Walter & Sayles, 1959). b. Ventrikel III Mengelilingi thalamus kanan dan kiri. Berhubungan dengan ventrikel IV melalui aquaductus cerebri. c. Ventrikel IV Diantara brainstem dan cerebellum. Di dorsal medulla oblongata membentang ke anterior dan posterior. (Musana, 2010)

Fungsi cereberum

Fungsi otak

3. Medulla Spinalis

- Medulla spinalis merupakan lanjutan dari batang otak (medulla oblongata).Medulla spinalis juga diselubungi meninges. - Mengisi canalis vertebralis dr cervicalis I sampai lumbar V-VII (pada anjing) atau sacralis III (pada kucing) - Tersusun dari substansia grisea pada bagian tengah dan substansia alba pd bagian perifer dan terdapat canalis centralis berada di tengah yang disebut gray commissure. (Samuelson, 2007)

B. MIKROANATOMI SISTEM SARAF PUSAT


Encephalon (cerebrum, cerebellum, dan brainstem) dan medulla

spinalis secara histologi terbagi menjadi dua komponen utama yaitu substansi grisea dan substansi alba. - Substansi grisea : Jaringan saraf berisi banyak perikarya atau soma dari neuron, dendrit, glia, pembuluh darah, dan sedikit serabut saraf yang bermyelin. Karakter utama dari substansi grisea ini berwarna kelabu karena adanya badan sel saraf yang relatif besar, nukleus bulat dikelilingi badan Nissl. Substansi grisea pada otak berada di perifer, membentuk cortex cerebrum dan cerebellum. Tetapi pada medulla spinalis berada di sentral berbentuk H. - Substansi alba: Kontras dengan substansi grisea. Substansi alba berwarna putih, tidak mempunyai perikarya, axon bermyelin secara merata. Terletak pada lapisan dalam otak. Tidak termasuk nuclei dan ganglia. Di otak dalam juga terdapat substansi grisea yang dikelilingi sedikit atau banyak substansi alba, inilah yang disebut nuclei. (Samuelson, 2007)

C. FUNGSI MASING-MASING BAGIAN SISTEM SARAF PUSAT


Otak depan

Menerima dan memproses informasi sensorik, berpikir, memahami, produksi dan pemahaman bahasa, dan pengendalian fungsi motorik. There are two major divisions of forebrain: the diencephalon and the telencephalon . Ada dua divisi utama dari otak depan : - Diencephalon : berisi struktur seperti talamus dan hipotalamus yang bertanggung jawab atas fungsi seperti kontrol motorik, menyampaikan informasi sensorik, dan pengendalian fungsi otonom. - Telencephalon berisi bagian terbesar dari otak, korteks cerebral. Sebagian besar pemrosesan informasi aktual di otak terjadi dalam korteks cerebral.

1. Cerebral Cortex
Di cerebral cortex terdapat enam lapisan yang dapat

dibedakan, membentuk bagian perifer dari hemispherium cerebri. a. Lapisan molecular : berisi serabut saraf yang berasal dari otak bagian lain, paralel dengan permukaan. b. Lapisan granular externa : berisi sel granular (stellate interneuron) kecil dan neuroglia. c. Lapisan piramidal externa : juga berisi neuroglia dan piramidal yang semakin ke dalam semakin besar.

Lanjutan cerebral cortex


d. Lapisan granular interna : relatif tipis, berisi

neuron yang menerima input sensoris. Pada area visual, lapisan ini sangat menonjol. e. Lapisan piramidal interna : tersusun atas sel piramidal besar yang mempunyai jarak antar sel satu dengan yang lain. Sel besar terutama pada area motorik cortex cerebri. f. Lapisan multiformis (fusiformis) : memiliki neuroglia dan neuron yang berbentuk gelendong, tetapi bisa juga memiliki bentuk dan orientasi yang bermacam-macam.

2. Cerebellar Cortex
Dibagi menjadi 3 lapisan yang sedikit bervariasi

tergantung areanya. a. Lapisan pertama (molecular) : berisi neuropil yang berasal dari dari dendrit neuron yang berada di dalam lapisan tengah, dan axon neuron yang berada di dalam lapisan terdalam. b. Lapisan tengah : tipis, terbentuk oleh selapis neuron besar yaitu sel piriformis atau sel Purkinje. Bentuknya seperti botol dan mempunyai cabang dendrit yang sangat besar, memanjang sampai lapisan pertama. c. Lapisan ketiga (granular) : berisi banyak neuron kecil (sel granular), axon menuju arah yang berlawanan dari sel piriformis.

Otak tengah

- Otak tengah dan otak belakang bersama-sama membentuk brainstem. - Otak tengah terlibat dalam tanggapan pendengaran dan visual serta fungsi motorik.

Otak belakang
- Membentang dari sumsum tulang belakang dan

terdiri dari metencephalon dan myelencephalon. - Metencephalon: struktur seperti pons dan serebelum. Daerah ini membantu dalam menjaga keseimbangan ,koordinasi gerakan, dan informasi konduksi sensorik. - Myelencephalon : dari medula oblongata yang bertanggung jawab untuk mengontrol fungsi otonomik seperti pernapasan, denyut jantung, dan pencernaan.

Area Lain Pada Otak


Basal ganglia : Terlibat dalam pengaturan gerakan

sadar Brainstem : Menyampaikan informasi antara saraf tepi dan sumsum tulang belakang ke bagian atas otak. Sulcus Tengah (fisura Rolando) : Alur yang dalam yang memisahkan parietalis dan frontalis lobus. Otak kecil : Kontrol gerakan koordinasi dan keseimbangan Cerebral Cortex : Menerima dan memproses informasi sensorik. Dibagi menjadi lobus korteks cerebral.

Lobus Cortex Cerebral :


-

Lobus frontal : keputusan, pemecahan masalah, dan perencanaan - Lobus oksipital : terlibat dalam penglihatan dan pengenalan warna - Lobus parietal : menerima dan memproses informasi sensorik - Lobus temporal : tanggapan emosional, memori, dan bersuara

Lanjutan cortex cerebri


Amygdala : terlibat dalam respons emosional, sekresi

hormon, dan memori. Cingulate Gyrus : sensor tentang emosi dan pengaturan perilaku agresif. Fornix : pita melengkung dari serabut saraf yang menghubungkan hippocampus dengan hippothalamus. Hippocampus : mengirim memori ke bagian yang tepat dari belahan otak untuk penyimpanan jangka panjang dan memanggil kembali ketika diperlukan. Hypothalamus : mempunyai banyak fungsi penting seperti pengaturan suhu tubuh, rasa lapar, dan homeostasis.

Lanjutan cortex cerebri


Olfactory Cortex : menerima informasi sensorik dari

bulbus olfaktorius dan terlibat dalam identifikasi bau. Thalamus substansi sel kelabu yang menyampaikan sinyal sensoris ke dan dari sumsum tulang belakang dan otak besar. Medulla oblongata : Membantu untuk mengontrol fungsi otonom. Bulbus olfaktorius : Terlibat dalam indera penciuman

Lanjutan cortex cerebri


Kelenjar pineal : Kelenjar endokrin yang berguna

dalam keseimbangan biologis. Mengeluarkan hormon melatonin Kelenjar pituitari : Kelenjar endokrin yang terlibat dalam homeostasis. Mengatur kelenjar endokrin lainnya Pons : Menyampaikan informasi sensorik antara otak besar dan otak kecil Formasi retikular : Serabut saraf yang terletak di dalam brainstem. Mengatur kesadaran dan tidur

Lanjutan cortex cerebri


Substantia Nigra : Membantu untuk mengontrol gerakan

sadar dan pengaturan suasana hati Sistem ventrikel : Menghubungkan sistem internal rongga otak, berisi cairan cerebrospinal: - Aqueductus Sylvius - kanal antara ventrikel III dan ventrikel IV - Plexus choroideus - menghasilkan cairan cerebrospinal - Ventrikel IV - kanal yang melalui pons, medula oblongata, dan cerebellum - Ventrikel lateral ventrikel terbesar dan berlokasi di kedua hemispher cerebri - Ventrikel III - menyediakan jalur untuk aliran cairan cerebrospinal (Bailey, 2010)

Syaraf para sympatic dan sympatic

Syaraf para sympatic dan sympatic

12 Nervus cranialis

1. Nervus Olfactorius => Fungsinya sebagai penciuman => Sifatnya sensorik membawa rangsangan aroma dari hidung ke otak 2. Nervus Optikus => Fungsinya untuk menentukan ketajaman penglihatan dan lapangan pandang mata => Sifatnya sensoris, membawa rangsangan penglihatan ke otak 3. Nervus Okulomotorius => Fungsinya kontraksi pupil, pergerakan bola mata => Sifatnya motorik,mensarafi otot-otot orbital 4. Nervus Troklearis => Fungsinya sebagai saraf pemutar bola mata ke bawah dan dalam => Sifatnya motorik, mensarafi otot-otot orbital

12 Nervus cranialis

5. Nervus Trigeminus => Fungsinya sebagai penggerak => Sifatnya majemuk (sensoris motoris) => Saraf ini mempunyai 3 cabang yaitu : Nervus Optalmikus => Sifatnya sensorik, mensarafi kulit kepala bagian depan, kelopak mata Nervus Maksilaris => Sifatnya sensoris, mensarafi gigi atas, bibir atas, palatum, hidung dan sinus maksilaris Nervus Mandibularis => Sifatnya majemuk, mensarafi otot pengunyah, gigi bawah, dagu dan serabut rongga mulut dan lidah, membawa rangsangan citra rasa ke otak 6. Nervus Abdusen => Fungsinya pergerakan bola mata ke lateral => Sifatnya motoris, mensarafi otot orbital 7. Nervus Facialis => Fungsinya sebagai mimik wajah dan menghantarkan rasa pengecap => Sifatnya majemuk, mensarafi wajah, otot-otot lidah dan selapu lender rongga mulut 8. Nervus Vestibulotroklearis => Fungsinya sebagai pendengaran dan keseimbangan (vestibulo) => Sifatnya sensoris, membawa rangsangan dari telinga ke otak

12 Nervus cranialis

9. Nervus Glasofaringeus => Fungsinya menelan dan membawa rangsangan cita rasa ke otak => Sifatnya majemuk, mensarafi faring, tonsil, dan lidah 10. Nervus Vagus => Fungsinya sebagai perasa => Sifatnya majemuk, mensarafi faring, laring, esofagus, gaster, dan kelenjar pencernaan 11. Nervus Assesorius => Fungsinya untuk mengkaji otot sternokleidomastoideus dan muskulus trapezius 12. Nervus Hipoglosus => Fungsinya pergerakan lidah dalam berbicara dan menelan => Sifatnya motoris, mensarafi otot-otot lidah

Sistem saraf
Sistem Saraf
Sistem Saraf Saraf Pusat 1-Otak 2-Medula Spinalis Saraf tepi 1 -Nn Cranialis(12 psg) 2 -Nn Spinalis(31psg) 3 -Saraf simpatis&Parasimpatis

Pusat Pengendali/ Pengambil keputusan Konduksi Impuls / Memori saraf sensoris saraf motorik (aferen) (eferen)

Askep anak dengan ensefalitis


A.

DEFINISI Beberapa pengertian ensefalitis dari berbagai sumber : 1. Ensefalitis adalah inflamasi pada jaringan otak oleh berbagai macam mikroorganisme. (FKUI, 2000) 2. Ensefalitis adalah radang jaringan otak yang dapat disebabkan oleh bakteri, cacing, protozoa, jamur recketsia atau virus. (Mansjoer, 2000) 3. Ensefalitis merupakan infeksi intracranial dapat melibatkan jaringan otak ( Doenges, 2000 ) 4. Ensefalitis / radang otak adalah infeksi yang terjadi pada jaringan otak( Damayanti, 2004 ) Jadi dapat disimpulkan ensefalitis adalah inflamasi pada jaringan otak yang mengenai SSP yang disebabkan oleh mikroorganisme. Ensefalitis berbeda dengan ensefalopati walaupun secara klinis seringkali mirip. Ensefalopati disebabkan oleh bahan non infeksi misalnya karena keracunan. Diagnosa ensepalitis dapat ditegakkan hanya melalui pemeriksaan mikroskopik jaringan otak.

Pathogenesis
Virus masuk tubuh pasien melalui kulit, saluran nafas dan

saluran cerna. Setelah itu masuk kedalam tubuh, virus akan menyebar keseluruh tubuh dengan beberapa cara : Setempat : virus alirannya terbatas menginfeksi selaput lender permukaan atau organ tertentu. Penyebaran hematogen primer : virus masuk kedalam darah. Kemudian menyebar ke organ dan berkembang biak di organ tersebut. Penyebaran melalui saraf saraf : virus berkembang biak dipermukaan selaput lender dan menyebar melalui system saraf. Masa prodomal berlangsung 1 4 hari ditandai dengan demam, sakit kepala, pusing, muntah, nyeri tenggorokan, malaise, nyeri ekstremitas dan pucat.

Penyebab
Berbagai macam mikroorganisme dapat menimbulkan

ensefalitis, misalnya bacteria, protozoa, cacing, jamur, spirochaeta, dan virus. Bakteri penyebab ensefalitis adalah Staphilococcus aureus, streptokok, E. Coli, M. Tuberculosa dan T. Pallidum. Encephalitis bacterial akut sering disebut encephalitis supuratif akut ( Manjoer, 2000 ). Penyebab lain adalah keracunan arsenic dan reaksi toksin dari thypoid fever, campak dan chiken pox/ cacar air. Penyebab encephalitis yang terpenting dan tersering ialah virus. Infeksi dapat terjadi karena virus langsung menyerang otak, atau reaksi radang akut infeksi sistemik atau vaksinasi terdahulu.

Klasifikasi

Klasifikasi encephalitis berdasarkan jenis virus & epidemiologinya : Infeksi virus yang bersifat endemic 1. Golongan enterovirus : Poliomyelitis, virus Coxsackie, vieus ECHO. 2. Golongan virus Arbo : Western equine encephalitis, St. Louis encephalitis, Eastern equine encephalitis, Japanese B encephalitis, Russian spring summer encephalitis, Murray valley encephalitis. Infeksi virus yang bersifat sporadic : rabies, Herpes simpleks, Herpes zoster, Limfoggranuloma, Mumps, Lymphocytic choriomeningitis, dan jenis lain yang dianggap disebabkan oleh virus tetapi belum jelas. Encephalitis pasca infeksi : pasca morbili, pasca varisela, pasca rubella, pasca vaksinia, psca mononucleosis infeksius, dan jenis jenis lain yang mengikuti infeksi traktus respiratorius yang tidak spesifik. ( Robin cit. Hasan, 1997 ).

Tanda dan Gejala


Gejala berupa trias Encephalitis yang terdiri dari

demam, kejang dan kesadaran menurun ( Mansjoer, 2000 ). Tanda dan gejala encephalitis secara umum: Suhu yang mendadak naik, seringkali ditemukan hiperpireksia. Kesadaran dengan cepat menurun Muntah Kejang kejang, yang dapat bersifat umum, fokal atau twitching saja. ( kejang kejang dimuka ). Gejala gekala serebrum lain, yang dapat timbul sendiri sendiri atau bersama sama, missal paralisis, afasia, dan sebagainya ( Hasan, 1997 ).

Pemeriksaan Penunjang
Biakan
Pemeriksaan serologis Pemeriksaan darah

Punksi lumbal
EEG CT scan

Prognosis dan Komplikasi


Angka kematian untuk ensefalitis ini masih tinggi, berkisar

antara 35 sampai 50 %. Daripada penderita yang hidup 20 sampai 40 % mempunyai komplikasi atau gejala sisa berupa paralisis, pergerakan choreaathetoid , gangguan penglihatan atau gejala neurologis lain. Komplikasi bisa berupa : a.Retardasi mental b.Iritabel c.Gangguan motorik d.Epilepsi e.Emosi tidak stabil f.Sulit tidur g.Halusinasi h.Enuresis i.Anak menjadi perusak dan melakukan tindakan asosial lain

Penatalaksanaan
Isolasi Isolasi betujuan mengurangi stimulus/ rangsangan dari luar sebagai

tindakan pencegahan. Terapi antimikroba, sesuai hasil kultur Obat yang mungkin dianjurkan oleh dokter : 1. Ampicillin : 200 mg / kgBB/24 jam, dibagi 4 dosis 2. Kemicetin : 100 mg/kgBB/24 jam, dibagi 4 dosis 3. Bila encephalitis disebabkan oleh virus ( HSV ), agen antiviral acyclovir secara signifikan dapat menurunkan mortalitas dan morbiditas HSV encephalitis. Acyclovir diberikan secara intravena dengan dosis 30 mg/kgBB per hari dan dilanjutkan selama 10 14 hari untuk mencegah kekambuhan ( Victor, 2001 ). 4. Untuk kemungkinan infeksi sekunder diberikan antibiotika secara polifragmasi.

Mengurangi meningkatnya tekanan intracranial, manajemen edema otak.


1. Mempertahankan hidrasi, monitor balans cairan ; jenis dan

jumlah cairan yang diberikan tergantung keadaan anak. 2. Glukosa 20 %, 10 ml intrvena beberapa klai sehari disuntikan dalam pipa giving set untuk menghilangkan edema otak. 3. Kortikosteroid intramuscular atau intravena dapat juga digunakan untuk menghilangkan edema otak. Mengontrol kejang Obat antikonvulsif diberikan segera untuk memberantas kejang. Obat yang diberikan ialah valium dan atau luminal. 1. Valium dapat diberikan dengan dosis 0,3 0, 5 mg/kgBB/kali. 2. Bila 15 menit belum teratasi/ kejang lagi bisa diulang dengan dosis yang sama 3. Jika sudah diberikan 2 kali dan 15 menit lagi masih kejang, berikan valium drip dengan dosis 5 mg/kgBB/24 jam.

Patofisiologi ensefalitis

Gambar lapisan otak

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN MENINGITIS

A.Pengertian
Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen,

cairan serebrospinal dan spinal column yang menyebabkan proses infeksi pada system syaraf pusat. (Suriadi, 2001). Meningitis adalah inflamasi akut pada meninges dan CSF (Wong, 2003).

B.Etiologi
Bakteri

Pada neonatus, organisme primer penyebab meningitis adalah basil enteric gram negatif, batang gram negatif dan streptokokus grup B. Pada anak yang berusia 3 bulan sampai 5 tahun, organisme primer penyebab meningitis adalah haemophilus influenzae tipe B. Meningitis pada anak yang lebih besar umumnya disebabkan oleh infeksi Neisseria meningitidis atau infeksi stafilokokus.

Faktor Resiko
1.Faktor maternal : ruptur membran fetal, infeksi

maternal pada minggu terakhir kehamilan 2.Faktor imunologi : defisiensi mekanisme imun, defisiensi imunoglobulin, anak yang mendapat obatobat imunosupresi 3.Anak dengan kelainan system saraf pusat, pembedahan atau injury yang berhubungan dengan system persarafan.

C.Patofisiologi
Mikroorganisme penyebab dapat masuk mencapai

membran meningen dengan cara hematogen atau limfogen, perkontuinitatum, retrograd melalui saraf perifer atau dapat langsung masuk CSF. Protein di dalam bakteri sebagai benda asing dapat menimbulkan respon peradangan. Neutropil, monosit, limfosit dan yang lainnya merupakan sel sel sebagai respon peradangan. Eksudat yang terbentuk terdiri dari bakteri bakteri fibrin dan lekosit yang dibentuk di ruang sub arachnoid. Penambahan eksudat di dalam ruang sub arachnoid dapat menimbulkan respon peradangan lebih lanjut dan meningkatkan tekanan intra cranial.

Lanjutan patofisiologi
Eksudat akan mengendap di otak, syaraf-syaraf spinal dan

spinal. Sel sel meningeal akan menjadi edema dan membran sel tidak dapat lebih panjang lagi untuk mengatur aliran cairan yang menuju atau keluar dari sel. Vasodilatasi yang cepat dari pembuluh darah dapat terjadi, sehingga dapat menimbulkan ruptur atau trombosis dinding pembuluh darah. Jaringan otak dapat menjadi infark, sehingga dapat menimbulkan peningkatan tekanan intra kranial lebih lanjut. Proses ini dapat menimbulkan infeksi sekunder dari otak jika bakteri makin meluas menuju jaringan otak sehingga menyebabkan encephalitis dan ganggguan neurologi lebih lanjut (Wong, 2003 dan Pillitteri, 1999).

D.Manifestasi Klinis
1.Neonatus

Demam Letargi Iritabilitas Refleks hisap buruk Kejang Tonus buruk Diare dan muntah Fontanel menonjol Opistotonus

D.Manifestasi Klinis
2.Bayi dan anak kecil

Letargi Iritabilitas Pucat Anoreksia Mual dan muntah Peningkatan lingkar kepala Fontanel menonjol Kejang

3.Anak lebih besar


Sakit kepala

Demam Muntah Iritabilitas Fotofobia Kaku kuduk dan tulang belakang Tanda Kernig positif Tanda Burzinski positif Opistotonus Konfusi Kejang

E.Pemeriksaan Penunjang
1.Pungsi lumbal dan kultur CSS

Jumlah leukosit (CBC) meningkat Kadar glukosa darah menurun Protein meningkat Tekanan cairan meningkat Asam laktat meningkat Glukosa serum meningkat Identifikasi organisme penyebab 2.Kultur darah, untuk menetapkan organisme penyebab 3.Kultur urin, untuk menetapkan organisme penyebab 4.Kultur nasofaring, untuk menetapkan organisme penyebab 5.Elektrolit serum, meningkat jika anak dehidrasi ; Na+ naik dan K+ turun 6.Osmolaritas urin, meningkat dengan sekresi ADH

F.Komplikasi
Hidrosefalus obstruktif

Meningococcal septicemia (meningocemia) Sindrom Water-Friderichsen (septik syok, DIC, perdarahan adrenal bilateral) SIADH (Syndrome Inappropiate AntidiureticHormone) Efusi subdural Kejang Edema dan herniasi serebral Cerebral Palsy Gangguan mental Attention deficit disorder Tuli Buta

G.Penatalaksanaan
Isolasi

1.Terapi antimikroba : antibiotik yang diberikan didasarkan pada hasil kultur, diberikan dengan dosis tinggi 2.Mempertahankan hidrasi optimum : mengatasi kekurangan cairan dan mencegah kelebihan cairan yang dapat menyebabkan edema serebral 3.Mencegah dan mengobati komplikasi : aspirasi efusi subdural (pada bayi), terapi heparin pada anak yang mengalami DIC 4.Mengontrol kejang : pemberian anti epilepsi 5.Mempertahankan ventilasi 6.Mengurangi meningkatnya tekanan intra kranial 7.Penatalaksanaan syok bakterial 8.Mengontrol perubahan suhu lingkungan yang ekstrim 9.Memperbaiki anemia

H.Pengkajian keperawatan
1.Riwayat keperawatan : riwayat kelahiran, penyakit

kronis, neoplasma, riwayat pembedahan pada otak, cedera kepala 2.Pengkajian neurologik 3.Kaji status hidrasi 4.Kaji adanya defisit sensoris 5.Kaji respon keluarga

I.Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul


1.Nyeri kepala b.d peningkatan tekanan intra kranial

2.Hipertermia b.d proses infeksi 3.Perubahan persepsi sensori b.d penurunan tingkat kesadaran 4.Resiko tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan serebral b.d edema serebral 5.Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia, mual, muntah

J.Intervensi Keperawatan
1.Nyeri kepala b.d peningkatan tekanan kranial

Kriteria hasil : Anak akan melaporkan nyeri kepala hilang atau terkontrol Intervensi/rasional : a.Ciptakan lingkungan yang tenang Rasional : Mengurangi reaksi terhadap stimulan dari lingkungan b.Tingkatkan tirah baring Rasional : Menurunkan gerakan yang dapat meningkatkan nyeri c.Dukung untuk menentukan posisi yang nyaman, seperti kepala agak tinggi sedikit Rasional : menurunkan iritasi meningeal d.Kolaborasi : pemberian analgetik Rasional : menghilangkan nyeri yang berat

Lanjutan intervensi keperawtan


2.Hipertermi b.d proses infeksi

Kriteria hasil : suhu badan anak dalam batas normal Intervensi /rasional : a.Ukur suhu badan anak setiap 4 jam Rasional : suhu 38,9 41,1 menunjukkan proses penyakit infeksius b.Pantau suhu lingkungan Rasional : Untuk mempertahankan suhu badan mendekati normal c.Berikan kompres hangat Rasional : Untuk mengurangi demam d.Berikan selimut pendingin Rasional : Untuk mengurangi demam lebih dari 39,5 0C e.Kolaborasi dengan tim medis : pemberian antipiretik Rasional : Untuk emngurangi demam dengan aksi sentralnya di hipotalamus

Lanjutan intervensi keperawtan


3.Perubahan persepsi sensori b.d penurunan tingkat

kesadaran Kriteria hasil : Mempertahankan fungsi persepsi Intervensi/rasional : a.Kaji tingkat kesadaran sensorik Rasional : Tingkat kesadaran sensorik yang buruk dapat meningkatkan resiko terjadinya injury b.Kaji reflek pupil, extraocular movement, respon terhadap suara, tonus otot dan reflek-reflek tertentu Rasional : Penurunan reflek menandakan adanya kerusakan syaraf dan dapat berpengaruh terhadap keamanan pasien c.Hilangkan suara bising Rasional : Menurunkan stimulan dari lingkungan d.Bicara dengan suara yang lembut dan pelan Rasional : dapat membantu pasien dalam berkomunikasi

4.Resiko tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan serebral b.d edema serebral
Kriteria hasil : Perfusi jaringan serebral maksimal Intervensi : a.Observasi tingkat kesadaran dan nilai status neurology setiap 1-2 jam Rasional : Berguna untuk menentukan lokasi dan luasnya penyebaran kerusakan serebral b.Kaji adanya regiditas nukal, gemetar, kegelisahan yang meningkat, kejang Rasional : Merupakan indikasi iritasi meningeal c.Pantau tanda vital Rasional : kehilangan fungsi autoregulasi mungkin dapat mengikuti kerusakan vascular serebral d.Pantau pola dan irama pernafasan Rasional : dapat mengindikasikan peningkatan TIK e.Berikan waktu istirahat antara aktivitas perawatan dan batasi lamanya tindakan Rasional : untuk mencegah kelelahan yang dapat meningkatkan TIK f.Kolaborasi dengan tim medis : pemberian steroid, asetaminofen Rasional : Dapat menurunkan permeabilitas kapiler sehingga pembentukan edema serebral dapat diminimalkan

Lanjutan intervensi keperawtan


5.Resiko perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia, mual, muntah Kriteria hasil : Masukan nutrisi adekuat Intervensi/rasional : a.Kaji kemampuan pasien untuk mengunyah, menelan, batuk dan mengatasi sekresi Rasional : Berpengaruh terhadap pemilihan jenis makanan b.Timbang BB setiap hari Rasional : Menunjukkan status nutrisi c.Auskultasi bising usus Rasional : Menentukan respon makan atau berkembangnya komplikasi d.Anjurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan dalam porsi kecil tapi sering Rasional : meningkatkan proses pencernaan dan toleransi pasien terhadap nutrisi yang diberikan e.Kolaborasi dengan tim gizi Rasional : Merupakan sumber yang efektif untuk mengidentifikasi kebutuhan nutrisi pasien

K.Discharge Planning
1.Ajarkan pada orang tua tentang pemberian obat dan

pemantauan efek samping 2.Ajarkan bagaimana untuk mempertahankan nutrisi yang adekuat ; makanan rendah lemak 3.Jelaskan pentingnya istirahat 4.Ajarkan cara mencegah infeksi 5.Ajarkan pada orang tua untuk memantau komplikasi jangka panjang serta tanda dan gejalanya

Daftar Pustaka

- Ganong, William F. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Jakarta : EGC - Guyton, Athur C. 2008. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit (Human Physiology and Mechanisms of Disease).Jakarta : EGC - Guyton dan Hall.2006.Text Book of Medical Phisiology.Jakarta : EGC - Pearce,Evelyn.2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : PT. Gtamedia Pustaka Utama - Sherwood,Lauralee.2006.Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem.Jakarta :EGC Brunner & Suddarth, 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 Vol. 3 . Jakarta : EGC. Carpenito, L. T, 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 6. Jakarta ; EGC Doengoes, M. E, 1999, Rencana Asuham Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta ; EGC Luckman, J. and Sorensens R.C. 1993. Medical Surgical Nursing a Psychophysiologic approach, Ed : 4. Philadelphia ; WB, Souders Company. Mansjoer, A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Edisi 3 Jakarta : FKUI Pearce Evelyn C. 1997. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : PT. Gramedia. Hidayat, A Alimul. 2005. Pengantar Ilmu Keperwatan Anak, Edisi pertama. Jakarta : Salemba Medika. Bailey, R. (2010). Anatomy of The Brain. Diakses Tanggal 7 April 2010: Http://www.biology.about.com/library/organs/brain. Musana, D. K. (2010). Encephalon dan Nervi Cranialis. Yogyakarta: Presentasi Kuliah Pengantar 6 April 2010 Fakultas Kedokteran Hewan UGM. Samuelson, D. A. (2007). Textbook of Veterinary Histology. Philadelphia: Saunders Elsevier. Walter, H. E., & Sayles, E. P. (1959). Biology of the Vertebrates. New York: The Macmillan Company. Dona L Wong, 2005, Keperawatan paediatric, Jakarta EGC

Вам также может понравиться