Вы находитесь на странице: 1из 3

Delapan Fikrah Ikhwan

Islam beribadah itu akan dibiarkan. Islam berekonomi akan diawasi. Islam berpolitik itu akan dicabut seakar-akarnya M. NATSIR Negara ini rusak karena mencampur aduk urusan agama dan politik, begitu ujar salah sato tokoh politik negeri ini. Sebuah pernyataan yang tentunya menimbulkan banyak pro-kontra di masyarakat, terlebih disampaikan oleh seorang pemimpin daerah. Di luar konteks ada atau tidaknya tendensi dan kepentingan politik di balik pernyataan tersebut, sebagai seorang muslim sudah seharusnya kita menjawab pernytaan tersebut dari aspek sudut pandang islam.

Wamaa arsalnaka illa rohmatan lil alamin Yang artinya : Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam. (Q.S. Al Anbiya : 107) Dari ayat tersebut rasanya sudah cukup jelas untuk memahami apa tujuan diutusnya Rasulullah, beliau adalah rahmat bagi seluruh alam melalui risalah yang dibawa yaitu agama islam. Maka sudah jelas bahwa ajaran islam seharusnya bersifat universal atau syumul, artinya menyentuh setiap sendi kehidupan manusia. Islam tidak hanya bicara tentang ritual-ritual ibadah semata, namun islam lebih dari pada itu, islam juga mengatur bagaimana tatanan sosial, ekonomi, hukum, bahkan politik. Nah untuk poin tentang politik rasanya menjadi hal yang menarik untuk dibahas, pasalnya ada pendapat yang menyebutkan politik itu kotor, bahkan sistem demokrasi itu bidah dan sebagainya, sehingga muncul sebuah cara pandang yang semakin memperburuk citra politik di masyarakat, belum lagi pendapat yang senada dengan tidak mencampuradukan agama dengan politik kian menjamur. Seabagi refrensi untuk memahami bagaimana seharusnya mendefinisikan ajaran islam yang bersifat universal, Hasan Al-Banna telah merumuskan bagaimana konsep gerakan islam yang bertujuan untuk permbaikan ummat, tak hanya sebatas pemaknaan islam sebagai agama tauhid, namun juga pemaknaan islam secara komprehensif dan utuh sehingga menyentuh sisi sosial, ekonomi, polititik dan aspek-aspek yang lain. Konsep tersebut tertuang dalam 8 Fikrah Tarbiyah, yang meliputi : (1) Dawah Salafiyah karena mereka berdawah untuk mengajak kembali (bersama Islam) kepada sumbernya yang jernih dari kitab Allah dan Sunnah RasulNya (2) Thariqah Sunniyyah karena mereka membawa jiwa untuk beramal dengan sunnah yang suci khususnya dalam masalah aqidah dan ibadah- semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan mereka

(3) Hakikat Shufiyah karena mereka memahami asas kebaikan adalah kesucian jiwa, kejernihan hati, kontinuitas amal, berpaling dari ketergantungan kepada makhluk, mahabbah fillah dan keterikatan kepada kebaikan (4) Haiah Siasiyah karena mereka menuntut perbaikan dari dalam terhadap hukum pemerintahan,

meluruskan persepsi yang terkait dengan hubungan ummat Islam terhadap bangsa-bangsa lain di luar negeri, men-tarbiyah bangsa agar memiliki izzah dan menjaga identitasnya (5) Jamaah Riyadhiyah karena mereka sangat memperhatikan masalah fisik dan memahami benar bahwa seorang mukmin yang kuat itu lebih baik daripada seorang mukmin yang lemah (6) Rabithah Ilmiyah Tsaqofiyah karena Islam menjadikan tholabul ilm sebagai kewajiban bagi setiap muslim dan muslimah. Majelis-majelis ikhwan pada dasarnya adalah madrasah-madrasah talim dan peningkatan wawasan. Mahad-mahad yang ada adalah untuk men-tarbiyah fisik, akal dan ruh (7) Syirkah Iqtishodiyah karena Islam sangat memperhatikan perolehan harta dan pendistribusiannya. Inilah yang disabdakan Rasulullah saw: Sebaik-baik harta adalah (yang dipegang) oleh seorang yang sholeh. Barangsiapa yang terbekali oleh hasil keringatnya sendiri, ia menjadi orang yang diampuni. Sesungguhnya Allah menyukai seorang mukmin yang mempunyai pekerjaan. (8) Fikrah Ijtimaiyah karena mereka sangat menaruh perhatian pada segala penyakit yang ada dalam masyarakat Islam dan berusaha menterapi atau mengobatinya Demikianlah, kita bisa melihat bahwa integralitas makna kandungan Islam telah menyatu dengan fikrah kami. Integralitas yang menyentuh semua sisi pembaharuan, dan aktivitas Ikhwan mengarah kepada pemenuhan semua sisi ini. Pada saat orang-orang selain mereka hanya menggarap satu sisi dengan mengabaikan sisi-sisi yang lainnya, maka Ikhwan berusaha menuju kepada sisi-sisi itu semuanya. Ikhwan memahami bahwa Islam memang menuntut mereka untuk memberikan perhatian kepada semua sisi itu. (Risalah Mutamar Al-Khamis) Cuplikan di atas diambil dari Risalah Mutamar Al-Khamis yang diberi sub-judul Fikrah Ikhwanul Muslimin Menghimpun Seluruh Makna Ishlah (Perbaikan) atau Berdasarkan hal di atas kita dapat menyimpulkan betapa IM sejak dari semula oleh pengasasnya, yakni Al-Imam AsySyahid Hasan Al-Banna, telah dicanangkan sebagai sebuah jamaah yang memandang Islam dengan suatu pandangan yang menyeluruh atau syamil. Sehingga sebagai sebuah gerakan iapun bercirikan sebuah gerakan menyeluruh atau harakah syamilah. Ikhwan tidak pernah memperjuangkan Islam parsial atau juzi, sehingga iapun tidak pernah menjadi sebuah gerakan parsial atau harakah juziyah.

Ikhwan tidak pernah dimaksudkan hanya menjadi sebuah dawah salafiyah yang memang mengajak manusia agar kembali kepada keaslian Kitabullah dan Sunnah Rasulullah saw tetapi tanpa kejelasan langkah-langkah untuk mencapainya. Atau hanya bercirikan thariqah sunniyah dalam arti memang mengajak menjalankan amal sesuai sunnah Rasul -terutama dalam aspek aqidah dan ibadah- namun menyepelekan pentingnya mengikuti perkembangan situasi sosial dan politik di tengah masyarakat. Atau hanya bersifat hakikat sufiyah dalam arti concern akan kesucian jiwa namun meninggalkan aktivitas mulia amar maruf nahi munkar. Atau hanya berbentuk haiah siasiyah dalam artian mementingkan pemeliharaan izzah dan identitas ummat namun menyepelekan aspek dawah dan kaderisasi mempersiapkan para calon pemimpin masa depan. Atau hanya bersibuk menjadi jamaah riyadhiyah dalam artian memperhatikan aspek fisik namun mengabaikan upaya pencerdasan ummat. Atau hanya mengembangkan diri menjadi rabithoh ilmiyah tsaqofiyah dalam arti memperhatikan tholabul ilmi lalu mengabaikan aspek operasional dan jihad. Atau hanya menyuburkan diri menjadi syirkah iqtishodiyah dalam arti sanggup melahirkan para kader yang berharta namun lupa tujuan utama perjuangan. Atau hanya berciri fikrah ijtimaiyah dalam arti memiliki kepedulian terhadap masalah syabiyah dan mampu menanggulanginya namun pada saat bersamaan para kadernya memiliki kondisi baitul muslim (keluarga dawah) yang bermasalah. Ikhwan adalah sebuah gerakan dawah atau jamaah yang berusaha memiliki kelengkapan delapan fikrah di atas secara simultan dan utuh. Tidak ada satupun di antara kedelapan fikrah di atas yang barang seharipun dianggap sepele oleh Ikhwan. Sebab pengabaian salah satu saja dari fikrah di atas berarti Ikhwan meninggalkan ciri khas ajaran Dinul Islam yang syamil-kamil-mutakamil (menyeluruh-sempurnasaling menyempurnakan). Dan seluruh fikrah di atas bilamana secara konsisten terpelihara oleh sebuah jamaah, maka dengan sendirinya akan sanggup menghasilkan seluruh sasaran ishlahun nafs bagi setiap kader Ikhwan yang telah digariskan Imam Hasan Al-Banna.

Вам также может понравиться