Вы находитесь на странице: 1из 21

LAPORAN SKILL LAB ORTODONSIA

BLOK ORAL DIAGNOSA DAN RENCANA PERAWATAN PENYAKIT DENTOMAKSILOFASIAL

Pembimbing: drg. Rudi Julianto, M Biomed

Kelompok Tutorial 1: Bimasakti Wahyu Irianto Aisyah Gediyani Permatasari Windhi Tutut M Inetia Fluidayanti Yuni Aisyah Puteri Medina Nanda Utami Nazala Zetta Zettira Rina Wahyu H Gita Putri Kencana Hayyu Safira Fuadillah Haris Mega Prasetyo Rio Faisal Ariady Ilvana Ardiwirastuti Niken Wibawaningtyas Nungky Tias Susanti (121610101074) (121610101098) (121610101088) (121610101001) (121610101006) (121610101007) (121610101011) (121610101012) (121610101013) (121610101014) (121610101076) (121610101095) (121610101099) (121610101105) (121610101106)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS JEMBER TAHUN 2014

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan hidayahNya penulis dapat menyelesaikan laporan tutorial Skill Lab Orthodonsia. Laporan Skill Lab ini disusun sebagai hasil dari kegiatan skill lab yang telah kami laksanakan di blok Oral Diagnosa Dan Rencana Perawatan

Penyakit Dentomaksilofasial ini. Laporan Skill Lab ini tidak mungkin terwujud tanpa adanya kerjasama yang baik dengan pihak-pihak yang terlibat. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada: 1. drg. Rudi Julianto, M Biomed sebagai Dosen Pembimbing yang telah banyak membantu dalam proses Skill Lab. 2. Teman-teman Kelompok Tutorial 1

Jember, 18 April 2014

Penulis

DAFTAR ISI

Kata Pengantar Daftar Isi Identitas Pasien Analisis Diagnosa Ringkasan Daftar Pustaka

......................................................................... ......................................................................... ......................................................................... ......................................................................... ......................................................................... ......................................................................... .........................................................................

1 2 3 4 11 11 12

ORTODONSIA

Menurut The British Society of Orthodontics (1922), Ortodonsia adalah ilmu yang mempelajari pertumbuhan dan perkembangan rahang, muka dan tubuh pada umumnya yang dapat mempengaruhi kedudukan gigi. Juga mempelajari adanya aksi dan reaksi dari pengaruh luar maupun pengaruh dalam terhadap perkembangan, serta pencegahan dan perawatan terhadap perkembangan yang mengalami gangguan atau hambatan dan pengaruh jelek. Tujuan perawatan ortodonti adalah memperbaiki susunan dan kedudukan gigi-geligi untuk mendapatkanhubungan gigi-geligi (fungsi oklusi) yang stabil, perbaikan pengunyahan, keseimbangan otot dan keserasian estetika wajah yang harmonis. Secara umum perawatan ortodonti bertujuan memperbaiki kehidupan pasien dengan mengatasi kesulitan psikososial yang berhubungan dengan penampilan wajah dan gigi. Sebagian besar perawatan ortodontik dilakukan selama periode

pertumbuhan, yaitu antara usia 10 sampai dengan 15 tahun. Oklusi dan posisi dari gigi ditentukan selama periode pertumbuhan itu dan perubahan sesudah pertumbuhan yang terjadi umumnya relatif kecil ( Penampilan wajah dan daya tarik seseorang dapat berpengaruh pada berbagai aspek personal, profesional dan kehidupan sosialnya. Kesadaran terhadap penampilan wajah dan daya tarik seseorang berpengaruh pada meningkatnya permintaan perawatan ortodonti. Keberhasilan perawatan ortodonti sangat ditentukan oleh diagnosis, rencana perawatan, dan mekanoterapi yang tepat. Pengertian diagnosis adalah mempelajari dan menyimpulkan data mengenai problem klinis dengan tujuan menentukan ada/tidaknya keadaan abnormal. Diagnosis ortodonti berbeda dengan diagnosis medis lainnya. Diagnosis medis berhubungan dengan hal-hal yang bersifat patologis/penyakit, sedangkan diagnosis ortodonti berhubungan dengan kelainan yang berhubungan dengan hal-hal menyangkut gigi, rahang dan wajah (dentofasial), terutama kelainan dalam hubungan gigi geligi rahang atas dan rahang bawah (maloklusi).

Untuk menetapkan diagnosis diperlukan pengumpulan data cermat mengenai pasien tersebut diperoleh serta dilakukan daftar masalah seleksi ortodonti. kasus

yang secara

menyeluruh sehingga

Pemeriksaan-

pemeriksaan yang perlu dilakukan untuk menegakkan diagnosis meliputi identitas pasien, anamnesis, pemeriksaan klinis (ekstra oral dan intra oral), pemeriksaan radiografis, analisis model gips gigi, dan analisis fungsional.

LAPORAN SKILL LAB ORTODONSIA

IDENTITAS PASIEN
4

1. Nama Pasien

: Nur Isni

Nama pasien idealnya perlu ditanyakan agar tidak keliru bila ada kesamaan nama dengan klien lain sehingga data perawatan tidak tertukar. Informasi tentang nama pasien juga dapat untuk mengetahui apakah si pasien berasal dari suatu ras, golongan, atau etnis tertentu yang memiliki korelasi terhadap tampilan fisik secara umum, profil wajah, keadaan oklusi gigi-geligi dalam rongga mulut, dan unsur ritual sosial budaya yang terdapat pada sebuah komunitas yang dapat mempengaruhi oklusi gigi geligi.

2. Jenis Kelamin

: Perempuan

Pencatatan jenis kelamin pasien diperlukan berkaitan segi psikologi perawatan. Biasanya pasien wanita lebih sensitif dari pada

pasien lelaki oleh karena itu perawatan harus dilakukan dengan cara yang lebih lemah lembut dari pasien lelaki. Disamping itu pasien wanita lebih memperhatikan secara detil estetika dan keteraturan giginya dari pada pasien laki-laki. Juga karena pasien wanita biasanya lebih tertib lebih sabar dan lebih telaten dari pada pasien lelaki dalam melaksanakan ketentuan perawatan yang akan dijalani.

3. Umur : 9 Tahun Pencatatan umur diperlukan untuk mengetahui apakah pasien masih dalam masa pertumbuhan atau sudah berhenti, mengetahui pertumbuhan gigi-geligi masih termasuk periode gigi susu/decidui, campuran/mixed atau tetap/permanent, mengetahui gigi yang sudah erupsi sudah sesuai dengan umur pasien (menurut umur erupsi gigi), menetapkan jenis alat ortodontik yang tepat untuk digunakan (alat cekat atau lepasan, alat aktif atau fungsional), dan juga untuk memperkirakan waktu /lama perawatan yang diperlukan.

dibutuhkan perawatan aktif dan berapa lama diperlukan untuk periode retensi

4. Tempat Tinggal

: Jl. Gajah mada Gg 12 no. 151

Alamat atau tempat tinggal perlu diketahui agar memudahkan antar-jemput pasien untuk perawatan lanjutan yang akan datang, melakukan perundingan atau edukasi dengan orangtua pasien, mengetahui keadaan sosio-kultural tempat tersebut, tingkat ekonomi setempat, keadaan lingkungan yang mungkin dapat memperngaruhi kondisi pasien.

5. Nama Orang Tua/Wali

: Ahmad Junaidi

Nama orangtua dari pasien perlu ditanyakan tetapi lebih baik jika langsung bertemu dengan orangtua pasien untuk melihat apakah ada variasi atau kelainan yang herediter.

6. Nama operator

: Kelompok Tutorial 1

I. ANALISIS 1.1 Analisis Umum

A. Riwayat Penderita

: Pasien datang ke RSGM ingin merapikan

giginya yang berdesakan pada bagian depan rahang bawah. Pasien pernah menderita tipus pada saat umur 6 tahun (TK Nol Besar). Pasien pernah datang ke dokter gigi untuk mencabutkan gigi rahang atas kanan dan kiri karena goyang beberapa bulan yang lalu.

B. Berat Badan C. Tinggi Badan

: 25 kg : 150 cm

Pemeriksaan klinis berat badan dan tinggi badan adalah untuk memperkirakan pertumbuhan dan perkembangan pasien secara umum serta dari keseimbangan antara berat badan dan tinggi badan operator dapat memperkirakan asupan nutrisi yang dikonsumsi pasien dimana nutrisi berperan penting dalam pertumbuhan.

D. Kebangsaan / Suku

: Indonesia/ jawa

Pencatatan suku bangsa diperlukan karena suatu kelompok suku bangsa atau ras tertentu akan mempunyai ciri-ciri spesifik yang masih termasuk normal untuk kelompok tersebut (misalnya suku bangsa Negroid sedikit protrusif masih termasuk normal).

E. Bentuk Skelet

: Mesomorfik

F. Penyakit Anak-Anak

: Tipus

G. Allergi

: Makanan (Telur dan Mie)

H. Kelainan Endokrin I. Operasi J. Tonsil

: Tidak ada : Tidak pernah : Tidak ada

K. Kelainan sal pernafasan : Tidak ada

1.2 ANALISA LOKAL Extra Oral:

A. Tipe Profil

: Cembung

Menurut Graber (1972) dikenal tiga tipe profil muka yaitu : - Cembung (convex), bila titik petemuan Lcb-Lca berada didepan garis Gl-Pog - Lurus (straight ), bila titik petemuan Lcb-Lca berada tepat pada garis Gl-Pog - Cekung (concave), bila titik petemuan Lcb-Lca berada dibelakang garis Gl-Pog

Untuk menentukan profil muka digunakan 4 titik anatomis Gabella (Gl), Lip Contour atas (Lca), Lip Contour bawah (Lcb) dan Pogonion (pog) serta garis referensi Gl-Pog sebagai acuan :

- Glabella (Gl) : Titik terendah dari dahi terletak pada tengah-tengah diantara alis mata kanan dan kiri. - Lip contour atas (Lca) : Titik terdepan bibir atas. - Lip contour bawah (Lcb) : Tiik terdepan bibir bawah - Pogonion (Pog) : Titik terdepan dari dagu didaerah symphisis mandibula.

Beberapa tipe profil muka menurut Graber

Menurut Schwarz (Boersma,1987) Tipe profil bervariasi masingmasing menjadi : - Cembung (Anteface ) bila titik Sub nasale (Sn) berada di depan titik Nasion (Na) - Lurus (Average face) bila titik Sub nasale (Sn) berada tepat segaris dengan Nasion (Na) - Cekung (Retroface) bila titik Sub nasale (Sn) berada di belakang titik Nasion (Na)

B. Tipe Muka

: Ovoid

C. Tipe Kepala

: Mesosefalik

Tipe muka : Menurut Martin (Graber 1972) dikenal 3 tipe kepala yaitu : - Brahisepali : lebar, persegi - Mesosepali : lonjong / oval - Oligisepali : panjang / sempit

D. Bentuk Muka

: Simentris

Asimetris wajah dapat terjadi secara fisiologis atau patologis. Secara fisiologis misalnya kebiasaan tidur saat bayi terutama yang lahir prematur sehingga meyebabkan perubahan bentuk wajah yang permanen. Asimetris wajah patologis dapat disebabkan tekanan abnormal dalam intra uterus, paralise saraf kranial, fibrous displasia atau gangguan perkembangan herediter. Selain itu asimetris wajah patologis sering juga disebabkan karena infeksi atau trauma. Pada keadaan wajah yang tidak simetris, akan menjadi bahan pertimbangan apakah akan dikoreksi hanya secara ortodonti, atau perlu kombinasi dengan pembedahan.

E. Tonus Otot

: Bibir Atas Normal, Bibir Bawah Normal

Bibir atas dan bawah tetap berkontak dalam keadaan istirahat. Fungsi bibir tersebut berperan sebagai penahan untuk gigi anterior. Relasi bibir atas dan bawah yang terbuka pada saat istirahat menunjukkan adanya ketidakseimbangan otot orofasial.

F. Fonetik

: Normal

10

G. Kebiasaan Jelek

: Tidak Ada

Kebiasaan buruk perlu diperiksa karena dapat menjadi penyebab suatu maloklusi. Suatu kebiasaan yang berdurasi 6 jam perhari, berfrekuensi tinggi dengan intensitas yang terus menerus dapat menyebabkan maloklusi. Maloklusi yang terjadi tergantung pada kebiasaan buruk tersebut, misalnya kebiasaan buruk mengisap ibu jari akan menghasilkan maloklusi yang berbeda dengan kebiasaan mengisap bibir bawah. Ada beberapa macam kebiasaan buruk pada anak-anak, di antaranya adalah mengisap ibu jari atau jari tangan (thumb or finger sucking), mengisap bibir atau menggigit bibir (lip sucking or lip biting), menjulurkan lidah (tongue thrust), bernafas melalui mulut (mouth breathing), lidah diantara gigi (baik anterior maupun posterior) dapat menyebabkan maloklusi yang signifikan.

Intra Oral A. Jar Mukosa Mulut : Normal

Warna membran mukosa diperiksa dengan teliti. Pemeriksaan mukosa bukal paling mudah dilakukan dengan cara menginstruksikan pada pasien untuk membuka mulutnya setengah, kemudian menarik mukosa bukal dengan kaca mulut. Periksa apabila ada lesi yang ditimbulkan oleh keadaan maloklusi gigi geligi pasien seperti RAS.

B. Lidah

: Normal

11

Lidah diamati warna, bentuk, ukuran, dan tekstur. Lidah merupakan bagian yang perlu diamati karena keadaan lidah dapat menimbulkan maloklusi seperti pada kasus makroglosi atau lidah terlalu besar sehingga mengganggu oklusi gigi dan menimbulkan maloklusi di kemudian hari.

C. Palatum

: Normal

Bentuk dan ketinggian dari palatum perlu diamati karena memiliki hubungan dengan kebiasaan buruk pasien yang berdampak pada keadaan rongga mulut misalnya bernafas lewat mulut. Perubahan pola pernapasan dapat mengubah ekuilibrium tekanan pada rahang dan gigi dan mempengaruhi pertumbuhan rahang dan posisi gigi. Lidah tergantung di antara lengkung maksila dan mandibula menyebabkan konstriksi segmen bukal sehingga menyebabkan bentuk v maksila dan palatum yang tinggi. Hal ini dikarenakan kurangnya stimulasi muskulus yang normal dari lidah dan tekanan yang meningkat pada kaninus dan area molar pertama akibat tegangnya muskulus orbicularis oris dan bucinator, segmen bukal maksila tidak berkembang dan memberikan bentuk v pada maksila dan palatum yang tinggi dan pasien biasanya mengalami cross bite posterior.

D. Kebersihan Mulut

: Sedang

Kebersihan

mulut

juga

memprngaruhi

dalam

menentukan

keberhasilan dari perawatan ortodontik. Kebersihan mulut yang terjaga baik merupakan indicator perhatian pasien terhadap gigi nya serta dapat di harapkan adanya kerja sama yang baik dengan pasien. perawatan ortodontik tidak boleh di mulai bila kebersihan moulutnya tidak baik hal ini di sebabkan oleh karna kebersihan mulut yang jelek dengan pemakaian peranti maka akan memperparah keadaan kebersihan mulut, belum tentu ada kerja sama yang baik dengan

12

pasien. Bila kebersihan mulut yang kurang baik maka pasien harus di ajari menjaga kebersihan mulut dan perawatan ortodontik dengan menggunakan peranti harus di tunda dahulu. Perawatan ortodontik dapat di mulai apabilakebersihan mulutnya mencapai standart.

E. Frekwensi Karies

: Sedang

F. Fase Geligi

: Pergantian

1.3 ANALISIS FUNGSIONAL A. Free Way Space B. Path of Closure C. Sendi TMJ D. Pola Atrisi : 4 mm (oklusi sentris= 5,2. rest posisi=5,6) : Normal : Normal : Normal

1.4 ANALISA MODEL A. BENTUK LENGKUNG GELIGI Rahang Atas Rahang Bawah : Normal : Normal

B. JUMLAH LEBAR 4 INSISIVE RAHANG ATAS

Pengukuran lebar 4 insisive diperlukan dalam hal identifikasi apakah pasien mengalami makrodonsia atau mikrodonsia yang nantinya mampu dikaitkan dengan faktor etiologi DDM.Selain itu pengukuran lebar 4 insisive juga diperlukan apabila perhitungan diskrepansi menggunakan brass wire
13

dan

segmental

dirasa

banyak

keraguan,sehingga perhitungan lebar 4 insisive rahang atas untuk menggunakan indeks tabel moyers atau tabel sitepu dalam menentukan available dan required space. Pada pengukuran didapatkan nilai, 28-36 mm = normal < 28 mm = mikrodontia > 36 mm = makrodontia C. PENGHITUNGAN DISKREPANSI MODEL Analisis dari model salah satunya adalah melakukan analisis terhadap Diskrepansi Model. Analisis diskrepansi model merupakan analisis untuk menentukan selisih antara tempat yang tersedia dan tempat yang dibutuhkan yang diukur berdasarkan pada model studi. Hal ini dilakukan bertujuan untuk menentukan adanya kekurangan atau kelebihan tempat dari gigi geligi berdasarkan model studi yang ditujukan untuk menentukan rencana perawatan dari pasien. Langkah pertama dalam analisis ini adalah mengukur lebar mesial distal terbesar gigi menggunakan jangka berujung runcing atau jangka sorong. Analisis Nance mengukur mesial distal setiap gigi yang berada di mesial gigi molar pertama permanen. Jumlah lebar total menunjukkan ruangan yang dibutuhkan untuk lengkung gigi yang ideal. Selanjutnya panjang lengkung rahang diukur menggunakan kawat lunak seperti brass wire atau kawat kuningan. Kawat ini dibentuk melalui setiap gigi, pada geligi posterior melalui permukaan oklusalnya sedangkan pada geligi anterior melalui tepi insisalnya. Jarak diukur mulai mesial kontak molar pertama permanen kiri hingga kanan. Penilaian dilakukan dengan cara membandingkan ukuran panjang lengkung gigi ideal dengan panjang lengkung rahang. Jika hasilnya negatif berarti kekurangan ruangan, jika hasilnya positif berarti terdapat kelebihan ruangan. Teknik lain untuk mengukur panjang lengkung rahang diperkenalkan oleh Lundstrom, yaitu dengan cara membagi lengkung gigi menjadi enam segmen berupa garis lurus untuk setiap dua gigi termasuk gigi molar

14

pertama permanen. Setelah dilakukan pengukuran dan pencatatan pada keenam segmen selanjutnya dijumlahkan. Nilai ini dibandingkan dengan ukuran mesial distal 12 gigi mulai molar pertama permanen kiri hingga kanan. Selisih keduanya menunjukkan keadaan ruangan yang tersisa

Gambar di atas menunjukkan pengukuran lengkung rahang menggunakan Brass Wire

Teknik pengukuran panjang lengkung rahang secara segmental menurut Lundstrom.

15

Dari hasil penghitungan yang dilakukan kelompok kami terhadap model pasien diperoleh hasil bahwa pasien pada rahang atas mendapat hasil kelebihan tempat sebesar 5,32 sedangkan pada rahang bawah pasien didapat hasil kekurangan tempat pada pasien sebesar -2,9.

D. KURVE OF SPEE Merupakan garis imaginer yang ditarik dari insisal edge sampai molar kedua.Kurve of spee dapat ditentukan pada fase geligi tetap .Apabila curve of spee cekung (positif) dapat mengidentifikasikan bahwa terdapat kekurangan tempat dan membutuhkan ekstraksi dalam rencana perawatan selanjutnya.Apabila curve of spee didapatkan cembung (negatif) maka diidentifikasikan terdapat kelebihan tempat dan tidak perlu dilakukan ekstraksi pada rencana perawatan selanjutnya. Kurve of spee tidak dapat dilakukan pada skill lab kami dikarenakan pasien masih dalam fase geligi pergantian dan gigi molar belum erupsi.

E. PERGESERAN GIGI Pergeseran gigi ini dilakukan menggunakan simestroskop dan dibandingkan dengan gigi senama,cara pengukurannya dengan menggeser perlahan simestroskop pada bidang oklusal model secara perlahan.Maka penulisan pada kartu status pun ditulis dengan bandingan gigi senama. Contoh : Insisive lateral regio kanan rahang atas lebih ke mesial dari Insisive lateral regio kiri rahang atas.

Dalam skill lab didapatkan bahwa: (Rahang Atas) : 22 Lebih ke mesial dari 12 26 Lebih ke mesial dari 16 (Rahang Bawah) : 31 Lebih ke mesial dari 42

16

36 Lebih ke mesial dari 46

F. GIGI YANG TERLETAK SALAH Pergerakan gigi mampu kearah dibidang horizontal maupun vertical. Dikatakan versi apabila gigi bergerak pada bidang horizontal yaitu ke arah (palatal/bukal/labial.lingual) saja. Sedangkan pada Rotasi gigi bergerak kearah bidang vertical dan horizontal sehingga ia mampu bergerak kearah mesial / distal disertai ke arah labial / bukal / lingual / palatal. Rotasi memiliki dua tipe yaitu rotasi sentris dan eksentris.Rotasi sentris apabila kedua sisi mesial dan distal gigi bergerak seluruhnya pada sumbunya.Apabila rotasi eksentris salah satu sisi gigi masih berada pada posisinya namun salah satu sisinya bergerak lebih ke mesial atau kedistal disertai ke arah labial/bukal/lingual/palatal.

Dari skill lab kami didapatkan adalah: (Rahang Atas) : Normal

(Rahang Bawah) : 32 Distolabial rotasi eksentris 42 Mesiolingual rotasi eksentris 41 Distolabial rotasi eksentris

G. PERGESERAN GARIS MEDIAN Pergeseran garis median dilihat pada bidang vertical pada model atau bagian depan,bahwa dikatakan apabila garis median bergeser kekanan kita harus mengkoreksi etiologinya tepat diregio kanan,begitu juga sebaliknya untuk bergeser kekiri. Apabila pergeseran garis median < 1mm berarti terdapat letak salah benih dan apabila > 1mm berarti terdapat tanggal prematur.

17

H. KELAINAN KELOMPOK GIGI Kelainan kelompok gigi meliputi berdesakan, supraposisi ( gigi yang erupsi melebihi garis oklusi), infraposisi (gigi yang erupsi yang tidak mencapai garis oklusi).Dalam skill lab didapatkan Berdesakan pada regio anterior rahang bawah.

I. RELASI GELIGI RAHANG ATAS TERHADAP GIGI RAHANG BAWAH Dalam skill lab didapatkan bahwa relasi caninus regio kanan dan kiri tidak ada relasi dikarenakan caninus pasien masih fase geligi sulung.Sedangkan relasi molar kanan pasien adalah relasi netroklusi sedangkan pada molar kiri adalah relasi gigitan tonjol.

J. GIGITAN SILANG Gigitan silang dapat dilihat dari bagian transversal untuk identifikasi gigitan silang posterior,sedangkan dilihat dari bidang vertical untuk identifikasi gigtan silang anterior.Pada skill lab tidak ditemukan gigitan silang pada pasien.

K. OVERBITE DAN OVERJET overbite = jarak vertikal pada insisal edge ra dan rb dengan nilai normal (1-2 mm) sedangkan pada pasien didapatkan 6mm overjet = jarak horisontal pada insisal edge insisive central ra terhadap bidang labial insisive central rb nilai normalnya adalah (2-4 mm).pada pasien didapatkan 4 mm

18

III.

DIAGNOSIS Klasifikasi menurut Angle Kelas I : Dengan berdesakan anterior rahang bawah

Pada maloklusi kelas I angle patokannya diambil dari hubungan molar pertama atas dengan molar pertama rahang bawah. Bila molar pertama atas atau molar pertama bawah tidak ada maka kadang-kadang dilihat dari hubungan kaninus rahang atas dan rahang bawah.

Menurut Devey, kelas I ini dibagi menjadi 5 tipe : a. Klas I tipe 1 : bonjol mesiobukal cusp molar pertama atas terletak pada garis bukal molar pertama bawah dimana gigi anterior dalam keadaan berjejal (crowding dan kaninus terletak lebih ke labial). b. Klas I tipe 2 : hubungan molar pertama atas dan bawah normal dan gigi anterior dalam keadaan protusif. c. Klas I tipe 3 :hubungan pertama molar pertama atas dan bawah normal tetapi terjadi gigitan bersilang anterior. d. Klas I tipe 4 : hubungan pertama molar atas dan bawah normal tetapi terjadi gigitan bersilang posterior. e. Klas I tipe 5 : hubungan molar pertama normal, kemudian pada gigi posterior terjadi migrasi kearah mesial (mesial drift).

IV.

RINGKASAN Pasien kondisi maloklusi dengan kelas 1 angle disertai beredesakan anterior rahang bawah. Tumpang gigit 6 mm (bertambah), jarak gigit 4 mm (normal). Diskrepansi model rahang atas bertambah 5,32 mm dan rahang bawah kekurangan 2,9 mm.

19

DAFTAR PUSTAKA 1. Proffit, W.R., dkk. Contemporary Orthodontic. Edisi III. St. Louis : Mosby, Inc. 2000.hal. 163-170. 2. Graber,T.M. and Swain,B.F.,Orthodontics, Principles and Technique, The C.V. Mosby Co.,St.Louis,Toronto, Princeton,1985

3. Moyers, R.E., Handbook of Ortodontics, 4th.Ed. Year Book Medical Publisher, Inc., Chicago, London, Boca Raton,1988. 4. Moyers, R.E., Handbook of Orthodontics for Student and General Practitioners, 2nd.Ed.,Year Book Medical Publisher, Inc.,Chicago, 1970. 5. Staley, R.N. Textbook f Orthodntic. Edisi I. Philadelphia : W.B. Saunders. 2001. Hal.134-145. 6. Rakosi, T., dkk. Color Atlas of Dental Medicine, Orthodontic-Diagnosis. Edisi I.Germany: Thieme Medical Publishers. 1993. hal. 3-4, 207-235.

20

Вам также может понравиться