Вы находитесь на странице: 1из 20

1.

1 Latar Belakang Dalam era globalisasi saat ini, perkembangan teknologi dan komunikasi yang membuat pasar bebas berkembang kian pesat, mendorong setiap perusahaan untuk bekerja lebih keras agar dapat bersaing dengan perusahaan lain. Terlebih bagi perusahaan milik negara atau biasa disebut BUMN yang memiliki beberapa aturan tersendiri dari pemerintah dalam negerinya, sehingga memiliki keterbatasan-keterbatasan untuk mengembangkan sayap perusahaannya lebih lebar lagi. Perusahaan-perusahaan swasta atau milik asing yang semakin menjamur, membuat perusahaan BUMN semakin kesusahan untuk bergerak karena terhimpit antara aturan dari pemerintah dalam negeri dan kemampuan bersaing perusahaan swasta yang berkembang dengan cukup signifikan. PT Pertamina merupakan perusahaan besar yang tentu saja dikenal masyarakat Indonesia dan mereka tahu bagaimana eksistensinya di pasar minyak dan gas bumi. Kebutuhan akan segala macam bentuk bahan bakar, mulai dari gas dan minyak seperti bahan bakar bensin dan oli menjadi kebutuhan yang high demand. PT Pertamina dulu adalah perusahaan yang dapat melakukan regulasi pasar pada segmen bahan bakar minyak, dalam hal ini yaitu bensin. Di Indonesia hanya terdapat SPBU dari PT Pertamina saja, tidak ada saingan atau kompetitor. Lalu semenjak dikeluarkannya UU Nomor 22 tahun 2001 yang menerangkan bahwa Pertamina tak lagi menjadi satusatunya lembaga yang mengenai perminyakan dan gas di Indonesia. Dari kalimat yang terdapat dalam UU tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa PT Pertamina tidak lagi perusahaan yang mengelola bensin secara tunggal dan membawahi segala bentuk brand lain. Akan tetapi, kedudukan brand PT Pertamina disamakan dengan brand dari perusahaan lain. Semua bentuk perusahaan perminyakan yang berada di Indon[esia dibawahi oleh BP Migas. Serta tak dapat dipungkiri bahwa dengan keluarnya UU tersebut, dirasa sebagai angin segar oleh para kompetitor PT Pertamina yaitu Shell, Petronas, Total, dan lain sebagainya. Hal ini membuat PT Pertamina semakin mengembangkan dirinya untuk mampu bersaing dengan para kompetitor asing tersebut.

1.2 Sejarah Singkat Sejarah Singkat Pertamina UP IV Cilacap Penggunaan minyak bumi saat ini terus berkembang dan semakin meningkat. Minyak bumi merupakan salah satu sumber energi utama yang masih digunakan, terutama untuk pembangkit tenaga listrik dan sebagai bahan bakar untuk berbagai jenis mesin. Konsumsi minyak bumi terus meningkat terutama untuk keperluan dalam negeri, diantaranya mencapai 34% sebagai Bahan Bakar Minyak (BBM) untuk kebutuhan pulau Jawa. Berdasarkan UU No.19/1960 tentang pendirian Perusahaan Negara dan UU No.44/1960 tentang Pertambangan Minyak dan Gas Bumi, maka pada tahun 1961 dibentuk perusahaan negara sektor minyak dan gas bumi, yaitu PN Pertamina dan PN Permina, yang bergerak dalam usaha eksplorasi, eksploitasi, pengolahan dan pemasaran/distribusi.

Pada tahun 1971, terbit UU No.8/1971 yang menetapkan penggabungan kedua perusahaan tersebut menjadi PN Pertamina, sebagai pengelola tunggal dalam pemenuhan kebutuhan minyak dan gas bumi negara. Berdasarkan Peraturan Pemerintah no. 31 th.2003 sebagai amanat dari pasal 60 UU no. 22 th 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi serta akta pendirian PT (PERSERO) PERTAMINA yang dilakukan oleh Menteri Keuangan dilaksanakan pengalihan Badan Hukum serta pengalihan Direksi dan Komisaris. Untuk itu, perlu dibangun unit pengolahan minyak bumi guna memenuhi kebutuhan yang meningkat tersebut. Dalam usaha tersebut, maka pada tahun 1974 dibangunlah kilang minyak yang dirancang untuk mengolah bahan baku minyak mentah dari Timur Tengah, dengan maksud selain untuk mendapatkan produk BBM, juga untuk mendapatkan bahan dasar minyak pelumas dan aspal.

Pembangunan kilang minyak di Cilacap merupakan salah satu dari unitunit pengolahan yang ada di Indonesia. Pertamina Refinery Unit IV Cilacap berada di bawah tanggung jawab Direktorat Pengolahan Pertamina. Refinery Unit IV Cilacap ini merupakan unit pengolahan terbesar dan terlengkap hasil produksinya. Pembangunan kilang minyak di Cilacap dilaksanakan dalam

lima tahap yaitu Kilang Minyak I, Kilang Minyak II, Kilang Paraxylene, Debottlenecking Project, dan Kilang SRU. Unit-unit pengolahan minyak dan gas bumi yang dikelola oleh Pertamina terbagi atas 7 lokasi yaitu : 1. RU I Pangkalan Brandan (Sumatra Utara), sudah tidak beroperasi sejak tahun 2006. 2. RU II Dumai dan Sungai Pakning (Riau), kapasitas 170.000 barrel/hari 3. RU III Plaju dan Sungai Gerong (Sumatra Selatan ), kapasitas 135.000 barrel/hari. 4. RU IV Cilacap (Jawa Tengah), kapasitas 348.000 barrel/hari. 5. RU V Balikpapan (Kalimantan Timur), kapasitas 270.000 barrel/hari. 6. RU VI Balongan (jawa Barat), kapasitas 125.000 barrel/hari. 7. RU VII Kasim (Papua Barat), kapasitas 10.000 barrel/hari Gambar 1.1 Lokasi Refinerry Unit Pertamina Seluruh Indonesia
I II
III VI IV

VII

Kilang Minyak Cilacap didirikan dengan maksud untuk menghasilkan produk BBM dan non-BBM guna memenuhi kebutuhan dalam negeri yang selalu meningkat dan mengurangi ketergantungan terhadap suplai BBM dari luar negeri. Pembangunan kilang minyak di RU IV Cilacap dilaksanakan dalam dalam lima tahap yaitu Kilang Minyak I, Kilang Minyak II, Kilang Paraxylene, Debottlenecking Project, dan Kilang SRU.

1.3 Lokasi Pertamina UP IV Cilacap berlokasi di Jawa Tengah, diman refenery unit nya berada di jalan Letjen HaryonoMT 77Lomanis, Cilacap.

1.4 Bahan Baku Kilang I


Kilang Minyak I didesain untuk menghasilkan produk BBM dan NBM (minyak dasar pelumas dan aspal). Oleh karena itulah bahan baku kilang ini adalah minyak mentah dari Timur Tengah, yaitu Arabian Light Crude (ALC) yang kadar sulfurnya cukup tinggi (sekitar 1,88%/berat). Kandungan sulfur dalam minyak mentah dibutuhkan untuk menjaga stabilitas oksidasi pada komponen Lube Base Oil. Kandungan sulfur dalam aspal juga dapat meningkatkan ketahanan aspal terhadap deformasi dan cuaca yang berubah-ubah. Namun, kandungan sulfur tidak boleh terlalu tinggi supaya tidak menyebabkan korosi pada peralatan proses. Sementara untuk saat ini, bahan baku kilang ini bukan hanya ALC melainkan juga Iranian Light Crude (ILC) dan Basrah Light Crude (BLC). Kilang II Kilang II dirancang terutama untuk mengolah minyak mentah dalam negeri karena sebelumnya minyak mentah dalam negeri diolah di kilang minyak luar negeri kemudian baru masuk kembali ke Indonesia dalam bentuk BBM dan cara seperti ini sangatlah tidak efisien. Kilang ini mengolah minyak mentah dalam negeri yang kadar sulfurnya lebih rendah daripada minyak mentah Timur Tengah. Awalnya, minyak mentah domestik yang diolah merupakan campuran dari 80% Arjuna Crude (kadar sulfurnya 0,1%/berat). Dalam perkembangannya, bahan baku yang diolah adalah minyak cocktail yang merupakan campuran dari minyak mentah dalam dan luar negeri.

1.5 Proses Secara umum diagram proses di PT. Pertamina RU IV ditunjukkan oleh gambar 1.2 ;

LPG Mixed Crude FOC II (domestic& import) 230 MBSD Naphta Gasoline Kerosene Avtur ADO/IDO
LPG

IFO Middle East Crude 118 MBSD

Paraxylene

LSWR Benzene FOC I Paraxylene


Raffinate

HeavyAromate Toluene Base Oil

Long residue LOC I/II/III

Parafinic Minarex Aspal Slack Wax

Deskripsi Proses Unit unit yang terdapat di PT. Pertamina RU IV secara garis besar dapat dibagi menjadi 5 bagian yakni kilang FOC, kilang LOC,IFO kilang Paraxylene, kilang LPG, dan unit utilitas.

1. Kilang FOC Kilang ini berfungsi sebagai penghasil produk bahan bakar minyak seperti gasoline, diesel oil, avtur, kerosene, dan LPG. Unit ini dibagi menjadi 2

unit utama yakni kilang FOC I dan FOC II. Kilang FOC I mengolah Arabian crude oil sementara kilang FOC II mengolah campuran minyak domestic dan minyak impor. Unit unit utama dalam kilang ini ditunjukkan oleh tabel 1.1 Tabel 1.1 Unit Unit Utama di Kilang FOC Unit Terkait Unit 1100 dan 011 Crude Distillating unit (CDU) Fungsi Memisahkan crude oil menjadi fraksi fraksinya (bahan bakar minyak) didasarkan pada Boiling Range Unit 1200 dan 012Naphtha Hydrotreater (NHT) Menghilangkan kontaminan

dalam Naphtha (S,N,O, metal) yang katalis, bersifat unsur racun halide pada serta

menjenuhkan senyawa olefin Unit 1300 Hydrodesulphurizer (HDS) Mengurangi senyawa sulfur

yang masih terdapat pada Light Gas Oil (LGO) dan Heavy Gas Oil (HGO) dari CDU

Unit 1400 dan 014 Platformer Unit

Menaikkan

angka

oktan

menjadi lebih tinggi, untuk capuran blending gasoline atau premium.

Unit 1500 Propane Manufacturing Facilities (PMF)

Memisahkan unsur C1 dan C2 dari gas hasil sampingan dan produk Platformer

digunakan sebagai bahan baku LPG Unit 1600 dan unit 016 Merox Treater unit Sebagai pemurni kerosene

sehingga mencapai smoke point dengan cara menginjeksikan Anti Static Additive

Unit 013 AH Unibon Unit

Memerbaiki

Smoke

Point

kerosene agar tercapai smoke point minimal 17 mm Unit 15 LPG Recovery Unit Memisahkan LPG propane dan LPG butane yang berasal dari unit platformer Unit 018 Thermal Distillate Hydrotreating Unit Mengolah LGO dan HGO dari Visbreaker agar diperoleh

diesel oil dengan indeks sekitar 45 dan flash point tidak kurang dari 1450F Unit 018 Visbreaker Mengolah minyak fraksi berat menjadi fraksi ringan dengan cara cracking menggunakan

media pemanas.

Secara umum, diagram proses di kilang FOC I dan II dapat dilihat pada lampiran. 2. Kilang LOC Kilang ini berfungsi untuk memproduksi Lube base oil yang akan digunakan sebagai bahan baku minyak pelumas. Kilang ini dibagi menjadi 3 unit utama yakni kilang LOC I, LOC II, LOC III. Unit unit utama dalam kilang ini dapat dilihat pada table 1.2 Tabel 1.2 Unit Terkait di Kilang LOC Unit unit terkait High Vacuum Unit Fungsi Memisahkan fraksi Distillate dengan Short Residue. Proses dengan

menggunakan Distilasi vakum untuk menghindari terjadinya cracking Propane Deasphalting Unit Memisahkan fraksi aspal dengan DAO menggunakan prinsip ekstraksi

dengan pelarut propane Furfural Extraction Unit Memisahkan komponen aromatic

pada dasar base oil sehingga memiliki VI dan kestabilan tinggi MEK Dewaxing Unit Memisahkan komponen wax pada bahan dasar base oil sehingga

memiliki pour point yang rendah dengan menggunakan Toluen HTU (Hydrotreating Unit) Menghilangkan komponen impuritis dan juga untuk menaikkan bilangan VI prinsip pelarut ekstraksi MEK dan

Secara umum blok diagram kilang LOC dapat dilihat pada lampiran. 3. Kilang Paraxylene Kilang ini berfungsi untuk memproduksi Paraxylene yang merupakan bahan baku pabrik Purified Terepthalic Acid di Pertamina RU-III yang dapat digunakan sebagai bahan baku pembuat tekstil. Unit unit utama pada kilang ini dapat dilihat pada tabel 1.3

Tabel 1.3 Unit Terkait di Kilang Paraxylene Unit unit terkait Unit R2 Naphtha Hydrotreater Fungsi Memersiapkan heavy naphtha yang terbatas dari kontaminasi berbagai impurities Platformer dan CCR Mengolah senyawa paraffinic dan naphthenic yang terdapat pada

treated naphtha menjadi senyawa aromatic Sulfolane Unit Memisahkan gugus aromat dari

gugus non aromatic

Tatoray Process Unit

Menkonversi

Toluene

menjadi

Benzene dan campuran Xylene Xylene Fractionation Unit Memisahkan capuran antara xylene dengan C9 aromat dan lainnya Paraxylene Extraction Process Unit Proses pemisahan kontinyu untuk adsorbsi isomernya. Isomar Process Unit Proses isomerisasi katalis mengubah C8 aromat menjadi campuran yang seimbang dengan menggunakan noble metal catalyst selektif dari campuran

Secara umum blok diagram kilang Paraxylene dapat dilihat pada lampiran 4. Kilang LPG Kilang ini berfungsi memproduksi LPG untuk kebutuhan masyarakat Indonesia, khususnya yang tinggal di pulau Jawa. Unit unit utama yang ada di kilang ini adalah : 1. Utility 2. Gas treating Unit 3. LPG Recovery 4. Sulfur Recovery 5. Tail Gas Unit 6. Refrigerant Secara umum proses di kilang LPG dapat dilihat pada lampiran

5. Unit Utilitas Unit ini berfungsi sebagai penyedia energi listrik, pengelolaan air untuk seluruh sarana dan prasarana pabrik, pengolahan udara untuk pabrik dan pusat pengolahan limbah pabrik. Unit utilitas terdiri dari 4 unit utama yaitu:

1.Pembangkit Tenaga Listrik 2.Steam Generator Unit 3.Cooling Water System 4.Unit Sistem Udara Tekan

UNIT PENUNJANG PRODUKSI Unit penunjang produksi didirikan bertujuan untuk melengkapi unit utama, membantu kemudahan penanganan unit utama ataupun untuk mengelola produk samping sehingga menghasilkan bahan yang berguna.

A. Oil Movement Unit ini bertanggung jawab dalam menangani pergerakan minyak baik dalam maupun ke luar kilang terlebih dengan kondisi kilang yang memiliki kapasitas pengolahan 348.000 barel/hari. Tugas dan tanggung jawab bagian ini antara lain : Menerima crude oil dan menyalurkannya ke unit FOC I dan FOC II Menerima stream dari unit FOC I dan FOC II Menyiapkan feed untuk secondary processing Menyalurkan produksi dari secondary/tertiary processing Menyalurkan produksi dari kilang ke tangki penampungan Melaksanakan blending produk menjadi finishing produk Pemompaan hasil-hasil minyak ke kapal, Perbekalan Dalam Negeri (PDN), dan Own Use Melakukan slpos/ballast recovery

Untuk menunjang pelaksanaan tugas dan tanggung jawab tersebut, tersedia fasilitas dan peralatan operasi antara lain : Dermaga, untuk bongkar muat crude oil, BBM, dan NBM Tangki-tangki, untuk penampungan crude, produk dan slpos Pipa-pipa, untuk pemompaan feed ke kilang, blending, produk dll

Oil Catcher (CPI), untuk menampung minyak yang tercecer dari bocoran pipa-pipa, pengedrainan tangki, dari parit dan holding basin

Holding basin yang berhubungan dengan CPI berfungsi untuk mengembalikan atau memperbaiki kualitas air buangan, terutama mengembalikan kandungan oksigen

Silencer untuk mengurangi kebisingan Groyne sebagai sarana pelindung pantai dari kikisan gelombang laut

B. Laboratorium Bagian laboratorium memegang peranan penting di kilang, karena dari laboratorium ini data-data tentang raw material dan produk akan diperoleh. Dengan data-data yang diberikan maka proses produksi akan selalu dapat dikontrol dan dijaga standar mutu sesuai dengan spesifikasi yang diharapkan. Bagian laboratorium berada di bawah Manajer Kilang yang mempunyai tugas pokok : Sebagai pengontrol kualitas bahan baku, apakah sudah memenuhi persyaratan yang diperkenankan atau tidak. Sebagai pengontrol kualitas produk, apakah sudah memenuhi standar yang berlaku atau belum. Bahan-bahan yang diperiksa di laboratorium ini adalah : Crude Oil Stream product FOCI/II, LOCI/II/III, dan paraxylene Utilities : water, steam, fuel oil, fuel gas, chemical agent, dan katalis Intermediate product dan finishing product. Dalam pelaksanaan tugas, bagian laboratorium dibagi menjadi Laboratorium Pengamatan, Laboratorium Analitik dan Gas,

Laboratorium Litbang, dan Ren. ADM/ Gudang/ Statistik.

C. Unit Nitrogen Plant Nitrogen pada kilang ini diperlukan untuk CCR sistem dan tangki tailing. Kapasitas Nitrogen plant ini adalah: N2 gas : 800 Nm3/jam N2 liquid : 130 Nm3/jam Udara dilewatkan melalui suction filter untuk menghilangkan debudebu, selanjutnya ditekan dan dimasukkan ke dalam absorber, kemudian didinginkan sampai kira-kira 5oC pada ciller unit.

D. Hot Oil System Unit Walaupun tidak langsung dengan proses, unit ini sangat penting keberadaannya karena merupakan sumber panas bagi unit-unit lain, antara lain untuk menguapkan pelarut pada pelarut recovery. Prinsip operasinya adalah secara kontinyu dalam sirkulasi tertutup.

E. Sour Water Stripper Unit ini berfungsi untuk membersihkan air buangan dari crude distiling unit, hydrodesulfurizer unit dan unit lain yang masih banyak mengandung amoniak, sulfida dan kotoran-kotoran lain berupa sisasisa minyak sehingga apabila langsung dibuang akan memberikan bau dan mengakibatkan terjadinya polusi air. Pada proses pembersihan air ini digunakan LP steam sebagai separating agent (zat pembersih) di dalam packed colom. Hasil atas yang berupa uap/gas sebagai bahan bakar pada crude heater, sedang airnya dikirim ke corrugated plate interceptor (CPI) untuk mengambil minyak yang masih terikat. Unit ini didesain untuk mengolah 32,3 m3/jam (733 ton/hari) sour water dengan perkiraan kandungan H2S sebesar 29 Kg/jam (0,7 ton/hari) dan kandungan NH3 sebesar 7 Kg/jam (0,16 ton/hari).

F. Sulfur Recovery Unit Sulphur Recovery Unit (SRU) didirikan untuk memisahkan acid gas dari amine regeneration di gas treating unit (GTU), dirubah menjadi

H2S dalam bentuk gas menjadi sulfur cair dan dalam bentuk gas sulfur untuk bisa dikirim atau di eksport ke luar negeri. Untuk dapat d produksi kembali menjadi produk yg bermanfaat.. sehingga sangat minim sulfur yg tebruang keluar

G. Tail Gas Unit


` TGU (Tail Gas Unit) dirancang untuk mengolah acid gas dari sulphur recovery unit (SRU). Semua komponen sulfur diubah menjadi H2S untuk dihilangkan di unit PGU absorber, arus recycle kembali ke unit SRU dan sebagian dibakar menjadi jenis sulfur yang terdiri dari SOx kemudian dibuang ke atmosfer.

1.6 Produk Produk produk yang dihasilkan Pertamina RU IV adalah BBM, nonBBM, maupun petrokimia. FOC I dan II memproduksi BBM maupun Non BBM sedangkan LOC I, II, III memproduksi minyak dasar pelumas. KPC memproduksi berbagai macam petrokimia yang komersial. Pada tabel 7.1 dan 7.2 dapat dilihat jenis produk yang diproduksi oleh FOC I, II dan LOC I, II, III serta KPC.

Tabel 7.1 Produk dari FOC I dan II Fuel Oil Complex I BBM Premium Kerosene ADO / IDO Non BBM LPG Avtur Naphtha Long Residu
Sumber : PT. Pertamina RU IV Cilacap

Fuel Oil Complex II BBM Premium Kerosene ADO / IDO IFO Non BBM LPG Naphtha LSWR

Tabel 7.2 Produk dari LOC I, II, III dan KPC LOC I Minarex A LOC II LOC III KPC

Minarex B Slack Wax Parafinic 95 Parafinic 60 Asphalt VGO Slack Wax Minarex H Asphalt VGO Asphalt Slack Wax

Paraxylene Benzene LPG Raffinate Heavy Aromate Toluene

Base Oil Group I HVI 60 HVI 95 HVI 160S HVI 650


Sumber : PT. Pertamina RU IV Cilacap

Base Oil Group II LMO 95 MMO 160S

Base Oil Group III LMO 4 MMO 8

Berikut ini merupakan penjelasan mengenai produk produk yang dihasilkan Kilang Paraxylene Cilacap (KPC): Bahan bahan petrokimia diproduksi oleh KPC menghasilkan 590.000 ton/tahun produk dengan produk utama paraxylene dan benzene serta produk sampingan raffinate, heavy aromate, dan toluene. A. Paraxylene Produk Paraxylene sebagian diekspor ke luar negeri bersama dengan benzene dan sebagian lagi digunakan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku Pusat Aromatik di Pertamina RU III, Plaju. Di kilang tersebut, paraxylene diolah menjadi Purified Therepthalic Acid (PTA) yang selanjutnya dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku bagi industry tekstil. Spesifikasi paraxylene yang dihasilkan dapat dilihat pada tabel 7.3 Tabel 7.3 Spesifikasi Paraxylene Pertamina RU IV Karakteristik Purity, %wt Appeareance at 300C Metode ASTM D 3798 Visual Spesifikasi Min 99,65 C & B without sediment

Bromine Index Color Saybolt Distillation Range 0C Doctor Test Orto Xylene, %wt Meta Xylene, %wt

ASTM D 1492 ASTM D 156 ASTM D 850 ASTM D 235 ASTM D 3798 ASTM D 3798

Max 200 Min +25 20C (include 138,40C) Negative Max 0,1 Max 0,25 Max 0,20

Non Aromatics, %wt ASTM D 3798


Sumber : PT. Pertamina RU IV Cilacap

B. Benzene Benzene dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar industri petrokimia. Produk ini tidak digunakan untuk memenuhi kebutuhan domestic, seluruhnya diekspor ke luar negeri

C. Heavy Aromate Kapasitas produksi Heavy Aromate adalah 11.461 ton/tahun. Produk ini dimanfaatkan sebagai solvent dan dipasarkan di dalam negeri dalam bentuk cair. Spesifikasi Heavy Aromate yang diproduksi oleh Pertamina dapat dilihat pada tabel 7.4 Tabel 7.4 Spesifikasi Heavy Aromate Pertamina RU IV Sifat Warna ASTM Satuan Metode ASTM 1500 Penampakan Spec Gravity 60 /60 F
0 0 0

Spesifikasi D 4 max

Visual ASTM 1298 D

Bening 0,875 0,930

Flash point PMcc Cu Stripp pada 1000C/ 3 jam Mixed Aniline Point Distillation

ASTM D 93 ASTM D 130

130 min No. 1 max

ASTM D 611 ASTM D 86

16 max

IBP FBP Aromatic Content

0 0

C C UOP 744

160 min 350 max 97 min

%berat

Sumber : PT. Pertamina RU IV Cilacap

D. Toluene Produk toluene cair yang diproduksi Pertamina RU IV dipasarkan di dalam negeri sebanyak 12.127 ton/tahunnya. Produk ini dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk pembuatan TNT, solvent, pewarna, pembuatan resin, bahan pembuat parfum, pembuatan plasticizer, dan obat obatan. Spesifikasi toluene yang diproduksi Pertamina RU IV dapat dilihat pada tabel 7.5 Tabel 7.5 Spesifikasi Toluene Pertamina RU IV Sifat Penampakan Satuan Metode Visual Spesifikasi Cairan bening

yang bebas dari sedimen kabut, atau diamati

pada 65 780C Real Desity pada gr/cc ASTM D -4052 0,869 0,873 0,865 0,870 20 max 2 max Tidak ada asam Tidak ada sulfur Tidak lebih dari 10C ASTM D 849 %vol ASTM D 4492 termasuk 110,60C Komposisi Tembaga Total Non Aromatik
Sumber: PT. Pertamina RU IV Cilacap

15,556/15,56 0C Real Density pada 200C Warna Pt.Co Acid Wash Color Keasaman Komponen Sulfur Distillation Range
0

ASTM D - 4052 ASTM D 1209 ASTM D 848 ASTM D 847 ASTM D 853 C ASTM D 850

Passes 1,5% vol max

1.7 Distribusi Kilang Cilacap setiap hari memproduksi bahan bakar 348.000 barel. Sebanyak 60% didistribusikan di Pulau Jawa, sedangkan sekitar 34% dipasok ke seluruh wilayah Indonesia.

Tugas Teknik Migas PT.Pertamina UP IV Cilacap

Disusun Oleh : Kelompok 1. Ahmad Banuaji 2. Erik Saputra 3. Moch. Fariz Dimyati 4. Zurriyati 0611 4041 1494 0611 4041 1499 0611 4041 1505 0611 4041 1515

Dosen Pengajar : Zurohaina, S.T M.T

JURUSAN TEKNIK KIMIA PROGRAM STUDI TEKNIK ENERGI POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA

TAHUN AJARAN 2013

Tugas Teknik Migas PT.Pertamina UP VI Balongan

Disusun Oleh : Kelompok 1. Ahmad Banuaji 2. Erik Saputra 3. Moch. Fariz Dimyati 4. Zurriyati 0611 4041 1494 0611 4041 1499 0611 4041 1505 0611 4041 1515

Dosen Pengajar : Zurohaina, S.T M.T

JURUSAN TEKNIK KIMIA PROGRAM STUDI TEKNIK ENERGI POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA

TAHUN AJARAN 2013

Вам также может понравиться