Вы находитесь на странице: 1из 6

BAB III HASIL

GAMBARAN PENDERITA
A. Identitas Penderita Nama penderita Umur Pekerjaan Alamat Pendidikan Terakhir Jumlah Anak : Agusmawati : 25 tahun : Ibu Rumah Tangga : Desa Tagaraja Sungai Guntung Kecamatan Kateman : Tamat SD : 1 orang

Nama Suami Umur Pekerjaan Pendidikan Terakhir

: Daeng anto : 25 Tahun : Buruh : Tidak Tamat SD

B. Data Subjektif a. Riwayat Nutrisi Pada saat hamil pasien memiliki riwayat susah makan, dan menu makan yang kurang bervariasi. Pasien pada saat hamil pun memiliki berat badan yang kurang. Sehingga pada saat melahirkan si pasien melahirkan bayi dengan berat bdan 2400 gram. Setelah melahirkan dan menyusui pola makan sipasien pun kurang seimbang. Dimana variasi bahan dan cara pengolahan makanan yang sering mmenoton saja. Dimana pada adat dan suku mereka , pada saat menyusui mereka memiliki pantangan pantangan terhadap bahan makanan tertentu. pasien pun tidak sesuai dengan anjuran untuk ibu menyusui. Pasien jarang mengkonsumsi buah buahan, buah yang sering dikonsumsi adalah pisang. Pasien memiliki sedikit tanaman sayuran dirumah seperti kangkung, pucuk ubi, dan ketimun. Maka pasien lebih cendrung menggunakan sayuran sayuran tersebut dalam menu sehari hari. Pasien kurang begitu suka dengan tempe dan tahu. Untuk ikannya pasien lebih sering mengkonsumsi telur dan ikan asin. Sehingga pola makan

b. Riwayat Penyakit Berdasarkan informasi dari bidan desa dan petugas labor Puskesmas Sungai GUntung Kecamatan Kateman Pada kehamilan pasien menderita Kurang Energi Kronik. Pasien sering menderita demam dan memiliki HB yang rendah sehingga sering lemah pada saat hamil.

C. Data Objektif a. Data Anthropometri Berat Badan Tinggi Badan : 37 Kg : 150 cm

b. Pemeriksaan fisik dan klinis Tekanan Darah Bulan November 2013 Bulan Desember 2013 : 70/60 mmHg : 8060 mmHg

c. Hasil pemeriksaan laboratorium Kadar Haemoglobin (Hb) : 10.0 gr/dl

D. Assessment a. Assesment Medis Berdasarkan data- data anthropometri dan hasil pemeriksaan yang terkumpul, baik pemeriksaan fisik maupun pemeriksaan laboratorium, dapat disimpulkan bahwa pasien menderita Kurang Energi Kronik (KEK) dan anemia. b. Assesment Gizi Berat Badan (kg) IMT = Tinggi Badan (m2) 37.0 IMT = (1.50)
2

37.0 = 2.25 = 116,44 kg/m2

Berdasarkan hasil IMT diatas dapat disimpulkan bahwa status gizi pasien masuk dalam ketegori berat badan kurang. IMT < 18,5 18,5 22,9 23,0 23,0 24,9 23,0 29,9 30,0 KATEGORI Berat badan kurang berat badan normal Kelebihan berat badan Beresiko menjadi obes Obes I Obes II

E. Planning a. Kebutuhan Zat Gizi Seharusnya pasien membutuhkan zat gizi yang cukup baik. FAO/WHO menyarankan angka kebutuhan protein yaitu 17 g/hr. Setelah 6 bulan laktasi, sekresi ASI biasanya mengalami penurunan menjadi 500 ml/hr 16 g protein; maka selama laktasi dibutuhkan ptotein sebanyak 160 g/hr 210 g/hr Lemak untuk ibu menyusui memenuhi 20 35 % dari total E. Air pada saat menyusui dibutuhkan 2,5 L/hr untuk mencegah dehidrasi. Pasien seharusnya harus mengkonsumsi 2500 kkal , dan saat ini pasien menyusui Maka ditambah lagi sesuai dengan tabel dibawah.

Penambahan AKG pada ibu menyusui Ibu Menyusui 6 bulan pertama Energi, kkal Protein, g 700 16 6 bulan kedua 500 1 2 Vit. A, RE Vit. C, mg Thiamin, mg Riboflavin, mg Niacin, mg Folate, g Kalsium, mg Besi, mg Iodine, g 350 25 0.3 0.4 3 50 400 2 50 300 10 0.3 0.3 3 40 400 2 50

b. Perencanaan Menu Contoh menu seimbang untuk 1 hari: Waktu 1. Pagi Bubur ayam Telur Ceplok Jus tomat + kurma 2. 10.00 Pudding buah roti Nasi Ayam kari Tempe bacem Tumis daun katu + labu kuning Jeruk 4. 16.00 Bubur kacang hijau Nasi Ikan goreng Pergedel tahu Acar bening Pisang Menu

3. Siang

5. Malam

Untuk pasien yang memiliki IMT rendah adalah makanan yang tepat TKTP (tinggi kalori dan tinggi protein). Pasien harus memenuhi kebutuhan standar pada ibu menyusui dimana ada penambahan 700 kalori dan 16 protein agar ibu tidak mengalami kekurangan zat gizi. Agar dapat memenuhi hal tersebut si ibu harus sering makan, walaupun harus melakukan porsi kecil tapi sering. Kesehatan ibu mendukung untuk menyusui bayinya. Jika selera makan berkurang, si ibu harus berusaha tetap mencoba atau memaksa nya.

Pasien pada studi kasus ini adalah seorang ibu menyusui, yang berumur 25 tahun. Pasien pernah mendapatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas. Pasien yang memiliki latar belakang tamat SD, tapi pasien mengerti akan gizi karena pasien sering membawa anak ke posyandu dan puskesmas. Latar belakang pendidikan seseorang merupakan salah satu unsur penting yang dapat mempengaruhi keadaan gizinya karena dengan tingkat pendidikan tinggi diharapkan pengetahuan / informasi tentang gizi yang dimiliki menjadi lebih baik.

Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan pasien,juga dapat diketahui bahwa pasien memiliki riwayat makan yang kurang baik,. Sewaktu kehamilan pasien tidak mau makan, apalagi makan nasi. Yang lebih sering dikonsumsi pada kehamilan pertama hanya ubi rebus di makan dengan ikan asin goreng, tidak mau minum susu ibu hamil karena tidak mampu membelinya.. Sehingga pada kehamilan pasien juga mengalami kekurangan energi protein. Pada saat menyusui, pasien makan nasi mulai normal. Pasien suka makan sayur namu lebih sering sayur tertentu saja yang ditanam sendiri dirumah, seperti daun singkong, kangkung dan ketimun. Pasien jarang mengkonsumsi tempe dan tahu,dalam 1 bulan itu bisa dihitung berapa kalinya. Dalam keluarga pasien memang sering mengkonsumsi ikan asin dan telur.kebiasaan keluarga pasien yang buruk adalah mengkonsumsi the setiap hati. Makan tanpa the terasa tak bermakna. Dalam beberapa hari ini (3 hari kebelakang ) pasien sering makan ikan asin, telur dan ikan air laut tertentu. Pasien juga suka mengkonsumsi indomie. Alasannya indomie selalu digunakan pada saat darurat atau dana tidak mencukup atau pelarian terakhir. Dari food recall yang dilakukan, makanan yang dikonsumsi satu hari sebelumnya tidak mencukupi dari porsi yang seharusnya. Dengan menggunakan food model dapat diketahui kalau pasien makan nasi waktu siang dan malam 150 gr tetapi proteinnya hanya sekitar 50gr. Menu sarapan paginya yaitu nasi dengan indomie rebus ditambah dengan air the. Menu makan

siangnya yaitu nasi, telur dadar dan ikan asin, bening daun singkong, ditambah pisang.. sedangkan menu makan malamnya yaitu nasi, ikannya sama hanya untuk mengganti kuah buat mie rebus dan lalap ketimun . setiap sela makan mereka selalu saja ada air the. Status gizi juga dipengaruhi oleh faktor ekonomi. Dimana dari hasil wawancara dengan pasien pendapat suami tidak tetap karena dia buruh harian, dalam sebulan sekitar 1 juta 1,5 juta. Tempat tinggal pasien sekarang dikontrak dengan harga kontrak 4 juta setahun. Pasien termasuk tidak mampu karena memiliki kartu jamkesda. Ditambah lagi si ibu hanya sebagai ibu rumah tangga. Keluarga mereka bukan berasal dari wilayah kerja puskesmas sungai guntung. Mereka hanya merantau dan mengadu nasib. Tingkat pendapatan dapat menentukan pola makanan. Orang dengan tingkat ekonomi rendah biasanya akan membelanjakan sebagian besar pendapatan untuk makan, sedangkan dengan tingkat ekonomi tinggi akan berkurang belanja untuk makanan. Pendapatan merupakan faktor yang paling menentukan kualitas dan kuantitas hidangan. Semakin banyak mempunyai uang berarti semakin baik makanan yang diperoleh, dengan kata lain semakin tinggi penghasilan, semakin besar pula persentase dari penghasilan tersebut untuk membeli buah, sayuran dan beberapa jenis makanan lainnya. Dari data anthropometri dan pengukuran status gizi berdasarkan Indeks Masa Tubuh (IMT) dapat dilihat bahwa pasien termasuk dalam kategori kurus (status gizi kurang). Dan memiliki HB sekitar 9 gr%. Pada kasus ini si ibu harus mendapatkan bantuan Susu ibu menyusui. Harus dilakukan konsultasi gizi yang berhubungan dengan gizi seimbang untuk ibu menyusui, makanan yang perlu dihindari selama menyusui dan memberikan suplemen atau vitamin untuk si ibu. Serta selalu memotivasi ibu agar makan yang banyak dan tetap memberikan ASI pada bayinya.

Вам также может понравиться