Вы находитесь на странице: 1из 7

Hormon

adalah substansi kimia dari kelenjar endokrin yang berfungsi mengatur dan

mengkatalisa proses metabolisme di dalam target organ/jaringan. Klasifikasi hormon berdasarkan kegunaannya terbagi menjadi Autokrin (menghasilkan bahan yang merangsang sel itu sendiri) dan Parakrin (menghasilkan bahan yang merangsang sel tetangganya atau sebelahnya).

Empat tahap inaktivasi reseptor hormone yaitu disimpan sementara di endosom, dirusak di lisosom, reseptor alami fosforilasi, dan terakhir, Protein G alami fosforilasi.

Komposisi/struktur kimia hormone terbagi menjadi tiga, yaitu Derivat kolesterol, Derivat tirosin (tiroid & katekolamin) dan Peptida.

Hormon terbagi menjadi dua bagian, yaitu Hormon yang mengikat reseptor di intra sel, mediatornya adalah Kompleks hormon-reseptor. Dan yang kedua adalah Hormon yang mengikat reseptor di transmembran/permukaan sel. Mediatornya adalah cAMP, cGMP, ion kalsium, dan rangkaian reaksi kinase.

Klasifikasi hormon berdasar mekanisme kerja dibagi menjadi beberapa kelompok. Kelompok pertama yaitu Kelompok I, merupakan hormon yang mengikat reseptor intraseluler (langsung menembus sel dan mengikat reseptor dalam sel). Beberapa ciri dari hormon kelompok I yaitu Lokasi reseptor di intrasel, Bersifat lipofilik, Terikat pada protein, Waktu paruh panjang, Fungsinya adalah untuk Sintesis protein, dan mediatornya kompleks. Contoh dari hormone kelompok I adalah Steroid, Tiroid, Asam Retinoat. Hormon Kelompok II, yaitu Hormon yang mengikat reseptor permukaan sel (tidak menembus sel). Ada beberapa ciri hormon kelompok II, diantaranya Ada di transmembran, Lipofobik/Hidrofilik. Tidak terikat pada protein darah, Waktu paruh relative pendek, Fungsinya macam-macam, dan Mediatornya macam-macam. Contoh dari hormone kelompok II terbagi

berdasarkan second messengernya. Yang pertama, Second messengernya cAMP, yaitu Adrenergic catecholamine, z Adrenergic catecholamine, Human chorionic gonadotropin (HCG), dan Angiotensin II. Kemudian yang Second messengernya cGMP, contohnya Atrial Natriuretic Factor (ANF).

cGMP sebagai mediator intrasel (2nd messenger) menghasilkan Guanilil siklase sebagai reseptor yang mengubah GTP menjadi cGMP ANF dan kemudian akan menghasilkan hormon.

Rangkaian reaksi kinase sebagai mediator terbagi menjadi dua. Yang pertama, bila ada tirosin kinase intrinsic/endogen. Contohnya yaitu IGF I, EGF, PDGF, Insulin. Yang kedua, bila tidak ada tirosin kinase intrinsic/endogen. Contohnya GH, LTH, EPO.

Beta Lipotropin ( LPH). Ditemukan hanya di hipofisis dan secara cepat diubah menjadi x LPH dan endorphin. Fungsinya yaitu untuk Lipofisis dan mobilisasi asam lemak dan Zat bakal endorphin.

Hipofisis Posterior menghasilkan dua hormone, yaitu Oksitosin, yang berfungsi untuk kontraksi otot polos mammae dan uterus. Dan Vasopressin yang berfungsi untuk kontraksi pembuluh darah arteriol dan menurunkan ekskresi urine dan dapat menyebabkan Diabetes Insipidus.

Tahap Biosintesis Hormon Tiroid ada empat, yaitu Konsentrasi/Transport/Uptake/Trapping, Oksidasi (butuh NADPH), Yodinasi/Organifikasi: MIT dan DIT 70%, dan yang terakhir adalah Kopling: T4 dan T3 30%.

Auto regulasi hormone tiroid dibagi menjadi tiga, yaitu kadar yodida rendah. Kadar yodida rendah dapat menyebabkan trapping meningkat sehingga rasio T:S meningkat dan untuk membentuk MIT > DIT. Auto regulasi hormone tiroid yang kedua yaitu, bila kadar yodida darah naik maka akan terjadi efek Wolff Chaikoff Block (Gangguan pada fase yodinasi). Dan auto regulasi hormone tiroid yang ketiga adalah pada hewan yang kekurangan yodida lebih mudah goiter daripada cukup yodida.

Contoh penyakit akibat hipotiroidisme yaitu Kreatinisme, Juvenile Myxedema, Myxedema, Hashimoto dan Simple Goiter= Endemic Goiter. Sedangkan contoh penyakit akibat hipertiroidisme yaitu Penyakit Grave (ditemukan LATS).

Ada 3 tahap regulasi PTH, yang pertama adalah Regulasi sintesis (Degradasi pro PTH), Regulasi metabolisme (Degradasi PTH) dan Regulasi sekresi (Sekresi PTH).

Metabolisme PTH ada dua, yaitu Oleh enzim COMT dan MAO. Kemudian metabolit VMA dan metanefrin=feokromositoma Ada beberapa efek Insulin, diantaranya meningkatkan proses glikolisis, glikogenesis. Dan menurunkan proses glukoneogenesis.

Ada beberapa fungsi Glukoagon, diantaranya cAMP memacu transkripsi gen PEP CK, Merangsang glikogemolisis hati, Merangsang lipolisis, ketogenesis & sekresi insulin serta Menghambat glikolisis, TCA dan HMP shunt.

Pada bab ini, saya akan membahas mengenai penyakit hipotiroidisme, khususnya penyakit Hashimoto, bagaimana kegunaan dan penatalaksanaan nya dalam masyarakat.

HASHIMOTO DISEASE Penyakit Hashimoto merupakan suatu proses inflamasi automium pada kelenjar tiroid. Antibodi yang tertuju kepada kelenjar tiroid dan terdiri atas 4 tipe ditemukan dalam serum penderita

penyakit tersebut, namun unsur pengantara terjadinya besi lesi infalamatorik serta sitotoksik tetap belum diketahui. Tanda-tanda dan gejala hipotiroidisme sangat bervariasi, tergantung pada tingkat keparahan kekurangan hormon. Pada awalnya, mungkin gejala jarang terlihat, seperti kelelahan dan kelesuan, atau tanda-tanda menua. Tetapi semakin lama penyakit berlangsung, gejala dan tanda makin jelas. Tanda dan gejala tersebut meliputi: - Kelelahan dan kelesuan - Meningkatkan sensitivitas terhadap dingin - Sembelit - Kulit pucat, kulit kering - Wajah bengkak - Suara parau - Tingkat kolesterol darah tinggi - Nyeri otot, kelembutan dan kekakuan, terutama di bahu dan pinggul - Sakit dan kekakuan pada sendi dan bengkak pada lutut atau sendi kecil di tangan dan kaki - Kelemahan otot - Perdarahan menstruasi yang berkepanjangan (menoragia) - Depresi

Pemeriksaan penunjang yang tidak perlu dilakukan secara rutin dalam menegakkan diagnosa dan untuk mengevaluasi keadaan pasien yaitu: 1. CBC count 2. Pemeriksaan profil lipid total dan fraksi lipid 3. Panel metabolisme basal 4. Kreatin kinase 5. Prolaktin

6. Rontgent dada 7. ECG Penatalaksanaan Yang perlu diperhatikan ialah: a. dosis awal b. cara menaikkan dosis tiroksin Tujuan pengobatan hipotirodisme ialah: 1. Meringankan keluhan dan gejala 2. Menormalkan metabolisme 3. Menormalkan TSH (bukan mensupresi) 4. Membuat T3 dan T4 normal 5. Menghindarkan komplikasi dan risiko Beberapa prinsip dapat digunakan dalam melaksanakan substitusi a. Makin berat hipotiroidisme makin rendah dosis awal dan makin landai peningkatan dosis b. Geriatri dengan angina pektoris,CHF, gangguan irama, dosis harus hati-hati Prinsip substitusi ialah mengganti kekurangan produksi hormon tiroid-endogen pasien. Indikator kecukupan optimal sel ialah kadar TSH normal. Dosis supresi tidak dianjurkan, sebab ada risiko gangguan jantungdan densitas mineral. Tersedia L-Tiroksin (T3), L-triodotironin (T4) maupun pulvus tiroid. Pulvus tidak digunakan lagi karena efeknya sulit diramalkan. T3 tidak digunkan sebagai substitusi karena waktu paruhnya pendek hingga perlu diberikan beberapa kali sehari. Obat oral terbaik ialah T3. Akhir-akhir ini dilaporkan bahwa kombinasi pengobatan T4 dan T3 (50ug T4 diganti 12,5 ug T3) memperpaiki mood dan faal neuropsikologis.

Tiroksin dianjurkan diminum pagi hari dalam keadaan perut kosong dan tidak bersama bahan lain yang mengganggu serapan dari usus. Contohnya pada penyakit sindrom malabsorbsi, short bowel syndrome, sirosis, obat (sukralfat, aluminium hidroksida, kolestiramin, kalsium karbonat, dilantin, rifampisin, fenobarbiturat) meningkatkan sekresi empedu dosis rerata substitusi L-T ialah 112 ug/hari atau 1,6 ug/kgBB atau 100-125 mg sehari. Untuk L-T 25-50 ug. Kadar TSH awal seringkali dapat digunalan patokan dosis pengganti : TSH 20 uU/ml butuh 50-75 ug tiroksin sehari TSH 44-71 uU/ml butuh 100-150.Sebagian besar kasus butuhkan 100-200 ug L-T4 sehari. Prognosis jangka panjang sangat baik. Kebanyakan orang dengan penyakit ini dapat dengan mudah diobati.

Вам также может понравиться