Вы находитесь на странице: 1из 2

TEKANAN UAP LARUTAN

1. Pengertian Tekanan Uap jenuh


Kita tentu mengetahui bahwa air memiliki titik didih 100C. Ketika mendidih, air berubah
menjadi uap air. Akan tetapi, air dapat menguap pada suhu berapa saja, termasuk pada suhu di
bawah 100C. Sebagai contoh, pakaian basah menjadi kering ketika dijemur karena air menguap.
Meskipun demikian, pakaian basah tidak akan kering jika ditempatkan dalam ruangan tertutup
karena ruangan itu akan menjadi jenuh dengan uap air. Pada keadaan jenuh, proses penguapan
tetap berlangsung, tetapi pada saat itu juga terjadi pengembunan dengan laju yang sama. Dengan
kata lain, terdapat kesetimbangan dinamis antara zat cair dengan uap jenuhnya. Tekanan yang
ditimbulkan oleh uap jenuh suatu zat disebut tekanan uap zat.

Besarnya tekanan uap bergantung pada jenis zat dan suhu. Zat yang memiliki gaya tarik-menarik
antarpartikel relatif besar, berarti sukar menguap dan mempunyai tekanan uap yang relatif
rendah, contohnya garam, gula, glikol, dan gliserol. Sebaliknya, zat yang memiliki gaya tarik-
menarik antarpartikel relatif lemah, berarti mudah menguap dan mempunyai tekanan uap yang
relatif tinggi. Zat seperti itu dikatakan mudah menguap atau atsiri (volatile), contohnya etanol
dan eter.

Tekanan uap suatu zat akan bertambah jika suhu dinaikkan. Hubungan ini dapat dipahami
sebagai berikut. Kenaikan suhu menyebabkan energi kinetik molekul-molekul cairan bertambah
besar, sehingga lebih banyak molekul yang dapat meninggalkan permukaan cairan memasuki
fase gas. Akibatnya, konsentrasi uap semakin besar dan dengan demikian tekanan uap semakin
besar.

2. Tekanan Uap Larutan
Bagaimanakah pengaruh zat terlarut terhadap tekanan uap pelarut dan tekanan uap larutan?
Jika zat terlarut bersifat volatil, maka uap di permukaan larutan terdiri atas uap pelarut dan uap
zat terlarut. Akan tetapi, jika zat terlarut sukar menguap, maka uap di permukaan larutan hanya
terdiri dari uap zat pelarut saja.

Komposisi uap di permukaan larutan telah dipelajari oleh seorang kimiawan dari Perancis, yaitu
Francois Marie Raoult (1830-1901). Raoult menemukan bahwa tekanan uap suatu komponen
bergantung pada fraksi mol komponen itu dalam larutan, dengan hubungan sebagai berikut.

P
A
= X
A
P
A
Dengan P
A
= tekanan uap komponen A
P
A
= tekanan uap A murni
X
A
= fraksi mol komponen A

3. Tekanan Uap Larutan Jika Zat Terlarut Sukar Menguap
Jika zat terlarut sukar menguap, maka uap di permukaan larutan terdiri atas uap zat pelarut saja.
Jika demikian, maka tekanan uap larutan sama dengan tekanan uap pelarut. Sesuai dengan
hukum Raoult, tekanan uap pelarut bergantung pada fraksi molnya. Jadi, jika zat terlarut sukar
menguap, maka:

P
larutan
= P
pelarut
= X
pelarut
P
pelarut
P
larutan
= X
pelarut
P
pelarut

Oleh karena fraksi mol pelarut < 1, maka P
larutan
akan lebih rendah daripada P
pelarut
. Dengan kata
lain, zat terlarut yang sukar menguap akan menurunkan tekanan uap pelarut. Selisih antara
tekanan uap pelarut murni (P) dengan tekanan uap larutan (P) disebut penurunan tekanan uap
(P).

P = P - P
Nilai penurunan tekanan uap larutan (P) dapat dikaitkan dengan fraksi mol terlarut sebagai
berikut. Telah diketahui bahwa X
pel
+ X
ter
= 1, sehingga X
pel
= (1 - X
ter
), maka persamaan di atas
dapat ditulis dalam bentuk lain sebagai berikut.

P = P - P
= P - (X
pelarut
P)
= P - { (1 - X
ter
) P}
= P - P + (X
ter
P)
P = X
ter
P

Penurunan tekanan uap merupakan sifat koligatif larutan, artinya bahwa penurunan tekanan uap
tidak bergantung pada jenis zat terlarut, tetapi hanya pada konsentrasinya. Zat terlarut
mengurangi kecenderungan pelarut untuk menguap.

Вам также может понравиться