Otitis Media adalah peradangan pada sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah,tuba Eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid.Otitis media akut (OMA) adalah peradangan telinga tengah dengan gejala dan tanda-tanda yang bersifat cepat dan singkat. ejala dan tanda klinik lokal atau sistemik dapat terjadi secara lengkap atau sebagian, baik berupa otalgia, demam, gelisah, mual, diare, serta otore, apabila telah terjadi perforasi membran timpani. !ada pemeriksaan otos kopik juga dijumpai efusi telinga tengah ("uchman, #$$%). &erjadinya efusi telinga tengah atau inflamasi telinga tengah ditandai dengan membengkak pada membran timpani atau bulging, mobilitas yang terhadapat pada membran timpani, terdapat cairan di belakang membran timpani, dan otore ('erschner, #$$(). Otitis media berdasarkan gejalanya dibagi atas otitis media supuratif dan otitis media non supuratif,dimana masing-masing memiliki bentuk yang akut dan kronis. )elain itu, juga terdapat jenis otitis media spesifik, seperti otitis media tuberkulosa, otitis media sifilitika. Otitis media yang lain adalah otitis media adhesi*a (+jaafar, #$$(). ambar #.,.)kema !embagian Otitis Media ambar #.#. )kema !embagian Otitis Media "erdasarkan ejala Etiologi 1. Bakteri "akteri piogenik merupakan penyebab OMA yang tersering. Menurut penelitian, -.-(./ kasus OMA dapat ditentukan jenis bakteri piogeniknya melalui isolasi bakteri terhadap kultur cairan atau efusi telinga tengah. 'asus lain tergolong sebagai non-patogenik karena tidak ditemukan mikroorganisme penyebabnya. &iga jenis bakteri penyebab otitis media tersering adalah )treptococcus pneumoniae (0$/), diikuti oleh 1aemophilus influen2ae (#.-%$/) dan Mora3ella catarhalis (,$-,./). 'ira-kira ./ kasus dijumpai patogen-patogen yang lain seperti )treptococcus pyogenes (group Abeta-hemolytic), )taphylococcus aureus, dan organisme gram negatif. )taphylococcus aureus dan organisme gram negatif banyak ditemukan pada anak dan neonatus yang menjalani ra4at inap di rumah sakit. 1aemophilus influen2ae sering dijumpai pada anak balita.5enis mikroorganisme yang dijumpai padaorang de4asa juga sama dengan yang dijumpai pada anak-anak ('erschner, #$$(). 2. Virus 6irus juga merupakan penyebab OMA.6irus dapat dijumpai tersendiri atau bersamaan dengan bakteri patogenik yang lain. 6irus yang paling sering dijumpai pada anak-anak, yaitu respiratory syncytial *irus (7)6), influen2a *irus, atau adeno*irus (sebanyak %$-0$/). 'ira-kira ,$-,./ dijumpai parainfluen2a *irus, rhino*irus atau entero*irus. 6irus akan memba4a dampak buruk terhadap fungsi tuba Eustachius, menganggu fungsi imun lokal, meningkatkan adhesi bakteri, menurunkan efisiensi obat antimikroba dengan menganggu mekanisme farmakokinetiknya ('erschner, #$$(). +engan menggunakan teknik polymerase chain reaction (!87) dan *irus specific en2yme-linked immunoabsorbent assay (E9:)A), *irus- *irus dapat diisolasi dari cairan telinga tengah pada anak yang menderita OMA pada (./ kasus ("uchman, #$$%). 3. aktor !isiko ;aktor risiko terjadinya otitis media adalah umur, jenis kelamin, ras, faktor genetik, status sosioekonomi serta lingkungan, asupan air susu ibu (A):) atau susu formula, lingkungan merokok, kontak dengan anak lain, abnormalitas kraniofasialis kongenital, status imunologi, infeksi bakteri atau *irus di saluran pernapasan atas, disfungsi tuba Eustachius, inmatur tuba Eustachiusdan lain-lain ('erschner, #$$(). ;aktor umur juga berperan dalam terjadinya OMA. !eningkatan insidens OMA pada bayi dan anak-anak kemungkinan disebabkan oleh struktur dan fungsi tidak matang atau imatur tuba Eustachius. )elain itu, sistem pertahanan tubuh atau status imunologi anak juga masih rendah. :nsidens terjadinya otitis media pada anak laki-laki lebih tinggi dibanding dengan anak perempuan. Anak-anak pada ras <ati*e American, :nuit, dan :ndigenous Australian menunjukkan pre*alensi yang lebih tinggi dibanding dengan ras lain. ;aktor genetik juga berpengaruh. )tatus sosioekonomi juga berpengaruh, seperti kemiskinan, kepadatan penduduk, fasilitas higiene yang terbatas, status nutrisi rendah, dan pelayanan pengobatan terbatas, sehingga mendorong terjadinya OMA pada anak-anak. A): dapat membantu dalam pertahanan tubuh. Oleh karena itu, anak-anak yang kurangnya asupan A): banyak menderita OMA. 9ingkungan merokok menyebabkan anak-anak mengalami OMA yang lebih signifikan dibanding dengan anak-anak lain. +engan adanya ri4ayat kontak yang sering dengan anak-anak lain seperti di pusat penitipan anak-anak, insidens OMA juga meningkat. Anak dengan adanya abnormalitas kraniofasialis kongenital mudah terkena OMA karena fungsi tuba Eustachius turut terganggu, anak mudah menderita penyakit telinga tengah. Otitis media merupakan komplikasi yang sering terjadi akibat infeksi saluran napas ata s, baik bakteri atau *irus('erschner, #$$(). ". #e$ala Klinis ejala klinis OMA bergantung pada stadium penyakit serta umur pasien. !ada anak yang sudah dapat berbicara keluhan utama adalah rasa nyeri di dalam telinga, di samping suhu tubuh yang tinggi."iasanya terdapat ri4ayat batuk pilek sebelumnya. !ada anak yang lebih besar atau pada orang de4asa, selain rasa nyeri, terdapat gangguan pendengaran berupa rasa penuh di telinga atau rasa kurang mendengar. !ada bayi dan anak kecil, gejala khas OMA adalah suhu tubuh tinggi dapat mencapai %=,.>8 (pada stadium supurasi), anak gelisah dan sukar tidur, tiba- tiba anak menjerit 4aktu tidur, diare, kejang-kejang dan kadang-kadang anak memegang telinga yang sakit. "ila terjadi ruptur membran timpani, maka sekret mengalir ke liang telinga, suhu tubuh turun dan anak tidur tenang (+jaafar, #$$(). !enilaian klinik OMA digunakan untuk menentukan berat atau ringannya suatu penyakit. !enilaian berdasarkan pada pengukuran temperatur, keluhan orang tua pasien yang gelisah dan menarik telinga atau tugging, serta membran timpani yang kemerahan dan membengkak atau bulging. isiologi% &atologi dan &atogenesis Tu'a Eusta()ius ;ungsi abnormal tuba Eustachius merupakan faktor yang penting pada otitis media. &uba Eustachiusadalah saluran yang menghubungkan rongga telinga tengah dengan nasofaring, yang terdiri atas tulang ra4an pada dua pertiga ke arah nasofaring dan sepertiganya terdiri atas tulang (+jaafar, #$$(). &uba Eustachiusbiasanya dalam keadaan steril serta tertutup dan baru terbuka apabila udara diperlukan masuk ke telinga tengah atau pada saat mengunyah, menelan dan menguap. !embukaan tuba dibantu oleh kontraksi muskulus tensor *eli palatini apabila terjadi perbedaan tekanan telinga tengah dan tekanan udara luar antara #$ sampai dengan 0$ mm1g. &uba Eustachiusmempu nyai tiga fungsi penting, yaitu *entilasi, proteksi, dan drainase sekret. 6entilasi berguna untuk menjaga agar tekanan udara dalam telinga tengah selalu sama dengan tekanan udara luar. !roteksi, yaitu melindung telinga tengah dari tekanan suara, dan menghalangi masuknya sekret atau cairan dari nasofaring ke telinga tengah. +rainase bertujuan untuk mengalirkan hasil sekret cairan telinga tengah ke nasofaring(+jaafar, #$$(? 'erschner, #$$(). &atogenesis OMA !athogenesis OMA pada sebagian besar anak-anak dimulai oleh infeksi saluran pernapasan atas (:)!A) atau alergi, sehingga terjadi kongesti dan edema pada mukosa saluran napas atas, termasuk nasofaring dan tuba Eustachius. &uba pada telinga tengah. "ila keadaan demikian berlangsung lama akan menyebabkan refluks dan aspirasi *irus atau bakteri dari nasofaring ke dalam telinga tengah melalui tuba Eustachius. Mukosa telinga tengah bergantung pada tuba Eustachiusuntuk mengatur proses *entilasi yang berkelanjutan dari nasofaring. 5ika terjadi gangguan akibat obstruksi tuba, akan mengakti*asi proses inflamasi kompleks dan terjadi efusi cairan ke dalam telinga tengah. :ni merupakan faktor pencetus terjadinya OMA dan otitis media dengan efusi. "ila tuba Eustachius tersumbat, drainase telinga tengah terganggu, mengalami infeksi serta terjadi akumulasi sekret di telinga tengah, kemudian terjadi proliferasi mikroba patogen pada sekret. Akibat dari infeksi *irus saluran pernapasan atas, sitokin dan mediator-mediator inflamasi yang dilepaskan akan menyebabkan disfungsi tuba Eustachius. 6irus respiratori juga dapat meningkatkan kolonisasi dan adhesi bakteri, sehingga menganggu pertahanan imum pasien terhadap infeksi bakteri. 5ika sekret dan pus bertambah banyak dari proses inflamasi lokal, perndengaran dapat terganggu karena membran timpani dan tulang-tulang pendengarantidak dapat bergerak bebasterhadap getaran. Akumulasi cairan yang terlalu banyak akhirnya dapat merobek membran timpani akibat tekanannya yang meninggi ('erschner, #$$().Obstruksi tuba Eustachiusdapat terjadi secara intraluminal dan ekstraluminal. ;aktor intraluminal adalah seperti akibat :)!A, dimana proses inflamasi terjadi, lalu timbul edema pada mukosa tuba serta akumulasi sekret di telinga tengah. )elain itu, sebagian besar pasien dengan otitis media dihubungkan dengan ri4ayat fungsi abnormal dari tuba Eustachius, sehingga mekanisme pembukaan tuba terganggu. ;aktor ekstraluminal seperti tumor, dan hipertrofi adenoid ('erschner, #$$(). &en*e'a'+,en*e'a' Anak Muda) Terserang OMA +ipercayai bah4a anak lebih mudah terserang OMA dibanding dengan orang de4asa. :ni karena pada anakdan bayi, tubalebih pendek, lebih lebar dan kedudukannya lebih hori2ontal dari tuba orang de4asa, sehingga infeksi saluran pernapasan atas lebih mudah menyebar ke telinga tengah. !anjang tuba orang de4asa %(,. mm dan pada anak di ba4ah umur = bulan adalah ,(,. mm (+jaafar, #$$().:ni meningkatkan peluang terjadinya refluks dari nasofaring menganggu drainase melalui tuba Eustachius. :nsidens terjadinya otitis media pada anak yang berumur lebih tua berkurang, karena tuba telah berkembang sempurna dan diameter tuba Eustschius meningkat, sehingga jarang terjadi obstruksi dan disfungsi tuba. )elain itu, sistem pertahanan tubuh anak masih rendah sehingga mudah terkena :)!A lalu terinfeksi di telinga tengah. Adenoid merupakan salah satu organ di tenggorokan bagian atas yang berperan dalam kekebalan tubuh. !ada anak, adenoid 7elatif lebih besar dibanding orang de4asa. !osisi adenoid yang berdekatan dengan muara tuba Eustachiussehingga adenoid yang besar dapat mengganggu terbukanya tuba Eustachius.)elain itu, adenoid dapat terinfeksi akibat :)!A kemudian menyebar ke telinga tengah melalui tuba Eustachius('erschner, #$$(). Stadiu- OMA OMA dalam perjalanan penyakitnya dibagi menjadi lima stadium, bergantung pada perubahan pada mukosa telinga tengah, yaitu stadium oklusi tuba Eustachius, stadium hiperemis atau stadium pre-supurasi, stadium supurasi, stadium perforasi dan stadium resolusi(+jaafar, #$$(). 1. Stadiu- Oklusi Tu'a Eusta()ius !ada stadium ini, terdapat sumbatan tuba Eustachiusyang ditandai oleh retraksi membran timpani akibat terjadinya tekanan intratimpani negatif di dalam telinga tengah, dengan adanya absorpsi udara. 7etraksi membran timpani terjadi dan posisi Malleus menjadi lebih hori2ontal, refleks cahaya juga berkurang. Edema yang terjadi pada tuba Eustachiusjuga menyebabkannya tersumbat. )elain retraksi, membran timpani kadang- kadang tetap normal dan tidak ada kelainan, atau hanya ber4arna keruh pucat. Efusi mungkin telah terjadi tetapi tidak dapat dideteksi. )tadium ini sulit dibedakan dengan tanda dari otitis media serosa yang disebabkan oleh *irus dan alergi. &idakterjadi demam pada stadium ini (+jaafar, #$$(?+hingra,#$$(). 2. Stadiu- .i,ere-is atau Stadiu- &re+su,urasi !ada stadium ini, terjadi pelebaran pembuluh darah di membran timpani, yang ditandai oleh membran timpani mengalami hiperemis, edema mukosa dan adanya sekret eksudat serosa yang sulit terlihat. 1iperemis disebabkan oleh oklusi tuba yang berpanjangan sehingga terjadinya in*asi oleh mikroorganisme piogenik. !roses inflamasi berlaku di telinga tengah dan membrantimpani menjadi kongesti. )tadium ini merupakan tanda infeksi bakteri yang menyebabkan pasien mengeluhkan otalgia, telinga rasa penuh dan demam. !endengaran mungkin masih normal atau terjadi ganggua n ringan, tergantung dari cepatnya proses hiperemis. 1al ini terjadi karena terdapat tekanan udara yang meningkat di ka*um timpani. ejala-gejala berkisar antara dua belas jam sampai dengan satu hari (+jaafar, #$$(? +hingra, #$$(). 3. Stadiu- Su,urasi )tadium supurasi ditandai oleh terbentuknya sekret eksudat purulen atau bernanah di telinga tengah dan juga di sel-sel mastoid. )elain itu edemapada mukosa telinga tengah menjadi makin hebat dan sel epitel superfisial terhancur. &erbentuknya eksudat yang purulen di ka*um timpani menyebabkan membran timpani menonjol atau bulging ke arah liang telinga luar. !ada keadaan ini, pasien akan tampak sangat sakit, nadi dan suhu meningkat serta rasa nyeri di telinga bertambah hebat. !asien selalu gelisah dan tidak dapat tidur nyenyak. +apat disertai dengan gangguan pendengaran konduktif. !ada bayi demam tinggi dapat disertai muntah dan kejang. )tadium supurasi yang berlanjut dan tidak ditangani dengan baik akan menimbulkan iskemia membran timpani, akibat timbulnya nekrosis mukosa dan submukosa membran timpani. &erjadi penumpukan nanah yang terus berlangsung di ka*um timpani dan akibat tromboflebitis *ena-*ena kecil, sehingga tekanan kapiler membran timpani meningkat, lalu menimbulkan nekrosis. +aerah nekrosis terasa lebih lembek dan ber4arna kekuningan atau yello4 spot. 'eadaan stadium supurasi dapat ditangani dengan melakukan miringotomi. "edah kecil ini kita lakukan dengan menjalankan insisi pada membran timpani sehingga nanah akan keluar dari telinga tengah menuju liang telinga luar. 9uka insisi pada membran timpani akan menutup kembali, sedangkan apabila terjadi ruptur, lubang tempatperforasi lebih sulit menutup kembali. Membran timpani mungkin tidak menutup kembali jikanya tidak utuh lagi (+jaafar, #$$(? +hingra, #$$(). ". Stadiu- &erforasi )tadium perforasi ditandai oleh ruptur membran timpani sehingga sekret berupa nanah yang jumlahnya banyak akan mengalir dari telinga tengah ke liang telinga luar. 'adang- kadang pengeluaran sekret bersifat pulsasi (berdenyut). )tadium ini sering disebabkan oleh terlambatnya pemberian antibiotik dan tingginya *irulensi kuman. )etelah nanah keluar, anak berubah menjadi lebih tenang, suhu tubuh menurun dan dapat tertidur nyenyak.5ika mebran timpani tetap perforasi dan pengeluaran sekret atau nanah tetap berlangsung melebihi tiga minggu, maka keadaan ini disebut otitis media supuratif subakut. 5ika kedua keadaan tersebut tetap berlangsung selama lebih satu setengah sampai dengan dua bulan, maka keadaan itu disebut otitis media supuratif kronik (+jaafar, #$$(? +hingra, #$$(). /. Stadiu- !esolusi 'eadaan ini merupakan stadium akhir OMA yang dia4ali dengan berkurangnya dan berhentinya otore. )tadium resolusi ditandai oleh membran timpani berangsur normal hingga perforasi membran timpani menutup kembali dan sekret purulen akan berkurang dan akhirnya kering. !endengaran kembali normal. )tadium ini berlangsung 4alaupun tanpa pengobatan, jika membran timpani masih utuh, daya tahan tubuh baik, dan *irulensi kuman rendah. Apabila stadium resolusi gagal terjadi, maka akan berlanjut menjadi otitis media supuratif kronik. 'egagalan stadium ini berupa perforasi membran timpani menetap, dengan sekret yang keluar secara terus-menerus atau hilang timbul.Otitis media supuratif akut dapat menimbulkan gejala sisa berupa otitis media serosa. Otitis media serosa terjadi jika sekret menetap di ka*um timpani tanpa mengalami perforasi membran timpani (+jaafar, #$$(? +hingra, #$$(). Diagnosis Kriteria Diagnosis OMA Menurut 'erschner (#$$(), kriteria diagnosis OMA harus memenuhi tiga hal berikut, yaitu@ ,. !enyakitnya muncul secara mendadakdan bersifat akut. #. +itemukan adanyatanda efusi. Efusi merupakan pengumpulan cairan di telinga tengah. Efusi dibuktikan dengan adanya salah satu di antara tanda berikut, seperti menggembungnya membran timpani ataubulging, terbatas atau tidak ada gerakan pada membran timpani, terdapat bayangan cairan di belakang membran timpani, Adan terdapat cairan yang keluar dari telinga. %. &erdapattanda atau gejala peradangan telinga tengah, yang dibuktikan dengan adanya salah satu di antara tanda berikut, seperti kemerahan atau erythemapada membran timpani, nyeri telingaatau otalgia yang mengganggu tidur dan akti*itas normal. Menurut 7ubin et al. (#$$B), keparahan OMA dibagi kepada dua kategori, yaitu ringan - sedang, dan berat. 'riteria diagnosis ringan-sedang adalah terdapat cairan di telinga tengah, mobilitas membran timpani yang menurun, terdapat bayangan cairan di belakang membran timpani, membengkak pada membran timpani, dan otore yang purulen. )elain itu, juga terdapat tanda dan gejala inflamasi pada telinga tengah, seperti demam, otalgia, gangguan pendengaran, tinitus, *ertigo dan kemerahan pada membran timpani. &ahap berat meliputi semua kriteria tersebut, dengan tambahan ditandai dengan demam melebihi %=,$>8, dan disertai dengan otalgia yang bersifat sedang sampai berat. &e-'eda)an &erdapat beberapa tindakan pembedahan yang dapat menangani OMA rekuren, seperti miringotomi dengan insersi tubatimpanosintesis, dan adenoidektomi ("uchman, #$$%). 1. Miringo to-i Miringotomi ialah tindakan insisi pada pars tensa membran timpani, supa ya terjadi drainase sekret dari telinga tengah ke liang telinga luar. )yaratnya adalah harus dilakukan secara dapat dilihat langsung, anak harus tenang sehingga membran timpani dapat dilihat dengan baik. 9okasi miringotomi ialah di kuadran posterior-inferior. "ila terapi yang diberikan sudah adekuat, miringotomi tidak perlu dilakukan, kecuali jika terdapat pus di telinga tengah (+jaafar, #$$(). :ndikasi miringostomi pada anak dengan OMA adalah nyeri berat, demam, komplikasi OMA seperti paresis ner*us fasialis, mastoiditis, labirinitis, dan infeksi sistem saraf pusat. Miringotomi merupakan terapi third-linepada pasien yang mengalami kegagalan terhadap dua kali terapi antibiotik pada satu episode OMA. )alah satu tindakan miringotomi atau timpanosintesis dijalankan terhadap anak OMA yang respon kurang memuaskan terhadap terapi second-line, untuk menidentifikasi mikroorganisme melalui kultur ('erschner, #$$(). 2. Ti-,anosintesis Menurut "luestone (,==-) dalam &itisari (#$$.), timpanosintesismerupakan pungsi pada membran timpani, dengan analgesia lokal supaya mendapatkan sekret untuk tujuan pemeriksaan. :ndikasi timpanosintesis adalah terapi antibiotik tidak memuaskan, terdapat komplikasi supuratif, pada bayi baru lahir atau pasien yang sistem imun tubuh rendah. Menurut "uchman (#$$%), pipa timpanostomi dapat menurun morbiditas OMA seperti otalgia, efusi telinga tengah, gangguan pendengaran secara signifikan dibanding dengan plasebo dalam tiga penelitian prospertif, randomi2ed trialyang telah dijalankan. 3. Adenoidekto-i Adenoidektomi efektif dalam menurunkan risiko terjadi otitis media dengan efusi dan OMA rekuren, pada anak yang pernah menjalankan miringotomi dan insersi tuba timpanosintesis, tetapi hasil masih tidak memuaskan. !ada anak kecil dengan OMA rekuren yang tidak pernah didahului dengan insersi tuba, tidak dianjurkan adenoidektomi, kecuali jika terjadi obstruksi jalan napas dan rinosinusitis rekuren ('erschner, #$$(). Ko-,likasi )ebelum adanya antibiotik, OMA dapat menimbulkan komplikasi, mulai dari abses subperiosteal sampai abses otak dan meningitis. )ekarang semua jenis komplikasi tersebut biasanya didapat pada ot itis media supuratif kronik. Mengikut )hambough (#$$%) dalam +jaafar (#$$.), komplikasi OMA terbagi kepada komplikasi intratemporal (perforasi membran timpani, mastoiditis akut, paresis ner*us fasialis, labirinitis, petrositis), ekstratemporal (abses subperiosteal), dan intracranial (abses otak, tromboflebitis). &en(ega)an &erdapat beberapa hal yang dapat mencegah terjadinya OMA. Mencegah :)!A pada bayi dan anak-anak, menangani :)!A dengan pengobatan adekuat, menganjurkan pemberian A): minimal enam bulan, menghindarkan pajanan terhadap lingkungan merokok, dan lain-lain ('erschner, #$$().