DARAH DI PUSKESMAS PANONGAN KAB. MAJALENGKA TAHUN 2012
Oleh : SUJANA 4201.0111.B.036
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) CIREBON CIREBON 2012
HUBUNGAN MOTIVASI PENDERITA DIABETES MELLITUS DENGAN PERILAKU (MENGONTROL) KADAR GULA DARAH DI PUSKESMAS PANONGAN KAB. MAJALENGKA TAHUN 2012
SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Oleh : SUJANA 4201.0111.B.036
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) CIREBON CIREBON 2012
PERNYATAAN PERSETUJUAN SKRIPSI
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Cirebon
Cirebon, September 2012
Menyetujui,
Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping,
Uus Husni M., S.Kp., M.Si Healty S.S., S.Kep, Ners
PENGESAHAN
Skripsi ini telah diperiksa dan disahkan Tim Penguji Skripsi Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Cirebon guna memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) Pada tanggal 1 Oktober 2012
Mengesahkan Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Cirebon
Ketua Sidang
(Uus Husni M., S.Kp., M.Si)
Anggota
(Ucu Supriatna, M.Epid)
(Supriatin, S.Kep, Ners)
PERNYATAAN
1. Karya tulis saya, skripsi ini, adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik (diploma dan sarjana), baik dari STIKes Cirebon maupun Perguruan Tinggi lain. 2. Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri, tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing. 3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan arang lain kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan naskah pengarang dan di cantumkan dalam daftar pustaka. 4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidak benaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku diperguruan tinggi ini.
Cirebon, September 2012 Yang membuat pernyataan,
Materai Rp.6000
(SUJANA) NIM.4201.0111.B.036
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Cirebon Program Studi Ilmu Keperawatan Tahun 2012
ABSTRAK
Sujana 4201.0111.B.036
HUBUNGAN MOTIVASI PENDERITA DIABETES MELLITUS DENGAN PERILAKU (MENGONTROL) KADAR GULA DARAH DI PUSKESMAS PANONGAN KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2012
Xiii+81 halaman, 2 tabel, 8 gambar, 8 lampiran
Diabetes mellitus merupakan penyakit progresif kronis yang dapat menimbulkan komplikasi pada berbagai organ vital. Diabetes melitus tidak bisa disembuhkan, tetapi bisa dikurangi atau dikontrol kadar gula darahnya. Pengontrolan kadar gula darah secara teratur harus dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi dan agar dapat hidup secara normal. Angka penderita diabetes mellitus terus meningkat setiap tahunya, namun hanya 30% saja yang berobat secara teratur, salah satu faktor yang mempengaruhinya adalah motivasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan motivasi penderita diabetes mellitus dengan perilaku (mengontrol) kadar gula darah. Jenis penelitian ini adalah korelasi dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel 36 orang yang diambil 25% dari populasi dimana penentuan sampelnya dengan menggunakan teknik systematic sampling. Data diperoleh dengan menggunakan metode dan instrumen kuesioner dan dianalisis secara statistika menggunakan uji chi square. Dari hasil uji statistik didapatkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara motivasi penderita diabetes mellitus dengan perilaku (mengontrol) kadar gula darah dengan nilai sig p (0,000). Sehubungan dengan hasil penelitian ini, untuk meningkatkan motivasi dan perilaku penderita diabetes mellitus dalam mengontrol kadar gula darah maka perawat di Puskesmas Panongan dapat meningkatkan peranya sebagai edukator dan motivator pada konseling dalam pengelolaan diabetes secara mandiri (diabetes self management education).
Kata kunci : Kadar Gula Darah, Perilaku, Motivasi Daftar bacaan : 28 (2002 - 2011)
College of Health Science of Cirebon Program Study of Nursing Science Year 2012
ABSTRACT
Sujana 4201.0111.B.036
THE RELATIONSHIP MOTIVATE PATIENT DIABETES MELLITUS BEHAVIORALLY (CONTROL) BLOOD SUGAR RATE IN PUSKESMAS PANONGAN REGENCY MAJALENGKA YEAR 2012
Xiii+81 Pages, 2 tables, 8 picture, 8 enclosure
Diabetes Mellitus represent chronic progressive disease which can generate complication at various vital organ. Diabetes Melitus cannot be healed, but can be lessened or controlled its blood sugar rate. Activity control rate of sugar of blood regularly must be done to prevent the happening of complication and in order to earn life normally. Patient diabetes mellitus number increasing every year, but only 30% which medicinize regularly, one of factor influencing is motivation. this Research target is to know relationship motivate patient diabetes mellitus behaviorally (control) blood sugar rate. This research type is correlation with approach cross sectional. Sum up sample 36 one who is taken by 25% from population of where determination its sample by using technique systematic sampling. Data obtained by using instrument kuesioner and method and analysed by statistika use test chi square. From statistical test result got by that there is relationship having a meaning between patient diabetes mellitus motivation behaviorally (control) blood sugar rate with value sig p ( 0,000). Refering to this research result, to increase motivate and the patient diabetes mellitus behavior in controlling blood sugar rate hence nurse in Puskesmas Panongan can improve its role as edukator and motivator at conseling in management diabetes self-supportingly (diabetes self management education).
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul Hubungan Motivasi Penderita Diabetes Mellitus Dengan Perilaku (Mengontrol) Kadar Gula Darah Di Puskesmas Panongan Kabupaten Majalengka Tahun 2012. Adapun tujuan penulisan skripsi ini untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh pendidikan S1 Keperawatan STIKes Cirebon. Penulis telah berupaya seoptimal mungkin untuk dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya, namun penulis menyadari banyak kekurangan dan jauh dari sempurna untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih pada yang terhormat : 1. Drs. H. E. Djumhana Cholil, MM, selaku Ketua Yayasan RISE Cirebon. 2. Mohammad Sadli, SKM, M.M.Kes, selaku Ketua STIKes Cirebon. 3. H. Alimudin, S.Sos, M.M, M.M.Kes, selaku Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka. 4. Awaludin Jahid Abdilah, S.Kp, selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Cirebon. 5. Akhmad Hidayat, SKM, selaku Kepala UPTD Puskesmas Panongan Kabupaten Majalengka 6. Uus Husni M., S.Kp., M.Si, selaku Dosen Pembimbing Utama skripsi yang selalu memberikan arahan dan bimbinganya 7. Healty S.S., S.Kep, Ners, selaku Dosen Pembimbing Pendamping skripsi yang selalu memberikan arahan dan bimbinganya 8. Keluargaku tercinta yang selalu memberikan dukungan baik secara moril maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 9. Semua pihak yang telah membantu yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Mudah-mudahan bantuan, bimbingan dan budi baik yang telah diberikan pada penulis mendapat balasan dengan limpahan berkat dan anugrah dari Allah SWT. Amin...
Majalengka, September 2012
Penulis DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL DALAM...................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN........................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN............................................................ iii PERNYATAAN TERTULIS ............................................................ iv ABSTRAK.......................................................................................... v KATA PENGANTAR......................................................................... vii DAFTAR ISI....................................................................................... ix DAFTAR TABEL............................................................................... xi DAFTAR GAMBAR ......................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN....................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN................................................................ 1 1.1 Latar Belakang............................................................... 1 1.2 Perumusan Masalah....................................................... 5 1.3 Tujuan............................................................................ 5 1.3.1 Tujuan Umum............................................................. 5 1.3.2 Tujuan Khusus ............................................................ 5 1.4 Ruang Lingkup Penelitian............................................. 6 1.5 Kegunaan Penelitian...................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................... 8 2.1 Konsep Diabetes Mellitus.............................................. 8 2.2 Konsep Motivasi............................................................ 25 2.3 Konsep Perilaku............................................................. 30 2.4 Konsep Hubungan Motivasi dan Perilaku...................... 36 2.5 Perilaku Mengontrol Kadar Gula Darah........................ 38 2.6 Kerangka Teori............................................................... 38
BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL.................................................................. 41 3.1 Kerangka Konsep.......................................................... 41 3.2 Hipotesis........................................................................ 41 3.3 Definisi Operasional, Variabel dan Cara Pengukuran... 42
BAB IV METODE PENELITIAN..................................................... 43 4.1 Rancangan Penelitian.................................................... 43 4.2 Variabel Penelitian........................................................ 43 4.3 Populasi dan Sampel...................................................... 43 4.3.1 Populasi....................................................................... 43 4.3.2 Sampel........................................................................ 44 4.4 Instrumen Penelitian...................................................... 45 4.5 Metode Pengumpulan Data........................................... 46 4.6 Uji Coba Kuesioner....................................................... 46 4.7 Pengolahan Data............................................................ 48 4.8 Analisa Data.................................................................. 49 4.9 Lokasi dan Waktu Penelitian......................................... 51 4.10 Etika Penelitian............................................................ 51
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.................. 53 5.1 Hasil Penelitian.............................................................. 53 5.2 Pembahasan................................................................... 55
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ................................................ 62 6.1 Simpulan........................................................................ 62 6.2 Saran.............................................................................. 62
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 64 LAMPIRAN....................................................................................... 66
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Tabel Halaman
2.1
5.1
Kadar Glukosa Sewaktu dan Puasa
Hasil Analisis Hubungan Motivasi Penderita Diabetes Mellitus dengan Perilaku Mengontrol Kadar Gula Darah di Puskesmas Panongan Kabupaten Majalengka Tahun 2012
13
55
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Gambar Halaman
2.1
2.2
3.1
5.1
5.2
5.3
Determinan Perilaku Manusia
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi
Kerangka Konsep
Distribusi Motivasi Penderita Diabetes Mellitus Mengontrol Kadar Gula darah di Puskesmas Panongan Kabupaten Majalengka Tahun 2012
Distribusi Perilaku Penderita Diabetes Mellitus Mengontrol Kadar Gula darah di Puskesmas Panongan Kabupaten Majalengka Tahun 2012
Hubungan Motivasi Penderita Diabetes Mellitus dengan Perilaku Mengontrol Kadar Gula darah di Puskesmas Panongan Kabupaten Majalengka Tahun 2012
Jadwal Kegiatan Skripsi Informed consent Kisi Kisi Instrumen Penelitian Instrumen / Kuesioner Penelitian Rekapitulasi Hasil Uji Coba Kuesioner Hasil Uji Statistik Surat Ijin Penelitian Daftar Riwayat Hidup
66 67 68 70 73 77 83 84
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus adalah penyakit metabolik yang berlangsung kronik progesif, dengan manifestasi gangguan metabolik glukosa dan lipid, disertai komplikasi kronik sampai dengan kerusakan organ tubuh (1) . Diabetes melitus tidak bisa disembuhkan, tetapi bisa dikurangi atau dikontrol kadar gula darahnya (2) . Ancaman diabetes mellitus kini semakin meluas, berdasarkan data dari Federasi Diabetes Dunia (IDF) tahun 2011, pada tahun 2030 mendatang sebanyak 552 juta orang akan terkena diabetes mellitus. Terjadi peningkatan sekitar 200 juta orang dari jumlah penderita tahun 2011, yang mencapai 346 juta orang. Sementara data tahun 2010 lalu, jumlah pengidap diabetes mellitus mencapai 285 juta orang (3) . Indonesia menempati urutan ke 4 dalam jumlah penderita diabetes mellitus setelah India, Cina, dan Amerika Serikat. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Rikesda) tahun 2008, menunjukan prevalensi pengidap diabetes mellitus sekitar 5,7 persen dan pradiabetes mellitus 11,4 persen, dengan angka prevalensi tersebut dapat diperkirakan penderita diabetes mellitus saat ini mencapai sekitar 13,56 juta orang dan penderita pradiabetes mellitus sekitar 27,13 juta. Pradiabetes mellitus yaitu mereka yang hasil pengujian kadar gula darahnya relatif lebih tinggi dari angka normal, namun belum masuk angka kategori pengidap diabetes mellitus (3) . Survey Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2010, menyebutkan jumlah penderita diabetes mellitus di Indonesia naik dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi 21,3 juta tahun 2010, dan diantara mereka baru sekitar 30% yang berobat teratur (4) . Di Puskesmas Panongan jumlah penderita diabetes mellitus yang sudah terdiagnosis dan tercatat pada tahun 2009 sebanyak 116 kasus, tahun 2010 sebanyak 132 kasus, dan pada tahun 2011 sebanyak 142 kasus atau meningkat 7,6 % dari tahun 2010, dari angka tersebut hanya 36 orang (25,3%) yang tercatat berkunjung ke Puskesmas secara teratur untuk cek kadar gula darah (5) . Banyaknya penderita diabetes mellitus di Indonesia disinyalir sebagai akibat dari faktor lingkungan dan gaya hidup yang tidak sehat, seperti makan berlebihan, berlemak, kurang aktivitas fisik atau olahraga dan stress berperan besar sebagai pemicu diabetes mellitus. Tapi diabetes mellitus juga bisa muncul karena faktor keturunan. Faktor keturunan memang tidak dapat dicegah, namun gaya hidup dapat diubah (4) . Peningkatan angka pasien diabetes mellitus berdampak signifikan bagi kesehatan secara keseluruhan, sebab penyakit diabetes mellitus merupakan penyakit kronis yang bersifat progresif. Diabetes mellitus dapat menimbulkan berbagai komplikasi kronis pada berbagai organ vital seperti stroke, gagal ginjal, jantung, kebutaan dan bahkan harus menjalani amputasi jika anggota badan menderita luka yang tidak bisa mengering. Apalagi jika penderita diabetes mellitus tidak mampu mengontrol kadar gula dalam darahnya (2) . Pengontrolan kadar gula darah secara teratur harus dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi kronis, dan dengan pengontrolan yang teratur penderita diabetes mellitus dapat hidup secara normal (6) . Pengontrolan diabetes mellitus yang baik dapat mengurangi komplikasi 20 sampai 30 % (7) . Ada empat cara pengelolaan diabetes mellitus dalam mengontrol kadar gula darah yang dikenal dengan empat serangkai pengelolaan diabetes mellitus, yaitu edukasi, perencanaan makanan, latihan jasmani dan intervensi medis. Bila penderita diabetes mellitus taat dan disiplin serta mau berperilaku sehari-hari dengan baik dan mengikuti empat serangkai dalam pengelolaan diabetes mellitus, maka kualitas kesehatan penderita diabetes mellitus juga akan baik (8) . Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman serta lingkungan (9) . Perilaku penderita diabetes mellitus dalam mengontrol kadar gula darahnya dipengaruhi oleh faktor pengetahuan, motivasi, kepercayaan dan sikap positif, tersedianya sarana dan prasarana yang diperlukan dan terdapat dorongan yang dilandasi kebutuhan yang dirasakan (9) . Untuk terwujudnya sebuah perilaku pengontrolan kadar gula darah yang baik dari penderita diabetes mellitus dibutuhkan sebuah motivasi. Motivasi adalah suatu konstruk yang dimulai dari adanya need atau kebutuhan pada diri individu dalam bentuk energi aktif yang menyebabkan timbulnya dorongan dengan intensitas tertentu yang berfungsi mengaktifkan, memberi arah, dan membuat persisten (berulang-ulang) dari suatu perilaku untuk memenuhi kebutuhan yang menjadi penyebab timbulnya dorongan itu sendiri (10) . Motivasi penderita diabetes mellitus dalam mengontrol kadar gula darah terdiri dari dua jenis, yaitu motivasi intrinsik yang datangnya dari dalam diri individu itu sendiri, seperti kedisiplinan dalam diet, kepatuhan dan keteraturan dalam latihan fisik, teratur dalam berobat atau terapi medis dan keinginan untuk meningkatkan pengetahuan tentang penyakitnya dan motivasi ekstrinsik yang datangnya dari luar diri sendiri seperti dukungan keluarga, teman dekat, tokoh masyarakat, dukungan ekonomi dan dukungan petugas kesehatan (11) . Penulis melakukan studi pendahuluan pada tanggal 12-14 Juni 2012 di Puskesmas Panongan Kabupaten Majalengka, hasil wawancara terhadap 10 orang penderita diabetes mellitus, 7 orang diantara mereka mangaku enggan datang ke Puskesmas untuk kontrol (cek) gula darah, hal tersebut disebabkan belum adanya keluhan terkait dengan gejala penyakit diabetes mellitus, mahalnya biaya pemeriksaan gula darah, lokasi yang jauh dan infrastruktur jalan yang rusak, malas pergi berobat karena sibuk dengan pekerjaan rutin dan tanpa gejala pasien merasa sembuh. Berdasarkan uraian di atas, angka penderita diabetes mellitus di wilayah kerja Puskesmas Panongan cenderung meningkat tiap tahunnya, dan angka kunjungan penderita diabetes mellitus ke Puskesmas untuk kontrol (cek) kadar gula darah secara teratur sangat rendah (25,3%), maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan motivasi penderita diabetes mellitus dengan perilaku (mongontrol) kadar gula darah di Puskesmas Panongan Kabupaten Majalengka.
1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut : Apakah ada hubungan antara motivasi penderita diabetes mellitus dengan perilaku (mengontrol) kadar gula darah di Puskesmas Panongan Kabupaten Majalengka tahun 2012 ?
1.3 Tujuan 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan motivasi penderita diabetes mellitus dengan perilaku (mengontrol) kadar gula darah di Puskesmas Panongan, Kabupaten Majalengka tahun 2012.
1.3.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui motivasi penderita diabetes mellitus mengontrol kadar gula darah di Puskesmas Panongan Kabupaten Majalengka tahun 2012 2. Untuk mengetahui perilaku penderita diabetes mellitus mengontrol kadar gula darah di Puskesmas Panongan Kabupaten Majalengka tahun 2012 3. Untuk menganalisis hubungan motivasi penderita diabetes mellitus dengan perilaku (mengontrol) kadar gula darah di Puskesmas Panongan Kabupaten Majalengka tahun 2012 1.4 Ruang Lingkup Penelitian Karena keterbatasan waktu pada penelitian ini, variabel yang diteliti hanya motivasi penderita diabetes mellitus dan variabel perilaku (mengontrol) kadar gula darah di Puskesmas Panongan Kabupaten Majalengka tahun 2012, dengan sasaran 142 penderita diabetes mellitus tipe 2 yang berada di wilayah kerja Puskesmas Panongan tahun 2011. Jenis penelitian korelasi dengan menggunakan metode cross sectional.
1.5 Kegunaan Penelitian 1.5.1 Guna Teoritis 1. Bagi ilmu keperawatan Dapat digunakan oleh perawat komunitas khususnya di Puskesmas sebagai bahan acuan dalam memberikan penyuluhan atau konseling kepada masyarakat khususnya penderita diabetes mellitus agar tetap memiliki motivasi yang tinggi untuk menjalani program pengendalian kadar gula darah secara teratur. 2. Bagi institusi pendidikan Hasil penelitian bermanfaat sebagai sumber informasi dan pengembangan literatur bagi mahasiswa dan dapat menjadi bahan acuan untuk penelitian selanjutnya.
3. Bagi peneliti lain Memberikan dasar pijakan untuk penelitian selanjutnya dalam meneliti motivasi dan perilaku penderita diabetes mellitus dalam mengontrol kadar gula darah.
1.5.2 Guna Praktis 1. Bagi puskesmas Memberikan informasi faktual kepada Puskesmas Panongan tentang pentingnya motivasi bagi penderita diabetes mellitus dalam mengontrol kadar gula darah, sehingga dapat dijadikan acuan dalam memberikan konseling kepada penderita diabetes mellitus yang pada akhirnya dapat meningkatkan kunjungan penderita diabetes mellitus ke Puskesmas Panongan untuk kontrol (cek) kadar gula darah. 2. Bagi responden Dapat memberikan informasi tentang pentingnya mengontrol kadar gula darah bagi penderita diabetes mellitus, dan dapat dijadikan bahan instrospeksi diri untuk meningkatkan motivasi dalam mengendalikan kadar gula darah.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Diabetes Mellitus 2.1.1 Pengertian Diabetes Mellitus Diabetes melitus merupakan suatu sindrom klinik yang khas ditandai oleh adanya hiperglikemia yang disebabkan oleh defisiensi atau penurunan efektifitas insulin. Gangguan metabolik ini mempengaruhi metabolisme dari karbohidrat, protein, lemak, air dan elektrolit. Gangguan metabolisme tergantung pada adanya kehilangan aktivitas insulin dalam tubuh dan pada banyak kasus akhirnya menimbulkan kerusakan selular, khususnya sel endotelial vaskular pada mata, ginjal dan susunan saraf (12) . Diabetes mellitus adalah penyakit metabolik yang berlangsung kronik progesif, dengan manifestasi gangguan metabolik glukosa dan lipid, disertai komplikasi kronik sampai dengan kerusakan organ tubuh. Diabetes melitus tidak bisa disembuhkan, tetapi bisa dikurangi dan dikontrol kadar gula darahnya (1) . Diabetes melitus merupakan penyakit kelainan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan kurangnya produksi hormon insulin oleh sel beta prankreas sehingga glukosa menumpuk di dalam darah kemudian menyebabkan kadar gula darah meningkat diatas normal.
2.1.2 Etiologi dan Patofisiologi Etiologi dan patofisiologi dari diabetes mellitus dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Etiologi Penyebab diabetes mellitus adalah kurangnya produksi dan ketersediaan insulin dalam tubuh yang mencukupi maka tidak dapat bekerja secara normal atau terjadinya gangguan fungsi insulin. Insulin berperan utama dalam mengatur kadar glukosa dalam darah, yaitu 60-120 mg/dl waktu puasa dan dibawah 140 mg/dl pada dua jam sesudah makan (orang normal) (13) . Kekurangan Insulin disebabkan karena terjadinya kerusakan sebagian kecil atau sebagian besar dari sel-sel beta pulau langerhans dalam kelenjar penkreas yang berfungsi menghasilkan insulin. Ada beberapa faktor yang menyebabkan diabetes mellitus sebagai berikut : 1) Genetik atau Faktor Keturunan Diabetes mellitus cenderung diturunkan atau diwariskan, bukan ditularkan. Anggota keluarga penderita diabetes mellitus memiliki kemungkinan lebih besar terserang penyakit ini dibandingkan dengan anggota keluarga yang tidak menderita diabetes mellitus. Para ahli kesehatan juga menyebutkan diabetes mellitus merupakan penyakit yang terpaut kromosom seks. Biasanya kaum laki-laki menjadi penderita sesungguhnya, sedangkan kaum perempuan sebagai pihak yang membawa gen untuk diwariskan kepada anak-anaknya (12) .
2) Virus dan Bakteri Virus yang menyebabkan diabetes mellitus adalah rubella, mumps, dan human coxsackievirus B4. Diabetes mellitus akibat bakteri masih belum bisa dideteksi. Namun, para ahli kesehatan menduga bakteri cukup berperan menyebabkan diabetes mellitus (12) . 3) Bahan Toksin atau Beracun Ada beberapa bahan toksik yang mampu merusak sel betasecara langsung, yakni allixan, pyrinuron (rodentisida), streptozotocin (produk dari sejenis jamur) (12) . 4) Asupan Makanan Diabetes mellitus dikenal sebagai penyakit yang berhubungan dengan asupan makanan, baik sebagai faktor penyebab maupun pengobatan. Asupan makanan yang berlebihan merupakan faktor risiko pertama yang diketahui menyebabkan diabetes mellitus. Salah satu asupan makanan tersebut yaitu asupan karbohidrat. Semakin berlebihan asupan makanan semakin besar kemungkinan terjangkitnya diabetes mellitus (12) . 5) Obesitas Retensi insulin paling sering dihubungkan dengan kegemukan atau obesitas. Pada kegemukan atau obesitas, sel-sel lemak juga ikut gemuk dan sel seperti ini akan menghasilkan beberapa zat yang digolongkan sebagai adipositokin yang jumlahnya lebih banyak dari keadaan pada waktu tidak gemuk. Zat-zat itulah yang menyebabkan resistensi terhadap insulin (12) . 2. Patofisiologi Pengolahan bahan makanan dimulai di mulut kemudian ke lambung dan selanjutnya ke usus. Di dalam saluran pencernaan itu makanan di pecah menjadi bahan dasar dari makanan itu. Karbohidrat menjadi glukosa, protein menjadi asam amino, dan lemak menjadi asam lemak. Ketiga zat makan itu akan diserap oleh usus dan kemudian masuk ke dalam pembuluh darah dan diedarkan keseluruh tubuh untuk dipergunakan oleh organ-organ didalam tubuh sebagai bahan bakar. Supaya dapat berfungsi sebagai bahan bakar, zat makanan itu harus masuk dulu ke dalam sel supaya dapat diolah. Di dalam sel, zat makan terutama glukosa dibakar melalui proses kimia yang rumit, yang hasil akhirnya adalah timbulnya energi. Proses ini disebut metabolisme. Dalam proses metabolisme itu insulin memegang peran yang sangat penting yaitu bertugas memasukkan glukosa ke dalam sel, untuk selanjutnya dapat dipergunakan sebagai bahan bakar. Insulin ini adalah suatu zat atau hormon yang dikeluarkan oleh sel beta di pankreas (12) . Pada diabetes mellitus tipe 2 jumlah insulin normal, malah mungkin lebih banyak tetapi jumlah reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel yang kurang. Reseptor insulin ini dapat diibaratkan sebagai lubang kunci pintu masuk ke dalam sel. Pada keadaan tadi lubang kuncinya yang kurang, hingga meskipun anak kuncinya (insulin) banyak, tetapi karena lubang kuncinya (reseptor) kurang, maka glukosa yang masuk sel akan sedikit, sehingga sel akan kekurangan bahan bakar (glukosa) dan glukosa di dalam pembuluh darah meningkat (12) . Efek samping insulin adalah penambahan berat badan yang mungkin diduga karena tiga penyebab (12) : 1) Insulin diketahui memiliki efek anabolik (pembentukan tubuh). 2) Ketika kontrol terdapat glisemia yang baik mulai dicapai karena adanya terapi insulin, sedikit gula yang hilang didalam urin. 3) Pengobatan insulin membuat orang merasa lebih baik.
2.1.3 Glukosa Darah 1. Pengertian Glukosa merupakan bentuk paling sederhana dari molekul gula, yang merupakan produk akhir dari pencernaan karbohidrat dan bentuk dimana karbohidrat diserap dari usus ke dalam aliran darah. Terkadang orang menyebutnya gula anggur ataupun dekstrosa. Banyak dijumpai di alam, terutama pada buah-buahan, sayur-sayuran, madu, sirup jagung dan tetes tebu. Di dalam tubuh glukosa didapat dari hasil akhir pencernaan amilum, sukrosa, maltosa dan laktosa (6) . 2. Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa Kriteria diagnostik diabetes mellitus menurut Perkeni atau yang dianjurkan ADA (American Diabetes Association), yaitu bila terdapat salah satu atau lebih hasil pemeriksaan gula darah dengan kriteria sebagai berikut (14) : 1) Kadar gula darah sewaktu (plasma vena) lebih atau sama dengan 200 mg/dl 2) Kadar gula darah puasa (plasma vena) lebih atau sama dengan 126 mg/dl 3) Kadar glukosa plasma lebih atau sama dengan 200 mg/dl pada 2 jam sesudah beban glukosa 75 gram pada tes toleransi glukosa oral (TTGO).
Tabel 2.1 Kadar Glukosa Sewaktu dan Puasa Kadar Glukosa Darah Sewaktu Bukan DM Belum Pasti DM DM Kadar glukosa darah sewaktu Plasma vena Kadar glukosa darah puasa Plasma vena Darah kapiler < 100 < 90
< 110 < 90 110-199 90-199
110-125 90-109 > 200 > 200
> 126 > 110
Sumber : (14)
3. Faktor risiko diabetes mellitus
Faktor yang menyebabkan seseorang memiliki resiko terkena diabetes melitus lebih tinggi, yaitu (13) : 1) Kurangnya olah raga 2) Rendahnya berat badan bayi yang lahir karena tidak memadainya asupan gizi pada janin selama tahap perkembangan, terutama jika ibu bayi memiliki kelebihan berat badan dalam hidupnya. 3) Kurang mengkonsumsi serat 4) Kegemukan 5) Pola makan yang salah 6) Minum obat yang dapat menaikkan kadar glukosa darah 7) Stres 4. Gejala diabetes mellitus Gejala dan tanda diabetes mellitus dapat dikelompokkan menjadi gejala akut dan kronik, yaitu (13) : 1) Gejala akut Gejala diabetes mellitus dari penderita satu dengan lainnya tidak selalu sama. Gejala tersebut dibawah ini adalah gejala yang pada umumnya timbul dengan tidak mengurangi kemungkinan adanya variasi gejala yang lain, bahkan ada penderita diabetes mellitus yang tidak menunjukkan apapun sampai pada saat tertentu. Pada permulaan gejala yang timbul sering disebut 3P yaitu polifagia (banyak makan), polidipsi (banyak minum) dan poliuria (sering kencing). Dalam fase ini biasanya penderita menujukkan berat badan yang terus bertambah (gemuk) karena pada saat ini jumlah insulin masih mencukupi. 2) Gejala kronik Penderita diabetes mellitus tidak menunjukkan gejala akut (mendadak) tapi penderita menunjukkan gejala sesudah beberapa bulan atau beberapa tahun mengidap penyakit diabetes mellitus. Gejala kronik yang sering timbul antara lain kesemutan, kulit terasa panas, tebal dikulit, kram, mudah mengantuk, pada wanita akan gatal disekitar kemaluan, kemampuan seksual menurun dan bisa impoten sedangkan untuk ibu hamil sering mengalami keguguran atau kematian janin dalam kandungan dengan bayi berat lahir lebih dari 4 kg. 5. Komplikasai diabetes mellitus Komplikasi diabetes mellitus dapat muncul secara akut maupun kronik, yaitu timbul beberapa bulan atau beberapa tahun setelah mengidap penyakit diabetes mellitus (13) . Komplikasi akut yang sering timbul adalah hipoglikemia dan koma diabetik. Hipoglikemia adalah gejala yang timbul akibat tubuh kekurangan glukosa, dengan tanda-tanda : rasa lapar, gemetar, keringat dingin, pusing. Berlawanan dengan koma hipoglikemik, koma diabetik ini timbul karena kadar gula darah dalam tubuh semakin tinggi, dan biasanya lebih dari 600 mg/dl. Gejala koma diabetik adalah nafsu makan menurun, banyak minum, banyak kencing, mual dan muntah, napas menjadi cepat dan berbau aseton, sering disertai panas karena terjadi infeksi (13) . Komplikasi kronik yang sering timbul adalah bila penderita lengah, komplikasi diabetes mellitus dapat menyerang seluruh alat tubuh, mulai rambut sampai ujung kaki termasuk semua alat tubuh di dalamnya. Sebaliknya, komplikasi tersebut tidak akan muncul jika perawatan diabetes mellitus dilaksanakan dengan tertib dan teratur (13) .
6. Pencegahan penyakit diabetes mellitus Ada 10 cara untuk mencegah atau memerangi komplikasi diabetes mellitus, yang dikenal SINDROM 10 = GULOH-SISAR (13) , yaitu : 1) G (gula) Batasi penggunaan gula, makanan dan minuman yang terlalu manis. 2) U (Urat = asam urat) Batasi makanan yang banyak mengandung Purin, karena purin dapat menimbulkan hiperurisemia dengan efek samping antara lain mudah timbul agresi trombosit (penggumpalan darah) yang dapat memacu timbulnya ateroklerosis atau penyempitan pembuluh darah, misalnya : jeroan, alkohol, sarden, burung dara, unggas, kaldu dan emping 3) L (lemak atau Lipid) Usahakan mencapai desirable lipid triad (kolesterol total, trigliserida, kolesterol-HDL), atau cegah untuk terjadinya dislipidemia (Kadar lemak darah yang tidak normal) dengan cara menghindari makanan yang banyak mengandung lemak dan budayakan untuk makan sayur dan buah-buahan setiap hari 4) 0 (obesitas) Cegah kegemukan atau gizi yang berlebih atau obesitas, termasuk penurunan 5 hingga 7 persen dari berat badan total dapat menurunkan resiko terkena diabetes tipe 2 sebesar 60 %.
5) S (Sigaret) Hindari atau berhenti merokok 6) H (Hipertensi) Cegahlah konsumsi garam yang berlebihan 7) I (Inaktifitas) Lakukan olahraga teratur setiap hari untuk menghilangkan kalori sekitar 300kkl atau 2000 kkal/minggu, atau jalan kaki sekitar 30 menit dalam sehari, lima hari dalam seminggu. 8) S (Stress) Usahakan tidur nyenyak minimal 6 jam sehari agar dapat meredam stress. 9) A (alkohol) Hindari atau berhenti minum alkohol 10) R (Reguler Check Up) Lakukan check up secara teratur tanpa menunggu timbulnya gejala, baik yang sakit atau yang normal, terutama dilakukan untuk umur diatas 40 tahun. 7. Klasifikasi diabetes mellitus 1) Kelompok berdasarkan pola makan (1) Jenis DM yang menjangkit wilayah dengan penduduk yang berpola makan dan berpola hidup modern dan tradisional. (2) Jenis DM yang disebabkan kekurangan makan (malnutrition) ada di daerah yang kekurangan pangan (13) . 2) Kelompok berdasarkan klinis atau medis (1) Diabetes mellitus (DM) DM tipe I atau DMTI (Diabetes Mellitus Tergantung Insulin) DMTTI (Diabetes Mellitus Tidak Tergantung Insulin) DMTM (Diabetes Mellitus Terkait Malnutrisi) Diabetes Mellitus yang behubungan atau sindrom tertentu. (2) Gangguan toleransi glukosa Gangguan ini terjadi pada kelompok tidak gemuk, gemuk dan berhubungan dengan keadaan atau sindrom tertentu. (3) Diabetes mellitus pada kehamilan (Gestional/DM) Ganggun ini baru terjadi pada seseorang setelah hamil. Sebelumnya kadar glukosa darah dalam keadaan normal (13) . 3) Kelompok berdasarkan resiko tinggi (1) Toleransi glukosa pernah abnormal. (2) Kedua orang tua mengidap DM. (3) Pernah melahirkan bayi dengan berat badan 4 kg (13) . 8. Penatalaksanaan diet diabetes mellitus 1) Tujuan diet Tujuan diet diabetes mellitus adalah membantu pasien agar memperbaiki kebiasaan makan untuk mendapatkan kontrol metabolik yang lebih baik dengan cara (6) : (1) Mempertahankan kadar glukosa darah supaya mendekati normal dengan menyeimbangkan asupan makanan dengan insulin dengan obat penurunan glukosa oral dan aktifitas fisik. (2) Memberi cukup energi untuk mempertahankan atau mencapai berat badan yang normal. (3) Menghindari atau menanganin komplikasi atau pasien yang menggunakan insulin seperti hipoglikemia (4) Meningkatkan derajat kesehatan sacara keseluruhan melalui gizi yang optimal. Sedangkan tujuan diet lainya (13) : (1) Mencapai dan kemudian mempertahankan kadar glukosa darah mendekati normal (2) Mencapai dan mempertahankan lipid mendekati normal (3) Mencapai dan mempertahankan berat badan agar selalu dalam batas-batas yang memadai atau berat badan idaman 10% (4) Mencegah komplikasi angkut dan kronik (5) Meningkatkan kualitas hidup 2) Cara pengaturan diet Pengaturan makan (diet) merupakan kunci pengendalian diabetes mellitus, khususnya yang tergolong NIDDM yang harus diupayakan seterusnya. Suatu pendapat yang keliru yang menganggap bahwa kalau sudah mendapat obat anti diabetes mellitus berarti makan boleh bebas. Dengan pengaturan makan dapat diupayakan sedemikian rupa sehingga kegemukan dapat dikurangi. Dengan demikian kepekaan sel terhadap kerja insulin meningkat, kadar gula darah dapat menurun. Dalam waktu singkat saja sudah dapat mengurangi gejala-gejala meskipun berat badan belum terpengaruh. Disamping itu dengan berkurangnya kegemukan akan mengurangi faktor resiko komplikasi menahun. Dalam menyusun pengaturan makan ada beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain : (1) Kebutuhan kalori Kebutuhan kalori sesuai untuk mencapai dan mempertahankan berat badan ideal. Komposisi energi adalah 60 70 % dari karbohidrat, 10 15 % dari protein dan 20 25 % dari lemak. Ada beberapa cara untuk menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan penderita diabetes mellitus. Diantaranya adalah dengan memperhitungkan berdasar kebutuhan kalori basal yang besarnya 25-30 kalori / kg BB ideal, ditambah atau dikurangi tergantung dari beberapa faktor yaitu : Jenis kelamin Kebutuhan kalori pada wanita lebih kecil dari pada pria, untuk itu dapat dipakai angka 25 kal / kg BB untuk wanita dan angka 30 kal / kg BB untuk pria.
Umur Penurunan kebutuhan kalori diatas 40 tahun harus dikurangi 5 % untuk tiap dekade antara 40 59 tahun, sedangkan antara 60-69 tahun dikurangi 10 % dan diatas 70 tahun dikurangi 20 %. Aktifitas fisik Jenis aktifitas yang berbeda membutuhkan kalori yang berbeda pula. Kehamilan atau laktasi Pada permulaan kehamilan diperlukan tambahan 150 kalori per hari dan pada trimester 2 dan 3 diperlukan tambahan 350 kalori per hari. Pada waktu laktasi diperlukan tambahan sebanyak 550 kalori per hari. Adanya komplikasi Infeksi, trauma atau operasi yang menyebabkan kenaikan suhu memerlukan tambahan kalori sebesar 13 % untuk tiap kenaikan 1 derajat celcius. Berat badan Bila kegemukan atau terlalu kurus, dikurangi atau ditambah sekitar 20-30 % tergantung kepada tingkat kegemukan atau kekurusan. (2) Daftar bahan makanan penukar Daftar bahan makanan penukar adalah suatu daftar nama bahan makanan dengan ukuran tertentu dan dikelompokkan berdasarkan kandungan kalori, protein, lemak dan hidrat arang. Setiap kelompok bahan makanan dianggap mempunyai nilai gizi yang kurang lebih sama. Dikelompokkan menjadi 7 kelompok bahan makanan yaitu : Golongan 1 : bahan makanan sumber karbohidrat Golongan 2 : bahan makanan sumber protein hewani Golongan 3 : bahan makanan sumber protein nabati Golongan 4 : sayuran Golongan 5 : buah buahan Golongan 6 : minyak Golongan 7 : makanan tanpa kalori (3) Pola diet Pola diet pada pasien diabetes mellitus yaitu : Kurang energi Jumlah energi disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stress akut dan kegiatan jasmani untuk mencapai dan mempertahankan berat badan ideal. Kurangi lemak Makanan lemak tinggi dapat meningkatkan kadar kolesterol dan membuat kerja insulin menjadi tidak efisien. Menurut ADA atau EASD bahwa asupan makanan lemak jangan lebih dari 30 % dan kolesterol kurang dari 300 mg/hari.
Karbohidrat Hasil penelitian menunjukkan bahwa diabetes mellitus makin meningkat sesuai dengan cara hidup modern yang memicu cara hidup kebarat-baratan yaitu dengan meningkatnya refined carbohydrate terutama dikota besar, karbohidrat jenis itu terdapat pada bakeri seperti cake, roti halus cepat sekali diserap dan akan meningkatkan kadar glukosa darah. Pemanis Makanan yang manis tidak seluruhnya dari gula pasir atau gula buah yang sederhana, kombinasinya dengan protein, lemak dan karbohidrat dapat memperlambat penyerapan gula sederhana. Serat Menurut ADA pasien diabetes mellitus untuk konsumsi seratnya 30-40 gr/hari dan serat pada diabetes mellitus lebih banyak berasal dari sayur-sayuran yang mengandung lebih banyak serat tak larut dibanding serat yang berasal dari buah buahan. (4) Olah raga Manfaat olah raga bagi diabetes adalah penurunan kadar glukosa darah karena terjadi peningkatan penggunaan glukosa oleh otot yang aktif, mencegah kegemukan, berperan dalam mengatasi kemungkinan terjadinya komplikasi. Keadaan-keadaan ini dapat mengurangi resiko penyakit jantung koroner (PJK) dan meningkatkan kualitas hidup diabetesi serta memberikan keuntungan secara psikologis (15) . (5) Obat antidiabetika oral Ada tiga jenis obat anti diabetes yang ada di Indonesia (13) , yaitu : Tipe 1 (Short Acting) Jenis ini memiliki paruh waktu sekitar 4 jam, daya kerjanya cepat, diberikan 1-3 kali sehari (pagi siang sore). Yang termasuk kelompok ini adalah restinon, orinase, nadisan, dymelors. Tipe 2 (Intermediate Acting) Memilih paruh waktu antara 5-8 jam, diberikan 1-2 kali sehari (pagi dan siang jangan pagi dan sore) apabila diberikan cukup sekali sehari, berikanlah pada pagi hari saja. Termasuk golongan ini adalah golongan glibenclamid (euglukon, daonil), golongan gliclazide (diamicron), golongan gliquidone (glurenorm) dan golongan glipizide (minidiab). Tipe 3 (Long Acting) Mempunyai paruh waktu antara 24-36 jam, diberikan sekali saja setiap pagi jangan diberikan dalam dosis terbaru. 9. Pemeriksaan Pemeriksaan atau check up yang harus dilakukan oleh penderita diabetes mellitus ada 3, yaitu (13) : 1) Pemeriksaan fisik lengkap yang meliputi kesehatan umum seperti berat badan, tekanan darah dan sebagainya. 2) Pemeriksaan laboratorium yang meliputi pemeriksaan gula darah puasa, pemeriksaan gula darah 2 jam setelah makan, urine lengkap, lemak (kolesterol HDL, LDL dan trigliserida), ureum dan kreatinin. 3) Pemeriksaan spesialisasi antara lain pemeriksaan mata, syaraf dan jantung.
2.2 Konsep Motivasi 2.2.1 Pengertian Motivasi adalah suatu konstruk yang dimulai dari adanya need atau kebutuhan pada diri individu dalam bentuk energi aktif yang menyebabkan timbulnya dorongan dengan intensitas tertentu yang berfungsi mengaktifkan, memberi arah, dan membuat persisten (berulang-ulang) dari suatu perilaku untuk memenuhi kebutuhan yang menjadi penyebab timbulnya dorongan itu sendiri (10) . Motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motivasi juga dapat diartikan sebagai perasaan atau pikiran yang mendorong seseorang melakukan atau menjalankan kekuasaan terutama dalam berperilaku (16) .
2.2.2 Teori-teori motivasi Terdapat beberapa teori yang menjelaskan tentang motivasi yang dapat dikelompokan sebagai berikut (10) : 1. Teori kepuasan (content theory) Yaitu pendekatannya atas faktor-faktor kebutuhan dan kepuasan individu yang menyebabkan bertindak dan berperilaku dengan cara tertentu. Teori yang memusatkan pada faktor dalam diri orang yang menguatkan, mengarahkan, mendukung dan menghentikan perilakunya, yang memotivasi semangat seseorang untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan. 2. Teori motivasi proses (process theory) Yaitu merupakan proses sebab akibat bagaimana seseorang bekerja serta hasil apa yang diperolehnya. Jika bekerja baik saat ini, maka hasilnya akan diperoleh baik di hari esok. Jadi hasi yang diperolehnya tercermin dalam bagaimana proses kegiatan yang dilakukan seseorang, hasil hari ini merupakan kegiatan hari kemarin. Teori motivasi proses ini meliputi teori harapan, teori keadilan dan teori pengukuhan.
2.2.3 Faktor motivasi Orang-orang tidak hanya berbeda dalam kemampuan untuk berbuat, akan tetapi juga berbeda dalam kemauan untuk berbuat atau motivasi. Motivasi seseorang tergantung kepada kekuatan motif mereka. Motif kadang-kadang didefinisikan sebagai kebutuhan, keinginan, dorongan atau gerak hati dalam individu (17) . Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi manusia untuk berperilaku adalah sebagai berikut (18) .
1. Jenis kelamin Tingkah laku antara pria dan wanita mempunyai perbedaan, hal ini terjadi karena pengaruh hormonal, struktur fisik maupun norma pembagian tugas. Oleh karena itu pria cenderung lebih termotivasi melakukan sesuatu karena fisik yang kuat (18) . Jenis kelamin merupakan aspek identitas yang sangat berarti, wanita dan pria mempunyai pengalaman yag berbeda tentang pembentukan identitas jenis kelamin. Identitas jenis kelamin terbentuk sekitar usia tiga tahun. Anak laki-laki dan perempuan mulai mengenal tingkah laku dan ciri-ciri kepribadian yaang sesuai bagi masing-masing jenis kelaminnya (19) . Wanita dan pria mempunyai perbedaan secara psikologis dimana wanita lebih emosional daripada pria karena wanita lebih mudah tersinggung, mudah terpengaruh, sangat peka, menonjolkan perasaan, dan mudah meluapkan perasaan. Sementara pria tidak emosional, sangat objektif, tidak mudah terpengaruh, mudah memisahkan antara pikiran dan perasaan sehingga terkadang kurang peka dan mampu memendam perasaannya (19) . 2. Lingkungan Lingkungan adalah sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun lingkungan sosial. Lingkungan sangat berpengaruh terhadap tingkah laku manusia. 3. Pendidikan Pendidikan mencakup seluruh proses kehidupan dan segala bentuk interaksi individu dengan lingkungannya, baik secara formal maupun informal. Hasil dari proses belajar adalah seperangkat perubahan tingkah laku. Seseorang yang berpendidikan tinggi tingkah lakunya akan berbeda. 4. Pengetahuan Besar kecilnya pengetahuan yang dimiliki seseorang akan berpengaruh pada tingkah lakunya. 5. Kebudayaan Kebudayaan antar daerah berbeda-beda dan ini sangat berpengaruh pada tingkah lakunya. 6. Sosial ekonomi Lingkungan sosial ekonomi sangat berpengaruh terhadap tingkah laku seseorang. Keadaaan ekonomi keluarga yang relatif mencukupi akan mampu manyediakan fasilitas dan kebutuhan untuk keluarganya. Sehingga pasien yang mempunyai tingkat sosial ekonomi tinggi akan mempunyai motivasi yang berbeda dengan pasien yang tingkat sosial ekonominya rendah. Pernyataan lain tentang faktor yang mempengaruhi motivasi adalah kepribadian, sikap, pengalaman, cita-cita atau harapan, dorongan orang tua, saudara dan lingkungan sekitar. Sebenaarnya kedua pernyataan diatas saling mendukung hanya saja pernyataan yang pertama tadi sudah diklasifikasikan untuk pengaruh internal dan eksternal. Dari kedua pernyataan tersebut ada komponen yang belum dijelaskan yaitu sikap, harapan, dan dorongan keluarga
sebagai berikut (9) :
1. Sikap Sikap merupakan penilaian terhadap stimulus atau obyek, sehingga seseorang tersebut akan menilai atau bersikap enggan terhadap stimulus tersebut. Sikap sering diperoleh dari pengalaman diri sendiri maupun orang lain. 2. Harapan Harapan merupakan kemungkinan yang dilihat untuk memenuhi kebutuhan tertentu dari seorang individu yang di dasarkan atas pengalaman yang telah lampau, baik pengalaman dari sendiri maupun dari orang lain. 3. Dukungan keluarga Dukungan keluarga itu merupakan dukungan-dukungan sosial yang dipandang oleh anggota keluarga sebagai sesuatu yang dapat diakses untuk keluarga (dukungan sosial bisa atau tidak digunakan, tapi anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan).
2.2.3 Motivasi dalam penyakit DM Dalam penyembuhan penyakit DM dibutuhkan motivasi dan pemberdayaan diri agar menghasilkan rasa percaya diri, berpikir positif dan bijak sehingga dapat terwujud sebuah perilaku aktif terhadap pengelolaan penyakit diabetes mellitus. Ada 4 kategori motivasi dalam hal mengontrol kadar gula darah (11) :
1. Kategori pertama Keadaan yang ideal, mengetahui motivasi kita yang sebenarnya dan tindakan/perilaku kita sesuai dengan motivasi kita (Saya tahu apa yang saya mau dalam mengontrol kadar gula darah). 2. Kategori kedua Kita tahu motivasi kita yang sebenarnya namun oleh karena berbagai macam hal, tindakan atau perilaku kita tidak sesuai (saya tahu tetapi sulit untuk mengontrol kadar gula darah). 3. Kategori ketiga Kita tidak tahu motivasi kita yang sebenarnya, yang kita pikirkan hanya proses tindakannya saja, yang penting tindakanya tidak negatif. (saya dapat bertindak apa saja dalam mengontrol kadar gula darah asalkan benar dan tidak negatif). 4. Kategori keempat Kita tidak tahu motivasi kita sebenarnya sehingga tindakan atau perilaku kita pasti salah (saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan dalam mengontrol gula darah).
2.3 Konsep Perilaku 2.3.1 Pengertian Perilaku dari pandangan biologis adalah merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Perilaku manusia pada hakikatnya adalah suatu aktivitas pada manusia itu sendiri. Perilaku adalah semua kegiatan atau aktifitas organisme tersebut, baik yang dapat diamati secara langsung atau tidak langsung (20) . Perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespon, maka teori skiner disebut teori S - O - Ratau Stimulus Organisme Respon. Skiner membedakan adanya dua respons, yaitu (20) : 1. Respondent respons atau reflexsive Yakni respon yang ditimbulkan oleh rangsangan rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebut electing stimulation karena menimbulkan respon-respon yang relatif tetap. Misalnya : makanan yang lezat menimbulkan keinginan untuk makan, cahaya terang menyebabkan mata tertutup, dan sebagainya. Respondent respons ini juga mencakup perilaku emosinal misalnya mendengar berita musibah menjadi sedih atau menangis, lulus ujian meluapkan kegembiraannya ddengan mengadakan pesta, dan sebagainya. 2. Operant respons atau instrumental respons Yakni respon yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu. Perangsang ini disebut reinforcing stimulation atau reinforce, karena memperkuat respon. Misalnya apabila seorang petugas kesehatan melaksanakan tugasnya dengan baik (respon terhadap uraian tugasnya atau job skripsi) kemudian memperoleh penghargaan dari atsannya (stimulus baru), maka petugas kesehatan tersebut akan lebih baik lagi dalam melaksanakan tugasnya.
2.3.2 Bentuk Perilaku Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua : 1. Bentuk pasif Adalah respons internal, yaitu respon yang terjadi didalam diri manusia dan tidak secara langsung dapat terlihat oleh orang lain (Covert behaviour), respons atau reaksi terhadap stimulus masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran dan sikap. Misalnya seorang ibu tahu bahwa imunisasi itu dapat mencegah suatu penyakit tertentu, meskipun ibu tersebut tidak membawa anaknya ke puskesmas untuk diimunisasi. 2. Bentuk aktif Yaitu respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktik, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain (Overt behaviour). Misalnya pada contoh di atas, si ibu sudah membawa anaknya ke Puskesmas atau fasilitas kesehatan lain untuk imunisasi.
2.3.3 Perilaku Kesehatan Perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman serta lingkungan. Perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok (20) : 1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (Health maintanance) Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit. Perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3 aspek, yaitu : 1) Perilaku sehubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan (health promotion behavior), misalnya makan makanan yang bergizi, olah raga, dan sebagainya. 2) Perilaku pencegahan penyakit (health prevention behavior) adalah respons untuk melakukan pencegahan penyakit, misalnya : tidur memakai kelambu untuk mencegah gigitan nyamuk malaria, imunisasai, dan sebagainya. Termasuk juga perilaku untuk tidak menularkan penyakit kepada orang lain. 3) Perilaku sehubungan dengan pencarian pengobatan (health seekingbehavior) yaitu perilaku untuk melakukan atau mencari pengobatan, misalnya usaha-usaha mengobati sendiri penyakitnya, atau mencari pengobatan ke fasilitas-fasikitas kesehatan modern (puskesmas, mantri, dokter praktek, dan sebagainya), maupun ke fasilitas kesehatan tradisional (dukun, sinshe, dan sebagainya) 4) Perilaku sehubungan dengan pemulihan kesehatan (health rehabilitation behavior) yaitu perilaku yang berhubungan dengan usaha-usaha pemulihan kesehatan setelah sembuh dari suatu penyakit. Misalnya melakukan diet, mematuhi anjuran-anjuran dokter dalam rangka pemulihan kesehatan. 2. Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan Adalah respons seseorang terhadap sistem pelayanan kesehatan baik sistem pelayanan kesehatan modern maupun tradisional. Perilaku ini menyangkut respons terhadap fasilitas pelayanan, cara pelayanan, petugas kesehatan, dan obat-obatannya, yang terwujud dalam pengetahuan, persepsi, sikap dan penggunaan fasilitas, petugas, dan obat-obatan. 3. Perilaku terhadap makanan (nutrition behavior) Yakni respon seseorang terhadap makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan. Perilaku ini meliputi pengetahuan, persepsi, sikap dan praktik kita terhadap makanan serta unsur-unsur yang terkandung didalamnya (zat gizi), pengelolaan makanan, dan sebagainya sehubungan kebutuhan tubuh kita. 4. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan (enviromental health behavior) Adalah respons seseorang terhadap lingkungan sebagai determinan kesehatan manusia. Lingkup perilaku ini seluas lingkup kesehatan lingkungan itu sendiri. Perilaku ini antara lain mencakup : 1) Perilaku sehubungan dengan air bersih, termasuk didalamnya komponen, manfaat, dan penggunaan air bersih untuk kepentingan kesehatan. 2) Perilaku sehubungan dengan pembuangan air kotor, yang menyangkut segi-segi higiene, pemeliharaan, teknik, dan penggunaannya. 3) Perilaku sehubungan dengan limbah, baik limbah padat maupun limbah cair, termasuk didalamnya sistem pembuangan sampah dan air limbah yang sehat, serta dampak pembuangan limbah yang tidak baik. 4) Perilaku sehubungan dengan rumah yang sehat, yang meliputi ventilasi, pencahayaan, lantai, dan sebagainya. 5) Perilaku sehubungan dengan pembersihan sarang-sarang nyamuk (vektor), dan sebagainya.
2.3.4 Determinan Perilaku Perilaku merupakan bentuk respon dari stimulus (rangsangan dari luar). Hal ini berarti meskipun bentuk stimulusnya sama namun bentuk respon akan berbeda dari setiap orang. Faktor-faktor yang membedakan respon terhadap stimulus disebut determinan perilaku (20) . Faktor penentu atau determinan perilaku manusia sulit untuk dibatasi karena perilaku manusia merupakan resultan dari berbagai faktor, baik internal maupun eksternal (lingkungan). Perilaku manusia sebenarnya merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan, yaitu pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi dan sikap (20) . Sedangkan gejala kejiwaan tersebut juga ditentukan atau dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu faktor pengalaman, keyakinan, sarana fisik dan sosial budaya masyarakat (20) .
2.3.5 Strategi Perubahan Perilaku Beberapa strategi untuk memperoleh perubahan perilaku menurut WHO dikelompokan menjadi tiga (18) : 1. Menggunakan kekuatan/kekuasaan atau dorongan Perubahan perilaku dipaksakan kepada sasaran atau masyarakat sehingga ia mau berperilaku seperti yang diharapkan. Cara ini dapat ditempuh misalnya degan adanya peraturan/undang-undang yg harus dipatuhi masyarakat. Cara ini menghasilkan perilaku yang cepat, tetapi belum tentu berlangsung lama, karena belum/tidak didasari kesadaran sendiri. 2. Pemberian informasi Pemberian informasi tentang cara-cara mencapai hidup sehat, cara pemeliharaan kesehatan, dan lain-lain akan meningkatkan pengetahuan masyarakat. Perubahan perilaku degan cara ini memakan waktu lama, tetapi perubahan yang dicapai bersifat langgeng karena didasari oleh kesadaran mereka sendiri (bukan karena paksaan). 3. Diskusi partisipasi Sebagai peningkatan cara yang kedua di atas. Masyarakat tidak hanya pasif, tapi harus aktif berpartisipasi melalui diskusi-diskusi tentang informasi yang diterimanya. Cara ini membutuhkan waktu lebih lama dari cara kedua.
2.4 Konsep Hubungan Motivasi dan Perilaku Motivasi merupakan suatu tenaga yang terdapat dalam diri manusia yang menimbulkan, mengarahkan dan mengorganisasi tingkah laku (Perilaku). Perilaku ini timbul karena adanya dorongan faktor internal dan faktor eksternal. Perilaku dipandang sebagai reaksi atau respons terhadap suatu stimulus. Woodhworth, mengungkapkan bahwa perilaku terjadi karena adanya motivasi atau dorongan (drive) yang mengarahkan individu untuk bertindak sesuai dengan kepentingan atau tujuan yang ingin dicapai. Karena tanpa dorongan tadi tidak akan ada suatu kekuatan yang mengarahkan individu pada suatu mekanisme timbulnya perilaku. Dorongan diaktifkan oleh adanya kebutuhan (need), dalam arti kebutuhan membangkitkan dorongan, dan dorongan ini pada akhirnya mengaktifkan atau memunculkan mekanisme perilaku (21) . Lebih lanjut dijelaskan bahwa motivasi sebagai penyebab dari timbulnya perilaku menurut Woodworth mempunyai 3 (tiga) karakteristik, yaitu (21) : 1. Intensitas, menyangkut lemah dan kuatnya dorongan sehingga menyebabkan individu berperilaku tertentu 2. Pemberi arah, mengarahkan individu dalam menghindari atau melakukan suatu perilaku tertentu 3. Persistensi atau kecenderungan untuk mengulang perilaku secara terus menerus. Dengan kata lain, jika ketiga hal tersebut lemah, maka motivasi tak akan mampu menimbulkan perilaku. Pandangan lain dikemukakan oleh Hull yang menegaskan bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh motivasi atau dorongan oleh kepentingan mengadakan pemenuhan atau pemuasan terhadap kebutuhan yang ada pada diri individu. Lebih lanjut dijelaskan bahwa perilaku muncul tidak semata-mata karena dorongan yang bermula dari kebutuhan individu saja, tetapi juga karena adanya faktor belajar. Faktor dorongan ini dikonsepsikan sebagai kumpulan energi yang dapat mengaktifkan tingkah laku atau sebagai motivasional faktor, dimana timbulnya perilaku menurut Hull adalah fungsi dari tiga hal yaitu : kekuatan dari dorongan yang ada pada individu, kebiasaan yang didapat dari hasil belajar, serta interaksi antara keduanya (21) . Berdasarkan uraian di atas, baik konsep yang dikemukakan Woodhworth maupun Hull, keduanya menjelaskan bahwa motivasi berkaitan erat dengan perilaku.
2.5 Perilaku Mengontrol Kadar Gula darah Ada empat cara pengelolaan diabetes mellitus dalam mengontrol kadar gula darah yang dikenal dengan empat serangkai pengelolaan diabetes mellitus (8) , yaitu
sebagai berikut : 1. Edukasi 2. Perencanaan makanan (diet) 3. Latihan jasmani atau olahraga 4. Intervensi medis.
2.6 Kerangka Teori Penyakit diabetes mellitus merupakan penyakit kronis yang bersifat progresif. Diabetes melitus tidak bisa disembuhkan, tetapi bisa dikurangi atau dikontrol kadar gula darahnya (2) . Pengontrolan kadar gula darah secara teratur harus dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi kronis, dan dengan pengontrolan yang teratur penderita diabetes mellitus dapat hidup secara normal (6) . Pengontrolan diabetes mellitus yang baik dapat mengurangi komplikasi 20 sampai 30 % (7) . Ada empat cara pengelolaan diabetes mellitus dalam mengontrol kadar gula darah yang dikenal dengan empat serangkai pengelolaan diabetes mellitus, yaitu edukasi, perencanaan makanan, latihan jasmani dan intervensi medis. Bila penderita diabetes mellitus taat dan disiplin serta mau berperilaku sehari-hari dengan baik dan mengikuti empat serangkai dalam pengelolaan diabetes mellitus, maka kualitas kesehatan penderita diabetes mellitus juga akan baik (8) . Perilaku manusia sebenarnya merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan, yaitu pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi dan sikap. Sedangkan gejala kejiwaan tersebut juga ditentukan atau dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu faktor pengalaman, keyakinan, sarana fisik dan sosial budaya masyarakat (20) .
Gambar 2. 1 Determinan Perilaku Manusia
Sumber (20)
Perilaku penderita diabetes mellitus dalam mengontrol kadar gula darah salah satunya dipengaruhi oleh faktor motivasi atau dorongan yang dilandasi kebutuhan yang dirasakan (9) . Pengetahuan Persepsi Sikap Keinginan Kehendak Motivasi Niat
Perilaku Pengalaman Keyakinan Fasilitas Sosial - Budaya Motivasi adalah suatu konstruk yang dimulai dari adanya need atau kebutuhan pada diri individu dalam bentuk energi aktif yang menyebabkan timbulnya dorongan dengan intensitas tertentu yang berfungsi mengaktifkan, memberi arah, dan membuat persisten (berulang-ulang) dari suatu perilaku untuk memenuhi kebutuhan yang menjadi penyebab timbulnya dorongan itu sendiri (10) . Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi seseorang untuk berperilaku, yaitu (18) : 1. Faktor Internal : Jenis kelamin, sikap, kepribadian, pengalaman, harapan. 2. Faktor eksternal : Lingkungan, pendidikan, pengetahuan, kebudayaan dan sosial ekonomi.
Gambar 2.2 Faktorfaktor yang Mempengaruhi Motivasi
Perilaku Faktor Eksternal : Lingkungan Pendidikan Pengetahuan Kebudayaan Sosial ekonomi Faktor Internal : Jenis kelamin Sikap Kepribadian Cita-cita/harapan Pengalaman
Motivasi Sumber (18) BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep Perilaku terjadi karena adanya motivasi atau dorongan (drive) yang mengarahkan individu untuk bertindak sesuai dengan kepentingan atau tujuan yang ingin dicapai, karena tanpa dorongan tadi tidak akan ada suatu kekuatan yang mengarahkan individu pada suatu mekanisme timbulnya perilaku. Dorongan diaktifkan oleh adanya kebutuhan (need), dalam arti kebutuhan membangkitkan dorongan, dan dorongan ini pada akhirnya mengaktifkan atau memunculkan mekanisme perilaku (21) .
Gambar 3.1 Kerangka Konsep
(Variabel independent) (Variabel dependent)
3.2 Hipotesis 3.2.1 Hipotesis Nol (Ho) Tidak ada hubungan antara motivasi penderita diabetes mellitus dengan perilaku (mengontrol) kadar gula darah di Puskesmas Panongan Kabupaten Majalengka tahun 2012.
Motivasi Perilaku (mengontrol) kadar gula darah 3.2.2 Hipotesis Alternatif (Ha) Ada hubungan antara motivasi penderita diabetes mellitus dengan perilaku (mengontrol) kadar gula darah di Puskesmas Panongan Kabupaten Majalengka tahun 2012.
3.3 Definisi Operasional, Variabel, dan Cara Pengukuran Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Motivasi penderita diabetes mellitus Dorongan dari dalam diri individu dan dorongan dari luar individu yang menyebabkan penderita diabetes mellitus melakukan kegiatan untuk mengontrol kadar gula darah Kuesioner
Kuesioner Tinggi : jika skor total mean
Rendah : jika skor total < mean
Ordinal Perilaku (mengontrol) kadar gula darah Tindakan nyata yang dilakukan oleh penderita diabetes mellitus dalam upaya mengendalikan kadar gula darah. Kuesioner Kuesioner Aktif : jika skor total mean
Pasif : jika skor total < mean Ordinal
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah korelasi yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan antara gejala yang satu dengan gejala lainya atau variabel satu dengan variabel lainya (23) . Menggunakan metode cross sectional atau potong silang yang dicirikan dengan variabel independent (bebas) dan variabel dependent (terikat) diukur pada waktu yang bersamaan (24) .
4.2 Variabel Penelitian Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang suatu konsep pengertian tertentu (23) . Variabel independent (bebas) dalam penelitian ini adalah motivasi penderita diabetes mellitus, sedangkan variabel dependent (terikat) adalah perilaku (mengontrol) kadar gula darah.
4.3 Populasi dan Sampel 4.3.1 Populasi Populasi merupakan seluruh subjek atau objek dengan karakteristik tertentu yang akan diteliti (23) . Populasi dalam penelitian ini adalah penderita diabetes mellitus tipe 2 yang berada di wilayah kerja Puskesmas Panongan Kabupaten Majalengka tahun 2011 berjumlah 142 orang.
4.3.2 Sampel Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Apabila populasi kurang dari 100 maka populasi yang ada semua dijadikan sampel (total sampling), tetapi jika jumlah populasinya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih dari populasi (24) .
Maka jumlah sampel dalam penelitian ini berjumlah 36 orang atau 25% dari populasi. Kriteria sampel dalam penelitian ini adalah : 1. Penderita diabetes mellitus tipe 2 yang terdiagnosis dan tercatat di Puskesmas Panongan tahun 2011 2. Berada atau bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Panongan 3. Tidak menjadi responden pada saat dilakukan studi pendahuluan 4. Bersedia menjadi responden Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik acak sistematis (systematic sampling), yaitu pengambilan sampel yang dilakukan secara acak sistematik karena anggota populasi bersifat homogen, artinya setiap anggota populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk diambil sebagai sampel. Dilakukan dengan cara sebagi berikut (23) : 1. Membuat daftar seluruh penderita diabetes mellitus tipe 2 yang ada di wilayah kerja Puskesmas Panongan tahun 2012 dan diberi nomor urut. 2. Menentukan interval dengan cara membagi jumlah populasi dengan jumlah sampel yang dibutuhkan. 3. Menentukan sampel pertama dengan cara melotre sesuai dengan nomor urut interval.
4.4 Instrumen Penelitian Instrumen penelitian merupakan alat bantu bagi peneliti dalam mengumpulkan data (24) . Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen yang dibuat sendiri berdasarkan kisi-kisi instrumen yang disusun menurut indikator dari variabel motivasi penderita diabetes mellitus dan variabel perilaku (mengontrol) kadar gula darah di Puskesmas Panongan Kabupaten Majalengka. Instrumen untuk mengukur tingkat motivasi penderita diabetes mellitus dan perilaku (mengontrol) kadar gula darah dengan mengunakan kuesioner berupa pertanyaan tertutup (closed ended) yang terdiri dari 20 pertanyaan (10 pertanyaan tentang motivasi penderita diabetes mellitus dan 10 pertanyaan tentang perilaku mengontrol kadar gula darah) yang disusun dalam sebuah deret pertanyaan/pernyataan, dimana responden tinggal memilih jawaban yang sudah disediakan. Instrumen ini menggunanakan model scala likert yaitu suatu bentuk kuesioner yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (25) . Dengan skala likert, variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel, kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pertanyaan atau pernyataan. Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala likert mempunyai gradasi (berjenjang), seperti : selalu (SL), sering (SR), kadang-kadang (KD), jarang (JR), dan tidak pernah (TP) (25) .
4.5 Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner, dilakukan dengan cara peneliti berkunjung ke rumah penderita (home visite). Data yang diambil adalah primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari responden dengan menggunakan instrumen alat pengambilan data berupa kuesioner dan data sekunder yang diperoleh dari dokumentasi puskesmas. Responden diminta untuk menjawab pertanyaan dengan cara memberikan tanda check list () pada lembar pertanyaan yang telah disediakan. Adapun kategori interpretasi data yang digunakan adalah sebagai berikut : Selalu (4), sering (3), kadang-kadang (2), jarang (1), dan tidak pernah (0).
4.6 Uji Coba Kuesioner Uji validitas dan reliabilitas dilakukan untuk memastikan instrumen penelitian sebagai alat ukur yang akurat dan dapat dipercaya. Validitas menunjukan sejauh mana suatu alat ukur dapat mengukur apa yang ingin diukur. Sedangkan reliabilitas menunjukan sejauh mana suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran terhadap aspek yang sama (internal consistency reliability) (24) . Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan korelasi pearson product moment, yaitu menggunakan analisis butir (item) yakni mengkorelasikan skor tiap butir (item) pertanyaan dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir pertanyaan. Item mempunyai validitas tinggi jika koefisien korelasinya minimal sebesar 0,3 (25) . Sedangkan uji reliabilitas dilakukan dengan metode internal consistency yang diukur dengan menggunakan koefisien cronbach alpha, jika koefisien cronbach alpha lebih besar dari pada 0,6 maka dinyatakan bahwa instumen pengukuran yang digunakan dalam penelitian adalah handal (reliabel) (26) . Penafsiran valid atau tidaknya setiap butir soal dan reliabel tidaknya suatu instrumen digunakan aturan sebagai berikut : untuk menginterpretasi hasil uji validitas dan reliabilitas digunakan derajat kebebasan (db), yaitu jumlah sampel dikurangi satu (n 1), kemudian dicocokkan dengan tabel r produk moment pada taraf signifikan () 0,05. Uji validitas dan reliabilitas kuesioner dilakukan terhadap 20 penderita diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas Jatitujuh. Hasil uji validitas dengan nilai korelasi berkisar (0,670 0,899), nilai tersebut lebih besar dari dari nilai table r product moment adalah (0,456), sehingga instrumen penelitian dapat dinyatakan valid. Sedangkan hasil uji reliabilitas didapatkan nilai alpha cronbach (0,978), nilai yang didapat tersebut lebih besar dari nilai table r product moment adalah (0,456), jadi instrumen penelitian dapat dinyatakan reliabel. 4.7 Pengolahan Data Sebelum dilakukan pengolahan data, variabel motivasi dan perilaku diberi skor sesuai dengan bobot jawaban dari pertanyaan yang disediakan, pengolahan data dilakukan dengan tahapan sebaga berikut (27) : 1. Editing Melakukan pemeriksaan terhadap kelengkapan dan kejelasan jawaban kuesioner dan penyesuaian data yang diperoleh dengan kebutuhan penelitian. Hal ini dilakukan dilapangan sehingga apabila terdapat data yang meragukan ataupun salah maka dapat ditanyakan lagi kepada responden. 2. Coding Kegiatan mengklasifikasikan data atau pemberian kode-kode pada tiap-tiap data yang termasuk dalam kategori yang sama, yang diperoleh dari sumber data yang telah diperiksa kelengkapan. Kode adalah isyarat yang dibuat dalam bentuk angka atau huruf yang memberikan petunjuk atau identitas pada suatu informasi atau data yang akan dianalisis. 3. Scoring Tahap ini meliputi pemberian nilai untuk masing-masing pertanyaan dan penjumlahan hasil scoring dari semua pertanyaan. Skoring dalam penelitian ini menggunakan skala likert dengan kriteria penilaian selalu (4), sering (3), kadang-kadang (2), jarang (1), dan tidak pernah (0). 4. Entry Data yang sudah diberi kode kemudian dimasukan ke dalam komputer dengan menggunakan program SPSS 16. 5. Cleaning Merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah dimasukan, dilakukan bila terdapat kesalahan dalam memasukan data yaitu dengan melihat distribusi frekuensi dari variabel-variabel yang diteliti. 6. Tabulating Tabulasi data yang telah lengkap disusun sesuai dengan variabel yang dibutuhkan lalu dimasukan ke dalam tabel distribusi frekuensi. Setelah diperoleh hasil dengan cara perhitungan, kemudian nilai tersebut dimasukan ke dalam kategori nilai yang telah dibuat.
4.8 Analisa Data Data yang telah terkumpul dianalisa dengan menggunakan program SPSS 16, analisa data meliputi : 1. Analisis univariat Analisis univariat adalah analisis yang dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian, dan pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variabel tanpa membuat kesimpulan yang berlaku secara umum (generalisasi) (23) . Analisis univariat dalam penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan distribusi dan persentase dari variabel motivasi penderita diabetes mellitus dan variabel perilaku (mengontrol) kadar gula darah.
Analisis univariat dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut (24) :
Keterangan : P = Persentase kategori F = Frekuensi kategori N = Jumlah responden Hasil persentase setiap kategori tersebut dideskripsikan dengan menggunakan kategori sebagai berikut (24) : 0 % : Tidak seorangpun 1-25 % : Sebagian kecil 26-49 % : Hampir setengahnya 50 % : Setengahnya 51-74% : Sebagian besar 75-99 % : Hampir seluruhnya 100% : Seluruhnya 2. Analisis bivariat Analisis bivariat adalah analisis yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi yang dapat dilakukan dengan pengujian statistik (23) . Analisis bivariat dalam penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan motivasi penderita diabetes mellitus dengan perilaku (mengontrol kadar gula darah di Puskesmas Panongan Kabupaten Majalengka tahun 2012. P = N F x 100%
Analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan uji chi square dengan rumus sebagai berikut (26) :
Keterangan : x : chi square O : frekuensi observasi E : frekuensi harapan Dasar pengambilan keputusan penerimaan hipotesis dengan tingkat kepercayaan 95%, yaitu sebagai berikut (26) : 1) Jika nilai sig p (0,05), maka Ho ditolak, yang artinya variabel tersebut memiliki hubungan yang bermakna. 2) Jika nilai sig p > (0,05), maka Ho gagal tolak, yang artinya variabel tersebut tidak memiliki hubungan yang bermakna.
4.9 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada tanggal 30 Juli 2012 sampai dengan 4 Agustus 2012 bertempat di wilayah kerja Puskesmas Panongan Kabupaten Majalengka.
4.10 Etika Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan memperhatikan prinsip-prinsip etika penelitian, yang meliputi (28) : X 2 = (O E) E 1. Informed Consent Sebelum melakukan penelitian, peneliti memberikan penjelasan kepada responden tentang penelitian yang akan dilakukan untuk mengetahui tujuan penelitian secara jelas. Jika responden setuju maka diminta untuk mengisi lembar persetujuan dan menandatanganinya, dan sebaliknya jika responden tidak bersedia, maka peneliti tetap menghormati hak-hak responden. 2. Anominity Responden tidak perlu mengisi identitas diri (tidak mencantumkan nama responden) dengan tujuan untuk menjaga kerahasiaan responden. 3. Privacy Identitas responden tidak akan diketahui oleh orang lain dan mungkin oleh peneliti sendiri sehingga responden dapat secara bebas untuk menentukan pilihan jawaban dari kuesioner tanpa takut diintimidasi oleh pihak lain. 4. Confidentiality Artinya bahwa informasi yang telah dikumpulkan dari responden dijamin kerahasiaanya oleh peneliti. Responden diberikan jaminan bahwa data yang diberikan tidak akan berdampak terhadap kondite dan pekerjaan. Data yang sudah diperoleh oleh peneliti disimpan dan dipergunakan hanya untuk pelaporan penelitian ini serta selanjutnya dimusnahkan.
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian Pengumpulan data dilakukan pada tangal 30 Juli 2012 sampai dengan 4 Agustus 2012 terhadap 36 responden penderita diabetes mellitus tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Panongan Kabupaten Majalengka. Adapun hasil dari penelitian dapat dilihat pada bagian di bawah ini, sebagai berikut : 1. Hasil penelitian motivasi penderita diabetes mellitus mengontrol kadar gula darah di Puskesmas Panongan Kabupaten Majalengka tahun 2012
Gambar 5.1 Distribusi Motivasi Penderita Diabetes Mellitus Mengontrol Kadar Gula Darah di Puskesmas Panongan Kabupaten Majalengka Tahun 2012
Berdasarkan gambar 5.1 di atas, sebagian besar responden (61,1%) memiliki motivasi rendah dan 38,9% memiliki motivasi tinggi dalam mengontrol kadar gula darah. 0 20 40 60 80 100 % 38,9 61,1 100 Jumlah 14 22 36 Motivasi Tinggi Motivasi Rendah Jumlah 2. Hasil penelitian perilaku penderita diabetes mellitus mengontrol kadar gula darah di Puskesmas Panongan Kabupaten Majalengka tahun 2012
Gambar 5.2 Distribusi Perilaku Penderita Diabetes Mellitus Mengotrol Kadar Gula Darah di Puskesmas Panongan Kabupaten Majalengka Tahun 2012
Berdasarkan gambar 5.2 di atas, sebagian besar responden (63,9%) memiliki perilaku pasif dan 36,1% memiliki perilaku aktif dalam mengontrol kadar gula darah. 3. Hubungan motivasi penderita diabetes mellitus dengan perilaku mengontrol kadar gula darah di Puskesmas Panongan Kabupaten Majalengka tahun 2012
Gambar 5.3 Hubungan motivasi penderita diabetes mellitus dengan perilaku mengontrol kadar gula darah di Puskesmas Panongan Kabupaten Majalengka tahun 2012
0 20 40 60 80 100 % 36,1 63,9 100 Jumlah 13 23 36 Perilaku Aktif Perilaku Pasif Jumlah 0 20 40 60 80 100 P e r s e n Perilaku Aktif 92,9 0 Perilaku Pasif 7,1 100 Motifasi Tinggi Motifasi Rendah Berdasarkan gambar 5.3 di atas, 92,9% responden dengan motivasi tinggi memiliki perilaku aktif sedangkan responden dengan motivasi rendah 100% memiliki perilaku pasif dalam mengontrol kadar gula darah. Hasil perhitungan dengan menggunakan uji statistik Chi Square yang diolah dengan Statistical Product and Service Solution (SPSS) 16 for Windows menghasilkan nilai sig p < (0,05) dengan nilai signifikansi 0,000 yang berarti Ho ditolak. Hal ini berarti ada hubungan yang bermakna antara motivasi penderita diabetes mellitus dengan perilaku (mengontrol) kadar gula darah di Puskesmas Panongan Kabupaten Majalengka tahun 2012.
Tabel 5.1 Hasil analisis hubungan motivasi penderita diabetes mellitus dengan perilaku mengontrol kadar gula darah di Puskesmas Panongan Kabupaten Majalengka tahun 2012
Perilaku Mengontrol Kadar Gula Darah Total Sig p Aktif Pasif Motivasi Penderita Diabetes Mellitus Tinggi Count Expected Count 13 5.1 1 8.9 14 14.0
5.2 Pembahasan 5.2.1 Motivasi Penderita Diabetes Mellitus Mengontrol Kadar Gula Darah di Puskesmas Panongan Kabupaten Majalengka Tahun 2012 Hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar responden (61,1%) memiliki motivasi yang rendah dalam mengontrol kadar gula darah di Puskesmas Panongan Kabupaten Majalengka tahun 2012. Rendahnya motivasi penderita diabetes mellitus mengontrol kadar gula darah di Puskesmas Panongan Kabupaten Majalengka dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain faktor intrinsik berupa keinginan dari dalam diri penderita diabetes mellitus itu sendiri yang memiliki niat dan kesadaran yang tinggi untuk mengontrol kadar gula darahnya, dan faktor ekstrinsik berupa daya dukung dari lingkungan tempat penderita berada. Motivasi intrinsik adalah dorongan berupa energi aktif yang timbul dari dalam diri individu itu sendiri atas dasar kemauan sendiri yang menyebabkan terjadinya suatu perubahan pada diri sesorang yang nampak pada gejala kejiwaan, perasaan, dan emosi, sehingga mendorong seseorang untuk bertindak atau melakukan sesuatu atas kesadaranya sendiri serta akan lebih banyak memiliki ide dan kreatifitas dalam menjalankan sebuah perilaku untuk mencapai tujuan atau kebutuhan yang harus terpuaskan. Kurangnya keinginan penderita diabetes mellitus untuk mencari informasi tentang cara mengontrol kadar gula darah, kurangnya keyakinan penderita diabetes mellitus kadar gula darahnya dapat terkendali dengan kontrol teratur, mengakibatkan kurangnya keinginan penderita diabetes mellitus untuk mengontrol (cek) kadar gula darah secara teratur dan tidak adanya jadwal rutin dalam mengontrol kadar gula darah, merupakan beberapa faktor intrinsik yang mempengaruhi rendahnya motivasi penderita diabetes mellitus untuk mengontrol kadar gula darah di Puskesmas Panongan. Sedangkan motivasi ekstrinsik merupakan dorongan berupa dukungan yang berasal dari lingkungan tempat tinggal penderita diabetes mellitus. Kurangnya dukungan aktif dari keluarga dalam kegiatan mengontrol kadar gula darah, mahalnya biaya pemeriksaan kadar gula darah, kurangnya sosialisasi program puskesmas terkait pengendalian kadar gula darah pada penderita diabetes mellitus, dan kurangnya kegiatan konseling tentang cara mengontrol kadar gula darah, merupakan faktor ekstrinsik yang mempengaruhi rendahnya motivasi penderita diabetes mellitus untuk mengontrol kadar gula darah di Puskesmas Panongan Kabupaten Majalengka. Motivasi adalah suatu konstruk yang dimulai dari adanya need atau kebutuhan pada diri individu dalam bentuk energi aktif yang menyebabkan timbulnya dorongan dengan intensitas tertentu yang berfungsi mengaktifkan, memberi arah, dan membuat persisten (berulang-ulang) dari suatu perilaku untuk memenuhi kebutuhan yang menjadi penyebab timbulnya dorongan itu sendiri (10) . Motivasi penderita diabetes mellitus dalam mengontrol kadar gula darah dipengaruhi oleh motivasi intrinsik yang datangnya dari dalam diri individu itu sendiri seperti keinginan untuk disiplin dalam diet, patuh dan teratur dalam latihan fisik, teratur dalam berobat atau terapi medis dan keinginan untuk meningkatkan pengetahuan tentang penyakitnya dan motivasi ekstrinsik yang datangnya dari luar diri sendiri seperti dukungan keluarga, teman dekat, tokoh masyarakat, dukungan ekonomi dan dukungan petugas kesehatan (11) . Untuk meningkatkan motivasi penderita diabetes mellitus dalam mengontrol kadar gula darah, perawat di Puskesmas Panongan dapat meningkatkan peranya sebagai edukator dengan melakukan pendidikan kesehatan dalam pengelolaan diabetes secara mandiri (diabetes self management education) dengan menggunakan metode konseling untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan individu dan keluarga dalam mengelola penyakit diabetes mellitus. Pengetahuan merupakan seluruh kemampuan individu untuk berpikir dan bertindak secara terarah dan efektif, sehingga orang yang mempunyai pengetahuan tinggi akan mudah menyerap informasi, saran, dan nasihat. Meningkatnya pengetahuan penderita diabetes mellitus tentang penyakitnya akan mampu meningkatkan motivasi penderita diabetes mellitus dalam mengontrol kadar gula darah. Sikap merupakan perasaan mendukung atau tidak mendukung pada suatu objek, dimana seseorang akan melakukan kegiatan jika sikapnya mendukung terhadap obyek tersebut, sebaliknya seseorang tidak melakukan kegiatan jika sikapnya tidak mendukung. Berubahnya sikap penderita diabetes mellitus akan pentingnya mengontrol kadar gula darah akan meningkatkan motivasi penderita diabetes mellitus dalam mengontrol kadar gula darah. Keterampilan merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh penderita diabetes mellitus dalam mengontrol kadar gula darah yang meliputi kemampuan dalam pengaturan diet, pola hidup dan olahraga. Meningktanya keterampilan penderita diabetes mellitus dan keluarganya akan mampu meningkatkan motivasi penderita diabetes mellitus dalam mengontrol kadar gula darah.
5.2.2 Perilaku Penderita Diabetes Mellitus Mengontrol Kadar Gula Darah di Puskesmas Panongan Kabupaten Majalengka Tahun 2012 Hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar responden (63,9%) memiliki perilaku yang pasif dalam mengontrol kadar gula darah di Puskesmas Panongan Kabupaten Majalengka tahun 2012. Pasifnya perilaku penderita diabetes mellitus mengontrol kadar gula darah di Puskesmas Panongan Kabupaten Majalengka dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satu faktor dominan yang mempengaruhinya adalah rendahnya motivasi penderita diabetes mellitus untuk mengontrol kadar gula darah. Perilaku terjadi karena adanya motivasi atau dorongan (drive) yang mengarahkan individu untuk bertindak sesuai dengan kepentingan atau tujuan yang ingin dicapai, karena tanpa dorongan tadi tidak akan ada suatu kekuatan yang mengarahkan individu pada suatu mekanisme timbulnya perilaku. Dorongan diaktifkan oleh adanya kebutuhan (need), dalam arti kebutuhan membangkitkan dorongan, dan dorongan ini pada akhirnya mengaktifkan atau memunculkan mekanisme perilaku (21) . Ada 4 kategori motivasi yang mempengaruhi perilaku penderita diabetes mellitus dalam mengontrol kadar gula darah (11) : 5. Kategori pertama Keadaan yang ideal, mengetahui motivasi yang sebenarnya sehingga tindakan/perilaku sesuai dengan motivasi.
6. Kategori kedua Tahu motivasi yang sebenarnya, namun oleh karena berbagai macam hal tindakan atau perilaku tidak sesuai. 7. Kategori ketiga Tidak tahu motivasi sebenarnya, yang dipikirkan hanya proses tindakannya saja, yang penting tindakanya tidak negatif. 8. Kategori keempat Tidak tahu motivasi sebenarnya sehingga tindakan atau perilakunya tidak sesuai/salah. Untuk merubah perilaku pasif penderita diabetes mellitus dalam mengontrol kadar gula darah, perawat di Puskesmas Panongan harus meningkatkan perannya dalam perberdayaan kesehatan keluarga dan melakukan pendidikan kesehatan dalam pengelolaan diabetes secara mandiri (diabetes self management education) dengan menggunakan metode konseling dan intervensi perilaku untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan individu dan keluarga dalam mengelola penyakit diabetes mellitus secara mandiri.
5.2.3 Hubungan Motivasi Penderita Diabetes Mellitus Dengan Perilaku (Mengontrol) Kadar Gula Darah di Puskesmas Panongan Kabupaten Majalengka Tahun 2012 Hasil analisis bivariat dengan menggunakan uji statistik Chi Square menghasilkan nilai sig p < (0,05) dengan nilai signifikansi (0,000) yang berarti ada hubungan yang bermakna antara motivasi penderita diabetes mellitus dengan perilaku (mengontrol) kadar gula darah di Puskesmas Panongan Kabupaten Majalengka tahun 2012. Motivasi merupakan suatu tenaga yang terdapat dalam diri manusia yang menimbulkan, mengarahkan dan mengorganisasi tingkah laku (Perilaku). Perilaku ini timbul karena adanya dorongan faktor internal dan faktor eksternal. Perilaku dipandang sebagai reaksi atau respons terhadap suatu stimulus. Perilaku terjadi karena adanya motivasi atau dorongan (drive) yang mengarahkan individu untuk bertindak sesuai dengan kepentingan atau tujuan yang ingin dicapai, karena tanpa dorongan tadi tidak akan ada suatu kekuatan yang mengarahkan individu pada suatu mekanisme timbulnya perilaku. Dorongan diaktifkan oleh adanya kebutuhan (need), dalam arti kebutuhan membangkitkan dorongan, dan dorongan ini pada akhirnya mengaktifkan atau memunculkan mekanisme perilaku (21) . Motivasi sebagai penyebab dari timbulnya perilaku menurut Woodworth mempunyai 3 (tiga) karakteristik, yaitu (21) : 4. Intensitas, menyangkut lemah dan kuatnya dorongan sehingga menyebabkan individu berperilaku tertentu 5. Pemberi arah, mengarahkan individu dalam menghindari atau melakukan suatu perilaku tertentu 6. Persistensi atau kecenderungan untuk mengulang perilaku secara terus menerus. Dengan kata lain, jika ketiga hal atau karakteristik tersebut rendah, maka motivasi hanya akan mampu menimbulkan perilaku yang pasif. Pandangan lain dikemukakan oleh Hull yang menegaskan bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh motivasi atau dorongan oleh kepentingan mengadakan pemenuhan atau pemuasan terhadap kebutuhan yang ada pada diri individu (21) . Berdasarkan uraian di atas, baik konsep yang dikemukakan Woodhworth maupun Hull, keduanya menjelaskan bahwa motivasi berkaitan erat dengan perilaku. Kedua konsep tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti di Puskesmas Panongan Kabupaten Majalengka tahun 2012, bahwa ada hubungan yang bermakna anatara motivasi penderita diabetes mellitus dengan perilaku (mengontrol) kadar gula darah.
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 36 responden penderita diabetes mellitus tentang hubungan motivasi penderita diabetes mellitus dengan perilaku (mengontrol) kadar gula darah di Puskesmas Panongan Kabupaten Majalengka tahun 2012, penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Sebagian besar responden (61,1%) memiliki motivasi yang rendah dalam mengontrol kadar gula darah di Puskesmas Panongan Kabupaten Majalengka tahun 2012. 2. Sebagian besar responden (63,9%) memiliki perilaku yang pasif dalam mengontrol kadar gula darah di Puskesmas Panongan Kabupaten Majalengka tahun 2012. 3. Ada hubungan yang bermakna antara motivasi penderita diabetes mellitus dengan perilaku (mengontrol) kadar gula darah di Puskesmas Panongan Kabupaten Majalengka tahun 2012 dengan nilai p (0,000) < (0,05).
6.2 Saran 6.2.1 Bagi Puskesmas Panongan Memfasilitasi kebutuhan masyarakat akan layanan kesehatan secara menyeluruh dengan mengadakan program-program yang membantu meningkatkan motivasi dan perilaku masyarakat khususnya penderita diabetes mellitus melalui peningkatan kegiatan perberdayaan kesehatan keluarga dan melakukan pendidikan kesehatan dalam pengelolaan diabetes secara mandiri (diabetes self management education) dengan menggunakan metode konseling dan intervensi perilaku untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan individu dan keluarga dalam mengelola penyakit diabetes mellitusi.
6.2.2 Bagi STIKes Cirebon STIKes Cirebon sebagai institusi pendidikan bidang kesehatan dapat menjalin kerjasama, baik dengan institusi pelayanan kesehatan (puskesmas) maupun dengan masyarakat, dalam meningkatkan dan memfasilitasi tercapainya kesehatan masyarakat yang optimal, khususnya bagi penderita diabetes mellitus melalui upaya peningkatan penyebaran informasi tentang penyakit diabetes mellitus.
6.2.3 Bagi Profesi Perawat Perawat komunitas di Puskesmas mempunyai peran yang sangat penting dalam memberikan asuhan keperawatan khususnya keperawatan keluarga dan komunitas sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan yang diberikan. Dalam hal ini perawat dalam menjalankan tugasnya sebagai pelaksana pemberi layanan kesehatan mampu menjadi edukator yang baik, khususnya bagi penderita diabetes mellitus sehingga perilaku penderita diabetes mellitus terhadap pemenuhan kebutuhan kesehatanya makin meningkat. DAFTAR PUSTAKA
19. Nungki. Pengembangan Kawasan Pinggiran Kota Melalui Pendekatan City Marketing. Surabaya: FTSP ITS; 2007
20. Notoatmodjo. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: PT Rineka Cipta; 2007
21. Marioteguh. Hubungan Motivasi Dengan Perilaku; (diunduh tanggal 12 Juni 2012). Tersedia dari : http://artikel-duniapsikologi-blogspot.com
22. Nina Rahmadiliani. Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Penyakit dan Komplikasi Pada Diabetes Mellitus Dengan Tindakan mengontrol Kadar Gula Darah di Wilayah Kerja Puskesmas 1 Gatak Sukoharjo. Skripsi S1 keperawatan FIK UMS Sukoharjo; 2005
24. Arikunto, S. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi. Jakarta: PT Rineka Cipta; 2007
25. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: ALFABETA; 2004
26. Imam Ghozali. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro; 2002
27. M. Sopiyudin Dahlan. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Penerbit Salemba Medika; 2009
28. Jacob, T. Etika Penelitian Ilmiah. Jogyakarta: Warta Penelitian Universitas Gadjah Mada; 2004n
LAMPIRAN 2 I NFORMED CONSENT
Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : _________________________________________________________ Alamat : _________________________________________________________ _________________________________________________________ Dalam hal ini bersedia memberikan informasi tentang diri saya dan apa yang saya ketahui pada penelitian yang berjudul Hubungan Motivasi Penderita Diabetes Mellitus Dengan Perilaku Mengontrol Kadar Gula Darah Di Puskesmas Panongan Kabupaten Majalengka Tahun 2012 . Kepada mahasiswa S1 Keperawatan STIKes Cirebon : Nama : Sujana Alamat : Desa Beber Kecamatan Ligung Kabupaten Majalengka Dalam memberikan informasi ini saya tidak merasa dipaksa oleh pihak manapun. Informasi yang saya berikan agar digunakan sebagaimana mestinya dan dijaga kerahasiaannya.
Majalengka, Juli 2012 Hormat saya,
( __________________)
LAMPIRAN 4 KUESIONER PENELITIAN
IDENTITAS RESPONDEN Nama / Umur : .. / Thn Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan. Agama : Tempat Tinggal :
PETUNJUK PENGISIAN 1. Bacalah setiap pertanyaan dengan teliti. 2. Setiap pertanyaan harus diisi dengan satu jawaban, yang sesuai dengan apa yang anda rasakan dan anda alami yang sesungguhnya dalam mengontrol kadar gula darah di Puskesmas Panongan Kabupaten Majalengka, yaitu : SL (selalu) : Apabila hal pernyataan selalu dilakukan SR (sering) : Apabila hal pernyataan lebih banyak dilakukan dari pada tidak dilakukan. KD (kadang-kadang) : Apabila hal pernyataan seimbang antara dilakukan dan tidak dilakukan JR (jarang) : Apabila hal pernyataan lebih sering tidak dilakukan daripada dilakukan. TP (tidak pernah) : Apabila hal pernyataan tidak pernah dilakukan. 3. Berilah tanda check list () pada kolom yang telah disediakan sesuai dengan yang saudara rasakan. 4. Bila ada hal-hal yang kurang jelas bisa langsung ditanyakan.
A. Motivasi Responden Dalam Mengontrol Kadar Gula Darah NO PERNYATAAN SL SR KD JR TP 1 Saya mempunyai keinginan yang kuat untuk mencari informasi tentang cara mengontrol kadar gula darah
2 Saya merasa mempunyai keinginan kuat untuk memeriksa (cek) kadar gula darah sesuai jadwal yang telah ditentukan.
3 Saya mempunyai keyakinan kadar gula darah dapat turun/normal dengan kontrol teratur
4 Saya mempunyai jadwal rutin untuk mengontrol kadar gula darah
5 Saya mengontrol kadar gula darah atas kemauan sendiri
6 Saya merasa mempunyai keinginan kuat untuk mengatur diet karena ada perhatian dari orang terdekat/keluarga
7 Saya merasa mempunyai semangat berolahraga karena ada orang terdekat/keluarga yang menemani
8 Saya merasa mempunyai semangat untuk minum obat penurun gula darah karena ada perhatian dari orang terdekat/keluarga
9 Saya mempunyai keinginan yang kuat untuk mengontrol kadar gula darah karena ada anjuran/konseling dari petugas kesehatan
10 Saya mempunyai semangat untuk memeriksa (cek) kadar gula darah ke puskesmas atau sarana kesehatan lainya karena ada dukungan dari orang terdekat/keluarga
B. Perilaku Responden Mengontrol Kadar Gula Darah NO PERNYATAAN SL SR KD JR TP 11 Melakukan diet dengan mengurangi karbohidrat
12 Melakukan diet dengan mengurangi lemak
13 Melakukan diet dengan mengurangi protein
14 Melakukan diet dengan mengurangi pemanis
15 Melakukan diet dengan meningkatkan konsumsi serat larut air
16 Minum obat penurun kadar gula darah 17 Melakukan olahraga 18 Berkunjung ke puskesmas atau sarana kesehatan lain untuk memeriksa (cek) kadar gula darah
19 Mengikuti penyuluhan atau konseling tentang diet DM
20 Memeriksa (cek) kadar gula darah pada jadwal yang telah ditentukan oleh petugas kesehatan
TERIMA KASIH ATAS PARTISIPASINYA
HASIL UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS (OUTPUT SPSS 16)
Scale: Reliabilitas soal
Case Processing Summary N % Cases Valid 20 100.0 Excluded a 0 .0 Total 20 100.0 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items .978 20
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Rendah 22 61.1 61.1 61.1 Tinggi 14 38.9 38.9 100.0 Total 36 100.0 100.0
Frequencies Statistics Perilaku (Mengontrol) Kadar Gula Darah N Valid 36 Missing 0
Perilaku (Mengontrol) Kadar Gula Darah
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Pasif 23 63.9 63.9 63.9 Aktif 13 36.1 36.1 100.0 Total 36 100.0 100.0
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent Motivasi Penderita Diabetes Mellitus * Perilaku (Mengontrol) Kadar Gula Darah 36 100.0% 0 .0% 36 100.0%
Motivasi Penderita Diabetes Mellitus * Perilaku (Mengontrol) Kadar Gula Darah Crosstabulation
Perilaku (Mengontrol) Kadar Gula Darah Total
Pasif Jika Skor Total < Mean Aktif Jika Skor Total >= Mean Motivasi Penderita Diabetes Mellitus Tinggi Jika Skor Total >= Mean Count 1 13 14 Expected Count 8.9 5.1 14.0 % within Motivasi Penderita Diabetes Mellitus 7.1% 92.9% 100.0% Rendah JikaSkor Total < Mean Count 22 0 22 Expected Count 14.1 7.9 22.0 % within Motivasi Penderita Diabetes Mellitus 100.0% .0% 100.0% Total Count 23 13 36 Expected Count 23.0 13.0 36.0 % within Motivasi Penderita Diabetes Mellitus 63.9% 36.1% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square 31.975 a 1 .000
Continuity Correction b 28.077 1 .000
Likelihood Ratio 39.887 1 .000
Fisher's Exact Test
.000 .000 Linear-by-Linear Association 31.087 1 .000
N of Valid Cases b 36
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,06. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper For cohort Perilaku (Mengontrol) Kadar Gula Darah = Pasif Jika Skor Total < Mean 14.000 2.118 92.548 N of Valid Cases 36
LAMPIRAN 1 JADWAL KEGIATAN SKRIPSI
LA No. Kegiatan Waktu Juni 2012 Juli 2012 Agustus 2012 September 2012 Mg 1 Mg 2 Mg 3 Mg 4 Mg 1 Mg 2 Mg 3 Mg 4 Mg 1 Mg 2 Mg 3 Mg 4 Mg 1 Mg 2 Mg 3 Mg 4 1 Pembekalan Skripsi
Motivasi ekstrinsik Dorongan untuk mengontrol kadar gula darah yang datangnya dari dalam diri individu Adanya keinginan untuk mencari informasi tentang cara mengontrol gula darah Adanya keinginan untuk cek gula darah sesuai jadwal Adanya keyakinan kadar gula darah dapat terkendali dengan kontrol teratur Adanya jadwal rutin untuk mengontrol kadar gula darah
Dorongan untuk mengontrol kadar gula darah yang datangnya dari luar diri individu Adanya dukungan keluarga dalam pengaturan diet Adanya dukungan keluarga untuk olahraga teratur Adanya perhatian keluarga untuk minum obat Adanya dukungan keluarga untuk cek kadar gula darah Adanya dukungan dari petugas kesehatan melalui konseling
Variabel Indikator Deskriptor Perilaku (mengontrol) kadar gula darah Pengaturan diet Olahraga Edukasi Intervensi medis
Pengaturan makan (diet) merupakan kunci pengendalian diabetes mellitus, khususnya yang tergolong NIDDM Mengurangi karbohidrat karena kadar gula dalam darah tinggi Mengurangi lemak karena adanya glukoneogenesis melalui pemecahan lemak Mengurangi protein karena adanya glukoneogenesis melalui pemecahan protein Mengurangi pemanis karena dapat meningkatkan kadar gula darah dengan cepat karena pemanis merupakan bentuk karbohidrat yang paling sederhana (monosacharida) Meningkatkan konsumsi serat karena makanan dengan kandungan serat tinggi memiliki indeks glikemik yang rendah karena diabsorpsi lambat oleh saluran cerna, dan dapat menurunkan hiperglikemi postprandial secara signifikan dan dapat menurunkan kadar lipid serum. Olahraga dapat menyebabkan penurunan kadar glukosa darah secara langsung melalui peningkatan penggunaan glukosa oleh otot yang aktif Edukasi melalui konseling dapat meningkatkan pengetahuan penderita dalam mengontrol kadar gula darah Penatalaksanaan medis untuk mengendalikan kadar gula darah dengan menggunakan obat antidiabetik oral/sistemik.