Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Kadar Fe dalam tepung = 20% AKG
Tepung yang digunakan 400 gr 5,2 mg x 4 = 20,8 mg
Berat adonan = 589,9 gr
mg Fe pada adonan mg Fe pada premix + mg Fe pada tepung
2,12 mg + 20,8 mg = 22,92 mg
ppm Fe =
=
Estimasi kehilangan = 50%
Tabel 2 Perhitungan semua kelompok
% Fe
Premix
Premix Yang
Ditambahkan
Fe
Pada
Premix
Fe
Pada
Tepung
Berat
Adonan
Fe Pada Adonan Estimasi
Kehilangan
ppm mg mg Ppm
56,5 %
25
ppm
1,25
mg
0,71
mg
20,8 mg 575 gr
21,51
mg
37,41 ppm 18,70 ppm
56,5 %
75
ppm
3,75
mg
2,12
mg
20,8 mg 589,9 gr
22,92
mg
38,85 ppm 19,42 ppm
56,5 %
125
ppm
6,25
mg
3,53
mg
20,8 mg 580,7 gr
24,33
mg
41,9 ppm 20,95 ppm
Pada praktikum ini dibuat mie basah yang difortifikasi dengan zat besi. Teknik fortifikasi
yang digunakan adalah mixing yaitu pencampuran premix Fe dengan adonan mie basah.
Penambahan premix Fe dalam jumlah yang berbeda-beda, yaitu 25 ppm, 75 ppm, dan 125 ppm.
Premix yang digunakan merupakan campuran beberapa mineral (Fe dan Zn) dan vitamin (B1,
B2, dan B9). Bobot campuran premix tersebut adalah 88,5 mg dan bobot Fe dalam premix
tersebut adalah 50 mg sehingga kadar Fe dalam premix adalah 56,5%. Ketiga mie basah tersebut
menggunakan premix yang sama hanya jumlah premix yang ditambahkan dalam adonan yang
berbeda. Banyaknya premix yang ditambahkan sebesar 25 ppm, 75 ppm, dan 125 ppm yang
dilarutkan dalam 50 ml air matang. Larutan premix ini kemudian dimasukkan dalam adonan
yang terdiri dari tepung terigu, telur, garam, dan air. Pada tepung terigu sebenarnya telah
mengandung Fe tetapi dalam jumlah yang sedikit yaitu sebesar 20% AKG atau setara dengan 5,2
mg/100 gram. Oleh karena tepung yang digunakan sebanyak 400 gram, kadar Fe dalam tepung
terigu yang digunakan untuk adonan mie basah adalah sebesar 20,8 mg.
Jumlah Fe dalam adonan mie basah didapat dengan menambahkan jumlah Fe dari premix
dan tepung terigu. Sedangkan untuk kadar Fe didapat dengan membagi berat Fe dalam adonan
dengan berat seluruh adonan dalam satuan ppm. Selama proses pembuatan, kadar Fe dapat
berkurang karena terjadi proses pemanasan. Fe merupakan mineral ynag mudah menguap oleh
adanya panas sehingga selama proses pemanasan dengan asumsi estimasi kehilangan sebesar
50%. Oleh karena proses yang dilakukan sama, estimasi kehilangannya juga sama pada setiap
penambahan premix. Dengan demikian, kadar Fe dalam mie basah adalah kadar Fe pada adonan
yang telah dikalikan dengan estimasi kehilangan.
Berdasarkan tabel di atas, diketahui mie basah yang ditambahkan premix Fe terbesar
akan menghasilkan adonan mie basah dengan kadungan Fe yang tinggi pula. Begitu pula dengan
kadar Fe pada mie basah setelah dikalikan dengan estimasi kehilangan. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa semakin banyak premix Fe yang ditambahkan dalam adonan mie basah akan
menghasilkan kandungan Fe yang semakin tinggi pula.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pada praktikum pembuatan mie fortifikasi dilakukan uji kesukaan dengan
parameter warna, rasa, tekstur dan aroma. Pengujian ini umumnya digunakan
untuk mengkaji reaksi konsumen terhadap suatu bahan. Berdasarkan hasil uji
kesukaan tersebut dapat diketahui bahwa pada parameter warna dan parameter
tekstur panelis menyukai mie yang dibuat oleh kelompok 2 dengan penambahan 25
ppm premix. Pada parameter aroma, para panelis lebih menyukai mie yang dibuat
oleh kelompok 3 dengan penambahan premix sebesar 75 ppm. Pada parameter rasa,
mie yang dibuat oleh kelompok 5 dengan penambahan premix 125 ppm lebih
disukai oleh panelis. Dari hasil uji yang dilakukan terlihat semakin besar
kandungan premix yang ditambah maka semakin warna, tekstur, dan aroma dari
mie tersebut tidak disukai panelis. Akan tetapi untuk parameter rasa dapat
dinyatakan bahwa penambahan konsentrasi premix yang lebih tinggi lebih disukai
oleh panelis.
4.2 Saran
Pada proses pembuatan Mie, dalam waktu perebusan diharapkan agar waktu
perebusan tidak terlalu lama. Karena jika perebusan terlalu lama maka akan
merusak kandungan dari mie tersebut. Selain itu juga dapat merusak tekstur mie.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita. 2009. Prinsip Dasar ilmu Gizi. PT. Gramedia Pustaka
Utama,Jakarta.
Astawan, M., 2006. Membuat Mie dan Bihun. Penebar Swadaya, Jakarta.
Harahap, Nur Astina. 2007. Pembuatan Mie Basah Dengan Penambahan Wortel.
Departemen Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Utara
Juniawati.2003. Optimasi Proses Pengolahan Mie Jagung Instant Berdasarkan
Kajian Prefensi Konsumen [Skripsi]. Departemen Teknologi Pangan dan
Gizi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Rianto,B. F.2006. Perancangan Proses dan Formulasi Mi Basah Jagung Berbahan
Baku Tepung Jagung [Skripsi]. Departemen Teknologi Pangan dan
Gizi.Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Soeparno. 1994. Ilmu dan Teknologi Daging. Yogyakarta: UGM Press
Widaningrum, Sriwidowati dan Soewarno T. 2005. Pengayaan Tepung Kedelai
Pada Pembuatan Mie Basah Dengan Bahan Baku Tepung Terigu Yang
Disubstitusi Tepung Garut. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Pascapanen Pertanian IPB
Subarna. 1992.Baking Technology. Pelatihan Singkat Prinsip-Prinsip Teknologi
Pangan bagi Food Inspector Bogor: Pusat Antar Universitas Pangan dan
Gizi, IPB.
Winarno, F.G., 2004. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka
Utama,Jakarta.