Вы находитесь на странице: 1из 59

Modul 1 Penelitian Pasar

Kelompok 4 - 2013 1

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penelitian pasar merupakan penilitian deskriptif dimana tujuannya adalah untuk
mendapatkan informasi serta data yang nantinya akan diolah dan dianalisa sebagai alat
bantu untuk sebuah perusahaan mengambil suatu keputusan dan meramalkan kondisi
perusahaan dimasa akan datang. Penelitian pasar juga bertujuan untuk membantu
sebuah perusahaan dalam membuat taktik disegi pemasaran dan juga dapat
meningkatkan mutu produk perusahaan tersebut.
Dewasa ini persaingan antara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya
semakin ketat. Termasuk juga dalam industri manufakturing. Khususnya persaingan
antara perusahaan manufaktur yang produknya serupa dengan perusahaan lain. CV.
KUF merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dibidang manufacturing
furniture dengan salah satu produknya adalah meja rias. Tidak sedikit perusahaan
manufaktur yang juga mempunyai produk serupa, maka dari itu dalam penelitian kali
ini praktikan akan melakukan penelitian pasar pada perusaaan CV. KUF dengan
membuat perbandingan antara CV. KUF dengan perusahaan manufakturing yang
mempunyai produk serupa.
Dalam penelitian ini praktikan akan menyebarkan kuisioner kepada beberapa
orang sebagai sample. Dari data hasil kuisioner tersebut, kemudian diolah
menggunakan teknik sampling berupa convenience sampling atau accidental sampling.
Skala yang digunakan adalah skala pengukuran nominal, ordinal, rasio, dan interval.
Kemudian data tersebut diuji menggunakan uji validitas dan realibilitas. Praktikan juga
melakukan pengolahan data dengan tabulasi silang agar didapatkan hasil perbandingan
antara meja rias produksi CV. KUF dengan produksi dari perusahaan serupa lainnya,
baik dari mutu sampai tingkat loyalitas konsumen terhadap produk meja rias produksi
CV. KUF. Praktikan menerapkan metode garvin sebagai skala nilai dari segi perceived
dan aesthetics.

1.2 Perumusan Masalah
Dari penelitian pasar yang dilakukan kali ini, praktikan ingin mengetahui
seberapa banyak orang mengetahui tentang produk meja rias produksi CV. KUF ini dan
Modul 1 Penelitian Pasar

Kelompok 4 - 2013 2

tingkat kepuasan konsumen tentang produk ini jika dibandingan dengan produk
produk meja rias produksi perusahaan serupa lainnya serta menguji valid tidaknya
sebuah data.
1.3 Tujuan
Tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk :
1. Praktikan mempunyai pengetahuan dan kemampuan dasar dalam melakukan
penelitian pasar
2. Praktikan mempunyai pengetahuan dan kemampuan dasar dalam penggunaan
teknik teknik statistik sederhana dalam kegiatan penelitian pasar.

1.4 Manfaat
Manfaat praktikum kali ini adalah :
1. Praktikan bisa menggunakan software SPSS dalam melakukan penelitian pasar
2. Praktikan dapat menerapkan ilmu statistika dalam melakukan penelitian pasar
3. Praktikan dapat mengetahui kelemahan dan kelebihan perusahaan CV. KUF
sehingga praktikan bisa memberikan saran untuk perusahaan











Modul 1 Penelitian Pasar

Kelompok 4 - 2013 3

1.5 Flowchart Praktikum
Mulai
Perumusan masalah
Study Literatur
Pengumpulan Data
(Membuat Kuisioner)
Pengolahan Data
Analisis Data
Membuat Kesimpulan
& Saran
Selesai
Uji Validitas
Uji
Realibilitas
Tabulasi
Silang
Menentukan Jumlah
Populasi dan Sample
Uji Kecukupan
Data
Peta Profil
Peta Posisi
Merk
Ya
Tidak

Modul 1 Penelitian Pasar

Kelompok 4 - 2013 4

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Perancangan dan Pengembangan Produk

Produk merupakan sesuatu yang dijual oleh perusahaan kepada pembeli.
Pengembangan produk merupakan serangkaian aktivitas yang dimulai dari analisis
persepsi dan peluang pasar, kemudian diakhiri dengan tahap produksi, penjualan, dan
pengiriman produk.Kesuksesan ekonomi suatu perusahaan manufaktur tergantung
kepada kemampuan untuk mengidentifikasi kebutuhan pelanggan, kemudian secara
cepat menciptakan produk yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut dengan biaya yang
rendah. Hal ini bukan merupakan tanggung jawab bagian pemasaran, bagian
manufaktur,attau bagian desain saja, melainkan merupakan tanggung jawab yang
melibatkan banyak fungsi yang ada di perusahaan. Metode pengembangan produk
berdasarkan kepada permintaan atau persyaratan serta spesifikasi produk oleh customer
adalah metode yang cukup baik, karena dengan berbasis keinginan customer maka
kemungkinan produk tersebut tidak diterima oleh customer menjadi lebih kecil.Dari
sudut pandang investor pada perusahaan yang berorientasi laba, usaha pengembangan
produk dikatakan sukses jika produk dapat diproduksi dan dijual dengan menghasilkan
laba.Namun laba seringkali sulit untuk dinilai secara cepat dan langsung.
Terdapat 5 dimensi spesifik yang berhubungan dengan laba dan biasa
digunakan untuk menilai kinerja usaha pengembangan produk, yaitu:
1. Kualitas Produk
Seberapa baik produk yang dihasilkan dari upaya pengembangan dan dapat
memuaskan kebutuhan pelanggan. Kualitas produk pada akhirnya akan mempengaruhi
pangsa pasar dan menentukan harga yang ingin dibayar oleh pelanggan.
2. Biaya Produk
Biaya untuk modal peralatan dan alat bantu serta biaya produksi setiap unit
disebut biaya manufaktur dari produk. Biaya produk menentukan berapa besar laba
yang dihasilkan oleh perusahaan pada volume penjualan dan harga penjualan tertentu.
3. Waktu Pengembangan Produk
Waktu pengembangan akan menentukan kemampuan perusahaan dalam
berkompetisi, menunjukkan daya tanggap perusahaan terhadap perubahan teknologi dan
Modul 1 Penelitian Pasar

Kelompok 4 - 2013 5

pada akhirnya akan menentukan kecepatan perusahaan untuk menerima pengembalian
ekonomis dari usaha yang dilakukan tim pengembangan.
4. Biaya Pengembangan
Biaya pengembangan biasanya merupakan salah satu komponen yang penting
dari investasi yang dibutuhkan untuk mencapai profit.
5. Kapabilitas Pengembangan.
Kapabilitas pengembangan merupakan asset yang dapat digunakan oleh
perusahaan untuk mengembangkan produk dengan lebih efektif dan ekonomis dimasa
yang akan datang.
Perancangan dan pembuatan suatu produk baik yang baru atau yang sudah ada
merupakan bagian yang sangat besar dari semua kegiatan teknik yang telah ada.
Kegiatan ini didapat dari persepsi tentang kebutuhan manusia, kemudian disusul oleh
penciptaan suatu konsep produk, perancangan produk, pengembangan dan
penyempurnaan produk, dan diakhiri dengan pembuatan dan pendistribusian produk
tersebut.
Di dalam suatu produk yang akan dikembangkan, tiap tiap elemen suatu
produk mempunyai fungsi fungsi sendiri. Diantara fungsi fungsi satu dengan yang
lain terkadang ada saling terkait, sehingga suatu fungsi komponen akan menentukan
fungsi komponen lainnya.
Secara umum penentuan fungsi produk dapat dicari dengan dua langkah, yaitu :
Identifikasi dan penyusunan fungsi produk.
Pengelompokan fungsi produk.
Proses adalah merupakan urutan langkah-langkah pengubahan sekumpulan
input menjadi sekumpulan output. Proses Pengembangan produk adalah langkah-
langkah atau kegiatan-kegiatan di mana suatu perusahaan berusaha untuk menyusun ,
merancang, dan mengkomersialkan suatu produk.

2.1.1 Proses Pengembangan Generik
Proses pengembangan produk yang umum terdiri dari enam tahap, yaitu:
a. Perencanaan :
Kegiatan perencanaan ini sering dirujuk karena kegiatan ini mendahului
persetujuan proyek dan proses peluncuran pengembangan produk aktual.
b. Pengembangan Konsep :
Modul 1 Penelitian Pasar

Kelompok 4 - 2013 6

Pada fase pengembangan konsep, kebutuhan pasar target diidentifikasi,alternatif
konsep-konsep produk dibangkitkan dan dievaluasi, dan satu atau lebih konsep
dipilih untuk pengembangan dan percobaan lebih jauh.
c. Perancangan Tingkatan Sistem :
Fase perancangan tingkata sistem mencakup definisi arsitektur produk dan
uraian produk menjadi subsistem-subsistem serta komponen-komponen.
d. Perancangan Detail :
Fase perancangan detail mencakup spesifikasi lengkap dari bentuk, material dan
toleransi-toleransi dari seluruh komponen unik pada produk dan identifikasi
seluruh komponen standar yang dibeli dari pemasok.
e. Pengujian dan perbaikan :
Fase pengujian dan perbaikan melibatkan konstruksi dan evaluasi dari
bermacam-macam versi produksi awal produk.
f. Produksi awal :
Pada fase produksi awal, produk dibuat dengan menggunakan sistem produksi
yang sesungguhnya.

2.1.2 Pengembangan Konsep : Proses Awal Hingga Akhir

Proses pengembangangan konsep mencakup kegiatan-kegiatan sebagai
berikut :
a. Identifikasi kebutuhan pelanggan
Sasaran kegiatan ini adalah untuk memahami kebutuhan pelanggan dan
mengkomunikasikannya secara efektif kepada tim pengembangan.
b. Penetapan spesifikasi target.
Spesifikasi memberikan uraian yang tepat mengenai bagaimana produk
bekerja.
c. Penyusunan Konsep
Sasaran penyusunan konsep adalah menggali lebih jauh area konsep-konsep
produk yang mungkin sesuai dengan kebutuhan pelanggan.
d. Pemilihan Konsep
Pemilihan konsep merupakan kegiatan dimana berbagai konsep dianalisis dan
secara berturut-turut dieliminasi untuk mengidentifikasi konsep yang paling
menjanjikan.
e. Pengujian Konsep
Modul 1 Penelitian Pasar

Kelompok 4 - 2013 7

Satu atau lebih konsep diuji untuk mengetahui apakah kebutuhan pelanggan
telah terpenuhi, mengidentifikasi beberapa kelemahan yang harus diperbaiki
selama proses pengembangan selanjutnya.
f. Penentuan Spesifikasi akhir
Spesifikasi target yang telah ditentukan diawal proses ditinjau kembali setelah
proses dipilih dan diuji.
g. Perencanaan proyek
Pada kegiatan akhir pengembangan konsep ini, tim membuat suatu jadual
pengembangan secara rinci, menentukan strategi untuk meminimasi waktu
pengembangan dan mengidentifikasi sumber daya yang digunakan untuk
menyelesaikan proyek.
h. Analisis Ekonomi
Tim, sering didukung oleh analisis keuangan, membuat model ekonomis untuk
produk baru.
i. Analisa Produk-Produk pesaing
Pemahaman mengenai produk pesaing adalah penting untuk penentuan posisi
produk baru yang berhasil dan dapat menjadi sumber ide yang kaya untuk
rancangan produk dan proses produksi.
j. Pemodelan dan Pembuatan Prototipe
Setiap tahapan dalam proses pengembangan konsep melibatkan banyak bentuk
model dan prototipe.
Untuk mengembangkan suatu rencana produk dan pernyataaan misi proyek
terdapat lima tahapan proses berikut :
1. Mengidentifikasi peluang
2. Mengevaluasi dan memprioritaskan proyek
3. Mengalokasikan sumberdaya dan rencana waktu
4. Melengkapi perencanaan pendahuluan proyek
5. Merefleksikan kembali hasil dan proses.

2.1.3 Membuat Target Spesifikasi

Target spesifikasi merupakan tujuan tim pengembangan yang berperan
dalam menjelaskan produk agar sukses di pasaran. Kemudian target spsesifikasi
ini akan diperbaiki tergantung kepada batasan konsep produk yang akhirnya
dipilih.
Modul 1 Penelitian Pasar

Kelompok 4 - 2013 8

Proses pembuatan target spesifikasi terdiri dari 4 langkah:
1. Menyiapkan gambar metrik dan menggunakan metrik-metrik kebutuhan, jika
diperlukan. Metrik yang baik adalah yang merefleksikan secara langsung nilai
produk yang memuaskan kebutuhan pelanggan. Beberapa hal yang harus
dipertimbangkan ketika membuat daftar metrik:
a. Metric harus komplit
b. Metric merupakan variabel yang berhubungan (dependent), bukan variabel
bebas (independent)
c. Metrik harus praktis
d. Beberapa kebutuhan tidak dengan mudah diterjemahkan menjadi metrik
terukur.
2. Mengumpulkan informasi tentang pesaing.
3. Menetapkan nilai target ideal dan marginal yang dapat dicapai untuk tiap
metrik. Nilai ideal adalah hasil terbaik yang diharapkan tim. Nilai yang dapat
diterima secara marginal adalah nilai metrik yang membuat produk diterima
secara komersial.

2.1.4 Menentukan Spesifkasi Akhir
Menentukan spesifikasi akhir sangat sulit karena adanya trade-offs, yaitu
hubungan berlawanan antara dua spesifikasi yang sudah melekat pada konsep
produk yang terpilih. Tahap paling sulit untuk memperbaiki spesifikasi adalah
memilih metode agar trade-off dapat terpecahkan.

2.1.5 Aktivitas Penyusunan Konsep
Konsep produk adalah gambaran atau perkiraan mengenai teknologi ,
prinsip kerja, dan bentuk produk. Konsep produk merupakan gambaran singkat
bagaimana produk memuaskan kebutuhan pelanggan.

2.1.6 Tahapan Penentuan Konsep Produk
1. Memperjelas Masalah
Memperjelas masalah mencakup pengembangan sebuah pengertian umum dan
pemecahan sebuah masalah menjadi submasalah.
2. Pencarian secara Eksternal
Modul 1 Penelitian Pasar

Kelompok 4 - 2013 9

Pencarian eksternal bertujuan untuk menemukan pemecahan keseluruhan
masalah dan submasalah yang ditemukan selama langkah memperjelas masalah.
3. Pencarian secara Internal
Pencarian internal merupakan penggunaan pengetahuan dan kreativitas dari tim
dan pribadi untuk menghasilkan konsep solusi.
4. Menggali secara Sistematis
Penggalian secara sistematik ditujukan untuk mengarahkan ruang lingkup
kemungkinan dengan mengatur dan mengumpulkan penggalan solusi yaitu yang
merupakan solusi untuk sub-submasalah.
5. Merefleksikan pada Hasil dan Proses
Meskipun langkah refleksi diletakkan paling akhir, refleksi sebaiknya dilakukan
pada keseluruhan proses.

2.1.7 Penyusunan Fungsi Produk
Secara umum fungsi produk di bagi menjadi dua, yaitu ; fungsi utama
(main function) dan fungsi tambahan (sub-function). Seperti diketahui, bahwa
suatu produk bisa terdiri dari 1 (satu) bagian (part) atau lebih. Sedangkan sebuah
bagian/part dapat terdiri dari satu atau lebih komponen. Komponen terdiri dari
beberapa elemen.
Berdasarkan atas struktur pembentukan suatu produk diatas, maka fungsi
suatu produk dapat dibagi menjadi fungsi utama (main function), fungsi bagian
(part function), fungsi komponen (component function) dan fungsi elemen
(element function).

2.2 Penelitian Pasar
Penelitian pasar termasuk jenis penelitian deskriptif, dimana tujuan penelitian
ini adalah untuk memperoleh gambaran kondisi pasar untuk jenis produk barang atau
layanan tertentu. Dengan penelitian pasar seorang pimpinan dapat mengambil
keputusan tentang strategi dan takti yang digunakan untuk memasarkan produk
tertentu.Dalam kaitannya dengan perusahaan maka jenis penelitian yang dilakukan
perusahaan sebaikinya adalah penelitian yang memiliki dampak terhadap
pengembangan pemasaran dan peningkatan mutu produknya. Salah satu jenis
penelitian ditinjau dari tingkat eksplanasinya adalah penelitian deskriptif (Sugiyono:
2006, 5), jenis penelitian ini dapat dilakukan oleh perusahaan dalam kaitannya dengan
Modul 1 Penelitian Pasar

Kelompok 4 - 2013 10

pemasaran produknya. Jenis penelitian deskriptif sendiri dapat dikelompokkan
dalam tiga kelompok, yaitu (1) apabila hanya mendeskripsikan data apa adanya dan
menjelaskan data atau kejadian dengan kalimat-kalimat penjelasan secara kualitatif
maka disebut penelitian deskriptif kualitatif; (2) Apabila dilakukan analisis data
dengan menghubungkan antara satu variabel dengan variabel yang lain maka disebut
deskriptif asosiatif; dan (3) apabila dalam analisis data dilakukan pembandingan maka
disebut deskriptif komparatif.
2.2.1 Persiapan Penelitian
Sebuah penelitian beranjak dari masalah yang ditemukan atau dirasakan.
Yang dimaksud masalah adalah setiap hambatan atau kesulitan yang membuat
seseorang ingin memecahkannya. Jadi sebuah masalah harus dapat dirasakan
sebagai satu hambatan yang harus diatasi apabila kita ingin melakukan
sesuatu. Dalam arti lain sebuah masalah terjadi karena adanya kesenjangan
(gap) antara kenyataan dengan yang seharusnya. Penelitian diharapkan dapat
memecahkan masalah itu, atau dengan kata lain dapat menutup atau setidak-
tidaknya memperkecil kesenjangan itu.Setelah masalah diidentifikasi, dipilih,
maka lalu perlu dirumuskan. Perumusan ini penting, karena berdasarkan
rumusan tersebut akan ditentukan metode pengumpulan data, pengolahan data
maupun analisis dan peyimpulan hasil penelitian. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam merumuskan masalah, yaitu: Sebaiknya dirumuskan dalam
bentuk kalimat tanya, padat dan jelas, memberi petunjuk tentang
memungkinkannya pengumpulan data, dan cara menganalisisnya.Setelah
masalah dirumuskan, maka langkah selanjutnya adalah mencari teori-teori,
konsep-konsep yang dapat dijadikan landasan teoritis penelitian yang akan
dilakukan itu.
Hal lain yang lebih penting makna dari penelaahan kepustakaan adalah
untuk memperluas wawasan keilmuan bagi para calon peneliti, karena kita
sadari bahwa semua informasi yang berkaitan dengan keilmuan dalam hal ini
teori ataupun hasil penelitian para ahli semua sudah tertuang dalam
kepustakaan.Selanjutnya ditentukan metode pengumpulan data, yang
diantaranya meliputi metode wawancara, angket, pengamatan dan
dokumentasi. Apabila kita katakan bahwa untuk memperoleh data kita
gunakan metode wawancara, maka di dalam melaksanakan pekerjaan
Modul 1 Penelitian Pasar

Kelompok 4 - 2013 11

wawancara ini, pewawancara menggunakan alat bantu. Secara minimal alat
bantu tersebut berupa rambu-rambu pertanyaan yang akan ditanyakan dan
biasanya disebut pedoman wawancara. Untuk memperoleh jawaban secara
tertulis dari responden, digunakan angket atau kuesioner. Angket adalah
sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memproleh informasi dari
responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui.
Istilah angket digunakan untuk menyebutkan metode maupun instrumen. Jadi
dalam menggunakan metode angket berarti instrumen yang digunakan adalah
angket. Selanjutnya data dapat diambil melalui proses pengamatan atau
observasi. Pengamatan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu pengamatan
non sistematis yang dilakukan oleh pengamat dengan tidak menggunakan
instrumen pengamatan dan pengamatan sistematis, yang dilakukan oleh
pengamatan dengan menggunakan pedoman dalam melakukan pengamatan.
Saat melakukan penelitian di mana sumber datanya berupa tulisan atau
dokumen, digunakan metode dokumentasi.

2.2.2 Pelaksanaan Pengumpulan dan Pengolahan Data
Setelah peneliti melakukan persiapan seperti dijelaskan di atas, maka
selanjutnya dilakukan pengumpulan data. Untuk seorang peneliti perusahaan,
pengumpulan data dilakukan di lingkungan pasar atau masyarakat yang
menjadi sasaran produknya. Dalam hal rancangan penelitian deskriptif
aplikatif, maka pengumpulan data dapat dilakukan dengan menggunakan
angket,wawancara dan pengamatan.Setelah data terkumpul dari hasil
pengumpulan data,perlu segera dilakukan pengolahan data.Selanjutnya data
yang telah diolah tersebut disajikan dalam bentuk tabel,diagram,dan lain-lain
agar memudahkan dalam pengolahan serta analisis selanjutnya.

2.2.3 Analisis
Data hasil olahan tersebut kemudian harus dianalisis, data deskriptif
kualitatif sering hanya dianalisis menurut isinya dan karenanya analisis seperti
ini juga disebut analisis isi (content analysis). Dalam analisis deskriptif, data
disajikan dalam bentuk tabel data yang berisi frekuensi, dan kemudian
dihitung mean, median, modus, persentase, standar deviasi atau lainnya. Untuk
analisis statistik, model analisis yang digunakan harus sesuai dengan
Modul 1 Penelitian Pasar

Kelompok 4 - 2013 12

rancangan penelitiannya. Apabila penelitian yang dilakukan hanya berhenti
pada penjelasan masalah dan upaya pemecahan masalah yang telah dilakukan
(untuk meningkatkan mutu pembelajaran), maka setelah disajikan data hasil
wawancara, angket, pengamatan atau dokumentasi, maka selanjutnya
dianalisis atau dibahas dan diberi makna atas data yang disajikan tersebut.
Tetapi apabila penelitian juga dimaksudkan untuk mengetahui tingkat
hubungan maka harus dilakukan pengujian hipotesis sebagaimana hipotesis
yang telah ditetapkan untuk diuji. Misalnya uji statistik yang dilakukan adalah
uji hubungan, maka akan diperoleh hasil uji dalam dua kemungkinan, yaitu
hubungan antar variabel-variabel penelitian atau perbedaan antara sampel-
sampel yang diteliti, dengan taraf signifikansi tertentu, misalnya 5% atau
10%., atau dapat terjadi hubungan antar variabel penelitian atau perbedaan
antara sampel yang diteliti tidak signifikan. Apabila ternyata dari hasil
pengujian diketahui bahwa hipotesis alternatif diterima (hipotesis nol ditolak)
berarti menyatakan bahwa dugaan tentang adanya saling hubungan atau
adanya perbedaan diterima sebagai hal yang benar, karena telah terbukti
demikian. Sebaliknya dalam kemungkinan hasil yang kedua dinyatakan
hipotesis alternatif tidak terbukti kebenarannya, maka berati hipotesis nol yang
diterima. Dengan telah diambilnya hasil pengujian mengenai penerimaan atau
penolakan hipotesis maka berati analisis statistik telah selesai, tetapi perlu
diingat bahwa pelaksanaan penelitian masih belum selesai, karena hasil
keputusan tersebut masih harus diberi interprestasi atau pemaknaan.
Hasil analisis dari pengujian hipotesis dapat dikatakan masih bersifat
faktual, untuk itu selanjutnya perlu diberi arti atau makna oleh peneliti. Dalam
pemaknaan sering kali hasil pengujian hipotesis penelitian didiskusikan atau
dibahas dan kemudian ditarik kesimpulan. Dalam penelitian dipastikan
seorang peneliti mengharapkan hipotesis penelitiannya akan terbukti
kebenarannya. Jika memang demikian yang terjadi, maka kemungkinan
pembahasan menjadi tidak terlalu berperan walaupun tetap harus dijelaskan
arti atau maknanya. Tetapi jika hipotesis penelitian itu ternyata tidak tahan uji,
yaitu ditolak, maka peranan pembahasan menjadi sangat penting, karena
peneliti harus mengekplorasi dan mengidentifikasi sumber masalah yang
mungkin menjadi penyebab tidak terbuktinya hipotesis penelitian.

Modul 1 Penelitian Pasar

Kelompok 4 - 2013 13

2.2.4 Penarikan Kesimpulan
Akhirnya dalam kesimpulan harus mencerminkan jawaban dari
pertanyaan yang diajukan. Jangan sampai antara masalah penelitian, tujuan
peneltian, landasan teori, data, analisis data dan kesimpulan tidak ada runtutan
yang jelas. Apabila penelitian mengikuti alur atau sistematika berpikir yang
runut seperti itu maka penelitian akan dapat dikatakan telah memiliki
konsistensi dalam alur penelitiannya.

2.3 Teknik Sampling
Sampel adalah sebagian dari populasi. Artinya tidak akan ada sampel jika
tidak ada populasi. Populasi adalah keseluruhan elemen atau unsur yang akan kita
teliti. Penelitian yang dilakukan atas seluruh elemen dinamakan sensus. Idealnya, agar
hasil penelitiannya lebih bisa dipercaya, seorang peneliti harus melakukan sensus.
Namun karena sesuatu hal peneliti bisa tidak meneliti keseluruhan elemen tadi, maka
yang bisa dilakukannya adalah meneliti sebagian dari keseluruhan elemen atau unsur
tadi.
Berbagai alasan yang masuk akal mengapa peneliti tidak melakukan sensus
antara lain adalah,(a) populasi demikian banyaknya sehingga dalam prakteknya tidak
mungkin seluruh elemen diteliti; (b) keterbatasan waktu penelitian, biaya, dan sumber
daya manusia, membuat peneliti harus telah puas jika meneliti sebagian dari elemen
penelitian; (c) bahkan kadang, penelitian yang dilakukan terhadap sampel bisa lebih
reliabel daripada terhadap populasi misalnya, karena elemen sedemikian banyaknya
maka akan memunculkan kelelahan fisik dan mental para pencacahnya sehingga
banyak terjadi kekeliruan. (Uma Sekaran, 1992); (d) demikian pula jika elemen
populasi homogen, penelitian terhadap seluruh elemen dalam populasi menjadi tidak
masuk akal, misalnya untuk meneliti kualitas jeruk dari satu pohon jeruk
Agar hasil penelitian yang dilakukan terhadap sampel masih tetap bisa dipercaya
dalam artian masih bisa mewakili karakteristik populasi, maka cara penarikan
sampelnya harus dilakukan secara seksama. Cara pemilihan sampel dikenal dengan
nama teknik sampling atau teknik pengambilan sampel .
Modul 1 Penelitian Pasar

Kelompok 4 - 2013 14

Populasi adalah sekelompok orang, kejadian, atau benda, yang dijadikan obyek
penelitian. Jika yang ingin diteliti adalah sikap konsumen terhadap satu produk
tertentu, maka populasinya adalah seluruh konsumen produk tersebut. Jika yang diteliti
adalah laporan keuangan perusahaan X, maka populasinya adalah keseluruhan
laporan keuangan perusahaan X tersebut, Jika yang diteliti adalah motivasi pegawai
di departemen A maka populasinya adalah seluruh pegawai di departemen A. Jika
yang diteliti adalah efektivitas gugus kendali mutu (GKM) organisasi Y, maka
populasinya adalah seluruh GKM organisasi Y.
Elemen/unsur adalah setiap satuan populasi. Kalau dalam populasi terdapat 30
laporan keuangan, maka setiap laporan keuangan tersebut adalah unsur atau elemen
penelitian. Artinya dalam populasi tersebut terdapat 30 elemen penelitian. Jika
populasinya adalah pabrik sepatu, dan jumlah pabrik sepatu 500, maka dalam populasi
tersebut terdapat 500 elemen penelitian.
2.4.1 Syarat sampel yang baik
Secara umum, sampel yang baik adalah yang dapat mewakili sebanyak
mungkin karakteristik populasi. Dalam bahasa pengukuran, artinya sampel harus
valid, yaitu bisa mengukur sesuatu yang seharusnya diukur. Kalau yang ingin
diukur adalah masyarakat Sunda sedangkan yang dijadikan sampel adalah hanya
orang Banten saja, maka sampel tersebut tidak valid, karena tidak mengukur
sesuatu yang seharusnya diukur. Sampel yang valid ditentukan oleh dua
pertimbangan.
Pertama : Akurasi atau ketepatan , yaitu tingkat ketidakadaan bias
(kekeliruan) dalam sample. Dengan kata lain makin sedikit tingkat kekeliruan
yang ada dalam sampel, makin akurat sampel tersebut. Tolok ukur adanya
bias atau kekeliruan adalah populasi.
Kedua : Presisi. Kriteria kedua sampel yang baik adalah memiliki tingkat
presisi estimasi. Presisi mengacu pada persoalan sedekat mana estimasi kita
dengan karakteristik populasi. Contoh : Dari 300 pegawai produksi, diambil
sampel 50 orang. Setelah diukur ternyata rata-rata perhari, setiap orang
menghasilkan 50 potong produk X. Namun berdasarkan laporan harian,
pegawai bisa menghasilkan produk X per harinya rata-rata 58 unit. Artinya di
antara laporan harian yang dihitung berdasarkan populasi dengan hasil
Modul 1 Penelitian Pasar

Kelompok 4 - 2013 15

penelitian yang dihasilkan dari sampel, terdapat perbedaan 8 unit. Makin kecil
tingkat perbedaan di antara rata-rata populasi dengan rata-rata sampel, maka
makin tinggi tingkat presisi sampel tersebut.
Belum pernah ada sampel yang bisa mewakili karakteristik populasi
sepenuhnya. Oleh karena itu dalam setiap penarikan sampel senantiasa melekat
keasalahan-kesalahan, yang dikenal dengan nama sampling error Presisi
diukur oleh simpangan baku (standard error). Makin kecil perbedaan di antara
simpangan baku yang diperoleh dari sampel (S) dengan simpangan baku dari
populasi (makin tinggi pula tingkat presisinya. Walau tidak selamanya, tingkat
presisi mungkin bisa meningkat dengan cara menambahkan jumlah sampel,
karena kesalahan mungkin bisa berkurang kalau jumlah sampelnya ditambah (
Kerlinger, 1973 ). Dengan contoh di atas tadi, mungkin saja perbedaan rata-rata
di antara populasi dengan sampel bisa lebih sedikit, jika sampel yang ditariknya
ditambah. Katakanlah dari 50 menjadi 75.
2.4.2 Ukuran sampel
Ukuran sampel atau jumlah sampel yang diambil menjadi persoalan yang
penting manakala jenis penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian yang
menggunakan analisis kuantitatif. Pada penelitian yang menggunakan analisis
kualitatif, ukuran sampel bukan menjadi nomor satu, karena yang dipentingkan
alah kekayaan informasi. Walau jumlahnya sedikit tetapi jika kaya akan
informasi, maka sampelnya lebih bermanfaat.
Dikaitkan dengan besarnya sampel, selain tingkat kesalahan, ada lagi
beberapa faktor lain yang perlu memperoleh pertimbangan yaitu, (1) derajat
keseragaman, (2) rencana analisis, (3) biaya, waktu, dan tenaga yang tersedia .
(Singarimbun dan Effendy, 1989). Makin tidak seragam sifat atau karakter
setiap elemen populasi, makin banyak sampel yang harus diambil. Jika rencana
analisisnya mendetail atau rinci maka jumlah sampelnya pun harus banyak.
Misalnya di samping ingin mengetahui sikap konsumen terhadap kebijakan
perusahaan, peneliti juga bermaksud mengetahui hubungan antara sikap dengan
tingkat pendidikan. Agar tujuan ini dapat tercapai maka sampelnya harus terdiri
atas berbagai jenjang pendidikan SD, SLTP. SMU, dan seterusnya.. Makin
sedikit waktu, biaya , dan tenaga yang dimiliki peneliti, makin sedikit pula
Modul 1 Penelitian Pasar

Kelompok 4 - 2013 16

sampel yang bisa diperoleh. Perlu dipahami bahwa apapun alasannya, penelitian
haruslah dapat dikelola dengan baik (manageable).
Misalnya, jumlah bank yang dijadikan populasi penelitian ada 400 buah.
Pertanyaannya adalah, berapa bank yang harus diambil menjadi sampel agar
hasilnya mewakili populasi?. 30?, 50? 100? 250?. Jawabnya tidak mudah. Ada
yang mengatakan, jika ukuran populasinya di atas 1000, sampel sekitar 10 %
sudah cukup, tetapi jika ukuran populasinya sekitar 100, sampelnya paling
sedikit 30%, dan kalau ukuran populasinya 30, maka sampelnya harus 100%.
Ada pula yang menuliskan, untuk penelitian deskriptif, sampelnya 10%
dari populasi, penelitian korelasional, paling sedikit 30 elemen populasi,
penelitian perbandingan kausal, 30 elemen per kelompok, dan untuk penelitian
eksperimen 15 elemen per kelompok (Gay dan Diehl, 1992).
Roscoe (1975) dalam Uma Sekaran (1992) memberikan pedoman
penentuan jumlah sampel sebagai berikut :
1. Sebaiknya ukuran sampel di antara 30 s/d 500 elemen
2. Jika sampel dipecah lagi ke dalam subsampel (laki/perempuan, SD?SLTP/SMU,
dsb), jumlah minimum subsampel harus 30
3. Pada penelitian multivariate (termasuk analisis regresi multivariate) ukuran
sampel harus beberapa kali lebih besar (10 kali) dari jumlah variable yang akan
dianalisis.
4. Untuk penelitian eksperimen yang sederhana, dengan pengendalian yang ketat,
ukuran sampel bisa antara 10 s/d 20 elemen.
Krejcie dan Morgan (1970) dalam Uma Sekaran (1992) membuat daftar yang
bisa dipakai untuk menentukan jumlah sampel sebagai berikut (Lihat Tabel)

Tabel 2.1 Daftar untuk menentukan jumlah sampel
Populasi (N) Sampel (n) Populasi
(N)
Sampel (n) Populasi
(N)
Sampel (n)
10 10 220 140 1200 291
15 14 230 144 1300 297
20 19 240 148 1400 302
25 24 250 152 1500 306
30 28 260 155 1600 310
35 32 270 159 1700 313
40 36 280 162 1800 317
45 40 290 165 1900 320
50 44 300 169 2000 322
55 48 320 175 2200 327
Modul 1 Penelitian Pasar

Kelompok 4 - 2013 17

60 52 340 181 2400 331
65 56 360 186 2600 335
70 59 380 191 2800 338
75 63 400 196 3000 341
80 66 420 201 3500 346
85 70 440 205 4000 351
90 73 460 210 4500 354
95 76 480 214 5000 357
100 80 500 217 6000 361
110 86 550 226 7000 364
120 92 600 234 8000 367
130 97 650 242 9000 368
140 103 700 248 10000 370
150 108 750 254 15000 375
160 113 800 260 20000 377
170 118 850 265 30000 379
180 123 900 269 40000 380
190 127 950 274 50000 381
200 132 1000 278 75000 382
210 136 1100 285 1000000 384


Sebagai informasi lainnya, Champion (1981) mengatakan bahwa sebagian
besar uji statistik selalu menyertakan rekomendasi ukuran sampel. Dengan kata
lain, uji-uji statistik yang ada akan sangat efektif jika diterapkan pada sampel
yang jumlahnya 30 s/d 60 atau dari 120 s/d 250. Bahkan jika sampelnya di atas
500, tidak direkomendasikan untuk menerapkan uji statistik.
2.5 Teknik-teknik Pengambilan Sampel
Secara umum, ada dua jenis teknik pengambilan sampel yaitu, sampel acak atau
random sampling / probability sampling, dan sampel tidak acak atau nonrandom
samping/nonprobability sampling. Yang dimaksud dengan random sampling adalah
cara pengambilan sampel yang memberikan kesempatan yang sama untuk diambil
kepada setiap elemen populasi. Artinya jika elemen populasinya ada 100 dan yang akan
dijadikan sampel adalah 25, maka setiap elemen tersebut mempunyai kemungkinan
25/100 untuk bisa dipilih menjadi sampel. Sedangkan yang dimaksud dengan
nonrandom sampling atau nonprobability sampling, setiap elemen populasi tidak
mempunyai kemungkinan yang sama untuk dijadikan sampel. Lima elemen populasi
dipilih sebagai sampel karena letaknya dekat dengan rumah peneliti, sedangkan yang
lainnya, karena jauh, tidak dipilih; artinya kemungkinannya 0 (nol).
Modul 1 Penelitian Pasar

Kelompok 4 - 2013 18

Dua jenis teknik pengambilan sampel di atas mempunyai tujuan yang berbeda.
Jika peneliti ingin hasil penelitiannya bisa dijadikan ukuran untuk mengestimasikan
populasi, atau istilahnya adalah melakukan generalisasi maka seharusnya sampel
representatif dan diambil secara acak. Namun jika peneliti tidak mempunyai kemauan
melakukan generalisasi hasil penelitian maka sampel bisa diambil secara tidak acak.
Sampel tidak acak biasanya juga diambil jika peneliti tidak mempunyai data pasti
tentang ukuran populasi dan informasi lengkap tentang setiap elemen populasi.
Contohnya, jika yang diteliti populasinya adalah konsumen teh botol, kemungkinan
besar peneliti tidak mengetahui dengan pasti berapa jumlah konsumennya, dan juga
karakteristik konsumen. Karena dia tidak mengetahui ukuran pupulasi yang tepat,
bisakah dia mengatakan bahwa 200 konsumen sebagai sampel dikatakan
representatif?. Kemudian, bisakah peneliti memilih sampel secara acak, jika tidak
ada informasi yang cukup lengkap tentang diri konsumen?. Dalam situasi yang
demikian, pengambilan sampel dengan cara acak tidak dimungkinkan, maka tidak ada
pilihan lain kecuali sampel diambil dengan cara tidak acak atau nonprobability
sampling, namun dengan konsekuensi hasil penelitiannya tersebut tidak bisa
digeneralisasikan. Jika ternyata dari 200 konsumen teh botol tadi merasa kurang puas,
maka peneliti tidak bisa mengatakan bahwa sebagian besar konsumen teh botol merasa
kurang puas terhadap the botol.
Di setiap jenis teknik pemilihan tersebut, terdapat beberapa teknik yang lebih
spesifik lagi. Pada sampel acak (random sampling) dikenal dengan istilah simple
random sampling, stratified random sampling, cluster sampling, systematic sampling,
dan area sampling. Pada nonprobability sampling dikenal beberapa teknik, antara lain
adalah convenience sampling, purposive sampling, quota sampling, snowball
sampling
2.5.1 Probability/Random Sampling
Syarat pertama yang harus dilakukan untuk mengambil sampel secara acak
adalah memperoleh atau membuat kerangka sampel atau dikenal dengan nama
sampling frame. Yang dimaksud dengan kerangka sampling adalah daftar
yang berisikan setiap elemen populasi yang bisa diambil sebagai sampel.
Elemen populasi bisa berupa data tentang orang/binatang, tentang kejadian,
tentang tempat, atau juga tentang benda. Jika populasi penelitian adalah
Modul 1 Penelitian Pasar

Kelompok 4 - 2013 19

mahasiswa perguruan tinggi A, maka peneliti harus bisa memiliki daftar
semua mahasiswa yang terdaftar di perguruan tinggi A tersebut selengkap
mungkin. Nama, NRP, jenis kelamin, alamat, usia, dan informasi lain yang
berguna bagi penelitiannya.. Dari daftar ini, peneliti akan bisa secara pasti
mengetahui jumlah populasinya (N). Jika populasinya adalah rumah tangga
dalam sebuah kota, maka peneliti harus mempunyai daftar seluruh rumah
tangga kota tersebut. Jika populasinya adalah wilayah Jawa Barat, maka
penelti harus mepunyai peta wilayah Jawa Barat secara lengkap. Kabupaten,
Kecamatan, Desa, Kampung. Lalu setiap tempat tersebut diberi kode (angka
atau simbol) yang berbeda satu sama lainnya.
Di samping sampling frame, peneliti juga harus mempunyai alat yang bisa
dijadikan penentu sampel. Dari sekian elemen populasi, elemen mana saja yang
bisa dipilih menjadi sampel?. Alat yang umumnya digunakan adalah Tabel
Angka Random, kalkulator, atau undian. Pemilihan sampel secara acak bisa
dilakukan melalui sistem undian jika elemen populasinya tidak begitu banyak.
Tetapi jika sudah ratusan, cara undian bisa mengganggu konsep acak atau
random itu sendiri.

1. Simple Random Sampling atau Sampel Acak Sederhana
Cara atau teknik ini dapat dilakukan jika analisis penelitiannya
cenderung deskriptif dan bersifat umum. Perbedaan karakter yang
mungkin ada pada setiap unsur atau elemen populasi tidak merupakan hal
yang penting bagi rencana analisisnya. Misalnya, dalam populasi ada
wanita dan pria, atau ada yang kaya dan yang miskin, ada manajer dan
bukan manajer, dan perbedaan-perbedaan lainnya. Selama perbedaan
gender, status kemakmuran, dan kedudukan dalam organisasi, serta
perbedaan-perbedaan lain tersebut bukan merupakan sesuatu hal yang
penting dan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap hasil
penelitian, maka peneliti dapat mengambil sampel secara acak sederhana.
Dengan demikian setiap unsur populasi harus mempunyai kesempatan
sama untuk bisa dipilih menjadi sampel. Prosedurnya :
1. Susun sampling frame
2. Tetapkan jumlah sampel yang akan diambil
Modul 1 Penelitian Pasar

Kelompok 4 - 2013 20

3. Tentukan alat pemilihan sampel
4. Pilih sampel sampai dengan jumlah terpenuhi

2. Stratified Random Sampling atau Sampel Acak Distratifikasikan
Karena unsur populasi berkarakteristik heterogen, dan heterogenitas
tersebut mempunyai arti yang signifikan pada pencapaian tujuan
penelitian, maka peneliti dapat mengambil sampel dengan cara ini.
Misalnya, seorang peneliti ingin mengetahui sikap manajer terhadap satu
kebijakan perusahaan. Dia menduga bahwa manajer tingkat atas
cenderung positif sikapnya terhadap kebijakan perusahaan tadi. Agar
dapat menguji dugaannya tersebut maka sampelnya harus terdiri atas
paling tidak para manajer tingkat atas, menengah, dan bawah. Dengan
teknik pemilihan sampel secara random distratifikasikan, maka dia akan
memperoleh manajer di ketiga tingkatan tersebut, yaitu stratum manajer
atas, manajer menengah dan manajer bawah. Dari setiap stratum tersebut
dipilih sampel secara acak. Prosedurnya :
1. Siapkan sampling frame
2. Bagi sampling frame tersebut berdasarkan strata yang dikehendaki
3. Tentukan jumlah sampel dalam setiap stratum
4. Pilih sampel dari setiap stratum secara acak.

3. Cluster Sampling atau Sampel Gugus
Teknik ini biasa juga diterjemahkan dengan cara pengambilan sampel
berdasarkan gugus. Berbeda dengan teknik pengambilan sampel acak
yang distratifikasikan, di mana setiap unsur dalam satu stratum memiliki
karakteristik yang homogen (stratum A : laki-laki semua, stratum B :
perempuan semua), maka dalam sampel gugus, setiap gugus boleh
mengandung unsur yang karakteristiknya berbeda-beda atau heterogen.
Misalnya, dalam satu organisasi terdapat 100 departemen. Dalam setiap
departemen terdapat banyak pegawai dengan karakteristik berbeda pula.
Beda jenis kelaminnya, beda tingkat pendidikannya, beda tingkat
pendapatnya, beda tingat manajerialnnya, dan perbedaan-perbedaan
lainnya. Jika peneliti bermaksud mengetahui tingkat penerimaan para
pegawai terhadap suatu strategi yang segera diterapkan perusahaan, maka
Modul 1 Penelitian Pasar

Kelompok 4 - 2013 21

peneliti dapat menggunakan cluster sampling untuk mencegah terpilihnya
sampel hanya dari satu atau dua departemen saja. Prosedur :
1. Susun sampling frame berdasarkan gugus Dalam kasus di atas,
elemennya ada 100 departemen.
2. Tentukan berapa gugus yang akan diambil sebagai sampel
3. Pilih gugus sebagai sampel dengan cara acak
4. Teliti setiap pegawai yang ada dalam gugus sample

4. Systematic Sampling atau Sampel Sistematis
Jika peneliti dihadapkan pada ukuran populasi yang banyak dan tidak
memiliki alat pengambil data secara random, cara pengambilan sampel
sistematis dapat digunakan. Cara ini menuntut kepada peneliti untuk
memilih unsur populasi secara sistematis, yaitu unsur populasi yang bisa
dijadikan sampel adalah yang keberapa. Misalnya, setiap unsur
populasi yang keenam, yang bisa dijadikan sampel. Soal keberapa-nya
satu unsur populasi bisa dijadikan sampel tergantung pada ukuran
populasi dan ukuran sampel. Misalnya, dalam satu populasi terdapat 5000
rumah. Sampel yang akan diambil adalah 250 rumah dengan demikian
interval di antara sampel kesatu, kedua, dan seterusnya adalah 25.
Prosedurnya :
1. Sampling frame
2. Tetapkan jumlah sampel yang ingin diambil
3. Tentukan K (kelas interval)
4. Tentukan angka atau nomor awal di antara kelas interval tersebut
secara acak atau random biasanya melalui cara undian saja.
5. Mulailah mengambil sampel dimulai dari angka atau nomor awal yang
terpilih.
6. Pilihlah sebagai sampel angka atau nomor interval berikutnya


5. Area Sampling atau Sampel Wilayah
Teknik ini dipakai ketika peneliti dihadapkan pada situasi bahwa
populasi penelitiannya tersebar di berbagai wilayah. Misalnya, seorang
marketing manajer sebuah stasiun TV ingin mengetahui tingkat
penerimaan masyarakat Jawa Barat atas sebuah mata tayangan, teknik
pengambilan sampel dengan area sampling sangat tepat. Prosedurnya :
Modul 1 Penelitian Pasar

Kelompok 4 - 2013 22

1. Susun sampling frame yang menggambarkan peta wilayah (Jawa
Barat) Kabupaten, Kotamadya, Kecamatan, Desa.
2. Tentukan wilayah yang akan dijadikan sampel (Kabupaten ?,
Kotamadya?, Kecamatan?, Desa?)
3. Tentukan berapa wilayah yang akan dijadikan sampel penelitiannya.
4. Pilih beberapa wilayah untuk dijadikan sampel dengan cara acak atau
random.
5. Kalau ternyata masih terlampau banyak responden yang harus diambil
datanya, bagi lagi wilayah yang terpilih ke dalam sub wilayah.

2.5.2 Nonprobability/Nonrandom Sampling atau Sampel Tidak Acak
Seperti telah diuraikan sebelumnya, jenis sampel ini tidak dipilih secara
acak. Tidak semua unsur atau elemen populasi mempunyai kesempatan sama
untuk bisa dipilih menjadi sampel. Unsur populasi yang terpilih menjadi sampel
bisa disebabkan karena kebetulan atau karena faktor lain yang sebelumnya
sudah direncanakan oleh peneliti.
1. Convenience Sampling
Dalam memilih sampel, peneliti tidak mempunyai pertimbangan
lain kecuali berdasarkan kemudahan saja. Seseorang diambil sebagai
sampel karena kebetulan orang tadi ada di situ atau kebetulan dia
mengenal orang tersebut. Oleh karena itu ada beberapa penulis
menggunakan istilah accidental sampling tidak disengaja atau juga
captive sample (man-on-the-street) Jenis sampel ini sangat baik jika
dimanfaatkan untuk penelitian penjajagan, yang kemudian diikuti oleh
penelitian lanjutan yang sampelnya diambil secara acak (random).
Beberapa kasus penelitian yang menggunakan jenis sampel ini, hasilnya
ternyata kurang obyektif.

2. Purposive Sampling
Sesuai dengan namanya, sampel diambil dengan maksud atau tujuan
tertentu. Seseorang atau sesuatu diambil sebagai sampel karena peneliti
menganggap bahwa seseorang atau sesuatu tersebut memiliki informasi
yang diperlukan bagi penelitiannya. Dua jenis sampel ini dikenal dengan
nama judgement dan quota sampling.
Modul 1 Penelitian Pasar

Kelompok 4 - 2013 23



a. J udgment Sampling
Sampel dipilih berdasarkan penilaian peneliti bahwa dia adalah pihak
yang paling baik untuk dijadikan sampel penelitiannya.. Misalnya untuk
memperoleh data tentang bagaimana satu proses produksi direncanakan
oleh suatu perusahaan, maka manajer produksi merupakan orang yang
terbaik untuk bisa memberikan informasi. Jadi, judment sampling
umumnya memilih sesuatu atau seseorang menjadi sampel karena mereka
mempunyai information rich.
Dalam program pengembangan produk (product development),
biasanya yang dijadikan sampel adalah karyawannya sendiri, dengan
pertimbangan bahwa kalau karyawan sendiri tidak puas terhadap produk
baru yang akan dipasarkan, maka jangan terlalu berharap pasar akan
menerima produk itu dengan baik. (Cooper dan Emory, 1992).
b. Quota Sampling
Teknik sampel ini adalah bentuk dari sampel distratifikasikan secara
proposional, namun tidak dipilih secara acak melainkan secara kebetulan
saja. Misalnya, di sebuah kantor terdapat pegawai laki-laki 60% dan
perempuan 40% . Jika seorang peneliti ingin mewawancari 30 orang
pegawai dari kedua jenis kelamin tadi maka dia harus mengambil sampel
pegawai laki-laki sebanyak 18 orang sedangkan pegawai perempuan 12
orang. Sekali lagi, teknik pengambilan ketiga puluh sampel tadi tidak
dilakukan secara acak, melainkan secara kebetulan saja.

3. Snowball Sampling
Cara ini banyak dipakai ketika peneliti tidak banyak tahu tentang
populasi penelitiannya. Dia hanya tahu satu atau dua orang yang
berdasarkan penilaiannya bisa dijadikan sampel. Karena peneliti
menginginkan lebih banyak lagi, lalu dia minta kepada sampel pertama
untuk menunjukan orang lain yang kira-kira bisa dijadikan sampel.
Misalnya, seorang peneliti ingin mengetahui pandangan kaum lesbian
terhadap lembaga perkawinan. Peneliti cukup mencari satu orang wanita
lesbian dan kemudian melakukan wawancara. Setelah selesai, peneliti tadi
Modul 1 Penelitian Pasar

Kelompok 4 - 2013 24

minta kepada wanita lesbian tersebut untuk bisa mewawancarai teman
lesbian lainnya. Setelah jumlah wanita lesbian yang berhasil
diwawancarainya dirasa cukup, peneliti bisa mengentikan pencarian
wanita lesbian lainnya. . Hal ini bisa juga dilakukan pada pencandu
narkotik, para gay, atau kelompok-kelompok sosial lain yang eksklusif
(tertutup)


2.6 Skala Data

Sebelum masuk pada tahap pengolahan data statistik penelitian (skripsi, tesis, tugas
akhira. dll), pengetahuan tentang jenis-jenis data dalam statistik adalah syarat utama
yang harus di kuasai. Pengetahuan tentang jenis-jenis data sangat menentukan metode
yang akan digunakan dalam pengambilan data dan tentu saja alat analisis apa yang
dibutuhkan oleh data tersebut agar lebih bermakna.
Jenis-jenis data atau skala data ini bertingkat menurut tingkatan pengukuran. Kita
bisa menyingkatnya NOIR. Salah satu yang terpenting dalam pengujian adalah
kesesuaian jenis skala data dengan uji yang digunakan.
Jenis skala pengukuran (skala data) adalah sebagai berikut :

1. Nominal
Data nominal adalah tingkatan data paling rendah menurut tingkatan
pengukurannya. Data nominal ini pada satu individu tidak mempunyai variasi sama
sekali, jadi 1 individu hanya punya 1 bentuk data.
Contoh data nominal : jenis kelamin, tempat tinggal, tahun lahir dll. Setiap
individu hanya akan mempunyai 1 data jenis kelamin, laki-laki atau perempuan. Nah,
dalam pengolahannya, data jenis kelamin ini nantinya akan diberi label misalnya
perempuan = 1, laki-laki = 2.
a. Nominal dikotomi diskrit
Contoh data diskrit dikotomi adalah
status pernikahan, 1 = menikah, 0 = tidak menikah,
jenis kelamin 1 = laki-laki, 2 = perempuan.
b. Nominal dikotomi kontinyu
Modul 1 Penelitian Pasar

Kelompok 4 - 2013 25

Yaitu suatu data yang sifatnya interval yang selanjutnya dikategorikan dalam dua
kategori, misalnya terdapat data tentang berat badan bayi, selanjutnya dikategorikan :
BBLR = BBL < 2500 gr
non BBLR = BBL > 2500 gr.
Hb ibu hamil bila :
< 11 gr/dl = anemia,
> 11 gr/dl = non anemia.
1)


2. Ordinal
Data ordinal pada dasarnya adalah hasil dari kuantifikasi data kualitatif. Contoh
data ordinal yaitu penskalaan sikap individu. Penskalaan sikap individu terhadap
sesuatu bisa diwujudkan dalam bermacam bentuk, diantaranya yaitu :
Sangat setuju = 5
Setuju = 4
Netral = 3
Tidak setuju = 2
Sangat tidak setuju = 1
Pada data ordinal ini, data yang ada tidak mempunyai jarak data yang pasti,
misalnya : sangat setuju (5) dan setuju (4) tidak diketahui pasti jarak antar nilainya
karena jarak antara sangat setuju (5) dan setuju (4) bukan 1 satuan (5-4), melainkan
dimaknakan sebagai rangking atau peringkat, misalnya rangking 1,2,3,4,5 dst.



3. Interval
Data interval mempunyai tingkatan lebih rendah dari data rasio. Data rasio
memiliki jarak data yang pasti namun tidak memiliki nilai nol mutlak. Contoh dari
data interval ialah hasil dari nilai ujian matemtika. Misalnya :
A = jika mendapatkan nilai 10
B = jika mendapatkan nilai 8
Modul 1 Penelitian Pasar

Kelompok 4 - 2013 26

Itu artinya, dapat dipastikan A mempunyai 2 nilai lebih banyak dari B, namun
tidak ada nilai nol mutlak. Maksudnya, jika C mendapat nilai 0, tidak berarti bahwa
kemampuan C dalam pelajaran matematika adalah 0 atau kosong.




4. Rasio
Data rasio adalah tingkatan data yang paling tinggi. Data rasio memiliki jarak
antar nilai yang pasti dan memiliki nilai nol mutlak yangtidak dimiliki oleh jenis-
jenis data lainnya. Contoh dari data rasio diantaranya berat badan, panjang benda,
jumlah satuan benda. Jika kita memiliki 10 bola maka ada perwujudan 10 bola itu,
dan ketika ada seseorang memiliki 0 bola maka seseorang tersebut tidak memiliki
bola satupun. Data rasio dapat digunakan dalam komputasi matematik, misalnya A
memiliki 10 bola dan B memiliki 8 bola, maka A memiliki 2 bola lebih banyak dari
pada B.
1)

Sebagai contoh misalnya diperoleh data dari pengumpulan data tentang Hb ibu
hamil pada 10 responden, tentukan rangking (untuk memperoleh data ordinalnya)
dan buatlah dalam dikotomi kontinyu nominal.
Tabel 2.2 Contoh table skala nominal
No
responden Hb (interval) Rangking (ordinal)
Kategori
(nominal)
1 11.5 7 1
2 12.6 1 1
3 12.5 2 1
4 11.7 6 1
5 11.9 5 1
6 12.4 3 1
7 12.3 4 1
8 10.6 9 0
Modul 1 Penelitian Pasar

Kelompok 4 - 2013 27

9 10.5 10 0
10 10.7 8 0


Keterangan :
Disebut kategori nominal, karena skala data nominal ini nanti akan mempunyai 2
nilai kategori.misalnya :
diberi angka 1 jika Hb > 12 = Tidak Anemia, dan angka 2 jika Hb < 11 = Anemia.
Skala data akan menentukan jenis uji statistic yang akan digunakan dalam menguji
suatu hipotesis yang diajukan oleh peneliti.

2.7 Metode Garvin
Saat ini semua produsen meyakini pentingnya memenuhi kepuasan pelanggan
pada segala aspek produk (barang dan atau jasa) yang dijual ke pasar. Para
petinggi/manajemen puncak perusahaan juga umumya semakin menyadari dan
memercayai adanya hubungan langsung antara customer satisfaction (kepuasan
pelanggan) terhadap peningkatan raihan pangsa pasar (market share). Kepuasan
pelanggan sangat penting dan menentukan.
Salah satu tolok ukurnya adalah kualitas. Namun yang menjadi pertanyaan besar
adalah kualitas seperti apa yang sesunguhnya diinginkan oleh konsumen?.
Menyangkut apa saja dan apa parameternya?. Bukankah produk dengan reliability dan
performa tinggi sudah cukup memuaskan customer?.Banyak lembaga konsultan
ternama di Amerika Serikat memublikasikan hasil penelitiaanya dengan sinyal yang
sangat jelas bahwa customer satisfaction dengan indeks kepuasan tinggi mengalami
peningkatan pertumbuhan penjualan dalam periode tertentu. Sebaliknya produk dengan
level indeks kepuasan rendah, pertumbuhan penjualannya cenderung minus. Tren
volume penjualan yang terus menurun adalah awal kehancuran menuju kebangkrutan.
Temuan ini tentu sangat mengagetkan dan menjadi tantangan besar khusunya para
jajaran manajemen puncak. Merancang dan mengembangkan produk dengan fokus
pada keinginan dan kepuasan pelanggan/konsumen nampaknya sesuatu yang tidak
Modul 1 Penelitian Pasar

Kelompok 4 - 2013 28

dapat ditawar-tawar lagi.Prof. David Garvin memberikan pemikiran gemilang
mengenai mutu suatu produk dengan ringkas dan mudah dipahami. Ketika para tokoh
manajemen kualitas berbeda pemahaman dalam mendefinisikan kualitas itu
sendiri, ilmuwan yang banyak mempelajari bidang bisnis dan manajemen proses ini
memublikasikan gagasannya cerdasnya mengenai definisi kualitas yang tergolong
sempurna.
Ya, alangkah puasnya konsumen membeli atau memakai suatu produk dengan
jaminan kualitas dan layanan purnajual yang bagus. Penulis buku Managing Quality:
The Strategic and Competitive Edge ini memberikan dimensi yang luas dan menjadi
tantangan besar bagi praktisi pengembangan produk. Produk yang berkualitas tidak
lagi cukup dengan hanya memiliki performa, reliability, durability serta fitur yang
bagus. Masih ada celah yang memungkinkan konsumen kecewa apabila hanya
unsur-unsur klasik di atas yang terpenuhi.Garvin banyak melakukan riset di bidang
manajemen umum dan strategi perubahan ini meraih Ph.D dari universitas ternama di
AS, Massachusetts Institute of Technology (MIT) tahun 1979. Delapan Dimensi
Kualitas Garvin memberikan pelajaran dan gagasan berharga bagi para produsen
khususnya bagian pengembangan produk dengan cakupan yang lengkap dan luas.
Produk yang diinginkan konsumen dan memenuhi kualitas yang mereka harapkan
adalah ketika semua unsur pengembangan produk diterapkan secara maksimal. Tim
inti product development (bagian marketing/pemasaran, desain dan teknik) harus
duduk bersama dan memikirkan semua aspek kualitas produk yang hendak
dikembangkan.
Delapan dimensi kualitas dari David Garvin adalah:
1. Performance (performa): menyangkut karakteristik operasi dasar.
2. Durability (ketahanan): jangka waktu hidup sebelum tiba saatnya diganti.
3. Serviceability: kemudahan servis atau perbaikan ketika dibutuhkan.
4. Aesthetics (estetik): menyangkut tampilan, rasa, bunyi, bau, atau rasa.
5. Perceived Quality: mutu/kualitas yang diterima dan dirasa customer.
6. Conformance: kesesuaian kinerja dan mutu produk dengan standar.
Modul 1 Penelitian Pasar

Kelompok 4 - 2013 29

7. Reliability (keandalan): kemungkinan produk untuk tidak berfungsi pada periode
waktu tertentu.
8. Featutes (fitur): item-item ekstra yang ditambahkan pada fitur dasar.
Paparan Prof. Garvin di atas tergolong kompleks dan cukup rumit untuk dapat
memenuhi ke delapan dimensi kualitas tersebut dari sisi produsen atau pabrikan.
Betapa tidak, dibutuhkan sumber daya dan effort besar serta terintegrasi di semua lini
perusahaan untuk dapat memenuhinya.
Mulai dari perencanaan perancangan produk, manufaktur, supplier, pemasaran,
sampai layanan purna jual. Khusus bagi industri pemula akan menghadapi masalah dan
tantangan kompleks agar dapat membuat produk yang berkualitas. Namun banyak
perusahaan besar dan sukses menyakini bahwa menawarkan produk dengan
memenuhiDelapan Dimensi Kualitas Garvin memberikan dampak besar bagi
peningkatan profitabilitasnya.Logika sederhananya: produk berkualitas, konsumen
puas, produk akan laku, dan keuntungan meningkat.Walaupun Prof. David Garvin
bukan seorang tokoh manajemen kualitas dunia seperti halnya Joseph M. Juran
mendefinisikan kualitas sebagai ketepatan dan kesesuaian dalam pemakaian, Philip
Crosby sebagai kepuasan pelanggan, Edward Deming, Kaoru Ishikawa, Taguchi dan
nama besar lainnya di bidang manajemen kualitas, namun nama David Garvin tidak
bisa diabaikan ketika membicarakan kualitas produk.

2.8 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas
Menurut Sugiyono (2006) Uji validitas adalah suatu langkah pengujian yang
dilakukan terhadap isi (content) dari suatu instrumen, dengan tujuan untuk mengukur
ketepatan instrumen yang digunakan dalam suatu penelitian
Tujuan uji validitas:
Mengetahui sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu instrumen pengukuran
dalam melakukan fungsi ukurnya.Agar data yang diperoleh bisa relevan/sesuai
dengan tujuan diadakannya pengukuran tersebut.
Macam-macam validitas Menurut Djaali dan Pudji (2008) validitas dibagi menjadi 3
yaitu:
1. Validitas isi (content validity)
Modul 1 Penelitian Pasar

Kelompok 4 - 2013 30

Validitas isi suatu tes mempermasalahkan seberapa jauh suatu tes
mengukur tingkat penguasaan terhadap isi suatu materi tertentu yang
seharusnya dikuasai sesuai dengan tujuan pengajaran.Dengan kata lain, tes
yang mempunyai validitas isi yang baik ialah tes yang benar-benar mengukur
penguasaan materi yang seharusnya dikuasai sesuai dengan konten pengajaran
yang tercantum dalam Garis-Garis Besar Program Pengajaran
(GBPP).Menurut Gregory (2000) validitas isi menunjukkan sejauhmana
pertanyaan, tugas atau butir dalam suatu tes atau instrumen mampu mewakili
secara keseluruhan dan proporsional perilaku sampel yang dikenai tes tersebut.
Artinya tes mencerminkan keseluruhan konten atau materi yang diujikan atau
yang seharusnya dikuasai secara proporsional.
Untuk mengetahui apakah tes itu valid atau tidak harus dilakukan melalui
penelaahan kisi-kisi tes untuk memastikan bahwa soal-soal tes itu sudah
mewakili atau mencerminkan keseluruhan konten atau materi yang seharusnya
dikuasai secara proporsional. Oleh karena itu, validitas isi suatu tes tidak
memiliki besaran tertentu yang dihitung secara statistika, tetapi dipahami
bahwa tes itu sudah valid berdasarkan telaah kisi-kisi tes. Oleh karena itu,
wiersma dan Jurs dalam Djaali dan Pudji (2008) menyatakan bahwa validitas
isi sebenarnya mendasarkan pada analisis logika, jadi tidak merupakan suatu
koefisien validitas yang dihitung secara statistika.
Untuk memperbaiki validitas suatu tes, maka isi suatu tes harus
diusahakan agar mencakup semua pokok atau sub-pokok bahasan yang hendak
diukur. Kriteria untuk menentukan proporsi masing-masing pokok atau sub
pokok bahasan yang tercakup dalam suatu tes ialah berdasarkan banyaknya isi
(materi) masing-masing pokok atau sub-pokok bahasan seperti tercantum
dalam kurikulum atau Garis-Garis Besar Program Pengajaran(GBPP).Selain
itu, penentuan proporsi tersebut dapat pula didasarkan pendapat (judgement)
para ahli dalam bidang yang bersangkutan. Jadi situasi tes akan mempunyai
validitas isi yang baik jika tes tersebut terdiri dari item-item yang mewakili
semua materi yang hendak diukur. Salah satu cara yang biasa digunakan untuk
memperbaiki validitas isi suatu tes ialah dengan menggunakan blue-
print untuk menentukan kisi-kisi tes.
2. Validitas Konstruk (Construct validity)
Modul 1 Penelitian Pasar

Kelompok 4 - 2013 31

Menurut Djaali dan Pudji (2008) validitas konstruk adalah validitas yang
mempermasalahkan seberapa jauh item-item tes mampu mengukur apa-apa
yang benar-benar hendak diukur sesuai dengan konsep khusus atau definisi
konseptual yang telah ditetapkan.Validitas konstruk biasa digunakan untuk
instrumen-instrumen yang dimaksudkan mengukur variabel-variabel konsep,
baik yang sifatnya performansi tipikal seperti instrumen untuk mengukur
sikap, minat, konsep diri, lokus control, gaya kepemimpinan, motivasi
berprestasi, dan lain-lain, maupun yang sifatnya performansi maksimum
seperti instrumen untuk mengukur bakat (tes bakat), intelegensi (kecerdasan
intelekual), kecerdasan emosional dan lain-lain.
Untuk menentukan validitas konstruk suatu instrumen harus dilakukan
proses penelaahan teoritis dari suatu konsep dari variabel yang hendak diukur,
mulai dari perumusan konstruk, penentuan dimensi dan indikator, sampai
kepada penjabaran dan penulisan butir-butir item instrumen. Perumusan
konstruk harus dilakukan berdasarkan sintesis dari teori-teori mengenai
konsep variabel yang hendak diukur melalui proses analisis dan komparasi
yang logik dan cermat.Menyimak proses telaah teoritis seperti telah
dikemukakan, maka proses validasi konstruk sebuah instrumen harus
dilakukan melalui penelaahan atau justifikasi pakar atau melalui penilaian
sekelompok panel yang terdiri dari orang-orang yang menguasai substansi
atau konten dari variabel yang hendak diukur.
Contoh Format Penelaahan Butir Soal Bentuk Uraian
Mata Pelajaran :..
Kelas/Semester :..
Penelaah :..
Petunjuk pengisian format penelaahan butir soal bentuk uraian:
Analisislah setiap butir soal berdasarkan semua kriteria yang tertera di dalam
format!
Berilah tanda cek ( ) pada kolom ya bila soal yang ditelaah sudah sesuai
dengan kriteria
Modul 1 Penelitian Pasar

Kelompok 4 - 2013 32

Berilah tanda cek ( ) pada kolom tidak bila soal yang ditelaah tidak sesuai
dengan kriteria, kemudian tuliskan alasan pada ruang catatan atau pada teks
soal dan perbaikannya.
No. Aspek yang Ditelaah
Nomor Soal
1 2 3
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
A12
3
4
B
5
6
7
8
C
9
10
11
12
13
MateriSoal sesuai dengan indikator
(menuntut tes tertulis untuk bentuk
uraian)Batasan pertanyaan dan
jawaban yang diharapkan sudah sesuai
Materi yang ditanyakan sesuai dengan
kompetensi (urgensi, relevasi,
kontinyuitas, keterpakaian sehari-hari
tinggi)
Isi materi yang ditanyakan sesuai
dengan jenjang jenis sekolah atau
tingkat kelas
Konstruksi
Menggunakan kata tanya atau perintah
yang menuntutjawaban uraian
Ada petunjuk yang jelas tentang cara
pengerjaan soal.
Ada pedoman penskorannya
Tabel, gambar, grafik, peta, atau yang
sejenisnya disajikan dengan jelas dan
terbaca
Bahasa

Modul 1 Penelitian Pasar

Kelompok 4 - 2013 33

Rumusan kalimat soal komunikatif
Butir soal menggunakan bahasa
Indonesia yang baku
Tidak menggunakan kata/ungkapan
yang menimbulkan penafsiran ganda
atau salah pengertian
Tidak menggunakan bahasa yang
berlaku setempat/tabu
Rumusan soal tidak mengandung
kata/ungkapan yang dapat
menyinggung perasaan siswa


Catatan:



Contoh Format Penelaahan Butir Soal Bentuk Pilihan Ganda
Mata Pelajaran :..
Kelas/Semester :..
Penelaah :..
Petunjuk pengisian format penelaahan butir soal bentuk pilihan ganda:
Analisislah setiap butir soal berdasarkan semua kriteria yang tertera di dalam
format!
Berilah tanda cek ( ) pada kolom ya bila soal yang ditelaah sudah sesuai
dengan kriteria
Modul 1 Penelitian Pasar

Kelompok 4 - 2013 34

Berilah tanda cek ( ) pada kolom tidak bila soal yang ditelaah tidak sesuai
dengan kriteria, kemudian tuliskan alasan pada ruang catatan atau pada teks
soal dan perbaikannya.
No. Aspek yang Ditelaah
Nomor Soal
1 2 3
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
A12
3
4
B
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
C
15
16
MateriSoal sesuai dengan indikator
(menuntut tes tertulis untuk bentuk
pilihan ganda)Materi yang ditanyakan
sesuai dengan kompetensi (urgensi,
relevasi, kontinyuitas, keterpakaian
sehari-hari tinggi)
Pilihan jawaban homogen dan logis
Hanya ada satu kunci jawaban
Konstruksi
Pokok soal dirumuskan dengan
singkat, jelas dan tegas
Rumusan pokok soal dan pilihan
jawaban merupakan pernyataan yang
diperlukan saja
Pokok soal tidak memberi petunjuk
kunci jawaban
Pokok soal bebas dari pernyataan yang
bersifat negatif ganda
Pilihan jawaban homogeny dan logis
ditinjau dari segi materi
Gambar, grafik, table, diagram, atau

Modul 1 Penelitian Pasar

Kelompok 4 - 2013 35

17
18
sejenisnya jelas dan berfungsi
Panjang pilihan jawaban relatif sama
Pilihan jawaban tidak menggunakan
pernyataan semua jawaban di atas
salah/benar dan sejenisnya
Pilihan jawaban yang berbentuk
angka/waktu disusun berdasarkan
urutan besar kecilnya angka atau
kronologisnya
Butir soal tidak bergantung pada
jawaban soal sebelumnya
Bahasa
Menggunakan bahasa yang sesuai
dengan kaidah bahasa Indonesia
Menggunakan bahasa yang
komunikatif
Tidak menggunakan bahasa yang
berlaku setempat/tabu
Pilihan jawaban tidak mengulang
kata/kelompok kata yang sama,
kecuali merupakan satu kesatuan
pengertian
Catatan:





Modul 1 Penelitian Pasar

Kelompok 4 - 2013 36

3. Validitas empiris
Validitas empiris sama dengan validitas kriteria yang berarti bahwa
validitas ditentukan berdasarkan kriteria, baik kriteria internal maupun kriteria
eksternal. Kriteria internal adalah tes atau instrumen itu sendiri yang menjadi
kriteria, sedangkan kriteria eksternal adalah hasil ukur instrumen atau tes lain
di luar instrumen itu sendiri yang menjadi kriteria. Ukuran lain yang sudah
dianggap baku atau dapat dipercaya dapat pula dijadikan sebagai kriteria
eksternal.Validitas yang ditentukan berdasarkan kriteria internal disebut
validitas internal, sedangkan validitas yang ditentukan berdasarkan kriteria
eksternal disebut validitas eksternal.
4. Validitas Internal
Validitas internal merupakan validitas yang diukur dengan besaran yang
menggunakan instrumen sebagai suatu kesatuan (keseluruhan butir) sebagai
kriteria untuk menentukan validitas item atau butir dari instrumen itu. Dengan
demikian validitas internal mempermasalahkan validitas butir atau item suatu
instrumen dengan menggunakan hasil ukur instrumen tersebut sebagai suatu
kesatuan dan sebagai kriteria, sehingga biasa disebut juga validitas butir.
Pengujian validitas butir instrumen atau soal tes dilakukan dengan
menghitung koefesien korelasi antara skor butir instrumen atau soal tes dengan
skor total instrumen atau tes. Butir atau soal yang dianggap valid adalah butir
instrumen atau soal tes yang skornya mempunyai koefesien korelasi yang
signifikan dengan skor total instrumen atau tes.
5. Validitas eksternal
Kriteria eksternal dapat berupa hasil ukur instrumen yang sudah baku atau
instrumen yang dianggap baku dapat pula berupa hasil ukur lain yang sudah
tersedia dan dapat dipercaya sebagai ukuran dari suatu konsep atau varaibel
yang hendak diukur. Validitas eksternal diperlihatkan oleh suatu besaran yang
merupakan hasil perhitungan statistika. Jika kita menggunakan hasil ukur
instrumen yang sudah baku sebagai kriteria eksternal, maka besaran validitas
eksternal dari instrumen yang kita kembangkan didapat dengan jalan
mengkorelasikan skor hasil ukur instrumen yang dikembangkan dengan skor
hasil ukur instrumen baku yang dijadikan kriteria. Makin tinggi koefesien
korelasi yang didapat, maka validitas instrumen yang dikembangkan juga
Modul 1 Penelitian Pasar

Kelompok 4 - 2013 37

makin baik. Kriteria yang digunakan untuk menguji validitas eksternal adalah
nilai table r (r-tabel).
Jika koefesien korelasi antara skor hasil ukur instrumen yang
dikembangkan dengan skor hasil ukurinstrumen baku lebih besar dari pada r-
tabel, maka instrumen yang dikembangkan dapat valid berdasarkan kriteria
eksternal yang dipilih (hasil ukur instrumen baku). Jadi keputusan uji validitas
dalam hal ini adalah mengenai valid atau tidaknya instrumen sebagai suatu
kesatuan, bukan valid atau tidaknya butir instrumen seperti pada validitas
internal.
Ditinjau dari kriteria eksternal yang dipilih, validitas eksternal dapat
dibedakan atas dua macam yaitu:Validitas prediktif apabila kriteria eksternal
yang digunakan adalah adalah ukuran atau penampilan masa yang akan
datang.Validitas kongkuren apabila kriteria eksternal yang digunakan adalah
ukuran atau penampilan saat ini atau saat yang bersamaan dengan pelaksanaan
pengukuran.
Pengertian Uji Reliabilitas:
Menurut Husaini (2003)Uji reliabilitas adalah proses pengukuran terhadap
ketepatan (konsisten) dari suatu instrumen.Pengujian ini dimaksudkan untuk
menjamin instrumen yang digunakan merupakan sebuah instrumen yang handal,
konsistensi, stabil dan dependibalitas, sehingga bila digunakan berkali-kali dapat
menghasilkan data yang sama.
Tujuan dari uji reliabilitas:Menunjukkan konsistensi skor-skor yang diberikan
skorer satu dengan skorer lainnya.Tujuan dari uji reliabilitas ini adalah untuk
menunjukkan konsistensi skor-skor yang diberikan skorer satu dengan skorer lainnya.
Menurut Djaali dan Pudji (2008) reliabilitas dibedakan menjadi dua macam, yaitu
1. Reliabilitas konsistensi tanggapan
Reliabilitas ini mempersoalkan apakah tanggapan responden atau objek terhadap
tes tersebut sudah baik atau konsisten. Jika hasil pengukuran kedua menunjukkan
ketidakkonsistenan maka hal ini akan menunjukkan bahwa hasil ukur tes atau
instrumen tersebut tidak dapat dipercaya atau tidak reliable serta tidak dapat
digunakan sebagai ukuran untuk mengungkapkan ciri atau keadaan sesungguhnya
dari objek pengukuran.
Modul 1 Penelitian Pasar

Kelompok 4 - 2013 38

Ada dua mekanisme untuk memeriksa reliabilitas tanggapan responden terhadap
tes yaitu:
(1)Teknik test-retest ialah pengetesan dua kali dengan menggunakan suatu tes
yang sama pada waktu yang berbeda. (2)Teknik belah dua ialah pengetesan
(pengukuran) yang dilakukan dengan dua kelompok item yang setara pada saat
yang sama.Bentuk ekivalen ialah pengetesan (pengukuran) yang dilakukan dengan
menggunakan dua tes yang dibuat setara kemudian diberikan kepada responden
atau obyek tes dalam waktu yang bersamaan.
2. Reliabilitas konsistensi gabungan item
Reliabilitas ini berkaitan dengan kemantapan atau konsistensi antara item-item
suatu tes. Bila terhadap bagian obyek ukur yang sama, hasil ukur melalui item
yang satu kontradiksi atau tidak konsisten dengan hasil ukur melalui item yang
lain maka pengukuran dengan tes (alat ukur) sebagai suatu kesatuan itu tidak
dapat dipercaya.
Koefesien reliabilitas konsistensi gabungan item dapat dihitung dengan
menggunakan:
Rumus Kuder-Richardson, yang dikenal dengan nama KR-20 dan KR-21.
Rumus koefisien Alpha atau Alpha Cronbach.
Rumus reliabilitas Hoyt, yang menggunakan analisis varian.








Modul 1 Penelitian Pasar

Kelompok 4 - 2013 39

BAB 3
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
3.1 Uji Validitas dan Reliabilitas
Untuk mengetahui respon dari sampel terhadap tiga produk yang kami bandingkan,
kami melakukan pembagian kuisioner kepada sampel yang merupakan populasi dari
masyarakat Gunung Sindur. Sampel yang kami ambil sebanyak 30 orang. Kuisioner
yang kami bagiakan kami olah untuk mengetahui validitas dan reabilitasnya.
Kemudian kami membandingkan responden yang berjenis kelamin pria dan wanita
serta yang memiliki produk CV. KUF dengan yang tidak.
Di dalam kuisioner kami memberikan 8 pertanyaan yang dikelompokan menjadi 2
dimensi yaitu yang berdasarkan perceived quality dan estetika antara tiga produk, yaitu
CV.KUF, Olympic, dan Lion . Berikut data hasil pengisian kuisioner :
Tabel 3.1 Data hasil pengisian kuisioner

1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 4 5 6 7 8
1 Anwar mujahid 1 Laki-laki 1 Ya 2 Tidak 3 Baik 3 3 2 2 2 2 2 3 2 1 2 3 2 4 3 3 2 3 2 2 3 2 2 2
2 Kahfi muhammad 1 Laki-laki 2 Tidak 1 Ya 3 Baik 3 4 2 3 3 4 2 3 3 2 3 4 2 3 4 4 4 3 2 4 1 3 3 3
3 Dani lesmana 1 Laki-laki 2 Tidak 2 Tidak 2 Cukup 3 3 1 3 2 4 3 1 3 2 2 4 2 1 1 2 3 3 4 3 2 1 2 2
4 Ahmad fatah 1 Laki-laki 2 Tidak 1 Ya 3 Baik 2 2 2 2 1 1 3 3 2 2 3 1 3 3 2 3 3 2 3 2 2 4 2 3
5 Rani sulistianingsih 2 Perempuan 1 Ya 2 Tidak 3 Baik 3 3 1 2 2 3 3 1 1 3 3 3 3 1 2 4 4 3 4 3 4 4 4 4
6 Dewita purwanti 2 Perempuan 1 Ya 2 Tidak 1 Kurang 3 3 3 2 1 1 2 4 3 4 3 3 2 3 3 2 3 3 2 2 1 2 3 3
7 Joko setiawan 1 Laki-laki 2 Tidak 1 Ya 2 Cukup 2 3 4 2 1 4 3 3 1 1 4 2 2 3 2 2 3 1 4 4 4 1 3 2
8 Rahayu astuti 2 Perempuan 2 Tidak 2 Tidak 3 Baik 4 2 3 3 4 3 2 3 4 2 3 3 1 2 2 3 3 4 4 1 3 3 2 2
9 Diah Lestari 2 Perempuan 1 Ya 1 Ya 3 Baik 2 3 1 2 4 3 3 3 4 2 2 3 3 3 3 3 2 3 4 3 3 1 2 1
10 Yudha purnama 1 Laki-laki 1 Ya 1 Ya 3 Baik 1 3 3 3 3 3 2 3 3 1 2 1 2 2 4 2 2 3 4 3 2 3 2 2
11 Muhammad syahid 1 Laki-laki 1 Ya 2 Tidak 3 Baik 3 2 1 2 2 1 2 3 3 3 4 4 2 3 3 3 1 2 2 2 2 3 2 2
12 Yulia Rahmawati 2 Perempuan 1 Ya 2 Tidak 2 Cukup 4 4 4 2 3 3 1 4 2 2 4 4 4 4 2 2 2 3 4 3 3 2 2 2
13 Adam 1 Laki-laki 1 Ya 2 Tidak 1 Kurang 2 4 4 4 4 3 3 3 3 2 3 2 3 3 4 2 2 3 4 3 2 4 3 1
14 Putri fajarwati 2 Perempuan 1 Ya 2 Tidak 1 Kurang 1 1 2 3 3 2 1 2 3 1 2 2 4 4 3 2 2 2 2 2 1 1 3 3
15 Norman 1 Laki-laki 2 Tidak 2 Tidak 2 Cukup 4 3 2 3 1 1 2 2 2 1 3 3 2 3 3 4 3 2 3 3 4 3 3 1
16 Anisa Nurhasanah 2 Perempuan 1 Ya 2 Tidak 2 Cukup 1 1 2 2 3 4 2 4 2 2 3 2 2 3 4 3 2 2 4 2 1 1 2 3
17 Nurmalasari 2 Perempuan 1 Ya 1 Ya 3 Baik 1 2 3 3 3 1 2 3 2 2 4 4 1 2 4 4 2 3 3 3 1 4 2 3
18 Nwang wulan 2 Perempuan 1 Ya 2 Tidak 3 Baik 1 2 3 2 2 2 3 3 4 1 2 3 3 3 4 4 4 4 2 2 4 3 2 4
19 sinta Anggraeni 2 Perempuan 1 Ya 2 Tidak 3 Baik 1 3 3 3 3 2 4 4 3 1 2 3 1 2 1 2 3 3 2 2 2 3 3 3
20 Ridha puspadini 2 Perempuan 2 Tidak 2 Tidak 3 Baik 1 3 2 2 3 3 2 3 3 4 2 2 4 2 3 2 1 2 3 2 3 3 2 3
21 Rosyid 1 Laki-laki 2 Tidak 2 Tidak 2 Cukup 1 3 2 2 3 1 2 3 1 3 2 2 4 4 1 3 3 3 4 3 3 3 3 3
22 Rahmat hidayat 1 Laki-laki 2 Tidak 2 Tidak 3 Baik 2 3 2 2 2 4 4 4 4 2 4 3 2 3 4 3 1 3 3 2 1 3 3 2
23 Surya Saputra 1 Laki-laki 2 Tidak 2 Tidak 1 Kurang 4 4 4 3 2 3 4 3 2 3 3 2 2 3 2 3 3 2 3 4 4 3 2 2
24 Novita 2 Perempuan 2 Tidak 1 Ya 3 Baik 3 4 3 2 2 3 2 4 2 3 2 2 2 2 3 3 2 2 3 2 3 3 3 1
25 Iis hamidah 2 Perempuan 1 Ya 1 Ya 3 Baik 2 2 2 2 1 1 3 3 2 2 3 2 4 4 3 4 2 1 2 2 3 1 2 2
26 Ciska putri 2 Perempuan 1 Ya 1 Ya 3 Baik 2 3 1 2 4 4 3 3 3 4 2 3 4 3 3 3 3 2 3 1 2 4 2 4
27 Aulia pratama 2 Perempuan 1 Ya 2 Tidak 2 Cukup 2 1 2 3 4 3 2 1 2 2 3 3 3 3 3 2 3 2 2 2 3 3 2 4
28 Lilia 2 Perempuan 1 Ya 2 Tidak 1 Kurang 3 2 3 2 3 1 2 2 3 1 3 1 3 3 2 3 3 3 2 3 1 2 4 2
29 Agus 1 Laki-laki 2 Tidak 1 Ya 2 Cukup 3 2 3 1 3 3 2 2 3 2 2 3 4 3 2 2 2 2 4 2 4 2 3 2
30 Bunga 2 Perempuan 1 Ya 1 Ya 3 Baik 1 2 2 3 2 3 2 2 4 4 3 3 2 2 2 2 3 3 3 2 4 4 2 2
CV. KUF Olympic Lion
No Nama
Kepuasan Meja Rias
CV.KUF
Pengalaman kepemilikan
meja rias
Jenis Kelamin
Kepemilikan meja rias
CV.KUF
Modul 1 Penelitian Pasar

Kelompok 4 - 2013 40

Berdasarkan hasi kuisioner sebanyak 17 orang perempuan responden dan laki-laki 13
orang responden. Sedangkan dalam hal kepemilikan produk CV.KUF yang memiliki
sebanyak 11 responden dan yang tidak memiliki 19 responden. Berikut diagram
presentase dari sampel :

Grafik 3.1 Perbandingan responden laki-laki dan perempuan


Grafik 3.2 Perbandinagn responden yang memiliki produk CV. KUF dengan yang tidak

Setelah kuisioner dibagikan kami melakukan pengolahan data, yaitu uji validitas dan
reliabilitas untuk mengetahui kebenaran serta kelanjutan analisis data. Berikut data
pengolahan uji validitas dan reliabilitas :





Modul 1 Penelitian Pasar

Kelompok 4 - 2013 41

Tabel 3.2. Uji validitas produk CV.KUF

Tabel 3.3. Uji reliabilitas produk CV.KUF

Tabel 3.4. Uji validitas produk Olympic

Tabel 3.5. Uji reliabilitas produk Olympic

Tabel 3.6. Uji validitas produk Lion


Variabel X Y X^2 Y^2 XY r Hitung r Tabel Keterangan
1 68 602 4624 362404 40936 0,366 0,306 valid
2 80 602 6400 362404 48160 0,722 0,306 valid
3 72 602 5184 362404 43344 0,532 0,306 valid
4 72 602 5184 362404 43344 0,325 0,306 valid
5 76 602 5776 362404 45752 0,323 0,306 valid
6 76 602 5776 362404 45752 0,570 0,306 valid
7 73 602 5329 362404 43946 0,342 0,306 valid
8 85 602 7225 362404 51170 0,401 0,306 valid
r11 0,864 Reliabel
r12 1,034 Reliabel
r13 0,900 Reliabel
r14 0,975 Reliabel
r15 0,888 Reliabel
r16 0,845 Reliabel
r17 0,942 Reliabel
r18 0,916 Reliabel
Variabel X Y X^2 Y^2 XY r Hitung r Tabel Keterangan
1 79 635 6241 403225 493039 0,303 0,306 valid
2 65 635 4225 403225 405665 0,370 0,306 valid
3 83 635 6889 403225 518003 0,323 0,306 valid
4 80 635 6400 403225 499280 0,434 0,306 valid
5 78 635 6084 403225 486798 0,307 0,306 valid
6 84 635 7056 403225 524244 0,385 0,306 valid
7 82 635 6724 403225 511762 0,552 0,306 valid
8 84 635 7056 403225 524244 0,374 0,306 valid
r11 0,901 Reliabel
r12 0,871 Reliabel
r13 0,945 Reliabel
r14 0,876 Reliabel
r15 0,925 Reliabel
r16 0,884 Reliabel
r17 0,884 Reliabel
r18 0,937 Reliabel
Variabel X Y X^2 Y^2 XY r Hitung r Tabel Keterangan
1 76 621 5776 385641 450604 0,72 0,31 Valid
2 77 621 5929 385641 456533 0,41 0,31 Valid
3 91 621 8281 385641 539539 0,34 0,31 Valid
4 74 621 5476 385641 438746 0,36 0,31 Valid
5 76 621 5776 385641 450604 0,47 0,31 Valid
6 79 621 6241 385641 468391 0,54 0,31 Valid
7 75 621 5625 385641 444675 0,32 0,31 Valid
8 73 621 5329 385641 432817 0,32 0,31 Valid
Modul 1 Penelitian Pasar

Kelompok 4 - 2013 42

Tabel 3.7. Uji reliabilitas produk Lion

Berikut ini adalah peta profil tiga produk, yaitu CV.KUF, Olympic, dan Lion
berdasarkan 8 variabel kuisioner :
Tabel 3.8. Variabel kuisioner

Tabel 3.9. Peta profil tiga produk merk meja rias

Berikut ini adalah peta profil dan plot diagram berdasarkan dua dimesi yang
dibedakan dalam kuisioner, yaitu berdasarkan aestethics dan perceived quality.
Berikut data pengolahannya :




r11 0,91 Reliabel
r12 0,94 Reliabel
r13 0,91 Reliabel
r14 0,93 Reliabel
r15 0,82 Reliabel
r16 0,85 Reliabel
r17 0,97 Reliabel
r18 0,90 Reliabel
var1
Desain
var2
Harga
var3
Kualitas kayu
var4
Bentuk cermin
var5
Warna meja rias
var6
Kehalusan permukaan meja rias
var7
Kesesuaian ukuran meja rias
var8
Fungsi lain meja rias
Keterangan Karakteristik
CV. KUF Olympic Lion
var1 2,267 5,097 2,533
var2 2,667 4,194 2,567
var3 2,400 5,355 3,033
var4 2,400 5,161 2,467
var5 2,533 5,032 2,533
var6 2,533 5,419 2,633
var7 2,433 5,290 2,500
var8 2,833 5,290 2,433
Variabel
Merk Meja Rias
Modul 1 Penelitian Pasar

Kelompok 4 - 2013 43

Tabel 3.10. Plot merk tiga produk berdasarkan aestethics


Grafik 3.3. Plot diagram aestethics

Tabel 3.11. Plot merk tiga produk berdasarkan perceived quality


Grafik 3.4. Plot diagram perceived quality


CV. KUF Olympic Lion
var 1 2,267 5,097 2,533
var 4 2,400 5,161 2,467
var 5 2,533 5,032 2,533
var 6 2,533 5,419 2,633
Rataan 2,433 5,177 2,542
variabel
Aestethics
CV. KUF Olympic Lion
var 2 2,667 4,194 2,567
var 3 2,400 5,355 3,033
var 7 2,433 5,290 2,500
var 8 2,833 5,419 2,433
Rataan 2,583 5,065 2,633
Variabel
Perceived Quality
Modul 1 Penelitian Pasar

Kelompok 4 - 2013 44

3.2 Uji Kruskal Wallis
Kami melakukan uji Kruskal Wallis pada pengolahan data dengan tujuan melihat
adanya perbedaan signifikan tiga data sampel yang kami uji, yaitu produk CV. KUF,
Olyimpic, dan Lion berdasarkan 8 variabel. Pengolahan data yang kami lakukan
dengan menggunakan software SPSS. Berikut hasil perhitungan yang diperoleh :
Tabel 3.12. Hasil perhitungan Kruskal Wallis berdasarkan variabel harga

Ranks

Merk N Mean Rank
Harga CV.KUF 30 51
Olymic 30 36.70
Lion 30 48.63
Total 90


Test Statistics
a,b


Harga
Chi-Square 5.852
Df 2
Asymp. Sig. .054
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: Merk

Tabel 3.13. Hasil perhitungan Kruskal Wallis berdasarkan variabel kualitas kayu
Ranks

Merk N Mean Rank
Kualitas Kayu cv.kuf 30 36.73
Olympic 30 46.25
Lion 30 53.52
Total 90







Modul 1 Penelitian Pasar

Kelompok 4 - 2013 45

Test Statistics
a,b


Harga
Chi-Square
6.965
Df
2
Asymp. Sig. .031
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: Merk
Tabel 3.14. Hasil perhitungan Kruskal Wallis berdasarkan variabel bentuk cermin
Ranks

Merk N Mean Rank
Bentuk cermin CV.KUF 30 41.93
Olympic 30 50.73
Lion 30 43.83
Total 90



Test Statistics
a,b


Kualitaskayu
Chi-Square 2.217
df 2
Asymp. Sig. .330
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: Merk

Tabel 3.15. Hasil perhitungan Kruskal Wallis berdasarkan variabel warna meja
Ranks

Merk N Mean Rank
Warna meja CV.KUF 30 45.10
Olympic 30 46.23
Lion 30 45.17
Total 90

Modul 1 Penelitian Pasar

Kelompok 4 - 2013 46


Test Statistics
a,b


Warnameja
Chi-Square .038
Df 2
Asymp. Sig. .981
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: Merk

Tabel 3.16. Hasil perhitungan Wallis berdasarkan variabel kehalusan permukaan meja
Ranks

Merk N Mean Rank
Kehalusan permukaan meja CV.KUF 30 43.13
Olympic 30 48.22
Lion 30 45.15
Total 90



Test Statistics
a,b


Warnameja
Chi-Square .649
df 2
Asymp. Sig. .723
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: Merk

Tabel 3.17. Hasil perhitungan Kruskal Wallis berdasarkan variabel kesesuaian ukuran meja
Ranks

Merk N Mean Rank
Kesesuaian ukuran meja rias CV.KUF 30 41.68
Olympic 30 51.07
Lion 30 43.75
Total 90



Modul 1 Penelitian Pasar

Kelompok 4 - 2013 47

Test Statistics
a,b


Warnameja
Chi-Square 2.499
df 2
Asymp. Sig. .287
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: Merk

Tabel 3.18. Hasil perhitungan Kruskal Wallis berdasarkan variabel fungsi lain meja rias

Ranks

Merk N Mean Rank
Fungsi lain meja rias CV.KUF 30 50.52
Olympic 30 47.90
Lion 30 38.08
Total 90



Test Statistics
a,b


Warnameja
Chi-Square 4.256
df 2
Asymp. Sig. .119
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: Merk

Tabel 3.19. Hasil perhitungan Kruskal Wallis berdasarkan variabel desain meja rias
Ranks

Merk N Mean Rank
Desain meja rias CV.KUF 30 40.12
Olympic 30 49.48
Lion 30 46.90
Total 90


Modul 1 Penelitian Pasar

Kelompok 4 - 2013 48


Test Statistics
a,b


Warnameja
Chi-Square 2.272
df 2
Asymp. Sig. .321
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: Merk


3.3 Uji Metode Tabulasi Silang
Dalam pengolahan data kami menggunakan uji metode tabulasi silang, dengan tujuan
untuk melihat korelasi atau hubungan antarvariabel. Berikut data pengolahan metode
tabulasi silang dengan menggunakan software SPSS :

Tabel 3.20. Tabulasi silang antara jenis kelamin dengan kualitas

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent
jeniskelamin * Kualiitas 30 100.0% 0 .0% 30 100.0%


jeniskelamin * Kualiitas Crosstabulation
Count
Kualiitas
Total kurang baik cukup baik baik
jeniskelamin laki-laki 2 5 6 13
perempuan 3 3 11 17
Total 5 8 17 30



Modul 1 Penelitian Pasar

Kelompok 4 - 2013 49

Chi-Square Tests

Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 1.667
a
2 .435
Likelihood Ratio 1.664 2 .435
Linear-by-Linear Association .330 1 .566
N of Valid Cases 30

a. 4 cells (66,7%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 2,17.

Symmetric Measures

Value
Asymp. Std.
Error
a
Approx. T
b
Approx. Sig.
Interval by Interval Pearson's R .107 .181 .567 .575
c

Ordinal by Ordinal Spearman Correlation .139 .182 .745 .462
c

N of Valid Cases 30

a. Not assuming the null hypothesis.

b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.

c. Based on normal approximation.









Modul 1 Penelitian Pasar

Kelompok 4 - 2013 50

Tabel 3.21. Tabulasi silang antara pengalaman dengan kualitas

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent
pengalaman * Kualiitas 30 100.0% 0 .0% 30 100.0%

pengalaman * Kualiitas Crosstabulation
Count


Kualiitas
Total

kurang baik cukup baik baik
pengalaman ya 4 3 11 18
tidak 1 5 6 12
Total 5 8 17 30


Chi-Square Tests

Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 2.678
a
2 .262
Likelihood Ratio 2.717 2 .257
Linear-by-Linear Association .009 1 .923
N of Valid Cases 30

a. 4 cells (66,7%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 2,00.


Symmetric Measures

Value
Asymp. Std.
Error
a
Approx. T
b
Approx. Sig.
Interval by Interval Pearson's R .018 .173 .095 .925
c

Ordinal by Ordinal Spearman Correlation -.031 .181 -.163 .871
c

N of Valid Cases 30

a. Not assuming the null hypothesis.

b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.

Modul 1 Penelitian Pasar

Kelompok 4 - 2013 51

Symmetric Measures

Value
Asymp. Std.
Error
a
Approx. T
b
Approx. Sig.
Interval by Interval Pearson's R .018 .173 .095 .925
c

Ordinal by Ordinal Spearman Correlation -.031 .181 -.163 .871
c

N of Valid Cases 30

a. Not assuming the null hypothesis.

c. Based on normal approximation.





Tabel 3.22. Tabulasi silang antara kepemilikan dengan kualitas


Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent
Kepemilikan * Kualiitas 30 100.0% 0 .0% 30 100.0%

Modul 1 Penelitian Pasar

Kelompok 4 - 2013 52


Kepemilikan * Kualiitas Crosstabulation
Count


Kualiitas
Total

kurang baik cukup baik baik
Kepemilikan ya 0 2 9 11
tidak 5 6 8 19
Total 5 8 17 30


Chi-Square Tests

Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 5.303
a
2 .071
Likelihood Ratio 6.924 2 .031
Linear-by-Linear Association 5.121 1 .024
N of Valid Cases 30

a. 3 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 1,83.

Symmetric Measures

Value
Asymp. Std.
Error
a
Approx. T
b
Approx. Sig.
Interval by Interval Pearson's R -.420 .120 -2.450 .021
c

Ordinal by Ordinal Spearman Correlation -.417 .137 -2.426 .022
c

N of Valid Cases 30

a. Not assuming the null hypothesis.

b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.

c. Based on normal approximation.


Modul 1 Penelitian Pasar

Kelompok 4 - 2013 53























Modul 1 Penelitian Pasar

Kelompok 4 - 2013 54

BAB 4
ANALISIS

4.1 Analisis Penelitian Pasar
Analisis perbandingan antara variabel jenis kelamin
Untuk data responden berdasarkan jenis kelamin dibuat dalam bentuk piechart. Pada
piechart tersebut terlihat jelas bahwa lebih banyak responden berjenis kelamin
perempuan dibandingkan dengan jumlah responden berjenis kelamin laki-laki. Dari
30 sampel yang diambil, sebanyak 17 adalah responden laki-laki (53%) dan sebanyak
13 adalah responden wanita (47%). Hal ini disebabkan karena penyebaran kuesioner
dilakukan secara acak (convenience sampling) di sekitar pabrik CV. KUF tersebut.
Jadi, setiap orang yang bertemu secara tidak sengaja dan kebetulan memang warga
sekitar Gunung Sindur (Lokasi Pabrik CV. KUF) diberikan kuesioner. Penyebaran
kuesioner tersebut dilakukan pada hari kerja, jadi yang kebetulan ditemui oleh peneliti
kebanyakan kaum perempuan (ibu-ibu).

Analisis perbandingan antara adanya pengalaman dalam mengetahui atau
menggunakan (kepemilikan) meja rias.
Dalam hal pengalaman menggunakan ataupun kepemilikan meja rias, dari 30 orang
sampel yang diambil secara convenience sampling, sebanyak 63% orang (19 orang)
yang tidak pernah punya pengalaman memiliki meja rias, dan sebagian besar kaum
laki-laki yang sebanyak 8 orang. Itu mungkin dikarenakan kaum laki-laki merasa
tidak terlalu menganggap meja rias sebagai kebutuhan penting.

Analisis kepemilikan dan kepuasan terhadap produk meja rias CV. KUF
Sedangkan berdasarkan kepemilikan meja rias dari produk CV. KUF ini sendiri
sebagian besar sampel tidak memiliki meja rias CV. KUF yaitu sebanyak 19 orang.
Hal ini terjadi karena produk-produk CV. KUF mungkin kurang terkenal di pasaran,
banyak merk-merk pesaing yang lebih terkenal dan memiliki nama yang lebih familiar
di kalangan masyarakat. Sedangkan sebagian besar responden merasa puas dengan
produk meja rias CV. KUF ini. Berdasarkan desain, harga, dan kualitas produk, meja
rias CV. KUF ini lumayan baik dibandingkan dengan produk meja rias pesaing yang
merk nya lebih terkenal di pasaran.
Modul 1 Penelitian Pasar

Kelompok 4 - 2013 55


4.2 Analisis Validasi dan Reliabilitas Data
Untuk mengetahui apakah instrumen pengumpulan data yang dilakukan peneliti relevan
atau tidak maka diperlukan uji validasi terhadap data yang dihasilkan tersebut. Uji
reliabilitas diperlukan untuk mengetahui apakah instrumen pada kuesioner yang
diberikan kepada sampel dapat digunakan lebih dari satu kali atau tidak. Berdasarkan
perhitungan terhadap kedelapan instrumen (variabel) kuesioner pada sampel, dapat
diketahui bahwa nilai r hitung untuk semua instrumen (variabel) kuesioner lebih besar
dari r tabel (0,306) dengan nilain n (sampel) adalah 30. Misalnya instrumen pertama
(desain) pada meja rias merk CV. KUF memiliki nilai r hitung sebesar 0,366 berarti nilai
tersebut lebih besar daripada r tabel (0,306) yang artinya bahwa instrumen yang pertama
tersebut valid dan relevan. Hal ini berlaku juga untuk merk Olympic, dan Lion. Untuk
reliabilitas data, dapat dikatakan reliabel apabila nilai r hitung terhadap kedelapan
instrumen (variabel) kuesioner lebih besar dari 0,4. Dari perhitungan data pada bab 4,
didapatkan bahwa r hitung untuk semua instrumen (variabel) kuesioner lebih besar
daripada 0,4. Misalnya untuk instrumen pertama (desain) dan kedua (harga) meja rias
CV. KUF didapatkan nilai r hitung masing-masing sebesar 0,864 dan 1,034 berarti lebih
besar daripada 0,4. Sehingga dapat diartikan bahwa instrumen pertama dan kedua pada
kuesioner tersebut reliabel atau bisa digunakan tidak hanya satu kali saja. Hal ini berlaku
juga untuk merk Olympic, dan Lion.

4.3 Analisis Uji Kruskal Wallis
Untuk mencari perbedaan yang signifikan terhadap ketiga produk meja rias dari masing-
masing merk yakni CV. KUF, Olympic, dan Lion berdasarkan 8 variabel pertanyaan dari
kuesioner maka digunakan uji Kruskal Wallis menggunakan software SPSS. Berikut
hipotesisnya:
H0 : Tidak adanya perbedaan signifikan 8 variabel antara produk CV.KUF, Olympic, dan
Lion
H1 : Adanya perbedaan signifikan 8 variabel antara produk CV.KUF, Olympic, dan Lion

Berdasarkan hasil perhitungan software SPSS terdapat perbedaan signifikan antara merk
CV.KUF, Olympic, dan Lion pada 8 variabel yaitu desain, harga, kualitas kayu, bentuk
cermin, warna meja rias, kehalusan permukaan meja rias, kesesuaian ukuran meja rias,
dan fungsi lain meja rias, karena itu H0 ditolak.
Modul 1 Penelitian Pasar

Kelompok 4 - 2013 56

4.4 Analisis Peta Profil
Berdasarkan keseluruhan gambar peta profil yang telah ditampilkan pada pengolahan
data, merk meja rias Olympic lebih unggul daripada dua merk lainnya yaitu produk meja
rias CV. KUF sendiri dan meja rias merk Lion. Hal ini disebabkan meja rias merk
Olympic lebih disukai oleh masyarakat, berdasarkan ke 8 variabel yaitu desain, harga,
kualitas kayu, warna cermin, kehalusan permukaan meja rias, kesesuaian ukuran meja
rias, dan fungsi lain dari meja rias.

4.5 Analisis Plot Merk
Hasil perhitungan dan pengambaran plot merk yang telah ditampilkan pada pengolahan
data, merk meja rias Olympic lebih unggul daripada dua merk yang lain berdasarkan
dimensi aestethics yang merupakan dimensi yang memperhatikan variabel desain, bentuk
cermin, warna meja rias, dan kehalusan permukaan meja rias. Sedangkan berdasarkan
dimensi perceived quality, merk Olympic juga lebih unggul dibandingkan merk yang lain.
Dimensi perceived quality merupakan dimensi yang memperhatikan variabel harga,
kualitas kayu, kesesuaian ukuran meja rias, dan fungsi lain meja rias.














Modul 1 Penelitian Pasar

Kelompok 4 - 2013 57

BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan data dan analasis, dapat disimpulkan sebagai berikut:
Produk meja rias milik Olympic menjadi produk yang paling disukai oleh responden
diantara ketiga produk, yaitu CV.KUF, Olympic, dan Lion, karena berdasarkan peta
profil yang kami buat, meja rias merk Olympic unggul berdasarkan dimensi perceived
quality, yaitu dari segi harga, kualitas kayu, kesesuaian ukuran meja rias, dan fungsi
lain meja rias. Oleh karena itu CV.KUF perlu melakukan perbaikan terhadap produk
yang dibuat. Pertama dari segi kualitas kayu, CV.KUF harus mengutamakan material
yang digunakan untuk membuat produk yang berkualitas. Kedua dari segi harga,
karena merk CV.KUF belum begitu dikenal dan belum mendapat kepercayaan yang
banyak, sebaiknya CV.KUF menetapkan harga tidak terlalu mahal dan dapat
disesuaikan. Ketiga dari segi kesesuaian ukuran meja rias, sebaiknya CV.KUF dapat
mempelajari ukuran meja rias yang sudah ada atau rata-rata yang digemari konsumen,
kemudian menambah fungsi dari meja rias tersebut sehingga lebih menarik.
Produk Olympic menjadi produk yang unggul yang digemari responden dari segi
estetika, yaitu desain, bentuk cermin, warna meja rias, dan kehalusan permukaan meja
rias. Oleh karena itu, CV.KUF perlu melakukan perubahan desain meja rias dengan
memperhatikan penampilan meja rias, karena peminat dan pemilik meja rias rata-rata
adalah perempuan. Sebaiknya CV.KUF melakukan penelitian terhadap minat
konsumen dengan mengetahui desain dan warna seperti apa yang diinginkan
konsumennya.
CV.KUF harus melakukan strategi pemasaran yang gencar, karena merk CV.KUF
belum dikenal dan didengar oleh konsumen. CV.KUF dapat melakukan promosi
dibeberapa tempat yang memungkinkan untuk mendapatkan konsumen. Kemudian
CV.KUF harus lebih melakukan inovasi produknya agar produk CV.KUF mendapat
kepercayaan masyarakat.


Modul 1 Penelitian Pasar

Kelompok 4 - 2013 58

5.2 Saran
1. Diharapkan asisten memberikan penjelasan mengenai metode di setiap modul
beserta tujuan dari metode tersebut secara transparan.
2. Untuk bagian pengolahan data, diharapkan asisten memberikan gambaran sesuai
dengan permintaan atau penjelasan yang telah dosen berikan



























Modul 1 Penelitian Pasar

Kelompok 4 - 2013 59

DAFTAR PUSTAKA
1. Zanten ,Wim Van. 1994. Statistika untuk ilmu-ilmu sosial ,edisi kedua, Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama
2. Erianto. 2007. Teknik Sampling Analisis Opini Publik. Lkis Yogyakarta ;
Yogyakarta
3. Nazir, Mohammad. 1999. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia

Вам также может понравиться