Вы находитесь на странице: 1из 60

iii

DAFTAR ISI



Halaman

Halaman Judul i
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
Daftar Tabel v
Daftar Gambar vi

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

BAB II

GAMBARAN UMUM JAWA TENGAH
A. KEADAAN GEOGRAFI .
B. KEADAAN PENDUDUK
1. Pertumbuhan dan Kepadatan Penduduk ....
2. Rasio Jenis Kelamin Penduduk ..
3. Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur
C. KEADAAN EKONOMI ..
1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ..
2. Angka Beban Tanggungan ...
D. KEADAAN PENDIDIKAN

6
6
6
6
7
7
8
8
10
10

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN ...
A. JENIS PELAYANAN KESEHATAN DASAR ....
1. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 ....................................
2. Cakupan Komplikasi Kebidanan yang Ditangani ...
3. Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan
yang Memiliki Kompetensi Kebidanan ..
4. Cakupan Pelayanan Nifas
5. Cakupan Neonatus dengan Komplikasi yang Ditangani ..
6. Cakupan Kunjungan Bayi .
7. Desa/Kelurahan Unicersal Child Immunization (UCI)
8. Cakupan Pelayanan Anak Balita .
9. Cakupan Pemberian Makanan Pendamping ASI pada Anak
Usia 624 bulan Keluarga Miskin ...................................
10. Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan .
11. Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa SD dan Setingkat .
12. Cakupan Peserta KB Aktif .
13. Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit .
a. Non Polio Acute Flacid Paralysis (AFP) rate per
100.000 penduduk < 15 tahun

12
13
14
16

18
20
22
23
25
28

31
31
33
36
37

37

iv
b. Penemuan Penderita Pneumonia Balita ........................
c. Penemuan Pasien baru TB BTA positif ..
d. Penderita DBD yang ditangani .....................................
e. Penemuan Penderita Diare ...........................................
14. Cakupan Pelayanan Kesehatan Dasar Pasien Masyarakat
Miskin ................................................................................
B. JENIS PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN ...
1. Cakupan Pelayanan Kesehatan Rujukan Pasien
Masyarakat Miskin ...........................................................
2. Cakupan Pelayanan Gadar level 1 yang harus diberikan
Sarana Kesehatan (RS) di kabupaten/kota
C. PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI DAN PENANGGULANGAN
KEJADIAN LUAR BIASA .............................
- Cakupan Desa/Kelurahan mengalami KLB yang dilakukan
Penyelidikan Epidemiologi <24 jam ..................................
D. PROMOSI KESEHATAN DAN PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT .........................................
- Cakupan Desa Siaga Aktif ..................................................
39
40
42
43

44
46

46

47

49

49

50
50

BAB IV

KESIMPULAN .

53


LAMPIRAN I.
PENCAPAIAN RATA-RATA JAWA TENGAH UNTUK INDIKATOR KINERJA SPM
BIDANG KESEHATAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN
2008, 2009 DAN 2010 (SESUAI PERMENKES RI NO. 741/MENKES/PER/VII/2008)

LAMPIRAN II.
REKAP HASIL PENCAPAIAN INDIKATOR KINERJA SPM BIDANG KESEHATAN
KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2010

LAMPIRAN III.
TABEL HASIL PENCAPAIAN INDIKATOR KINERJA SPM BIDANG KESEHATAN
KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2010


v
DAFTAR TABEL


Halaman

Tabel 2.1

Tabel 2.2

Tabel 2.3


Tabel 3.1

Tabel 3.2

Tabel 3.3

Tabel 3.4

Tabel 3.5

Tabel 3.6

Tabel 3.7

Tabel 3.8

Tabel 3.9

Tabel 3.10

Tabel 3.11

Tabel 3.12

Tabel 3.13

Tabel 3.14


Tabel 3.15
Persentase Kelompok Usia Produktif Jawa Tengah Tahun
20062010 .................................................................................
PDRB per Kapita Jawa Tengah Tahun 2005-2009 (Juta
Rupiah) .......................................................................................
Jumlah Penduduk Usia 10 tahun ke Atas Menurut Tingkat
Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2007-2010 .......................................................................
Pencapaian Indikator Kinerja Standar Pelayanan Minimal
Bidang Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 20092010 ......
Daftar Pencapaian Indikator Kinerja SPM Bidang Kesehatan
Kabupaten/Kota di Jawa Tengah tahun 2010 ...............................
Kabupaten/kota berdasarkan target cakupan K4 (>95%)
Tahun 2010 .................................................................................
Kabupaten/kota berdasarkan target cakupan komplikasi
kebidanan yang ditangani Tahun 2010 .............................................
Kabupaten/kota berdasarkan target cakupan Pelayanan Nifas
Tahun 2010 ...........................................................................................
Kabupaten/kota berdasarkan target cakupan kunjungan bayi
tahun 2010 .............................................................................................
Kabupaten/kota berdasarkan target cakupan desa/kelurahan
UCI tahun 2010 .....................................................................................
Kabupaten/kota berdasarkan target cakupan pelayanan anak
balita tahun 2010 ..................................................................................
Kabupaten/kota berdasarkan target cakupan pemberian MP
ASI pada anak usia 624 bln keluarga miskin tahun 2010 ...............................................................................
Kabupaten/kota berdasarkan target cakupan balita gizi buruk
mendapat perawatan tahun 2010 .......................................................
Kabupaten/kota berdasarkan target cakupan penjaringan
kesehatan Siswa SD dan setingkat tahun 2010 ................................
Kabupaten/kota berdasarkan target AFP Non Polio rate tahun
2010 ........................................................................................................
Kabupaten/kota berdasarkan target Cakupan Pelayanan
Kesehatan Dasar Pasien Masyarakat Miskin tahun 2010 ...............
Kabupaten/kota berdasarkan target Cakupan Pelayanan
Gadar level 1 yang harus diberikan Sarana Kesehatan (RS) di
kabupaten/kota tahun 2010 ...............................................................
Kabupaten/kota berdasarkan target Cakupan Desa Siaga Aktif
tahun 2010 ...........................................................................................

8

9


11

12

13

15

18

21

25

27

30

31

33

35

38

45


48

52

vi
DAFTAR GAMBAR


Halaman

Gambar 3.1
Gambar 3.2


Gambar 3.3

Gambar 3.4

Gambar 3.5

Gambar 3.6

Gambar 3.7

Gambar 3.8

Gambar 3.9

Gambar 3.10

Gambar 3.11

Gambar 3.12

Gambar 3.13

Gambar 3.14

Gambar 3.15


Gambar 3.16
Cakupan K4 Provinsi Jawa Tengah Tahun 20072010 ...............
Cakupan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan Yang Memiliki
Kompetensi Kebidanan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2007-
2010 .............................................................................................
Cakupan Pelayanan Nifas Provinsi Jawa Tengah tahun
20072010 .................................................................................
Cakupan Kunjungan Bayi Provinsi Jawa Tengah Tahun
20072010 ..................................................................................
Cakupan Imunisasi Bayi Provinsi Jawa Tengah Tahun
20082010 .......................................................................................
Cakupan Desa/Kelurahan UCI Provinsi Jawa Tengah Tahun
20072010 ...................................................................................
Cakupan Pelayanan Anak Balita Provinsi Jawa Tengah
Tahun 20072010 .......................................................................
Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan Provinsi
Jawa Tengah Tahun 2007-2010 .................................................
Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa SD Dan Setingkat
Provinsi Jawa Tengah Tahun 20072010 ...................................
Cakupan Peserta KB Aktif Provinsi Jawa Tengah Tahun
20072010 ..................................................................................
AFP Rate Per 100.000 Penduduk <15 tahun Provinsi Jawa
Tengah Tahun 20072010 ..........................................................
Penemuan Penderita Pneumonia Balita Provinsi Jawa
Tengah Tahun 20072010 ..........................................................
Penemuan Pasien Baru TB BTA Positif Provinsi Jawa
Tengah Tahun 20072010 .........................................................
Penemuan Penderita Diare Provinsi Jawa Tengah Tahun
20072010 ..................................................................................
Cakupan Pelayanan Gadar Level 1 yang Harus Diberikan
Sarana Kesehatan (RS) di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa
Tengah Tahun 20072010 ..........................................................
Cakupan Desa/Kelurahan Mengalami KLB yang dilakukan
Penyelidikan Epidemiologi <24 Jam Provinsi Jawa Tengah
Tahun 20072010 .......................................................................
16


19

22

24

26

28

29

32

36

37

38

40

41

44


48


50






vii
BAB I
PENDAHULUAN



Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah
satu hak dasar rakyat, yaitu untuk memperoleh pelayanan kesehatan sesuai
UUD 1945 dan Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
Bahkan untuk mendapatkan penghidupan yang layak di bidang kesehatan,
amandemen kedua UUD 1945, pasal 34 ayat (3) menetapkan : Negara
bertanggungjawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan
pelayanan umum yang layak.
Di era otonomi daerah amanat amandemen dimaksud, mempunyai
makna penting bagi tanggung jawab Pemerintah Daerah sebagai sub sistem
Negara Kesatuan Republik Indonesia terhadap masyarakat, dan Pemerintah
Daerah dituntut dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang layak,
tanpa ada diskriminasi sosial, budaya, ekonomi, dan politik. Amanat ini harus
diterjemahkan dan dijabarkan secara baik oleh sistem dan perangkat
pemerintah daerah.
Untuk lebih menjamin penerapan hak-hak publik sebagaimana
tersebut diatas, di era otonomi daerah UU No. 32 Tahun 2004 dalam Pasal
11, 13 dan 14 telah menjadikan penanganan bidang kesehatan sebagai
urusan wajib/tugas pemerintahan yang wajib dilaksanakan oleh daerah.
Merujuk pasal 11 ayat (4), maka penyelenggaraan pelayanan kesehatan
yang layak dalam batas pelayanan minimal adalah merupakan tanggung
jawab atau akuntabilitas yang harus diselenggarakan oleh daerah yang
berpedoman pada PP No.65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan
Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM).
Secara ringkas PP No.65 Tahun 2005 memberikan rujukan bahwa
SPM adalah ketentuan mengenai jenis dan mutu pelayanan dasar yang
merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga Negara

viii
secara minimal, terutama yang berkaitan dengan pelayanan dasar, baik
Daerah Provinsi maupun Daerah Kabupaten/Kota.
Dalam penerapannya SPM harus menjamin akses masyarakat untuk
mendapatkan pelayanan dasar dari Pemerintah Daerah sesuai dengan
ukuran-ukuran yang ditetapkan oleh Pemerintah. Oleh karena itu, baik dalam
perencanaan maupun penganggaran, wajib diperhatikan prinsip-prinsip SPM
yaitu sederhana, konkrit, mudah diukur, terbuka, terjangkau dan dapat
dipertanggungjawabkan serta mempunyai batas pencapaian yang dapat
diselenggarakan secara bertahap.
Hal ini dimaksudkan pula agar kinerja penyelenggaraan pemerintahan
daerah, khususnya penanganan bidang kesehatan tetap sejalan dengan
tujuan nasional dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pada dasarnya penetapan Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan (SPM-BK) mengacu pada kebijakan dan strategi desentralisasi
bidang kesehatan yaitu :
1. Terbangunnya komitmen antara pemerintah, legislatif, masyarakat dan
stakeholder lainnya guna kesinambungan pembangunan kesehatan.
2. Terlindunginya kesehatan masyarakat, khususnya penduduk miskin,
kelompok rentan, dan daerah miskin.
3. Terwujudnya komitmen nasional dan global dalam program kesehatan.
SPM-BK disusun dengan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Diterapkan pada urusan wajib. Oleh karena itu SPM merupakan bagian
integral dari Pembangunan Kesehatan yang berkesinambungan,
menyeluruh, terpadu sesuai Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional.
2. Diberlakukan untuk seluruh Daerah Kabupaten dan Daerah Kota. SPM
harus mampu memberikan pelayanan kepada publik tanpa kecuali (tidak
hanya masyarakat miskin), dalam bentuk, jenis, tingkat dan mutu
pelayanan yang esensial dan sangat dibutuhkan oleh masyarakat.
3. Menjamin akses masyarakat mendapat pelayanan dasar tanpa
mengorbankan mutu dan mempunyai dampak luas pada masyarakat
(Positive Health Externality).

ix
4. Merupakan indikator kinerja bukan standar teknis, dikelola dengan
manajerial professional sehingga tercapai efisiensi dan efektivitas
penggunaan sumberdaya.
5. Bersifat dinamis.
6. Ditetapkan dalam rangka penyelenggaraan pelayanan dasar.
Disamping prinsip-prinsip sebagaimana tersebut di atas, Kementerian
Kesehatan telah sepakat menambahkan kriteria SPM yaitu :
1. Merupakan pelayanan yang langsung dirasakan masyarakat, sehingga
hal-hal yang berkaitan dengan manajemen dianggap sebagai faktor
pendukung dalam melaksanakan urusan wajib (perencanaan,
pembiayaan, pengorganisasian, perizinan, sumberdaya, sistem dsb),
tidak dimasukkan dalam SPM (kecuali critical support function).
2. Merupakan prioritas tinggi bagi Pemerintah Daerah karena melindungi
hak-hak konstitusional perorangan dan masyarakat, untuk melindungi
kepentingan nasional dan memenuhi komitmen nasional dan global serta
merupakan penyebab utama kematian/kesakitan.
3. Berorientasi pada output yang langsung dirasakan masyarakat.
4. Dilaksanakan secara terus menerus (sustainable), terukur (measurable)
dan dapat dikerjakan (feasible).
Sejalan dengan amanat PP Nomor 65 Tahun 2005 dan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 2007, proses penyusunan SPM-BK di
Kabupaten/Kota melalui langkah-langkah sebagai berikut :
1. Mengkaji standar jenis pelayanan dasar yang sudah ada dan/atau
standar teknis yang mendukung penyelenggaraan jenis pelayanan dasar.
2. Menyelaraskan jenis pelayanan dasar dengan pelayanan dasar yang
tertuang dalam RPJMN, RKP dan dokumen kebijakan, serta
konvensi/perjanjian internasional.
3. Menganalisa dampak, efisiensi dan efektivitas dari pelayanan dasar
terhadap kebijakan dan pencapaian tujuan nasional.
4. Menganalisis dampak kelembagaan dan personil
5. Mengkaji status pelayanan dasar saat ini, termasuk tingkat pencapaian
tertinggi secara nasional dan daerah.

x
6. Menyusun rancangan SPM
7. Menganalisis pembiayaan pencapaian SPM secara nasional dan daerah
(dampak keuangan).
8. Menganalisis data dan informasi yang tersedia.
9. Melakukan konsultasi dengan sektor-sektor terkait dan daerah.
10. Menggali masukan dari masyarakat dan kelompok-kelompok profesional.
Dalam pelaksanaan SPM-BK untuk jangka waktu tertentu ditetapkan
target pelayanan yang akan dicapai (minimum service target), yang
merupakan spesifikasi peningkatan kinerja pelayanan yang harus dicapai
dengan tetap berpedoman pada standar teknis yang ditetapkan guna
mencapai status kesehatan yang diharapkan. Dalam Urusan Wajib dan SPM,
nilai indikator yang dicantumkan merupakan nilai minimal nasional
sebagaimana komitmen global dan komitmen nasional yaitu : Target Tahun
2010 dan Tahun 2015.
Indikator SPM-BK berdasar Permenkes Nomor
741/MENKES/PER/VII/2008 adalah :
1. Cakupan kunjungan ibu hamil K4
2. Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani
3. Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki
kompetensi kebidanan.
4. Cakupan pelayanan nifas
5. Cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani
6. Cakupan kunjungan bayi
7. Cakupan desa/kelurahan Universal Child Immunization (UCI)
8. Cakupan pelayanan anak balita
9. Cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 624
bulan keluarga miskin
10. Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan
11. Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat
12. Cakupan peserta KB aktif
13. Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit
Acute Flaccid Paralysis (AFP) rate per 100.000 penduduk < 15 tahun

xi
Penemuan penderita Pneumonia balita
Penemuan pasien baru TB BTA positif
Penderta DBD yang ditangani
Penemuan penderita Diare
14. Cakupan Pelayanan Kesehatan Dasar Pasien Masyarakat Miskin
15. Cakupan Pelayanan Kesehatan Rujukan Pasien Masyarakat Miskin
16. Cakupan Pelayanan Gawat Darurat level 1 yang harus diberikan Sarana
Kesehatan (Rumah Sakit) di Kabupaten/Kota
17. Cakupan Desa/Kelurahan mengalami KLB yang dilakukan penyelidikan
epidemiologi <24 jam
18. Cakupan Desa Siaga Aktif
SPM mempunyai peranan yang penting dalam penyelenggaraan
pemerintahan daerah, baik bagi pemerintah daerah sebagai perangkat yang
memberikan pelayanan kepada masyarakat maupun bagi masyarakat yang
mendapatkan pelayanan. Bagi pemerintah daerah, SPM dapat dijadikan
sebagai tolok ukur dalam penentuan biaya yang diperlukan untuk
menyediakan pelayanan yang diperlukan oleh masyarakat, SPM akan
menjadi acuan untuk menilai kualitas suatu pelayanan publik yang
disediakan oleh pemerintah daerah.
SPM-BK dapat digunakan untuk menentukan tolok ukur kinerja
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan daerah dalam rangka
pertanggungjawaban Perangkat Daerah untuk mencapai visi, misi, tujuan
dan sasaran pembangunan bidang kesehatan.
Pelaksanaan SPM-BK ini diharapkan pelayanan kesehatan yang
paling mendasar dan esensial dapat dipenuhi pada tingkat yang paling
minimal sama untuk wilayah Provinsi Jawa Tengah. Sehingga akan dapat
mengurangi kesenjangan pelayanan kesehatan di berbagai daerah dan
meningkatkan pelayanan publik pada masa-masa mendatang disamping
sebagai dasar untuk kegiatan advokasi dan penentuan prioritas alokasi
sumber daya.


xii
BAB II
GAMBARAN UMUM



A. KEADAAN GEOGRAFI
Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi di Indonesia
yang terletak cukup strategis karena berada diantara dua provinsi besar,
Jawa Barat dan Jawa Timur juga dengan Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta. Luas wilayah Provinsi Jawa Tengah sebesar 32.544,12 km,
terdiri dari 29 kabupaten dan 6 kota, yang tersebar menjadi 573
kecamatan dan 7.809 desa serta 767 kelurahan. Wilayah terluas adalah
Kabupaten Cilacap dengan luas 2.138,51 km, atau sekitar 6,57% dari
luas total Provinsi Jawa Tengah, sedangkan Kota Magelang merupakan
wilayah yang luasnya paling kecil yaitu seluas 18,12 km.
Secara topografi, wilayah di Jawa Tengah terdiri dari wilayah
daratan yang dapat dibagi menjadi 4 (empat) kriteria :
- Ketinggian antara 0100 m dari permukaan air laut, seluas 53,3%,
yang daerahnya berada di sepanjang pantai utara dan pantai selatan.
- Ketinggian antara 100500 m dari permukaan air laut seluas 27,4%.
- Ketinggian antara 5001.000 m dari permukaan air laut seluas 14,7%.
- Ketinggian diatas 1.000 m dari permukaan air laut seluas 4,6%.

B. KEADAAN PENDUDUK
1. Pertumbuhan dan Kepadatan Penduduk
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa
Tengah, jumlah penduduk Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2010
sebesar 32.382.657 jiwa. Dengan luas wilayah sebesar 32.544,12
kilometer persegi (km), rata-rata kepadatan penduduk sebesar 995
jiwa untuk setiap km. Wilayah terpadat adalah Kota Surakarta,
dengan tingkat kepadatan penduduk sekitar 11.341 jiwa per km

xiii
Wilayah terlapang adalah Kabupaten Blora, dengan tingkat kepadatan
penduduk sekitar 462 jiwa per km, dengan demikian persebaran
penduduk di Jawa Tengah belum merata.
Jumlah rumah tangga sebanyak 8.703.696, maka rata-rata
jumlah anggota rumah tangga adalah 3,72 jiwa untuk setiap rumah
tangga. Penduduk terbanyak di Kabupaten Brebes 1.733.869 jiwa
(5,35%) dan paling sedikit di Kota Magelang 118.227 jiwa (0,37%).

2. Rasio Jenis Kelamin Penduduk
Komposisi penduduk menurut jenis kelamin dapat dilihat dari
rasio jenis kelamin, yaitu perbandingan penduduk laki-laki dengan
penduduk perempuan per 100 penduduk perempuan. Berdasarkan
hasil Sensus Penduduk tahun 2010 oleh Badan Pusat Statistik,
didapatkan jumlah penduduk laki-laki di Jawa Tengah 16.091.112 jiwa
(49,69%) dan jumlah penduduk perempuan di Jawa Tengah
16.291.545 jiwa (50,31%). Sehingga didapat rasio jenis kelamin
sebesar 98,77 per 100 penduduk perempuan, berarti setiap 100
penduduk perempuan ada sekitar 98 atau 99 penduduk laki-laki.

3. Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur
Komposisi penduduk Provinsi Jawa Tengah menurut kelompok
umur dan jenis kelamin menunjukkan bahwa penduduk laki -laki
maupun perempuan mempunyai proporsi terbesar pada kelompok
umur 1544 tahun. Perbandingan komposisi proporsi penduduk
menurut usia produktif dari tahun 2006 sampai tahun 2010 dapat
dilihat pada tabel berikut :

xiv
Tabel 2.1
Persentase Kelompok Usia Produktif Jawa Tengah tahun 2006 2010

Kelompok Usia
(Thn)
2006 2007 2008 2009 2010
014 25,98 % 27,02 % 26,57 % 25,03 % 26,32 %
1564 66,92 % 65,21 % 65,66 % 67,87 % 66,53 %
65+ 7,10 % 7,77 % 7,77 % 7,11 % 7,05%
Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah tahun 2010
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa proporsi penduduk tahun
2010 bila dibandingkan dengan tahun 2009, kelompok usia produktif
(15-64 tahun) mengalami penurunan, sedangkan kelompok usia
belum produktif (0-14 tahun) mengalami kenaikan. Hal ini berarti
bahwa angka beban tanggungan menjadi bertambah.

C. KEADAAN EKONOMI
1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Salah satu tolok ukur keberhasilan pembangunan di bidang
ekonomi yang diperlukan untuk evaluasi dan perencanaan ekonomi
makro, biasanya dilihat dari pertumbuhan angka Produk Domestik
Regional Bruto, baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar
harga konstan. Produk Domestik Regional Bruto didefinisikan sebagai
jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam
suatu wilayah atau merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa
akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi di suatu wilayah.
Kondisi perekonomian nasional pada tahun 2009 menunjukkan
arah pertumbuhan yang lebih lambat dibanding tahun sebelumnya.
Hal ini ditunjukkan dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 4,54%,
lebih rendah jika dibandingkan pertumbuhan ekonomi tahun 2008
sebesar 6,01%. Kinerja perekonomian nasional tersebut sejalan
dengan perekonomian regional. Perekonomian Jawa Tengah secara

xv
makro meningkat sebesar 4,71% pada tahun 2009, lebih rendah
dibandingkan dengan pertumbuhan tahun 2008 (5,46%). Secara
sektoral pertumbuhan di semua sektor cenderung melambat kecuali
sektor pertambangan dan penggalian, sektor listrik gas dan air bersih,
sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor
jasa-jasa.
Produk Domestik Regional Bruto Jawa Tengah pada tahun
2009 atas dasar harga berlaku sebesar 392.983,86 milyar rupiah dan
atas dasar harga konstan sebesar 175.685,27 milyar rupiah, sehingga
pada tahun 2009 besaran PDRB atas harga berlaku menjadi 3,43 kali
dari tahun 2000 dan PDRB atas harga konstan meningkat menjadi
1,53 kali.
Selama periode 2005 sampai 2008, perekonomian Jawa
Tengah menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun yaitu tumbuh
berkisar 5,0-5,5%. Namun, pertumbuhan ekonomi pada tahun 2009
secara agregat mengalami perlambatan menjadi dibawah 5%.
Sektor jasa-jasa tahun 2009 mengalami pertumbuhan paling
besar (7,85%), diikuti dengan sektor keuangan, persewaan dan jasa
perusahaan (7,78%) dan sektor bangunan (6,77%). Sektor industri
pengolahan merupakan sektor dengan pertumbuhan terendah yaitu
1,84%. Sektor yang memberikan sumbangan terbesar setelah
perdagangan, hotel restoran dan pertanian, masing-masing
memberikan sumbangan sebesar 19,87% dan 19,72%. Sektor
pertambangan dan penggalian memberikan sumbangan terkecil
0,98%.
Pada tahun 2009, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per
kapita sebesar 11,957,68 juta rupiah atau naik sebesar 7,49% dari
tahun 2008. Demikian juga PDRB per kapita atas dasar harga konstan
dalam kurun waktu 5 tahun terakhir selalu mengalami kenaikan
meskipun kenaikannya tidak sebesar harga berlaku. Pertumbuhan

xvi
ekonomi Jawa Tengah pada tahun 2009 sebesar 4,71% lebih tinggi
dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional (4,55%)
Tabel 2.2
PDRB per Kapita Jawa Tengah Tahun 2005 2009 (Juta rupiah)

Tahun
PDRB per Kapita atas
dasar harga berlaku
PDRB per Kapita atas
dasar harga konstan
2005 7.355.189,95 4.488.098,62
2006 8.777.124,09 4.689.985,08
2007 9.648.737,34 4.913.801,20
2008 11.124.084,16 5.142.780,73
2009 11.957.677,93 5.345.735,70
Sumber : PDRB Jawa Tengah Tahun 2009

2. Angka Beban Tanggungan
Berdasarkan jumlah penduduk menurut kelompok umur, angka
beban tanggungan (dependency ratio) penduduk Provinsi Jawa
Tengah pada tahun 2010 sebesar 50,31. Angka tersebut mengalami
penurunan bila dibandingkan dengan tahun 2009 (51,43), berarti pada
tahun 2010 setiap 100 penduduk usia produktif (usia 15-64 tahun)
harus menanggung beban hidup sekitar 50 penduduk usia belum
produktif (014 tahun) dan usia tidak produktif (65 tahun ke atas).

D. KEADAAN PENDIDIKAN
Tingkat pendidikan dapat berkaitan dengan kemampuan menyerap
dan menerima informasi kesehatan serta kemampuan dalam berperan
serta dalam pembangunan kesehatan. Masyarakat yang memiliki
pendidikan yang lebih tinggi, pada umumnya mempunyai pengetahuan
dan wawasan yang lebih luas sehingga lebih mudah menyerap dan
menerima informasi, serta dapat ikut berperan serta aktif dalam
mengatasi masalah kesehatan dirinya dan keluarganya.

xvi
i
Dibandingkan dengan tahun 2009 secara umum telah terjadi
peningkatan di bidang pendidikan. Peningkatan terjadi pada tingkat
pendidikan SD, SMP dan Akademi/Perguruan Tinggi. Hal ini wajar terjadi
mengingat semakin digalakkannya program sekolah gratis bagi jenjang
SD dan SMP dan program-program pendidikan lainnya. Berikut ini
disajikan tabel persentase jumlah penduduk usia 10 tahun ke atas
menurut pendidikan tertinggi yang ditamatkan di Provinsi Jawa Tengah
tahun 2007-2010.
Tabel 2.3
Jumlah Penduduk Usia 10 tahun ke Atas Menurut Tingkat Pendidikan
Tertinggi yang Ditamatkan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2007 2010

Tahun
Blm/Tdk
Pernah
Sekolah
Tdk punya
Ijazah
SD/MI
SD/MI SMP
SMU/
SMK
DIPL/
AK/PT
Total
2007 7,84 26,46 31,74 15,58 12,45 5,93 100,00
2008 9,33 23,03 32,01 16,58 14,64 4,41 100,00
2009 8,42 22,16 32,50 17,22 15,21 4,48 100,00
2010 8,13 18,91 34,55 18,11 10,48 4,93 100,00
Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah tahun 2010
Peningkatan tersebut berimbas pada kemampuan baca tulis
penduduk yang tercermin dari angka melek huruf. Persentase penduduk
yang dapat membaca dan menulis huruf latin dan huruf lainnya pada
tahun 2010 sebesar 91,02%, sedangkan yang buta huruf sebesar 8,98%.
Bila dilihat dari jenis kelaminnya, maka penduduk laki-laki lebih banyak
yang melek huruf dibandingkan dengan penduduk perempuan, angka
melek penduduk laki-laki sebesar 94,28% dan perempuan sebesar
87,87%.
Demikian gambaran umum Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010
secara ringkas dengan penyajian tentang kependudukan, perekonomian
dan pendidikan. Faktor perekonomian dan pendidikan secara bersama-
sama dengan kesehatan digunakan untuk menentukan Indeks
Pembangunan Manusia.

xvi
ii
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN



Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan (SPM-BK)
kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah berdasarkan Peraturan Menteri
Kesehatan RI Nomor 741/MENKES/PER/VII/2008 terdiri dari empat jenis
pelayanan dan 18 indikator kinerja.
Tabel 3.1
Pencapaian Indikator Kinerja Standar Pelayanan Minimal
Bidang Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 2010

No J enis Pelayanan
J umlah
Indikator
Kinerja
Capaian
Indikator
Kinerja th 2009
thd Target
Capaian
Indikator
Kinerja th 2010
thd Target
1 Pelayanan Kesehatan Dasar 14 3 (21,43%) 4 (28,57%)
2
Pelayanan Kesehatan
Rujukan
2 0 (0,00%) 0 (0,00%)
3
Penyelidikan Epidemiologi
dan Penanggulangan
Kejadian Luar Biasa/KLB
1 1 (100,00%) 0 (0,00%)
4
Promosi Kesehatan dan
Pemberdayaan Masyarakat
1 0 (0,00%) 0 (0,00%)

Jumlah 18 4 (22,22%) 4 (22,22%)
Pencapaian 18 indikator kinerja SPM-BK yang wajib dilaksanakan di
kabupaten/kota tahun 2010, empat indikator telah mencapai target (22,22%)
SPM-BK tahun 2010 dan target tahun 2015. Pencapaian tersebut sama
dengan pencapaian tahun 2009, tetapi ada perbedaan indikator kinerja yang
mencapai target. Pada tahun 2009, indikator kinerja yang telah mencapai
target adalah indikator untuk jenis pelayanan Kesehatan Dasar (tiga
indikator) dan Penyelidikan Epidemiologi dan Penanggulangan Kejadian Luar
Biasa-KLB (satu indikator), sementara pada tahun 2010 semua indikator

xix
kinerja yang mencapai target adalah indikator untuk jenis pelayanan
kesehatan dasar. Pencapaian indikator kinerja SPM-BK kabupaten/kota
tahun 2010 secara rinci sebagai berikut :
Tabel 3.2
Daftar Pencapaian Indikator Kinerja SPM Bidang Kesehatan
Kabupaten/Kota di Jawa Tengah tahun 2010

Pencapaian Indikator
>50% 40% 50% <40%
10 Kab/kota (28,57%)

1. Kt Pekalongan (61,1%)
2. Sukoharjo (61,1%)
3. Kota Tegal (55,6%)
4. Kota Salatiga (55,6%)
5. Sragen (55,6%)
6. Kab. Semarang (55,6%)
7. Rembang (55,6%)
8. Pati (55,6%)
9. Kendal (55,6%)
10. Kebumen (55,6%)
11 Kab/kota (31,43%)

1. Wonosobo (50%)
2. Kab. Pekalongan (50%)
3. Kudus (50%)
4. Demak (50%)
5. Boyolali (50%)
6. Blora (50%)
7. Banyumas (50%)
8. Kota Surakarta (44,4%)
9. Wonogiri (44,4%)
10. Purworejo (44,4%)
11. Kab. Magelang (44,4%)

14 Kab/Kota (40%)

1. Kota Semarang (38,9%)
2. Temanggung (38,9%)
3. Purbalingga (38,9%)
4. Jepara (38,9%)
5. Grobogan (38,9%)
6. Kota Magelang (33,3%)
7. Kab. Tegal (33,3%)
8. Pemalang (33,3%)
9. Cilacap (33,3%)
10. Brebes (33,3%)
11. Banjarnegara (33,3%)
12. Klaten (27,8%)
13. Karanganyar (27,8%)
14. Batang (27,8%)

Pencapaian Indikator SPM-BK tahun 2010 sebagai berikut:
A. JENIS PELAYANAN KESEHATAN DASAR
Jenis Pelayanan Kesehatan Dasar terdiri dari 14 indikator kinerja
dengan pencapaian sebesar 28,57% (empat indikator) telah mencapai
target 2010 dan 2015, yaitu indikator kinerja cakupan pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan,
cakupan pelayanan nifas, cakupan kunjungan bayi, dan cakupan peserta
aktif KB.
Indikator yang belum mencapai target adalah 10 indikator
(71,43%) yang terdiri dari cakupan kunjungan ibu hamil K4, cakupan
komplikasi kebidanan yang ditangani, cakupan neonatus dengan

xx
komplikasi yang ditangani, desa/kelurahan Universal Child Immunization
(UCI), cakupan pelayanan anak balita, cakupan pemberian makanan
pendamping ASI pada anak usia 624 bln keluarga miskin, balita gizi
buruk mendapat perawatan, cakupan penjaringan kesehatan siswa
sekolah dasar atau setingkat, cakupan penemuan dan penanganan
penderita penyakit, dan cakupan pelayanan kesehatan dasar pasien
masyarakat miskin.
Kabupaten/kota belum ada yang mencapai target untuk semua
indikator pada Jenis Pelayanan Kesehatan Dasar. Pencapaian masing-
masing indikator kinerja pada jenis pelayanan sebagai berikut:
1. Cakupan kunjungan Ibu hamil K-4
Cakupan kunjungan ibu hamil K-4 adalah cakupan Ibu hamil
yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai dengan stndar
paling sedikit empat kali (dengan distribusi pemberian pelayanan
minimal satu kali pada triwulan pertama, satu kali pada triwulan
kedua dan dua kali pada triwulan ketiga umur kehamilan) di satu
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Kunjungan ibu hamil sesuai standar adalah pelayanan yang
mencakup minimal: (1) Timbang badan dan ukur tinggi badan,
(2) Ukur tekanan darah, (3) Skrining status imunisasi tetanus
(pemberian Tetanus Toksoid), (4) Ukur tinggi fundus uteri,
(5) Pemberian tablet besi (90 tablet selama kehamilan), (6) Temu
wicara (pemberian komunikasi interpersonal & konseling), (7) Test
laboratorium sederhana (Hb, protein urin) dan atau berdasarkan
indikasi (HbsAG, Sifilis, HIV, Malaria, TBC).
Indikator tersebut untuk mengukur kemampuan manajemen
program KIA dalam melindungi ibu hamil sehingga kesehatan janin
terjamin melalui penyediaan pelayanan antenatal.
Cakupan K4 tahun 2010 sebesar 92,04% dengan cakupan
tertinggi Kabupaten Pekalongan (98,77%) dan cakupan terendah
Kabupaten Pemalang (81,76%). Kabupaten/kota yang sudah

xxi
melampaui target cakupan K4 (>95%) sejumlah 11 kabupaten/kota
(31,43%). Daftar lengkapnya dapat dilihat pada tabel 3.3.
Tabel 3.3
Kabupaten/Kota Berdasarkan Target Cakupan K4 (> 95%)
Tahun 2010

Cakupan K4 (> 95%) Cakupan K4 (< 95%)
Kabupaten/Kota % Kabupaten/Kota %
1. Kab. Pekalongan
2. Kab. Demak
3. Kota Tegal
4. Kota Salatiga
5. Kab. Kendal
6. Kab. Banyumas
7. Kota Surakarta
8. Kab. Kebumen
9. Kab. Boyolali
10. Kab. Kudus
11. Kota Pekalongan
98,77
97,11
96,85
96,80
96,20
96,03
95,92
95,74
95,31
95,24
95,10
1. Kab. Sukoharjo
2. Kab. Purworejo
3. Kab. Wonogiri
4. Kab. Banjarnegara
5. Kab. Sragen
6. Kab. Cilacap
7. Kab. Temanggung
8. Kab. Brebes
9. Kab. Blora
10. Kab. Magelang
11. Kota Magelang
12. Kab. Jepara
13. Kab. Wonosobo
14. Kab. Batang
15. Kab. Semarang
16. Kota Semarang
17. Kab. Pati
18. Kab. Tegal
19. Kab. Purbalingga
20. Kab. Karanganyar
21. Kab. Grobogan
22. Kab. Rembang
23. Kab. Klaten
24. Kab. Pemalang
94,93
94,01
93,90
93,90
93,57
92,80
92,61
91,56
91,40
91,39
91,22
91,07
91,02
90,95
90,65
90,52
90,44
89,80
89,66
89,59
89,12
87,33
84,35
81,76
Pencapaian cakupan K4 mengalami fluktuasi dari tahun 2007
sebesar 87,05% meningkat menjadi 90,14% di tahun 2008, dan
93,39% pada tahun 2009 tetapi terjadi sedikit penurunan di tahun
2010 (92,04%). Cakupan selama 4 tahun tersebut belum mencapai
target tahun 2015 (95%).

xxi
i
80
85
90
95
100
Cakupan K4 87,05 90,14 93,39 92,04
Target 95 95 95 95
2007 2008 2009 2010

Gambar 3.1 Cakupan K4 Provinsi Jawa Tengah Tahun 20072010

2. Cakupan Komplikasi Kebidanan yang Ditangani
Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani adalah ibu
dengan komplikasi kebidanan di satu wilayah kerja pada kurun
waktu tertentu yang mendapat penanganan definitif sesuai dengan
standar oleh tenaga kesehatan terlatih pada tingkat pelayanan dasar
dan rujukan (Polindes, Puskesmas, Puskesmas PONED, Rumah
Bersalin, RSIA/RSB, RSU, RSU PONEK).
Komplikasi kebidanan adalah kesakitan pada ibu hamil, ibu
bersalin dan ibu nifas yang dapat mengancam jiwa ibu dan/atau
bayi. Komplikasi dalam kehamilan diantaranya:
(1) Abortus,
(2) Hiperemesis Gravidarum,
(3) Perdarahan per vaginam,
(4) Hipertensi dalam kehamilan (preeklampsia, eklampsia),
(5) Kehamilan lewat waktu,
(6) Ketuban pecah dini.
Komplikasi dalam persalinan diantaranya :
(1) Kelainan letak/presentasi janin,
(2) Partus macet/distosia,

xxi
ii
(3) Hipertensi dalam kehamilan (preeklampsia, eklampsia),
(4) Perdarahan pasca persalinan,
(5) Infeksi berat/sepsis,
(6) Kontraksi dini/persalinan premature,
(7) Kehamilan ganda.
Komplikasi dalam nifas diantaranya:
(1) Hipertensi dalam kehamilan (preeklampsia, eklampsia),
(2) Infeksi nifas,
(3) Perdarahan nifas.
Penanganan definitif adalah penanganan/pemberian tindakan
terakhir untuk meyelesaikan permasalahan setiap kasus komplikasi
kebidanan.
Indikator ini untuk mengukur kemampuan manajemen
program KIA dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara
profesional kepada ibu (hamil, bersalin, nifas) dengan komplikasi.
Jumlah ibu hamil risiko tinggi/komplikasi di Provinsi Jawa
Tengah tahun 2010 sebanyak 126.993 ibu hamil atau sebesar
100,25% dari target ibu hamil risti (20% ibu hamil). Cakupan
komplikasi kebidanan yang ditangani tahun 2010 sebesar 78,10%
lebih tinggi dibanding tahun 2009 (57,78%). Pencapaian cakupan
tahun ini masih dibawah target SPM tahun 2015 (80%), tetapi
diharapkan target tersebut bisa tercapai sebelum tahun 2015.
Kabupaten/kota yang sudah mencapai target SPM sebanyak
17 kabupaten/kota (48,57%), meningkat bila dibandingkan pada
tahun 2009 yang hanya 11 kabupaten/kota (31,43%). Terdapat satu
kabupaten yang tidak ada datanya yaitu Kabupaten Wonogiri. Daftar
lengkap pencapaian indikator dapat dilihat di tabel 3.4.








xxi
v
Tabel 3.4
Kabupaten/kota berdasarkan target cakupan Komplikasi
kebidanan yang ditangani Tahun 2010

Cakupan Komplikasi Kebidanan
yang Ditangani (> 80%)
Cakupan Komplikasi Kebidanan
yang Ditangani (< 80%)
Kabupaten/Kota % Kabupaten/Kota %
1. Kab.Pekalongan
2. Kab.Purworejo
3. Kota Salatiga
4. Kab.Boyolali
5. Kab.Wonosobo
6. Kab.Sragen
7. Kab.Blora
8. Kab.Rembang
9. Kab.Kudus
10. Kab.Demak
11. Kota Pekalongan
12. Kab.Kebumen
13. Kab.Brebes
14. Kab.Pemalang
15. Kab.Temanggung
16. Kab.Kendal
17. Kab.Cilacap
291,13
111,09
108,17
104,01
101,99
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
95,21
95,15
91,28
89,82
86,29
85,42
1. Kota Tegal
2. Kota Semarang
3. Kab.Banyumas
4. Kab.Klaten
5. Kab.Pati
6. Kab.Banjarnegara
7. Kab.Sukoharjo
8. Kab.Jepara
9. Kab.Semarang
10. Kab.Batang
11. Kab.Tegal
12. Kab.Magelang
13. Kab.Grobogan
14. Kab.Karanganyar
15. Kota Surakarta
16. Kab.Purbalingga
17. Kota Magelang
74,07
73,99
71,38
68,35
67,10
66,46
65,57
63,19
59,72
58,36
49,89
49,69
42,27
35,43
22,27
22,00
20,54

3. Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan yang
Memiliki Kompetensi Kebidanan
Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang
memiliki kompetensi kebidanan adalah ibu bersalin yang mendapat
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki
kompetensi kebidanan di satu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu.
Pertolongan persalinan adalah proses pelayanan persalinan
dimulai pada kala I sampai dengan kala IV persalinan. Tenaga
kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan adalah tenaga
kesehatan yang memiliki kemampuan klinis kebidanan sesuai
standar. Indikator ini adalah untuk mengukur kemampuan
manajemen program KIA dalam menyelenggarakan pelayanan
persalinan yang profesional.

xx
v
Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang
memiliki kompetensi kebidanan tingkat Provinsi Jawa Tengah tahun
2010 sebesar 93,62%, lebih tinggi dibandingkan cakupan tahun
2009 yang sebesar 93,03% dengan cakupan terendah 86,05%
(Kabupaten Banyumas) dan tertinggi 100,92% (Kabupaten
Pekalongan). Naiknya cakupan pertolongan persalinan
menunjukkan miningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap
pelayanan persalinan oleh tenaga kesehatan, adanya perencanaan
persalinan yang baik dari ibu, suami maupun dukungan keluarga.
Rata-rata cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan meningkat pada tahun 2007 (87,64%), tahun 2008
(90,98%), tahun 2009 (93,03%) dan meningkat lagi tahun 2010
(93,62%).

84
86
88
90
92
94
96
Persalinan Nakes
87,64 90,98 93,03 93,62
Target 90 90 90 90
2007 2008 2009 2010

Gambar 3.2 Cakupan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan yang
Memiliki Kompetensi Kebidanan di Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2007 2010

Kabupaten/kota yang telah mencapai target SPM tahun 2015
sebanyak 32 (91,43%) dan masih ada tiga kabupaten/kota (8,57%)
yang belum mencapai target yaitu Kabupaten Banjarnegara (88,54%),
Kota Magelang (87,19%) dan Kabupaten Banyumas (86,05%).

xx
vi
4. Cakupan Pelayanan Nifas
Cakupan pelayanan nifas adalah pelayanan kepada ibu dan
neonatal pada masa 6 jam sampai dengan 42 hari pasca persalinan
sesuai standar.
Nifas adalah periode mulai 6 jam sampai dengan 42 hari
pasca persalinan. Pelayanan nifas sesuai standar adalah pelayanan
kepada ibu nifas sedikitnya 3 kali, pada 6 jam pasca persalinan
sampai dengan 3 hari, pada minggu ke II, dan pada minggu ke VI
termasuk pemberian Vitamin A 2 kali serta persiapan dan/atau
pemasangan KB pasca persalinan.
Dalam pelaksanaan pelayanan nifas dilakukan juga
pelayanan neonatus sesuai standar sedikitnya 3 kali, pada 624 jam
setelah lahir, pada 37 hari dan pada 828 hari setelah lahir yang
dilakukan di fasilitas kesehatan maupun kunjungan rumah.
Pelayanan kesehatan neonatal adalah pelayanan kesehatan
neonatal dasar (ASI eksklusif, pencegahan infeksi berupa perawatan
mata, tali pusat, pemberian vitamin K1 injeksi bila tidak diberikan
pada saat lahir, pemberian imunisasi hepatitis B1 nbila tidak
diberikan pada saat lahir dan manajemen terpadu bayi muda).
Neonatus adalah bayi berumur 028 hari. Indikator ini untuk
mengukur kemampuan manajemen program KIA dalam
menyelenggarakan pelayanan nifas yang profesional.
Cakupan pelayanan nifas tingkat Provinsi Jawa Tengah tahun
2010 sebesar 93,43%, melebihi target cakupan pelayanan nifas
tahun 2015 (90%), dengan cakupan terendah 54,12% (Kota
Semarang) dan tertinggi 105,72% (Kabupaten Karanganyar).
Kabupaten/kota yang telah mencapai target SPM sejumlah 30
(85,71%) dan masih ada lima kabupaten/kota (14,29%) yang belum
mencapai target. Daftar pencapaian indikator secara lengkap dapat
dilihat di tabel 3.5.



xx
vii
Tabel 3.5
Kabupaten/Kota Berdasarkan Target Cakupan Pelayanan Nifas
Tahun 2010

Cakupan Pelayanan Nifas
(> 90%)
Cakupan Pelayanan Nifas
(< 90%)
Kabupaten/Kota % Kabupaten/Kota %
1. Kab.Karanganyar
2. Kab.Boyolali
3. Kab.Pekalongan
4. Kab.Kebumen
5. Kab.Purworejo
6. Kota Surakarta
7. Kab.Pemalang
8. Kab.Grobogan
9. Kab.Magelang
10. Kota Salatiga
11. Kab.Temanggung
12. Kab.Kendal
13. Kab.Semarang
14. Kota Pekalongan
15. Kab.Sukoharjo
16. Kab.Purbalingga
17. Kab.Demak
18. Kab.Sragen
19. Kab.Wonogiri
20. Kab.Wonosobo
21. Kab.Rembang
22. Kab.Cilacap
23. Kab.Kudus
24. Kab.Banyumas
25. Kota Tegal
26. Kab.Banjarnegara
27. Kab.Pati
28. Kab.Jepara
29. Kab.Brebes
30. Kab.Blora
105,72
102,05
100,92
100,00
100,00
100,00
99,65
99,56
99,30
99,04
98,94
98,55
97,84
97,33
95,91
95,62
95,32
95,03
94,68
94,58
94,13
93,79
93,70
93,57
93,13
92,58
92,26
92,12
91,54
91,37
1. Kab.Tegal
2. Kab.Batang
3. Kab.Klaten
4. Kota Magelang
5. Kota Semarang
89,28
88,63
88,26
87,45
54,12

Rata-rata pencapaian cakupan pelayanan nifas mengalami
fluktuasi yaitu dari 85,64% pada tahun 2007, meningkat menjadi
92,94% pada tahun 2008, menurun kembali pada tahun 2009 ini
menjadi 80,29% dan meningkat lagi pada tahun 2010 menjadi
93,43%.

xx
viii
80
83
86
89
92
95
Pelayanan Nifas 85,64 92,94 80,29 93,43
Target 90 90 90 90
2007 2008 2009 2010

Gambar 3.3. Cakupan Pelayanan Nifas Provinsi Jawa Tengah
Tahun 20072010

5. Cakupan Neonatus dengan Komplikasi yang Ditangani
Cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani adalah
neonatus dengan komplikasi di satu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu yang ditangani sesuai dengan standar oleh tenaga
kesehatan terlatih di seluruh sarana pelayanan kesehatan.
Neonatus adalah bayi berumur 028 hari. Neonatus dengan
komplikasi adalah neonatus dengan penyakit dan kelainan yang
dapat menyebabkan kesakitan, kecacatan dan kematian. Neonatus
dengan komplikasi seperti asfiksia, ikterus, hipotermia, tetanus
neonatorum, infeksi/sepsis, trauma lahir, BBLR (berat badan lahir
rendah <2500 gr), sindroma gangguan pernafasan dan kelainan
congenital.
Neonatus dengan komplikasi yang ditangani adalah neonatus
komplikasi yang mendapat pelayanan oleh tenaga kesehatan yang
terlatih, dokter dan bidan di sarana pelayanan kesehatan.
Perhitungan sasaran neonatus dengan komplikasi adalah dihitung
berdasarkan 15% dari jumlah bayi baru lahir. Sarana Pelayanan
Kesehatan adalah polindes, praktek bidan, puskesmas, puskesmas
perawatan/PONED, rumah bersalin, dan rumah sakit

xxi
x
pemerintah/swasta. Penanganan definitif adalah pemberian tindakan
akhir pada setiap kasus komplikasi neonatus. Indikator ini mengukur
kemampuan manajemen program KIA dalam menyelenggarakan
pelayanan kesehatan secara profesional kepada neonatus dengan
komplikasi.
Tahun 2010 perkiraan bayi dengan komplikasi bila dihitung
dari banyaknya sasaran bayi, maka jumlahnya sebesar 87.311 bayi ,
meningkat dibanding perkiraan tahun 2009 (86.896 bayi). Dari
jumlah perkiraan tersebut, yang mendapat penanganan oleh tenaga
kesehatan di tiap jenjang pelayanan kesehatan sebesar 39.031 bayi
(44,70%), meningkat bila dibanding pencapaian tahun 2009 yang
sebesar 24,92%. Cakupan tersebut masih jauh dari target SPM
tahun 2010, yaitu setiap kabupaten/kota seharusnya mencapai
target minimal 80%.
Kabupaten/kota yang telah mencapai target SPM-BK
sejumlah tiga kabupaten/kota (8,57%), yaitu Kabupaten Banyumas
(106,78%), Kabupaten Tegal (102,36%) dan Kabupaten Sukoharjo
(94,22%).
6. Cakupan Kunjungan Bayi
Cakupan kunjungan bayi adalah cakupan bayi yang
memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan standar oleh
dokter, bidan dan perawat yang memiliki kompetensi klinis
kesehatan, paling sedikit empat kali di satu wilayah kerja pada kurun
waktu tertentu.
Kunjungan bayi adalah kunjungan bayi umur 29 hari 11
bulan di sarana pelayanan kesehatan (polindes, pustu, puskesmas,
rumah bersalin dan rumah sakit) maupun di rumah, posyandu,
tempat penitipan anak, panti asuhan dan sebagainya melalui
kunjungan petugas. Setiap bayi memperoleh pelayanan kesehatan
minimal empat kali yaitu satu kali pada umur 29 hari 3 bulan, 1 kali

xx
x
pada umur 36 bulan, 1 kali pada umur 69 bulan dan 1 kali pada
umur 911 bulan.
Pelayanan kesehatan tersebut meliputi pemberian imunisasi
dasar (BCG, DPT/HB 1-3, Polio 14, Campak), stimulasi deteksi
intervensi dini tumbuh kembang (SDIDTK) bayi dan penyuluhan
perawatan kesehatan bayi (meliputi konseling ASI eksklusif,
pemberian makanan pendamping ASI sejak usia 6 bulan, perawatan
dan tanda bahaya bayi sakit (sesuai MTBS), pemantauan
pertumbuhan dan pemberian vitamin A kapsul biru pada usia 611
bulan). Indikator ini untuk mengukur kemampuan manajemen
program KIA dalam melindungi bayi sehingga kesehatannya
terjamin melalui penyediaan pelayanan kesehatan.
Cakupan kunjungan bayi Provinsi Jawa Tengah pada tahun
2010 sebesar 93,73% lebih rendah dibandingkan pencapaian
cakupan tahun 2009 yang sebesar 95,07% dengan cakupan
terendah 77,77% (Kabupaten Pemalang) dan tertinggi 109,15%
(Kota Semarang). Pencapaian cakupan kunjungan bayi mengalami
fluktuasi, dari 92,20% pada tahun 2007 naik menjadi 96,04% pada
tahun 2008, turun menjadi 95,07% tahun 2009 dan turun lagi
menjadi 93,73% pada tahun 2010.
88
90
92
94
96
98
Kunjungan Bayi 92,76 96,04 95,07 93,73
Target 90 90 90 90
2007 2008 2009 2010

Gambar 3.4 Cakupan Kunjungan Bayi Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2007-2010

xx
xi
Dari 35 kabupaten/kota, sebanyak 27 kabupaten/kota
(77,14%) telah berhasil mencapai target SPM tahun 2010 (90%).
Sementara masih ada 8 kabupaten/kota tidak mencapai target.
Daftar lengkapnya dapat dilihat di tabel 3.6.
Tabel 3.6
Kabupaten/Kota Berdasarkan Target Cakupan Kunjungan Bayi
Tahun 2010

Cakupan Kunjungan Bayi (>90%) Cakupan Kunjungan Bayi (<90%)
Kabupaten/Kota % Kabupaten/Kota %
1. Kota Semarang
2. Kab.Klaten
3. Kab.Wonogiri
4. Kab.Pati
5. Kab.Blora
6. Kab.Semarang
7. Kab.Grobogan
8. Kab.Magelang
9. Kota Surakarta
10. Kab.Demak
11. Kab.Banyumas
12. Kota Pekalongan
13. Kab.Sukoharjo
14. Kab.Kebumen
15. Kota Salatiga
16. Kab.Kudus
17. Kab.Batang
18. Kab.Temanggung
19. Kab.Kendal
20. Kab.Wonosobo
21. Kota Magelang
22. Kab.Pekalongan
23. Kab.Rembang
24. Kab.Purworejo
25. Kab.Banjarnegara
26. Kab.Tegal
27. Kab.Purbalingga
109,15
105,91
103,25
102,31
100,29
100,07
99,94
99,88
99,83
99,27
99,14
97,77
96,67
96,60
96,36
95,70
95,49
95,44
94,17
93,41
93,23
93,10
92,77
92,30
92,25
92,13
90,66
1. Kab.Karanganyar
2. Kab.Brebes
3. Kab.Boyolali
4. Kab.Jepara
5. Kota Tegal
6. Kab.Cilacap
7. Kab.Sragen
8. Kab.Pemalang
89,61
87,22
83,88
83,32
82,03
81,36
78,46
77,77

7. Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child Immunization.
Cakupan desa/kelurahan Universal Child Immunization (UCI)
adalah desa/kelurahan dimana >80% dari jumlah bayi yang ada di
desa tersebut sudah mendapat imunisasi dasar lengkap dalam
waktu satu tahun.

xx
xii
UCI adalah tercapainya imunisasi dasar secara lengkap pada
bayi (0-11 bulan), ibu hamil, Wanita Usia Subur (WUS) dan anak
sekolah tingkat dasar. Imunisasi dasar lengkap pada bayi (0-11
bulan) meliputi: 1 dosis BCG, 3 dosis DPT, 4 dosis Polio, 4 dosis
Hepatitis B, 1 dosis Campak. Ibu hamil dan WUS meliputi 2 dosis
TT. Anak sekolah tingkat dasar meliputi 1 dosis DT, 1 dosis campak
dan 2 dosis TT.
Tujuan Program Imunisasi adalah menurunkan angka
kesakitan, kematian dan kecacatan bayi, anak dan balita akibat
penyakit PD3I (seperti penyakit TBC, Difteri, Pertusis, Tetanus,
Polio, Hepatitis B dan Campak).
Cakupan imunisasi dasar lengkap bayi di Jawa Tengah dari
semua antigen sudah mencapai target minimal nasional (85%),
pencapaian tiap tahun cenderung mengalami penurunan. Jumlah
sasaran bayi pada tahun 2010 adalah 579.494. Sedang cakupan
masing-masing jenis imunisasi dapat dilihat pada gambar 3.5.

92
94
96
98
100
102
104
106
2008 104,13 102,7 99,86 99,51 99,35
2009 102,05 100,89 99,04 99,14 96,97
2010 100,29 99,95 98,08 96,95 96,29
BCG DPT - HB1 DPT - HB3 POLIO 4 CAMPAK

Gambar 3.5 Cakupan Imunisasi Bayi Provinsi Jawa Tengah
Tahun 20082010


xx
xiii
Kabupaten/kota yang telah mencapai target SPM ada 9
kabupaten/kota (25,71%). Daftar lengkapnya dapat dilihat pada tabel
3.7.
Tabel 3.7
Kabupaten/Kota Berdasarkan Target Cakupan Desa/Kelurahan UCI
Tahun 2010

Cakupan Desa/kelurahan UCI
(>100%)
Cakupan Desa/kelurahan UCI
(<100%)
Kabupaten/Kota % Kabupaten/Kota %
1. Kab.Kebumen
2. Kab.Sragen
3. Kab.Kudus
4. Kab.Demak
5. Kab.Semarang
6. Kota Magelang
7. Kota Salatiga
8. Kota Semarang
9. Kota Pekalongan
100
100
100
100
100
100
100
100
100

1. Kab.Temanggung
2. Kab.Pekalongan
3. Kab.Banyumas
4. Kab.Sukoharjo
5. Kab.Magelang
6. Kab.Klaten
7. Kota Surakarta
8. Kab.Kendal
9. Kab.Purbalingga
10. Kab.Boyolali
11. Kab.Grobogan
12. Kab.Purworejo
13. Kab.Pati
14. Kab.Jepara
15. Kab.Tegal
16. Kab.Wonosobo
17. Kab.Cilacap
18. Kota Tegal
19. Kab.Brebes
20. Kab.Pemalang
21. Kab.Rembang
22. Kab.Blora
23. Kab.Karanganyar
24. Kab.Banjarnegara
25. Kab.Wonogiri
26. Kab.Batang
99,31
99,30
99,09
98,80
98,66
98,25
98,04
97,89
96,65
96,25
95,71
95,55
95,32
94,85
94,43
93,21
92,96
92,59
91,92
90,99
90,82
87,12
84,18
80,58
78,91
63,31

Pencapaian desa/kelurahan UCI dari tahun 2007 sampai
dengan 2010 mengalami peningkatan yaitu pada tahun 2007
sebesar 83,64%, tahun 2008 mencapai 86,69%, tahun 2009 sebesar
91,95% dan tahun 2010 mencapai 94,06%. Bila dibandingkan target
SPM tahun 2010 sebesar 100%, pencapaian Desa/Kelurahan UCI
tahun 2010 belum mencapai target.

xx
xiv
80
85
90
95
100
105
UCI Desa 83,64 86,69 91,95 94,06
Target 100 100 100 100
2007 2008 2009 2010

Gambar 3.6 Cakupan Desa/Kelurahan UCI Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2007 2010
8. Cakupan Pelayanan Anak Balita
Cakupan pelayanan anak balita adalah anak balita (1259
bulan) yang memperoleh pelayanan pemantauan pertumbuhan dan
perkembangan. Anak balita adalah anak berumur 1259 bulan.
Setiap anak umur 1259 bulan memperoleh pelayanan pemantauan
pertumbuhan setiap bulan, minimal 8x dalam setahun yang tercatat
di Kohort Anak balita dan Pra Sekolah, Buku KIA/KMS atau buku
pencatatan dan pelaporan lainnya.
Pemantauan pertumbuhan adalah pengukuran berat badan
pertinggi/panjang badan (BB/TB). Di tingkat masyarakat
pemantauan pertumbuhan adalah pengukuran berat badan per umur
(BB/U) setiap bulan di Posyandu, Taman Bermain, Pos PAUD,
Taman Penitipan Anak dan Taman Kanak-Kanak, serta Raudatul
Athfal dan lain-lain. Bila berat badan tidak naik dalam 2 bulan
berturut-turut atau berat badan anak balita di bawah garis merah
harus dirujuk ke sarana pelayanan kesehatan untuk menentukan
status gizinya dan upaya tindak lanjut.
Pemantauan perkembangan meliputi penilaian
perkembangan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta
sosialisasi dan kemandirian, pemeriksaan daya dengar, daya lihat.

xx
xv
Jika ada keluhan atau kecurigaan terhadap anak, dilakukan
pemeriksaan untuk gangguan mental emosional, autisme serta
gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktifitas. Bila ditemukan
penyimpangan atau gangguan perkembangan harus dilakukan
rujukan kepada tenaga kesehatan yang lebih memiliki kompetensi.
Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan setiap anak
usia 1259 bulan dilaksanakan melalui pelayanan SDIDK minimal 2
kali pertahun (setiap 6 bulan) dan tercatat pada Kohort Anak Balita
dan Prasekolah atau pencatatan pelaporan lainnya. Pelayanan
SDIDK dilaksanakan oleh tenaga kesehatan, ahli gizi, penyuluh
kesehatan masyarakat dan petugas sektor lain yang dalam
menjalankan tugasnya melakukan stimulasi dan deteksi dini
penyimpangan tumbuh kembang anak.
Indikator ini untuk mengukur kemampuan manajemen
program KIA dalam melindungi anak balita sehingga kesehatannya
terjamin melalui penyediaan pelayanan kesehatan.
Rata-rata cakupan pelayanan anak balita mengalami
peningkatan yaitu dari 33,58% pada tahun 2007 menjadi 44,76%
pada tahun 2008, menjadi 50,29% pada tahun 2009, dan 59,36%
pada tahun 2010.
25
35
45
55
65
75
85
95
Cakupan 33,58 44,76 50,29 59,36
Target 90 90 90 90
2007 2008 2009 2010

Gambar 3.7 Cakupan Pelayanan Anak Balita Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2007 2010


xx
xvi
Cakupan pelayanan anak balita pada tahun 2010 terendah
12,86% (Kabupaten Pemalang) dan tertinggi 100% (Kabupaten
Sukoharjo dan Kabupaten Semarang). Tetapi masih ada empat
kabupaten/kota yang belum tersedia datanya yaitu di Kabupaten
Blora, Kabupaten Kendal, Kabupaten Batang dan Kota Salatiga. Bila
dibandingkan dengan target SPM sebesar 90% pada tahun 2010,
maka hanya ada empat kabupaten/kota (11,43%) yang berhasil
mencapai target. Daftar lengkapnya dapat dilihat pada tabel 3.8.
Tabel 3.8
Kabupaten/Kota Berdasarkan Target
Cakupan Pelayanan Anak Balita Tahun 2010

Cakupan Pelayanan Anak Balita
(>90%)
Cakupan Pelayanan Anak Balita
(<90%)
Kabupaten/Kota % Kabupaten/Kota %
1. Kab.Sukoharjo
2. Kab.Semarang
3. Kab.Pati
4. Kota Surakarta
100,00
100,00
93,85
93,80

1. Kab.Kudus
2. Kab.Klaten
3. Kota Pekalongan
4. Kab.Purworejo
5. Kab.Jepara
6. Kab.Tegal
7. Kab.Temanggung
8. Kab.Purbalingga
9. Kab.Demak
10. Kab.Pekalongan
11. Kab.Sragen
12. Kota Semarang
13. Kab.Magelang
14. Kota Magelang
15. Kota Tegal
16. Kab.Kebumen
17. Kab.Brebes
18. Kab.Karanganyar
19. Kab.Grobogan
20. Kab.Banyumas
21. Kab.Banjarnegara
22. Kab.Cilacap
23. Kab.Boyolali
24. Kab.Wonosobo
25. Kab.Wonogiri
26. Kab.Rembang
27. Kab.Pemalang
89,85
87,39
84,76
81,52
79,51
79,01
76,05
75,57
70,21
67,37
66,63
66,22
58,81
57,26
51,31
50,58
50,27
50,15
42,02
39,23
38,96
34,20
28,04
19,37
19,37
18,19
12,86


xx
xvi
i
9. Cakupan Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu pada
Anak Usia 6 24 Bulan Keluarga Miskin.
Cakupan pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-
ASI) pada anak usia 624 bulan keluarga miskin adalah pemberian
MP-ASI pada anak usia 624 bulan dari keluarga miskin selama 90
hari.
Pengertian anak usia 624 bulan keluarga miskin adalah bayi
usia 611 bulan dan anak usia 1224 bulan dari Keluarga Miskin
(Gakin). Kriteria Gakin ditetapkan oleh pemerintah kabupaten/kota.
MP-ASI pabrikan berupa bubuk instan untuk bayi usia 611 bulan
dan biskuit untuk anak usia 1224 bulan.
Cakupan pemberian MP-ASI pada anak usia 624 bulan
keluarga miskin tahun 2010 sebesar 32,32% meningkat bila
dibandingkan tahun 2009 (25,43%), tetapi belum mencapai target
SPM tahun 2010 sebesar 100%, dengan cakupan terendah 2,63%
(Kabupaten Cilacap) dan yang tertinggi 100% di 8 Kabupaten/Kota
(22,86%) dan masih ada 22 kabupaten/kota. Daftar lengkapnya
dapat dilihat pada tabel 3.9.
Tabel 3.9
Kabupaten/Kota Berdasarkan Target Cakupan Pemberian MP-ASI
pada anak usia 6 4 bln keluarga miskin tahun 2010

Cakupan Pemberian MP-ASI
(>100%)
Cakupan Pemberian MP-ASI
(<100%)
Kabupaten/Kota % Kabupaten/Kota %
1. Kab.Boyolali
2. Kab.Rembang
3. Kab.Pati
4. Kab.Jepara
5. Kab.Semarang
6. Kab.Temanggung
7. Kota Pekalongan
8. Kota Tegal
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
1. Kab.Magelang
2. Kab.Banjarnegara
3. Kota Salatiga
4. Kab.Kebumen
5. Kab.Cilacap
99,37
79,45
29,11
4,13
2,63

10. Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan .
Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan adalah balita
gizi buruk yang ditangani di sarana pelayanan kesehatan sesuai

xx
xvi
ii
tatalaksana gizi buruk di satu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu.
Balita adalah anak usia di bawah 5 tahun (anak usia 0 s/d 4
tahun 11 bulan) yang ada di kabupaten/kota. Gizi buruk adalah
status gizi menurut berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) dengan
Z-score <-3 dan atau dengan tanda-tanda klinis (marasmus,
kwasshiorkor dan marasmus-kwashiorkor). Perawatan adalah
perawatan sesuai tatalaksana gizi buruk.
Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan mengalami
fluktuasi dari 56,83% tahun 2007 meningkat menjadi 80,97% tahun
2008, turun menjadi 72,49% tahun 2009 dan meningkat lagi menjadi
93,28 tahun 2010.
50
60
70
80
90
100
110
Cakupan 56,83 80,97 72,49 93,28
Target 100 100 100 100
2007 2008 2009 2010

Gambar 3.8 Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2007 2010

Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan terendah
32,14% (Kabupaten Pemalang) dan tertinggi 100% di 30
kabupaten/kota (85,71%). Dua kabupaten/kota tidak ada datanya
yaitu Kabupaten Kudus dan Kota Surakarta. Daftar lengkapnya
dapat dilihat pada tabel 3.10.



xx
xix
Tabel 3.10
Kabupaten/kota berdasarkan target cakupan balita gizi buruk
mendapat perawatan tahun 2010

Cakupan Balita Gizi Buruk
Mendapat Perawatan (>100%)
Cakupan Balita Gizi Buruk
Mendapat Perawatan (<100%)
Kabupaten/Kota % Kabupaten/Kota %
1. Kab.Banyumas
2. Kab.Purbalingga
3. Kab.Banjarnegara
4. Kab.Kebumen
5. Kab.Purworejo
6. Kab.Wonosobo
7. Kab.Magelang
8. Kab.Boyolali
9. Kab.Klaten
10. Kab.Sukoharjo
11. Kab.Wonogiri
12. Kab.Karanganyar
13. Kab.Sragen
14. Kab.Grobogan
15. Kab.Blora
16. Kab.Rembang
17. Kab.Pati
18. Kab.Jepara
19. Kab.Demak
20. Kab.Semarang
21. Kab.Temanggung
22. Kab.Kendal
23. Kab.Batang
24. Kab.Pekalongan
25. Kab.Tegal
26. Kota Magelang
27. Kota Salatiga
28. Kota Semarang
29. Kota Pekalongan
30. Kota Tegal
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
1. Kab.Brebes
2. Kab.Cilacap
3. Kab.Pemalang
95,00
37,24
32,14

11. Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat
Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat
adalah cakupan siswa SD dan setingkat yang diperiksa
kesehatannya oleh tenaga kesehatan atau tenaga terlatih (guru
UKS/dokter kecil) melalui penjaringan kesehatan di satu wilayah
kerja pada kurun waktu tertentu. Penjaringan kesehatan siswa SD
dan setingkat adalah pemeriksaan kesehatan umum, kesehatan gigi
dan mulut siswa SD dan setingkat melalui penjaringan kesehatan

xl
terhadap murid kelas 1 SD dan Madrasah Ibtidaiyah yang
dilaksanakan oleh tenaga kesehatan bersama guru dan dokter kecil.
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) adalah upaya terpadu lintas
program dan lintas sektor dalam rangka meningkatkan kemampuan
hidup sehat dan selanjutnya membentuk perilaku hidup sehat anak
usia sekolah yang berada di sekolah. Sekolah Dasar setingkat
adalah Sekolah Dasar Negeri, Sekolah Dasar Swasta, Sekolah
Dasar Luar Biasa, Madrasah Ibtidaiyah serta satuan pendidikan
keagamaan termasuk ponpes baik jalur pendidikan sekolah maupun
luar sekolah.
Tenaga Kesehatan adalah tenaga medis, keperawatan atau
petugas Puskesmas lainnya yang telah dilatih sebagai tenaga
pelaksana UKS/UKGS. Guru UKS/UKGS adalah guru kelas atau
guru yang ditunjuk sebagai pembina UKS/UKGS di sekolah dan
telah dilatih tentang UKS/UKGS. Dokter kecil adalah kader
kesehatan sekolah yang biasanya berasal dari murid kelas 4 dan 5
SD dan setingkat yang telah mendapatkan pelatihan dokter kecil.
Indikator ini untuk mengukur kemampuan manajemen
program Usaha Kesehatan Anak Sekolah dalam melindungi anak
sekolah sehingga kesehatannya terjamin melalui pelayanan
kesehatan.
Siswa SD dan setingkat ditargetkan 100% mendapatkan
pemantauan kesehatan melalui penjaringan kesehatan. Dengan
melakukan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat
diharapkan dapat menapis/menjaring anak yang sakit dan
melakukan tindakan intervensi secara dini sehingga anak yang sakit
menjadi sembuh dan anak yang sehat tidak tertular menjadi sakit.
Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat
Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2010 sebesar 52,61% dibawah
target SPM 2010 yang sebesar 100%. Kabupaten/kota yang sudah
mencapai target sebanyak 7 kabupaten/kota (20%). Selengkapnya
dapat dilihat pada tabel 3.11.

xli
Tabel 3.11
Kabupaten/kota berdasarkan target cakupan penjaringan
kesehatan Siswa SD dan setingkat tahun 2010

Cakupan Penjaringan Kesehatan
Siswa SD dan Setingkat (>100%)
Cakupan Penjaringan Kesehatan
Siswa SD dan Setingkat (<100%)
Kabupaten/Kota % Kabupaten/Kota %
1. Kab.Magelang
2. Kab.Sukoharjo
3. Kab.Sragen
4. Kab.Blora
5. Kab.Pati
6. Kab.Kendal
7. Kota Tegal

100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00

1. Kab.Semarang
2. Kota Salatiga
3. Kota Magelang
4. Kab.Batang
5. Kab.Boyolali
6. Kab.Temanggung
7. Kab.Kudus
8. Kab.Klaten
9. Kota Pekalongan
10. Kab.Demak
11. Kab.Jepara
12. Kota Surakarta
13. Kab.Purbalingga
14. Kab.Tegal
15. Kab.Wonosobo
16. Kab.Wonogiri
17. Kab.Cilacap
18. Kab.Kebumen
19. Kab.Brebes
20. Kab.Grobogan
21. Kab.Purworejo
22. Kab.Pemalang
23. Kab.Banyumas
24. Kab.Banjarnegara
25. Kab.Rembang
26. Kota Semarang
27. Kab.Pekalongan
28. Kab.Karanganyar
99,85
99,41
99,19
98,04
97,65
96,01
95,73
90,16
88,76
87,31
84,06
80,99
80,40
75,62
68,21
68,21
53,63
47,39
37,45
31,38
28,74
26,80
25,33
20,94
20,05
19,64
18,38
13,28

Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat
mengalami fluktuasi yaitu dari 51,59% tahun 2007, menurun menjadi
43,77% tahun 2008, meningkat menjadi 43,80% tahun 2009 dan
52,61% tahun 2010.

xlii
40
50
60
70
80
90
100
110
Cakupan
Penjaringan
51,59 43,77 43,8 52,61
Target 100 100 100 100
2007 2008 2009 2010

Gambar 3.9 Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa SD dan
Setingkat Provinsi Jawa Tengah Tahun 20072010
12. Cakupan Peserta Keluarga Berencana Aktif
Cakupan peserta Keluarga Berencana (KB) aktif adalah
jumlah peserta KB aktif dibandingkan dengan jumlah Pasangan Usia
Subur (PUS) di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Peserta KB Aktif adalah PUS yang salah satu pasangannya masih
menggunakan alat kontrasepsi dan terlindungi oleh alat kontrasepsi
tersebut. PUS adalah pasangan suami istri, yang istrinya berusia
1549 tahun. Angka cakupan peserta KB aktif menunjukkan tingkat
pemanfaatan kontrasepsi di antara para PUS.
Tahun 2010, jumlah PUS di Provinsi Jawa Tengah sebanyak
6.561.243 meningkat dibanding tahun 2009 sebanyak 6.483.189.
Partisipasi masyarakat sebagai peserta KB aktif tahun 2010
sebanyak 5.155.380 (78,57%), sudah mencapai target SPM tahun
2010 yang sebesar 70%. Semua kabupaten/kota (100%) telah
mencapai target SPM.
Cakupan peserta KB aktif mengalami peningkatan dari
77,79% pada tahun 2007 menjadi 78,09% tahun 2008, menjadi
78,37% tahun 2009 dan 78,57% tahun 2010.

xliii
60
65
70
75
80
Cakupan 77,79 78,09 78,37 78,57
Target 70 70 70 70
2007 2008 2009 2010

Gambar 3.10 Cakupan Peserta KB Aktif Provinsi Jawa Tengah
Tahun 20072010

13. Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit
a. Acute Flacid Paralysis rate per 100.000 penduduk <15 tahun
Kasus Acute Flacid Paralysis (AFP) adalah semua anak
berusia kurang dari 15 tahun dengan kelumpuhan yang sifatnya
flacid (layuh) terjadi secara akut (mendadak) dan bukan
disebabkan oleh rudapaksa. Kasus AFP non polio adalah kasus
AFP yang pada pemeriksaan spesimennya tidak ditemukan virus
polio liar atau kasus AFP yang ditetapkan oleh tim ahli sebagai
kasus AFP non polio dengan kriteria tertentu. AFP rate per
100.000 penduduk <15 tahun adalah jumlah kasus AFP non
Polio yang ditemukan diantara 100.000 penduduk <15 tahun
pertahun di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
AFP rate per 100.000 penduduk Provinsi Jawa Tengah
pada tahun 2010 adalah 2,09%, tertinggi di Kota Magelang
(11,01%). Sebanyak 16 kabupaten/kota (45,71%) telah mencapai
target pertahun (>2/100.000 penduduk <15 tahun). Data
kabupaten/kota dapat dilihat pada tabel 3.12.




xli
v
Tabel 3.12
Kabupaten/kota berdasarkan target AFP rate tahun 2010

Cakupan AFP rate (>2/100000) Cakupan AFP rate (<2/100000)
Kabupaten/Kota % Kabupaten/Kota %
1. Kota Magelang
2. Kab.Wonosobo
3. Kab.Demak
4. Kab.Magelang
5. Kota Semarang
6. Kab.Kebumen
7. Kab.Klaten
8. Kab.Semarang
9. Kab.Kudus
10. Kota Salatiga
11. Kab.Blora
12. Kab.Pemalang
13. Kab.Jepara
14. Kab.Purworejo
15. Kab.Rembang
16. Kab.Pati

11,01
7,08
6,13
3,90
3,27
3,06
2,60
2,59
2,55
2,51
2,45
2,45
2,33
2,26
2,08
2,06

1. Kab.Karanganyar
2. Kab.Cilacap
3. Kab.Kendal
4. Kab.Purbalingga
5. Kab.Temanggung
6. Kab.Sukoharjo
7. Kab.Banyumas
8. Kab.Grobogan
9. Kab.Sragen
10. Kota Pekalongan
11. Kab.Banjarnegara
12. Kab.Batang
13. Kab.Brebes
14. Kota Surakarta
15. Kab.Pekalongan
16. Kab.Boyolali
17. Kab.Wonogiri
18. Kab.Tegal
19. Kota Tegal
1,95
1,72
1,70
1,68
1,66
1,50
1,45
1,44
1,41
1,32
1,27
1,07
1,02
0,89
0,82
0,42
0,00
0,00
0,00

AFP rate per 100.000 penduduk <15 tahun mengalami
fluktuasi dari 2,39/100.000 di tahun 2007 menurun menjadi
2,18/100.000 tahun 2008, meningkat menjadi 2,24/100.000 tahun
2009 dan turun menjadi 2,09% tahun 2010.
1
1,5
2
2,5
3
Non Polio AFP
Rate
2,39 2,18 2,24 2,09
Target 2 2 2 2
2007 2008 2009 2010

Gambar 3.11 AFP Rate Per 100.000 Penduduk <15 tahun Provinsi
Jawa Tengah Tahun 20072010

xlv
b. Penemuan Penderita Pneumonia Balita
Penemuan penderita pneumonia balita adalah persentase
balita dengan pneumonia yang ditemukan dan diberikan
tatalaksana sesuai standar di sarana kesehatan di satu wilayah
dalam waktu satu tahun.
Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan
paru-paru (alveoli) yang ditandai dengan batuk disertai nafas
cepat dan/atau kesukaran bernafas.
Dalam penentuan klasifikasi penyakit dibedakan atas dua
kelompok yaitu kelompok umur 2 bulan - <5 tahun (Pneumonia
Berat, Pneumonia, dan batuk bukan Pneumonia) dan kelompok
umur <2 bulan (Pneumonia berat dan batuk bukan Pneumonia).
Dalam pendekatan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)
klasifikasi pada kelompok umur <2 bulan adalah infeksi bakteri
sistemik dan infeksi bakteri local.
Klasifikasi Pneumonia berat didasarkan pada adanya
batuk dan/atau kesukaran bernafas disertai tarikan dinding dada
bagian bawah kedalam (TDDK) pada anak usia 2 bulan - <5
tahun. Untuk kelompok umur <2 bulan klasifikasi Pneumonia
berat ditandai dengan TDDK kuat atau adanya nafas cepat lebih
atau sama dengan 60x per menit. Klasifikasi Pneumonia
didasarkan pada adanya batuk dan/atau kesukaran bernafas
disertai adanya nafas cepat. Batas nafas cepat pada anak usia 2
bulan - <1 tahun adalah 50 kali per menit dan 40 kali per menit
untuk anak usia 1-<5 tahun. Klasifikasi batuk bukan Pneumonia
mencakup kelompok penderita balita dengan batuk yang tidak
menunjukkan gejala peningkatan frekuensi nafas dan tidak
menunjukkan adanya tarikan dinding dada bagian bawah ke
dalam. Dengan demikian klasifikasi batuk bukan Pneumonia
mencakup penyakit-penyakit ISPA lain di luar Pneumonia seperti
batuk pilek (common cold, pharyngitis, tonsilitis, otitis).

xlv
i
Penemuan penderita pneumonia balita Provinsi Jawa
Tengah tahun 2010 sebesar 40,63%, terendah 1,16%
(Kabupaten Rembang) dan tertinggi 126,61% (Kota Salatiga).
Kabupaten/kota yang sudah mencapai target sebanyak lima
kabupaten/kota (14,29%) yaitu Kota Salatiga (126,61%),
Kabupaten Kebumen (116,53%), Kabupaten Tegal (115,94%),
kabupaten Pekalongan (111,51%) dan Kabupaten Kendal
(100,57%).
Cakupan penemuan penderita pneumonia balita fluktuasi,
yaitu dari 24,29% di tahun 2007 menurun menjadi 23,63% tahun
2008, meningkat menjadi 25,96% tahun 2009 dan 40,63% tahun
2010.
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Persentase 24,29 23,63 25,96 40,63
Target 100 100 100 100
2007 2008 2009 2010

Gambar 3.12 Penemuan Penderita Pneumonia Balita
Provinsi Jawa Tengah Tahun 20072010

c. Penemuan pasien baru TB BTA positif
Penemuan pasien baru Tuberculosis (TB) BTA positif
adalah penemuan pasien TB melalui pemeriksaan dahak
sewaktu pagi dan sewaktu (SPS) dan diobati di unit pelayanan
kesehatan dalam suatu wilayah kerja pada waktu tertentu.
Pasien baru adalah pasien yang belum pernah diobati dengan
OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan

xlv
ii
(30 dosis) harian. Diobati adalah pemberian pengobatan pada
pasien baru TB BTA positif dengan OAT selama 6 bulan.
Angka penemuan pasien baru TB BTA positif atau Case
Detection Rate (CDR) adalah persentase jumlah penderita baru
TB BTA positif yang ditemukan dibandingkan jumlah perkiraan
kasus baru TB BTA positif dalam wilayah tertentu dalam waktu
satu tahun.
CDR TB BTA positif Provinsi Jawa Tengah tahun 2007
sampai dengan 2010 masih di bawah target SPM yang sebesar
100%. Meskipun demikian, pencapaian CDR tahun 2010 yang
sebesar 69,04% meningkat dibandingkan tahun 2009 (48,15%),
terendah 30,60% (Kota Salatiga) dan tertinggi 111,58% (Kota
Tegal). Kabupaten/kota yang telah mencapai target SPM
sebanyak 3 kabupaten/kota (8,57%) yaitu Kota Tegal (111,58%),
Kota Pekalongan (105,96%) dan Kabupaten Pekalongan
(100,89%).
CDR TB BTA positif selama empat tahun terakhir
mengalami peningkatan dari 47,45% di tahun 2007 meningkat
menjadi 47,97% tahun 2008, tahun 2009 menjadi 48,15% dan
69,04% tahun 2010.
40
50
60
70
80
90
100
CDR
47,45 47,97 48,15 69,04
Target 100 100 100 100
2007 2008 2009 2010

Gambar 3.13 Penemuan Pasien Baru TB BTA Positif
Provinsi Jawa Tengah Tahun 20072010

xlv
iii
d. Penderita Demam Berdarah Dengue yang ditangani
Penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) yang
ditangani adalah penderita DBD yang ditangani sesuai standar di
satu wilayah dalam waktu satu tahun dibandingkan dengan
jumlah penderita DBD yang ditemukan/dilaporkan dalam kurun
waktu satu tahun yang sama.
DBD adalah penyakit yang ditandai dengan :
- Panas mendadak berlangsung terus-menerus selama 27
hari tanpa sebab yang jelas
- Tanda-tanda perdarahan (sekurang-kurangnya uji Torniquet
positif)
- Disertai/tanpa pembesaran hati (hepatomegali)
- Trombositopenia (Trombosit 100.000/l)
- Peningkatan hematokrit 20%
Penderita DBD adalah penderita penyakit yang memenuhi
sekurang-kurangnya 2 kriteria klinis dan 2 kriteria laboratorium di
bawah ini :
Kriteria Klinis :
- Panas mendadak 27 hari tanpa sebab yang jelas
- Tandatanda perdarahan (sekurang-kurangnya uji Torniquet
positif)
- Pembesaran hati
- Syok
Kriteria Laboratorium
- Trombositopenia (Trommbosit 100.000/l)
- Hematokrit naik 20%
Atau : Penderita yang menunjukkan hasil positif pada
pemeriksaan HI test atau hasil positif pada pemeriksaan antibodi
dengue Rapid Diagnosis Test (RDT) /ELISA
Cakupan penderita DBD yang ditangani Provinsi Jawa
Tengah tahun 2010 adalah 100%. Semua Kabupaten/Kota
(100%) telah mencapai target tiap tahun (100%). Cakupan

xli
x
Penderita DBD yang ditangani dari tahun 2007 sampai dengan
2010 mencapai 100%, artinya seluruh penderita DBD yang ada
semuanya ditangani sesuai standar.
e. Penemuan Penderita Diare
Diare adalah buang air besar lembek/cair bahkan dapat
berupa air saja yang frekuensinya lebih sering dari biasanya.
Persentase penemuan penderita diare adalah
perbandingan jumlah penderita yang datang dan dilayani di
sarana kesehatan (puskesmas, pustu, RS, balai pengobatan,
praktek dokter) dan kader di suatu wilayah tertentu dalam waktu
satu tahun dengan jumlah perkiraan penderita diare pada satu
wilayah tertentu dalam waktu yang sama (10% dari angka
kesakitan x jumlah penduduk). Angka kesakitan adalah angka
kesakitan nasional hasil Survei Morbiditas Diare tahun 2006
sebesar 423/1000 penduduk.
Penemuan penderita Diare Provinsi Jawa Tengah tahun
2010 sebesar 44,48%, masih dibawah target SPM tahun 2010
(80%), terendah 7,44% (Kabupaten Cilacap) dan tertinggi
132,49% (Kota Tegal). Kabupaten/kota yang sudah mencapai
target tahun 2010 (80%) sebanyak empat kabupaten/kota
(11,43%) yaitu Kota Tegal (132,49%), Kota Pekalongan
(95,11%), Kab. Pekalongan (85,88%) dan Kota Magelang
(85,02%).
Penemuan penderita Diare mengalami fluktuasi, yaitu dari
35,97% tahun 2007 meningkat menjadi 45,63% tahun 2008 dan
46,01% tahun 2009 dan pada tahun 2010 menurun menjadi
44,48%.

l
30
40
50
60
70
80
90
% Penemuan 35,97 45,63 46,01 44,48
Target 80 80 80 80
2007 2008 2009 2010

Gambar 3.14 Penemuan Penderita Diare Provinsi Jawa Tengah
Tahun 20072010

14. Cakupan Pelayanan Kesehatan Dasar Pasien Masyarakat Miskin
Cakupan pelayanan kesehatan dasar pasien masyarakat
miskin adalah jumlah kunjungan pasien masyarakat miskin di sarana
kesehatan strata pertama di satu wilayah kerja tertentu pada kurun
waktu tertentu.
Rawat jalan tingkat pertama adalah pelayanan kesehatan
perorangan yang meliputi observasi diagnosa pengobatan
rehabilitasi medik tanpa tinggal di ruang rawat inap di sarana
kesehatan strata pertama. Rawat inap tingkat pertama adalah
pelayanan kesehatan perorangan yang meliputi observasi diagnosa
pengobatan rehabilitasi medik tinggal di ruang rawat inap di sarana
kesehatan strata pertama. Cakupan rawat jalan adalah jumlah
kunjungan kasus (lama dan baru) rawat jalan di sarana kesehatan
strata pertama. Kunjungan pasien baru adalah seseorang yang baru
berkunjung ke sara kesehatan dengan kasus penyakit baru.
Sarana kesehatan strata pertama adalah tempat pelayanan
kesehatan meliputi antara lain: puskesmas, balai pengobatan
pemerintah dan swasta, praktek bersama dan perorangan.
Masyarakat miskin adalah masyarakat sasaran program
pengentasan kemiskinan yang memenuhi kriteria tertentu

li
menggunakan 14 variabel kemiskinan dalam satuan Rumah Tangga
Miskin (RTM).
Cakupan pelayanan kesehatan dasar pasien masyarakat
miskin Provinsi Jawa Tengah tahun 2010 sebesar 47,30% lebih
rendah dibandingkan pencapaian tahun 2009 yang sebesar 53,84%
dan masih dibawah target SPM tahun 2015 (100%). Cakupan
terendah 10,69% (Kabupaten Banyumas) dan tertinggi 193,33%
(Kota Pekalongan). Kabupaten/kota yang tidak tersedia datanya
sebanyak 5 kabupaten/kota, yaitu Kabupaten Wonosobo, Kabupaten
Klaten, Kabupaten Grobogan, Kabupaten Pati dan Kota Salatiga.
Tabel 3.13
Kabupaten/kota berdasarkan target Cakupan Pelayanan
Kesehatan Dasar Pasien Maskin tahun 2010

Cakupan Pelayanan Kesehatan
Dasar Maskin (>100%)
Cakupan Pelayanan Kesehatan
Dasar Maskin (<100%)
Kabupaten/Kota % Kabupaten/Kota %
1. Kota Pekalongan
2. Kota Tegal
3. Kab.Demak
193,33
130,95
100,04

1. Kab.Purbalingga
2. Kab.Purworejo
3. Kab.Kudus
4. Kab.Kebumen
5. Kota Semarang
6. Kab.Boyolali
7. Kab.Banjarnegara
8. Kab.Wonogiri
9. Kab.Karanganyar
10. Kab.Magelang
11. Kab.Rembang
12. Kab.Temanggung
13. Kab.Jepara
14. Kab.Pemalang
15. Kab.Batang
16. Kota Magelang
17. Kab.Brebes
18. Kab.Pekalongan
19. Kab.Sragen
20. Kota Surakarta
21. Kab.Kendal
22. Kab.Cilacap
23. Kab.Semarang
24. Kab.Blora
25. Kab.Sukoharjo
26. Kab.Tegal
27. Kab.Banyumas
85,32
82,96
76,89
76,68
70,18
68,38
60,24
56,87
55,54
55,23
54,35
54,28
53,40
53,23
49,04
48,36
48,17
43,00
41,22
38,34
33,79
32,99
31,03
25,35
22,98
19,38
10,69

lii
B. JENIS PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN
Jenis Pelayanan Kesehatan Rujukan terdiri dari 2 indikator kinerja
SPM yaitu cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat
miskin dan cakupan pelayanan kegawatdaruratan level 1 yang harus
diberikan sarana kesehatan (RS) di kabupaten/kota. Pencapaian jenis
pelayanan kesehatan rujukan Provinsi Jawa Tengah tahun 2010 sebesar
0% karena dari 2 indikator yang ada tidak ada yang mencapai target
SPM.
Kabupaten/kota belum ada yang mencapai target untuk semua
indikator pada Jenis Pelayanan Kesehatan Rujukan. Pencapaian masing-
masing indikator kinerja pada jenis pelayanan sebagai berikut :
1. Cakupan Pelayanan Kesehatan Rujukan Pasien Masyarakat
Miskin
Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat
miskin (maskin) adalah jumlah kunjungan pasien maskin di sarana
kesehatan strata dua dan strata tiga pada kurun waktu tertentu (lama
& baru).
Rawat inap tingkat lanjut adalah pelayanan kesehatan
perorangan yang meliputi observasi, diagnosa, pengobatan,
keperawatan, rehabilitasi medik dengan menginap di ruang rawat inap
pada sarana kesehatan strata dua dan strata tiga pemerintah dan
swasta, yang oleh karena penyakitnya penderita harus menginap.
Rawat jalan tingkat lanjut adalah pelayanan kesehatan perorangan
yang meliputi observasi diagnosa pengobatan rehabilitasi medik tanpa
tinggal di ruang rawat inap di sarana kesehatan strata dua dan strata
tiga pemerintah dan swasta.
Sarana kesehatan strata dua dan strata tiga adalah Balai
Kesehatan Mata Masyarakat, Balai Pengobatan Penyakit Paru, Balai
Kesehatan Indera Masyarakat, Balai Besar Kesehatan Paru
Masyarakat, Rumah Sakit baik milik pemerintah maupun swasta.

liii
Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat
miskin Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2010 hanya 3,71%, masih
jauh dibawah target tahun 2015 (100%), terendah 0,25% (Kabupaten
Temanggung) dan tertinggi 30,46% (Kota Semarang).
Kabupaten/kota belum ada yang mencapai target dan masih
ada 9 kabupaten yang tidak ada datanya. Rendahnya cakupan
indikator ini mungkin karena yang digunakan sebagai penyebut adalah
seluruh maskin, dimana tidak semua maskin perlu pelayanan
kesehatan rujukan di sarkes strata dua dan tiga.
2. Cakupan Pelayanan Kegawatdaruratan level 1 yang harus
diberikan sarana kesehatan (RS) di kabupaten/kota
Cakupan pelayanan kegawatdaruratan (gadar) level 1 yang
harus diberikan sarana kesehatan (RS) di kabupaten/kota adalah
perbandingan antara jumlah RS yang mampu memberikan pelayanan
gadar level 1 dengan jumlah seluruh RS di kabupaten/kota.
Gawat darurat level 1 adalah tempat pelayanan gawat darurat
yang memiliki dokter umum on site (berada di tempat) 24 jam dengan
klasifikasi General Emergency Life Support (GELS) dan/atau Advance
Trauma Life Support (ATLS) + Advance Cardiac Life Support (ACLS),
serta memiliki alat transportasi dan komunikasi.
Cakupan pelayanan gadar level 1 yang harus diberikan sarana
kesehatan (RS) di kabupaten/kota Provinsi Jawa Tengah tahun 2010
sebesar 96,40% dengan cakupan terendah 75% (Kota Magelang) dan
tertinggi 100% di 11 kabupaten (17,14%), serta sebanyak 21
kabupaten/kota tidak ada datanya. Data kabupaten/kota dapat dilihat
pada tabel 3.14.






liv
Tabel 3.14
Kabupaten/kota berdasarkan target Cakupan Pelayanan
Gadar level 1 yang harus diberikan Sarana Kesehatan (RS)
di kabupaten/kota tahun 2010

Cakupan pelayanan Gadar level 1
(>100%)
Cakupan pelayanan Gadar level 1
(<100%)
Kabupaten/Kota % Kabupaten/Kota %
1. Kab. Banyumas
2. Kab. Purbalingga
3. Kab. Banjarnegara
4. Kab. Kebumen
5. Kab. Purworejo
6. Kab. Wonosobo
7. Kab.Magelang
8. Kab. Sukoharjo
9. Kab. Wonogiri
10. Kab. Sragen
11. Kab. Rembang
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
1. Kab. Boyolali
2. Kab. Grobogan
3. Kota Magelang
90,00
85,75
75,00


Cakupan pelayanan gadar level 1 yang harus diberikan sarana
kesehatan (RS) di kabupaten/kota mengalami peningkatan dari
62,16% tahun 2007 menjadi 62,37 % tahun 2008 dan 99,58% tahun
2009, pada tahun 2010 terjadi penurunan menjadi 96,40%.
60
70
80
90
100
Cakupan 62,16 62,37 99,58 96,4
Target 100 100 100 100
2007 2008 2009 2010

Gambar 3.15 Cakupan Pelayanan Gadar Level 1 yang Harus Diberikan
Sarana Kesehatan (RS) di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah
Tahun 20072010


lv
C. PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI DAN PENANGGULANGAN
KEJADIAN LUAR BIASA
Penyelidikan Epidemiologi dan Penanggulangan Kejadian Luar
Biasa (KLB) terdiri dari satu indikator kinerja SPM yaitu indikator kinerja
cakupan desa/kelurahan mengalami KLB yang dilakukan penyelidikan
epidemiologi <24 jam.
Kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah tahun 2010 yang sudah
mencapai target sebanyak 29 kabupaten/kota (82,86%).
- Cakupan Desa/Kelurahan Mengalami KLB yang dilakukan
Penyelidikan Epidemiologi <24 jam.
Cakupan desa/kelurahan mengalami KLB yang ditangani <24
jam adalah desa/kelurahan mengalami KLB yang ditangani <24 jam
oleh kabupaten/kota terhadap KLB periode/kurun waktu tertentu.
Desa/kelurahan mengalami KLB bila terjadi peningkatan
kesakitan atau kematian penyakit potensial KLB, penyakit karantina
atau keracunan makanan. KLB adalah timbulnya atau meningkatnya
kejadian kesakitan dan atau kematian yang bermakna secara
epidemiologis pada suatu desa/kelurahan dalam waktu tertentu.
Ditangani adalah mencakup penyelidikan dan penanggulangan KLB.
Pengertian kurang dari 24 jam adalah sejak laporan W1 diterima
sampai penyelidikan dilakukan dengan catatan selain formulir W1
dapat juga berupa fax atau telepon.
Penyelidikan KLB adalah rangkaian kegiatan berdasarkan cara-
cara epidemiologi untuk memastikan adanya suatu KLB, mengetahui
gambaran penyebaran KLB dan mengetahui sumber dan cara-cara
penanggulangannya. Penanggulangan KLB adalah upaya untuk
menemukan penderita atau tersangka penderita, penatalaksanaan
penderita, pencegahan peningkatan, perluasan dan menghentikan
suatu KLB.
Cakupan desa/kelurahan mengalami KLB yang dilakukan
Penyelidikan Epidemiologi <24 jam Provinsi Jawa Tengah tahun 2010

lvi
sebesar 98,45%, terendah 0% di empat kabupaten/kota (Kabupaten
Demak, Kabupaten Batang, Kabupaten Tegal dan Kota Pekalongan)
dan yang tertinggi 100% (29 Kabupaten/Kota).
Cakupan desa/kelurahan mengalami KLB yang dilakukan
Penyelidikan Epidemiologi <24 jam mengalami fluktuasi yaitu dari
99,84% tahun 2007 turun menjadi 99,63% tahun 2008, meningkat
menjadi 100% tahun 2009 dan turun lagi menjadi 98,45% tahun 2010.
98
98,5
99
99,5
100
Cakupan 99,79 99,63 100 98,45
Target 100 100 100 100
2007 2008 2009 2010

Gambar 3.16 Cakupan Desa/Kelurahan Mengalami KLB yang Dilakukan
Penyelidikan Epidemiologi <24 Jam Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2007-2010

D. PROMOSI KESEHATAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat terdiri dari 1
indikator kinerja SPM yaitu Cakupan desa siaga aktif. Pencapaian
Provinsi Jawa Tengah tahun 2010 sebesar 0% atau dari indikator yang
ada belum mencapai target SPM tahun 2015.
Kabupaten/kota yang sudah mencapai target sebanyak 27
kabupaten/kota (77,14%).
- Cakupan Desa Siaga Aktif
Desa Siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan
sumber daya dan kemampuan untuk mencegah dan mengatasi
masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan,

lvii
secara mandiri. Desa dapat berarti kelurahan atau nagari atau istilah-
istilah lain bagi satuan administrasi pemerintahan setingkat desa.
Desa siaga aktif adalah desa yang mempunyai Pos Kesehatan
Desa (Poskesdes) atau Upaya Kesehatan Bersumberdaya
Masyarakat (UKBM) lainnya yang buka setiap hari dan berfungsi
sebagai pemberi pelayanan kesehatan dasar, penanggulangan
bencana dan kegawatdaruratan, surveilance berbasis masyarakat
yang meliputi pemantauan pertumbuhan (gizi), penyakit, lingkungan
dan perilaku sehingga masyarakatnya menerapkan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS).
Poskesdes adalah UKBM yang dibentuk di desa dalam rangka
upaya mendekatkan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat
desa. Poskesdes dikelola oleh 1 orang bidan dan minimal 2 orang
kader yang merupakan koordinator dari UKBM.
Pelayanan kesehatan dasar adalah pelayanan kesehatan yang
sesuai kewenangan bidan penanggungjawab poskesdes, selanjutnya
dirujuk ke pustu atau puskesmas apabila tidak bisa ditangani.
Surveilans penyakit yang berbasis masyarakat adalah upaya
pengamatan dan pencatatan yang dilakukan oleh masyarakat (kader
dan bidan/perawat) tentang kejadian penyakit yang dapat mengancam
kesehatan penduduk/masyarakat. Pemantauan pertumbuhan adalah
suatu upaya yang dilakukan oleh kader untuk mengetahui berat badan
balita setiap bulan untuk mendeteksi secara dini pertumbuhan (D/S).
Masyarakat berperilaku hidup bersih dan sehat adalah masyarakat
dimana penduduknya menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat.
Cakupan desa siaga aktif adalah desa yang mempunyai
poskesdes atau UKBM lainnya yang buka setiap hari dan berfungsi
sebagai pemberi pelayanan kesehatan dasar, penanggulangan
bencana dan kegawatdaruratan, surveilans berbasis masyarakat yang
meliputi pemantauan pertumbuhan (gizi), penyakit lingkungan dan
perilaku sehingga masyarakatnya menerapkan PHBS dibandingkan
dengan jumlah desa siaga yang dibentuk.

lviii
Cakupan desa siaga aktif Provinsi Jawa Tengah tahun 2010
sebesar 79,02%, terendah 12,45% (Kabupaten Purworejo) dan
tertinggi 100% di 18 kabupaten/kota. Sebanyak 27 kabupaten/kota
(77,14%) telah mencapai target SPM tahun 2015 (>80%).
Tabel 3.15
Kabupaten/kota berdasarkan target Cakupan Desa Siaga Aktif
tahun 2010

Cakupan Desa Siaga Aktif (>80%) Cakupan Desa Siaga Aktif (<80%)
Kabupaten/Kota % Kabupaten/Kota %
1. Kab.Cilacap
2. Kab.Sukoharjo
3. Kab.Sragen
4. Kab.Grobogan
5. Kab.Blora
6. Kab.Rembang
7. Kab.Pati
8. Kab.Kudus
9. Kab.Batang
10. Kab.Pekalongan
11. Kab.Tegal
12. Kab.Brebes
13. Kota Magelang
14. Kota Surakarta
15. Kota Salatiga
16. Kota Semarang
17. Kota Pekalongan
18. Kota Tegal
19. Kab.Wonosobo
20. Kab.Boyolali
21. Kab.Karanganyar
22. Kab.Semarang
23. Kab.Wonogiri
24. Kab.Banyumas
25. Kab.Pemalang
26. Kab.Kendal
27. Kab.Jepara
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
96,23
94,38
93,79
86,81
86,05
85,80
83,78
81,75
80,93
1. Kab.Klaten
2. Kab.Temanggung
3. Kab.Demak
4. Kab.Banjarnegara
5. Kab.Magelang
6. Kab.Purbalingga
7. Kab.Kebumen
8. Kab.Purworejo
74,56
71,28
67,87
47,84
46,77
45,19
23,91
12,45





lix
BAB IV
KESIMPULAN



Penilaian pencapaian indikator kinerja SPM-BK tahun 2010
berdasarkan pada Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
741/MENKES/Per/VII/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan di Kabupaten/Kota dan Petunjuk Teknis Standar Pelayanan
Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten Kota berdasar Keputusan Menteri
Kesehatan RI Nomor 828/MENKES/SK/IX/2008.
Pencapaian indikator kinerja SPM-BK kabupaten/kota di Jawa Tengah
tahun 2010 terhadap target 2010 dan 2015 secara rinci sebagai berikut :
Pencapaian indikator kinerja SPM-BK kabupaten/kota tahun 2010
terhadap target tahun 2010 dan 2015 adalah 22,22% atau empat
indikator telah mencapai target.dari 18 indikator yang ada.
Pencapaian indikator kinerja SPM-BK kabupaten/kota tahun 2010 >50%
sebanyak 10 kabupaten/kota (28,57%), 40%-50% sebanyak 11
kabupaten/kota (31,43%) dan <40% sebanyak 14 kabupaten/kota (40%).
Pencapaian Jenis Pelayanan Kesehatan Dasar tahun 2010 belum
mencapai target, karena hanya empat dari 14 indikator yang mencapai
target. Apabila dilihat pencapaian per kabupaten/kota maka tidak ada
kabupaten/kota yang mencapai target pada semua indikator.
1. Kabupaten/kota yang sudah mencapai target cakupan K4 95%
sebanyak 11 kabupaten/kota (31,43%).
2. Kabupaten/kota yang sudah mencapai target cakupan komplikasi
kebidanan yang ditangani 80% sebanyak 17 kabupaten/kota
(48,57%).

lx
3. Kabupaten/kota yang sudah mencapai target cakupan pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi
kebidanan 90% sebanyak 32 kabupaten/kota (91,43%).
4. Kabupaten/kota yang sudah mencapai target cakupan pelayanan nifas
90% sebanyak 30 kabupaten/kota (85,71%).
5. Kabupaten/kota yang sudah mencapai target cakupan Neonatus
dengan komplikasi yang ditangani 80% sebanyak tiga
kabupaten/kota (8,57%).
6. Kabupaten/kota yang sudah mencapai target cakupan kunjungan bayi
90% sebanyak 27 kabupaten/kota (77,14%).
7. Kabupaten/kota yang sudah mencapai target cakupan desa/kelurahan
UCI 00% sebanyak 9 kabupaten/kota (25,71%).
8. Kabupaten/kota yang sudah mencapai target cakupan pelayanan
anak 90% sebanyak empat kabupaten/kota (11,43%).
9. Kabupaten/kota yang sudah mencapai target cakupan pemberian
makanan pendamping ASI pada anak usia 624 bulan keluarga
miskin 100% sebanyak 8 kabupaten/kota (22,86%).
10. Kabupaten/kota yang sudah mencapai target cakupan balita gizi buruk
100% sebanyak 30 kabupaten/kota (85,71%).
11. Kabupaten/kota yang sudah mencapai target cakupan penjaringan
kesehatan siswa SD dan setingkat 100% sebanyak 7 kabupaten/kota
(20%).
12. Semua kabupaten/kota (100%) sudah mencapai target cakupan
peserta KB Aktif 70%.
13. Semua kabupaten/kota belum ada yang mencapai target cakupan
penemuan dan penanganan penderita 5 penyakit, dengan rincian
sebagai berikut :

lxi
o Kabupaten/kota yang sudah mencapai target AFP rate per 100.000
penduduk <15 tahun (2/100.000) sebanyak 16 kabupaten/kota
(45,71%).
o Kabupaten/kota yang sudah mencapai target cakupan penemuan
penderita pneumonia balita 100% hanya lima kabupaten/kota
(14,29%).
o Kabupaten/kota yang sudah mencapai target cakupan penemuan
pasien baru TB BTA positif 100% sebanyak tiga kabupaten/kota
(8,57%).
o Semua kabupaten/kota (100%) sudah mencapai target Penderita
DBD yang ditangani 100%.
o Kabupaten/kota yang sudah mencapai target penemuan penderita
Diare 80% sebanyak empat kabupaten/kota (11,43%).
14. Kabupaten/kota yang sudah mencapai target cakupan pelayanan
kesehatan dasar pasien masyarakat miskin 100% sebanyak tiga
kabupaten/kota (8,57%).
Pencapaian Jenis Pelayanan Kesehatan Rujukan tahun 2010 belum
mencapai target, karena dari dua indikator pada jenis pelayanan ini tidak
ada yang mencapai target. Apabila dilihat pencapaian per kabupaten/kota
maka tidak ada kabupaten/kota yang mencapai target semua indikator.
1. Tidak ada kabupaten/kota yang mencapai target Cakupan pelayanan
kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin 100%.
2. Kabupaten/kota yang sudah mencapai target cakupan pelayanan
gawat darurat level 1 yang harus diberikan di sarana kesehatan (RS)
100% sebanyak 11 kabupaten/kota (17,14%).
Pencapaian Penyelidikan Epidemiologi dan Penganggulangan KLB tahun
2010 belum mencapai target, karena dari satu indikator pada jenis
pelayanan ini tidak mencapai target. Apabila dilihat pencapaian per
kabupaten/kota maka ada 29 kabupaten/kota (82,86%) yang mencapai
target.

lxii
Pencapaian Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat tahun
2010 belum mencapai target, karena dari satu indikator pada jenis
pelayanan ini tidak mencapai target. Apabila dilihat pencapaian per
kabupaten/kota maka ada 27 kabupaten/kota (77,14%) yang mencapai
target.
Perlu adanya perhatian berbagai pihak terkait terhadap jenis
pelayanan yang belum mencapai target SPM dan ketidaktersediaan data di
beberapa indikator kinerja.

Вам также может понравиться