Вы находитесь на странице: 1из 33

Metode Analisa

2014
IT RESEARCH
ANGGA BAHTIAR RIZKY
BAIQ ANEJI PAHAD
DEDDY PRATAMA
2
METODE ANALISA SWOT
SWOT adalah singkatan dari Strenghths (kekuatan), Weakness (kelemahan),
Opportunities (peluang), dan Threats (ancaman). Ini adalah teknik untuk
menyediakan kerangka kerja untuk mengidentifikasi secara sistematis posisi
organisasi; caranya berhubungan dengan lingkungan eksternal dan masalah
serta peluang yang dihadapi. Tujuan analisis SWOT adalah untuk memisahkan
masalah pokok dan memudahkan pendekatan strategis.
Studi Kasus dari analisis SWOT adalah sebagai berikut:
1. Usaha dibidang jasa angkutan
Bapak X adalah seorang pengusaha di bidang jasa angkutan di wilayah
Yogyakarta. Usaha yang telah digeluti sejak 10 tahun silam telah
berkembang pesat. Dari semula hanya memiliki 1 armada truk saja, saat ini
Bapak X telah memiliki 25 armada. Mulai dari jenis L300, truk engkel,
sampai fuso. Usaha angkutan yang berada di bawah bendera "Auto 207" ini
dikenal dengan jasa layanan kepada konsumen yang sangat bagus.
mengingat usahanya yang berkembang pesat, Bapak X berniat untuk
membuka usaha baru yang berhubungan dengan dunia transportasi, yaitu
Usaha Angkutan Travel jurusan Yogyakarta - Semarang. Untuk
merealisasikan idenya tersebut, Bapak X menggunakan analisis SWOT
sebagai berikut:
o Strengness (Kekuatan)
Pengalaman selama 10 tahun di bidang jasa angkut yang juga
merupakan bagian dari bisnis transportasi bisa menjadi kekuatan bagi
Bapak X untuk memulai usaha travelnya. Selain itu, Bapak X juga
mempunyai hubungan yang sangat baik dengan pihak dealer dan
bank karena selama ini track record usaha jasa angkut Bapak X yang
menghasilkan cash flow yang sangat baik sehingga pihak bank dan
3
dealer tentu akan memberi kepercayaan kepada Bapak X untuk
melakukan pembelian armada travelnya dengan cara kredit.
o Weakness (Kelemahan)
Menguasai bisnis di bidang jasa angkut belum tentu bisa menguasai
juga bisnis di bidang travel. Walaupun sama-sama dalam bidang
transportasi namun dalam bisnis travel lebih dominan dalam
pemberian jasa/service kepada penumpang. Selain itu, rute yang
dipilih Yogya - Semarang pp merupakan rute "gemuk" dimana pada
rute tersebut sudah terdapat beberapa pengusaha travel yang bermain
di dalamnya. Sehingga harga tiket serta kualitas pelayanan menjadi
hal yang sangat sensitif
o Opportunities (Peluang)
Karena rutenya termasuk rute yang "gemuk", peluang untuk bermain
di bisnis travel dengan rute Yogyakarta-Semarang pp masih tetap
terbuka. Tinggal menentukan akan bermain di segmentasi pasar yang
mana. Bisa bermain di kelas mahasiswa dimana ini termasuk pangsa
pasar yang sangat sensitif dengan harga atau bermain di kelas
eksekutif dimana faktor pelayanan dan exclusivitas menjadi hal yang
sangat sensitif.
o Threats (Ancaman)
Banyaknya pengusaha travel yang telah bermain di rute ini
merupakan ancaman bagi Bapak X, terlebih para pengusaha tersebut
juga telah berlomba-lomba memberikan service yang bagus untuk
para pelanggannya, seperti layanan antar jemput, armada yang baru,
harga tiket yang murah, pemberian snack & minuman selama
perjalanan, dll. Selain itu, Bapak X juga harus bisa mempertahankan
kualitas karyawannya mulai dari sopir, ticketting, administrasi, dan
lain-lain sehingga tidak akan menciptakan citra yang buruk bagi
usaha travel Bapak X.
4
2. PT INDOFOOD SUKSES MAKMUR TBK
Analisis SWOT
1. Strength (Kekuatan)
a. Kondisi keuangan / finansial yang kuat,
dapat dilihat dari perkembangan kepemilikan sahamdi
berbagai perusahaan.
b. Memiliki banyak anak perusahaan.
c. Brand yang telah dikenal lama oleh masyarakat Indonesia
terutama produk Indomie.
d. Kepemimpinan Direksi dan Komisaris yang matang.
e. Memiliki Sumber Daya Manusia yang
besar sehingga mampu produksi yang besar pula.
2. Weakness (Kelemahan)
a. Tenaga kerja yang
banyak membuat perusahaan rentan goncangan terhadap p
enjualan produk yang menurun.
3. Opportunities (Peluang)
a. Pertumbuhan pasar yang terus meningkat baik di
kalangan bawah, menengah maupun atas.
b. Segmentasi pasar yang
tidak terlalu signifikan karena produk yang
dihasilkan terus menyesuaikan untuk dikonsumsi pria atau
wanita, baik tua maupun muda.
c. Memanfaatkan e-
bussines dalammembantu mengembangkan pangsa pasar
dan memperkenalkan produk melalui internet
karena pengguna internet sama
dengan masyarakat konsumen.
5
d. Peluang pasar yang besar dalamsistemdistribusi yang
mencakup grup pendistribusian produk hingga pasar tradis
ional dengan waktu sesingkat mungkin.
4. Threat (Ancaman)
a. Terus dihadapi dengan pesaing-pesaing baru
dengan jenis produk yang sama.
METODE ANALISA BALANCE
SCORECARD
1. Pengertian Balance Scorecard
Balanced Scorecard (BSC) adalah Pengukuran kinerja perusahaan yang modern
dengan mempertimbangan empat perspektif (yang saling berhubungan) yang
merupakan penerjemahan strategi dan tujuan yang diingin dicapai oleh suatu
perusahaan dalam jangka panjang, yang kemudian diukur dan dimonitor secara
berkelanjutan. BSC berasal dari dua kata yaitu balanced (berimbang) dan scorecard
(kartu skor). Balanced (berimbang) berarti adanya keseimbangan antara
performance keuangan dan non-keuangan, performance jangka pendek dan
performance jangka panjang, antara performance yang bersifat internal dan
performance yang bersifat eksternal. Sedangkan scorecard (kartu skor) yaitu
kartu yang digunakan untuk mencatat skor performance seseorang. Kartu skor
juga dapat digunakan untuk merencanakan skor yang hendak diwujudkan oleh
seseorang di masa depan.
2. Perspektif dalam Balanced Scorecard
Perspektif Keuangan
Perspektif Pelanggan
Perspektif Proses Bisnis Internal
Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
6
3. Contoh Balanced Scorecard
1. Balanced Scorecard Pada PT. Bank Syariah ABC
Perspektif Keuangan PT. Bank Syariah ABC ( 13/14-1)
Ditinjau dari siklus hidupnya, saat ini PT. Bank Syariah ABC
merupakan bank yang berada dalam tahap pertumbuhan. Hal
ini ditunjukan oleh pertumbuhan pesat perbankan syariah (
emerging market ), terutama dengan keluarnya Undang-
undang nomor 10 Tahun 1998 yang memungkinkan lahirnya
bank-bank baru yang beroperasi berdasarkan prinspi syariah.
Disamping itu, masih rendahnya tingkat kesadaran dan
partisipasi umat islam di Indonesia ( sebagai target pasar
utama bank syariah ) untuk menjadi nasabah bank bank
syariah menunjukan potensi pasar yang masih cukup tinggi
dan belum tergali, yang memungkinkan bank-bank syariah
untuk dapat terus tumbuh jika berhasil dimanfaatkan potensi
pasar tersebut. Dengan demikian, sangat tepat jika sasaran
strategis PT. Bank Syariah ABC dalam perspektif keuangan
adalah untuk meningkatkan pendapatan, terutama dengan
upaya menggali potensi nasabah peminjam dana untuk usaha
kecil dan menengan (UKM ).
Dengan strategi pertumbuhan pendapatan tersebut, maka tolok
ukur keuangan yang sebaiknya dijadikan sebagai tolok ukur
kinerja bisnis yang utama adalah tolok ukur keuangan. Tolok
ukur ini dapat digunakan untuk menilai keberhasilan
pencapaian sasaran strategis PT. Bank Syariah ABC dalam hal
pendapatannya, yaitu :
a. Return on Assets ( ROA )
Yaitu persentase laba kotor yang dicapai perusahaan
dibandingkan dengan total aktiva perusahaan. Kenaikan
atau penurunan ROA dari satu periode akuntansi
berikutnya dapat dijadikan ukuran pertumbuhan
7
pendapatan perusahaan. Jika tolok ukur ini dirata-ratakan
untuk beberapa periode, akan menghasilkan tingkat
pertumbuhan pendapatan rata-rata ( average growth rate )
b. Net Margin ( Laba setelah Pajak ).
Pertumbuhan atau penurunan laba dari period eke periode
juga dapat digunakan untuk mengukur pertumbuhan
pertumbuhan pendapatan perusahaan. Jika tolok ukur ini
dirata-ratakan untuk beberapa periode, akan menghasilkan
tingkat pertumbuhan pendapatan rata-rata ( average
growth rate )
c. Revenue mix ( bauran pendapatan )
Yaitu melihat pendapatan dari berbagai sumber darimana
pendapatan tersebut diperoleh, seperti bernagai macam
produk atau nasabah (segmen ). Ukuran ini untuk
mengukur kinerja atau profitabilitas berbagai macam
produk yang ada dan setiap segmen nasabah.
Perspektif Nasabah PT. Bank Syariah ABC ( 13/14-2)
Sasaran strategi dalam perspektif nasabah meliputi :
1. Miningkatkan mutu pelayanan kepada nasabah, dengan
tujuan untuk meningkatkan kepuasan nasabah dan juga
mempertahankan nasabah.
2. Meningkatkan jumlah kantor layanan baru untuk
mennjangkau nasabah potensial dilokasi-lokasi strategis.
Dengan tujuan untuk meningkatkan jumlah nasabah dan
pangsa pasar.
3. Kedua sasaran strategis tersebut diatas sejalan dengan
strategi pertumbuhan perusahaan dan sasaran strategis
berupa meningkatkan pendapatan pada perspektif
keuangan.
Dengan demikian, tolok ukur yang tepat untuk mengukur
keberhasilan pencapaian sasaran strategis dalam perspektif
nasabah adalah :
a. Tingkat Kepuasan Nasabah ( customer satisfaction )
Tolok ukur ini dapat diketahui melalui survey kepada
pelanggan/nasabah secara periodic. Salah satu metode
survey yang dapat digunakan adalah dengan metode
8
servqual. Metode ini merupakan cara untuk mengetahui
seberapa besar kesenjangan ( gap ) antara harapan (
expectation ) nasabah dan persepsi nasabah terhadap
pelayanan yang diberikan PT. Bank Syariah ABC.
Masing-masing item pernyataan dari harapan dan
persepsi nasabah diberikan nilai ( score ) untuk dapat
melihat selisih ( gap ) antara harapan pelanggan dan
persepsinya.
b. Penguasaan Pasar ( marker share )
Tolok ukur ini merupakan tolok ukur yang penting
karena terkait erat dengan visi PT. Bank Syariah ABC.
Pangsa pasar dihitung dari besarnya pasar atau jumlah
nasabah yang berhasil dikuasai PT. Bank Syariah ABC
dibandingkan dengan total pasar atau jumlah nasabah
potensial dalam bisnis perbankan syariah di Indonesia.
Secara singkat peningkatan penguasaan pangsa pasar ini
disebabkan oleh dua hal yaitu kemampuan perusahaan
untuk mempertahankan nasabah lama dan memperoleh
nasabah baru.
c. Kemampuan untuk mempertahankan nasabah lama
atau retensi nasabah ( customer retention ).
Tolok ukur ini dapat dihitung dari perbandingan antara
jumlah pelanggan yang tetap setia dengan suatu produk
bank syariah ABC untuk suatu periode sebelumnya.
Hasilnya dibandingkan dengan standar atau criteria
yang telah ditentukan, untuk menilai apakah Bank
Syariah ABC dapat mempertahankan nasabahnya
dengan baik atau tidak.
d. Kemampuan memperoleh nasabah baru atau akuisisi
nasabah ( customer acquisition )
Tolok ukur ini dapat dilihat dari besarnya jumlah
nasabah baru yang berhasil diperoleh PT. Bank Syariah
ABC dibandingkan dengan estimasi jumlah pelanggan
potensial atau dibandingkan dengan estimasi
kemampuan pesaing. Hasilnya dibandingkan dengan
standar yang telah ditentukan sbelumnya.
Perspektif Proses Bisnis Internal PT. Bank Syariah ABC ( 13/14-
3)
Prespektif ini memiliki dua sasaran strategis yaitu:
1. Mengembangkan produk-produk baru yang dapat diandalkan, dan
2. Meningkatkan pemanfaatan teknologi informasi dan kerja sama
dengan pihak ketiga
9
Sasaran strategis pertama ; berupa pengembangan produk-produk
baru yang dapat diandalkan untuk mengantisipasi kebutuhan nasabah
akan layanan keuangan sehingga nasabah lama dapat dipertahankan
dan nasabah baru dapat diperoleh yang pada akhirnya akan
memperbesar pengusaan pangsa pasar, PT. Bank Syariah ABC dan
meningkatkan nilai bauran pendapatan. Tolok ukur yang tepat untuk
mengukur keberhasilan pencapaian strategis ini adalah :
a. Pendapatan Produk Baru
Tolok ukur ini berguna untuk mengukur tingkat keberhasilan
produk-produk baru dalam meraih pendapatan selama periode
tertentu. Misalnya, dengan menghitung pendapatan yang
berasal dari setiap produk baru ( revenue of new product )
untuk suatu periode tertentu dibandingkan dengan total
pendapatan PT. Bank Syariah ABC dalam periode tersebut.
Disamping it, keadaan produk baru dapat pula diukur dari
kontribusinya dalam meraih nasabah atau jumlah nasabah
lama yang menggunakan atau beralih ke produk baru tersebut.
Misalnya dengan cara menghitung persentase jumlah nasabah
untuk suatu produk baru dibandingkan total jumlah nasabah
PT. Bank Syariah ABC secara keseluruhan. Makin besar
kontribusi yang diberikan suatu produk baru, makin
menandakan keandalan produk tersebut untuk meningkatkan
pendapatan perusahaan.
b. Siklius Pengembangan Produk
Tolok ukur ini berguna sebagai dasar untuk menilai
responsitivitas dalam mengantisipasi kebutuhan nasabah dan
tingkat inovasi PT. Bank Syariah ABC. Semakin cepat siklus
suatu produk baru dihasilkan dapat berarti bahwa perusahaan
semakin responsif dan pegawai semakin tinggi tingkat
keahliannya.
Sasaran Strategis Kedua ; adalah peningkatan penggunaan
teknologi informasi dan kerjasama dengan pihak ketiga. Hal ini
bertujuan untuk memberikan pelayanan yang berkualitas kepada para
nasabah dan untuk memperlancar bergulirnya proses diseluruh bagian
perusahaan termasuk dikantor-kantor layanan baru. Tolok Ukur yang
dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan sasaran strategis ini
adalah :
a. Tingkat Kesalahan Layanan ( service error rate ).
Tolok ukur ini dimaksudkan untuk mengukur seberapa sering
pegawai melakukan kesalahan dalam memberikan layanan
kepada nasabah termasuk tingkat kesalahan pekerjaan lain
yang menjadi tugasnya. untuk melihat kebenaran dari tingkat
kesalahan layanan ini bisa dilakukan dengan melakukan audit
kualitas layanan ( service quality audit ). Semakin rendah
10
tingkat kesalahan layanan maka tingkat kepuasan nasabah
akan semakin tinggi.
b. Waktu Proses (process time )
Tolok ukur ini digunakan untuk mengukur efesiensi dari
transaksi yang dilakukan. Semakin sedikit waktu proses yang
diperlukan untuk melakukan suatu transaksi maka biaya yang
dikeluarkan untuk melaksanakan aktivitas tersebut akan
semakin rendah sehingga kepuasan nasabah akan meningkat
karena dilayani dengan cepat dan keuntungan perusahaan akan
meningkat.
c. Perjanjian dengan Pihak Ketiga ( partner with third party
providers )
Banyaknya patner dari pihak ketiga seperti penggunaan ATM
bersama bank-bank lain dan kerjasama dengan Departemen
Agama untuk Sistem Komputerisasi Haji Terpadu (
SISKOHAT) akan mempercepat waktu proses dalam transaksi
dan mengurangi tingkat kesalahan dalam memberikan layanan.
Hal ini pada akhirnya akan meningkatkan kepuasan nasabah
dan keuntungan perusahaan.
Sasaran-sasaran strategis dan tolok ukur yang digunakan
sejalan dengan sasaran strategis dan tolok ukur dalam
perspektif keuangan maupun perspektif pelanggan, hal ini
dapat dilihat dari hubungan sebab akibat antar sasaran strategis
dan berbagai tolok ukur. Hubungan ini dapat terlihat secara
menyeluruh setelah persepektif pertumbuhan dan
pembelajaran selanjutnya. Tapi sebelumnya haruslah dilihat
terlebih dahulu hubungan antara perspektif nasabah dan
perspektif internal bisnis dengan menganalisis keterkaitan
keduanya dengan menggunakan analisis proposisi nilai
pelanggan. Hubungan kedua perspektif tersebut dapat dilihat
pada gambar dibawah ini :
11
2. Analisis Balanced Scorecard pada Hotel The Royal Pita Maha A
Tjampuhan Relaxation Resort
a. Responden penelitian
Responden pada penelitian ini dapat dikelompokkan sebagai
berikut:
Bagian reception, bagian ini diipilih untuk menilai kinerja dari
perspektif proses bisnis internal yang menggunakan tolak ukur
berupa waktu penyelesaian proses check in dan check out. Data
yang didapat berupa data yang diperlukan untuk
menyelesaikan proses check in dan check out (dalam satuan
menit) pada hotel tersebut. Receptionist terdiri dari 4 (empat)
orang yang di bagi kedalam 2 (dua) shift. Penelitian dilakukan
pada tanggal 3-5 Juni 2011 karena pada saat itu merupakan
peak season.
Tamu hotel periode 2009 dan 2010 dipilih karena menilai kinerja
dari perspektif pelanggan yang menggunakan tolak ukur
berupa Skor Nyata Rata-rata dari lima dimensi kualitas jasa
(bukti langsung, keandalan, jaminan, daya tangkap, empati).
Karyawan hotel dipilih untuk menilai kinerja dari perspektif
pembelajaran dan pertumbuhan yang menggunakan tolak
ukur berupa Indeks Kepuasan Karyawan (IKK).
b. Penilaian Kinerja
Penilaian Kinerja Perspektif Keuangan
Kinerja keuangan yang dinilai adalah kinerja keuangan pada
tahun 2009 dan 2010. Untuk menghitung seluruh rasio-rasio
keuangan yang telah disebutkan di atas, diperlukan sumber
data berupa laporan Hotel yang terdiri dari laporan laba rugi
komparatif serta neraca komparatif untuk periode yang
berakhir 31 Desember 2009 dan 2010.Teknik analisis yang
12
digunakan untuk menilai kinerja keuangan Hotel The Royal
Pita Maha A Tjampuhan Relaxation Resort adalah:
o Rasio likuiditas
Rasio likuiditas adalah rasio yang menganalisis seberapa
jauh sebuah perusahaan mampu bertahan hidup
(Riyanto, 2001).
Current ratio
Rasio ini menunjukkan posisi kas dan
kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban/hutang lancar.
Current Ratio =
Current Ratio tahun 2009 = 1,01
Current Ratio tahun 2010 = 1,64
Pada tahun 2009, setiap Rp1 hutang lancar
perusahaan dijaminkan dengan Rp1,01 aktiva
lancar. Pada tahun 2010 setiap Rp.1 hutang lancar
perusahaan dijaminkan dengan Rp 1,64 aktiva
lancar. Ini berarti kemampuan perusahaan untuk
melunasi setiap hutang lancar dengan
menggunakan aktiva lancar yang dimiliki
menunjukkan peningkatan sebesar Rp 0,63 atau
sebesar 63%.
Quick ratio
Untuk menganalisis quick ratio tahun 2009 dan
2010 pada hotel The Royal Pita Maha A
Tjampuhan Relaxation Resort digunakan rumus
sebagai berikut:
Quick Ratio =
Quick Ratio tahun 2009 = 0,81
Quick Ratio tahun 2010 = 1,46
Pada tahun 2009, setiap Rp1 hutang lancar
perusahaan dijaminkan dengan Rp0,81 kas dan
piutang. Pada tahun 2010 setiap Rp1 hutang
lancar perusahaan dijaminkan dengan Rp1,46 kas
13
dan piutang. Ini berarti kemampuan perusahaan
untuk melunasi setiap Rp1 hutang lancar dengan
menggunakan kas dan piutang yang dimiliki
menunjukkan peningkatan sebesar Rp0,65 atau
sebesar 65%
Cash ratio
Untuk menganalisis cash ratio tahun 2009 dan
2010 pada hotel The Royal Pita Maha A
Tjampuhan Relaxation Resort digunakan rumus
sebagai berikut:
Cash Ratio =
Cash Ratio tahun 2009 = 0,34
Cash Ratio tahun 2010 = 0,86
Pada tahun 2009, setiap Rp1 hutang lancar
perusahaan dijaminkan dengan Rp0,34 kas. Pada
tahun 2010, setiap Rp1 hutang lancar perusahaan
dijaminkan dengan Rp0,86 kas. Ini berarti
kemampuan perusahaan untuk melunasi setiap
Rp1 hutang lancar dengan mengguankan aktiva
lancar yang dimiliki menunjukkan peningkatan
sebesar Rp0,52 atau sebesar 52%.
o Rasio profitabilitas
Rasio profitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan baik hubungannya dengan
penjualan, aktiva maupun modal sendiri (Riyanto, 2001).
Return on Investment (ROI)
Untuk menganalisis ROI tahun 2009 dan 2010
pada hotel The Royal Pita Maha A Tjampuhan
Relaxation Resort digunakan rumus sebagai
berikut:
ROI =
ROI tahun 2009 = 0,02
ROI tahun 2010 = 0,04
14
Pada tahun 2009, untuk setiap Rp1 aktiva yang
dimiliki oleh perusahaan menghasilkan laba
bersih sebesar Rp0,02 atau sebesar 2%. Pada
tahun 2010, setiap Rp1 aktiva yang dimiliki
menghasilkan laba bersih sebesar Rp0,04 atau
sebesar 4%. Ini berarti terjadi peningkatan laba
bersih untuk setiap Rp1 aktiva yang dimiliki
perusahaan yaitu sebesar Rp0,02 atau sebesar 2%.
Return on Equity (ROE)
Untuk menganalisis ROE tahun 2009 dan 2010
pada hotel The Royal Pita Maha A Tjampuhan
Relaxation Resort digunakan rumus sebagai
berikut:
ROE =
ROE tahun 2009 = = 0,04
ROE tahun 2010= = 0,06
Pada tahun 2009, setiap Rp1 modal sendiri yang
dimiliki oleh perusahaan menghasilkan laba
bersih sebesar Rp0,04 atau sebesar 4%. Pada
tahun 2010, setiap Rp1 modal sendiri yang
dimiliki menghasilkan keuntungan sebesar
Rp0.06 atau sebesar 6%. Ini berarti terjadi
peningkatan laba bersih untuk setiap Rp1 modal
sendiri yang dimiliki perusahaan yaitu sebesar
Rp0,02 atau sebesar 2%.
Operating Income
Untuk menganalisis ROE tahun 2009 dan 2010
pada hotel The Royal Pita Maha A Tjampuhan
Relaxation Resort digunakan rumus sebagai
berikut:
Operating income ratio =
Operating income ratio tahun 2009 = 0,02
Operating income ratio tahun 2010 = 0,03
Pada tahun 2009, setiap Rp1 penjualan neto
menghasilkan laba operasi sebesar Rp0,02 atau
15
sebesar 2%. Pada tahun 2010, setiap Rp1
penjualan neto menghasilkan laba operasi sebesar
Rp0,03 atau sebesar 3%. Ini berarti peningkatan
laba operasi untuk setiap Rp1 penjualan neto
sebesar Rp0,01 atau sebesar 1%.
Cost of Goods to Net Sales Ratio
Untuk menganalisis Cost of Good to Net Sales
Ratio tahun 2009 dan 2010 pada hotel The Royal
Pita Maha A Tjampuhan Relaxation Resort
digunakan rumus sebagai berikut:
Cost of Goods to Net Sales Ratio =
Cost of Goods to Net Sales Ratio = 0,45 ( Tahun
2009 )
Cost of Goods to Net Sales Ratio = 0,44 ( Tahun
2010 )
Pada tahun 2009, setiap Rp1 penjualan neto
mengandung harga pokok penjualan (HPP)
Rp0,45 atau sebesar 45%. Pada tahun 2010, setiap
Rp1 penjualan neto mengandung HPP Rp0,44
atau sebesar 44%. Ini berarti Cost of Goods Sold
to Net Sales Ratio dalam kurun waktu 2009 dan
2010 turun sebesar 1%.
Operating ratio
Untuk menganalisis operating ratio tahun 2009
dan 2010 pada hotel The Royal Pita Maha A
Tjampuhan Relaxation Resort digunakan rumus
sebagai berikut:
Operating ratio =
Operating ratio tahun 2009 = = 0,98
Operating ratio tahun 2010 = = 0,97
16
Pada tahun 2009, untuk setiap Rp1 penjualan neto
mengandung HPP dan biaya operasi sebesar
Rp0,98 atau sebesar 98%. Pada tahun 2010, setiap
Rp1 penjualana neto mengandung HPP dan biaya
operasi sebesar Rp0,97 atau sebesar 97%. Ini
berarti terjadi penurunan operating ratio sebesar
1%.
Rasio pertumbuhan
Rasio pertumbuhan adalah rasio yang digunakan untuk
mengetahui perkembangan suatu komponen laporan dari
periode ke periode (Riyanto, 2001).
o Tingkat pertumbuhan pendapatan
x 100 % = 59,95 %
Hasil perhitungan diatas menunjukkan bahwa total
pendapatan dalam kurun waktu 2009 dan 2010
menunjukkan pertumbuhan sebesar 59,95%.
o Tingkat pertumbuhan total harga pokok dan biaya
x 100% = 57,39 %
Hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa dalam
kurun waktu 2009 dan 2010, total harga pokok penjualan
menunjukkan peningkatan sebesar 57,39%.
o Tingkat pertumbuhan laba bersih
x100 % = 119,55%
17
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa secara umum kinerja
keuangan Hotel menunjukkan peningkatan. Dengan membandingkan
rasio rasio keuangan untuk kurun waktu tahun 2009 dan 2010, dapat
diketahui bahwa kinerja Hotel ditinjau dari perspektif keuangan
menunjukkan peningkatan yang berarti kinerja Hotel ditinjau dari
perspektif keuangan adalah baik.
Penilaian Kinerja Perspektif Pelanggan
Penilaian Kinerja perspektif pelanggan pada Hotel The Royal
Pita Maha A Tjampuhan Relaxation Resort mengukur
kepuasan tamu atau pelanggan yang menikmati jasa di hotel
atas pelayanan yang diberikan.Teknik analisis yang digunakan
untuk menilai kinerja perspektif pelanggan adalah Skor Nyata
Rata-rata kelima dimensi kualitas jasa untuk menentukan
kepuasan pelanggan.
18
Dari tabel diatas diperoleh hasil bahwa Skor Nyata Rata-rata
untuk dimensi bukti langsung, keandalan, daya tanggap,
jaminan dan empati masing-masing adalah 92,55%, 93,25%,
91,33%, 95,25%,92,00%. Skor Nyata Rata-rata untuk seluruh
dimensi berada pada rentang nilai 60%Skor Nyata Rata-
rata100%. Ini berarti para pelanggan merasa puas dengan
kualitas pelayanan yang disediakan Hotel. Skor Nyata Rata-
rata secara menyeluruh untuk kelima dimensi kualitas jasa
adalah 93,28% yang berarti Skor Nyata Rata-rata secara
menyeluruh berada pada interval 60%Skor Nyata Rata-
rata100%. Hasil perhitungan tersebut memperlihatkan bahwa
para pelanggan puas dengan kualitas pelayanan yang
disediakan oleh Hotel dan kinerja dari perspektif pelanggan
adalah baik.
Penilaian Kinerja Perspektif Proses Bisnis Internal
Teknik analisis yang digunakan dalam menilai kinerja dari
perspektif proses bisnis internal adalah dengan menggunakan
Service Cycle Efficiency (SCE) dan hanya dibatasi pada
pengukuran efektivitas waktu proses, dalam hal ini waktu
dalam penyelesaian proses check in dan check out. SCE adalah
perbandingan antara waktu yang berkaitan dengan value
added activity dalam transaksi check in atau check out dengan
waktu total untuk memproses transaksi check in atau check out
(waktu yang berkaitan dengan value added activity dan non
value added activity).
Waktu bernilai tambah adalah waktu standar pemrosesan
check in maupun check out. Throungput time terdiri dari
pengisian formulir registrasi, pemrosesan voucher, pemberian
passport, dan input data untuk proses check in sedangkan
untuk proses check out terdiri dari pengecekan tagihan ke
masing-masing outlet, mengecek tagihan (bill), menerima
pembayaran.
Data tamu yang memesan kamar melalui travel agent
seharusnya telah diproses oleh pihak Hotel. Pengisian formulir
registrasi seharusnya tidak diperlukan karena data-data yang
diperlukan telah tersedia pada voucher dari tamu yang
bersangkutan. Waktu rata-rata penyelesaian proses check in
yaitu 3-5 Juni 2011 sehingga dapat dihitung:
SCE = 0,61
19
Sehingga dapat disimpulkan bahwa SCE untuk proses check in
belum mencapai 1 dan hanya sebesar 0,61. Ini berarti ada 39%
aktivitas yang tidak bernilai tambah (non value added activity).
Hotel sudah menerapkan system online untuk memproses
tagihan tamu.
Jika sistem ini difungsikan sebagaimana mestin ya, maka
pengecekan tagihan ke masing-masing outlet tidak perlu lagi
dan dalam hal ini berarti aktivitas tersebut bisa digolongkan
menjadi aktivitas yang tidak bernilai tambah (non value added
activity). Waktu rata-rata penyelesaian check out yaitu 3-5 Juni
2011 sehingga dapat dihitung:
SCE = 0,64
Sehingga dapat dilihat bahwa SCE untuk proses check out
belum mencapai 1 dan hanya sebesar 0,64. Ini berarti ada 36%
aktivitas yang tidak bernilai tambah (non value added activity).
Hasil perhitungan SCE dalam hal ini waktu rata-rata check in
dan check out di Hotel, menunjukkan kinerja Hotel masih
perlu ditingkatkan karena SCE untuk proses check in maupun
check out masih kurang dari 1. Ini berarti masih ada non value
added activity. Jadi kinerja Hotel dilihat dari perspektif proses
bisnis internal masih perlu ditingkatkan.
Penilaian kinerja Perspektif Pembelajaran dan
Pertumbuhan
Teknik analisis yang digunakan untuk menilai kinerja
perspektif pembelajaran dan pertumbuhan adalah dengan
menggunakan Indeks Kepuasan Karyawan (IKK) berdasarkan
lima unsur yang menentukan kepuasan kerja yaitu unsur
kerjaa secara mental, ganjaran, kondisi kerja, rekan kerja, dan
kesesuaian kepribadian dengan pekerjaan.
Tingkat atau derajat kepentingan factor atau unsur penentu
kepuasan karyawan.
20
Berdasarkan Tabel diatas dapat diketahui bahwa faktor atau
penentuan kepuasan kerja yang mendapat bobot yang paling
tinggi adalah ganjaran yaitu dengan bobot 20,40%. Ini berarti
ganjaran merupakan faktor atau unsur yang terpenting dalam
membentuk kepuasan kerja, sedangkan faktor atau unsur
kondisi kerja mendapatkan bobot yang paling rendah yaitu
sebesar 19,78%. Hal ini berarti faktor atau unsur kondisi kerja
kurang menentukan dalam membentuk kepuasan kerja
dibandingkan dengan keempat faktor lainnya.
Perhitungan Indeks Kepuasan Karyawan Berdasarkan
Penilaian Respoden
Perhitungan Indeks Kepuasan Karyawan Tertinggi yang
Mungkin Dicapai
21
Perhitungan Indeks Kepuasan Karyawan Terendah yang
M
u
n
g
k
i
n
D
i
c
a
p
a
i
METODE ANALISA PIECES
Untuk mengidentifikasi masalah, maka harus dilakukan analisis terhadap kinerja,
informasi, ekonomi, pengendalian, efisiensi, dan pelayanan. Panduan ini dikenal
dengan analisis PIECES (Performance, Information, Economic, Control, Efficiency,
Service). Analisis dilakukan pada sistem informasi lama yang berupa hard copy
seperti brosur apabila band tersebut akan mengadakan pentas. Dari analisis ini
biasanya didapatkan beberapa masalah dan akhirnya dapat ditemukan masalah
utamanya.
1. Analisis Kinerja Sistem ( Performance )
Kinerja adalah suatu kemampuan sistem dalam menyelesaikan tugas dengan
cepat sehingga sasaran dapat segera tercapai. Kinerja diukur dengan jumlah
produksi (throughput) dan waktu yang digunakan untuk menyesuaikan
perpindahan pekerjaan (response time).
2. Analisis Informasi ( Information )
Informasi merupakan hal penting karena dengan informasi tersebut pihak
manajemen (marketing) dan user dapat melakukan langkah selanjutnya.
22
Apabila kemampuan sistem informasi baik, maka user akan mendapatkan
informasi yang akurat, tepat waktu dan relevan sesuai dengan yang diharapkan.
3. Analisis Ekonomi ( Economy )
Pemanfaatan biaya yang digunakan dari pemanfaatan informasi. Peningkatan
terhadap kebutuhan ekonomis mempengaruhi pengendalian biaya dan
peningkatan manfaat. Saat ini banyak perusahaan dan manajemen mulai
menerapkan paperless system (meminimalkan penggunaan kertas) dalam
rangka penghematan. Oleh karena itu dilihat dari penggunaan bahan kertas
yang berlebihan dan biaya iklan di media cetak untuk media publikasi, sistem
ini dinilai kurang ekonomis.
4. Analisis Pengendalian ( Control )
Analisis ini digunakan untuk membandingkan sistem yang dianalisa
berdasarkan pada segi ketepatan waktu, kemudahan akses, dan ketelitian data
yang diproses.
5. Analisis Efisiensi ( Efficiency )
Efisiensi berhubungan dengan bagaimana sumber tersebut dapat digunakan
secara optimal. Operasi pada suatu perusahaan dikatakan efisien atau tidak
biasanya didasarkan pada tugas dan tanggung jawab dalam melaksanakan
kegiatan.
6. Analisis Pelayanan ( Service )
Peningkatan pelayanan memperlihatkan kategori yang beragam. Proyek yang
dipilih merupakan peningkatan pelayanan yang lebih baik bagi manajemen
(marketing), user dan bagian lain yang merupakan simbol kualitas dari suatu
sistem informasi.
STUDI KASUS DENGAN METODE ANALISA PIECES
1. Kartu Rencana Studi di STMIK Duta Bangsa Surakarta
Kartu Rencana Studi di STMIK Duta Bangsa Surakarta yang sampai detik ini
masih menggunakan sistem manual. Ironisnya, dikampus lain yang sebenarnya
bukan kampus berbasis IT kini telah menggunakan sistem KRS on line, sistem
yang lebih canggih. Selanjutnya kami akan menganalisis kedua sistem tersebut,
23
sistem KRS manual (dalam pengisian dan penanda tanganan) sebagai sistem
lama dan sistem KRS on line dan finger print sebagai sistem baru.
PERFORMANCE (ANALISIS KINERJA)
o Sistem baru
Pada sistemon line, mahasiswa dapat dengan mudah
mengakses situs yang disediakan pihak kampus,
kemudian mengisi KRS dengan menentukan apa saja
mata kuliah dan jumlah SKS yang diambil.
Dengan menggunakan teknologi finger print mahasiswa
dan dosen tidak perlu tanda tangan pada setiap
pertemuan. Cukup dengan mengarahkan jari tangan
pada alat finger print untuk membuktikan kehadiran.
o Sistem lama
Pengisian KRS dengan sistem manual kurang
merepresentasikan jati diri STMIK Duta Bangsa sebagai
kampus IT. Selain itu, mahasiswa harus datang ke
kampus untuk mengisi KRS. Jika ada mahasiswa yang
tidak hadir saat hari pengisian KRS, mahasiswa tersebut
harus datang ke kampus dihari yang lain dan menemui
Pembimbing Akademik.
Penandatanganan KRS oleh dosen dapat dimungkinkan
terjadi kecurangan oleh mahasiswa yang bolos tetapi
titip KRS kepada teman.
INFIRMATION (ANALISIS INFORMASI)
o Sistem baru
Dengan sistem baru mahasiswa dapat dengan cepat dan
mudah mengakses informasi. Dapat dilakukan dengan
memanfaatkan hotspot area, warnet, modem dan lain
senagainya.
24
o Sistem lama
Terkadang informasi tentang hari pengisian KRS
simpang siur. Sehingga ketika ada beberapa mahasiswa
yang tidak hadir harus menghubungi PA untuk mengisi
KRS.
ECONOMY (ANALISIS EKONOMI)
o Sistem baru
Sistem ini lebih hemat bagi mahasiswa karena tidak
perlu menyiapkan ongkos untuk pergi ke kampus,
terutama bagi mahasiswa yang domisilinya jauh dari
kampus.
Dengan sistemfinger print, mungkin lebih mahal
dibanding dengan menggunakan sistem manual,
namun kemungkinan ini harus diperhitungkan dengan
metode tertentu.
o Sistem lama
Mahasiswa harus hadir dikampus saat pada hari
pengisian KRS yang sudah ditetapkan. Itu berarti
mahasiswa harus menyiapkan biaya ongkos untuk pergi
ke kampus. Ongkos tersebut lebih besar dibandingkan
dengan biaya untuk on line beberapa menit di warnet.
CONTROL (ANALISIS KEAMANAN/SECURITY)
o Sistem baru
Dengan sistem KRS on line keamanan mudah dikontrol
sehingga dapat membantu dalam pengambilan
keputusan. Namun, memungkinkan terjadinya tindak
kejahatan cyberccrime.
Finger print memudahkan dalam kontrol karena
kemungkinan kecurangan sangat kecil. Mahasiswa atau
25
dosen yang tidak hadir tidak dapat memanipulasi
kehadiran.
o Sistem Lama
Kontrol kemanan pada sistem lama kurang dapat
dikontrol dengan baik. Karena dengan pengisian secara
manual memungkinkan terjadinya human error. Bisa
terjadi karena mahasiswa kurang lengkap dalam
pengisian KRS. Atau kesalahan administrator yang
keliru saat memasukkan data.
Kontrol dalam penandatanganan KRS sulit dilakukan
jika dosen tidak teliti. Karena bisa saja mahasiswa yang
tidak hadir menitipkan KRS pada temannya.
EFFICIENCY (ANALISIS EFISIENSI)
o Sistem Baru
Dengan menggunakan sistem KRS on line maka akan
memudahkan bagi mahasiswa dalam pengisian KRS,
yaitu tidak terbatasnya jarak dan waktu, lebih efektif,
efisien serta hemat.
o Sistem Lama
Apabila menggunakan sistem KRS manual maka lebih
banyak waktu dan biaya yang di habiskan. Serta
terbatasnya jarak untuk menempuh perjalanan ke
kampus. Sehingga tidak efisien dan efektif dalam sistem
KRS manual tersebut.
SERVICE
o Sistem Baru
Pelayanan dalam KRS on line ini lebih cepat, serta dapat
menerapkan costumer relationship management.
o Sistem Lama
26
Sistem menghasilkan informasi produk yang kurang
akurat dan tidak konsisten, serta dalam sistem KRS
manual tidak dapatnya di terapkan costumer relationship
management.
2. Perpustakaan SMK Harapan Meliau
Dalam menganalisis sebuah sistem, biasanya akan dilakukan terhadap beberapa
aspek anatar lain adalah kinerja, informasi, ekonomi, keamanan aplikasi,
efisiensi dan pelayana pelanggan. Analisis ini disebut dengan PIECES Analysis
(performance, information, economy, control, eficiency and service). Analisis
PIECES ini sangat penting untuk dilakukan sebelum mengembangkan sebuah
sitem informasi karena dalam analisis ini biasanya akan ditemukan beberapa
masalah utama maupun masalah yang bersifat gejala dari masalah utama.
PERFORMANCE (ANALISIS KINERJA)
o Sistem Baru
Analisis kinerja ditujukankan untuk mengetahui tingkat
kinerja dari sebuah sistem apakah kinerja dari sistem
tersebut telah berjalan sesuai dengan yang diharapkan
atau sudah mencapai sasaran yang diinginkan. Kinerja
dari sebuah sistem diukur berdasarkan jumlah produksi
dan tanggap waktu. Jumlah produksi merupakan
jumlah perkerjaan yang bisa diselsekan dalam jangka
waktu tertentu. Sedangkan tanggap waktu adalah
keterlambatan rata-rata anatara suatau teransaksi
dengan tanggapan yang diberikan kepada teransaksi
berikutnya.
Dalam kasus ini, kinerja dari sistem perpustakaan SMK
HARAPAN dirasakan kurang efektif dan efisien jika
dilihat dari hasil Throughput(hasil dari beberapa waktu
) dan Respon time yang diberikan oleh sistem pengolah
27
data perpustakaan tersebut. Misalkan saja dalam
pencarian data buku dan pembuatan laporan, kedua
pekerjaan ini membutuhkan waktu yang cukup lama
dalam penyelesaiannya. Hal ini terjadi dikarenakan
proses yang dilakukan masih bersifat manual sehingga
proses penyelesaian kedua pekerjaan tersebut
membutuhkan waktu yang lama.
o Sistem Lama
Jumlah beban kerja lebih besar dalam
mengerjakan 4 laporan yaitu laporan koleksi
buku, anggota, sirkulasi peminjaman, sirkulasi
pengembalian dalam 1 minggu
Pencarian dan pembuatan laporan data
perpustakaan memerlukan waktu yang lama
karna pembuatanya masih bersifat manual
INFIRMATION (ANALISIS INFORMASI)
o Sistem Baru
Sebuah sistem informasi yang baik akan menghasilkan
informasi akurat, relevan dan tepat waktu. Akurat
berarti informasi yang dihasilkan terbebasa dari
kesalahan dan tidak menyesatkan, sedangkan relevan
berarti informasi tersebut memiliki nilai bagi
penggunanya, dan tepat waktu berarti informasi harus
ada ketika dibutuhkan. Ketiga kriteria tersebut
merupakan syarat dari sebuah informasi yang baik bagi
sebuah perusahaan atau organisasi yang akan dijadikan
sebagai dasar dari pengambilan keputusan.
Pada sistem informasi perpustakaan yang ada di SMK
HARAPAN hasil pengolahan informasinya masih
memiliki beberapa kelemahan. Seperti kelambatan
28
dalam pembuatan laporan-laporan yang dibutuhkan
bagi pihak perpustakaan sendiri maupun pihak-pihak
yang terkait.
o Sistem Lama
Tepat waktu. Pembuatan laporan yang
seharusnya selesai dalam 1 hari, menjadi 2
sampai 3 hari
Akurat. Tingkat kesalahan masih cukup besar
karena proses masih dilakukan secara manual.
ECONOMY (ANALISIS EKONOMI)
o Sistem Baru
Motif ekonomi mungkin merupakan salah satu
pertimbangan dari alasan mengapa diperlukannya
pengembangan sebuah sistem. Harapan sebuah
perusahaan atau organisasi terhadap sistem yang baru
adalah dukungan terhadap proses manajerial
perusahaan yang lebih efisien. Sehingga adanya
pemborosan waktu dan alat-alat yang dapat
mengakibatkan pembengkakan biaya pada sistem
sebelumnya (sistem lama) dapat di kurangi semaksimal
mungkin, Khususnya seperti biaya pengadaan kertas
dan tinta.
o Sistem Lama
Biaya yang digunakan untuk pengadaan alat
tulis, tinta, buku dan kertas lebih besar.
Pengolahan secara manaual dengan waktu yang
lama dapat menigkatkan biaya operasional.
29
CONTROL (ANALISIS KEAMANAN/SECURITY)
o Sistem Baru
Aktivitas sebuah perusahaan atau organisasi perlu
mendapat perhatian dan control yang terus menerus
agar tidak terjadi penurunan kinerja dibawah standar
yang sudah ditetapkan. Hal ini untuk mengurangi dan
mencegah atau mendeteksi kesalahan sistem, menjaga
keamanan data dan kecurangan yang akan terjadi.
Pengendalian dalam sebuah sistem sangat diperlukan
untuk mengurangi dan mencegah hal-hal yang dapat
merugikan perusahaan atau organisasi itu sendiri.
Dengan adanya control maka tugas atau kinerja yang
mengalamai kendala dapat diperbaiki.
o SistemLama
Pengendalian data pada sistem sirkulasi perpustakaan
kurang maksimal karena masih terdapat kesalahan
pencatatan baik secara disengaja ataupun tidak.
EFFICIENCY (ANALISIS EFISIENSI)
o Sistem Baru
Efisiensi pada sebuah sistem informasi menyangkut hal
bagaimana menghasilkan output atau informasi sebaik
mungkin dengan input yang diberikan, sehingga
informasi yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan
bagi pihak-pihak yang memerlukanya. Selain itu
efisiensi juga berkaitan dengan bagaimana sebuah
sistem tidak melakukan pemerosesan secara berlebih,
dan usaha yang dikeluarkan untuk melakukan tugas-
tugas tidak berlebihan juga.
30
o Sistem Lama
Beban kerja yang ditimbulkan lebih banyak, seperti
proses pendataan buku, proses peminjaman,
pengembalian dan pembuatan laporan-laporan.
SERVICE
o Sistem Baru
Untuk menilai kualitas dari sebuah sistem adalah salah
satunya bisa kita lihat dari segi pelayanannya. Pada
sistem informasi perpustakaan peningkatan pelayanan
terhadap anggota merupakan bagian dari tujuan utama
diadakannya pengembangan sistem dari sistem lama ke
sistem yang baru. Pada sistem informasi perpustaakan
yang sebelumnya digunakan, pelayanan dari segi waktu
terhadap anggota terlihat masih kurang cepat dan
akurat sehingga menjadi salah satu alasan
diandakannya pengembangan sistem.
o Sistem Lama
Dari segi pelayanan terhadap anggota baik yang
menyangkut peminjaman, pengembalian, serta
pembuatan laporan masih membutuhkan waktu
yang lama dan kurang maksimal
31
METODE ANALISA TECHNOLOGY
ACCEPTANCE MODEL (TAM)
Technology Acceptance Model (TAM) merupakan salah satu model yang dibangun untuk
menganalisis dan memahami faktorfaktor yang mempengaruhi diterimanya
penggunaan teknologi komputer yang diperkenalkan pertama kali oleh Fred Davis
pada tahun 1986. TAM merupakan hasil pengembangan dari Theory of Reasoned Action
(TRA), yang lebih dahulu dikembangkan oleh Fishbein dan Ajzen pada 1980.
TAM bertujuan untuk menjelaskan dan memperkirakan penerimaan (acceptance)
pengguna terhadap suatu sistem informasi. TAM menyediakan suatu basis teoritis
untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan terhadap suatu
tekhnologi dalam suatu organisasi. TAM menjelaskan hubungan sebab akibat antara
keyakinan (akan manfaat suatu sistem informasi dan kemudahan penggunaannya) dan
perilaku, tujuan/keperluan, dan penggunaan aktual dari pengguna/user suatu sistem
informasi.
Model TAM sebenarnya diadopsi dari model TRA (Theory of Reasoned Action) yaitu
teori tindakan yang beralasan dengan satu premis bahwa reaksi dan persepsi
seseorang terhadap sesuatu hal, akan menentukan sikap dan perilaku orang tersebut.
Reaksi dan persepsi pengguna Teknologi Informasi (TI) akan mempengaruhi sikapnya
dalam penerimaan terhadap teknologi tersebut. Salah satu faktor yang dapat
mempengaruhinya adalah persepsi pengguna terhadap kemanfaatan dan kemudahan
penggunaan TI sebagai suatu tindakan yang beralasan dalam konteks pengguna
teknologi, sehingga alasan seseorang dalam melihat manfaat dan kemudahan
penggunaan TI menjadikan tindakan/perilaku orang tersebut sebagai tolok ukur
dalam penerimaan sebuah teknologi.
32
STUDI KASUS DENGAN METODE ANALISA TECHNOLOGY ACCEPTANCE
MODEL (TAM)
1. Online Shopping
Pengertian Online Shopping sendiri adalah proses pembelian barang/jasa oleh
konsumen ke penjual real-time, tanpa pelayan dan melalui Internet. Toko
virtual ini mengubah paradigma proses membeli produk/jasa dibatasi oleh
tembok, pengecer atau mall. Proses tanpa batasan ini dinamakan belanja online
Business-to-Consumer (B2C). Ketika pebisnis membeli dari pebisnis yang lain
dinamakan belanja online Business-to-Business (B2B). Keduanya adalah bentuk e-
commerce (electronic commerce).
Toko online tersedia selama 24 jam sehari, memiliki lebih banyak konsumen
yang mengakses lewat internet kapan dan di mana pun, lebih banyak
menghemat BBM dan waktu. Toko online menjelaskan produk yang dijual
dengan baik, melalui teks, foto dan file multimedia. Mereka juga menyediakan
informasi produk, prosedur keselamatan, saran, dan cara penggunaannya,
fasilitas untuk berkomentar, me-ranking itemnya, akses meninjau situs lain,
fasilitas real-time menjawab pertanyaan pelanggan, sehingga mempercepat
mendapat kata sepakat pembelian dari berbagai vendor pemilik toko online.
2. Implementasi Metode Analisa TAM dalam Online Shopping
Penerapan teori TAM pada Online shopping mengacu pada penggunaan internet
dalam bisnis mengalami perkembangan, dari pertukaran informasi secara
elektronik ke aplikasi strategi bisnis, seperti: pemasaran, penjualan, dan
pelayanan pelanggan. Contohnya sepuluh perusahaan rangking tertinggi di
Amerika Serikat yang telah menerapkan internet untuk strategi bisnis. Internet
mendukung komunikasi dan kerja sama global antara pegawai, konsumen,
penjual, dan rekan bisnis yang lain. Internet memungkinkan orang dari
organisasi atau lokasi yang berbeda bekerja sama sebagai satu tim virtual untuk
mengembangkan, memproduksi, memasarkan, dan memelihara produk atau
pelayanan. Dengan internet memungkinkan aplikasi E-commerce atau Online shop
dapat digunakan pada jaringan global, dan biasanya dilengkapi dengan aplikasi
33
pemrosesan pesanan secara On-line, Electronic Data Interchange (EDI) untuk
mengirim dokumen bisnis, dan keamanan sistem pembayaran Electronic Funds
Transfer (EFT).
Penerimaan teknologi dalam penerapannya pada bisnis online shopping
memberikan gambaran bahwa bisnis online harus lah memiliki unsur
kepercayaan. Penerimaan Konsumen belanja online dapat bervariasi saat
berbelanja untuk produk yang berbeda Zhou. et al., (2004). Sebagai contoh,
konsumen dirasakan risiko yang berbeda dengan produk yang berbeda
Bhatnagar dan Ghose (2004b); Bhatnagar dkk. (2000); Pires dkk. (2004)
Konsumen online menjadi semakin beragam. Hal ini ditunjukkan dalam
penelitian yang menyatakan bahwa faktor pengaruh berbagai konsumen belanja
online. Dengan demikian, persyaratan untuk konten informasi dan format
presentasi yang diberikan oleh pengecer online dapat berbeda. Lingkungan
belanja online mencakup konten informasi dan presentasi, transaksi, bantuan
online dan layanan konsumen. Lingkungan belanja online berpotensi dapat
meningkatkan pengalaman online dan meningkatkan loyalitas konsumen.
Misalnya, menyenangkan dan menarik belanja visual-lingkungan online yang
juga menyediakan komunitas online dan interaktif dapat meningkatkan
eksplorasi dan belanja impulsif pembeli, dan lingkungan berbelanja yang
mudah dan dikontrol secara online mungkin cocok berorientasi dengan tujuan
pembeli. Oleh karena itu, strategi pemasaran online yang optimal adalah untuk
mempersonalisasikan lingkungan belanja untuk memenuhi kebutuhan dan
preferensi konsumen yang berbeda (misalnya, berorientasi tujuan atau
pengalaman, dan pemula atau berpengalaman).

Вам также может понравиться