Вы находитесь на странице: 1из 11

Etika Perawat Muslim Dalam Sakaratul Maut Klien

Peran perawat sangat komprehensif dalam menangani klien karena peran perawat
adalah memenuhi kebutuhan biologis, sosiologis, psikologis, dan spiritual klien. Namun
peran spiritual ini sering kali diabaikan oleh perawat. Padahal aspek spiritual ini sangat
penting terutama untuk pasien terminal yang didiagnose harapan sembuhnya sangat tipis dan
mendekati sakaratul maut. Menurut Dadang Hawari (1977,53) orang yang mengalami
penyakit terminal dan menjelang sakaratul maut lebih banyak mengalami penyakit
kejiwaan, krisis spiritual, dan krisis kerohanian sehingga pembinaan kerohanian saat klien
menjelang ajal perlu mendapatkan perhatian khusus.
Pasien terminal biasanya dihinggapi rasa depresi yang berat, perasaan marah akibat
ketidakberdayaan dan keputusasaan. Dalam fase akhir kehidupannya ini, pasien tersebut
selalu berada di samping perawat. Oleh karena itu, pemenuhan kebutuhan spiritual dapat
meningkatkan semangat hidup klien yang didiagnosa harapan sembuhnya tipis dan dapat
mempersiapkan diri pasien untuk menghadapi alam yang kekal.
Menurut konsep Islam, fase akhir tersebut sangat menentukan baik atau tidaknya kematian
seseorang dalam menuju kehidupan alam kekal dan perawat sendiri kelak akan diminta
pertanggungjawaban oleh ALLAH SWT karena upaya pemenuhan kebutuhan pasien di
rumah sakit mutlak diperlukan.
Perawat hendaknya meyakini bahwa sesuai dengan ajaran islam dalam menjalani fase akhir
dari kehidupan manusia di dunia terdapat fase sakaratul maut. Fase sakaratul maut seringkali
di sebutkan oleh Rasulullah sebagai fase yang sangat berat dan menyakitkan sehingga kita
diajarkan doa untuk diringankan dalam fase sakaratul maut.
Gambaran tentang beratnya sakaratul maut dijelaskan dalam Al Qur,an dan hadis.

Kalau sekiranya kamu dapat melihat malaikat mencabut nyawa orang-orang kafir seraya
memukul muka dan belakang mereka serta berkata rasakan olehmu siksa neraka yang
membakar (niscaya kamu akan merasa sangat nyeri) (QS Al Anfal: 50).

Alangkah dasyatnya sekiranyakamu melihat diwaktu orang-orang zalim (berada) dalam
tekanan-tekanan sakaratul maut, sedangkan para malaikat memukul dengan tangannya
(sambil berkata) keluakanlah nyawamu!) Pada hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang
sangat menghinakan karena kamu selalu mengatakan terhadap ALLAH perkataan yang tidak
benar dankarena kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya (QS. Al Anam
:93)

Cara malaikat Izrail mencabut nyawa tergantung dari amal perbuatan orang yang
bersangkutan bila orang yang akan meninggal dunia itu durhaka kepada ALLAH maka
malaikat Izrail mencanut nyawanya dengan kasar. Sebaliknya bila terhadap orang sholeh
cara mencabutnya dengan lemah lembut dan dengan hati-hati. Namun demikian peristiwa
terpisahnya nyawa dengan raga tetap amat menyakitkan. Sakitnya sakaratul maut itu, kira-
kira tiga ratus kali sakitnya di pukul pedang. ( HR. Ibnu Abu Dunya)
Melihat batapa sakitnya sakaratul maut maka perawat harus melakukan upaya upaya sebagai
berikut :
1. Membimbing pasien agar berbaik sangka kepada Allah SWT. Pada sakaratul maut perawat
harus membimbing agar berbaik sangka kepada Allah sebagaimana Hadist yang diriwayatkan
oleh Imam Muslem. Jangan sampai seorang dari kamu mati kecuali dalam keadaan berbaik
sangka kepada Allah, selanjutnya Allah berfirman dalam hadist qudsi, Aku ada pada sangka-
sangka hambaku, oleh karena itu bersangkalah kepadaKu dengan sangkaaan yang baik
. Selanjutnya Ibnu Abas berkata, Apabila kamu melihat seseorang menghadapi maut,
hiburlah dia supaya bersangka baik pada Tuhannya dan akan berjumpa dengan Tuhannya itu.
Selanjutnya Ibnu Masud berkata : Demi Allah yang tak ada Tuhan selain Dia, seseorang
yang berbaik sangka kepada Allah maka Allah berikan sesuai dengan persangkaannya itu.
Hal ini menunjukkan bahwa kebaikan apapun jua berada ditangannya.
2. Mentalkinkan dengan Kalimat Laailahaillallah. Perawat muslim dalam mentalkinkan
kalimah laaillallah dapat dilakukan pada pasien terminal menjelang ajalnya terutama saat
pasien akan melepaskan nafasnya yang terakhir.
Wotf, Weitzel, Fruerst memberikan gambaran ciri-ciri pokok klien terminal yang akan
melepaskan nafasnya yang terakhir, yaitu penginderaan dan gerakan menghilang secara
berangsur-angsur yang dimulai pada anggota gerak paling ujung khususnya pada ujung kaki.
Meskipun suhu tubuh pasien biasanya tinggi ia terasa dingin dan lembab mulai pada kaki
tangan dan ujung hidung, kulit nampak kebiru-biruan kelabu atau pucat. Nadi mulai tak
teratur, lemah dan pucat. Terdengar suara ngorok disertai gejala nafas cyene stokes. Dengan
menurunnya tekanan darah, peredaran darah perifer menjadi terhenti dan rasa nyeri bila ada
biasanya menjadi hilang. Kesadaran dan tingkat kekuatan ingatan bervariasi tiap individu.
Otot rahang menjadi mengendur, wajah pasien yang tadinya kelihatan cemas nampak lebih
pasrah menerima.
Dalam keadaan yang seperti itu peran perawat disamping memenuhi kebutuhan fisiknya juga
harus memenuhi kebutuhan spiritual pasien muslim agar diupayakan meninggal dalam
keadaan Husnul Khatimah. Perawat membimbing pasien dengan mentalkinkan (membimbing
dengan melafalkan secara berulang-ulang), sebagaimana Rasulullah mengajarkan dalam
Hadist Riwayat Muslim,
Talkinkanlah olehmu orang yang mati diantara kami dengan kalimat Laailahaillallah karena
sesungguhnya seseoranng yang mengakhiri ucapannya dengan itu ketika matinya maka itulah
bekalnya sesungguhnya seseorang yang mengakhiri ucapannya dengan itu ketika matinya
maka itulah bekalnya menuju surga . Selanjutnya Umar Bin Ktahab berkata Hindarilah orang
yang mati diantara kami dan dzikirkanlah mereka dengan ucapan Laailahaillahllah, maka
sesungguhnya mereka (orang yang meninggal) melihat apa yang tidak bisa, kamu lihat .
3. berbicara yang Baik dan Doa untuk jenazah ketika menutupkan matanya. Di samping
berusaha memberikan sentuhan (Touching) perawat muslim perlu berkomunikasi terapeutik,
antara lain diriwayatkan oleh Imam Muslim Rasulullah SAW bersabda: Bila kamu datang
mengunjungi orang sakit atau orang mati, hendaklah kami berbicara yang baik karena
sesungguhnya malaikat mengaminkan terhadap apa yang kamu ucapkan. Selanjutnya
diriwayatkan oleh Ibnu Majah Rasulullah bersabda apabila kamu menghadiri orang yang
meninggal dunia di antara kamu, maka tutuplah matanya karena sesungguhnya mata itu
mengikuti ruh yang keluar dan berkatalah dengan kata-kata yang baik karena malaikat
mengaminkan terhadap apa yang kamu ucapkan.
Berdasarkan hal diatas perawat harus berupaya memberikan suport mental agar pasien
merasa yakin bahwa Allah Pengasih dan selalu memberikan yang terbaik buat hambanya,
mendoakan dan menutupkan kedua matanya yang terbuka saat roh terlepas, dari jasadnya.
Panduan bagi pasien sakaratul maut
Bimbingan rohani pasien merupakan bagian integral dari bentuk pelayanan kesehatan dalam
upaya pemenuhan kebutuhan bio-Psyco-Socio-Spritual ( APA, 1992 ) yang komprehensif,
karena pada dasarnya setiap diri manusia terdapat kebutuhan dasar spiritual ( Basic
spiritual needs, Dadang Hawari, 1999 ).
Pentingnya bimbingan spiritual dalam kesehatan telah menjadi ketetapan WHO yang
menyatakan bahwa aspek agama ( spiritual ) merupakan salah satu unsur dari
pengertian kesehataan seutuhnya (WHO, 1984). Oleh karena itu dibutuhkan dokter,
terutama perawat untuk memenuhi kebutuhan spritual pasien.
Perawat memiliki peran untuk memenuhi kebutuhan biologis, sosiologis, psikologis, dan
spiritual klien. Akan tetapi, kebutuhan spiritual seringkali dianggap tidak penting oleh
perawat. Padahal aspek spiritual sangat penting terutama untuk pasien yang didiagnosa
harapan sembuhnya sangat tipis dan mendekati sakaratul maut dan seharusnya perawat bisa
menjadi seperti apa yang dikemukakan oleh Henderson, The unique function of the nurse
is to assist the individual, sick or well in the performance of those activities contributing to
health or its recovery (or to a peaceful death) that he would perform unaided if he had the
necessary strength will or knowledge,maksudnya perawat akan membimbing pasien saat
sakaratul maut hingga meninggal dengan damai.
Biasanya pasien yang sangat membutuhkan bimbingan oleh perawat adalah pasien terminal
karena pasien terminal, pasien yang didiagnosis dengan penyakit berat dan tidak dapat
disembuhkan lagi dimana berakhir dengan kematian, seperti yang dikatakan Dadang Hawari
(1977,53) orang yang mengalami penyakit terminal dan menjelang sakaratul maut lebih
banyak mengalami penyakit kejiwaan, krisis spiritual,dan krisis kerohanian sehingga
pembinaan kerohanian saat klien menjelang ajal perlu mendapatkan perhatian khusus.
Sehingga, pasien terminal biasanya bereaksi menolak, depresi berat, perasaan marah akibat
ketidakberdayaan dan keputusasaan. Oleh sebab itu, peran perawat sangat dibutuhkan untuk
mendampingi pasien yang dapat meningkatkan semangat hidup klien meskipun harapannya
sangat tipis dan dapat mempersiapkan diri pasien untuk menghadapi kehidupan yang kekal.
Dalam konsep islam, fase sakaratul maut sangat menentukan baik atau tidaknya seseorang
terhadap kematiannya untuk menemui Allah dan bagi perawat pun akan dimintai
pertanggungjawabannya nanti untuk tugasnya dalam merawat pasien di rumah sakit. Dan fase
sakaratul maut adalah fase yang sangat berat dan menyakitkan seperti yang disebutkan
Rasulullah tetapi akan sangat berbeda bagi orang yang mengerjakan amal sholeh yang bisa
menghadapinya dengan tenang dan senang hati.
Ini adalah petikan Al-Quran tentang sakaratul maut,,

Datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya.(QS.50:19).

Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat kedustaan terhadap Allah atau
yang berkata: "Telah diwahyukan kepada saya", padahal tidak ada diwahyukan sesuatupun
kepadanya, dan orang yang berkata: "Saya akan menurunkan seperti apa yang diturunkan
Allah." Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim
berada dalam tekanan sakratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya,
(sambil berkata): "Keluarkanlah nyawamu" Di hari ini kamu dibalas dengan siksa yang
sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak
benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayatNya. (QS. 6:93)
Begitu sakitnya menghadapi sakaratul maut sehingga perawat harus membimbing pasien
dengan cara-cara,seperti ini:
1. Menalqin(menuntun) dengan syahadat
Sesuai sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam,
Talqinilah orang yang akan wafat di antara kalian dengan, Laa illaaha illallah.
Barangsiapa yang pada akhir ucapannya, ketika hendak wafat, Laa illaaha illallaah, maka
ia akan masuk surga suatu masa kelak, kendatipun akan mengalami sebelum itu musibah
yang akan menimpanya. Perawat muslim dalam mentalkinkan kalimah laaillallah dapat
dilakukan pada pasien muslim menjelang ajalnya terutama saat pasien akan melepaskan
nafasnya yang terakhir sehingga diupayakan pasien meninggal dalam keadaan husnul
khatimah.
Ciri-ciri pokok pasien yang akan melepaskan nafasnya yang terakhir, yaitu :
1. penginderaan dan gerakan menghilang secara berangsur-angsur yang dimulai pada anggota
gerak paling ujung khususnya pada ujung kaki, tangan, ujung hidung yang terasa dingin dan
lembab,
2. kulit nampak kebiru-biruan kelabu atau pucat.
3. Nadi mulai tak teratur, lemah dan pucat.
4. Terdengar suara mendengkur
disertai gejala nafas cyene stokes.
5. Menurunnya tekanan darah, peredaran darah perifer menjadi terhenti dan rasa nyeri bila
ada biasanya menjadi hilang. Kesadaran dan tingkat kekuatan ingatan bervariasi tiap
individu. Otot rahang menjadi mengendur, wajah pasien yang tadinya kelihatan cemas
nampak lebih pasrah menerima.
Meninggal dengan membaca syahadat
2. Hendaklah mendoakannya dan janganlah mengucapkan dihadapannya kecuali
kata-kata yang baik
Berdasarkan hadits yang diberitakan oleh Ummu Salamah bahwa Rasulullah Shallallahu
alaihi wa sallam telah bersabda.
Artinya : Apabila kalian mendatangi orang yang sedang sakit atau orang yang hampir
mati, maka hendaklah kalian mengucapkan perkataan yang baik-baik karena para malaikat
mengamini apa yang kalian ucapkan. Maka perawat harus berupaya memberikan suport
mental agar pasien merasa yakin bahwa Allah Maha Pengasih dan selalu memberikan yang
terbaik buat hambanya, mendoakan dan menutupkan kedua matanya yang terbuka saat roh
terlepas dari jasadnya.
3. Berbaik Sangka kepada Allah
Perawat membimbing pasien agar berbaik sangka kepada Allah SWT, seperti di dalam hadits
Bukhari Tidak akan mati masing-masing kecuali dalam keadaan berbaik sangka kepada
Allah SWT. Hal ini menunjukkan apa yang kita pikirkan seringkali seperti apa yang terjadi
pada kita karena Allah mengikuti perasangka umatNya
4. Membasahi kerongkongan orang yang sedang sakaratul maut
Disunnahkan bagi orang-orang yang hadir untuk membasahi kerongkongan orang yang
sedang sakaratul maut tersebut dengan air atau minuman. Kemudian disunnahkan juga
untuk membasahi bibirnya dengan kapas yg telah diberi air. Karena bisa saja
kerongkongannya kering karena rasa sakit yang menderanya, sehingga sulit untuk berbicara
dan berkata-kata. Dengan air dan kapas tersebut setidaknya dapat meredam rasa sakit yang
dialami orang yang mengalami sakaratul maut, sehingga hal itu dapat mempermudah
dirinya dalam mengucapkan dua kalimat syahadat. (Al-Mughni : 2/450 milik Ibnu Qudamah)
5. Menghadapkan orang yang sakaratul maut ke arah kiblat
Kemudian disunnahkan untuk menghadapkan orang yang tengah sakaratul maut kearah
kiblat. Sebenarnya ketentuan ini tidak mendapatkan penegasan dari hadits Rasulullah Saw.,
hanya saja dalam beberapa atsar yang shahih disebutkan bahwa para salafus shalih
melakukan hal tersebut. Para Ulama sendiri telah menyebutkan dua cara bagaimana
menghadap kiblat :
1. Berbaring terlentang diatas punggungnya, sedangkan kedua telapak kakinya dihadapkan
kearah kiblat. Setelah itu, kepala orang tersebut diangkat sedikit agar ia menghadap kearah
kiblat.
2. Mengarahkan bagian kanan tubuh orang yang tengah sakaratul maut menghadap ke kiblat.
Dan Imam Syaukai menganggap bentuk seperti ini sebagai tata cara yang paling benar.
Seandainya posisi ini menimbulkan sakit atau sesak, maka biarkanlah orang tersebut
berbaring kearah manapun yang membuatnya selesai.







Allah berfirman :
Dan orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka (adalah)
menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyeruruh (mengerjakan)
yang maruf, mencegah yang munkar, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat
dan mereka taat kepada Allah dan RasulNya." (Q.S. At-Taubah : 71)
Dan tolong menolonglah kamu dalam mengerjakan kebaikan dan taqwa, dan
jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran, dan bertawalah
kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah maha berat siksa-Nya." (Q.S. Al-Maa-idah :
2) .
Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika
kamu berbuat jahat maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri." ( Q.S. Al-Israa : 7)
dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik
kepadamu (Q.S. Al-Qashash : 77)
Maka disebabkan rahmat dari Allah lah kamu berlaku lemah lembut terhadap
mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka
menjauhkan diri dari sekelilingmu (Q.S. Ali Imran :159)
Barang siapa yang berkeinginan untuk diselamatkan oleh Allah dari bencana pada
hari kiamat, maka bantulah orang yang dalam kesulitan/hindarkan kesulitannya (HR.
Muslim).
Tiada beriman seorang dari kamu sehingga dia menyukai bagi saudaranya apa yang
dusukai untuk dirinya. (HR. Ahmad)
Ayat-ayat Quran dan hadist di atas mendasari dari pelaksanaan asuhan
keperawatan Islami yang diberikan oleh seorang perawat muslim, ditambah dengan
riwayat-riwayat wanita-wanita di zaman Rasulullah dalam melakukan perawatan,
maka itulah yang sebenarnya konsep Caring dalam keperawatan Islam, bukan
hanya asuhan kemanusiaan dengan lemah lembut berdasarkan standar dan etika
profesi, tetapi caring yang didasari keimanan pada Allah dengan menjankan
perintah-Nya melalui ayat-ayat Al quran dengan tujuan akhir mendapatkan ridho
Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
Asuhan Keperawatan Islami yang dikembangkan oleh kelompok kerja Keperawatan
Islam adalah pada tataran nilai-nilai yang Insyaa Allah akan dapat menjadi acuan
pelaksanaan/Implementasi asuhan keperawatan pada tatanan pelayanan
kesehatan. Asuhan keperawatan Islami dapat dilihat sebagai suatu sistem yang
terdiri dari masukan, proses dan keluaran yang seluruhnya dapat digali dari nilai-nilai
Islam yang bersumber pada Al-Quran dan Hadist.


Masukan (input)
Dalam asuhan keperawatan Islami, masukan adalah segala sumber-sumber yang
mendukung terjadinya proses asuhan keperawatan Islami.
1. Al-Quran dan Hadist, sebagai keyakinan manusia yang beriman.
2. Manusia, dalam paradigma keperawatan di jelaskan sebagai hamba dan
sebagai khalifah, sebagai pemimpin dan mengatur bumi, memakmurkan
bumi, menyebarkan keadilan dan kemaslahatan. Klien sebagai mahluk
yang berpotensi secara aktif. Manusia juga sebagai mahluk yang
mempunyai fitrah apakah sebagai perawat ataupun klien, sebagaimana Allah
berfirman : Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada Agama
(Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut
fitrah itu. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui.(Q.S. Ar Ruum : 30).
3. Lingkungan eksternal dan Internal serta lingkungan spiritual. Tatanan
pelayanan kesehatan juga termasuk lingkungan yang harus disiapkan untuk
pelaksanaan asuhan keperawatan Islami.
4. Profesi Keperawatan yang merupakan manifestasi dari ibadah dan media
dawah amar maruf nahi munkar.



Proses Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Islami
a. Ihsan dalam beribadah
Bagi perawat muslim, pemahaman dan pengamalan terhadap rukun iman dan Islam
belumlah cukup dikatagorikan dalam insan yang sempurna dalam pengamalan
agamanya, jika belum menerapkan rukun iman dan Islam tersebut didasari oleh
perbuatan yang ikhsan.
Jika rukun iman kita ibaratkan sebagai pondasi dan rukun Islam sebagai
bangunannya, maka ikhsanul amal merupakan atapnya. Dalam sebuah bangunan
yang utuh, atap berfungsi sebagai pelindung bangunan dari panas dan hujan yang
menjaga agar bangunan tersebut tetap lestari, takl retak, dan berlumut karena panas
dan hujan. Konsekuensi Ikhsan adalah bahwa perbuatan baik yang berkualitas akan
melahirkan dampak berupa keuntungan-keuntungan kepada siapa saja yang
melakukannya termasuk bagi perawat dalam melakukan asuhan keperawatan dan
bukan keuntungan yang bersifat segera tetapi ada landasan spiritual. Tuntunan
ikhsan dalam Al-Quran sebagai berikut :
Sesungguhnya mereka yang beriman dan beramal saleh, tentunya kami tidak akan
menyia-nyiakan pahala bagi orang-orang yang beramal (bekerja) dengan ikhsan."
[QS. Al Kahfi : 30]
Dan jika kamu semua menginginkan (keridhoan) Allah dan Rasul-Nya serta
kebahagiaan akhirat, maka sesungguhnya Allah menyediakan bagi siapa saja
diantara kamu yang berbuat ihsan pahala yang besar." [QS. Al Ahzab : 29]
Tidak ada balasan bagi ihsan kecuali ihsan juga." [QS. Ar Rohman : 60]
Ketika Jibril menyamar sebagai manusia :
Wahai Muhammad terangkanlah terangkanlah kepadaku tentang ikhsan! Jawab
Rasul : Mengabdilah kamu kepada Allah, seakan kamu melihat Dia, jika kamu tidak
melihat Dia, Sesungguhnya Dia melihat kamu." (HR. Imam Muslim)
Dampak perbuatan ikhsan dalam asuhan keperawatan akan melahirkan :
1. Niat yang Ikhlas, bahwa segala sesuatu diniatkan hanyalah kepada Allah
semata, sehingga dengan keikhlasan yang bersih hanya kepada Allah akan
memberikan barier (benteng) bagi pekerjaan kita agar tetap konsisten dalam
garis-garis yang ditetapkan agama dan profesi.
2. Pekerjaan yang rapih, senantiasa berorientasi kepada kualitas yang tinggi
karena merasakan segala sesuatu berada dalam pengawasan Allah SWT.
3. Penyelesaian hasil yang baik, artinya setelah berbuat maksimal atas segala
aktivitas, maka secara sunatullah melahirkan pekerjaan yang baik atau
memiliki kualitas yang tinggi. Sehingga ikhsan dalam melaksanakan asuhan
keperawatan adalah menentukan mutu pelayanan."
Dalam garis besarnya, ikhsan ditetapan dalam hubungan dengan :
1. Tuhan, sebagaimana dijelaskan pada ayat dan hadits diatas yang dapat
diartikan suatu pengakuan atau manifestasi tentang kesyukuran manusia atas
nikmat yang telah dilimpahkan Tuhan.
2. Sesama manusia, berbuat baik menurut islam mempunyai lingkup yang luas,
tidak terbatas pada satu lingkungan, keturunan, ikatan keluarga, agama,suku,
bangsa, sehingga ihsan itu sifatnya humanistis dan universal, ukurannya
hanya satu sebagai ummat manusia.
3. Terhadap Mahluk lain selain manusia, termasuk pada hewan dan lingkungan
harus disayangi oleh manusia.
b. Perlakuan / perilaku dalam asuhan keperawatan


Implementasi asuhan keperawatan selanjutnya adalah bagaimana penjabaran
konsep Caring yang mendasari keperawatan Islam Mummarid yang telah
diberikan contoh oleh Rasul dan sahabatnya adalah hubungan antar manusia ners-
klien yang didasari keimanan dan ihsan, seorang perawat muslim dalam
memberikan asuhan keperawatan Islami tentu harus berlandaskan
pada keilmuannya, Islam mementingkan professionalisme berpengetahuan dan
keterampilan seperti Allah jelaskan :


Amat besar kebencian disisi Allah, kamu memperkatakan sesuatu yang kamu tidak
melakukannya." [QS. Ash-Shaff : 3]
Maka bertanyalah kepada ahlinya bila kalian tidak mengetahuinya." [QS. An-Nahl :
43]
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang tidak kamu tidak mengetahui tentangnya.
Sesungguhnya : pendengaran, penglihatan, akal budi semuanya itu akan diminta
pertanggung jawabannya." [QS. Al Israa : 36]
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara kalian dan orang-
orang berilmu beberapa derajad. [QS. Al-Mujadillah : 11]
Apabila suatu urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah
kehancurannya." [HR Bukhari]
Disamping dalam pelaksanaan asuhan keperawatan Islam perawat harus bersikap
Professional, juga harus berakhlaqul karimah, sesuai tuntunan Rasulullah.
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik
bagimu. [QS. Al-Ahzab : 21]
Yang sebaik-baik manusia adalah yang paling baik ahlaknya." [HR Thabrani]
Bebarapa contoh ahlak yang harus dimiliki seorang perawat muslim : tulus Ikhlas,
ramah, dan bermuka manis, penyantun, tenang, hati-hati dan tidak tergopoh-gopoh,
sabar dan tidak lekas marah, bersih lahir batin, cermat dan teliti, memegang teguh
rahasia, memiliki disiplin dan etos kerja yang tinggi. Dengan modal hal diatas
seorang perawat dapat mencapai tujuan dari asuhan keperawatan yang
diberikannya.
Perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan tidak bisa bekerja sendiri tetapi
memerlukan orang lain, apakah itu satu tim ataupun tim lain hal ini didasarkan pada
konsep manusia dalam paradigma keperawatan islam ia adalah sebagai An-
Nas (mahluk sosial) dan juga kerjasama dan kemitraan adalah perintah Allah (QS.
Al-Maidah : 2), (QS Al Hujarat : 10).


c. Bimbingan/Tausiah
Manusia adalah mahluk mulia, dan dengan kemuliaannya harus berbuat yang mula
pula. Salah satu perbuatan mulia adalah mengikuti tujuan mengapa manusia
diciptakan, tidak lain adalah mengabdi dan menyembah kepada Allah [QS. Adz
Dzariat : 56], kemuliaan lain adalah menegakkan agama Allah, perintah Allah dalam
hal ini adalah seperti firmanNya:
Hendaklah ada segolongan diantara kamu yang menyuruh pada kebajikan dan
mencegah yang munkar. [QS. Ali Imran :104]
Katakanlah, ini jalanku, aku dan pengikutku dengan sadar mendakwahkan kamu
menuju Allah.. [QS. Yusuf :108]
Sampaikanlah apa-apa yang datang dariku meskipun hanya satu ayat." (Hadist)
Banyak lagi ayat-ayat Quran yang menyeru kita untuk berda'wah, dalam konteks
keperawatan Islam maka perawat selain melakukan pekerjaan professionalnya juga
sebagai Dai untuk dapat mengajak manusia (klien) dan lingkungannya menuju jalan
Allah sehingga nilai spiritual yang terintegrasi dalam asuhan keperawatan akan
dapat menyentuh fitrah manusia dan pada akhirnya mencapai tujuan hidup baik
perawat ataupun klien.


Keluaran (Output)
Output yang daiharapkan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan Islami adalah
kualitas asuhan, refleksi dari kualitas bagi semua (perawat dan Klien)
adalah kepuasan.
Seorang muslim akan merasa puas bila asuhan yang diterimanya dapat menyentuh
fitrah manusia. Fitrah manusia dalam Al quran :


Sebagai mahluk Mulia
Sesungguhnya kami telah menjadikan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya."
[QS. At Tiin : 4]
Dan sesungguhnya Kami telah memuliakan anak-anak adam, Kami angkat mereka
di daratan dan lautan. Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami
lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan mahluk yang
telah Kami ciptakan." [QS Al Israa : 70]
Asuhan keperawatan harus dapat menempatkan klien pada fitrah kemuliaannya,
tidak ada satu manusiapun yang mau diposisikan lebih rendah dari kemulian
manusia, oleh karena itu nilai humanisme yang diterima klien sangatlah berarti bagi
pencapaian kesehatan yang sempurna seperti dijelaskan sebelumnya.
Sebagai mahluk Pengabdi
Tidaklah Kujadikan jin dan manusia melainkan untuk mengabdi kepada-Ku." [QS.
Adz Dzariat : 56]
Sebagai hamba Allah maka manusia mempunyai hak untuk menyerahkan seluruh
hidup dan matinya hanya untuk Allah, keluaran ini menjadi fokus dari asuhan
keperawatan Islami sehingga klien dapat beribadah dengan baik untuk menjalankan
fungsinya sebagai hamba Allah.
Sebagai mahluk yang Hanif
Fitrah manusia selalu untuk hanif (selalu ingin dalam kebaikan, lurus) terkadang
tidak disadari oleh manusia bahwa hal tersebut adalah fitrahnya, sejahat-jahatnya
manusia pasti mempunyai hanif sehingga fitrah ini harus dapat disentuh dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan, syukur bila perawat dapat menyadarkan akan
pentingnya fitrah hanif dalam hidup ini. Ayat-ayat Allah tentang hanif dapat disimak
pada [QS. Ar Ruum : 30], [QS. An Aam :161], [QS. Al Baqarah :135], [QS. Ali Imran
: 65], [QS. An Nisaa : 125], [QS. Yunus : 105].
Sebagai mahluk yang merdeka
Allah menciptakan manusia ke muka bumi ini untuk menjadi khalifah yang
memimpin, mengatur dan menyebarkan keadilan bagi sekitarnya. Tidak hanya itu
Allah juga memberikan kebebasan kepada manusia untuk memilih jalan hidupnya,
dan menjadikan manusia itu bebas berbuat sesuai dengan keinginannya apakah itu
kebaikan atau kejahatan, hanya Allah telah menggariskan imbalan dari setiap
tindakan manusia dimuka bumi. Allah berfirman :
Dan katakanlah : Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barang siapa yang
ingin beriman hendaklah ia beriman, dan barang siapa yang ingin kafir biarlah ia
kafir. Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang-orang zalim di neraka. [QS.
Al Kahfi : 29]
Ayat tersebut Allah menjelaskan bahwa kebebasan memilih dan memutuskan
sesuatu tentang diri manusia adalah manusia itu sendiri sehingga fitrah manusia
disini adalah mempunyai kemerdekaan. Aspek penting dalam keperawatan Islam
untuk dapat menghargai potensi klien untuk mencapai kebaikan dari dirinya sendiri,
tetapi perawat juga dapat mengajak atau memberikan bimbingan kepada klien
apabila keputusannya itu adalah tidak sesuai dengan ajaran Islam maka
kemerdekaan menjadi orang yang beriman adalah menjadi sasaran asuhan
keperawatan Islami.
Mahluk dengan nilai Individual dan sekaligus mahluk dengan nilai-nilai komunal
Allah berfirman :
Hai Manusia, bertaqwalah kepada Kami yang telah menciptakan kamu dari diri yang
satu, dan dari padanya Allah menciptakan istrinya dan daripada keduanya
memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertaqwalah
kepada Allah yang dengan mempergunakan nama-Nya kamu saling meminta satu
sama lain, dan peliharalah hubungan silaturahim. Sesungguhnya Allah selalu
menjaga dan mengawasi kamu." [QS. An Nisaa : 1]
Dalam Ayat lain [QS. Al Baqarah : 213] dan ditegaskan lagi [QS. Yunus : 10]
menunjukkan bahwa fitrah dalam diri manusia kadang-kadang selalu individual
sehingga ada batas-batas yang tidak bisa diketahui orang lain, tidak membutuhkan
orang lain, tetapi dilain waktu manusia sebagai mahluk sosial pasti tergantung pada
orang lain dan lingkungan dan minta peltolongan. Asuhan keperawatan Islami harus
dapat menyentuh fitrah ini pada saat yang tepat klien dalam situasi ingin sendiri
(individual) dan saat membutuhkan orang lain dan lingkungan sesuai dengan
tuntunan Alquran.
Refleksi dari kepuasan akan fitrah manusia itu sebagai klien akan dalam ikhtiarnya
untuk mencapai kesehatan dan kesejahteraan yang hakiki adalah bila klien sembuh
maka akan timbul rasa Syukur (tasyakur), bila ada ketidak sempurnaan dalam
kondisinya klien akan merasa Ridho, dan apabila dalam upaya ikhtiarnya tidak
mendapatkan kemajuan bahkan lebih buruk maka ia tidak akan merasa kecewa dan
marah tetapi sabar dan Tawaqal kepada Allah berserah diri pada apapun keputusan
Allah dengan tetap dalam iman.
Pada akhirnya outcome dari asuhan keperawatan Islam adalah untuk mencapai
Ridho Allah Mardhotillah baik itu bagi klien maupun perawat sebagai sasaran akhir
dari hidup manusia dimuka bumi ini.


Wallahu a'lam...

Вам также может понравиться