Вы находитесь на странице: 1из 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam Proses penyampaian energy listrik dari pembangkit ke konsumen, tenaga listrik
harus melalui beberapa sistem terlebih dahulu. Sistem ini dibuat agar sistem operasi
tenaga listrik dapat sampai ke konsumen dengan kualitas listrik yang baik, aman, dan
tidak banyak tenaga listrik yang hilang. Setiap pembangkit pasti memiliki gardu induk
untuk menaikkan tegangan dari pembangkit ke sistem tranmisi. Tujuan dari penaikkan
tegangan ke sistem tranmisi atau sistem tegangan tinggi adalah untuk mengurangi tenaga
listrik yang hilang dan untuk penghematan biaya anggaran. Setelah masuk ke sistem
tranmisi tenaga listrik akan disalurkan ke sistem distriibusi sebelum di salurkan kembali
ke konsumen.

Sistem operasi tenaga listrik ini diperlukan banyak peralatan untuk menjaga penyampaian
tenaga listrik. Masing-masing peralatan memiliki fungsinya sendiri dalam sistem operasi
tenaga listrik. Sekarang ini sudah banyak peralatan yang bekerja secara otomatis,
sehingga alat tersebut bisa mendeteksi sendiri apabila ada gangguan. Bahkan ada juga
peralatan yang bisa merespon sendiri kondisi beban sehingga sistem dapat bekerja
menyesuaikan kondisi beban yang berubah-ubah setiap waktu. Dengan semakin majunya
ilmu pengetahuan dan perkembangan teknologi tentunya juga berdampak pada teknologi
yang digunakan dalam peralatan sistem pendistribusian tenaga listrik. Peralatan ini
mempunyai banyak factor yang akan mempengaruhi jaringan listrik. Faktor tersebut
dapat berasal dari sifat bahan yang dipakai, dari sifat peralatan tersebut terhadap lisrik,
bisa juga karena factor cuaca yang mempengaruhi perubahan pada peralatan.

Selain sistem penyampaian tenaga listrik, yang tidak kalah pentingny adalah sistem
pentanahan. Sistem pentanahan dalam jaringan diperlukan untuk keamanan jaringan
tersebut sehingga tidak terjadi hal yang tidak diinginkan dalam sistem jaringan listrik.
Oleh karena itu dalam makalah yang berjudul Peralatan dalam Operasi Jaringan
Tranmisi dan Distribusi penulis akan menjelaskan bagaimana tenaga listrik dapat
disampaikan dan juga peralatan pendukung untuk operasi tenaga listrik.

B. BATASAN MASALAH
1. Bagaimana tenaga listrik dapat disalurkan dari pembangkit ke konsumen?
2. Apa saja peralatan yang dipakai dan fungsinya dalam operasi jaringan tranmisi dan
distibusi?
3. Apa yang dimaksud dengan sistem pentanahan?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui proses penyampaian tenaga listrik dari pusat pembangkit ke
konsumen
2. Untuk mengetahui fungsi peralatan yang dipakai dalam jaringan tranmisi dan ditribusi
3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan sistem pentanahan dalam jaringan
tranmisi dan distribusi


BAB II
ISI

A. Proses Penyampaian Tenaga Listrik

Tenaga Listrik di Indonesia di hasilkan dari pembangkit listrik seperti PLTA, PLTU,
PLTG , PLTGU, PLTPB, PLTD, ada juga pembangkit kecil seperti Pembangkit Listrik
Tenaga Mikrohidro dan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah. Pembangkit dengan daya
kecil biasanya hanya untuk mensupali tenaga listrik di sekitar pembangkit itu saja, tidak
memerlukan sistem tranmisi dalam proses penyampaian tenaga listriknya. Sedangkan
pembangkit-pembangkit besar yang digunakan untuk mensuplai listrik sekarang ini harus
memerlukan suatu sistem agar proses penyampaian tenaga lisrtik dapat terpenuhi.

Listrik yang biasa kita pakai sebenarnya telah melewati banyak proses panjang mulai dari
perubahan energy mekanik turbin di pembangkit yang diubah menjadi listrik, melewati
puluhan kilometer sistem transmisi dan distribusi sebelum sampai ke pusat-pusat beban
hingga akhirnya listrik dapat tersalurkan ke rumah kita/ konsumen. Tenaga listrik yang
dihasilkan oleh pembangkit tidak semuanya masuk ke sistem transmisi karena dalam
pusat pembangkit juga memerlukan tenaga listrik untuk penerangan, alat control, dan
peralatan lain yang dibutuhkan di pembangkit. Biasanya pada pembangkit menggunakan
auxallary trafo atau trafo pemakaian sendiri untuk menurunkan tegangan dari pusat
pembangkitan sebelum digunakan.




















Gambar diatas adalah single line dari proses penyampaian tenaga listrik dari pusat
pembangkit sampai ke pusat-pusat beban (Gardu Induk Distribusi). Listrik yang
dihasilkan oleh pembangkit biasanya hanya memiliki tegangan sekitar 11-16KV saja,
sehingga tegangan tersebut perlu untuk dinaikkan ke tegangan tinggi. Tegangan sistem
tranmisi di Indonesia yang umum digunakan adalah 500KV dan 150KV. Tegangan
500KV bisaa disebut juga tegangan ekstra tinggi. Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi
atau disebut juga SUTET adalah sistem Tranmisi untuk tegangan 500KV.


Untuk menaikkan tegangan dari pembangkit ke sistem tranmisi dapat menggunakan trafo
step up. Trafo Step Up adalah trafo yang memiliki kumparan sekunder lebih banyak
daripada kumparan primer nya, sehingga Trafo memiliki tegangan keluaran yang lebih
tinggi. Jenis trafo step up yang dipakai tergantung dengan tegangan masukkan dari
pembangkit dan sistem tranmisi yang akan digunakan. Misal pembangkit memiliki
tegangan keluaran sebesar 11KV dan akan disalurkan melalui sistem tranmisi 150KV,
maka trafo yang dipakai adalah Trafo Step up 11KV/150KV.









Setelah melewati sistem transmisi maka tenaga listrik akan memasuki saluran distribusi.
Untuk menurunkan tegangan dari transmisi ke distribusi dapat menggunakan trafo step
down. Prinsip kerja nya berkebalikan dengan trafo step up, apabila trafo step up
menaikkan tegangann dari pembangkit ke sistem transmisi, sedangkan trafo step down
adalah menurunkan tegangan dari sistem transmisi ke sistem distribusi.

Tenaga listrik dari jaringan transmisi tidak langsung di salurkan ke sistem distribusi
setelah tegangan diturunkan. Penurunan tegangan tinggi ke tegangan menengah oleh trafo
step down biasanya dilakukan di gardu induk. Gardu induk adalah suatu instalasi yang
terdiri dari peralatan listrik yang berfungsi untuk :
1. Transformasi tenaga listrik tegangan tinggi yang satu ke tegangan tinggi yang lainnya
atau ke tegangan menengah.
2. Pengukuran, pengawasan operasi serta pengaturan pengamanan dari sistem tenaga
listrik.
3. Pengaturan daya ke gardu gardu induk lain melalui tegangan tinggi dan gardu gardu
distribusi melalui feeder tegangan menengah. Peralatan dan fasilitas penting yang
menunjang untuk kepentingan pengaturan distribusi tenaga listrik yang ada di Gardu
Induk adalah :
a. Lighting Arrester
biasa disebut dengan Arrester dan berfungsi sebagai pengaman instalasi (peralatan
listrik pada instalasi Gardu Induk) dari gangguan tegangan lebih akibat sambaran
petir (ligthning Surge) maupun oleh surja hubung ( Switching Surge ).
b. Transformator Instrumen atau transformator ukur
Untuk proses pengukuran digardu induk diperlukan tranformator instrumen.
Tranformator instrument ini dibagi atas dua kelompok yaitu:
- Transformator Tegangan, adalah trafo satu fasa yang menurunkan tegangan
tinggi menjadi tegangan rendah yang dapat diukur dengan Voltmeter yang
berguna untuk indikator, relai dan alat sinkronisasi.

- Transformator arus, digunakan untuk pengukuran arus yang besarnya ratusan
amper lebih yang mengalir pada jaringan tegangan tinggi. Jika arus yang mengalir
pada tegangan rendah dan besarnya dibawah 5 amper, maka pengukuran dapat
dilakukan secara langsung sedangkan untuk arus yang mengalir besar, maka harus
dilakukan pengukuran secara tidak langsung dengan menggunakan trafo arus
(sebutan untuk trafo pengukuran arus yang besar). Disamping itu trafo arus
berfungsi juga untuk pengukuran daya dan energi, pengukuran jarak jauh dan rele
proteksi.

- Transformator Bantu (Auxilliary Transformator), trafo yang digunakan
untuk membantu beroperasinya secara keseluruhan gardu induk tersebut. Dan
merupakan pasokan utama untuk alat-alat bantu seperti motor-motor listrik 3 fasa
yang digunakan pada motor pompa sirkulasi minyak trafo beserta motor motor
kipas pendingin. Yang paling penting adalah sebagai pemasok utama sumber
tenaga cadangan seperti sumber DC, dimana sumber DC ini merupakan sumber
utama jika terjadi gangguan dan sebagai pasokan tenaga untuk proteksi sehingga
proteksi tetap bekerja walaupun tidak ada pasokan arus AC.

Transformator bantu sering disebut sebagai trafo pemakaian sendiri sebab selain
fungsi utama diatas, juga digunakan untuk penerangan, sumber untuk sistim
sirkulasi pada ruang baterai, sumber pengggerak mesin pendingin (Air
Conditioner) karena beberapa proteksi yang menggunakan elektronika/digital
diperlukan temperatur ruangan dengan temperatur antara 20C -28C.

Untuk mengopimalkan pembagian sumber tenaga dari transformator bantu adalah
pembagian beban yang masing-masing mempunyai proteksi sesuai dengan
kapasitasnya masing-masing. Juga diperlukan pembagi sumber DC untuk kesetiap
fungsi dan bay yang menggunakan sumber DC sebagai penggerak utamanya.
Untuk itu disetiap gardu induk tersedia panel distribusi AC dan DC.

c. Sakelar Pemisah (PMS) atau Disconnecting Switch (DS)
Berfungsi untuk mengisolasikan peralatan listrik dari peralatan lain atau instalasi
lain yang bertegangan. PMS ini boleh dibuka atau ditutup hanya pada rangkaian
yang tidak berbeban. Mengenai Sakelar pemisah akan dibahas pada postingan
selanjutnya.

d. Sakelar Pemutus Tenaga (PMT) atau Circuit Breaker (CB)
Berfungsi untuk menghubungkan dan memutuskan rangkaian pada saat berbeban
(pada kondisi arus beban normal atau pada saat terjadi arus gangguan). Pada
waktu menghubungkan atau memutus beban, akan terjadi tegangan recovery yaitu
suatu fenomena tegangan lebih dan busur api, oleh karena itu sakelar pemutus
dilengkapi dengan media peredam busur api tersebut, seperti media udara dan gas
SF6.
e. Sakelar Pentanahan
Sakelar ini untuk menghubungkan kawat konduktor dengan tanah / bumi yang
berfungsi untuk menghilangkan/mentanahkan tegangan induksi pada konduktor
pada saat akan dilakukan perawatan atau pengisolasian suatu sistem. Sakelar
Pentanahan ini dibuka dan ditutup hanya apabila sistem dalam keadaan tidak
bertegangan (PMS dan PMT sudah membuka)
f. Kompensator
Kompensator didalam sistem Penyaluran tenaga Listrik disebut pula alat
pengubah fasa yang dipakai untuk mengatur jatuh tegangan pada saluran transmisi
atau transformator, dengan mengatur daya reaktif atau dapat pula dipakai untuk
menurunkan rugi daya dengan memperbaiki faktor daya. Alat tersebut ada yang
berputar dan ada yang stationer, yang berputar adalah kondensator sinkron dan
kondensator asinkron, sedangkan yang stationer adalah kondensator statis atau
kapasitor shunt dan reaktor shunt.

g. Peralatan SCADA dan Telekomunikasi
Data yang diterima SCADA (Supervisory Control And Data Acquisition)
interface dari berbagai masukan (sensor, alat ukur, relay, dan lain lain) baik
berupa data digital dan data analog dan dirubah dalam bentuk data frekwensi
tinggi (50 kHz sampai dengan 500 kHz) yang kemudian ditransmisikan bersama
tenaga listrik tegangan tinggi. Data frekwensi tinggi yang dikirimkan tidak
bersifat kontinyu tetapi secara paket per satuan waktu. Dengan kata lain berfungsi
sebagai sarana komunikasi suara dan komunikasi data serta tele proteksi dengan
memanfaatkan penghantarnya dan bukan tegangan yang terdapat pada penghantar
tersebut. Oleh sebab itu bila penghantar tak bertegangan maka Power Line Carrier
(PLC) akan tetap berfungsi asalkan penghantar tersebut tidak terputus. Dengan
demikian diperlukan peralatan yang berfungsi memasukkan dan mengeluarkan
sinyal informasi dari energi listrik di ujung-ujung penghantar.

h. Rele Proteksi dan Papan Alarm (Announciator)
Rele proteksi yaitu alat yang bekerja secara otomatis untuk mengamankan suatu
peralatan listrik saat terjadi gangguan, menghindari atau mengurangi terjadinya
kerusakan peralatan akibat gangguan dan membatasi daerah yang terganggu
sekecil mungkin. Kesemua manfaat tersebut akan memberikan pelayanan
penyaluran tenaga listrik dengan mutu dan keandalan yang tinggi. Sedangkan
papan alarm atau announciator adalah sederetan nama-nama jenis gangguan yang
dilengkapi dengan lampu dan suara sirine pada saat terjadi gangguan, sehingga
memudahkan petugas untuk mengetahui rele proteksi yang bekerja dan jenis
gangguan yang terjadi.

i. Busbar dan rel


Gardu induk akan menerima daya dari saluran transmisi kemudian menyalurkannya
melalui saluran distribusi primer menuju gardu distribusi.

Sistem jaringan distribusi terdiri dari dua buah bagian yaitu jaringan distribusi primer dan
jaringan distribusi sekunder. Sistem distribusi primer merupakan bagian dari sistem
distribusi yang berfungsi untuk menyalurkan dan mendistribusikan tenaga listrik dari
pusat suplai daya besar (Bulk Power Source) atau disebut gardu induk ke pusat pusat
beban. Sistem distribusi primer atau sistem distribusi tegangan menengah tersususn oleh
penyulang utama (main feeder) dan penyulang percabangan (lateral). Jaringan distribusi
di Indonesia adalah jaringan distribusi bertegangan 20 KV. Tegangan tersebut kemudian
diturunkan oleh transformator distribusi pada gardu distribusi menjadi tegangan rendah
(220 atau 380 volt) untuk selanjutnya disalurkan ke konsumen melalui saluran distribusi
sekunder. Sistem distribusi sekunder merupakan bagian dari sistem distribusi, yang
bertugas mendistribusikan tenaga listrik secara langsung dari trafo distribusi ke
pelanggan. Jaringan distribusi sekunder di Indonesia adalah jaringan distribusi
bertegangan 220/380 Volt.

B. Peralatan dan Komponen pada Sistem Transmisi dan Distribusi

Untuk mendistribusikan listrik dari pusat pembangkit ke konsumen tentunya memerlukan
banyak peralatan penunjang agar listrik dapat terdistribusi dengan baik dan menjangkau
seluruhnya. Peralatan penunjang itu dapat berupa komponen-komponen peralatan listrik,
isolator, pengaman, penghantar, sampai tiang dan tower untuk menggantungkan peralatan
tersebut. Berikut ini adalah peralatan dan komponen listrik yang digunakan pada jaringan
transmisi dan distribusi :

1. Tiang/Tower Listrik
Tiang listrik pada jaringan distribusi digunakan untuk saluran udara
(overhead line) sebagai penyangga kawat pengantar agar penyaluran tenaga
listrik ke konsumen atau pusat pusat beban dapat disalurkan dengan baik. Ada
beberapa jenis tiang yang digunakan untuk menyangga penghantar pada jaringan
distribusi :
a. Tiang Kayu
Tiang kayu banyak digunakan sebagai penyangga jaringan
karena konstruksinya yang sederhana dan biaya investasi lebih
murah bila dibandingkan dengan tiang jenis yang lain. Sealin itu kayu juga
sebagai isolator yang paling baik. kayu untuk jaringan distribusi
dari jenis kayu : ulin (EusidiraxyloZwageri), kayu jati (Tectona
Grandis), kayu rasamala (Altanghia Exelsa Novanla).
b. Tiang Baja
Konstruksi tower besi baja merupakan jenis konstruksi saluran transmisi tegangan
tinggi (SUTT) ataupun saluran transmisi tegangan ekstra tinggi (SUTET) yang
paling banyak digunakan di jaringan PLN, karena mudah dirakit terutama untuk
pemasangan di daerah pegunungan dan jauh dari jalan raya, harganya yang relatif
lebih murah dibandingkan dengan penggunaan saluran bawah tanah serta
pemeliharaannya yang mudah
c. Tiang Beton bertulang
Tiang ini banyak
digunakan untuk mendistribusikan tenaga listrik di daerahpedesaan dan da
erah terpencil atau di tempat-tempat yang sulit dicapai. Karena tiang beton
bertulang dapat di buat di tempat tiang itu berdiri. Tiang beton bertulang
mempunyai umur yang lebih panjang karena perwatannya sangat sederhana, tetapi
tiang ini mempunyai ukuran dan berat yang besar dan mempunyai kelemahan
akan hancur bila di tabrak kendaraan
d. Tiang beton praktekan
Jenis tiang ini lebih mahal dari tiang beton bertulan
Pemasangannya lebih sulit dibandingkan dengan tiang kayu
karena sangat berat. Tiang beton bertulang memiliki umur yang
sangat panjang dengan perawatan yang sangat
sederhana.Tiang jenis ini tidak perlu di cat untuk pengawetannya, karena
tidak akan berkarat. Kelemahan jenistiang ini cendrung hancur
jika terlanggar oleh kendaraan
2. Isolator
Isolator adalah suatu peralatan listrik yang berfungsi untuk mengisolasi konduktor
atau penghantar dengan tiang listrik. Menurut fungsinya, isolator dapat ditinjau dari
dua segi yaitu :
a. Fungsi dari segi elektris : Untuk menyekat / mengisolasi antara kawat fasa dengan
tanah dan kawat fasa lainnya.
b. Fungsi dari segi mekanis : Menahan berat dari konduktor / kawat penghantar,
mengatur jarak dan sudut antar konduktor / kawat penghantar serta menahan adanya
perubahan pada kawat penghantar akibat temperatur dan angin.

Bahan yang digunakan untuk pembuatan isolator yang banyak digunakan pada sistem
distribusi tenaga listrik adalah isolator dari bahan porselin / keramik dan isolator dari
bahan gelas. Kekuatan elektris porselin dengan ketebalan 1,5 mm dalam pengujian
memiliki kekuatan 22 sampai 28 kVrms/mm. Kekuatan mekanis dengan diameter 2
cm sampai 3 cm mampu menahan gaya tekan 4,5 ton/cm.
Kegagalan kekuatan elektris sebuah isolator dapat terjadi dengan jalan menembus
bahan dielektrik atau dengan jalan loncatan api (flashover) di udara sepanjang
permukaan isolator. Kasus pertama dapat diatasi dengan cara memilih kualitas bahan
isolator dan pengolahan/perawatan yang baik. Kasus ke dua dapat diatasi dengan
memperbaiki tipe atau konstruksi dari isolatornya. Pada umumnya semua konstruksi
isolator direncanakan untuk tegangan tembus yang lebih tinggi dari tegangan
flashover, sehingga biasanya kekuatan elektrik isolator dikarakteristikan oleh
tegangan flashovernya
Ada beberapa jenis konstruksi isolator dalam sistem distribusi, antara ain :
a. Isolator gantung ( suspension type insulator )

b. Isolator jenis pasak ( pin type insulator )

c. Isolator jenis cincin


d. Isolator jenis post saluran ( line post type insulator )



3. Penghantar
Bahan-bahan kawat penghantar untuk jaringan tenaga listrik biasanya
dipilih dari logam-logam yang mempunyai konduktivitas yang besar,
keras dan mempunyai kekuatan tarik (tensile strenght) yang besar, serta
memiliki berat jenis yang rendah. Juga logam yang tahan akan pengaruh
proses kimia dan perubahan suhu serta mempunyai titik cair yang lebih
tinggi. Untuk memenuhi syarat-syarat tersebut, kawat penghantar
hendaknya dipilih suatu logam campuran (alloy), yang merupakan
percampuran dari beberapa logam yang dipadukan menjadi satu logam.
Dari hasil campuran ini didapatkan suatu kawat penghantar dengan
kekuatan tarik dan konduktivitas yang tinggi.

Beberapa contoh penghantar yang digunakan yaitu :
ACSR (Almunium Conductorn Steel Reinforced). Bagian dalam kawat berupa steel
yang mempunyai kuat mekanik tinggi, sedangkan bagian luarnya mempunyai
konduktifitas tinggi. Karena sifat electron lebih menyukai bagian luar kawat daripada
bagian sebelah dalam kawat maka ACSR cocok dipakai pada SUTT/SUTETI. Untuk
daerah yang udaranya mengandung kadar belerang tinggi dipakai jenis ACSR/AS, yaitu
kawat steelnya dilapisi dengan almunium.
TACSR (Thermal Almunium Conductor Steel Reinforced) yang mempunyai
kapasitas besar tetapi berat kawat tidak mengalami perubahan yang banyak. Konduktor
pada SUTT/SUTET merupakan kawat berkas (stranded) atau serabut yang dipilin, agar
mempunyai kapasitas yang lebih besar dibanding kawat pejal.
4. Trafo
Alat listrik yang dapat memindahkan energi listrik dengan merubah tingkat tegangan dari
suatu rangkaian listrik ke rangkaian listrik lain melalui prinsip induksi magnetik tanpa
merubah frekuensi.
Pada system distribusi terdapat trafo satu fasa dan trafo 3 fasa. Trafo yang banyak
digunakan adalah trafo 3 fasa karena system distribusi tenaga listrik di Indonesia
kebanyakan menggunakan trafo 3 fasa.
Berdasarkan jenis belitan transformator yang digunakan maka dalam sistem tenaga
listrik terdapat dua macam jenis belitan antara lain:
a. Belitan Delta

b. Belitan Bintang


5. Arrester
Alat untuk melindungi isolasi terhadap sambaran petir atau tegangan transient yang
tinggi. Dengan jalan mengalirkan arus denyut (surge current) ketanah serta membatasi
Berlangsungnya arus ikutan (follow current) serta mengembalikan keadaan jaringan ke
keadaan semula tanpa mengganggu sistem.
Sebuah alat pengamanan memiliki beberapa karakteristik begitu juga dengan arrester
yang memiliki beberapa karakteristik antara lain :
a. Pada tegangan operasional, harus mempunyai impedansi yang sangat tinggi atau
tidak menarik arus listrik
b. Bila mendapat tegangan transient abnormal diatas harga tegangan tembusnya , harus
tembus ( Break Down ) dengan cepat.
c. Arus pelepasan selama Break Down ( Tembus ) tidak boleh melebihi arus
pengelepasan nominal supaya tidak merusak.
d. Arus dengan frekwensi normal harus diputuskan dengan segera apabila tegangan
transien telah turun dibawah harga tegangan tembusnya.
6. Rod Gap
Alat pengaman celah batang (rod gap) merupakan alat pengaman paling sederhana,
yang terdiri dari dua batang logam dengan penampang tertentu.



7. Arching Horn
Sambaran petir pada SUTT / SUTET merupakan suntikan muatan listrik. Suntikan
muatan ini menimbulkan kenaikan tegangan pada SUTT / SUTET, sehingga pada
SUTT / SUTET timbul tegangan lebih berbentuk gelombang impuls dan merambat ke
ujung-ujung SUTT / SUTET. Tegangan lebih akibat sambaran petir sering disebut
surja petir.
Jika tegangan lebih surja petir tiba di GI, maka tegangan lebih tersebut akan merusak
isolasi peralatan GI. Oleh karena itu, perlu dibuat alat pelindung agar tegangan surja
yang tiba di GI tidak melebihi kekuatan isolasi peralatan GI.
Alat pelindung yang paling sederhana adalah Arcing Horn (Sela batang). Arcing Horn
berfungsi memotong tegangan impuls petir secara pasif (tidak mampu memadamkan
follow current dengan sendirinya). Arcing Horn terpasang pada SUTT / SUTET
terdiri dari 2 (dua) bagian yaitu :
1.Arcing horn sisi penghantar
2.Arcing horn sisi tower
Seperti halnya alat pengaman celah batang, alat pengaman tanduk api ini diletakkan
dikedua ujung isolator gantung (suspension insulator) atau isolator batang panjang
(long rod insulator).
8. PHB
PHB adalah merupakan perlengkapan yang digunakan untuk membagi dan
mengendalikan tenaga listrik. Komponen utama yang terdapat pada PHB diantaranya
adalah : Sekring, pemutus tenaga, sakelar isolasi, alat dan instrument ukur (ampere
meter dll), rel (bus-bar). Dalam PHB juga terdapat alat bantu berupa lampu indicator,
tombol-tombol operasi, rangkaian dan komponen kontrol.
Ukuran fisik maupun spesifikasi komponen-komponen teknis dari PHB ini sangat
tergantung dari besarnya kapasitas PHB serta jumlah saluran masuk serta saluran
keluar pada PHB tersebut.
PHB dibuat berdasarkan standar PLN 188-3-1 : 1996 Perangkat hubung Bagi
tegangan Rendah Gardu Distribusi.
9. Fuse Cut Off
Fuse Cut Out (FCO) adalah sebuah alat pemutus rangkaian listrik yangberbeban pada
jaringan distribusi yang bekerja dengan cara meleburkanbagian dari komponenya
(fuse link) yang telah dirancang khusus dandisesuaikan ukurannya.
10. Recloser
Recloser ( Penutup Balik Otomatis / PBO ) pada dasarnya adalah pemutus tenaga
yang dilengkapi dengan peralatan kontrol. Peralatan ini dapat merasakan arus
gangguan dan memerintahkan operasi buka tutup kepada pemutus tenaga.
11. Auto Voltage Regulator (AVR)
Auto Voltage Regulator (AVR) merupakan auto transformer yang berfungsiuntuk
mengatur/menaikan tegangan secara otomatis. Rangkaian dariregulator ini terdiri
dari auto transformer penaik tegangan.
12. Meter Expor-Impor
Meter Kirim Terima disini berfungsi untuk mengetahui berapa kWH yang dikirim
dan diterima antar UPJ. Pada Meter Ex-Im terdapat CT dan PT yang berfungsi untuk
mentransformasikan tegangan dan arus dari yang lebih tinggi ke yang lebih rendah
untuk proses pengukuran.
13. Ground Wire
Sama halnya dengan Arrester alat ini digunakan sebagai pengaman jaringan apabila terjadi
sambaran petir. Tetapi dalam konstruksi pemasangannya berbeda dengan arrester. Ground
wire di pasang di ujung atas tiang SUTM kemudian dihubungkan dengan konduktor pada
tiang yang kemudian ditanam ke tanah menggunakan elektoda pembumian. Hal ini
dimaksudkan apabila ada sambaran petir tidak mengenai jaringan SUTM karena
pemasangannya di ujung atas tiang dan pembumiannya lebih efektif karena dipasang pada
tiap tiang.

Вам также может понравиться